Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latarbelakang Masalah

Indonesia merupakan negara dengan kekayaan sumber daya alam

melimpah yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meningkatkan

perekonomian dan kesejahteraan mereka. Namun kesejahteraan masyarakat

tidak akan meningkat jika masyarakat tidak tahu bagaimana cara untuk

mengelola dan memanfaatkan sumber daya alam tersebut, maka dari itu

pengembangan sumber daya manusia juga diperlukan untuk mencapai

kesejahteraan bersama. United Nations Development Program (UNDP)

menjelaskan bahwa kesejahteraan masyarakat diukur dengan Indikator

Pembangunan Manusia (IPM). Komponen dari IPM tersebut diantaranya

pendidikan, kesehatan dan ekonomi. Ketiga komponen tersebut sangat penting

untuk meningkatkan produktivitas. Disisi lain, tingkat produktivitas yang juga

dapat terwujud jika pembangunan ekonomi semakin baik. Hal ini juga

dipengaruhi oleh kondisi masyarakat yang sehat (BPS, 2017).

Wilayah Indonesia sendiri terbagi menjadi 34 provinsi, setiap provinsi

tersebut kemudian dikelompokkan kembali hingga menjadi kelompok daerah

kota atau kabupaten dan dari wilayah kabupaten dibagi kembali menjadi

kelompok daerah yang kecil agar pemerintah tidak kesulitan mengatur daerah

1
yang begitu luas. Dan disetiap wilayah tersebut tentu memiliki kebijakan dan

undang-undang untuk mengatur dan menjalankan kebijakan yang bertujuan

untuk mensejahterakan masyarakatnya. Salah satunya yaitu Undang-undang

Nomor 32 Tahun 2004 sebagaimana telah diamandemen dengan Undang-

undang Nomor 23 tahun 2014 pasal 1 ayat 6 tentang pemerintahan daerah yang

membahas otonomi daerah. Otonomi daerah sendiri merupakan hak, wewenang,

dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan

pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan undang-

undang untuk mensejahterakan masyarakat.

Selain itu, pemerintah tentunya melakukan pembangunan nasional dari

berbagai bidang yang bertujuan untuk meningkatkan seluruh aspek kehidupan

masyarkat seperti kesejahteraan ekonomi, sosial, politik, budaya, dan lain

sebagainya. Pembangunan Nasional adalah suatu usaha yang dilakukan untuk

meningkatkan seluruh aspek kehidupan masyarakat, Bangsa, dan Negara.

Adapun tujuan dari pembangunan adalah untuk membangun kemandirian,

termasuk pembangunan pedesaan karena sebagian besar masyarakat Indonesia

sendiri hidup di kawasan pedesaan. Oleh karena itu, titik sentral pembangunan

adalah daerah pedesaan. Dalam peraturan Unda-undang nomor 6 Tahun 2014

Pasal 1 Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,

selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki

batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan


2
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa

masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati

dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pembangunan Desa sendiri hakekatnya merupakan basis dari

pembangunan Nasional, karena apabila setiap desa telah mampu melaksanakan

pembangunan secara mandiri maka kemakmuran masyarakat akan mudah

terwujud dan secara Nasional akan meningkatkan indeks kemakmuran

masyarakat Indonesia (Dita Angga Rusiana, 2017).

Menurut Badan Pusat Statistik persentase penduduk miskin perkotaan pada

September 2020 sebesar 7,88 persen, naik menjadi 7,89 persen pada Maret 2021.

Sementara persentase penduduk miskin perdesaan pada September 2020 sebesar

13,20 persen, turun menjadi 13,10 persen pada Maret 2021 (BPS, 2021).

Salah satu kegiatan pembangunan desa yaitu dengan melakukan

perencanaan pembuatan program. Dengan membentuk sebuah program yang

bertujuan untuk mengatasi permasalahan yang ada di desa, dan meningkatkan

taraf hidup masyarakat. Perencanaan program memiliki kemampuan dan

keterampilan tertentu antara lain pemahaman tentang makna dan hakekat

perencanaan, prinsip-prinsip penyusunan program, kemampuan mengidentifikasi

kebutuhan dan permasalahan yang di hadapi kelompok sasaran kemampuan

untuk memilih dan merumuskan tujuan, kemampuan untuk melihat alat dan

metode yang tepat untuk mencapai tujuan, kemampuan dan keterampilan dalam
3
melibatkan masyarakat setempat dalam proses perencanaan (Muslim 2009:120).

Dalam melaksanakan sebuah program demi membangun desa, tentunya

partisipasi masyarakat desa tersebut sangatlah penting dan menjadi pokok utama

berhasilnya sebuah program yang dijalankan. Karena dengan partisipasi

masyarakat dapat memunculkan energi positif dan semangat masyarakat. Segi

positif dalam perencanaan partisipasi masyarakat dapat mendorong munculnya

keterlibatan emosional terhadap program-program yang telah direncanakan.

Sedangkan segi positif dari partisipasi dalam pelaksanaan yaitu bagian terbesar

dari suatu program telah selesai dikerjakan (Suderman 2001:207).

Salah satu dari program yang berupaya membangun sebuah desa adalah

mendirikan sebuah usaha atau lembaga ekonomi yang dijalankan dan dikelola

sepenuhnya oleh masyarakat desa itu sendiri contohnya seperti Badan Usaha

Milik Desa (BUMDES). Bumdes sendiri merupakan sebuah badan usaha yang

seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh desa melalui penyertaan

secara langsung yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna

mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya

kesejahteraan masyarakat desa. Di dalam UU No. 6/2014 ini terdapat 4 pasal

yang menjelaskan mengenai BUMDES, yang mana masing-masing pasal terdiri

atas:

1. Pasal 87 Mengenai Semangat yang melandasi pendirian dan pengelolaan

BUMDES;
4
2. Pasal 88 mengenai pendirian BUMDES;

3. Pasal 89 mengenai Manfaat berdirinya BUMDES;

4. Pasal 90 mengenai arah pengembangan bisnis

BUMDES yang bermanfaat bagi masyarakat desa.

Terbentuknya sebuah lembaga seperti Bumdes tentunya memberikan

sebuah harapan bagi masyarakat di desa, Bumdes dapat menjadi sebuah wadah

untuk mengembangan potensi yang ada di desa dalam rangka peningkatan

pemberdayaan masyarakat desa. Namun ketika melakukan sebuah

pemberdayaan juga perlu kesadaran pada masyarakat itu sendri, karena pada

dasarnya pemberdayaan harus menanamkan kemandirian pada diri masyarakat

yang diberdayakan. Hal ini guna menghindari tumbuhnya ketergantungan pada

pemerintah atau organisasi yang melaksanakan pemberdayaan. Masyarakat yang

diberdayakan lebih mengetahui potensi dan kebutuhan mereka sehingga mereka

bisa mengelola pelaksanaan pemberdayaan tersebut sesuai dengan kebutuhan.

Masyarakat yang diberdayakan sepatutnya membentuk sendiri sebuah organisasi

yang mengarahkan dan memandu jalannya pemberdayaan. Menyerahkan kontrol

pelaksanaan pemberdayaan kepada pihak luar dapat menimbulkan

ketergantungan dan justru mengganggu penanaman daya yang diinginkan

(Moeljadi, 2018:7).

5
Desa Wologai Tengah merupakan sebuah desa yang berada di Kecamatan

Detusoko, Kabupaten Ende. Desa ini memiliki luas wilayah sebesar 64.000 Ha,

dengan RT/RW 001/002 Dusun Wologai, Desa Wologai Tengah, memiliki 243

kepala keluarga, dan dengan jumlah penduduk sebanyak 962 jiwa.

Desa Wologai Tengah juga salah satu desa di Kabupaten Ende Kecamatan

Detusoko yang topografinya di lereng perbukitan dan lembah terletak + 15 km

dari Danau Kelimutu dan + 43 km dari Arah Ende Menuju Kecamatan Detukeli.

Letaknya sangat strategis karena wilayahnya tepat di tengah jalur utama Trans

Flores, dan menjadi jalur keluar masuk wisatawan dari dan Menuju Danau

Kelimutu. Lembah yang sejuk dan dingin, ditumbuhi aneka jenis tanaman

pertanian dan potensi perkebunan, serta adanya wisata budaya dan embung desa

menjadi “resting Spot Area” yang menjadikan tempat rekreasi pemancingan bagi

wisatawan domestik maupun mancanegara. Desa Wologai Tengah Juga memiliki

sebuah café yaitu Café Maro Kopi yang menawarkan jasa layanan dengan konsep

natural yang merupakan gabungan antara tradisi dan alam dengan seduhan Kopi

Lokal Robusta dan Arabica yang menjadi produk biji kopi unggulan petani Lokal

Wologai Tengah.

6
Masyarakat di desa Wologai Tengah memiliki beragam budaya serta

begitu pula dengan mata pencahariannya bertani sedangkan sisanya karyawan

swasta, pegawai negeri, dan pedagang. Desa Wologai Tengah juga membangun

sebuah lokasi dimana disebut sebagai desa wisata yang dijalankan bersama

dengan Badan Usaha Milik Desa.

Desa Wologai Tengah merupakan salah satu desa yang berhasil

mendirikan sebuah Bumdes dengan nama Bumdes “Kita”, bumdes ini menjadi

konseptor pertama pembangunan desa wisata dimana bisa mengangkat potensi

desa yang ada sekaligus bisa memberdayakan potensi sumber daya manusia

yang ada di desa. Bumdes ini mengelola tanah desa dengan luas 4,5 Ha dengan

sistem pengelolaan yang terintegrasi mulai dari pariwisata, perikanan,

pertanian, perdagangan, jasa, dan juga pusat pengembangan sumber daya

manusia di desa Wologai Tengah.

Berkaitan dengan sumber daya manusia di desa Wologai tengah maka Café

Maro Kopi merupakan salah satu unit usaha yang dibangun swadaya oleh

masyarakat desa Wologai Tengah yang didirikan pada tahun 2018 tepatnya di

tanggal 13 bulan Mei yang mana sebelum dibentuknya Bumdes oleh pemerintah

desa. Café Maro Kopi beranggotakan 6 orang sebagai pengelola. Café Maro Kopi

sebelumnya memiliki dana swadaya dari pengelola sendiri sebesar Rp

15.000.000, kemudian pada tahun 2019 bergabunglah ke Bumdes “Kita” dengan

modal yang berasal dari Bumdes sebesar Rp 17.000.000. Namun unit usaha ini

7
baru berjalan di tahun 2021 karena di tahun 2020 Covid1-19 melanda usaha ini.

Di bawah ini table gambaran keuntungan café Maro Kopi dari tahun ke tahun

Tabel 1.1 Keuntungan Café Maro Kopi dari tahun 2018-2022

No Keuntungan Per Tahun

2018 2019 2020 2021 2022


1
Rp 2.600.000 Rp 3.800.000 Rp 5.000.000 Rp 8.000.000 Rp 12.000.000

(Sumber: Ketua Café Maro Kopi)

Dari table diatas, dengan bergabungnya Café Maro Kopi menjadi unit usaha

dari Bumdes “Kita” desa Wologai Tengah, café ini mengalami perkembangan

yang begitu pesat. Hingga saat ini keuntungan yang diperoleh dilihat dari tahun

terakhir sebesar Rp 12.000.000 untuk tahun 2022.

Berkaitan dengan Café diatas, di bawah ini gambaran persediaan Tepung

kopi dari tahun ke tahun (2021-2023) di Café Maro Kopi

Tahun Persediaan Tepung Kopi/bulan Jumlah Pengunjung Keterangan

2021 Januari 8 kg 424

Pebruari 8 kg 424

Maret 8 kg 424

April 8 kg 424

Mei 8 kg 424

Juni 8 kg 424

Juli 8 kg 424

Agustus 8 kg 424

8
September 8 kg 424

Oktober 8 kg 424

November 8 kg 424

Desember 8 kg 424

2022 Januari 10 kg 530

Pebruari 10 kg 530

Maret 10 kg 630 ( 100 pengunjung tidak

bias menikmati kopi)

April 10 kg 600 ( 70 pengunjung tidak

bias menikmati kopi

Mei 10 kg 600 ( 70 pengunjung tidak

bias menikmati kopi

Juni 10 kg 800 (330 pengunjung tidak

bias menikmati kopi)

Agustus 10 kg 600 ( 70 pengunjung tidak

bias menikmati kopi)

September 10 kg 600 ( 70 pengunjung tidak

bias menikmati kopi)

Oktober 10 kg ( 70 pengunjung tidak

bias menikmati kopi)

November 10 kg 630 ( 100 pengunjung tidak

bias menikmati kopi)

Desember 10 kg 800 (330 pengunjung tidak

bias menikmati kopi)

2023 Januari 10 kg 800 (330 pengunjung tidak

bias menikmati kopi)

9
Pebruari 10 kg 600 ( 70 pengunjung tidak

bias menikmati kopi)

Maret 10 kg 600 ( 70 pengunjung tidak

bias menikmati kopi)

(Sumber: Ketua Café Maro Kopi)

Dari data diatas, digambarkan bahwa persediaan tepung kopi belum mampu

memenuhi permintaan tamu yang datang berkunjung ke Café Maro Kopi.

Bumdes sebagai wadah yang menaungi Café Maro Kopi sampai saat ini belum

mampu menjangkau semua pengunjung Cafe .

Berdasarkan latarbelakang tersebut, maka penulis tertarik melakukan

penelitian yang berkaitan dengan juruan Ilmu Pemerintah. Penulis tertarik untuk

meneliti bagaiman lembaga Bumdes berjalan dan apa saja perannya bagi

pemberdayaan masyarakat dan dampak bagi kesejahteraan masyarakat desa.

Penelitian ini disusun dengan judul “Peran Badan Usaha Milik Desa Dalam

Pengelolaan Café Maro Kopi Dalam Peningkatan Kesejahteraan

Masyarakat Di Desa Wologai Tengah Kecamatan Detusoko Kabupaten

Ende”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan sebelumnya, maka rumusan

masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah:

10
1. Bagaimana peran Bumdes “Kita” dalam pengelolaan Café Maro Kopi dalam

peningkatan kesejahteraan masyarakat di desa Wologai Tengah kecamatan

Detusoko kabupaten Ende?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui peran Bumdes “Kita” dalam pengelolaan Café Maro

Kopi di desa Wologai Tengah kecamatan Detusoko kabupaten

Ende;

2. Mengetahui profil Café Maro Kopi

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi baik

secara akademik maupun praktis:

1. Kontribusi Akademis

a) Dapat memberikan kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan,

khususnya dalam disiplin ilmu pemerintah;

b) Dapat mengetahui tentang bagaimana peran Bumdes “Kita” dalam

mengelola Café Maro Kopi di desa Wologai Tengah Kecamatan

11
Detusoko Kabupaten Ende;

c) Sebagai bahan kajian dalam menambah wacana keilmuan pengembangan

ilmu pemerintah.

2. Kontribusi Praktis

a) Diharapkan penelitian ini memberikan wawasan dan gambaran bagi

pemerintah dan pelaku (stakeholder) yang terlibat dalam peran

pemerintah desa dalam pengembangan desa wisata di desa Wologai

Tengah (Café Maro Kopi) Kecamatan Detusoko Kabupaten Ende;

b) Dapat memberikan manfaat bagi peneliti selanjutnya sebagai data atau

pedoman pelaksanaan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan

penelitian ini.

1.5 Sistematika Penulisan

Sistematika pembahasan merupakan suatu susunan secara keseluruhan dari

suatu karya ilmiah yang disusun secara garis besar guna memudahkan pembaca

untuk mengetahui substansi yang terkandung di dalam karya ilmiah.

Berdasarkan susunannya, proposal skripsi ini diuraikan ke dalam tiga Bab yang

sistematika dan alur pembahasannya sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan menguraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan

12
penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, serta sistematika pembahasan

yang menjadi penelitian ini.

BAB II Tinjauan Pustaka menyajikan teori-teori yang dijadikan sebagai

dasar atau pedoman dalam melaksanakan penyusunan proposal tentunya

berkaitan peran badan usaha milik desa dalam mengelola café Maro Kopi di

desa Wologai Tengah Kecamatan Detusoko Kabupaten Ende. Teori yang

digunakan diantaranya Peran Lembaga, dan Bumdes.

BAB III Metode Penelitian metode penelitian menjelaskan jenis dan

pendekatan penelitian yang digunakan, fokus penelitian, lokasi dan situs

penelitian, jenis dan sumber data, teknik pengumpulan data, instrumen

penelitian, dan analisis data.

13
DAFTAR PUSTAKA

Buku

1. Muslim, Aziz. 2017. Metodologi Pengembangan Masyarakat. Yogyakarta.

Teras Kompleks;

2. Widjaya, H.A.W. 2003. Otonomi Desa. Jakarta. Raja Grafindo Persada

Jurnal

1. Rusiana, Dita Angga. 2017. Bumdes Motor Penggerak Desa;

2. Suderman, M. 2001. Pemberdayaan Pengembangan Masyarakat dan

Intervensi;

3. Yuniarsa, Moeljadi & Pramono S. 2018. Internasional Jurnal Of Mangement

and Bussiness Research 223-231, Exploring of Coastal Communities and

Economic Empowerment to the environment in Maritim.

14
15
16
17

Anda mungkin juga menyukai