Anda di halaman 1dari 18

TUGAS SEMINAR EKONOMI REGIONAL

ANALISIS PERANAN BUMDES TERHADAP KESEJAHTRAAN EKONOMI


MASYRAKAT DESA SUNTALANGU

NAMA :AB DUL KADIR


JAELANI

NIM :A1 A018001

JURUSAN :EK ONOMI


PEMBANGUNAN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MATARAM TAHUN


AKADEMIK

2021/2022

BAB I

PEDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Indonesia merupakan sebuah negara luas yang tidak hanya berpusat di ibu kota
semata, melainkan pergerakan perekonomian maupun pengembangan sebagai bentuk
perwujudan pencapain cita-cita negara juga berlangsung pada tingkat desa. Seperti
yang kita ketahui bahwa 70% dari keseluruhan penduduk di Indonesia hidup di daerah
pedesaan, sehingga titik sentral pembangunan adalah daerah di kawasan desa.
Keberadaan desa juga menentukan keberhasilan pemerintah dalam hal pembangunan
baik itu dari tingkat daerah maupun pusat, sehingga dalam hal ini kemajuan suatu
desa sangat menentukan kemajuan suatu Negara (Lorosa, 2017).
Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan
masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, hak radisional
yang diakui dan dihormati dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik
Indonesia (NKRI), desa juga bertanggung jawab untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakatnya(Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 Pasal 1 angka 1).
Adanya suatu upaya untuk melakukan pembangunan dan pengembangan di
wilayah desa merupakan suatu strategi yang mengarah pada tujuan utama yaitu
mencapai kesejahteraan masyarakat. Hal inilah yang menjadi suatu kebijakan atau
program yang sudah direncanakan lalu kemudian diimplementasikanbaik oleh
pemerintah pusat maupun daerah.
Tujuan utama yang ingin dicapai oleh pemerintah Indonesia khususnya
masyarakat di pedesaan tentu direalisasikan melalui beberapa kebijakan ataupun
program yang dalam pelaksanaanya sudah terlihat sejak adanya otonomi daerah
sebagai salah satu bentuk strategi pembangunan desa. Menurut Suharto (2005:132)
menjelaskan bahwa strategi pembangunan desa merupakan langkahlangkah yang
akam ditempuh oleh seluruh perangkat organisasi, yang berisi program untuk
mewujudkan visi, misi dan tujuan yang ditetapkan. Akan tetapi strategi pada
kenyataannya, pembangunan pedesaan dirasa masih kurang sehingga masih banyak
desa tertinggal. Akan tetapi pada faktanya, telah banyak cara yang sudah ditempuh
oleh pemerintah untuk mengentaskan masalah ketertinggalan desa tersebut, seperti
meningkatkan anggaran untuk pembangunan desa dari tahun ke tahun agar mampu
mengurangi jumlah desa yang tertinggal, dan beberapa program lainnya.
Meninjau masalah kesejahteraan masyarakat dan pembangunan pedesaan, maka
salah satu srtategi yang dapat dilakukan oleh desa yaitu dengan membentuk Badan
Usaha Milik Desa (BUMDes). Menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pasal
1 Ayat 6 Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) diartikan badan usaha yang seluruh
atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh desa melalui penyertaan secara langsung
yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa
pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat.
Pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) merupakan perwujudan dari
pengelolaan ekonomi produktif desa yang dilakukan secara kooperatif, partisipatif,
emansipatif, transparansi, akuntabel dan sustainable. Selain itu, dengan adanya Badan
Usaha Milik Desa (BUMDes) ini diharapkan desa menjadi lebih mandiri dalam hal
pengelolaan aset desa atau sumber daya desa agar dilakukan secara optimal dan
masyarakatnya pun menjadi lebih sejahtera.
Pada saat ini sudah banyak desa yang mempunyai Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes) dan mampu menjalankannya secara optimal yang tentunya memberikan
dampak besar terhadap kemajuan pedesaan dan tingkat kesejahteraan masyarakatnya.
Namun tidak menutup kemungkinan dari beberapa desa yang memiliki Badan Usaha
Milik Desa (BUMDes) namun belum memberikan dampak yang cukup signifikan
terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakatnya Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes) didirikan pada hampir seluruh wilayah pedesaan di Indonesia, begitu juga
dengan salah satu desa yang bernama suntalangu dan berlokasi di wilayah Kecamatan
suela Kabupaten lombok timur. dengan mayoritas mata pencaharian penduduknya
sebagai petani, Keberadaan Badan Usaha Milik Desa(BUMDes) seharusnya dapa
menjadi stimulus terhadap perbaikan kualitas kesejahteraan masyarakat, namu
harapan tersebut berbanding terbalik dengan realita di lapangan. Sehingga masalah
tersebut sampai saat ini belum diketahui faktor apa yang menyebabkan tida
optimalnya pelaksanaan Badan Usaha MilikDesa (BUMDes) di Desa suntalangu.
Bumdes desa suntalangu memiliki potensi pengolaan sumber daya dalam
bidang pengolaan pertaniaan, perikanan, toko usaha,dan jasa seperti pengembangan
wisata. Selain itu, pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Desa Suntalangu
seharusnya dapat memperbaiki perekonomian masyarakat yang mengarah pada
peningkatan kesejahteraan masyarakat, akan tetapi hal tersebut justruberbanding
terbalik dengan realita dilapangan, dimana Badan Usaha Milik Desa(BUMDes) yang
ada di Desa suntalangu belum mampu mencapai tujuan utamadan menjalankan fungsi
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) secara optimal.Sehingga sampai saat ini belum
ada perbaikan perekonomian yang dirasakan oleh masyarakat di Desa suntalangu.
1.2. Rumusan Masalah

a. Bagaimana prenan bumde terhadap kesejahtraan masyarakat desa suntalangu?


b. Faktor-faktor apasajakah yang menghambat peranan bumdes dalam kesejahtraan
masyrakat di desa suntalangu?
1.3. Tujuan Penelitian
a. Mengetahui peranan bumdes terhadap kesejahtraan masyarkat desa suntalangu
b. Mengetahui faktor-faktor yang menghambat peranan bumdes dalam
kesejahtraan masyarakat desa suntalngu
1.4. Mamfaat Penelitian
a. Manfaat Teoritis
Diharapkan penelitian ini dapat menjadi sumber informasi dalam menambah khasanah
keilmuan dalam pengembangan ilmu pangetahuan khususnya pada jurusan akuntansi
dan sebagai bahan acuan bagi peneliti selajutnya.

b. Manfaat Praktis

a). Diharapkan bisa menjadi bahan acuan dan sekaligus mampu memberikan
stimulus untuk peneliti lain yang tertarik untuk meneliti topik yang terkait sehingga studi
akuntansi selalu mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
b). Diharapkan hasil penelitian ini bisa menjadi sumbangsi pengetahuan bagi masyarakat
tentang efektivitas dan efesiensi pengelolaan keuangan Badan Usaha Milik Desa di
Kec.Tanete Riaja Kab Barru

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Badan usaha milik desa(BUMdes)

2.1.1.pengertian badan usaha milik desa


yang diciptakan atas inisiatif pemerintah dan dikelola bersama dengan
masyrakat Pengertian BUM Desa menurut apa yang disebutkan dalam Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 1 angka (6) yang menyebutkan bahwa : Badan
Usaha Milik Desa, yang selanjutnya disebut BUM Desa, adalah badan usaha yang
seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh desa melalui penyertaan secara
langsung yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa
pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa.
Yang dimaksud dengan “ kekayaan desa yang dipisahkan” adalah neraca dan
pertanggungjawaban pengurusan BUMDesa itu terpisah dengan neraca dan
pertanggung jawaban pemerintah desa. Itu artinya, bahwa pengelolaan BUMDesa itu
terpisah dengan pengelolaan pemerintah desa.
Menurut Maryuani (2008:35), BUMDes adalah lembaga usaha desa yang
dikelola oleh masyarakat dan pemerintahan desa dalam upaya memperkuat
perekonomian desa dan membangun kerekatan sosial masyarakat yang dibentuk
berdasarkan kebutuhan dan potensi desa. Jadi BUMDes diciptakan oleh
masyrakat/pemerintah desa dengan suatu tujuan untuk mendapatkan keuntungan yang
dapat meningkatkan pendapatan asli desa (PAD) dan menciptakan kesejahtraan untuk
masyarakat.
Menurut Pusat Kajian Dinamika Sistem Pembangunan (2007), Badan Usaha
Milik Desa (BUMdes) adalah lembaga usaha desa yang dikelola oleh masyarakat dan
pemerintahan desa dalam upaya memperkuat perekonomian desa dan dibentuk
berdasarkan kebutuhan dan potensi desa. Sebagai salah satulembaga ekonomi yang
beroperasi dipedesaan, BUMdes harus memiliki perbedaan dengan lembaga ekonomi
pada umumnya. Ini dimaksudkan agar keberadaan dan kinerja BUMdes mampu
memberikan kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan warg
desa. Disamping itu, supaya tidak berkembang sistem usaha kapitalistis di pedesaan
yang dapat mengakibatkan terganggunya nilai-nilai kehidupan
bermasyarakat.Terdapat 7 (tujuh) ciri utama yang membedakan BUMDes dengan
lembaga ekonomi komersial pada umumnya yaitu:
1) Badan usaha ini dimiliki oleh desa dan dikelola secara bersama;
2) Modal usaha bersumber dari desa (51%) dan dari masyarakat (49%) melalui
penyertaan modal (saham atau andil);
3) Operasionalisasinya menggunakan falsafah bisnis yang berakar dari budaya
lokal (local wisdom);
4) Bidang usaha yang dijalankan didasarkan pada potensi dan hasil informasi
pasar;
5) Keuntungan yang diperoleh ditujukan untuk meningkatkan kesejahteraan
anggota (penyerta modal) dan masyarakat melalui kebijakan desa (village policy);
6) Difasilitasi oleh Pemerintah, Pemprov, Pemkab, dan Pemdes;
7) Pelaksanaan operasionalisasi dikontrol secara bersama (Pemdes, BPD, anggota).

Dapat penulis simpulkan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalahsuatu


lembaga usaha desa yang dikelola oleh masyarakat dan pemerintahan desa dalam
upaya memperkuat perekonomian desa dan dibentuk berdasarkan kebutuhan dan
potensi desa.dengan demikian BUMDes merupakan lemabaga.

2.1.2.Dasar Hukum Badan USAHA Milik Desa (BUMDes)

Berdasarkan peraturan perundang-undangan, pendirian BUMDes diatur sebagai


berikut:

a. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa


b. Pasal 87 sampai Pasal 90 b. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang
Desa
c. Pasal 132 sampai Pasal 142 c. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, Dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2015 Tentang
Pedoman Tata Tertib Dan Mekanisme Pengambilan Keputusan Musyawarah Desa
d. Pasal 88 dan Pasal 89 d. Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah
Tertinggal, dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang
pendirian, pengurusan dan penglolaan, dan pembubaran Badan Usaha Milik Desa.

2.1.3. Klasifikasi Jenis Usaha BUMDes

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) merupakan wahana untuk menjalankan usaha di
Desa. Apa yang dimaksud dengan “Usaha Desa” adalah jenis usaha yang meliputi pelayanan
ekonomi desa berikut ini:

a.Serving
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) menjalankan “bisnis sosial” yang melayani wrga, yakni
dapat melakukan pelayanan publik kepada masyarakat. Dengan kalimat lain, Badan Usaha
Milik Desa (BUMDes) ini memberikan social benefits kepada wrga, meskipun tidak
memperoleh economic profit yang besar. Contoh: usaha air minum Desa, usaha listrik Desa,
lumbungpangan.

b.Banking
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) menjalankan “bisnis uang”, yang memenuhi kebutuhan
keuangan masyarakat desa dengan bunga yang lebih rendah daripada bunga uang yang
didapatkan masyarakat desa dari para rentenir desa atau bank-bank konvensional. Contoh:
bank desa atau lembaga perkreditan desa atau lembaga keuangan mikro desa.
c.Renting
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) menjalankan bisnis penyewaan untuk melayani
kebutuhan masyarakat setempat dan sekaligus untuk memperoleh pendapatan desa. Ini sudah
lama berjalan dibanyak desa, terutama desa-desa di Jawa. Contoh: penyewaan traktor,
perkakas pesta, gedung pertemuan, rumah toko, tanah

d.rokering

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) menjadi lembaga perantara yang menghubungkan
komoditas pertanian dengan pasar atau agar para petani tidak kesulitan menjual produk
mereka ke pasar. Atau Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) menjual jasa pelayanan kepada
warga dan usaha-usaha masyarakat. Contoh: jasa pembayaran listrik, desa mendirikan pasar
desa untuk memasarkan produk-produk yang dihasilkan masyarakat.

e.Trading
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) menjalankan bisnis yang berproduksi dan/atau
berdagang barang-barang tertentu untuk memenuhi kebutuhan masyarakat maupun
dipasarkan pada skala pasar yang lebih luas. Contoh: pabrik es, pabrik asap cair, hasil
pertanian, sarana produksi pertanian dll.

f.Holding
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sebagai usaha bersama atau sebagai induk dari unit-unit
usaha yang ada di desa, dimana masing-masing unit yang berdiri sendiri-sendiri ini, diatur
dan ditata sinerginya oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) agar tumbuh usaha bersama.
Contoh: kapal desa yang berskala besar untuk mengorganisir dan mewadahi nelayan-nelayan
kecil, “Desa Wisata” yang mengorganisir berbagai jenis usaha dari kelompok masyarakat:
makanan, kerajinan, sajian wisata, kesenian, penginapan.

2.1.4. Tujuan Badan Usaha Milik Desa

Tujuan BUMDes sendiri, sesuai dengan pasal 3 Permendesa no 4 tahun 2015 yaitu,
meningkatkan perekonomian desa, mengoptimalkan aset desa agar bermanfaat untuk
kesejahteraan desa, meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi
desa, mengembangkan rencana kerja sama usaha antar desa dan/atau dengan pihak ketiga,
menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung kebutuhan layanan umum warga,
membuka lapangan kerja, meningkatkan kesejahteraan masyarakat melaui perbaikan layanan
umum, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi desa, dan meningkatkan pendapatan
masyarakat desa dan pendapatan asli desa.

Empat tujuan utama pendirian BUMDes adalah pertama, meningkatkan


perekonomian desa, kedua meningkatkan pendapatan asli desa, ketiga meningkatkan
pengelolaan potensi desa sesuai dengan kebutuhan masyarakat dan menjadi tulang punggung
pertumbuhan dan pemerataan ekonomi pedesaan, Pusat Kajian Dinamika Sistem
Pembangunan (2007: 8). BUMDes menurut Undang-undang nomor 32 tahun 2004 tentang
Pemerintahan Daerah didirikan antara lain dalam rangka peningkatan pendapatan asli desa.

Menurut Purnomo (2004:17-18) maksud dan tujuan pembentukan Badan Usaha


Milik Desa adalah yaitu menumbuhkan kembangkan perekonomian desa, meningkatkan
Sumber Pendapatan Asli Desa, menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediiaan
jasa bagi peruntukan hajat hidup masyarakat desa, dan sebagai perintis bagi kegiatan usaha di
desa. Sedangkan tujuannya yaitu, meningkatkan peranan masyarakat desa dalam mengelola
sumber-sumber pendapatan lain yang sah, menumbuhkembangkan kegiatan ekonomi
masyarakat desa, dalam unit-unit usaha desa, menumbuhkembangkan usaha sektor informal
untuk dapat menyerap tenaga kerja masyarakat di desa, dan meningkatkan berwira usaha desa
masyarakat desa yang berpenghasilan rendah (Samadi, Rahman, dan Afrizal, 2013). Dapat
disimpulkan bahawa tujuan dari BUMDes ini adalah suatu yang menjadi harapan dari
masyrakat dalam menumbuhkan prekonomian yang positif dan membantu pemerintahan
desa dalam meningkatkan pendapatan asli desa (PAD), Alasan yang kuat sebab tujuan
dibentuknya BUMDes sendiri adalah wadah yang memberi stimulus bagi perekekonomian
desa dengan maksud akhir untuk meningkatkan kesejahteraan masyrakat desa itu sendiri.
2.1.5. Peran Badan Usaha Milik Desa

Peran Badan Usaha Milik Desa menurut Seyadi (2013:16), yaitu sarana pembangunan
dan pengembangan dan kemampuan daya ekonomi masyarakat desa, yang pada dasarnya
untuk peningkatan kesejahteraan ekonomi maupun sosialnya. BUMDes sangat berperan aktif
dalam usaha memperkokoh kualitas kehidupan masyarakat. BUMDes berperan sebagai
pondasi penguat ketahanan tingkat ekonomi skala nasional dimana salah satu tujuannya
dalam upaya memperbaiki dan mengembangkan perekonomian masyarakat desa. Serta
BUMDes membantu kalangan masyarakat untuk meningkatkan pendapatan sehingga
berujung terciptanya masyarakat desa yang makmur.

Dari definisi yang di atas dapat penulis simpulakan bahawa BUMDes memiliki
peran yang sanagat aktif dalam mengembangkan potensi dari sumberdaya alam dan sumber
daya manusianya. Selain itu juga menciptakan jiwa wirausaha di antara lingkungan desa itu
sendiri sebab yang menjadi pengelola atau karyawan di setiap lembaga usaha Badan Usaha
tersebut merupakan masyarakat desa itu sendiri. Dengan demikian BUMDes akan mampu
meningkatkan laju tingkat perekonomian desa.

Teori juga diperlukan sebagai bingkai dalam melakukan penelitian. Teori yang
digunakan dalam penelitian ini adalah Teori Resource Based View (RBV) dan Teori
pemangku kepentingan (Stakeholder Theory).

1. Resource Based View

Untuk mewujudkan desa mandiri, maka diperlukan sumber daya yang berasal dari
desa tersebut. Unit-unit usaha yang bergerak di desa haruslah memiliki ciri khas dan
keunggulan kompetitif supaya dapat memberikan kontribusi yang signifikan pada
peningkatan kesejahteraan masyarakat desa.

Secara lebih spesifik berdasarkan teori resource based view, maka desa harus
memiliki sumber daya tersebut haruslah bernilai, langka, tidak disubstitusi, dan tidak
diimitasi (Barney, 1991). Keunggulan kompetitif tersebut ditentukan oleh modal sosial,
modal manusia, dan modal finansial (DeMassis et al., 2011).

Modal sosial terkait dengan relasi antar orang dalam organisasi (modal sosial
internal) dan antara organisasi dengan pihak luar (modal sosial eksternal) (DeMassis et al.,
2011). Menurut World Bank (1998) modal sosial adalah suatu masyarakat termasuk institusi,
relasi, sikap, dan nilai yang memandu interaksi antara orang dan kontribusi pada ekonomi
dan pembangunan sosial. Dalam modal sosial diperlukan nilai saling berbagi serta
pengorganisasian peran yang diekspresikan dalam hubungan personal, kepercayaan dan
tanggung jawab bersama.

2. Stakeholder Theory

Pemangku kepentingan adalah individu atau kelompok yang dapat berpengaruh


pada pencapaian tujuan organisasi, atau pihak yang terkena dampak dari pencapaian tujuan
organisasi (Freeman et al., 1983).Pemangku kepentingan memiliki beberapa atribut, yaitu:
kekuasaan, legitimasi, dan urgensi.

Teori pemangku kepentingan menitikberatkan pada siapa yang memegang


kekuasaan, legitimasi, dan mempunyai kepentingan (urgency) di dalam organisasi (Mitchell
et al., 2011 dalam Kusuma, 2015). Dalam konteks riset ini, hal tersebut merujuk pada siapa
yang memegang kekuasaan dan legitimasi, memiliki kepentingan dan peran khusus dalam
dinamika desa, menguasai pengetahuan serta sumber daya, dan memiliki kepentingan pada
pembangunan ekonomi desa. Selanjutnya, dalam riset ini disebut sebagai key stakeholder
desa

2.2 Kesejahteraan Masyarakat

2.2.1 Definisi Kesejahteraan Masyarakat

Berdasarkan UU Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial Pasal 1 Ayat 1,


Kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spritual, dan sosial
warga negara agar bisa hidup layak dan mapu mengembangkan diri sehingga dapat
melaksanakan fungsi sosialnya.

Menurut Hyman dalam Sukanto (2001:41), kesejahteraan masyarakat merupakan


obyek studi ekonomika kesejahteraan, yang merupakan analisis normatif interaksi ekonomi
yang ingin mencari kondisi bagi pemanfaatan sumberdaya secara efesiensi. Dari pemaparan
diatas, dapat disimpulkan bahwa kesejahteraan masyarakat merupakan kebahagiaan jangka
panjang ataupun terwujudnya harapan setiap kelompok maupun individu dalam setiap
kegiatan mencapai kebutuhan sehari-hari serta diperoleh nya keadilan ekonomi yang merata.

2.2.2 Indikator Kesejahteraan Masyarakat


Kesejahteraan meliputi semua bidang dalam kehidupan manusia, mulai dari sosial,
teknologi, budaya, ekonomi yang mana bidang-bidang tersebut harus terus ditingkatkan
pelayanannya oleh pemerintah sebagai wujud dari tujuan negara itu sendiri. Pengukuran
kesejahteraan yang hanya dilihat dari indikator yang bersifat moneter seringkali terdapat
ketidak sempurnaan ukuran tingkat kesejahteraan dalam masyarakat yang disebabkan
lemahnya indikator moneter tersebut. Oleh karena itu , Beckerman membagi indikator
kesejahteraan masyarakat dalam tiga kelompok , yaitu:

1). Kelompok yang berupaya membuat perbandingan tingkat kesejahteraan


masyarakat pada dua Negara dengan mengubah cara perhitungan pendapatan
nasional yang dikemukakan Colin Clark, Gilbert, dan kanvis ke arah yang
lebih baik
2) Kelompok yang berupaya untuk melakukan penyusunan
terhadappenyesuaian pendapatan masyarakat dibandingkan dengan
mempertimbangkan beda tingkat harga setiap Negara.
3) Kelompok yang berupaya untuk mekakukan perbandingan pada tingkat
kesejahteraan setiap Warga Negara berdasarkan data yang tidak bersifat
moneter.
Berdasarkan delapan indikator tingkat kesejahteraan sebagai acuan terhadap
upaya peningkatan kualitas hidup, adapun indikator tersebut menurut BPS
(2016), diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Kependudukan
2. Kesehatan
3. Pendidikan
4. Ketenagakerjaan
5. Taraf dan pola konsumsi
6. Perumahan dan lingkungan
7. Kemiskinan, dan
8. Sosial lainnya.

Indikator kesejahteraan masyarakat secara umum menurut BKKBN memilliki lima


indikator yang semestinya dicapai oleh suatu keluarga yang dikatakan sebagai keluarga
sejahtera, yaitu: anggota keluarga menyelenggarakan ibadah sesuai anutan agama masing-
masing. Seluruh anggota keluarga umumnya mampu untuk makan sekurang-kurangnya dua
kali atau lebih, seluruh anggota keluarga memiliki pakaian yang layak dan berbeda dalam
satu rumah, seluruh anggota keluarga memiliki pendidikan, pekerjaan pada kepala rumah
tangga dan dapat berwisata, lantai rumah bukan terbuat dari tanah, dan mendapatkan KB
modern bagi yang ingin mengikuti program KB (Sub Direktorat Statistik, 2008).

Menurut Sub Direktorat Statistik (2008), yang menyimpulkan bahwa indikator


kesejahteraan sebagai berikut:

1. Pendapatan, pendapatan disini ialah penghasilan yang didapat masyarakat


atas pendapatan setiap kepala rumah tangga ataupun anggota rumah tangga yang
didistribusikan untuk biaya konsumsi, kesehatan, pendidikan dan kebutuhan lainnya
yang bersifat material. Pengukuran pendapatan tergolong menjadi tiga bagian, yaitu:
a. Rendah, (kurang dari Rp. 1.000.000) b. Sedang, ( Rp. 1.000.000 sampai Rp.
5.000.000) c. Tinggi ( lebih dari Rp. 5.000.000) .

2. Konsumsi pengeluaran, salah satu indikator kesejahteraan masyarakat yaitu


pola konsumsi dalam rumah tangga. Rumah tangga dengan jumlah pengeluaran yang
lebih besar terhadap konsumsi makanan akan menunjukkan rumah tangga tersebut
berpenghasilan rendah sedangkan untuk rumah tangga yang tingkat kesejahteraannya
tinggi maka jumlah pengeluaran terhadap non makanan kurang dari 80% dari total
pendapatan. Gambaran besar dan kecilnya jumlah pengeluaran yang berkembang
selama inilah yang mengukur tingkat kesejahteraan masyarakat.

3. Pendidikan, yang merupakan lembaga peningkatan kualitas sumber daya


manusia yang diberikan mulai dari kanak-kanak hingga dewasa yang berfungsi
sebagai wujud membentuk pribadi yang mandiri. Mayoritas msyarakat modern sangat
meletakkan pendidikan sebagai suatu hal yang sangat wajib karena mereka
menganggap pendidikan sebagai kunci kehidupan untuk meraih kesuksesan di masa
mendatang.

4. Kesehatan. Indikator kesejahteraan dalam bidang Human development


index (HDI) ataupun indek pembangunan manusia (IPM) termasuk tolak ukur yang
sangat penting membandingkan keberhasilan pembangunan sumber daya manusia
antar Negara. Sub indikator pada kesehatan yaitu, Angka Harapan Hidup, angka
kelahiran.

5. Perumahan Masyarakat. Berdasarkan Biro Pusat Statistik perumahan


masyarakat yang tergolong dalam kategori sejahtera ialah tempat berlindung atau
rumah tersebut adalah milik sendiri, dengan luas lantai lebih dari 10 meter, berlantai,
dinding, dan atap yang baik serta layak. Menurut konsep BKKBN dalam Bungkaes
Heri Risal (2013) ada lima tingkat kesejahteraan dalam perkembangan masyarakat
desa, yaitu:

a. Prasejahtera, yaitu keluarga yang belum mampu mendapatkan kebutuhan


dasar seperti kebutuhan pangan, sandang dan kesehatan.

b. Sejahtera I, adalah keluarga yang sudah dapat memenuhi dasar, akan tetapi
belum dapat memenuhi kebutuhan sosial psikologisnya seperti pendidikan,
transportasi maupun interaksi antar lingkungan.

c. Sejahtera II, tingkat keluarga ini telah dapat memenuhi kebutuhan pokok,
kebutuhan sosial psikologis, akan tetapi belum dapat melakukan saving atau
menabung.

d. Sejahtera III, jenis keluarga ini sudah dapat memenuhi kebutuhan pokok
minimum, sosial psikologis, saving, akan tetapi kegiatan partisipatif dalam
masyarakat seperti bakti sosial kemasyarakatan, pemberian dalam bentuk financial
maupun material belum dapat diberikan.

e. Sejahtera III-plus, ialah keluarga yang sudah dapat memenuhi segala


kebutuhan pokok minimum, sosial psikologis, saving, serta telah dapat memberikan
materi yang real dan bersifat panjang bagi pembangunan masyarakat..

2.2.3. Tujuan Kesejahteraan

Tujuan dari kesejahteraan berdasarkan UU Nomor 11 pasal 3 Tahun 2009, yaitu:

a. Meningkatkan taraf kesejahteraan, kualitas, dan kelangsungan hidup.

b. Memulihkan fungsi sosial dalam rangka mencapai kemandirian.

c. Meningkatkan ketahanan sosial masyarakat dalam mencegah dan menangani masalah


kesejahteraan sosial

d. Meningkatkan kemampuan dan kepedulian masyarakat dalam penyelenggaraan


kesejahteraan sosial secara melembaga dan berkelanjutan, dan
e. Meningkatkan kualitas manajemen penyelenggaraan kesejahteraan sosial.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian” ANALISIS PERANAN BUMDES


TERHADAP KESEJAHTRAAN EKONOMI MASYRAKAT DESA SUNTALANGU “ini
adalah menggunakaan jenis data dekskriftif kualitatif. menurut Patton yang dikutip oleh lexi J
Moloeng kualitatif adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikan ke dalam suatu
pola, kategori dan satuan uraian dasar. Sedangkan menurut Noeng Muhadjir, adalah upaya
mencari serta menata secara sistematis catatan hasil observasi, interview dan lainnya untuk
meningkatkan pemahaman peneliti tentang masalah yang diteliti. Menganalisis data
merupakan suatu langkah yang sangat kritis dalam penelitian dengan tujuan untuk mencari
kebenaran data tersebut dan untuk mendapatkan suatu kesimpulan dan hasil penelitian yang
telah dilakukan. Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis data deskriftif
kualitatif.kualitatif adalah teknik analisa data dengan menggunaka data-data yang berbentuk
angka. Teknik ini biasa disebut dengan analisa statistik. model matematika,dan model-model
tertentu lainnya.

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan lapangan (Field Research).


Penelitian lapangan adalah penelitian dengan karateristik masalah yang berkaitan dengan
latar belakang dan kondisi saat ini dari subyek yang diteliti, serta individu, kelompok,
lembaga atau komunitas tertentu (Radjab dan Andi, 2017:28). Hal ini memliki tuju untuk bisa
mempelajari secara langsung lingkungan dan keadaan sosial tempat objek yang akan diletiti.

3.2 Data dan Teknik Pemerolehannya

3.2.1.Sumber Data

Dalam penilitian ini data yang digunakan adalah data sekunder dan primer. Data Primer
yaitu data yang prertama kali di kumpulkan dan dicatat oleh peneliti .Sanusi (2014:104).Data
primer dalam penelitian ini dimana didapatkan dengan memberikan kosioner kepada
responden yaitu Desa yang mendapatkan dana BUMdes.Data primer ini dapat di peroleh dari
individu yang bersangkutan dalam penelitian ini

Data sekunder adalah data yang di kumpulkan dan di peroleh dari organisasi atau
peroangan, Data sekunder bentuk nya berupa sumber daftar pustaka yang mendukung
penelitian ilmiah serta di peroleh dari literatur yang relevan seperti majalah.surat kabar.buku
refrensi. jurnal. artikel dan website.

3.2.2. Teknik Pengumbpulan Data

Dalam penelitian ini, terdapat dua metode dalam pengumpulan atau yang terdiri dari:

1. Studi Lapangan

Studi lapangan adalah kegiatan pengumpulan data dengan cara pengamatan yang
dilakukan secara langsung dengan seksama dan sistematis, yang kemudian di tindak lanjuti
dengan pencatatan data secara cermat dan sistematis pada suatuobjek yang diteliti. Metode
observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cra melihat dan mengamati secara langsung
dokumendokumen yang digunakan dalam pengumpulan data penelitian.

2. Tehnik Dokumntasi

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-halatau variabel berupa catatan,


transkip, buku, surat kabar, dan sebagainya (Arikunto, 2006). Metode dokumentasiadalah
pengumpula data dengan cara melihat, membaca, mempelajari kemudian mencatat data yang
sudah ada hubungan dengan objek penelitian.

3. Tehnik Wawancara

Wawancara atau interview adalah sebuah dialog yang dilakukan oleh pewancara untuk
memperoleh informasi dari terwawancara (Arikunto, 2006). Metode wawancara adalah
metode pengumpulan data dengan cara menanyakan langsung data yang dibutuhkan kepada
seseorang yang berwenang.

3.2.3.Fokus Penelitian

Memfokuskan penelitian berarti membatasi apa yang diteliti. Penelitian ini difokuskan
pada peran dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat, dimana indikator kesejahteraan
masyarakat terdapat lima item yaitu pendapatan, konsumsi pengeluaran,
pendidikan,kesehatan, dan perumahan masyarakat. Dari lima indikator kesejahteraan
masyarakat tersebut peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut dari peran adanya BUMDes
dalam peningkatan kesejahteraan masyarakat.Badan Usaha Milik Desa dalam peningkatan
kesejahteraan masyarakat yang dilihat dari dua indikator terpilih yaitu pencapaian tujuan dan
integrasi.

3.2.4. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Desa yang terdapat di Kecematan suela Kabupaten lombok
timut. Pemilihan lokasi ini ditetapkan secara sengaja (purposive), yaitu pengambilan lokasi
berdasarkan kriteria yang dianggap mempunyai sangkut paut dengan karakteristik populasi
yang sudah diketahui sebelumnya.
Dengan pertimbangan bahwa di Kecamatan tersebut sudah menerima dan
mengalokasikan Dana BUMDes dengan lengkap diantara usaha-usaha lain karena
pemerintahan Desa yang siap untuk mengalokasikan Dana BUMDes tersebut.

3.2.5.Objek Dan Subjek Penelitian

Objek adalah pusat tujuan ilmiah untuk memperoleh data dengan tujuan dan urgensi
tertentu terkait suatu hal yang bersifat objektif, valid dan reliable tentang suatu hal pada
variabel penelitian, (Sugiyono, 2017:41). Objek dari penelitian ini adalah Badan Usaha Milik
Desa suntalangu kecamatan suela, yaitu lebih spesifiknya jika dilihat dari segi peran
BUMDes tersebut. Subjek menurut Moleong (2010: 132) mendefinisikan subjek penelitian
seagai informan penelitian, dimana manusia digunakan sebagai alat untuk memberikan
informasi tentang suatu situasi atau kondisi tertentu sesuai dengan kebutuhan penelitian.

Tabel 3.1

Objek dan Sbjek

No Subjek % Jumlah subjek


1. Masyarakat umum:
a. Pengguna Fasilitas 75% 10 orang
b. Bukan pengguna fasilitas 12 orang

2 Pemerintah Desa 10% 3 orang


3 Pengelola BUMDes 10% 3 orang
4 Akademisi 5% 1 orang
Total 100 29 orang
%

3.3.6.Metode Analisis

1. Reduksi Data
Mereduksi data ialah meringkas, memilah hal-hal penting, fokus pada hal-
hal penting, dicari pola dan temanya. Dengan demikian data yang selesai
direduksi memberikan deskripsi yang lebih detail, serta memudahkan peneliti
untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya apabila dibutuhkan,
(Sugiyono, 2011: 247). anyaknya jumlah data dan kompleksnya data,
diperlukan analisis data melalui tahap reduksi. Tahap reduksi ini dilakukan
untuk pemilihan relevan atau tidaknya data dengan tujuan akhir.dan
membuang data yang tidak penting dalam penelitian.
2. Display Data
Setelah peneliti mereduksi data, metode selanjutnya adalah mendisplay
data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan sejenisnya
(Sugiyono, 2017: 249). Melalui penyajian data tersebut, maka nantinya data
akan terorganisasikan dan tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan
semakin mudah dipahami.
3. kesimpulan dan Verifikasi
Penarikan kesimpulan dan verifikasi data merupakan tahap akhir dalam
teknik analisis data kualitatif yang dilakukan melihat hasil reduksi data tetap
mengacu pada tujuan analisis hendak dicapai. Tahap ini bertujuan untuk
mencari makna data yang dikumpulkan dengan mencari hubungan, persamaan,
atau perbedaan untuk ditarik kesimpulan sebagai jawaban dari permasalahan
yang ada.
Penarikan kesimpulan merupakan bagian dari kegiatan mencari keabsahan
data. Dalam penarikan kesimpulan data yang diperoleh masih membutuhkan
verifikasi kembali pada catatan lapangan atau diskusi dengan partner untuk
kepentingan terciptanya kesepakatan intersubjektif, kemudian hasil tersebut
dapat dianggap bahwa data tersebut bernilai valid (Idrus, 2009: 152).

Anda mungkin juga menyukai