Anda di halaman 1dari 25

STUDI BIAS KEPEMILIKAN BADAN USAHA MILIK DESA

(Studi Pada BUMDes ) DI DESA KODIK KECAMATAN

PROPPO KABUPATEN PAMEKASAN

PROPOSAL

Diajukan Oleh:
ALFIANA IMELIA
NPM: 2020.04.01.0.0004

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM MADURA PAMEKASAN
2023
I. PENDAHULUAN
1.4 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negeri dengan sejuta kekayaan alam yang menjadi
potensi pembangunan ekonomi bangsa. Pemamfaatan dan pengelolaan sumber
daya yang tepat menjadi modal utama bagi pemerintah dan masyarakat dalam
meningkatkan mutu pereknomian bangsa. Sebagai negara dengan idealism
pacasila, pereknomian di Indonesia juga harus berlandaskan pada nilai-nilai
Pancasila terutama pada sila ke lima yakni ke adilan bagi seluruh rakyat
Indonesia. Pelaksanaan ekonomi berdasarkan Pancasila menggunaka asas
kekeluargaan. dalam mengamalkan sila ke lima, pembangunan ekonomi bertujuan
untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang baik dan sehat, sehingga tercipta
kemakmuran dan keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Pemerataan
pembangunan ekonomi menjadi salah wujud implikasi atas penerapan sila ke lima
Pancasila. Tidak hanya di dukung dengan pembangunan ekonomi di daerah
perkotaan saja melainkan juga pembangunan di daerah tertinggal seperti
pedesaan. ( Gedeona, 2004).

Membangun Indonesia dari Desa adalah salah satu fokus pemerintah saat
ini, hal ini dengan adanya Undang-Undang Desa yang memberikan keleluasaan
pemerinta Desa mengelola pemerintahan nya sendiri. Dalam, hal ini tercetus
badan yang di sebut sebagai BUMDes atau sebagai Badan Usaha Milik Desa,
salah satu tujuannya adalah mengantaskan kemiskinan dan pemberdayaan potensi
Desa.

Kemajuan ekonomi nasional hanya akan tercapai jika terdapat iklim


perekonomian yang baik ditingkat provinsi Kemajuan ekonomi ditingkat provinsi
akan tercapai jika kabupaten memiliki kegiatan ekonomi yang baik. Begitu pula
dengan Kemajuan ekonomi sebuah kabupaten dapat tercapai karena adanya
sumbangsi dari ekonomi pedesaan yang kuat yang berdampak pada kesejahteraan
masyarakat luas. Hal ini akan menjamin penyelenggaraan pemerintahan yang baik
untuk dilaksanaan disemua tingkat pembangunan dan keputusan berdasarkan
kebutuhan nyata dari masyarakat.pembangunan pedesaan merupakan salah satu
cara dalam upaya mengentaskan kemiskinan di Indonesia.

Pengembangan basis ekonomi di pedesaan sudah semenjak lama


dijalankan oleh pemerintah melalui berbagai program.namun upaya itu belum
membuahkan hasil yang memuaskan sebagai mana yang di inginkan
bersama.salah satu factor yang paling dominan adalah adanya interfensi
pemerintah terlalu besar,akibatnya justru menghambat daya kratifitas dan inovasi
masyarakat desa dalam mengelola dan menjalankan mesin perekonomian
dipedesaan.sistem dan mekanisme kelembagaan ekonomi di pedesaan tidak
berjalan efektif dan berimplikasi pada ketergantungan terhadap bantuan
pemerintah sehingga mematikan semangat kemandirian.

Asumsi itulah maka sudah seharusya eksistesi desa medapatka perhatia


yang serius dari pemeritah pusat dengan lahirnya kebijakan-kebijakan terkait
dengan pemberdayaan ekoomi yang dilakukan dengan cara menghimpus dan
melembagakan kegiatan ekonomi masyarakat. Oleh karena itu pemerintah
menerapkan pendekatan baru yang diharapkan mampu menstimulus dan
menggerakkan roda perekonomian dipedesaan adalah melelui pendirian
kelembagaan ekonomi yang dikelola sepenuhnya oleh masyarakat desa yaitu
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sebagai salah satu program andalan dalam
meningkatkan kemandirian perekonomian desa.

Pemberdayaan masyarakat dan fasilitasi dari pemerintah untuk mengelola


berbagai potensi ekonomi untuk kesejahteraan penduduk dan pembangunan desa.
Sampai saat ini tidak diagendakan sebagai prioritas oleh pemerintah daerah.
padahal Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 Pasal 213 Tentang Badan Usaha
Milik Desa (BUMDes), permendesa No.4 Tahun 2015 Tetang Badan Usaha Milik
Desa (BUMDes) dan Pasal 214 Tentang kerja sama atar desa dapat di jadikan
sebagai landasan atau modal dalam upaya pemberdayaan masyarakat desa.

BUMDes lahir segabai suatu pendekatan baru dalam usaha peningkatan


ekonomi desa berdasarkan kebutuhan dan potensi desa. pengelolaan BUMDes
sepenuhnya dilaksanakan oleh masyarakat desa, yaitu dari desa, oleh desa, dan
untuk desa. Cara kerja BUMDes adalah dengan jalan menumpang kegiatan
ekonomi masyarakat dalam sebuah bentuk kelembagaan atau Badan Usaha yang
dikelola secara profesional, namun tetap bersandar pada potensi asli Desa. Hal ini
dapat menjadikan usaha masyarakat lebih produktif dan efektif. kedepan
BUMDes akan berfugsi sebagai pilar kemanduirian bangsa yang sekaligus merjadi
lembaga yang menampung kegiatan ekonomi masysarakat yang berkembanng
menurut ciri khas desa dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat
desa.

Pembangunan ekonomi daerah yang kuat dan berkelanjutan merupakan


sebuah kolaborasi yang efektif antara pemanfaatan sumberdaya yang ada,
masyarakat dan pemerintah. Dalam konteks ini, pemerintahan sebagai regulator
berperan strategis dalam megupayakan kesempatan yang luas bagi masyarakat
lokal untuk berpartisipasi penuh dalam setiap aktifitas ekonomi. Salah satu upaya
pemanfaatan sumberdaya lokal yang optimal adalah dega mengembangkan
berbagai macam jenis unit-unit usaha dalam upaya meingkatkan kesejahteraan
masyarakat.

Pembagunan masyarakat yang wuratji jelaskan dalam Suyanto (2003),


pengembangan masyarakat merupakan proses pembangunan kesadara kritis yang
dilakukan secara transformative. partisipatif, sistematis dan berkesinambunga
melalui pengorgaisasian dan meingkatka kemampuan menangani persoalan dasar
yag mereka hadapi untuk megarah pada perubahan kondisi hidup yag semakin
baik dengan cita-cita yang di harapkan. jadi yag di maksud dengan istilah
pengembangan masyarakat dalam hal ini adalah proses penyadaran dan
penggalian potensi lokal masyarakat yang dilakukan leh seluruh komponen
masyarakat secara bersama-sama, dengan tujuan memenuhi kebutuhan serta
mecari solusi atas permasalahan yang di hadapi oleh mereka.

Dalam Usaha Milik Desa (BUMDes) merupakan inovasi penting dan


layak diapresiasi di tengah kondisi dalam waktu yang lama desa selalu di
tinggalkan. (Sahdan, 2007). Ada harapan dengan terobosan model bisnis
BUMDes. Pertumbuhan dibidang ekonomi bisa lebih merata, tidak lagi terpusat di
kota-kota saja. BUMDes diorientasikan untuk menggerakkan dan mengakselerasi
perekonomian desa. Sumber daya yang dimiliki di desa dikelola oleh warga desa
sendiri untuk meningkatkan asli pendapatan desa, sehingga desa bisa lebih
mandiri. Cara kerja BUMDes sendiri adalah dengan jalan menampung kegiatan-
kegiatan ekonomi masyarakat dalam sebuah bentuk kelembagaan atau badan
usaha yang di kelola secara profesional, namun tetap bersandar pada potensi desa
( Zulkarnaen, 2016 ) ( Trisnawati dan Indra Jaya, 2017).

BUMDes semakin tegas dengan lahirnya peraturan Menteri Desa,


pembangunan daerah tertinggal, dan tranmigrasi Republik Indonesia NO 4 Tahun
2015 tentang pendirian, pengurusan dan pengelolaan, dan pembubaran BUMDes.
Terbitnya PP NO 47 Tahun 2015 menghendaki adanya desa yang mandiri dan
otonom dalam pengelolaan sumber daya yang dimilikinya di mana BUMDes
diharapkan dapat berperan dalam meningkatkan perekonomian pedesaan,
BUMDes meliki potensi yang besar (Anggraini, 2016) ( Prasetyo, 2016).

Pengaruh UU Desa ke depan tidak hanya memberikan kemungkinan posisi


pemerintah Desa semakin mengaut, juga memberika peluang besar bagi
pemberdayaan masyarakat Desa. Dengan dukungan kebijakan finansial untuk
Desa dinilai bisa mempekuat posisi Desa dari ancaman eskternal ( Agusta, 2014 )
( Anggungunanto dkk, 2016 ) pada dasarnya APBN (Anggaran Pendapatan
Belanja Negara) merupakan sumber daya dan hak bagi seluruh masyrakat, tidak
terkecuali warga Desa. Hadirnya UU Desa ini mejadi jembatan bagi Desa untuk
mengakses anggaran yang selama ini sangat sulit di jangkau. Akhirnya anggaran
negara hanya di nikmati oleh segelintir pihak yang mempunyai power. Padahal
power inilah yang penting dimiliki oleh masyarakat Desa ( Hu, 2008 )
( Bierschenk & Sarda, 2003 ). Oleh karenanya adanya UU Desa adalah upaya
mengembalikan power yang perlu dimiliki Desa.

BUMDes bisa menjadi jalan mewujudkan power tersebut mejadi lebih


aktual. Karena BUMDes di proyeksikan sebagai kekuatan ekonomi baru di
wilayah perdesaan Indonesia. Momentum telah mecipta, hal sulit yang menjadi
pekerjaan selanjutnya adalah bagaimana merawat secara setia da konsisten social
project ini agar tidak jatuh pada jurang “Proyekan”, dan tentunya tetap sesusai
dengan harapan berdirinya BUMDes: ekonomi Desa yang mandiri.

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) merupakan salah satu sarana yang
apik bagi pemeritah dan masyarakat dalam membangun perekomian Negara. tidak
hanya berdampak pada pertumbuhan ekonomi yang semakin baik, tetapi BUMDes
juga mampu mencetak masyarakat yang berdaya dan mandiri perekonomian nya.
salah satu contoh nya adalah BUMDes Maju Bersama di Desa Kodik, BUMDes
Maju Bersama dalam megelola ayam petelur Desa Kodik menjadi salah satu
intepretasi dalam menciptakan pedapatan keuangan yang baik di ketahui memang
BUMDes masih belum menjalankan sistem perekonomian yang baik. berdasarkan
kasus tersebut, peneliti tertarik untuk meneliti tentang bagaimana Badan Usaha
Milik Desa (BUMDes) dalam membangun perekonomian di Desa Kodik.

Desa yang memiliki Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) salah satunya
Desa Kodik yang terletak di Kecamatan Proppo, Kabupaten Pamekasan, BUMDes
ini memiliki beberapa unit usaha antara lain Penggemukan Sapi, Ayam Petelur,
dan Toga ( penanaman jahe kunyit temu lawak langkuas kunci ), dengan adanya
potensi kepemilikan usaha tersebut, BUMDes Kodik membuat alternatif
terciptanya lapangan kerja baru untuk meningkatkan ekonomi masyarakat dan
ekonomi Desa guna memakmurkan atau mensejahterakan masyarakat Desa
Kodik.

Kepemilikan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Kodik Kecamatan


Proppo Kabupaten Pamekasan di harapakan dapat mendukung munculnya
kembali demokrasi sosial dan pertumbuhan ekonomi Desa melalui peningkatan
kapasitas masyarakat Desa tentang kepemilikan BUMDesa secara berkelanjutan,
dan partisipasi masyarakat Desa terhadap BUMDesa juga tidak lagi berkurang.

Berdasarkan hasil awal penelitian di Desa Kodik pada peilitian ini, peneliti
mendiskripsikan ke adaan masyarakat Desa Kodik, Desa Kodik merupakan lokasi
yang dijadikan objek dalam penelitian ini, adapun sasaran pelaksanaan BUMDes
meliputi pemerintah Desa Kodik Kecamatan Proppo sebagian besar penduduk nya
bermata pencaharian sebagai petani, peternak, dan pedagang yang merupakan ciri
khas kehidupan masyarakatnya, megingat Desa Kodik Kecamatan Proppo
Kabupaten Pamekasan terletak di daerah pedesaan, realita masyarakat yag masih
banyak terdapat keluarga kurang mampu, dan belum menerima manfaat dari
adanya BUMDes yang di bentuk oleh pemerintah Desa.

Mlihat kondisi yang terjadi saat ini, khususnya di Desa Kodik Kecamatan
Proppo Kabupaten Pamekasan, BUMDes yang sedang berjalan tersebut banyak
yang mengalami kejanggalan-kejanggalan dalam proses seperti perencanaan yang
belum sesuai dengan target dan pelaksanaan seperti halnya, Man (Sumberdaya
manusia), yang tidak melibatkan masyarakat yang ada di Desa Kodik Kecamatan
Proppo Kabupaten Pamekasan dalam pengelolaan BUMDes tersebut, seperti
halnya dalam memberi makan ayam petelur, yang memperkerjakan dari desa lain,
sehingga sebagian masyarakat yang ada di Desa Kodik Kecamatan Proppo
Kabupaten Pamekasan mengeluh tentang keberadaan BUMDes tersebut yang
sampai saat ini belum berajalan dengan maksimal seperti yang di harapkan oleh
masyarakat Desa Kodik Kecamatan Proppo Kabupaten Pamekasan, berbeda
dengan BUMDes yang ada di Desa lain yang di kelola oleh masyarakatnya
sendiri, sebagian masyarakat Desa Kodik Kecamatan Proppo Kabupaten
Pamekasan merasa tidak di adili ( tidak di pekerjakan) oleh pemeritah Desa dalam
mengelola BUMDes tersebut.

Penelitian ini dilakukan di Desa Kodik Kecamatan Proppo Kabupaten


Pamekasan karena BUMDes yang dirancang sebagai ujung tombak ekonomi desa
banyak yang mati, dan dirasa kurang di manfaatkan dengan baik, karena
rendahnya partisipasi masyarakat saat mengelola BUMDes, (tidak di pekerjakan)
dan pelaksanaannya, pemeritah Desa lebih memperkejakan masyarakat dari Desa
lain.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasrkan latar Belakang masalah dan identifikasi masalah, maka peneliti
menyusun rumusan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana Bias Kepemilikan BUMDesa ( Badan Usaha Milik Desa
Kodik Kecamatan Proppo Kabupaten Pamekasan ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis adalah
a. Studi Bias Kepemilikan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Desa
Kodik Kecamatan Proppo Kabupaten Pamekasan

1.4 Manafaat Penelitian


Manfaat yang diharapka pada peelitia ini adalah:
1. Manfaat Praktis
a. Bagi Masyarakat
Dapat memberikan informasi bagi masyarakat megenai Kepemilikan
Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) sehingga dapat menumbuhkan
partisipasi masyarakat Desa Kodik.
2. Mafaat teoritis
a. Bagi pengembangan teori, penelitian ini diharapakan dapat memberi
masuka di bidang pemerintahan yang berhubungan dengan Badan
Usaha Milik Desa di Desa Kodik Kecamatan Proppo Kabupaten
Pamekasan

II. TINJAUAN PUSTAKA


2.4 Penelitian Terdahulu
Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berkenan dengan penelitian
yang akan dilakukan yaitu sebagai berikut .
( Permata, L. Z., & Muzulatul, D. N., P. & Riski, A. F., 2018), dengan
judul strategi pengembangan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Dharma Utama
menunjukkan hasil penelitian yang didapatkan yaitu BUMDes Dharma Utama
mengalami beberapa permasalahan yaitu dari segi marketing, tingkat kesadaran
masyarakat, akases modal dan juga sumber daya manusia yang mengelola
BUMDes.
(Zulkarnain Ridlwan 2014), dengan judul Urgensi Badan Usaha Milik
Desa (BUMDes) dalam pembangunan perekonomian Desa hasil penelitian ini
dapat di simpulkan bahwa BUMDes merupakan suatu lembaga perekonomian
Desa yang memiliki peran penting dalam mewujudkan kesejahteraan masyarakat,
Desa, dan pemerintah Desa.
(Anggunanto, E. Y., & Ariyanti, F., & Darwanto, E. W., K., 2016.)
Dengan judul pengembangan desa mandiri melalui pengelolaan Badan Usaha
Milik Desa (BUMDes) Dengan hasil penelitian ini menunjukkan kondisi
BUMDes di kabupaten jepara sudah berjalan sesuai dengan tujuan pembentukan
BUMDes dan mampu membantu peningkatan perekonomian desa.
(Agus Surono 2017) dengan judul peranan hukum dalam pengelolan
sumber daya alam skala desa oleh Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)dalam
meningkatkan kesejahteraan masyaraka Desa ,dengan hasil penelitian ini
menunjukkan adanya pengaturan dengan berbagai pengaturan perundang
undangan terkait dengan pengelolaan sumber daya alam skala desa oleh BUMDes
dan konsep pengeloaan sumber daya lam skala desa telah sejalan dan sesuai
dengan sila kelima pacasila yaitu keadilan soaial bagi seluruh rakyat Indonesia
(Yayu Putri Sanjani 2019) dengan judul peran sistem manajemen pada
BUMDes dalam meningkatkan pendapatan asli desa ,dengan hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa pengelolaaan BUMDes masih sederhana namuntelah
memiliki rencana untuk perbaikan manajemen perbaikan kedepan .
2.2 Landasan Teori
Badan Usaha Milik Desa merupakan Usaha Desa yang di kelola oleh
pemerintah Desa, dan berbadan hukum. Pemerintah Desa dapat mendirikan Badan
Usaha Milik Desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi Desa. Pemebentukan
Badan Usaha Milik Desa di tetapkan dengan peraturan Desa.

Pengertian BUMDes atau Badan Usaha Milik Desa menurut Permendagri


No.39 Tahun 2010 tentang BUMDes adalah usaha desa yang dibentuk/didirikan
oleh pemerintah desa yang kepemilikan modal dan pengelolaannya dilakukan oleh
pemerintah desa dan masyarakat. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah
lembaga usaha desa yang dikelola oleh masyarakat dan pemerintah desa dalam
upaya memperkuat perekonomian desa dan dibentuk berdasarkan kebutuhan dan
potensi desa.

Menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah desa


dapat mendirikan badan usaha sesuai dengan potensi dan kebutuhan desa.
Dijelaskan juga dalam Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2005 tentang Desa
bahwa untuk meningkatkan pendapatan desa dan masyarakat, pemerintah desa
dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi
desa. Hal tersebut berarti pembentukan BUMDes didasarkan pada kebutuhan,
potensi, dan kapasitas desa, sebagai upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat.

BUMDes memiliki peran sebagai instrumen dalam menguatkan otonomi


desa dan instrument keseahteraan masyarakat. instrument otonomi desa desa
berarti bahwa BUMDes membantu medorong pemerintah desa dalam
mengembangkan potensi yang di miliki desa sesuai dengan kemampuan dan
kewenangan desa. sedangkan instrument kesejahteraan masyarakat berarti bahwa
BUMDes harus melibatkan masyarakat dalam pengelolaan orgaisasinya sehingga
dapat mengurangi tingkat pegangguran yang terjadi. BUMDes juga sangat
berguna bagi pemanfaatan produk lokal sehingga mampu meningkatkan
kesejahteraan masyarakat sehingga masyarakat desa memiliki sumber penghasilan
tambahan dan kepastian harga dapat terjamin. hal ini berarti bahwa BUMDes
merupakan unit usaha yang di banguna dalam rangka meningkatka perekonomian
wilayah pedesaan dengan melibatkan peran aktif masyarakat desa melalui
pemanfaatan produk lokal.

Dalam tata kelola BUMDes yang baik adalah rancangan dalam organisasi
yang berguna untuk menaikan nilai BUMDes melalui pengawasan kinera dan
menjaga akuntabilitas manajemen yang berdasarkan pada peraturan. Penerapa tata
kelola BUMDes yang baik merupakan dasar dalam pegelolaan suatu usaha dan
bertujuan agar dapat mendorong pengelolaan organisasi yang profesional,
transparan akuntabilitas, adil, serta dapat dipercaya dan bertanggung jawab.
Negrut et al. (2010) menjelaskan bahwa tata kelola BUMDes yang baik
merupakan konsep yang memprhitungkan keterlibatan warga dalam proses
pengambilan keputusan, kebutuhan, dan permitaan mereka serta bertujuan untuk
kepentingan umum.

Sejalan denga pengertian di atas, BUMDes yang baik, BUMDes sebagai


organisasi sektor publik juga memiliki tata kelola dalam organisasinya. tata kelola
BUMDes merupakan seperagkat peratuaran yang di buat untuk menjadi pedoman
dalam melaksanakan kegiatan operasionalnya. Tata kelola tersebut di rancang
dengan tujuan agar BUMDes mampu bekerja secara profesional serta mampu
mempertanggung jawabkan kegiatan dan anggaran yang telah di realisasikan.
Pelaksanaan tata kelola dalam pada BUMDes harus dapat mengarah pada prinsip
praktik tata kelola yang baik. UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan
Daerah memberikan jaminan terhadap pelakasanaan prinsip praktik tata kelola
yang baik secara efektif, efisien, transparan, akuntabel, tertib, setara, dan taat pada
peraturan perundang-undangan.

BUMDes sebagai organisasi sektor publik juga dapat menerapkan keadilan


dengan komponen yang sama dia antaranya: 1. Pemebertahuan yang memadai
(adequate notice) menerangkan bahwa hal-hal terkait unit usaha yang dijalankan
BUMDes harus di jelaskan kepada masyarakat desa khususnya masyarakat desa
Kodik oleh pengelola BUMDes sehingga masyarakat paham dan dapat terlibat
secara aktif dalam unit-unit usaha yang beroprasi. Komponen ini juga
menjelaskan bahwa masyarakat desa kodik memiliki kesempatan untuk bertanya
terkait unit yang di jalankan oleh BUMDes tersebut. 2. Penyampaian yang adil (a
fair hearing) yang menjelaskan bahwa masyarakat desa kodik memiliki
kesempatan untuk mengemukakan pendapatnya dalam pembuatan keputusan
BUMDes terkait kegiatan oprasionalnya. Kesempatan dalam mengemukakan
pendapat dapat di sampaikan secara langsung melalui rapat maupun diskusi yang
diadakan oleh BUMDes. 3. Penilaian berdasarkan bukti (judgement based on the
evidence) menerangkan bahwa masyarakat desa kodik memiliki kesempatan untuk
memberikan kritik dan saran dapat disampaikan secara langsung dalam rapat
evaluasi yang di adakan oleh BUMDes.

2.3 Kerangka Konseptual

Peraturan menteri desa PDTT nomor 4 tahun 2015 tentang Bada Usaha
Milik Desa.BUMDes didirika atas dasar kebutuhan dan potensi desa sebagai
upaya peningkatan keseahteraan masyarakat .sebagaimana tujuan BUMDes
adalah untuk meingkatkan perekonomian desa,mengoptimalkan aset desa agar
bermanfaaat untuk kesejahteraa desa kemudian untuk meningkatkan usaha
masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi desa.dengan adanya program
BUMDes ini pameritah dapat membangun kepercayaan untuk masyarakat untuk
saling bekerja sama dalam mewujudkan masyarakat desa yang mandiri secara
ekonomi.

Sebagai peran pamerintah dan masyarakat dalam kepemilikan BUMDes,


agar BUMDes dapat terkelola dengan baik dalam menerapkan prinsip-prinsip
yang baik,maka BUMDes ini dapat memberikan kelangsungan perekonomian
desa yang lebih stabil dan berkelanjutan. Hal ini tentu dapat menunjang
pendapatan asli desa tersebut.

Selain keuntungan secara langsung dalam bentuk pendapatan Desa,


BUMDes juga memerikan keuntungan bagi masyarakat desa umumnya, yaitu
terbentuknya masyarakat desa untuk pengangkat potensi desa, menciptakan
lapangan kerja, dan menjadi lebih produktif hal ini tentu saja akan berpengaruh
terhadap peningkatan ekonomi masyarakat.
III. METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian adalah suatu penyelidikan yang terorganisasi yang bertujuan
untuk mengubah kesimpulan yang telah diterima, ataupun mengubah teori-teori
dengan adanya aplikasi baru dari teori-teori tersebut.

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian kualitatif. Ada


beberapa definisi dari jenis penelitian ini menurut para ahli seperti menurut
Sugiyono (2012:1) “Metode Penelitian Kualitatif adalah metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya
adalah eksperimen) dimana peneliti adalah sebagai instrument kunci, teknik
pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif, dan hasil penelitian kulitatif lebih menekankan makna dari pada
generalisasi”

Selain itu menurut Denzin dan Lincoln (dalam Moleong, 2005:5)


“Penelitian Kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah, dengan
maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan
melibatkan berbagai metode yang ada”

Adapun jenis penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah penelitian


kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian kualitatif yang berusaha
menemukan makna, menyelidiki proses, dan memperoleh pengertian dan
pemahaman yang mendalam dari individu, kelompok atau situasi.
Dalam studi kasus, kita dapat menggunakan berbagai teknik termasuk wawancara,
observasi, dan kadang-kadang pemeriksaan dokumen dan afrtefak dalam
pengumpulan data. Emzir (2012:20-21).
Dari kajian tentang definisi-definisi tersebut dapatlah disintesikan bahwa
penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku,
persepsi, motivasi, tindakan, dll. J. Moleong Lexy (2011:6)
Pada penelitian kualitatif, peneliti memasuki situasi sosial tertentu,
melakukan observasi dan wawancara kepada orang-orang yang dipandang tahu
tentang situasi sosial tersebut. Sugiono (2014:206)
Menurut Creswell (sugiyono, 2015) metode kualitatif dibagi menjadi lima
macam yaitu phenomenological research, grounded theory, ethnography, case
study, dan narrative research yaitu :

1. Phenomenological research (fenomelogis) merupakan salah satu jenis


penelitian kualitatif, dimana peneliti malakukan pengumpulan data
dengan observasi partisipan untuk mengetahui fenomena esensial dalam
pengalaman hidupnya.
2. Grounded theory merupakan salah satu jenis penelitian kualitatif
dimana peneliti dapat menarik generalisasi (apa yang diamati secara
induktif), teori yang abstrak tentang proses, tindakan atau interaksi
berdasarkan pandangan dari partisispan yang diteliti.
3. Ethnography merupakan salah satu jenis penelitian kualitatif, dimana
peneliti melakukan studi terhadap budaya kelompok dalam kondisi
yang alamiah melalui observasi dan wawancara.
4. Case studies merupakan salah satu jenis penelitian kualitatif, diamana
peneliti melakukan eksplorasi secara mendalam terhadap program,
kejadian, proses, aktivitas terhadap satu atau lebih orang. Suatu kasus
terikat oleh waktu dan aktivitas juga peneliti mengumpulkan data secara
menditail dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data
dalam waktu yang berkesinambungan.
5. Narrative research penelitian yang melakukan studi terhadap satu orang
individu atau lebih untuk mendapatkan, serta memperoleh data tentang
sejarah perjalanan dalam kehidupannya. Data tersebut selanjutnya oleh
peneliti disususn menjadi laporan yang naratif dan logis.
Penelitian kualitatif mempunyai karakteristik menurut Bogdan dan Biklen
(Sugiyono,2015) adalah seperti berikut:

1. Dilakukan pada kondisi yang alamiah (sebagai lawannya adalah


eksperimen, lansung kesumber data dan peneliti adalah intrumen kunci.
2. Penelitian kualitatif lebih bersifat deskriptif data yang terkumpul
berbentuk kata-kata atau gambar, sehingga tidak menekan pada angka.
3. Penelitian kualitatif lebih menekan pada poses daripada produk atau
Outcome.
4. Penelitian kualitatif melakukan analisis data secara induktif.
5. Penelitian kualitatif leih menekankan makna (data dibalik yang
dicermati)
Berdasarkan jenis data, analisis data ini menggunakan jenis penelitian
kualitatif, berdasarkan pendekatan penelitian ini, penelitian ini menggunakan
pendekatan diskriptif jenis penelitian yang di guanakan dalam penelitian ini
adalah diskriptif yaitu untuk mengetahui Studi Bias Kepemilikan BUMDes
( Badan Usaha Milik Desa ) di Desa Kodik Kecamatan Proppo Kabupaten
Pamekasan.
3.2 Lokasi Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti menentukan Desa Kodik Kecamatan Proppo
Kabupaten Pamekasan sebagai tempat atau lokasi penelitian, peneliti menetapkan
narasumber adalah beberapa anggota masyarakat dan aparatur Desa yang ada di
Desa Kodik.

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di kabupaten Pameksan lokasi yang


terkait dalam penelitian ini adalah Desa Kodik, Kecamatan Proppo, Kabupaten
Pamekasan alasan peneliti menggunakan lokasi Desa Kodik karena Desa tersebut
masih belum merasakan dampak dari adanya Kepemilikan BUMDes yang di
bangun oleh pemerintah Desa yang ada di Desa Kodik itu sendiri.
3.3 Waktu Penelitian
pelaksanaan penelitian ini akan di lakukan dengan mengikuti tabel berikut
ini:
No. Rencana kegiatan Waktu Pelaksanaan
1. Observasi pendahuluan 1 Minggu
2. Pengumpulan data 4 Minggu
3. Menganalisis data 2 Minggu
4. Menarik Kesimpulan 1 Minggu
3.4 Situasi Sosial Dan Narasumber
Fokus penelitian
Untuk mempermudah peneliti menganalisis penelitian ini, peneliti fokus
terhadap Studi Bias Kepemilikan BUMDes di Desa Kodik Kecamatan Proppo
Kabupaten Pamekasan.
Dengan menggunakan teori dari Merile S Grindle (1980), yang meliputi
enam yang mempengaruhi isi kebijakan dan kontek implementasi dalam
keberhasilan proses implementasi adalah sebagai berikut:
1. Kepentingan yang terpengaruhi oleh kebijakan (interset affeted)
2. Jenis manfaat yang akan dihasilkan (type of benefit)
3. derajat perubahan yang diinginkan (sxtent of change envisioned)
4. kedudukan pembuat kebijakan (site of decision making)
5. pelaksana program (program implementors)
6. sumber daya yang dikerahkan (resources commited)
3.3 Sumber Data
1. Sumber Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang dihimpun langsung oleh
seorang peneliti umumnya dari hasil observasi terhadap situasi sosial dan atau
diperoleh dari tangan pertama atau subjek (informan) melalui proses wawancara
(Mukhtar, 2013:100).Berdasarkan uraian tersebut maka, sumber data primer
dalam penelitian ini adalah :

1. Pihak Pemerintah Desa Kodik Kecamatan Proppo Kabupaten


Pamekasan:
a. Kepala Desa Kodik yaitu Bapak Syaiful Rahman
b. Perangkat Desa yaitu Bapak Ahmadi
2. Masyarakat Desa Kodik Kecamatan Proppo Kabupaten Pamekasan:
a. yang belum menerima manfaat dari BUMDes yaitu Bapak Ach
Yunus
Alasan peneliti memilih sumber data primer tersebut, karena dalam hal ini
peneliti menggunakan Teknik Non Probably Samplingyaitu Purposive Sampling
yang mana peneliti menentukan sample secara sengaja berdasarkan pertimbangan
tertentu, dan berdasarkan tujuan tertentu.Menurut Sugiyono, (2012:53-54)
menyatakan bahwa purposive sampling adalah teknik penentuan sampeldengan
pertimbangan.

2. Sumber Data Sekunder


Sumber data sekunder adalah sumber data yang diperoleh secara tidak
langsung oleh peneliti, tapi telah berjenjang melalui sumber tangan kedua atau
ketiga (Mukhtar, 2013:100).Sumber data sekunder dikenal juga sebagai data
pendukung atau pelengkap data utama yang dapat digunakan oleh peneliti, peneliti
menggunakan data sekunder berupa data-data hasil masyarakat yang belum
menerima manfaat adanya BUMDes di Desa Kodik Kecamatan Proppo
Kabupaten Pamekasan.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Guna memperoleh data dan informasi serta keterangan-keterangan bagi
kepentingan penulis, selanjutnya maka dalam penelitian ini peneliti menggunakan
beberapa teknik pengumpulan data yaitu :
1. Metode Wawancara
Menurut Sugiyono (2015) teknik pengumpulan data merupakan langkah
yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi:
1. Wawancara Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2015) “wawancara
merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu
topik tertentu”. Pengumpulan data dengan wawancara, peneliti dapat
mengetahui hal yang lebih mendalam dari informan tentang partisipan
untuk menginterprestasikan situasi serta fenomena yang terjadi dimana
hal ini tidak ditemukan dengan cara observasi.
Esterberg (Sugiono,2015) mengemukakan macam wawancara yaitu
wawancara terstruktur, wawancara semi struktur dan wawancara tidak
terstruktur.
2. Wawancara terstruktur (struktured interview) wawancara digunakan
sebagai teknik pengumpulan data telah mengetahui informasi apa yang
didapat atau diperoleh. Oleh karna itu dalam melakukan wawancara,
pengumpul data telah menyiapkan instrumen penelitian berupa
pertanyaan alternatif yang tertulis jawabanpun telah disiapkan. Dengan
wawancara strutur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama,
dan pengumpul data mencatatanya. Dalam wawancara terstruktur ini
pula, pengumpul data dapat menggunakan beberapa pewawancara
sebagai pengumpul data supaya setiap pewawancara mempunyai
keterampilan yang sama, maka di perlukan training kepada calon
pewawancara.
3. Wawancara semiterstruktur tujuan dalam wawancara ini adalah untuk
menemukan permasalahan secara lebih terbuka, dimana pihak yang
diajak wawancara diminta pendapat, dan ide-idenya. Dalam melakukan
wawancara peneliti perlu mendengarkan secara teliti dan mencatat apa
yang dikemukakan oleh informan.
4. Wawancara tak berstruktur adalah wawancara yang bebas dimana
peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang tealah tersususn
seacara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman
yang digunakan hanyalah garis-garis besar permasalahan yang akan
ditanyakan. Dalam wawancara tidak tersruktur peneliti belum
mengetahui secara pasti data apa yang diperoleh dari narasumber atau
informan sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang
diceritakan oleh responden.

Lincolin dan guba (dalam Sugiono, 2015) mengeukakan ada 7 langkah


dalam wawancara untuk mengumpulkan data kualitataif yaitu:

1) Menetapkan pada siapa wawancara itu dilakukan


2) Menyiapkan pokok-pokok masalah yang akan dibicarakan
3) Mengawali atau membuka alur wawancara
4) Melangsungkan alur wawancara
5) Mengkorfimasikan ikhtisar hasil wawancara dan mengahirinya
6) Menuliskan hasil wawancara kedalam catatan lapangan
7) Mengidetifikasi tindak lanjut dalam hasil wawancara
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan wawancara tidak terstruktur
ini karena peneliti menggunakan pedoman wawancara yang digunakan hanya
berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Contohnya, peneliti
wawancara kepada salah satu perangkat Desa di Desa Kodik, masyarakat yang
belum marasakan manfaat adanya BUMDes dengan garis-garis besar
permasalahan yang akan diteliti dan tidak boleh keluar dari permasalahan yang
akan diteliti.

Teknik melalui wawancara adalah teknik memperoleh informasi secara


langsung melalui permintaan keterangan-keterangan kepada pihak pertama yang
dipandang dapat memberikan keterangan atau jawaban terhadap pertanyaan yang
diajukan (Mukhtar, 2013:101). Oleh karena itu, dalam hal ini peneliti akan
membuat suatu daftar pertanyaan terkait permasalahan untuk diajukan pada
informan guna mendapatkan informasi atau jawaban. Adapun peneliti
mewawancarai informan sebagai berikut :

a. Pihak Kepala Desa Kodik Kecamatan Proppo Kabupaten Pamekasan:


1. Nama: Bpk Syaiful Rahman selaku Kepala Desa alasan peneliti
menentukan kepala Desa Bpk Saiful Rahman karena lebih paham
dan mengerti terhadap Kepemilikan BUMDes.
b. Warga Desa Kodi Kecamatan Proppo Kabupaten Pamekasan:
1. Nama: Bpk Ach Yunus selaku warga yang masih belum
merasakan manfaat dari adanya kepemilikan BUMDes yang ada
di Desa Kodik Kecamatan Proppo.
2. Metode Dokumentasi
Dokumentasi menurut Sugiono (2015) ”merupakan catatan peristiwa yang
sudah berlalu. Dokumen biasa berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya
monumental dari seseorang”. Dukumen yang berbentuk tulisan misalnya catatan
harian, sejarah kehidupan, biografi, peraturan, kebijakan.Dokumen yang
berbentuk gambar misalnya foto, gambar hidup, sketsa.Dokumen yang berbrentuk
karya misalnya film, patung, gambar (lukisan) dan lain-lain. Menurut Sugiyono
(2015) studi dokumentasi merupakan pelengkap dari metode observasi dan
wawancara dari penelitian kulitatif.Tapi Sugiyono (2015) menambahakan perlu
dicermati bahwa tidak semua dokumen tidak memiliki kredebilitas yang tinggi
sebagai contoh banyak foto yang tidak mencerminkan keadaan aslinya, karena
foto-foto dibuat untuk kepentingan tertrentu. Lanjut Meolong (Sugiyono,2015)
membrikan alasan mengapa studi dokumentasi berguna bagi penelitian kualitatif,
diantaranya:

a. Karena merupakan sumber yang stabil, kaya dan mendorong


pencarian data lain.
b. Berguna sebagai bukti (evindence) untuk suatu penguji.
c. Berguna dan sesuai karena sifatnya yang alamiah, sesuai dengan
konteks, lahir, dan berada dalam konteks.
d. Relatif mudah dan tidak sukar ditemukan, hanya membutuhkan
waktu.
e. Hasil pengkajian isi akan membuka kesempatan untuk lebih
memperluas tubuh pengetahuan terhadap sesautu yang diselidiki.

Dalam dokumentasi dalam penelitian ini adalah dokumentasi proses


bagaimana Studi Bias Kepemilikan BUMDes di Desa Kodik Kecamatan Proppo
Kabupaten Pamekasan.

Pengumpulan data melalui dokumentasi, diperlukan seperangkat alat yang


memandu untuk pengambilan data-data dokumen. Data dokumen dapat berupa:
foto, gambar, peta, grafik, struktur organisasi, catatan-catatan bersejarah dan
sebagainya (Mukhtar, 2013:101). Maka dari itu, peneliti menggunakan Gambar,
Foto, Struktur Organisasi, dan Daftar Tabeluntuk mendukung tersedianya data
yang lebih lengkap dan meyakinkan.

2.6 Analisis Data


Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data
yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain,
sehingga dapat mudah dipahami, dan temuannya dapat diinformasikan kepada
orang lain (Bogdan dalam Sugiyono, 2013). Dalam hal analisi data kualitatif
cresswell (Sugiyono, 2015) menyatakan “setiap penulisan penelitian kualitatif
memberikan cara berbeda”. Untuk menganalisis data pada penelitian ini penulis
menggunakan model teknik analisis interaktif Miles dan Hubermen (1984),
mengemukakan bahwa” aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara
interaktif dan berlangsung secara terus menerus sampai tuntas, sehingga datanya
jenuh.”

Dalam penelitian ini digunakan analisis data kualitatif dengan langkah-


langkah model analisis interaktif (interaktive model of analisis) seperti yang
dikembangkan Miles dan Huberman (1992:16) dengan prosedur reduksi
data,penyajian data, menarik kesimpulan atau verifikasi, untuk mempermudah
dalam menyajikan dan mengambarkan sebuah penelitian Miles dan Hubermen
membagi menjadi beberapa bagian:

1. Reduksi Data

Data yang diperoleh dilapangan dituangkan dalam bentuk uraian yang


lengkap dan terperinsi, kemudian direduksi, dirangkum, dipilih hal-hal pokok,
difokuskan pada hal-hal yang penting kemudian dicari tema atau polanya. Reduksi
data berlangsung secara terus menerus selama proses penelitian berlangsung.

Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Untuk itu, perlu segera dilakukan data
berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang sudah direduksi
akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya serta mencarinya bila diperlukan.
Reduksi data atau proses transformasi iini berlanjut terus sesudah penelitian
lapangan, sampai laporan akhir lengkap tersusun. Jadi dalam penelitian kualitatif
dapat disederhanakan dan ditransformasikan dalam aneka macam cara: melalui
seleksi ketat, melalui ringkasan atau uraian singkat, menggolongkan dalam suatu
pola yang lebih luas, dan sebagainya.

2. Penyajian Data (Data Display)


Penyajian data atau display data dimaksudkan agar memudahkan bagi
peneliti untuk melihat gambaran secara keseluruhan atau bagian-bagian tertentu
dari penelitian.
Setelah data direduksi maka langkah selanjutnya adalah menyajikan data.
Untuk dapat memastikan data lengkap serta validitas dan realibilatasnya tinggi
penelitian kualitatif mempergunakan teknik trangulasi. Triangulasi adalah suatu
pendekatan riset yang memakai suatu kombinasi lebih dari satu strategi dalam satu
penelitian untuk menjaring data.
Peneliti menggunakan reduksi data, yaitu peneliti menggunakan teknik
pengumpulan data yang berbeda-beda untuk mendapatkan data dari sumber yang
sama. Peneliti menggunakan, wawancara tidak terstruktur dan dokumentasi untuk
sumber data yang sama secara bersama. Jika kesimpulan dari setiap metode yang
sama, maka validitas penelitian ditetapkan.
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam bentuk
uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan sejenisnya.
3. Menarik Kesimpulan dan Verifikasi
Verifikasi data dalam penelitian ini dilakukan secara terus menerus
sepanjang proses penelitian berlangsung. Sejak awal memasuki lapangan dan
selama proses pengumpulan data peneliti berusaha untuk menganalisis dan
mencari makna dari data yang dikumpulkan dan dituangkan dalam kesimpulan
yang bersifat tentatif, akan tetapi dengan bertambahnya data melalui proses
verifikasi secara terus menerus kesimpulan yang bersifat grounded.
Pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan
bukan sesuatu yang berlangsung linier, melainkan suatu siklus yang inetraktif,
karena menunjukkan adanya kemauan yang sungguh-sungguh untuk memahami
atau mendapatkan pengertian yang mendalam, komprehensif, yang rinci mengenai
suatu masalah sehingga dapat melahirkan suatu kesimpulan yang induktif.

Berdasarkan pengertian di atas maka dalam menganalisis data penliti


menggunakan analisis data kualitatif dengan menggunakan reduksi data,
penyajian data, (data display), serta menarik kesimpulan dan verivikasi selama
proses penelitian. Data yang diperoleh tersebut kemudian dianalisa dalam bentuk
uraian-uraian kemudian data tersebut dianalisis dengan menggunakan cara
berpikir induktif mengenai Studi Bias Kepemilikan BUMDes di Desa Kodik
Kecamatan Proppo Kabupaten Pamekasan.
Tetapi apabila kesimpulan yang dikemukan pada tahap awal didukung oleh
bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti ke lapangan mengumpulkan
data, maka kesimpulan yang dikemukan merupakan kesimmpulan yang kredibel.

Proses analisis interaktif ini dapat disajikan dalam bentuk gambar sebagai berikut:

Gambar 1

Pengumpulan

Data
Penyajian

Data

Reduksi Penarikan

Data kesimpulan/

verifikasi

Sumber Data: Model Analisis Miles and Huberman (1992:20)

Anda mungkin juga menyukai