Anda di halaman 1dari 11

OLEH:

ROSMAYANI : (D1A118136)

MUHAMMAD KHAFIF HAMDUN S :


(D1A118088)

DIA HASTI TARANI : (D1A119070)

MUH. ISMAIL : (D1A119082)

MELKY YULIUS : (D1A1 180058)


BAB I
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

 Pembangunan merupakan hal yang tidak asing lagi bagi suatu Negara. Tujuan
pembangunan sendiri adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan begitu,
pembangunan dilaksanakan secara terus-menerus sebagai suatu proses agar mampu tercapai
keadaan masyarakat yang semakin baik. Pembangunan pedesaan merupakan bagian yang
penting dari pembangunan Nasional. Selama ini banyak program pembangunan yang
dilakukan di Desa dirancang oleh Pemerintah. Dalam rangka menyelenggarakan
pemerintahan, Negara Indonesia terdiri atas daerah Provinsi yang terdiri dari beberapa
Kabupaten/ Kota, sedangkan daerah Kabupaten/ Kota terbagi atas Desa dan Kelurahan yang
merupakan satuan pemerintahan terendah. (Nurcholis, 2011: 1). Desa merupakan kesatuan
geografis terdepan dimana hampir sebagian besar penduduk bermukim.
 Pembangunan Desa merupakan kegiatan yang mencakup seluruh aspek kehidupan
dalam masyarakat Desa. Tujuan pembangunan Desa adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Desa, serta untuk meningkatkan kualitas hidup manusia
dan untuk penanggulangan kemiskinan. Hal ini sesuai dengan pasal 78 ayat 1
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.
 Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) merupakan lembaga yang bergerak di
bidang sosial dan ekonomi. Lembaga ini didirikan oleh pemerintah desa yang
kepemilikan modal dan pengelolaannya dilakukan secara bersama-sama antara
pemerintah Desa dan masyarakat. BUM Desa adalah pilar pembangunan Desa
yang dirancang oleh pemerintah dimana tujuannya adalah untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat Desa. Peningkatan kualitas hidup manusia di Desa,
salah satunya dapat menggunakan strategi kebijakan dengan pendirian BUM
Desa. (Putra, 2015: 9).
BAB II
PEMBAHASAN

2. Pembangunan Pedesaan

 Pembangunan secara umum diartikan sebagai upaya untuk memajukan kehidupan masyarakat dan warganya.
Pada dasarnya pembangunan perdesaan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang harus memperhatikan
pembangunan yang merata, pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, dan kestabilan nasional. (Mahardhani, 2014: 62).

 Pembangunan pedesaan adalah pembangunan yang dilakukan di wilayah pedesaan, yang mencakup seluruh aspek
kehidupan masyarakat Desa. Banyaknya masyarakat Indonesia yang tinggal di pedesaan, membuat pembangunan
yang ada di Desa mendapatkan perhatian lebih.

 Pembangunan Desa sebagai suatu proses yang diarahkan untuk kepentingan masyarakat, diharapkan
pelaksanannya bisa berjalan atas inisiatif masyarakat setempat. Dalam hal ini, partisipasi masyarakat Desa sangat
diperlukan dalam pelaksanaan pembangunan yang ada di Desa. Pembangunan pedesaan diarahkan secara optimal
untuk memanfaatkan potensi sumber daya alam beserta sumber daya manusianya.
2.1 Jenis Pembangunan Desa Pembangunan Desa
Jenis Pembangunan Desa Pembangunan Desa terdiri atas dua hal. Secara umum, menurut Kuncoro (di dalam Ahmad,
2013: 80) pembangunan Desa terbagi atas:

  Pembangunan Fisik Pembangunan fisik merupakan pembangunan yang hasilnya tampak secara mata, atau hasilnya
dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Pembangunan ini merupakan salah satu penunjang dan sarana masyarakat
yang bisa digunakan untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari. Contoh dari pembangunan fisik atau infrastruktur
antara lain yaitu berupa bangunan, fasilitas umum, pembangunan jalan raya, jembatan, pasar, listrik, air bersih,
transportasi, dan sebagainya.

 Pembangunan Non Fisik Pembangunan non fisik adalah jenis pembangunan yang muncul dari adanya dorongan
masyarakat setempat, dan memiliki jangka waktu yang tidak sebentar. Pelaksanaan antara pembangunan fisik dan non
fisik harus dilakukan dengan seimbang. Pembangunan yang bersifat non fisik kemudian dijadikan dasar dalam
pembangunan fisik. Contoh dari pembangunan non fisik antara lain dalam pemenuhan kebutuhan di bidang ekonomi,
pendidikan, dan sebagainya.
 2.3 Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa)

 Definsi BUM Desa Disebutkan dalam Pasal 1 angka 6 Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 Tentang Desa bahwa, “Badan Usaha Milik Desa, yang selanjutnya disebut BUM
Desa, adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh Desa
melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan Desa yang dipisahkan guna
mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar- besarnya kesejahteraan
masyarakat Desa.” Menurut Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan .

a. BUM Desa merupakan salah satu wadah usaha ekonomi desa yang bersifat kolektif antara
pemerintah Desa dan masyarakat Desa. Usaha ekonomi desa kolektif yang dilakukan oleh
BUM Desa mengandung unsur bisnis sosial dan bisnis ekonomi. BUM Desa merupakan
badan usaha yang dimandatkan oleh UU Desa untuk menampung seluruh kegiatan
masyarakat di bidang ekonomi dan pelayanan umum yang dikelola oleh Desa maupun
kerjasama antar desa. (Putra, 2015: 11-12).
BUM Desa berbeda dengan badan usaha yang lain pada umumnya. Terdapat beberapa ciri yang membedakan
BUM Desa dengan lembaga komersil lainnya menurut Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan (di dalam
Ridlwan,2014:431)yaitu:

1. Badan Usaha ini dimiliki oleh Desa dan dikelola secara bersama

2. Modal usaha bersumber dari desa (51%) dan dari masyarakat (49%), melalui penyertaan modal (saham atau andil)

3. Operasionalisasinya menggunakan suatu falsafah bisnis yang berakar dari budaya lokal (local wisdom)

4. Bidang usaha yang dijalankan didasarkan pada potensi dan hasil informasi pasar

5. Keuntungan yang diperoleh ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan anggota (penyerta modal) dan masyarakat melalui kebijakan
desa (village policy)

6. Difasilitasi oleh Pemerintah, Pemprov, Pemkab, dan Pemdes; dan


 2.4 Tujuan Pendirian BUM Desa

Dalam beberapa tahun belakangan, keberadaan BUM Desa hadir sebagai ikon baru
setelah Alokasi Dana Desa (ADD) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
(RPJM Desa) yang ketiganya ada dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005.
(Eko et al, 2014: 249). Pendirian BUM Desa sebagai suatu usaha kolektif di Desa
mempunyai beberapa maksud dan tujuan. Keberadaan BUM Desa diharapkan selain dapat
berkontribusi ke Desa, juga mampu melayani masyarakat. Pendirian BUM Desa
dimandatkan oleh Undang-Undang Desa dimaksudkan untuk menampung kegiatan pada
bidang ekonomi dan/ atau pelayanan umum yang pengelolaannya dilakukan oleh Desa
atau kerjasama antar Desa.
 2.5 Prinsip Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa

Sebagai suatu wadah usaha yang dimiliki oleh Desa, dalam mengelola BUM Desa
terdapat beberapa prinsip yang bisa dilaksanakan. Pelaksanaan prinsip-prinsip pengelolaan
BUM Desa ini bisa diperhatikan secara bersama antara pemerintah Desa beserta pihak-
pihak yang terkait. Prinsip tersebut disebutkan oleh Pusat Kajian Dinamika Sistem
Pembangunan (2007: 12-13) sebagai berikut:

• Kooperatif

• Partisipatif

• Emansipatif

• Transparan

• Akuntabel

• sustainabel
 2.6 Pengawasan dan Pertanggungjawaban BUM Desa

 Sebagai sebuah badan usaha yang dimiliki oleh Desa, maka dalam pengembangannya
diperlukan sebuah pengawasan dan pertanggungjawaban dalam pengelolaan BUM Desa. Sesuai
yang diamanatkan dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010 Tentang
Badan Usaha Milik Desa, bahwa dalam melakukan pengawasan dapat dibentuk Badan
Permusyawaratan Desa (BPD) dan pengawas internal. Pembentukannya dilakukan dalam
musyawarah Desa. Pengawasan dilakukan secara berkelanjutan agar bisa terus memantau
kinerja BUM Desa.
 Sedangkan untuk pertanggungjawaban BUM Desa menurut Pusat Kajian Dinamika Sistem
Pembangunan (2007: 45) mekanismenya yaitu manajer dari setiap unit BUM Desa
bertanggungjawab kepada Dewan Komisaris, penyampaian laporan pertanggungjawaban
dilakukan pada akhir periode lewat musyawarah Desa. Segala mekanisme maupun tata
tertibnya dilaksanakan sesuai Anggaran Dsar/ Anggaran Rumah Tangga (AD/ART).

 Untuk laporan pertanggungjawaban sendiri berisi beberapa hal, antara lain yaitu Laporan
Kinerja Pengelola pada satu periode, kinerja usaha terkait realisasi kegiatan usaha, upaya
pengembangan, indikator keberhasilan, dan sebagainya, laporan keuangan yang meliputi
Rencana Pembagian Laba Usaha, serta rencana pengembangan yang belum terealisasi.
 3.2 Kesimpulan

 BUM Desa dibentuk oleh setiap Desa berdasarkan kebutuhan dan potensi yang
dimiliki Desa. Pada Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa mengamanatkan
bahwa setiap Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa yang biasa disebut dengan
BUM Desa yang pengelolaannya dilakukan secara kekeluargaan dan gotong royong.
Pembentukannya dilakukan melalui musyawarah Desa yang melibatkan beberapa
komponen di Desa. Setiap Desa bisa mendirikan BUM Desa dengan berbagai tipe usaha
sesuai kondisi Desa

Anda mungkin juga menyukai