Anda di halaman 1dari 14

Analisis Strategi Keberhasilan BUMDes BeJo milik Desa Torongrejo, Kecamatan

Junrejo, Kota batu, Jawa Timur

Oleh : Hilda Katlea , Tiara Shavier Maharani, Virgia Nanda Asyika

Pengantar (Introduction)

Pembangunan daerah merupakan hal yang paling utama dari pembangunan nasional,
karena daerah merupakan salah satu aspek penting dalam berdirinya suatu negara, dan
kebanyakan daerah di Indonesia merupakan daerah pedesaan. Masyarakat perkotaan dan lebih
maju sering memandang penduduk desa sebagai masyarakat yang kurang dalam segi ekonomi,
sosial maupun kecerdasan serta masih bersifat konservatif (Anwar dan Jatmiko, 2012). Tujuan
utama pengadaan pembangunan desa oleh pemerintah Indonesia adalah untuk memberdayakan
masyarakat yang mampu bermuara pada peningkatan produktivitas sumber daya yang ada di
pedesaan serta keragaman usaha di pedesaan seperti yang telah terjadi di perkotaan. Menurut
Tama (2013) salah satu kegiatan pemerintah ini dilakukan agar desa memiliki sarana dan
prasarana yang mampu menunjang kegiatan ekonominya secara mandiri dan memperkuat
kelembagaan ekonomi yang mampu mendukung proses produksi dan distribusi barang hasil
usaha pedesaan. Untuk mengembangkan dan memajukan desa seperti yang diharapkan,
Fajarwati (2016)menyatakan bahwa pemerintah desa juga harus mampu menerapkan strategi
agar mampu memaksimalkan potensi untuk mendukung kehidupan masyarakat desa yang lebih
baik.

Terjadi perubahan yang sangat nampak mengenai pembangunan pedesaan semenjak


disahkannya undang-undang desa Nomor 6 Tahun 2014 mengenai Desa serta Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2017 tentang APBN tahun 2018. Menurut Wahyu & Aditya (2019) pembangunan
desa tentunya lebih mudah dilakukan, karena pemerintah pusat menghibahkan dana untuk desa
pada tahun 2018 sebesar 60 triliun rupiah untuk melancarkan program pemerintah tersebut.
Peraturan Menteri Pembangunan Desa dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2015 yang membahas
mengenai Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dijadikan pedoman dalam menindaklanjuti
penyaluran dana tersebut secara mandiri. Keberadaan BUMDes diutamakan untuk memperkuat
perekonomian desa dengan penggunaan potensi yang ada melalui pengelolaan aset desa, jasa
serta usaha produksi yang ada di desa tersebut. BUMdes menjalankan usaha untuk memberikan
keuntungan bagi kesejahteraan masyarakat dan peningkatan Pendapatan Asli Desa. juga
melakukan usaha ekonomi atau komersial untuk memperoleh keuntungan yang bermanfaat bagi
kepentingan masyarakat dan untuk meningkatkan Pendapatan Asli Desa ( (Pradini, 2019).

Salah satu BUMDes yang aktif di Kabupaten Malang adalah BUMDes BeJo milik Desa
Torongrejo, Kecamatan Junrejo, Kota batu, Jawa Timur. BUMDes BeJo Desa Torongrejo
menjalankan kemitraan dengan berbagai pihak, terutama masyarakat Desa Torongrejo, baik
perseorangan maupun kelompok masyarakat. Badan Usaha Milik Desa Berkah Torongrejo atau
disingkat BUMDes BeJo adalah sebuah badan usaha yang didirikan Pemerintah Desa Torongrejo,
Kota Batu – Jawa Timur. Proses pendiriannya sebenarnya sudah berjalan sejak tahun 2016 ,
namun karena ada beberapa kendala sehingga baru resmi terbentuk pada Tahun 2018. Proses
pendirian BUMDes ini tentunya tidak terlepas dari kontribusi Pemerintah Desa Torongrejo
termasyk BPD dan LPMD, para tokoh masyarakat, Pemerintah Kota Batu, khususnya Dinas
Pemberdayaan Masyarakat, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi yang melalui
para pendamping desa masing-masing. Dikutip dari laman resmi BUMDes BeJo Desa Torongrejo
omset total dari semua usaha yang dijalankan BUMDes BeJo mulai dari penyertaan modal
Pemerintah Desa Torongrejo berjumlah 19 Juta dari 19 Mitra kerja yang ada dengan jumlah
investasi berupa pinjaman dana sebanyak 633 Juta, dan modal kerja sebesar 51 Juta yang
dialokasikan terbesar untuk pengadaan Hotel Horizon dan Cafe Saung Tani dihitung per Maret
2022 (Bejo, 2022).

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, peneliti akan meneliti strategi kesuksesan
BUMDes BeJo dengan mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman apa yang
menjadikan BUMDes Torongrejo ini berhasil mampu bertahan serta mewujudkan desa yang
berkesejateraan bagi rakyatnya serta strategi apa yang dapat dilakukan untuk meningkatkan
keberhasilan BUMDes Torongrejo ini. Keberhasilan BUMDes BUMDes BeJo Desa Torongrejo
dapat menjadi hal yang menarik diantara banyaknya BUMDes yang biasanya belum berhasil
dalam melaksanakan pekerjaannya atau bahkan gagal sehingga ada hal yang dapat menjadi
pembelajaran penting dalam pengembangan usaha BUMDes yang dapat dibagikan dan
dimanfaatkan oleh BUMDes lain. Maka dari itu peneliti ingin meneliti mengenai “Analisis Strategi
Keberhasilan BUMDes BeJo milik Desa Torongrejo, Kecamatan Junrejo, Kota batu, Jawa Timur”.
KAJIAN PUSTAKA

a) BUMDes
Pembangunan Perekonomian Negara Indonesia akan bekerja lebih optimal jika lebih
mengutamakan posisi strategis desa sebagai tulang punggung kehidupan ekonomi di
Indonesia. Oleh karena itu, dengan memakai dasar Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014
mengenai Pemerintahan Daerah, pemerintah Indonesia telah berusaha mengelola mekanisme
desentralisasi desa dalam rangka membangun desa yang disesuaikan dengan karakteristik
dan juga potensi desa masing-masing. Kehadiran UU ini diharapkan mampu menjadikan desa
memiliki daya ekonomi, sosial, politik dan juga martabat secara budaya seperti yang biasa
dikenal sebagai Catur Sakti Desa atau Asas Empat Martabat Desa. Undang-undang desa ini
diharapkan juga memberikan jawaban bagi permasalahan yang meliputi seluruh aspek
kehidupan dalam masyarakat desa dan mampu memperkuat desa sebagai masyarakat mandiri
yang kuat (Widagdo, 2016). Selain berlandaskan pada kebijakan pemerintah pusat, Widodo
(2016) menyatakan bahwasanya pembangunan desa harus dilakukan bersamaan dengan
keterlibatan seluruh masyarakat desa guna mencapai tujuan desa. Salah satu mekanisme yang
dapat dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut adalah dengan pengadaan Badan Usaha Milik
Desa atau BUMDes. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dalam Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2014 mengenai Desa Pasal 1 angka 6 dinyatakan sebagai berikut:
“Badan Usaha Milik Desa yang selanjutnya disebut BUMDes merupakan badan usaha
yang modalnya keseluruhannya atau sebagian dimiliki oleh desa melalui penyertaan langsung
dari kekayaan desa yang dipisahkan untuk dilakukan pengelolaan kekayaan, jasa, dan usaha
lain guna mencapai kepentingan rakyat desa dan juga kesejahteraan yang sebesar-besarnya.”
Salah satu upaya pengelolaan ekonomi desa yang produktif yakni dengan pembentukan
dan pengelolaan BUMDes yang dilakukan secara kooperatif, partisipatif, emansipasi,
transparan, berkelanjutan dan juga akuntabel ( (Suryanto, 2018). Untuk mencapai hal tersebut,
maka diperlukan upaya yang sungguh-sungguh agar kinerja BUMDes menjadi lebih efektif,
efisien, proporsional serta mandiri. Sesuai dengan Peraturan Menteri Desa, Pembangunan
Daerah Tertinggal dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2015 mengenai Pendirian, Penatausahaan
dan juga Pengurusan, serta Pemberhentian Badan Usaha Milik Desa Pasal 3, pengadaan
BUMDes bertujuan untuk:
a) Meningkatkan perekonomian pedesaan;
b) Mengoptimalkan kekayaan desa yang digunakan untuk kesejahteraan seluruh masyarakat
desa;
c) Memaksimalkan upaya masyarakat dalam mengelola potensi Bun meningkatkan
perekonomian desa;
d) Menyusun rencana kemitraan usaha antar desa dan/atau pihak ketiga;
e) Menciptakan peluang pasar dan jaringan ekonomi yang mendukung kebutuhan pelayanan
masyarakat desa tersebut;
f) Menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat luas;
g) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa melalui peningkatan pelayanan publik yang
ada di desa dan pertumbuhan serta pemerataan ekonomi desa terkait; dan
h) Meningkatkan pendapatan masyarakat desa serta Pendapatan Asli Daerah (PAD) Desa
setempat.
Selain tujuan yang telah tertuang tersebut, kehadiran BUMDes juga diharapkan dapat
memberikan pelayanan kepada masyarakat desa semaksimal mungkin. Oleh karena itu,
BUMDes tidak pernah diadakan dengan tujuan membuat pesaing baru bagi ekonomi penduduk
desa. Pada pelaksanaannya, BUMDes dilarang untuk menjalankan usaha yang dapat
menimbulkan persaingan ekonomi di desa tersebut, misalnya dengan menjual produk atau
membangun usaha dengan kesamaan jenis bisnis yang sebelumnya telah dilakukan oleh
penduduk desa tersebut. Sebaliknya, BUMDes harus mampu menumbuhkan dan membangun
upaya peningkatan skala usaha yang ada di desa dengan pemanfaatan potensi yang ada
(Suryanto, 2018). Dikaji secara ekonomi, kehadiran BUMDes menurut Nurcholis (2011) harus
mampu merangsang dan menggerakkan roda perekonomian pedesaan tersebut. Aset ekonomi
yang dimiliki oleh desa harus dikelola keseluruhan oleh masyarakat desa tersebut. Kegiatan
perekonomian di pedesaan tersebut guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat akan
dipayungi oleh lembaga yakni BUMDes tersebut.

b) Prinsip Pengelolaan BUMDes


Dalam Buku Panduan Pendirian dan. Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (2007)
dijelaskan bahwa sebelum melakukan pengadaan BUMDEs, tentunya ada beberapa kegiatan
yang dilakukan agar usaha ini mampu berjalan secara optimal dan memberikan dampak yang
positif bagi kesejahteraan masyarakat pedesaan. Hal tersebut antara lain sebagai berikut:
a) Merancang struktur organisasi BUMDes.
b) Mengatur deskripsi pekerjaan yang akan dilakukan BUMDes
c) Membangun sistem koordinasi BUMDes.
d) Mengembangkan kebijakan kerja sama BUMDes dengan berbagai pihak
e) Mengembangkan pedoman kerja BUMDes
f) Menyusun desain sistem informasi BUMDes
g) Mengembangkan rencana bisnis yang akan dikembangkan pada BUMDes.
h) Mengembangkan sistem administrasi dan akuntansi yang akan dilakukan pada BUMdes
i) Melakukan proses rekrutmen tenaga kerja yang dibutuhkan BUMDes
j) Menetapkan sistem penggajian dan pengupahan yang akan dilakukan BUMDes.
Menurut Ridlwan (2014) ada 6 prinsip dalam pengelolaan BUMDes yang perlu untuk
diperhatikan sebagai bahan untuk menyelaraskan pemahaman antara masyarakat, pemerintah
desa, Badan Pengawas Desa, dan juga Pemerintah Kabupaten. Keenam prinsip tersebut
antara lain adalah:
a) Kooperatif, kerja sama atar semua komponen yang terlibat dalam BUMDes harus dilakukan
untuk mengembangkan dan juga mempertahankan usaha yang dilakukan BUMDes.
b) Partisipatif, seluruh komponen yang ikut serta dalam kegiatan BUMDes harus bersedia
secara sukarela untuk memberikan kontribusi dan dukungan secara maksimal demi
keberlangsungan usaha yang dilakukan.
c) Emansipatoris, berlaku adil tanpa adanya permbedaan perlakuan kepada semua
komponen yang terlibat dalam BUMDes
d) Transparan, segala kegiatan harus dilakukan dengan sepengetahuan seluruh masyarakat
e) Berkelanjutan, kegiatan usaha harus dilakukan secara terus menerus dan memiliki prospek
untuk jangka panjang.
f) Akuntabel, semua kegiatan usaha harus dapat dipertanggungjawabkan secara teknis
maupun administratif kepada masyarakat.
c) Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bentuk dari penelitian jenis
kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan salah satu bentuk penelitian ilmiah yang bertujuan
untuk memahami suatu fenomena atau kejadian mengenai apa yang dialami oleh subjek
penelitian ( (Moleong, 2014). Penelitian ini menggunakan model studi kasus, yang dinyatakan
menurut (Herdiansyah, 2015) bahwasanya model studi kasus merupakan salah satu model
penelitian kualitatif yang menjelaskan secara detail mengenai individu atau unit sosial tertentu
selama periode waktu tertentu sesuai dengan lamanya penelitian. Model penelitian
menggunakan model studi kasus akan dilakukan secara komprehensif, intens, detail,
mendalam, dan lebih terarah sebagai upaya mengkaji masalah atau fenomena yang terjadi
selama penelitian bersifat kontemporer. Dalam model penelitian studi kasus, peneliti bermaksud
untuk menemukan keunikan kasus secara mendetail sehingga dapat memfokuskan pertanyaan
pada proses dan penyebabnya. Selain hal tersebut peneliti juga dapat melakukan tindak lanjut
dari pertanyaan yang difokuskan pada isu-isu topik yang diteliti. Model peneltian studi kasus
kolektif yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan untuk menarik kesimpulan mengenai
fenomena atau kejadian yang terjadi pada kasus tersebut ( (Herdiansyah, 2015).
Model penelitian studi kasus yang dipilih dalam penelitian ini berfokus untuk melihat
kesiapan Desa Torongrejo, Kecamatan Junrejo, Kota batu dalam membentuk BUMdes sebagai
salah satu upaya dalam memberdayakan masyarakat yang memiliki ekonomi kreatif. Lokasi
penelitian ini berada di BUMDes BeJo milik Desa Torongrejo, Kecamatan Junrejo, Kota batu.
Teknik yang digunakan untuk memperoleh data yang dibutuhkan, peneliti melakukannya
dengan teknik observasi, wawancara diskusi terfokus, dan mengumpulkan data dari berbagai
sumber yang telah ada. Data yang digunakan dalam penelitian ini ada dua macam yakni data
primer dan data sekunder.
Data primer yang dimaksudkan dalam penelitian yakni data yang diperoleh oleh peneliti
secara langsung dari sumber datanya di lapangan. Data primer juga disebut sebagai data asli
atau data baru yang memiliki sifat yang selalu up to date atau terbaru. Untuk memperoleh data
primer, tentunya seorang peneliti harus langsung terjun ke sumber data yang sedang diteliti.
Dalam penelitian yang dilakukan saat ini ini, sumber data primer yang diperoleh oleh peneliti
adalah hasil wawancara dengan Kepala Desa Torongrejo, Kepala Pelaksana BUMDes BeJo,
beberapa mitra BUMDes BeJo, dan juga beberapa masyarakat yang terlibat dalam operasional
pelaksanaan kegiatan BUMDes BeJo milik Desa Torongrejo. Untuk data sekunder, peneliti
dapat memperolehnya dari berbagai sumber seperti jurnal yang berhubungan dengan
penelitian, buku bacaan, arsip-arsip serta dokumen pendukung lainnya yang berkaitan dengan
permasalahan penelitian, yang tentunya berkaitan dengan Analisis Strategi Keberhasilan
BUMDes BeJo milik Desa Torongrejo, Kecamatan Junrejo, Kota batu, Jawa Timur.
Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan cara mereduksi data, menyajikan
data, dan menyimpulkan hasil penelitian (Sugiyono, 2012). Selanjutnya peneliti akan mengecek
keabsahan data dengan menguji kredibilitasnya melalui triangulasi. Pengalisisan data dalam
penelitian ini dilakukan menggunakan model interaktif melalui 3 langkah antara lain
1. Reduksi data merupakan proses pemilihan, pemfokusan,penyederhanaan, pengikisan, dan
transformasi data mentah yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan
2. Tampilan data merupakan kegiatan mendeskripsikan serangkaian informasi terstruktur asal
mula penarikan kesimpulan, dan tindakan yang dilakukan. Data dalam penelitian kualitatif
biasanya disajikan dalam bentuk narasi
3. Penarikan kesimpulan dan verifikasi dari kegiatan awal yakni proses pengumpulan data.
Peneliti kualitatif akan bertindak mendeskripsikan setiap fenomena yang telah diperoleh di
lapangan, mencatat seluruh informasi yang berhubungan dengan penelitian mengenai
seluruh aturan, alur, proposisi dan lainnya. Menjadi seorang peneliti dalam penelitian
kualitatif diharapkan memiliki sikap yang terbuka dan juga skeptis terhadap perubahan hasil
penelitian selama masa penelitian berlangsung. Hasil penelitian dalam penelitian kualitatif
dapat berubah sesuai fenomena yang terjadi untuk kemudian divalidasi untuk
dipertanggungjawabkan setelah waktu penelitian berakhir. (Miles & Hubberman, 2012)
d) Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan ketua BUMDes BeJo dan Kepala
Desa Torongrejo, Kecamatan Junrejo, Kota batu, diperoleh informasi mengenai persiapan
pemerintah desa Desa Torongrejo dalam menghadapi perubahan mengenai pengelolaan dana
terhadap pengembangan potensi sumber data yang dimiliki oleh desa guna meningkatkan
Pendapatan Asli Desa (PAD) yang ada. Bapak Sugeng Santoso Wijoyo selaku Kepala Desa
Torongrejo, Kecamatan Junrejo, Kota batu menyatakan

“Inisiatif pendirian BUMDes dengan tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat


muncul semenjak tahun 2016, di mana pada saat itu terjadi perubahan mengenai
program dana desa yang cukup besar yang disesuaikan dalam Undang-Undang.
Namun peresmian BUMDes BeJo baru bisa dilakukan ketika menginjak tahun 2018
karena adanya beberapa masalah”

Pemerintah Desa Torongrejo, Kecamatan Junrejo, Kota batu pada awalnya menemui
kesulitan dalam mengelola dana dengan jumlah yang cukup besar tersebut. Namun, seiring
dengan berjalannya waktu, Desa Torongrejo, Kecamatan Junrejo, Kota batu mampu
beradaptasi sehingga hal ini tidak lagi menjadi beban dan juga kekhawatiran yang berarti.
Setelah mampu melakukan pengelolaan keuangan desa dengan baik, dana tersebut kemudian
juga dialokasikan kebeberapa bidang dengan kerja sama dengan beberapa mitra semenjak
tahun 2018 tersebut. kemudian mengalokasikan ke beberapa bidang. Berdasarkan penelitian
yang kami dapatkan di lapangan, ada beberapa mitra yang bekerja sama dalam meningkatkan
kesejahteraan bersama dengan BUMDes Bejo. Hal ini disampaikan oleh Bapak Agus Sugianto,
S.E selaku Kepala Pelaksana Operasional BUMDes Bejo Torongrejo, Kecamatan Junrejo, Kota
Batu

“Mitra Bejo terdiri dari berbagai pihak diluar BUMDes yang bekerja sama bersama
kami, khususnya yang terkait dengan kerja sama usaha. Dalam pelaksanaannya, ada
kesepakatan kerja yang dilakukan BUMDes dan mitra terkait untuk memperjelas
proses pelaksanaannya. Dalam menentukan mitra, tentunya BUMDes Bejo tidak
memiliki larangan bagi siapapun untuk bekerja sama bersama kami. Mitra Bejo bisa
berupa perorangan, kelompok, lembaga pemerintah, lembaga swasta, dan lainnya.
Bahkan BUMDes BeJo juga telah melakukan kerja sama bersama dengan Bank BNI
dan juga Bank Jatim”

Hal ini diperkuat oleh Bapak Heri Wahyudi selaku salah satu mitra BUMDes Bejo pemilik
toko Klontong & E-WARUNG BNI 46

“Saya bisa melakukan kerja sama dengan BUMDES BeJo ini tanpa diperumit.
Alhamdulillah, semenjak saya bekerja sama dengan BUMDes ini, usaha saya lebih
produktif dan sekarang saya bisa bekerja sama dengan BNI 46 untuk membuka e-
warung”

Selain hanya bekerja sama bersama mitra kerja, BUMDes Bejo, Desa Torongrejo juga
mendirikan beberapa unit usaha penunjang lainnya seperti fotokopi, jasa wisata, kebutuhan
barang dan juga transaksi online. Hal ini disampaikan oleh Bapak Agus Sugianto, S.E selaku
Kepala Pelaksana Operasional BUMDes Bejo Torongrejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu

“BUMDes Bejo memiliki beberapa unit usaha penunjang seperti pengadaan berbagai
barang dan jasa, baik itu untuk kantor pemerintahan maupun kebutuhan swasta,
BUMDes BeJo juga mampu menambah peralatan pendukung usaha dengan
pembagian hasil keuntungan sesuai dengan kesepakatan yang telah disepakati
bersama. Tidak hanya hal tersebut BUMDes juga Bejo melayani kebutuhan wisatawan
dengan berbagai paket wisata desa antara lain Paket Wisata Dadi Wong nDeso, Paket
Arung Jeram, Paket Wisata Sepeda. Paket Team Building, dan juga Paket Wisata
Tani. Pemanfaatan teknologi digital secara maksimal juga dilakukan oleh BUMDes
Bejo dengan cara melayani transaksi online seperti Setor dan Tarik rekening, Transfer
antar Bank, Pembayaran Pajak,Telkom, BPJS, PLN, Kredit/Leasing, Tiket Pesawat &
Kereta, Pembelian Pulsa HP dan Token Listrik. Dalam hal ini BUMDes Bejo didukung
oleh Bank Jatim”

Berdirinya BUMDes Bejo tentunya tidak terlepas dari peran Pemerintah Desa Torongrejo,
Kecamatan Junrejo, Kota batu yang mampu memberi solusi atas setiap permasalahan yang
dihadapi selama pembentukan BUMDes tersebut. Selain memberikan solusi, Pemerintah Desa
Torongrejo, Kecamatan Junrejo, Kota batu juga mampu menghimpun pendapat masyarakat
untuk dijadikan sebagai pertimbangan dalam menentukan keputusan akhir. Sejak awal
pendirian BUMDes Bejo, Pemerintah Desa Torongrejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu telah
merancang struktur organisasi di BUMDes agar kinerja BUMDes Bejo bisa lebih efisien dan
mudah untuk dikoordinasikan. Hal ini disampaikan oleh Bapak Agus Sugianto, S.E selaku
Kepala Pelaksana Operasional BUMDes Bejo Torongrejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu

“tidak hanya menjadi Kepala Desa, Bapak Sugeng Santoso Wijoyo yang juga menjabat
sebagai penasihat menyampaikan mengenai pentingnya membuat struktur organisasi
di BUMDes Bejo ini supaya kinerja kami lebih maksimal. Sehingga saya sebagai
pelaksana operasional memutuskan untuk membuat struktur organisasi yang terdiri
dari Penasehat, Pelaksana Operasonal, sekretaris, bendahara, manajer perdagangan,
pertanian dan jasa yang dibagi menjadi dalam beberapa unit usaha, manajer wisata
dan kuliner yang juga dibagi menjadi beberapa unit usaha serta pengawas yang terdiri
dari ketua dan juga anggotanya”
Keberhasilan BUMDes BeJo dalam melakukan kegiatan operasionalnya tentu didukung oleh
beberapa hal. Didirikan sebagai sebuah badan Usaha, tentunya BUMDes Bejo berprinsip untuk
mengambil peluang usaha sebanyak-banyaknya guna mencari keuntungan. Namun, kembali
pada tujuan pendirian usaha ini, maka peluang usaha yang seharusnya diambil tidak hanya
menguntungkan, namun tidak akan menimbulkan persaingan dengan masyarakat desa dan
mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Torongrejo, Kecamatan Junrejo, Kota
Batu. Bapak Agus Sugianto, S.E selaku Kepala Pelaksana Operasional BUMDes Bejo
Torongrejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu menyatakan

“Sebagai sebuah lembaga yang memiliki orientasi pada usaha, tentunya kami akan
berorientasi pada keuntungan, namun sebagai sebuah Badan Usaha yang memiliki
tujuan mensejahterakan masyarakat desa, kami akan melakukan beberapa
pertimbangan, yang antara lain menentukan “apakah bisnis usaha yang kami lakukan
akan memetikan usaha yang telah ada sebelumnya?””

Selain hal tersebut, dalam mencapai kesuksesan BeJo seperti pada saat ini, penetapan
sistem koordinasi yang bertujuan untuk menyatukan pendapat yang bermuara pada tujuan
bersama merupakan salah satu hal yang penting dilakukan. Pada awal pendirian BUMDes
BeJo, tidak dipungkiri mengenai pro-kontra yang terjadi di masyarakat, namun semaksimal
mungkin Pemerintah Desa melakukan pendekatan kekeluargaan untuk mencapai tujuan
pendirian BUMDes ini. Hal ini disampaikan oleh Bapak Agus Sugianto, S.E selaku Kepala
Pelaksana Operasional BUMDes Bejo Torongrejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu

“Pada awalnya koordinasi dilakukan melalui pendekatan kekeluargaan agar mampu


menciptakan solidaritas di antara masyarakat, namun koordinasi secara struktural
tetap dilakukan secara profesional.”

Dalam melakukan koordinasi tersebut, tentunya BUMDes Bejo Torongrejo juga


melakukan penyusunan pedoman kerja dengan berbagai Mitra Kerja yang dituangkan dalam
Anggaran Dasar atau Peraturan Rumah Tangga BUMDes Bejo Torongrejo yang kemudian
diorasikan sebagai acuan dalam pelaksanaan operasional.

Seluruh pelaksanaan kegiatan BUMDes Bejo Torongrejo dilakukan sesuai dengan asas
terbuka atau transparan untuk menciptakan hubungan yang positif antara masyarakat dan
badan usaha ini. Oleh karena hal ini, dibutuhkan perancangan sebuah sistem yang mampu
memberikan informasi kinerja mengenai BUMDes. Hal ini dijelaskan oleh Bapak Agus Sugianto,
S.E

“Seluruh pelaksanaan kegiatan di BUMDes Bejo, Desa Torongrejo dilakukan secara


transparan agar masyarakat dapat mengawasi seluruh kinerja kami. Sistem informasi
yang baik tentunya saya percaya mampu meningkatkan kepercayaan masyarakat
Desa Torongrejo terhadap BeJo. Salah satu sistem informasi yang kini telah kami
sediakan dapat diakses secara digital melalui website kami
(https://www.bumdesbejo.com). Dalam website tersebut, seluruh informasi dapat
diakses mulai dari sejarah BUMDes BeJo, truktur organisasi, mitra kerja, seluruh
keuangan kami dan juga usaha yang kami jalankan.”

Selain hal tersebut, faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan kinerja BUMDes Bejo
antara lain adalah kepribadian dan kepuasan kerja pegawai BUMDes. Kepribadian pegawai
BUMDes yang kompeten, tentunya akan menghasilkan kinerja yang memuaskan. Beberapa
kepribadian yang dimiliki oleh pegawai BUMDes Bejo antara lain adalah yaitu: bertanggung
jawab, ikhlas, serius, dan peduli lingkungan dan masyarakat. Hal ini disampaikan oleh Bapak
Agus Sugianto, S.E selaku Kepala Pelaksana Operasional BUMDes Bejo Torongrejo,
Kecamatan Junrejo, Kota Batu yang menyatakan

“Setiap pegawai BUMDes BeJo harus memiliki sikap bertanggung jawab, di mana
setiap karyawan BUMDes Bejo harus berkomitmen untuk melakukan setiap tugas
yang diberikan secara optimal. Kedua, harus memiliki sikap ikhlas, yang berarti ikhlas
dalam mengembangkan potensi desa dan inikan pekerjaan yang bertujuan untuk
membantu masyarakat. Yang ketiga itu serius, serius dalam artian bersungguh-
sungguh dan profesional untuk mengabdikan dirinya dalam mencapai tujuan BUMDes
ini, dan yang paling penting adalah sikap peduli terhadap lingkungan, karena kita ini
kerjanya untuk masyarakat, jadi harus ada sikap peduli”

Hal ini juga diperkuat oleh Bapak Arif selaku pemilik Percetakan ARIF yang bekerja sama
dengan BUMDes BeJo dalam pengadaan mesin fotokopi

“Pegawai BUMDes Bejo sangat profesional dalam melakukan pekerjaannya, karena


tidak hanya mencari untung, mereka juga banyak memberikan kemudahan bagi saya”
e) Penutup
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwasanya
BUMDes BeJo merupakan salah satu BUMDes yang telah berhasil bertahan dan mencapai
tujuannya di antara beberapa BUMDes lainnya yang mengalami kegagalan. Pendirian
BUMDes berlangsung sejak 2016, namun baru disahkan pada tahun 2018. Pemerintah Desa
Torongrejo, Kecamatan Junrejo, Kota batu pada awalnya menemui kesulitan dalam mengelola
dana dengan jumlah yang cukup besar tersebut. Setelah mampu melakukan pengelolaan
keuangan desa dengan baik, dana tersebut kemudian juga dialokasikan kebeberapa bidang
dengan kerja sama dengan beberapa mitra semenjak tahun 2018 tersebut. kemudian
mengalokasikan ke beberapa bidang. Kesuksesan BUMDes BeJo diperoleh antara lain karena
mereka mengaplikasikan asas Emansipatoris di mana dalam menentukan mitra, tidak ada
larangan bagi siapapun untuk bekerja sama, sehingga banyak mitra yang tergabung dengan
BUMDes BeJo untuk meningkatkan kesejahteraannya. BUMdes BeJo juga selalu berprinsip
untuk membuka peluang usaha yang tidak hanya menguntungkan, namun tidak akan
menimbulkan persaingan dengan masyarakat desa dan mampu meningkatkan kesejahteraan
masyarakat Desa Torongrejo, Kecamatan Junrejo, Kota Batu. Seluruh pelaksanaan kegiatan
BUMDes Bejo Torongrejo dilakukan sesuai dengan asas terbuka atau transparan untuk
menciptakan hubungan yang positif antara masyarakat dan badan usaha ini. Oleh karena hal
ini, dibutuhkan perancangan sebuah sistem yang mampu memberikan informasi kinerja
mengenai BUMDes

Hal lain yang menjadi salah satu faktor kesuksesan BUMDes BeJo adalah pembagian
struktur organisasi yang jelas sehingga pekerjaan menjadi lebih efisien. Beberapa yang terdiri
dari Penasehat, Pelaksana Operasonal, sekretaris, bendahara, manajer perdagangan,
pertanian dan jasa, manajer wisata dan kuliner dan juga pengawas. Penyusunan pedoman
kerja dengan berbagai Mitra Kerja juga dituangkan dalam Anggaran Dasar atau Peraturan
Rumah Tangga BUMDes Bejo Torongrejo yang kemudian diorasikan sebagai acuan dalam
pelaksanaan operasional. Selain hal tersebut, faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan
kinerja BUMDes Bejo antara lain adalah kepribadian dan kepuasan kerja pegawai BUMDes.
Kepribadian pegawai BUMDes yang kompeten, tentunya akan menghasilkan kinerja yang
memuaskan. Beberapa kepribadian yang dimiliki oleh pegawai BUMDes Bejo antara lain adalah
yaitu: bertanggung jawab, ikhlas, serius, dan peduli lingkungan dan masyarakat.
Daftar Referensi

Alfirdausi, Akhmad Abaabiil., & Guntur, R. (2019). THE ROLE OF VILLAGE OWNED ENTERPRISES (BUMDES)
ON EFFORTS TO INCREASE ORIGINAL VILLAGE INCOME (PADES) AND VILLAGE COMMUNITY WELFARE
(CASE STUDY ON TIRTA MANDIRI BUMDES IN PONGGOK VILLAGE, POLANHARJO DISTRICT, KLATEN
REGENCY). Journal of Applied Economics in Developing Countries Vol. 4 No. 2, September 2019, Page
64-71

Anwar, M. &. (2012). Kontribusi dan peran pengelolaan keuangan desa belanja desa yang transparan dan
akuntabel (Survey pada perangkat desa di Kecamatan Ngaglik, Sleman, Yogyakarta). Jurnal
Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Diambil kembali dari
ekonomi.upy.ac.id/files/vol11/BAB_I_HAL.pdf

Bejo, B. (2022). Badan Usaha Milik Desa Berkah Torongrejo. Diambil kembali dari
https://www.bumdesbejo.com/

Fajarwati, D. (2016). Persepsi Wajib Pajak Mengenai Pengaruh Keadilan, Sistem Perpajakan, dan Sanksi
Perpajakan Terhadap Penggelapan Pajak (Survey Terhadap UMKM di Bekasi). . JRAK Universitas
Islam 45 Bekasi Vol. 7 No. 1. Februari 201.

Herdiansyah, H. (2015). Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Ilmu Psikologi. Jakarta: Salemba Humanika. .

Miles, M. B. (2012). Qualitative data analysis. USA: SAGE.

Moleong, L. J. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Nurcholis, H. (2011). Pertumbuhan & Penyelenggaraan Pemerintahan Desa. Jakarta: Erlangga. .

Pembangunan, P. K. (2007). Buku Panduan Pendirian dan. Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa. Jakarta:
Departemen Pendidikan Nasional.

Pradini, R. N. (2019). Strategi Pengembangan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes) Di Desa Kedungturi
Kabupaten Sidoarjo. Jurnal IPDN.

Prasetyo, Ratna Azis. (2016). PERANAN BUMDES DALAM PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT DI DESA PEJAMBON KECAMATAN SUMBERREJO KABUPATEN BOJONEGORO. Jurnal
Dialektika Volume XI No.1 Maret 2016

Ridlwan, Z. (. (2014). Urgensi Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dalam Pembangun Perekonomian Desa.
Jurnal Ilmu Hukum, 8(3), 424-440.

Sofyani, Hafiez., Randy, A., REzki, Sri Budhi. (2019). Success Factors of Village-Owned Enterprises (BUMDes)
Performance in Indonesia: An Exploratory Study. Journal of Accounting and Investment, vol. 20 no.
2, may 2019

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta.

Suryanto, R. (2018). Peta Jalan BUMDes (The Road Map of BUMDes) Yogyakarta. Yogyakarta: Syncore. .

Tama, D. O. (2013). Dampak Badan Usaha Milik Desa (BUMDES) Bagi Kesejahteraan Masyarakat Di Desa
Karangrejek Kecamatan Wonosari Kabupaten Gunungkidul. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri
Yogyakarta. Yogyakarta.
Utami, Wiwik., & Lucky. (2019) GOING CONCERN STUDIES OF GOVERNMENT SOCIAL ENTERPRISE IN
INDONESIA (VILLAGE GOVERNMENT ENTERPRISES CASE/BUMDES-LEBAK REGION, WEST JAVA
PROVINCE-INDONESIA. International Journal Entrepreneurship and Management Inquiries Dergisi /
Cilt 3 / Sayı 5 / 191 – 206

Wahyu, A. M., & Aditya, E. (2019). THE ANALYSIS OF PUTUKREJO VILLAGE GOVERNMENT READINESS IN
FORMING BUMDES AS A DEVELOPMENT EFFORTS OF RURAL COMMUNITIES BASED ON CREATIVE
ECONOMY . International Journal of Economics, Business and Accounting Research (IJEBAR) .

Widagdo, A. K. (2016). Sistem Akuntansi Pengelolaan Dana Desa. . Jurnal Ekonomi dan Bisnis, 19(2), 323-
340.

Widodo, I. S. (2016). Village-Owned Enterprise (Badan Usaha Milik Desa) as One of the Alternative Sources
of Village Revenue. Jurnal Panorama Hukum, 1-14.

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa.

Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2017 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran
2018.

Anda mungkin juga menyukai