NPP : 30.0772
Kelas : C-4
Absen : 04
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemandirian Desa merupakan isu yang sangat sentral dalam pembangunan
masyarakat menjadi lebih berdaya guna. Lahirnya Undang-undang No 6 Tahun 2014
tentang desa memberikan angin segar kepada desa karena kebijakan tersebut telah
menjadikan desa tidak lagi dilihat sebelah mata bahkan telah mengangkat hak dan
kedaulatan desa secara utuh. Dimana terlihat Undang-Undang Desa menghargai
keberagaman desa yang tertuang dalam pasal 4 mengenai tujuan pengaturan desa.
Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul,
dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Dengan melihat pengertian desa tampak bahwa diberikan keleluasaan desa
dalam mengatur dan mengurus rumah tangganya sehingga bukan lagi dijadikan obyek
melainkan sebagai subyek yang dapat membuat perencanaan, pelaksanaan dan juga
manfaat bagi penyelenggaraan pembangunan desa secara mandiri.
Dalam mewujudkan desa yang maju, kuat, serta mandiri diperlukan komitmen
yang kuat oleh semua pihak. Potensi-potensi yang ada di masing-masing desa
seharusnya dapat digali dan dikembangkan menjadi sumber daya ekonomi. Hal
tersebut bukan hanya bersifat potensi saja, tetapi perlu upaya pemberdayaan hingga
mampu memberikan manfaat yang sebesar-besarnya bagi kesejahteraan kehidupan
masyarakat perdesaan. Konsep OVOP (one village one product) merupakan salah satu
konsep atau model kemandirian desa. Pengembangan potensi desa perlu dilakukan
melalui inovasi berbasis pada kearifan lokal. Potensi sumber daya dan keunikannya
merupakan salah satu upaya untuk mendorong perekonomian lokal menuju desa
mandiri. Desa mandiri merupakan desa yang mampu mendayagunakan sumber daya
dengan cara yang berbeda.
Society 5.0 adalah sebuah konsep masyarakat yang berpusat pada manusia dan
berbasis teknologi. Pada era ini, masyarakat diharapkan mampu menyelesaikan
berbagai tantangan dan permasalahan sosial dengan memanfaatkan berbagai inovasi
yang lahir di era revolusi industri 4.0 untuk meningkatkan kualitas hidup manusia. Era
society 5.0 telah menjalar di semua negara maju sedangkan di Indonesia masih
berkutat dengan era revolusi 4.0, karena itu pemerintah saat ini terus mengembangkan
peran dan kemampuan skill sumber daya manusia untuk mengisi era industri 4.0. Era
society 5.0 tantangannya adalah kesiapan SDM akibat belum sepenuhnya mampu
menguasai teknologi informasi, sehingga pemerintah kecamatan dan desa sejak saat
ini, mulai mempersiapkan diri meningkatkan pengetahuan teknologi informasi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalah dan uraian di atas, maka rumusan masalah yang
akan dibahas adalah Bagaimana membangun kemandirian ekonomi desa dalam
mengatasi isu global di era society 5.0?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini untuk mengetahui pembangunan
kemandirian ekonomi desa dalam mengatasi isu global di era society 5.0.
D. Manfaat
1. Menambah wawasan penulis mengenai konsep pembangunan kemandirian
ekonomi desa dalam mengatasi isu global di era society 5.0.
2. Menambah wawasan bagi pembaca mengenai konsep pembangunan
kemandirian ekonomi desa dalam mengatasi isu global di era society 5.0.
BAB II
PEMBAHASAN
Desa tertinggal adalah desa yang memiliki potensi sumber daya sosial,
ekonomi, dan ekologi tetapi belum, atau kurang mengelolanya dalam upaya
peningkatan kesejahteraan masyarakat desa, kualitas hidup manusia serta mengalami
kemiskinan dalam berbagai bentuknya.
Desa berkembang adalah desa potensial menjadi desa maju, yang memiliki
potensi sumber daya sosial, ekonomi, dan ekologi tetapi belum mengelolanya secara
optimal untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat desa, kualitas hidup manusia
dan menanggulangi kemiskinan.
Desa maju adalah desa yang memiliki potensi sumber daya sosial, ekonomi
dan ekologi, serta kemampuan mengelolanya untuk peningkatan kesejahteraan
masyarakat desa, kualitas hidup manusia, dan menanggulangi kemiskinan.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpilan
Dari paparan diatas dapat disimpulkan beberapa hal:
1. Dana desa yang cukup besar yang sudah disalurkan pemerintah ternyata tidak
cukup efektif memperbaiki kesejahteraan masyarakat desa.
2. Pembangunan desa yang tidak menempatkan masyarakat desa sebagai subyek,
tidak mampu mempercepat pengurangan angka kemiskinan pedesaan, sehingga
kemandirian desa lambat dicapai.
3. Kemandirian desa diukur dari tiga aspek yaitu, ketahanan ekonomi, ketahanan
sosial dan ketahanan ekologi/lingkungan.
4. Langkah-langkah pemberdayaan masyarakat desa bisa dimulai dengan
penyadaran, pelatihan, pengorganisasian, pembangunan kekuatan dan
membangun dinamika.
5. Pembangunan desa berbasis partisipasi masyarakat memerlukan tiga komponen,
databese tentang desa yang terperinci serta up to date, partisipasi masyarakat
dalam perencanaan dan pengembangan kegiatan, serta manajemen yang
sistematis untuk berbagai kegiatan di desa.
6. Sinergi dan kolaborasi baik secara horisontal maupun vertikal, antar sektor dan
antar instansi pemerintah di daerah, diperlukan untuk membantu proses
pendampingan dan pemberdayaan masyarakat desa.
7. Pengembangan Sumber Daya Manusia merupakan hal sangat penting dalam
mengatasi isu global di era society 5.0.
8. Pengembangan Sumber Daya Manusia di Desa menjadi tantangan yang sangat
besar bagi pemerintah karena mengubah mindset atau pola pikir masyarakat desa
agar lebih maju dan mudah menerima perubahan.