Anda di halaman 1dari 21

Pengembangan Desa Mandiri Melalui Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa

(BUMDes) Di Desa Taman Sari Kabupaten Banyuwangi

MAKALAH OBSERVASI
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Akuntansi Sektor Publik
yang dibina oleh Dr. Hj. Puji Handayati, S.E., M.M., Ak., CA., CMA,, CIBA., CSRS

oleh
Kurnia Riesty Utami 160421800892

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


PROGRAM PASCASARJANA
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
SEPTEMBER 2017
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Perbaikan perekonomian di Indonesia terus ditingkatkan oleh pemerintah. Hal ini
tentunya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah mulai menata
dari tingkatan paling bawah terutama desa. Dimana desa memiliki sumber daya alam perlu
pengelolaan yang maksimal, hal ini tentunya berpengaruh terhadap pendapatan masyarakat
sekitar. Desa dipandang masih jauh tertinggal dibandingkan dengan kota baik dari segi
perekonomian, kesejahteraan, pendidikan dan sarana juga prasarananya. Pemerintah banyak
melakukan program untuk mendorong percepatan pembangunan pedesaan, tetapi hasilnya
belum signifikan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa. Salah satu faktor
penyebab kegagalan pembangunan desa yaitu sistem dan mekanisme kelembagaan ekonomi
di pedesaan tidak berjalan efektif dikarenakan ketergantungan terhadap bantuan pemerintah
sehingga menurunkan semangat kemandirian masyarakat pedesaan.
Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa mengamanatkan agar pemerintah
mengalokasikan Dana Desa melalui mekanisme transfer kepada Kabupaten/Kota. Disertai
dengan dikeluarkannya Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2015 tentang Pendirian, Pengurusan, pengelolaan dan
Pembubaran Badan Usaha Milik Desa, diharapkan mendorong desa untuk mengelola sumber
daya yang ada di desa, termasuk pengembangan ekonomi masyarakatanya. Salah satu cara
mengelola ekonomi masyarakat desa adalah dengan dibentuk Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes).
Pemerintah Indonesia melalui Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Pembangunan
Desa membentuk suatu badan keuangan yaitu Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
merupakan suatu lembaga keuangan yang mana tujuan utamanya adalah untuk memberikan
pinjaman kredit kepada masyarakat yang membutuhkan untuk menjalankan suatu usahanya,
selain itu BUMDes juga bisa mendirikan usaha-usaha untuk meningkatkan ekonomi
masyarakat. Pemerintah desa diberikan kewenangan oleh pemerintah pusat mengelola secara
mandiri lingkup desa melalui lembaga-lembaga ekonomi tingkat desa. BUMDes dibentuk
untuk menggali potensi wirausaha, diharapkan BUMDes nantinya akan menghasilkan
pendapatan asli desa yang diperoleh dari hasil perputaran usaha yang dikelola oleh BUMDes
tersebut. Maksud pendirian BUMDes disini sebagai wadah untuk pengembangan potensi
perekonomian desa dalam membangun diri dan lingkungannya secara mandiri dan

3
partisipatif. Priotis utama adanya pendirian BUMDes yaitu untuk meningkatkan
kesejahteraan masyarakat desa.
Dalam undang-undang nomor 12 tahun 2008 perubahan atas Undang-undang Nomor
32 tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah pasal 213 ayat (1) disebutkan bahwa “Desa dapat
mendirikan badan usaha milik desa sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa”. Pendirian
BUMDes yang dimaksudkan sebagai wadah untuk pengembangan potensi desa, selain itu hal
yang terpenting yaitu upaya peningkatan kesejahteraan masyarakat. BUMDes sendiri
dibangun atas prakarsa (inisiasi) masyarakat serta mendasarkan pada prinsip-prinsip
kooperatif, partisipatif, (used-owned, user benefited, and user-controlled), transparansi,
emansipatif, akuntabel, dan suistanable dengan mekanisme member-based dan self-help. Dari
semua itu yang terpenting adalah bahwa pengelolaan BUMDes harus dilakukan secara
profesional dan mandiri.
Menurut Undang-undang Nomir 6 Tahun 2014 Tentang Desa dinyatakan bahwa
BUMdes adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh desa
melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan desa yang dipisahkan guna
mengelola asset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk sebesar-besarnya kesejahteraan
masyarakat desa. BUMDes harus memiliki perbedaan dengan lembaga ekonomi pada
umumnya. Ini dimaksudkan agar keberadaan dan kinerja BUMDes mampu memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap peningkatan kesejahteraan warga masyarakat. Harapan
pemerintah Indonesia untuk mendirikan BUMDes di berbagai desa yang ada di seluruh
Indonesia adalah salah satu strategi untuk meningkatkan kemajuan ekenomi masyarakat
dipedesaan supaya dapat mengurangi tingkat kemiskinan masyarakat. Salah satunya
Kabupaten Banyuwangi yang memiliki potensi sumber daya alam yang sangat menarik untuk
dimaksimalkan dalam pengelolaannya. Baik dari segi pariwisata, kewirausahaan maupun
pendidikannya. Hal ini lah yang menjadi ide pemikiran oleh pemerintah untuk meningkatkan
perekonomian masyarakat Banyuwangi.
Untuk itu pemerintah Kabupaten Banyuwangi mengeluarkan sebuah peraturan daerah
sebagai lanjutan dari upaya pemerintah dalam peningkatan potensi desa. Peraturan daerah
(Perda) tersebut adalah Peraturan Daerah Kabupaten Banyuwangi Nomor 13 Tahun 2015
tentang Pedoman Tata Cara Pembentukan dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa. Serta
menganjurkan agar setiap desa memiliki Badan Usaha Milik Desa. BUMDes dianggap
sebagai salah solusi atas permasalahan yang terjadi di desa. BUMDes diharapkan dapat
meningkatkan pendapatan dan mendorong perekonomian desa guna mengurangi jumlah
pengangguran dan kesenjangan. Keberadaan BUMDes dalam mengelola potensi desa yang
4
kreatif dan inovatif, sehingga dapat membuka lapangan kerja baru tentunya menyerap tenaga
kerja dipedasaan. Serta peningkatkan peran desa sebagai basis pertumbuhan ekonomi dan
meningkatkan pendapatan asli desa dalam rangka meningkatkan kemampuan pemerintah
desa dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan.
Salah satu desa di Kabupaten Banyuwangi yang menjadi rintisan awal desa dengan
sebutan Smart Kampung, dimana desa ini mendorong berbagai kegaiatan kreatif dan
pelayanan berbasis teknologi informasi. Selain menjadi rintisan awal yang menarik dari desa
ini yaitu Desa yang meraih “Desa Wisata Award” dari Kementrian Desa, Pembangunan Desa
Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDT). Desa di Lereng Gunung Ijen menjadi desa
wisata terbaik dalam kategori pemanfaatan jejaring bisnis. Desa tamansari dinilai berhasil
mengelola potensi pariwisata desa untuk meningkatkan perokonomian masyarakat.
Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu pengurus Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes) awalnya berinsiatif untuk menggerakan masyarakat untuk bersama-sama
mengembangkan potensi sumber daya alam yang ada di Desa Taman Sari.
Melalui BUMDes, Desa Tamansari awalnya mengembangkan usaha homestay atau
rumah singgah bagi wisatawan. Desa ini berhasil menggandeng pihak swasta untuk
peningkatan perekonomian masyarakatnya melalui konsep desa wisata. Menggunakan dana
CSR dari salah satu Bank swasta, beberapa lokasi wisata di desa tersebut dikembangkan,
mulai dari kampung susu (Dusun Ampel Gading) hingga kampung bunga (Dusun Jambu).
Desa ini juga memiliki fasilitas warung dan toko oleh-oleh berdesain khas rumah masyarakat
Suku Using yang menampilkan etalase kecil tentang potensi Banyuwangi. Kawasan itu pun
dilengkapi ruang informasi pariwisata yang disebut Tourist Information Center (TIC).
Tentunya kesuksesan BUMDes Ijen Lestari adanya kerjasama yang baik dengan
elemen masyarakat. Hal ini kesuksesan juga didukung dengan kesadaran masyarakat dalam
meningkatkan pendapatannya. Rasa ini terus belajar dan membuka wawasan dalam
pengetahuan yang menjadikan nilai positif dari masyarakat di Desa Taman Sari. Sistem
pengendalian intern yang efektif dapat membantu pengurus BUMDes menjaga asset yang
dimilikinya, menjamin tersedianya pelaporan keuangan dan manajerial yang dapat dipercaya,
meningkatkan kepatuhan lembaga terhadap ketentuan dan peraturan perundang-undangan
yang berlaku, serta mengurangi resiko terjadinya kerugian, penyimpangan dan pelanggaran
aspek kehatian-hatian. Tanggung jawab atas adanya pengendalian intern yang baik terletak
pada manajemen.

5
Hal ini juga tidak dipungkiri adanya pengelolaan manajemen keuangan yang tepat.
Yang menjadi indikator terlaksananya manajemen keuangan suatu BUMDes yaitu melalui
penyelenggaraan akuntansi secara tepat dan benar. BUMDes disini merupakan lembaga
ekonomi yang memiliki identitas dan dasar hukum, oleh karena itu penerapan akuntansi dan
penyusunan laporan keuangannya juga harus berpedoman pada standar keuangan sehingga
laporan keuangan yang disajikan memiliki kepercayaaan dari semua pihak. Penyusunan
laporan keuangan harus memperhatikan dengan sungguh-sungguh standar keuangan yang
digunakan.

B. Fokus Masalah
1. Mencari dan permasalahan yang dihadapi BUMDes Taman Sari
2. Menentukan strategi untuk pengembangan BUMDes
C. Manfaat
1. Untuk memperoleh data dan fakta mengenai permasalahan yang dihadapi bumdes
2. Untuk mengetahui strategi apa saja yang perlu dilakukan untuk mengembangkan
bumdes serta diharapkan mampu merealisasikannya.

6
LANDASAN TEORI

Banyaknya organisasi sektor publik yang ada di Indonesia menjadikan salah satu
penggerak dalam mendorong keberhasilan program pemerintah. Secara garis besar jenis-jenis
sektor public yang berbenteuk instansi yaitu Instansi Pemerintah, Organisasi Nirlaba Milik
Pemerintah, Organisasi Nirlaba Milik Swasta. Yang menjadikan pembahasan dalam hal ini
yaitu Organisasi nirlaba milik pemerintah merupakan bagian organisasi sektor publik yang
bentuknya dalam hal badan layanan untuk masyarakata. Salah satu lembaga ekonomi desa
yaitu BUMDes.

1. BUMDES

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) merupakan suatu lembaga ekonomi dengan
modal usahanya dibangun atas inisiatif masyarakat desa dan menganut asas mandiri. Ini
berarti pemenuhan modal usaha BUMDes harus bersumber dari masyarakat sendiri. Bumdes
dibentuk oleh pemerintah desa dan masyarakat dengan tujuan meningkatkan pengelolaan
potensi desa (sumber daya manusia dan sumber daya alam) yang sesuai dengan kebutuhan
masyarakat sehingga mampu meningkatkan pendapapatn asli dan perkonomian desa dan
BUMDes dapat diandalkan dalam upaya pemerataan ekonomi desa. Tujuan BUMDes adalah
meningkatkan dan memperkuat perkomonia desa. BUMDes memiliki fungsi sebagai lembaga
komersial melalui penawaran sumberdaya lokal yang bertujuan untuk mencari keuntungan
dan lembaga sosial melalui kontribusi penyediaan pelayanan sosial yang berpihak pada
kepentingan masyarakat. BUMDes telah memberikan kontribusi positif bagi penguatan
ekonomi dipedasaan dalam upaya penggerakan perekonomian desa.
Ciri utama BUMDES yang membedakan lembaga komersial lain adalah badan usaha
merupakan milik desa dan pengelolaannya dilakukan secara bersama-sama, modal usaha
sebesar 51% berasal dari dana desa dan 49% berasalah dari dana masyarakat, operalisasi
dilakukan berdasarkan pada falsafah bisnis berbasis budaya local, potensi yang dimiliki desa
dan hasil informasi pasar yang tersedia menjadi dasar untuk menjalankan bidang usaha, laba
yang diperoleh BUMDes dipergunakan untuk upaya peningkatkan kesejehteraan anggota dan
masyarakat berdasarkan peraturan yang telah disusun, fasilitas ditunjang oleh Pemerintah
Provinsi, Kabupaten dan Pemerintah desa dan pelaksanaan operasionalisasi BUMDes diawasi
secara bersama oleh Pemerintah Desa, BPD beserta anggota.

7
Pendirian BUMDes merupakan perwujudan dari pengelolaan ekonomi produktif desa
yang dilakukan secara kooperatif, partisipasif, emansipatif, transparansi, akuntabel,
sustainable. Oleh karena itu perlu upaya serius untuk menjadikan pengelolaan BUMDes
tersebut dapat berjalan secara efektif, efesien, professional, dan mandiri. Untuk mencapai
tujuan BUMDes dilakukan dengan cara memenuhi kebutuhan (produktif dan konsumtif)
masyarakat melalui pelayanan distribusi barang dan jasa yang dikelola masyarakat dan
pemerintah desa.

Terdapat 6 (enam) prinsip dalam mengelola BUMDes yaitu:


1. Kooperatif, Semua komponen yang terlibat di dalam BUMDes harus mampu
melakukan kerjasama yang baik, kerjasama yang efektif dan efisien demi
pengembangan dan kelangsungan hidup usaha BUMDes.
2. Partisipatif. Semua komponen yang terlibat di dalam BUMDes harus bersedia
secara sukarela atau diminta memberikan dukungan dan kontribusi positif bagus yang
dapat mendorong kemajuan usaha BUMDes.
3. Emansipatif. Semua komponen yang terlibat di dalam BUMDes harus
diperlakukan sama harkat dan martabat setiap orang tanpa memandang golongan,
suku, dan agama, serta terangkai dalam satu kepentingan dan satu visi misi.
4. Transparan. Aktivitas yang berpengaruh terhadap kepentingan masyarakat umum
harus dapat diketahui oleh segenap lapisan masyarakat dengan mudah dan terbuka
tanpa ada kepentingan pribadi maupun kepentingan golongan tertentu.
5. Akuntabel. Seluruh kegiatan usaha harus dapat dipertanggung jawabkan secara
teknis maupun administratif. Agar tercapai posisi target yang positif terhadap proses
pencapaian tujuan dari usaha BUMDes.
6. Sustainabel. Kegiatan usaha harus dapat dikembangkan dan dilestarikan oleh
masyarakat dalam wadah BUMDes. Dan apabila diperlukan usaha BUMDes dapat
juga dikembangkan menjadi usaha yang lebih berkembang lagi.

Dinyatakan dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 bahwa BUMDes dapat


didirikan sesuai dengan kebutuhan dan potensi desa setempat. Yang dimaksud dengan
kebutuhan dan potensi desa adalah sebagai berikut:
1. Kebutuhan masyarakat terutama dalam pemenuhan kebutuhan pokok
2. Tersedianya sumberdaya desa yang belum dimanfaatkan secara optimal terutama
kekayaan desa dan terdapat permintaan di pasar

8
3. Tersedianya sumber daya manusia yang mampu mengelola badan usaha sebagai asset
penggerak perekonomian masyarakat
4. Adanya unit-unit usaha yang merupakan kegiatan ekonomi warga masyarakat yang
dikelola secara parsial dan kurang terakomodasi.

Saat ini dengan diundangkannya UU Nomor 2014 tentang Pemerintah Desa,


diharapkan pelaksanaan dan pembentukan BUMDes semakin menemukan coraknya dan
eksistensinya. Jika diperhatikan, karena UU masih baru, kemungkinan besar akan
membutuhkan waktu untuk pelaksanaannya. Tetapi karena sejak lahirnya UU Nomor 22
Tahun 1999 Tentang Pemerintah Daerah dimana telah dilakukan kajian-kajian mengenai
badan usaha milik desa ini maka sejak diundangkannya UU Nomor Tahun 2014 ini
pendirian BUMDes akan semakin nyata.
Berdasarkan wawancara, kekuatan BUMDes Ijen Lestari yaitu pengelolaan BUMDes
memiliki komunikasi yang baik dengan Pemerintah Desa. Komunikasi yang baik menunjang
kelancaran operasional BUMDes, memiliki mekanisme akuntabilitas yang baik dimana
BUMDes melaporkan program kerja dan juga hasil usaha secara tertib setiap tahunnya.
Dalam pengambilan keputusan, BUMDes menggunakan mekanisme musyawarah yang
melibatkan berbagai elemen seperti Pemerintah Desa, BPD, PKK Karang Taruna dan tokoh
masyarakat. Walaupun menggunakan mekanisme musyawarah, BUMDes merupakan
lembaga independen, sehingga untuk hal-hal tertentu dapat mengambil keputusan secara
mandiri, adanya kerjasama dan simbiosis yang baik antara pengelola BUMDes dan
Pemerintah Desa, saling mendukung dan mempromosikan desa.
Bumdes di Desa Taman Sari ini memaksimalkan pada sektor pariwisata yang
dijadikan pendapatan masyarakat. Dari pengembangan homestay, tour guide, paket wisata,
transportasi, dan edukasi baik untuk belerang maupun edukasi lainnya. Pemberlakuan tiket
masuk untuk wisata sesuai Peraturan Desa No. 1 Tahun 2015 tentang bumdes yang berisi
tentang  pengelolaan kawasan desa wisata.

2. Sistem Informasi akuntansi BUMDes


Bumdes merupakan lembaga ekonomi desa yang bersifat terbuka. Untuk itu,
diperlukan penyusunan desain sistem pemberian informasi kinerja BUMDes dan aktivitas
lain yang memiliki hubungan dengan kepentingan masyarakat umum sehingga
keberadaannya sebagai lembaga ekonomi desa memperoleh dukungan dari banyak pihak.
Pembukuan keuangan Desa tidak berbeda dengan pembukuan keuangan lembaga lain pada

9
umumnya. BUMDes harus melakukan pencatatan atau pembukuan yang ditulis secara
sistematis dari transaksi yang terjadi setiap hari. Pencatatan transaksi itu umumnya
menggunakn sistem akuntansi.
Fungsi dari akuntansi sini yaitu menyajikan informasi keuangan kepada pihak internal
dan eksternal dan sebagai dasar membuat keputusan. Pihak internal BUMDes adalah
pengelola dan Dewan Komisaris, sedangkan pihak eksternal yaitu pemerintah kabupaten,
perbankan, dan masyarakat yang memberikan penyertaan modal, serta petugas pajak. Untuk
memudahkan buku harian kas diperlukan membuat sebuah kelompok rekening yang akan
memudahkan pengguna laporan keuangan dalam membuat, mengelompokkan dan menyusun
pembukuan.
BUMDes harus melakukan pencatatan atau pembukuan yang ditulis secara sistematis
dari transaksi yang terjadi setiap hari. Pencatatan transaksi itu umumnya menggunakan sistem
akuntansi. Fungsi dari akuntansi adalah untuk menyajikan informasi keuangan kepada pihak
internal dan eksternal dan sebagai dasar membuat keputusan. Pihak internal BUMDes adalah
pengelola dan Dewan Komisaris, sedangkan pihak eskternal adalah Pemerintah Kabupaten,
Perbankan, masyarakat yang memberikan penyertaaan modal, dan petugas pajak.
Pengelolaan pada keuangan BUMDES perlu sesuai dengan standart, karena sebagian
bersumber dari keuangan negara (Dana Desa), maka perlu memperhatikan kaidah-kaidah
dalam pencatatan dan pelaporan akuntansi yang baik dan benar. Apabila tidak hati-hati maka
pengelola BUMDES bisa terseret pada masalah hukum akibat tidak memperhatikan masalah
akuntansi BUMDes. Hal perlu di perhatikan dalam pencatatan dan pelaporan keuangan
BUMDES adalah standar akuntansi mana yang akan kita pakai sebagai dasar dalam
pelaporan keuangan. Hal ini penting, karena pada nantinya Laporan Keuangan BUMDES
akan diaudit. Proses audit merupakan proses membandingkan antara catatan dan laporan yang
dibuat dengan standar yang berlaku.
Ada beberapa standar akuntansi keuangan (SAK) yang bisa dirujuk untuk penyusunan
dan pencatatan akuntansi BUMDES ini, salah satunya adalah Akuntansi Entitas Tanpa
Akuntabilitas Publik (ETAP). Standar Akuntansi Keuangan ETAP ini merupakan standar
akuntansi yang cukup sederhana dan cukup praktis digunakan sebagai acuan penyusunan
laporan keuangan BUMDES.

10
Secara umum tujuan dilakukannya pembukuan BUMDes adalah:
1. Untuk mengetahui perkembangan perusahaan dari waktu ke waktu, baik
perkembangan omzet penjualan, laba/rugi maupun struktur permodalan.
2. Untuk mengetahui kemungkinan kerugian sejak dini, sehingga gulung tikar bisa
dihindari.
3. Untuk mengetahui kondisi persediaan barang/jasa setiap saat. Sehingga dapat
digunakan untuk menyusun strategi manajemen persediaan. Pada unit usaha dagang
yang disebut persediaan adalah barang dagangan. Pada unit usaha industri adalah
persediaan bahan mentah, barang dalam proses maupun barang jadi, Sedang pada unit
simpan pinjam adalah persediaan uang.
4. Untuk mengetahui sumber dan penggunaan dana BUMDes, sehingga bisa
mengevaluasi kinerja keuangan BUMDes seperti likuiditas, solvabilitas maupun
rentabilitas perusahaan.

11
METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Fokus


dalam penelitian ini yaitu keberadaan dan kontribusi Badan Usaha Milik Desa, pelaksanaan
pengadministrasian dana desa, dan faktor penghambat dan pendukung keberadaan BUMDes
sebagai penguatan ekonomi desa. Lokasi penelitian yang akan dijadikan dalam penelitian ini
yaitu Desa Taman Sari Kecamatan Licin Kabupaten Banyuwangi.
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan
sekunder. Sumber data primer yaitu data yang diperoleh melalui informan dengan cara
melakukan tanya jawab secara langsung dan dipandu dengan pedoman wawancara yang
sesuai dengan fokus penelitian. Wawancara dilakukan dengan Kepala Desa dan ketua
BUMDes Ijen Lestari. Sedangkan sumber data sekunder yaitu data yang diperoleh melalui
beberapa informasi antara lain dokumen (meliputi profil desa juga peraturan-peraturan terkait
desa), buku teori (ilmiah), dan hasil penelitian (artikel dan jurnal).

12
PEMBAHASAN

Desa Tamansari Berada di daerah pegunungan, menjadikan udara terasa sejuk dan
segar yang melingkupi desa ini. Tamansari adalah salah satu desa yang berada di kecamatan
Licin Kabupaten Banyuwangi. Secara geografis terletak dikawasan gunung ijen, sehingga
menjadikan desa ini dilalui oleh arus wisata ke gunung ijen. Desa yang menjadi rintisan
pertama untuk Smart Kampung, dimana desa yang melayani masyarakat mulai pagi sampai
malam yang didukung dengan teknologi. Jadi sistem pelayanan dalam desa ini menggunakan
sistem online.
Ketika berkunjung dan melihat lihat Desa Taman Sari, bahwa desa ini mempunyai
potensi wisata yang cukup besar. Hal inilah yang menjadi salah satu pemikiran sebagian
masyarakat disana, bagaimana mengembangkan potensi yang ada. Pak bambang sebagai
ketua BUMDes, salah satu penggerak dalam menggeliatkan ekonomi desa, yang turut
berkontribusi memikirkan kemajuan perekonomian desa. Potensi wisata yang dimiliki oleh
desa inilah yang kemudian dijadikan mesin penggerak ekonomi desa alam wadah BUMDes.
Bersama dengan Kepala Desa, pak Bambang mencoba merumuskan agar potensi ini dapat
terus berkembang dan berkontribusi secara nyata kepada desa baik berupa PAD maupun
ekonomi masyarakat secara langsung.
Inisiatif ini digagas sejak tahun 2013, berupa gagasan ide dan mulai dikonkritkan
pada tahun 2014. Pada tahun 2015 berdirinya BUMDes dengan terbitnya perdes tentang
BUMDes. Peengembangan potensi sumber daya alam yang ada terus dikembangkan melalui
BUMDes. Menurut kepala Desa, bukan perkara mudah dan instan dalam mendirikan
BUMDesa. Banyaknya proses yang dilalui sampai menjadi sekarang ini mulai dari
penyusunan Perdes, karena harus dikonsultasikan kepada pihak yang mempunyai kompetensi
dan kewenangan, mengingat hal tersebut adalah Undang Undang nomor 6 tentang desa tahun
2014.
Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua BUMDEs Tamansari sampai saat ini
mempunyai 4 unit usaha yang sudah berjalan, yang semua berbasis pada wisata diantaranya
retribusi kawasan ijen, pengelolaan rest area, homestay, trasportasi wisata serta packaging
produk UMKM masyarakat. Hasil usaha BUMDes cukup besar terutama dari unit usaha
pariwisata. Menurut informasi rencana dikembangkan beberapa unit usaha baru diantaranya
pengelolaan sendang dan koperasi transportasi. Semua unit usaha adalah berbasis pada
pemberdayaan masyarakat, dan harus berdampak secara langsung kepada masyarakat.

13
Saat pertama mendirikan BUMDes pada tahun 2015, BUMDes yang diberi nama Ijen
Lestari. Ketua BUMDes bersama masyarakat sepakat prioritas utama dalam pengembangan
potensi wisata. Dimana di daerah ini sangat cocok untuk dikembangkan potensi wisata
sehingga dapat menunjang perkonomian masya rakat. Dengan sebutan Desa Wisata
Tamansari (Dewi Tari). Berawal dari pengelolaaan homestay, alasan pendirian homestay
tentunya melihat banyaknya wisatawan yang akan mengunjungi Gunung Ijen. Hal ini
menjadikan celah untuk pendapatan masyarakat sekitar karena jarak dari kota ke Gunung Ijen
itu membutuhkan waktu yang lama, jadi hal itu menjadikan alasan untuk pengembangan
homestay.
Dengan adanya hal itu kemudian BUMDes mengembangkan paket wisata dimana
wisatawan tidak hanya berkunjung ke Gunung Ijen wisatawan juga diajak untuk menikmati
objek-objek wisata yang ada di Taman Sari seperti Kampung Penambang, Kampung Bunga
dan Kampung susu, serta Kampung Penambang dan menikmati produksi masyarakat desa.
Harapannya agar kualitas perekonomian dan pendidikan masyarakat meningkat. Dengan
adanya pengembangan desa wisata ini banyak masyarakat yang beralih profesi, dari buruh
menjadi pemandu lokal dengan dibekali pelatihan bahasa inggris. Masyarakat sudah
menerima wisatawan baik dari lokal maupun internasional. Hal ini menjadikan salah satu
tujuan BUMDes untuk memperbaiki perekonomian masyarakat sekitar. Harapannya dengan
adanya BUMDes menjadikan wadah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat agar bisa
mandiri dan tidak ketergantungan pada siapapun.
Pengembangan yang telah dilakukan oleh BUMDes Ijen Lestari diantaranya:
1. Desa mempunyai potensi dan mengalami peningkatan sebelumnya, yaitu retribusi wisata.
Bahwa dengan adanya payung hukum BUMDEs semakin menguatkan legalitas formal
atas retribusi dari setiap wisata yang ada di Desa Taman Sari.
2. Basis pengembangan usaha BUMDes, merupakan hasil usaha kerja keras pemerintah desa
juga masyarakat sekitar yang mendukung desa untuk mengelolah destinasi wisatanya.
3. Beorientasi pada aspek pemberdayaan masyarakat dan pelibatan masyarakat mulai dari
karangtaruna sampai linmas pun turut serta dalam mengembangkan potensi desa,
sehingga masyarakat diuntungkan dengan adanya Bumdesa, contoh dalam pengelolaan
homestay milik masyarakat dan packaging produk UMKM, serta kontribusi PAD bagi
pembangunan desa.
4. Kripik “Alamanduri” merupakan salah satu didikan dibawah naungan BUMDes, dimana
kripik tersebut sudah masuk di supermarket hingga luar jawa pun. Karyawan yang
bekerja sampai saat ini berjumlah 15 orang.
14
5. Kontribusi besar dari perusahaan Swasta bagi pengembangan BUMDes. Komitmen nyata
yang di buktikan adanya penyertaan modal BUMDes tahun 2016 melalui Dana Desa
sebesar 150 juta.
6. Proses pendirian Bumdesa terencana baik, tidak tergesa-gesa dan memperhatikan aspek
kelayakan usaha, terlebih proses pengembangan unit usahanya.
7. Pertanggungjawaban yang jelas, pengelolaan, menjadi faktor semakin dipercayanya
BUMDes oleh pemerintah desa dan masyarakat.

BUMDes Taman Sari ini diberikan kepercayaan menerima CSR dari salah satu Bank
swasta yaitu Bank BCA sebesar 150 juta. Dana tersebut teralisasi menjadi 4 unit usaha yaitu
retribusi desa wisata, warung yang terdapat di lereng Gunung Kawah Ijen, Homestay dan
perbaikan destinasi wisata. Adapun koperasi dibawah naungan BUMDes memiliki usaha
diantaranya transportasi Ijen travel, pertamini dan pendistibusian sembako untuk masyarakat.
Desa tamansari tidak hanya untuk destinasi wisata saja, payuban wisata yang bernama “Seni
Dewitri” mewadahi wisata alam dalam hal edukasi. BUMDes mengandeng google.com dan
booking.com untuk mempermudah wisatawan mencari tempat tinggal melalui online. Selain
itu desa Tamansari juga mempunyai aplikasi yang dapat didwonload melalui gadget
pengunjung yang bernama “Dewitri Ijen: Aplikasi Wisata Tamansari”.
Terdapat kurang lebih 53 homestay dibawah naungan BUMDes, tentunya hal ini
menjadikan pendapat bagi masyarakat. Yang awalanya masyarakat negatif dengan pendirian
homestay, setelah diberikan pengertian mereka semangat dan bersedia untuk membuka
homestay. Dari satu kamar yang disewa untuk wisatawan, pemilik rumah akan membayar
10.000 kepada BUMDesa. Sedangkan untuk harga kamar rata-rata antara 150ribu sampai
200ribu per malam. Untuk retribusi yang dibayarkan ke BUMDes tidak pernah menagih
semua berdasarkan asas kepercayaan dan pembayaran bisa dilakukan kapan saja. Baik ketika
ada tamu langsung atau seminggu sekali atau sebulan sekali kembali kepada pemilik
homestay.
Tentunya retribusi tersebut akan kembali ke masyarakat. Dengan memberikan
pelayanan dan pelatihan usaha. Diantaranya memberikan pelatihan cara menata kamar di
homestaydan pelayanan kepada wisatawan yang datang. Pelatihan bahasa untuk yang
berminat menjadi tour guide baik lokal maupun mancanegara. Tour guide tidak hanya
mampu berbahasa melainkan harus memiliki sertifikat yang dikeluarkan oleh pemerintah.
Selain itu perangkat desa Taman Sari di daftarkan BJPS sebagai bonus hasil kerjanya

15
pembiayaan setiap bulannya melalui dana BUMDes, jadi pembiayaan bulanan tidak potongan
dari gaji perangkat desa.
BUMDes Taman Sari adalah contoh Bumdesa yang menuju berhasil. Dikatakan
menuju berhasil karena masih berproses dari usianya yang baru satu tahun dan mulai terlihat
keberhasilannya, untuk terus berbenah. Ada beberapa hal yang masih perlu penguatan
penguatan, diantaranya Manajemen pengelolaan. Sebagai entitas yang mandiri harus dikelola
secara profesional terutama dalam manajemen keuangan. BUMDes harus mampu menyusun
laporan keuangan yang berstandar akuntansi yang diakui. BUMDes harus siap untuk diaudit
dan berani mengauditkan dirinya sehingga terus mendapatkan kepercayaan publik. Dimana
pada jaman sekarang ini pengeolaan keuangan semua berbasis teknologi, hal ini menjadi
salah satu permasalahan di desa Tamansari. Sumber daya manusia yang masih rendah perlu
pelatihan berkelanjutan menganai e-budgeting. Karena desa ini pun menjadi salah satu
percontohan desa “Smart Kampung”.
Permasalahan yang dihadapi BUMDes :

1. Transparansi dan Akuntabilitas


BUMDes telah memiliki mekanisme pelaporan rutin setiap tahun. Laporan tersebut
dibuat tertulis dan diberikan kepada pemangku kepentingan. Permasalahan yang muncul
adalah warga tidak mengerti tentang isi laporan, tidak membacanya, atau tidak
mengetahui apabila ada laporan tahunan.
2. Kapasitas Manajerial
Kelemahan utama baik dari BUMDES dan Pemerintah Desa adalah dalam hal
administrasi/inventaris dan juga keuangan. Dari hasil wawancara tampak juga kebutuhan
untuk peningkatan kapasitas pengelola dalam hal manajemen pemasaran, SDM, dan
strategi. Pengelola juga membutuhkan peningkatan kapasitas dalam hal pengembangan
inovasi serta profesionalisme. Pengelola BUMDes diharapkan profesional dan memiliki
kapasitas, karena selama ini pengelola BUMDes didominasi oleh pensiunan PNS.

16
KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Keberadaan BUMDes membawa perubahan yang signifikan di bidang ekonomi dan


juga sosial. Pergeseran nilai sosial dan juga perubahan pola interaksi antar warga akan terjadi.
BUMDes memberikan peningkatan Pendapatan Asli Desa, pendapatan ini dapat dirasakan
langsung oleh masyarakat. Hal ini dengan adanya pelatihan yang diberikan untuk masyarakat
tentunya signifikan bagi peningkatan kesejahteraan warga. BUMDes dan Pemerintah Desa
memiliki relasi yang erat, karena Pemerintah Desa menjadi pengawas dari kegiatan yang
dilakukan BUMDes. Dalam pengambilan keputusan, BUMDes menggunakan mekanisme
musyawarah.
Komunikasi dan sosialisasi merupakan hal penting yang harus dilakukan oleh
BUMDes. Kurangnya komunikasi dan sosialisasi memunculkan ketidakpercayaan warga
kepada kemampuan pengelola dalam pengelolaan BUMDes. Kurangnya komunikasi dan
sosialisasi ini memunculkan tuntutan adanya transparansi dan akuntabilitas pengelolaan
BUMDes. Profesionalisme menjadi tuntutan bagi pengelola BUMDes. Tuntutan itu juga
muncul dari masyarakat. Pengelola BUMDES perlu meningkatkan kualitas pelayanan dan
juga kemampuan mengelola organisasi.

2. Saran
 BUMDes harus sering mengadakan kontroling dan sosialisasi sekaligus memberikan
pandangan yang lebih baik kepada masyarakat untuk terus bersama-sama dalam
mengembangkan potensi desanya yang nantinya akan berpengaruh terhadap pendapatan
masyarakat maupun desa.
 Dengan teknologi yang dimiliki sebaiknya BUMDes melakukan langkah transparasi
keuangan baik melalui Online maupun di tempel di kantor desa. Sehingga ketika ada
pengunjung baik wisatawan yang ingin wisata maupun desa lain yang ingin melihat
bagaimana kinerja keberhasilan BUMDes Ijen Lestari. Hal ini tentunya harus diimbangi
dengan sumber daya manusia yang profesionalitas, dalam hal ini dapat dilakukan dengan
pelatihan secara berkelanjutan dalam manajemen keuangan.
 Perlu adanya transparasi yang dilakukan BUMDes pelaporan keuangan. Memasang di
pamflet desa atau kantor desa, website sehingga dapat menjadi percontohan untuk daerah
lain dan masyrakat dapat melihat hasil kinerja dari BUMDes.

17
 Permen susu dan kripik pakis sebaiknya perlu dilakukan pengembangan karena dengan
adanya produk tersebut dapat meningkatkan pendapatan masyarakat dan daerah tersebut.
Tidak hanya membuat pada musiman saja melainkan memproduksi secara berkelanjutan,
tentunya dengan adanya produksi setiap harinya. Dinas Koperasi dan UMKM dapat
membantu mewadahai untuk pengemasan sampai pemasaran tentunya.
 Selain dilakukan penjualan di mall banyuwangi tentunya di setiap homestay maupun
guest house yang ada dapat menyediakan oleh-oleh khas dari daerah tamansari. Selain
belerang sebagai ikon utama oleh-oleh desa tamansari. Tentunya aneka makan hasil
sumber daya dapat dioleh menjadi oleh-oleh di setiap guest house maupun homestay.

18
DAFTAR RUJUKAN

Admin KeuDesa.2015. Pembukuan Keuangan Badan Usaha Milik Desa. (Online)


http://www.keuangandesa.com/2015/09/pembukuan-keuangan-badan-usaha-milik-desa.
Diakses tanggal 5 September 2017
Anggraeni. 2016. Pernanan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) pada Kesejahteraan
Masyarakat pedesaan studi pada BUMDes di Gunung Kidul, Yogyakarta.
Bambang, 2016. Mengenal Desa Wisata Taman Sari.
http://www.banyuwangibagus.com/2016/05/mengenal-desa-wisata-tamansari-
banyuwangi.html. Diakses tanggal 5 September 2017
Dewi YSR, Meirinawati. 2013. Strategi Pembangunan Desa Dalam Mengentaskan
Kemiskinan Desamelalui Badan Usaha Milik Desa (Bumdes)(Studi Pada Program Usaha
Agrobisnis Pertanian  (Puap) Di Desasareng Kecamatan Geger Kabupaten Madiun)
Http://Www.Scribd.Com/Doc/158971212/Untitled#Download. Diakses tanggal 4
September 2017
Haris, K. 2017. Desa Tamansari di Banyuwangi tak kalah maju dari Jakarta. Online.
https://www.merdeka.com/peristiwa/desa-tamansari-di-banyuwangi-tak-kalah-maju-
dari-jakarta.html. Diakses 12 September 2017
Putri, N. 2016. Optimalisasi Dana Desa Dengan Pengembangan Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes) Menuju Desa Mandiri. Jurnal Akuntansi dan Bisnis : 37-45
Robi, Anantwarikrama, Nyoman. 2014. Analisis Sistem Pengendalian Intern Pemberian
Kredit Pada Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Mandala Giri Amertha di Desa Tajun.
e-Journal Akuntansi Universitas Pendidikan Ganesha
Samadi, Arrafiqur, Afrizal. 2015. Peranan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) dalam
Peningkatan Ekonomi Masyarakat (Studi Pada BUMDes Desa Pekan Tebih Kecamatan
Kepenuhan Hulu Kabupaten Rokan Hulu)
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa.
Wordpress.2016. Pelatihan Software dan Bimbingan Teknis Nasional Sistem Informasi
Akuntansi Keuangan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Online
http://www.softwaredesa.com/website/?p=228

19
LAMPIRAN

Ini merupakan tampilan aplikasi


yang dirancang oleh BUMDes
Ijen Lestari yang tujuannya
digunakan untuk memudahkan
para wisatawan yang akan
berkunjung ke Desa Taman Sari.
Aplikasi dapat didownload
melalui gadget masing-masing
orang.

20
Pemberlakuan tiket masuk sesuai dengan Peraturan Desa No.1Tahun
2015 tentang BUMDes yang berisi tentang pengelolaan kawasan desa
wisata.

21

Anda mungkin juga menyukai