Anda di halaman 1dari 74

IDENTITAS PEMILIK

Nama Lengkap :
Nama Penggilan :
TTL :
Alamat Asal :
Alamat Tinggal :
Program Studi :
Universitas :
No. HP :
Motto Hidup :

i
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii


SAMBUTAN KETUA PANITIA ..................................................................................... iii
SAMBUTAN KETUA PKPT IPNU ................................................................................. iv
SAMBUTAN KETUA PKPT IPPNU ............................................................................... v

TATA TERTIB .................................................................................................................... 1


ANALISIS DIRI .................................................................................................................. 5
WAWASAN KEBANGSAAN ............................................................................................ 7
KEORGANISASIAN ......................................................................................................... 11
KEPEMIMPINAN ............................................................................................................. 15
AHLUS SUNNAH WAL JAMA‟AH ................................................................................ 20
KE-NU-AN ........................................................................................................................ 24
KE-IPNU-AN..................................................................................................................... 29
KE-IPPNU-AN .................................................................................................................. 52
ANALISIS SOSIAL ........................................................................................................... 62
LAGU MARS .................................................................................................................... 66
JADWAL KEGIATAN ...................................................................................................... 66
STRUKTUR KEPANITIAAN ........................................................................................... 69

ii
SAMBUTAN KETUA PANITIA

ُّ‫صحْ ثه ه‬ َ ْ‫عهَٗ أَ ْش َرفهُ األ َ َْثهيَاءهُ َٔانـًر‬


َ َٔ ُّ‫ ََثهيهَُا َٔ َحثه ْيثهَُا يـ َح ًَّذُ َٔ َعهَٗ آ هن ه‬، ٍَُْ‫س ههي‬ َّ ‫ َٔان‬، ٍَُْ‫ب انعَانَـًه ي‬
َُ ُ‫ص ََلجُ َٔانس َََّلو‬ ُ‫لله َر ه‬
ُ ُ‫انـ َح ًْذ‬
.‫أَجْـ ًَ هعيٍَُُْأياتعذ‬

Alhamdulillah segala puji bagi Allah pengatur dan penggerak segala gerak alam raya.
Dimana Allah telah menganugrahkan ni'mat serta hidayah yang begitu besar, yakni ni'mat iman wal
islam serta kesehatan. Solawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan keharibaan nabi besar kita
Nabi Muhammad SAW, karna berkat beliau kita dapat mengetahui yang haq dan yang bathil sehingga
kita bias merasakan nikmatnya agama islam ini.
Kemudian teriring do‟a kepada seluruh Masyayikh dan Muassis Nahdlatul Ulama, segenap
pendiri Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama. Semoga kita bias di
akui santri santri beliau, aamiin.
Sebagai Pelajar Nahdlatul Ulama, mengaktualisasikan diri dalam perjuangan Nahdlatul
Ulama adalah salah satu jihad yang harus dilakukan. Bukan hanya dalam perjuangan perbuatan, tapi
juga harus dalam perjuangan peningkatan intelektualitas serta peningkatan keimanan. Hal ini selaras
dengan moto IPNU-IPPNU yakni ; Belajar, Berjuang dan Bertaqwa.
Tentu untuk sekedar berkata adalah hal yang mudah, tapi akan sulit dalam praktik. Namun
setiap individu insan manusia memiliki bahan untuk hal ini. Akan rugi jika kesempatan ini tidak
digunakan dengan baik. Oleh karena itu, dengan sebisa mungkin kita harus bias memanfaatkan hal ini.
Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah Muhasabatun Nafs, dengan cara ini kita bisa tahu
apa saja kelebihan dan kekurangan yang ada dalam diri kita sendiri. Oleh karena hal itu dalam
MAKESTA ke-IV ini kami mengambil tema : “Aktualisasi Anggota Menuju Perfeksi Organisasi”
dengan harapan bisa membantu mengkaji apa kelebihan yang bisa dikembangkan dan mengevaluasi apa
kekurangan yang harus diperbaiki.
Selanjutnya, kami ucapkan selamat menjalani kegiatan MAKESTA ini. Kami tunggu untuk
berposes bersama kami. Kurang lebihnya saya mewakili kepanitiian yg bertugas mengucapkan mohon
maaf apabila ada kesalahan.

‫وهللا موف ق إل ى أق وامت طارق‬

Paiton, 11 Maret 2021


Ketua Panitia Masa Kesetiaan Anggota Ke-IV
PKPT IPNU-IPPNU Universitas Nurul Jadid

Iqbal Kalifuzzakky Al Ahkam

iii
SAMBUTAN KETUA PKPT IPNU
UNIVERSITAS NURUL JADID

ُّ‫صحْ ثه ه‬ َ ْ‫ص ََلجُ َٔانس َََّلوُ َعهَٗ أَ ْش َرفهُ األ َ َْثهيَاءهُ َٔانـًر‬
َ َٔ ُّ‫ ََثهيهَُا َٔ َحثه ْيثهَُا يـ َح ًَّذُ َٔ َعهَٗ آ هن ه‬، ٍَُْ‫س ههي‬ َّ ‫ َٔان‬، ٍَُْ‫ب انعَانَـًه ي‬
ُ‫لله َر ه‬
ُ ُ‫انـ َح ًْذ‬
.‫أَجْـ ًَ هعيٍَُُْأياتعذ‬

Alhamdulillah segala puji bagi Allah pengatur dan penggerak segala gerak alam raya.
Dimana Allah telah menganugrahkan ni'mat serta hidayah yang begitu besar, yakni ni'mat iman wal
islam serta kesehatan. Solawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan keharibaan nabi besar kita
Nabi Muhammad SAW, karna berkat beliau kita dapat mengetahui yang haq dan yang bathil sehingga
kita bias merasakan nikmatnya agama islam ini.
Kemudian teriring do‟a kepada seluruh Masyayikh dan Muassis Nahdlatul Ulama, segenap
pendiri Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama. Semoga kita bias di
akui santri santri beliau, aamiin.
Dengan mengambil tema “Aktualisasi Anggota menuju Perfeksi Organisasi” pada
MAKESTA ke-IV ini kami sangat mengharapkan Rekan dan Rekanita bersungguh-sugguh mengikuti
kegiatan ini agar tujuan dari tema yang panitia ambil bisa terealisasi. Aamiin. Setiap orang pasti
memiliki kelebihan dan kekurangan dalam dirinya. Jika kelebihan itu bias dimanfaatn dengan maksimal
maka dapat dipastikan akan membuat hidup orang tersebut lebih berwarna dan bermakna. Bahkan jika
orang itu bias mengetahui dirinya maka dia akan tahu seperti apa tuhannya. Barang tentu ini suatu hal
yang kami harapkan, setiap anggota bias mengaktualkan dirinya. Tanpa SDM yang mumpuni sebuah
organisasi pasti tidak akan maksimal dalam gerakannya.
Rekan dan Rekanita calon Anggota PKPT IPNU-IPPNU Universitas Nurul Jadid yang kami
banggakan. Perlu diketahui kegiatan Masa Kesetiaan Anggota (MAKESTA) ini merupakan salah satu
kelas kaderisasi yang dimiliki IPNU-IPPNU. Oleh karena hal tersebut, kami mengharapkan setelah
selesainya kegiatan ini kami bisa mendapatkan anggota yang berkualitas.
Selain itu, proses kaderisasi ini adalah sebuah bentuk regenerasi dengan banyak harapan-
harapan besar yang di tumpukan kepada calon anggota untuk menjadi penerus perjuangan para pendiri
IPNU-IPPNU. IPNU-IPPNU berharap para penerus perjuangan para pendahulu ini bisa menjadi
mahasiswa yang progresif, serta dinamis dalam menyikapi sesuatu hal, memiliki rasa kepeduliaan yang
tinggi terhadap keadaan sekitar, dan keberpihakan terhadap kaum yang tertindas.

‫وهللا موف ق إل ى أق وامت طارق‬

Paiton, 11 Maret 2021


Ketua PKPT IPNU Universitas Nurul Jadid
Masa Khidmat 2021-2022

Ahmad Nazhoirul Amin

iv
SAMBUTAN KETUA PKPT IPPNU
UNIVERSITAS NURUL JADID

ُّ‫صحْ ثه ه‬ َ ْ‫ص ََلجُ َٔانس َََّلوُ َعهَٗ أَ ْش َرفهُ األ َ َْثهيَاءهُ َٔانـًر‬
َ َٔ ُّ‫ ََثهيهَُُا َٔ َحثه ْيثهَُا يـ َح ًَّذُ َٔ َعهَٗ آ هن ه‬، ٍَُْ‫س ههي‬ َّ ‫ َٔان‬، ٍَُْ‫ب انعَانَـًه ي‬
ُ‫لله َر ه‬
ُ ُ‫انـ َح ًْذ‬
.‫أَجْـ ًَ هعيٍَُُْأياتعذ‬
Atas Segala Anugerah Tuhan yang Maha Pengasih lagi maha penyayang kami di beri
kenikmatan untuk menikmati segala kuasanya terutama dalam menyelesaikan Modul Makesta Ikatan
Pelajar Putra dan Putri Nahdlatul Ulama, sebagai dasar untuk mengokohkan pengetahuan tentang
Nahdlatul Ulama serta peran penting seorang pemuda dan pemudi dalam menggerakkan Pemuda
Nahdlatul Ulama. Solawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan keharibaan nabi besar kita Nabi
Muhammad SAW, karna berkat beliau kita dapat mengetahui yang haq dan yang bathil sehingga kita
bisa merasakan nikmatnya agama islam ini.
Kemudian teriring do‟a kepada seluruh Masyayikh dan Muassis Nahdlatul Ulama‟, segenap
pendiri Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama dan Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama. Semoga kita bisa
mendapat berkah sebagai santri beliau, aamiin.
Pelajar Putra dan Putri Nahdlatul Ulama‟ adalah para pejuang Nahdlatul Ulama‟ sebagai
landasan perjuangan dalam menabur benih ke Aswajaan serta budaya untuk perkembangan Agama
dengan mengikuti zaman yang selalu berkembang dari masa ke masa, yang di terapkan melalui dawuh
masyaikh serta guru guru dan para pejuang dahulu, di mana kita bisa menselaraskan ilmu tersebut
dengan keadaan zaman yang kita hadapi. Tuhan selalu memberikan jalan, namun jalan tersebut tak
semua orang bisa merasakan. Hanya orang terpilih yang dapat menikmati Anugerah yang telah di
berikan, di mana kita di beri amanah berbentuk perjuangan. Karena Tuhan Percaya, kita bisa
mengapresiasikan kelebihan kita tanpa kita sadari di mana letak kelebihan kita. Hidup adalah pilihan,
tergantung bagaimana kita memilih, tetap bertahan dengan kekurangan atau memperbaiki kekurangan.
Dalam perihal perjuangan pasti ada ikhtiyar serta kesadaran diri dalam hidupnya. Kesadaran
tersebut adalah tanggung jawab setiap insan. “Innama A’malu Binniyat” setiap pekerjaan pasti di
dahului oleh niat, semoga Tuhan pun ikut mengiringi dan memudahkan niat kita.
Kami Ucapkan Selamat Bergabung, serta Belajar, Berjuang dan Bertaqwa bersama kepada
Rekan dan Rekanita tahun Angkatan 2021-2022. Dalam bentuk kegiatan Makesta maka, rekan dan
rekanita telah resmi menjadi anggota Pelajar Putra dan Putri Nahdlatul Ulama‟, kami harap setelah
kegiatan ini para Rekan dan Rekanita mampu menikmati perjuangan Bersama. Siapa yang mampu
bertahan maka Ia akan menambah persaudaraan, Siapa yang mampu berjuang maka Ia akan menikmati
keridhoan, Siapa yang mampu menambah wawasan maka Ia akan mengurangi kebodohan, Siapa yang
mampu bertaqwa maka Ia mampu menggali keimanan.
‫وهللا موف ق إل ى أق وامت طارق‬

Paiton, 11 Maret 2021


Ketua PKPT IPPNU Universitas Nurul Jadid
Masa Khidmat 2021-2022

Nursiyamah Tita Wulandari

v
TATA TERTIB
MASA KESETIAAN ANGGOTA
PKPT IPNU-IPPNU UNIVERSITAS NURUL JADID
TAHUN 2021

BAB I
SUSUNAN STRUKTURAL
MASA KESETIAAN ANGGOTA (MAKESTA)

Pasal I

1. Ketua PKPT IPNU-IPPNU Universitas Nurul Jadid adalah Dewan Kehormatan (DK)
yang merupakan panitia tertinggi Dalam pelaksanaan MAKESTA
2. Panitia Steering Committee (SC) Adalah panitia yang terdiri dari demisioner dan senior
yang dipilih oleh dewan kehormatan
3. Organizing Committee (OC) Adalah Panitia Yang Ditunjuk Oleh Pengurus Untuk
Menjadi Pelaksana Teknis Dan Bertugas Untuk Mensukseskan Pelaksanaan MAKESTA
4. Fasilitator Adalah Panitia Yang Ditunjuk Oleh Pengurus Untuk Menjadi pendamping
peserta
5. Peserta Adalah mahasiswa Yang Mendaftarkan Diri Sebagai Peserta secara tertulis
kepada panitia pelaksana MAKESTA

BAB II
HAK DAN KEWAJIBAN PESERTA

Pasal 2
Hak Peserta

1. Peserta Berhak Mendapatkan Materi MAKESTA


2. Peserta Berhak Mendapatkan pelayanan yang layak.
3. Perserta berhak mendapatkan Sanksi Sesuai Dengan Pelanggaran Yang Dilakukan.

Pasal 3
Kewajiban Peserta

1. Peserta Wajib Mengikuti Seluruh Acara Sesuai Dengan Yang Tertera Pada Jadwal Acara.
2. Peserta Wajib Mengikuti Pelaksanaan MAKESTA Sampai Selesai.
3. Peserta wajib Menaati semua peraturan dan ketentuan MAKESTA.
4. Peserta wajib mengumpulkan segala alat komunikasi kepada panitia.

BAB III
HAK, WEWENANG DAN KEWAJIBAN
PANITIA STEERING COMMUTTEE (SC)

Pasal 4
Hak Panitia Steering commuttee (SC)

1. Panitia Berhak Mendapatkan Tugas Sesuai Job Description-nya Masing–Masing.


2. Panitia Berhak Mentaati Semua Peraturan Dan Ketentuan MAKESTA.
3. Panitia Berhak Mendapatkan Sanksi Sesuai Dengan Pelanggaran Yang Dilakukan

1
Pasal 5
Wewenang Panitia Steering commuttee (SC)

1. Panitia Berwenang Menjalankan Tugas Sesuai Job Description-nya Masing-Masing


Dengan Baik.
2. Panitia Berwenang Mengatur Jalannya Pelaksanaan MAKESTA.

Pasal 6
Kewajiban Panitia Steering commuttee (SC)

1. Panitia wajib menjalankan tugas sesuai job description masing-masing dengan baik.
2. Panitia wajib mentaati semua peraturan dan ketentuan yang berlaku.
3. Panitia wajib menyelesaikan pekerjaannya sampai selesai.

BAB IV
HAK, WEWENANG DAN KEWAJIBAN
PANITIA ORGANIZING COMMUTTEE (OC)

Pasal 7
Hak Panitia Organizing commuttee (OC)

1. Panitia Berhak Mendapatkan Tugas Sesuai Job Description-nya Masing–Masing.


2. Panitia Berhak Mentaati Semua Peraturan Dan Ketentuan MAKESTA.
3. Panitia Berhak Mendapatkan Sanksi Sesuai Dengan Pelanggaran Yang Dilakukan

Pasal 8
Wewenang Panitia Organizing commuttee (OC)

1. Panitia Berwenang Menjalankan Tugas Sesuai Job Description-nya Masing-Masing


Dengan Baik.
2. Panitia Berwenang Mengatur Jalannya Pelaksanaan MAKESTA.

Pasal 9
Kewajiban Panitia Organizing commuttee (OC)

1. Panitia wajib menjalankan tugas sesuai job description masing-masing dengan baik.
2. Panitia wajib mentaati semua peraturan dan ketentuan yang berlaku.
3. Panitia wajib menyelesaikan pekerjaannya sampai selesai.

BAB V
HAK, WEWENANG DAN KEWAJIBAN
PANITIA FASILITATOR

Pasal 10
Hak Panitia Fasilitator

1. Panitia Berhak Mendapatkan Tugas Sesuai Job Description-nya Masing–Masing.


2. Panitia Berhak Mentaati Semua Peraturan Dan Ketentuan MAKESTA.
3. Panitia Berhak Mendapatkan Sanksi Sesuai Dengan Pelanggaran Yang Dilakukan

Pasal 11
Wewenang Panitia Fasilitator

1. Panitia Berwenang Menjalankan Tugas Sesuai Job Description-nya Masing-Masing


Dengan Baik.

2
2. Panitia Berwenang Mengatur Jalannya Pelaksanaan MAKESTA.

Pasal 12
Kewajiban Panitia Fasilitator

1. Panitia wajib menjalankan tugas sesuai job description masing-masing dengan baik.
2. Panitia wajib mentaati semua peraturan dan ketentuan yang berlaku.
3. Panitia wajib menyelesaikan pekerjaannya sampai selesai.

BAB VI
HAK, WEWENANG DAN KEWAJIBAN
DEWAN KEHORMATAN

Pasal 13
Hak Dewan Kehormatan

1. Dewan kehormatan berhak memberikan sanksi (hukuman) bagi peserta dan panitia yang
melanggar ketentuan dan aturan MAKESTA.
2. Dewan kehormatan berhak mentaati semua peraturan dan ketentuan MAKESTA.
3. Dewan kehormatan berhak mengontrol, mengevaluasi dan membuat kebijakan demi
kelancaran pelaksanaan MAKESTA.

Pasal 14
Wewenang Dewan Kehormatan

1. Dewan kehormatan berwenang memberikan sanksi bagi peserta dan panitia yang
melanggar aturan dan ketentuan MAKESTA.
2. Dewan kehormatan berwenang mengontrol mengevaluasi dan membuat kebijakan demi
Kelancaran pelaksaan MAKESTA.

Pasal 15
Kewajiban Dewan kehormatan

1. Dewan kehormata berkewajiban memberikan sanksi (hukuman) bagi peserta dan panitia
yang melanggar aturan dan ketentuan MAKESTA.

BAB VII
LARANGAN

Pasal 16
Larangan Peserta

1. Peserta dilarang membawa senjata tajam miras, narkoba, Dan obat-obatan terlarang
2. Peserta dilarang berbuat gaduh dan tidur didalam forum Lainnya.
3. Peserta dilarang meninggalkan tempat MAKESTA tanpa seizin dari penanggung jawab
kelompok, ketua OC dan ketua Komisariat.

Pasal 17

1. Panitia dilarang membawa senjata tajam miras, narkoba, dan obat-obatan terlarang
lainnya.
2. Panitia dilarang meninggalkan tempat MAKESTA tanpa seizin dari ketua OC dan ketua
Komisariat.
3. Panitia dilarang berbuat kekerasan dan asusila Kepada peserta.

3
BAB VII
SANKSI
Pasal 18

Peserta

Peserta yang melanggar akan dikenakan sanksi sesuai dengan kategori pelanggaran dibawah
ini.
a. Ringan : diperingatkan
b. Sedang : diperingatkan dan di evaluasi
c. Berat : dipulangkan secara tidak hormat

Pasal 19
Panitia

Panitia yang melanggar akan dikenakan sanksi sesuai dengan kategori pelanggaran dibawah
ini:
a. Ringan : diperingatkan
b. Sedang : diperingatkan dan dievaluasi
c. Berat : dipulangkan dengan tidak hormat

BAB IX
PERIZINAN

Pasal 20
Peserta MAKESTA

1. Peserta yang hendak meninggalkan sesi harus mendapatkan izin dari penanggung jawab
kelompok.
2. Peserta yang hendak meninggalkan lokasi MAKESTA harus mendapat izin dari
penanggung jawab kelompok, ketua OC dan ketua Komisariat.

Pasal 21
Panitia Organizing Committee (OC)

Panitia OC yang hendak meninggalkan lokasi MAKESTA harus mendapatkan izin dari ketua
OC dan ketua Komisariat.

Pasal 22
Panitia Steering committee (SC)

Panitia SC yang hendak meninggalkan lokasi MAKESTA harus mendapatkan izin dai ketua
SC dan ketua Komisariat.

Pasal 23
Panitia Fasilitator

Panitia Fasilitator yang hendak meninggalkan lokasi MAKESTA harus mendapatkan izin dai
ketua Fasilitator dan ketua Komisariat.

4
ANALISIS DIRI

Pendahuluan
Manusia adalah makhluk yang sangat kompleks untuk dibicarakan. Selain menjadi
subjek untuk menganalisis dirinya sendiri, manusia juga harus mampu menjadi objek. Dari
Kemampuan itu diharapkan memberikan hasil yang jernih terhadap cara atau metode-metode
yang dipakai untuk menganalisis dirinya sendiri. Sehingga memberi motivasi dan keyakinan
untuk terus berkembang pada arah yang lebih positif.
Manusia diciptakan dalam bentuk dan keadaan yang sempurna. Letak kesempurnaan
itu adalah dengan dianugerahi akal budi. Akal budi inilah yang menjadikan manusia sebagai
makhluk yang dipilih sebagai khalifah di muka bumi. Selain itu Allah SWT juga memberi
amanah kepada manusia sebagai khalifatullah atau wakil Allah dalam mengelola alam ini.
Menggunakan potensi akal budi artinya menggunakan kemampuan daya berfikir, baik
dalam realitas yang konkret maupun realitas spiritual. Prof. Musa Asy‟ari memahami bahwa
realitas konkret dipahami oleh pemikiran dan realitas spritual dipahami oleh qalb. Kedudukan
manusia-manusia yang mampu mendayagunakan anugerah Allah ini (beriman dan berilmu)
memiliki kedudukan tinggi. Bahkan diberi gelar khusus dengan sebutan Ulul Albab.
Manusia yang memiliki cipta, rasa, karsa dan karya untuk berfikir mandiri serta
memfungsikan akal budinya untuk mengubah konstruksi pola pikir, sikap dan tindakan.
Sehingga lahirlah tindakan ideal ke arah kesempurnaan daripada kearah kesenangan semata.
Juga mampu melahirkan gagasan inovatif dalam mengembangkan peradaban dan kebudayaan
manusia.
Konsep dan Struktur Kedirian
Dalam mengkonsepsikan manusia, teori psikoanalisis Sigmund Freud mengungkap
bahwa kehidupan jiwa manusia memiliki tiga tingkat kesadaran, yaitu sadar (conscious),
prasadar (preconscious) dan tak sadar (unconscious). Namun pada tahun 1923 Freud
mengenalkan tiga model strukur yang lain, struktur baru ini tidak mengganti struktur lama,
tetapi melengkapi dan menyempurnakan gambaran mental dalam fungsi dan tujuan. Ketiga
struktur baru tersebut adalah ID, EGO dan SUPER EGO.
ID didefinisikan sebagai kenyataan rohaniyah yang bersifat subyektif, primer dan
dunia batin yang ada sebelum manusia memiliki pengalaman tentang dunia luar atau sebagai
sistem kepribadian asli yang dibawa manusia sejak lahir (sesuatu yang berisi naluri, tidak
mengenal nilai baik-buruk atau pun moralitas). ID beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan
atau dalam kata lain prinsip kesenangan.
Sementara EGO dipahami sebagai badan eksekutif atau pelaksana dari kepribadian
ID. ID cukup untuk mencapai evolusi yang besar ke arah keberlangsungan dan perbaikan, baik
yang bersifat reflektif atau pun yang bersifat prinsip keinginan naluriah, tanpa adanya
pelaksana untuk mengontrol dan memerintah (bersifat anti-sosial dan cenderung
membahayakan). Sehingga perlu adannya perhitungan kenyataan dunia luar dengan jalan
menyesuaikan maupun menguasainya dengan mengambil yang diperlukan.
Adapun SUPER EGO merupakan kekuatan moral dan etik dari kepribadian yang
beroperasi memaknai prinsip idealistik sebagai lawan dari prinsip kepuasan ID dan prinsip
realistik dari EGO. SUPER EGO bisa didefinisikan sebagai cabang moril atau cabang keadilan
dari kepribadian yang lebih mewakili alam ideal daripada alam nyata dan menuju ke arah
kesempurnaan daripada kearah kenyataan atau kesenangan. Manusia harus menyeimbangkan

5
antara ID, EGO dan SUPER EGO, agar tidak terjadi proses individualisasi pada diri manusia,
tetapi juga peka terhadap realitas di luar dirinya.
Sementara seorang ulama dan pemikir besar muslim juga mengkonsepsikan
pandangannya tentang identitas esensial dalam diri manusia, beliau adalah Abu Hamid al-
Ghazali. Di dalam Ahlussunnah Wal Jama'ah beliau dikenal sebagai tokoh panutan di bidang
tasawuf. Menurut beliau, disposisi manusia (human nature) sebagai sesuatu yang suci dan
murni (fitrah).
Tentu, beliau tidak mengenyampingkan situasi dan kondisi lingkungan juga memiliki
peran terhadap perkembangan kejiwaan manusia. Al-Ghazali juga menambahkan, bahwa
manusia secara alami memiliki kecedrungan egosentris, jarang sekali menyertakan kensekuensi
potensial bagi orang lain (ingin menang sendiri). Menurut al-Ghazali hakekat manusia terdiri
dari empat unsur, diantaranya, al-nafs, al-ruh, al-qalb, dan al-‘aql:
1. Al-Nafs, Al-Ghazali menggunakan dua pengertian, pertama adalah sesuatu yang
menghimpun kekuatan (kekuatan, marah, dan nafsu shahwat pada manusia). Kedua
al-nafs diartikan sesuatu yang halus yang menjadi hakekat dari manusia itu sendiri
(diri dan dzatnya). Dari kedua pengertian tersebut nafsu disifati dengan sifat-sifat
yang beragam menurut keadaannya, dalam pengertian yang pertama adalah sangat
tercela, sementara pengartian kedua adalah terpuji, karena ia adalah diri manusia
yakni zat dan hakikatnya yang mengerti terhadap Allah SWT dan pengetahuan-
pengetahuan lainnya.

2. Al-Ruh juga memiliki dua pengertian, pertama memiliki pengertian tubuh yang
halus, sumbernya adalah lubang hati jasmani lalu tersebar dengan perantara urat-
urat yang merusak ke bagian-bagian badan lainnya dan dalam perjalananannya ruh
pada badan, banjirnya cahaya kehidupan, perasaan, penglihatan, pendenganaran dan
penciuman. Kedua adalah yang halus dari manusia yang mengerti dan mengetahui
dari manusia, dan itulah pejelasan Al-Ghazali mengenai salah satu arti hati dan
itulah yang dikehendaki Allah SWT (Q.S. al-Isra‟: 85).
Ruh adalah urusan Allah SWT, yang mengherankan juga melemahkan akal untuk
mengetahui dan memahaminya tentang hakekat dari ruh yang se jati. Adapun al-ruh
yang dimaksud Al-Ghazali di sini adalah al-ruh al-hayawan, yaitu merupakan tubuh
jism yang halus (jism latif) yang megalir pada pembulu nadi ke bagian-bagian tubuh
yang lain. Al-ruh al-hayawan itu merupakan pendorong terhadap kebutuhan
makanan yang dapat menggerakkan shahwat dan emosi dan merupakan penggerak
dari hati ke seluruh anggota badan.

3. Al-Qalb, dalam istilah al-Ghazali memiliki dua pengertian. Istilah yang pertama
memiliki arti yang mengacu pada fisik, yaitu sepotong daging yang berbentuk buah,
daging halus dan didalamnya terdapat lubang, di dalam lubang tersebut terdapat
darah yang hitam yang menjadi sumber ruh dan tambangnya. Pemaknaan kedua
mengacu pada sesuatu yang halus rabbaniyah (ketuhanan), ruhaniyah (kerohaniyan)
yang berkaiatan dengan jasmani dan memiliki kemampuan untuk memperoleh
pengetahuan melalui cita rasa (realitas abstrak), seperti kasih sayang, kebencian,
kebahagiaan, kesedihan, iman, kebenaran, ide-ide dan sebagainya.
Al-Qalb ini ialah mihrab Tuhan yang terletak di dada setiap manusia, diciptakan
oleh Tuhan untuk menyimpan cahaya ilahi dalam diri manusia. Dimensi al-qalb
memiliki peranan sangat penting dalam memberikan sifat kemanusiaan bagi psikis
manusia untuk memahami dan mempertimbangkan nilai-nilai serta memutuskan
suatu tindakan.

4. Al-‘Aql, secara umum al-Ghazali mendefinisikan sebagai ilmu tentang hakekat


suatu perkara. Atau dengan definisi lain, sebagai yang mengetahui ilmu-ilmu hati
yaitu hati yang halus dan merupakan hakekat manusia yang sama dengan qalb.

6
Dikatakan demikian karena keduanya dalam memperoleh pengetahuan tententu
akan saling berkaitan. Al-‘Aql adalah istilah dari jiwa rasional. Adapun perbedaan
keduanya ialah, pengetahuan al-qalb diperoleh melalui cita-rasa sedang al-akal
diperoleh melalui penalaran dan salah satu fungsi akal adalah menyimpan
pegetahuan.
Dari dua teori Freud dan Al-Ghazali, bisa kita jadikan alat untuk menganalisis hakikat
dari manusia secara universal dan sebagai manusia pergerakan. Misal, naluri-naluri ketidak
puasan yang selalu kita rasakan sebagai manusia, dari satu masa menuju masa-masa yang lain
memiliki potensi untuk menjadi lebih positif dan negatif. Ketidakpuasan itu perlu pengeloaan
yang baik agar peluang menjadi positif lebih terbuka. Manusia sebagai makhluk sosial dan
spiritual yang berpikir, berilmu dan memikul amanah adalah makhluk yang terus bergerak
maju menuju kearah kesempurnaan.
Batasan-batasan etik-moral yang sudah dalam masyarakat juga menjadi pegangan,
baik yang bersifat individual atau pun yang bersifat sosial. Sehingga dalam melakukan sebuah
gerakan memiliki dasar yang kuat yang tidak sekedar karena kepuasan semata, tetapi ada
landasan kesadaran ideal yang dipegangnya menjadikannya nilai.
Untuk menjadi manusia progresif, kita harus mampu menyeimbangkan tiga hubungan
yang mengikat secara naluriah, pertama hubungan manusia dengan Allah, hubungan manusia
dengan manusia dan hungan manusia dengan alam. Keseimbanganm dari ketiganya merupakan
jalan untuk kita menjadi manusia ulul albab: Manusia yang berpikir kritis, memiliki perasaan,
peka terhadap keadaan sosial, berpemahaman dan bijak dalam mengambil keputusan.

WAWASAN KEBANGSAAN

A. Dasar Negara Indonesia


Bangsa Indonesia sejak tanggal 18 Agustus 1945 telah menetapkan Pancasila sebagai
“Weltanschauung” atas dasar Negara bagi Negara bangsanya. Hal ini terbukti dengan adanya
sila-sila yang terkandung dalam Pancasilayang termaktub dalam Peembukaan UUD NRI 1945
pada alinea keempat yang menyebut”….Negara Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasarkan kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan yang adil dan beradab,
Persatuan Indonesia dan Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu Keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia.”
Dasar negara merupakan suatu norma dasar dalam penyelenggaraan bernegara yang
menjadi sumber dari segala sumber hokum sekaligus sebagai cita hokum (rechtisidee), baik
tertulis maupun tidak tertulis dalam suatu negara yang bersifat permanen. Cita hokum ini akan
mengarahkan hokum pada cita-cita bersama dari masyarakatnya. Cita-cita ini mencerminkan
kesamaan- kesamaan kepentingan diantara sesame warga massyarakat. Pancasila memang
sangat tepat sebagai dasar negara bagi NKRI dengan alasan sebagai berikut :
1. Pancasila digali dari adat dan budaya bangsa Indonesia
2. Pancasila memiliki potensi menampung kondisi dan sifat pluralistic bangsa.
Pancasila sebagai unsur pengikat bangsa Indonesia yang majemuk.
3. Pancasila menjamin kebebasan warganegara untuk beribadah menurut agama dan
keyakinannya.
4. Pancasila memiliki potensi menjamin keutuhan NKRI.
7
5. Pancasila memberikan landasan bagi bangsa Indonesia dalam mengantisipassi
ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan dalam hidup bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
6. Pancasila memberikan jaminan terselenggaranya demokrasi dan hak asasi manusia
sesuai dengan adat dan budaya bangsa.
7. Pancassila menjamin terwujudnya masyarakat yang adil dan makmur. (PSP UGM,
2012:5)
Berdasarkan dengan fungsi Pancasila sebagai dasar Negara, maka segala peraturan
perundang-undangan yang berlaku di Negara Indonesiaharus berdasarkan pada Pancasila.
Pancasila menjadi pedoman dalam bersikap dan berperilaku bagi aparatur Negara dalam
menjalankan tugasnya. Demikian juga seluruh rakyat Indonesia juga memiliki kewajiban
untuk taat pada semua peraturan perundang-undangan yang berlaku dan berpegang teguh pada
Pancasila sebagai landasan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
B. Cita-Cita dan Tujuan Bangsa Indonesia
Cita-cita nasional Indonesia dapat dilihat dari alinea kedua Pembukaan UUD 1945 yang
berbunyi “Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah pada saat yang
berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang
kemerdekaan negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur”. Maksud
dari isi alinea tersebut adalah :
Tujuan negara Indonesia dapat dilihat dalam alinea keempat Pembukaan UUD 1945
yang berbunyi “Kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemerintah negara Indonesia
yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia, perdamaian abadi dan keadilan sosial….”
1. Bangsa Indonesia meyakini bahwa kemerdekaan bersifat universal (menyeluruh)
dan merupakan hak kodrat manusia. Selain itu, kata “berdaulat” menunjukkan
bahwa Indonesia merupakan negara berdaulat dan merdeka. Kedaulatan yang
dimiliki Indonesia adalah kedaulatan ke dalam dan ke luar. Kedaulatan ke dalam
berarti Indonesia bebas mengatur urusan rumah tangganya sendirisesuai dengan
nilai-nilai Pancasila, kedaulatan ke luar berarti Indonesia berhak melakukan
hubungan dengan bangsa lain sesuai dengan poilitik luar negeri Indonesia yaitu
bebas aktif.
2. Kata “adil” mengandung arti bahwa penyelenggaraan negara harus didasari asas
keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia dan dalam proses kehidupan berbangsa dan
bernegara.
3. Kata “makmur” memiliki arti sebagai suatu pemenuhan kebutuhan manusia baik
materiil maupun spiritual. Kemakmuran tidak akan tercapai tanpa diiringi dengan
adanya keadilan. Apabila semua unsur yang menjadi cita-cita bangsa Indonesia
dapat terlaksana dengan baik, maka negara ini akan menjadi negara yang kuat dan
bermartabat.
Makna yang terkandung pada Pembukaan UUD 1945 mencakup tujuan negara
Indonesia, ketentuan diadakannya undang-undang umum, bentuk negara dan dasar falsafah
negara. Tujuan negara Indonesia dibagi menjadi 2, yaitu tujuan umum dan khusus. Tujuan
umum NKRI dalah ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan
perdamaian abadi dan keadilan sosial. Tujuan khusus NKRI yaitu membentuk pemerintah
negara Indonesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah
Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

8
C. Implementasi Pancasila dalam Lingkungan Kampusdan KehidupanBerbangsa
serta Bernegara
Fenomena yang berkembang pada masyarakat Indonesia menghadapi berbagai masalah
seperti radikalisme, penyalahgunaan narkoba, menurunnya nilai- nilai kemanusiaan,
ketidakpuasan masyarakat ytang dikejawantahkan dalam demo-demo yang menunjukkan
buntunya komunikasi antar berbagai pihak di Indonesia dan kurang/tidak kompetitifnya
lulusan PT Indonesia dalam persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) dan Global
membuat nilai Pancasila perlu ditekankan.
Pendidikan pancasila sebagai pengembangan nuilai- nilai moral bangsa diharapkan
dapat memperkuat kompetensi mahasiswa untuk berkiprah di lapangan kerja dengan
membawa nilai-nilai luhur bangsa. Kemampuan dan keterampilan yang dapat ditransfer
kepada mahasiswa antara lain : komunikasi (tulis dan orasi/diskusi), berpikir kritis, berpikir
analitis, kepercayaan diri, serta mampu menyerap dan memakai nilai kultural universal
(kejujuran, integritas, otonomi, kerendahan hati dll). Pendidikan Pancasila dapat membangun
tradisi, etos kerja dan meletakkan nilai-nilai luhur sebagai landasan pengembangan
intelektualitas seiring profesionalitass dan vokasionalitas.
Pada Naskah Akademik Pengembangan Kurikulum Program Studi Unesa (2016)
dinyatakan bahwa salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan setiap program studi
dalam pengembangan kurikulumnya adalah kewajiban menumbuh kembangkan karakter
mahasiswa Unesa sesuai dengan moto Unesa growing with character, yang meliputi: Iman,
Cerdas, Mandiri, Jujur, Peduli, dan Tangguh (dengan akronim “Idaman Jelita”). Disamping
itu secara nonformal, nilai-nilai Pancassila dibangun, ditumbuhkan, dibiasakan lewat kegiatan
ekstrakulikuler maupun nonkulikuler. Untuk mendorong hal tersebut di dalam naskah
akademik pengembangan kurikulum Unesa 2016 telah dibuat regulasi yang mengatur hal
tersebut dengan sejumlah poin. Mahasiswa dapat dinyatakan telah menyelesaikan
pendidikannya setelah menunjukkan sejumlah poin tertentu untuk aktivitas nonakademiknya.
Selanjutnya diharapkan para generasi muda terutama mahasiswa dapat
mengimplementasikan segala nilai-nilai Pancasila yang terkandung dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara yang pada hakikatmya implementasi nilai nilai Pancasila secara
menyeluruh merupakan sebuah realisasi praksis untuk mencapai tujuan bangsa. Sebagaimana
berikut:

1. Implementasi Pancasila dalam Bidang Politik


Pembangunan dan pengembangan bidang politik harus mendasar-kan pada dasar
ontologis manusia. Hal ini di dasarkan pada kenyataan objektif bahwa manusia
adalah sebagai subjek Negara, oleh karena itu kehidupan politik harus benar-benar
merealisasikan tujuan demi harkat dan martabat manusia. Pengembangan politik
Negara terutama dalam proses reformasi dewasa ini harus mendasarkan pada
moralitas sebagaimana tertuang dalam sila-sila pancasila dam esensinya, sehingga
praktek-praktek politik yang menghalalkan segala cara harus segera diakhiri.

2. Implementasi Pancasila dalam Bidang Ekonomi


Di dalam dunia ilmu ekonomi terdapat istilah yang kuat yang menang, sehingga
lazimnya pengembangan ekonomi mengarah pada persaingan bebas dan jarang
mementingkan moralitas kemanusiaan. Hal ini tidak sesuai dengan Pancasila yang
lebih tertuju kepada ekonomi kerakyatan, yaitu ekonomi yang humanistic yang
mendasarkan pada tujuan demi kesejahteraan rakyat secara luas (Mubyarto, 1999).
Pengembangan ekonomi bukan hanya mengejar pertumbuhan saja melainkan demi
kemanusiaan, demi kesejahteraan seluruh masyarakat. Maka sistem ekonomi
Indonesia mendasarkan atas kekeluargaan seluruh bangsa.

9
3. Implementasi Pancasila dalam Bidang Sosial dan Budaya
Dalam pembangunan dan pengembangan aspek sosial budaya hendaknya
didasarkan atas sistem nilai yang sesuai dengan nilai-nilai budaya yang dimiliki
oleh masyarakat tersebut. Terutama dalam rangka bangsa Indonesia melakukan
reformasi di segala bidang dewasa ini. Sebagai anti-klimaks proses reformasi
dewasa ini sering kita saksikan adanya stagnasi nilai social budaya dalam
masyarakat sehingga tidak mengherankan jikalau di berbagai wilayah Indonesia
saat ini terjadi berbagai gejolak yang sangat memprihatinkan antara lain amuk
massa yang cenderung anarkis, bentrok antara kelompok masyarakat satu dengan
yang lainnya yang muaranya adalah masalah politik. Oleh karena itu dalam
pengembangan social budaya pada masa reformasi dewasa ini kita harus
mengangkat nilai-nilai yang dimiliki bangsa Indonesia sebagai dasar nilai yaitu
nilai- nilai pancasila itu sendiri. Dalam prinsip etika pancasila pada hakikatnya
bersifat humanistic, artinya nilai-nilai pancasila mendasarkan pada nilai yang
bersumber pada harkat dan martabat manusia sebagai makhluk yang berbudaya.

4. Implementasi Pancasila dalam Bidang Pertahanan dan Keamanan


Negara pada hakikatnya adalah merupakan suatu masyarakat hukum. Demi
tegaknya hak-hak warga negara maka diperlukan peraturan perundang-undangan
negara, baik dalam rangka mengatur ketertiban warga maupun dalam rangka
melindungi hak-hak warganya. Menilik kembali kepada tujuan nasional bangsa
Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang- undang Dasar 1945 dan
kehendak dalam mengisi kemerdekaan RI yakni sebagai berikut:
1) Membentuk suatu pemerintahan Negara Republik Indonesia yang melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia.
2) Memajukan kesejahteraan umum / bersama
3) Mencerdaskan kehidupan bangsa
4) Ikut berperan aktif dan ikut serta dalam melaksanakan ketertiban dunia yang
berlandaskan kemerdekaan, perdamaian abadi dan kedilan sosial.

5. Implementasi Pancasila dalam Aspek Perlindungan dan Penegakan Hak Asasi


Manusia
Hak Asasi Manusia adalah hak yang melekat pada diri setiap manusia sejak awal
dilahirkan yang berlaku seumur hidup dan tidak dapat diganggu gugat siapa pun.
Sebagai warga negara yang baik kita mesti menjunjung tinggi nilai hak azasi
manusia tanpa membeda-bedakan status, golongan, keturunan, agama, jabatan, dan
lain sebagainya. Melanggar HAM seseorang bertentangan dengan hukum yang
berlaku di Indonesia. Di Indonesia ini pelanggaran-pelanggaran terhadap HAM
menyebabkan banyak rakyat yang sangat menderita. Contoh nyata akibat
pelanggaran tersebut adalah Kemiskinan
Indonesia adalah sebuah negara yang penuh paradoks. Negara ini subur dan kekayaan
alamnya melimpah, namun sebagian cukup besar rakyat tergolong miskin. Hal ini sebenarnya
didasari oleh rendahnya kualitas SDM Karena latar belakang pendidikan yang masih
tergolong rendah dan kualitas moral para pemimpin yang tidak baik. Maksudnya adalah
ketidak merataan pembangunan dibeberapa daerah sehingga beberapa wilayah di Indonesia
memiliki nilai kemiskinan yang rendah sedangkan daerah lainnya memiliki angka kemiskinan
yang tinggi. Jadi ini adalah bukti tidak adilnya pemerintah terhadap kehidupan sosial
masyarakat Indonesia yang menyebabkan kemiskinan.
Ketimpangan dalam pendidikan, dimana banyak anak usia sekolah harus putus sekolah
karena biaya, mereka harus bekerja dan banyak yang menjadi anak jalanan. Walaupun sudah
diberlakukannya beberapa program untuk mengurangi biaya sekolah atau bahkan
membebaskan biaya sekolah BOS (Biaya Operasional Sekolah) tapi kenyataannya pem-
bagiannya masih belum merata diseluruh wilayah Indonesia dan masih banyak dipotong oleh
pihak-pihak tertentu.
10
Ketimpangan dalam pelayanan kesehatan, dimana persoalan keadilan dalam kesehatan
masih belum dirasakan oleh masyarakat miskin Indonesia. Didalam hal ini maksudnya adalah
belum dirasakan manfaat BPJS (Bdan Penyelenggara Jaminan Sosial) atau KIS (Kartu
Indonesia Sehat) sehingga munculnya anggapan “orang miskin dilarang sakit” karena biaya
berobat di Indonesia bisa dikatakan cukup tinggi dan hanya untuk kalangan menengah ke atas.
Pancasila harus di implementasikan ke dalam norma dan praktik kehidupan berbangsa
dan bernegara dengan menjaga konsistensi, relevansi, dan kontekstualisasinya. Sedangkan
perubahan dan pembaharuan yang berkesinambungan terjadi apabila ada dinamika internal
(self-renewal) dan penyerapan terhadap nilai-nilai asing yang relevan untuk pengembangan
dan penggayaan ideologI Pancasila. Muara dari semua upaya perubahan dan pembaharuan
dalam mengaktualisasikan nilai Pancasila adalah terjaganya akseptabilitas dan kredibilitas
Pancasila oleh warganegara dan wargamasyarakat Indonesia.

KEORGANISASIAN
Pengertian Organisasi
Menurut Stephen P. Robbins pengertian organisasi adalah kesatuan (entity) sosial
yang dikoordinasikan secara sadar, dengan sebuah batasan yang relatif dapat diidentifikasi,
yang bekerja atas dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai suatu tujuan bersama atau
sekelompok tujuan. Menurut James D. Mooney pengertian organisasi adalah bentuk setiap
perserikatan manusia untuk mewujudkan tujuan bersama. Menurut Chester I. Bernard definisi
organisasi adalah suatu sistem aktivitas kerja sama yang dilakukan oleh dua orang atau lebih.
Dari pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa organisasi adalah sebuah wadah
atau tempat berkumpulnya sekelompok orang untuk bekerjasama secara rasional dan
sistematis, terkendali, dan terpimpin untuk mencapai suatu tujuan tertentu dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada. Pada umumnya organisasi akan memanfaatkan berbagai
sumber daya tertentu dalam rangka untuk mencapai tujuan, seperti; uang, mesin, metode/ cara,
lingkungan, sumber daya manusia, dan sumber daya lainnya, yang dilakukan secara sistematis,
rasional, dan terkendali.
Unsur-unsur dan Prinsip Organisasi
1. Unsur-unsur Organisasi

Unsur-unsur organisasi menurut Wursanto (2003:54) terdiri dari:


a. Man (orang-orang), dalam kehidupan organisasi sering disebut dengan istilah
pegawai atau personil.
b. Kerja sama, maksudnya adalah suatu perbuatan bantu membantu atau suatu
perbuatan yang dilakukan bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama.
c. Tujuan bersama, merupakan arah atau sasaran yang ingin dicapai dan juga
menggambarkan apa yang harus dicapai melalui prosedur, program, pola
(network), kebijaksanaan (policy), strategi, anggaran (budgeting), dan
peraturan-peraturan (regulation) yang telah ditetapkan.
d. Peralatan (equipment), terdiri dari semua sarana yang berupa materi, mesin-
mesin, uang, dan barang modal lainnya (tanah, gedung/ bangunan/kantor).
e. Lingkungan (environment)
f. Kekayaan alam, misalnya keadaan iklim, udara, air, cuaca, flora, dan fauna.
g. Kerangka atau konstruksi mental organisasi, berupa prinsip-prinsip organisasi.

11
2. Prinsip Organisasi

Adapun prinsip organisasi yang dikemukakan Syamsi (1994:14) yaitu :


a. Perumusan tujuan dengan jelas (formulation of the objectives) Setelah tujuan
ditetapkan, maka langkah selanjutnya adalah merumuskan tujuan tersebut
dengan rinci dan jelas, termasuk juga jelas batas-batasnya. Perumusan tujuan
tersebut dalam prakteknya dijabarkan dalam tugas pokok.
b. Pembagian tugas pekerjaan (division of works) Adanya pembagian kerja bisa
membantu dalam memperingan tugas koordinasi dimana pembagian tugas
kerja ini dapat melancarkan pengawasan dan juga menghemat biaya.
c. Pelimpahan wewenang dan tanggung jawab (delegation of authorithy and
responsibility) Untuk dapat menjalankan tugas dengan baik, maka para
petugas atau pejabat harus dilimpahi wewenang. Sebagai konsekuensi itu
harus disertai pertanggungjawaban yang sepadan. Wewenang yang
dilimpahkan itu meliputi wewenang untuk menjalankan tugasnya, wewenang
untuk memerintah bawahannya dan wewenang untuk menggunakan fasilitas
yang dibutuhkan.
d. Banyaknya tingkat hierarkis (level of hierarchy) Yang dimaksud dengan
tingkatan hierarki disini adalah banyaknya tingkatan unit kerja dalam suatu
organisasi. Sebaiknya jangan terlalu banyak karena perintah dari pucuk
pimpinan harus sampai juga pada unit kerja yang paling bawah.
e. Rentangan pengawasan (span of control) Yang dimaksud dengan rentangan
pengendalian adalah banyaknya bawahan yang sebaiknya masih bisa diawasi
dengan baik. f. Memahami akan tugas masing- masing dan kaitan tugas secara
keseluruhan (understanding by the individual of his own task and the task of
the whole) Masing- masing unit kerja memang mempunyain tugas tertentu.
Namun, jangan sampai merasa bahwa unit kerjanya saja yang paling penting
sedangkan unit kerja lainnya hanya dianggap sebagai pelengkap saja.
Manfaat dan Fungsi Organisasi
1. Manfaat Organisasi
Manfaat organisasi untuk para anggotanya, diantaranya adalah
a. Memudahkan tercapainya tujuan bersama
b. Melatih mental seseorang agar lebih baik
c. Memudahkan pemecahan masalah
d. Melatih kepemimpinan seseorang
e. Pergaulan menjadi lebih luas
f. Menambah wawasan para anggota organisasi
g. Membentuk karakter seseorang
h. Ajang pembelajaran bagi para anggota

2. Fungsi Organisasi
Sebagai suatu kelompok yang terencana, organisasi juga memiliki fungsi bagi
anggota- anggotanya, di antaranya yaitu :
a. Memberi arahan dan aturan serta pembagian kerja mengenai apa yang harus
dan tidak boleh dilakukan oleh para anggota dalam organisasi
b. Meningkatkan skill dan kemampuan dari anggota organisasi dalam
mendapatkan sumber daya dan dukungan dari lingkungan
c. Memberikan pengetahuan dan pencerdasan pada tiap anggota organisasi
Dasar-dasar Organisasi
Dalam mempelajari suatu hal kita harus tahu bagaimana dasar dari hal tersebut.
Dasar-dasar organisasi adalah kita harus mengetahui pengertian, unsur-unsur, prinsip, manfaat,

12
dan fungsi suatu organisasi. Jika kita sudah mengetahui semua dasarnya maka kita akan faham
apa yang dimaksud sebuah organisasi.
Jenis-jenis Organisasi
Berdasarkan bentuknya organisasi dapat di klasifikasikan kedalam 4 jenis yakni
1. Organisasi garis
Merupakan bentuk organisasi yang tertua,paling sederhana,organisasinya terbilang
masih kecil,jumlah karyawan masih sedikit sehingga saling mengenal satu sama
lain dengan baik dan spesialisasi kerjanya belum tinggi
2. Organisasi garis dan staff
Bentuk organisasi ini dipakai oleh organisasi besar, cakupan kerjanya luas, bidang
tugas yang dikerjakan beraneka ragam dan rumit kemudian karyawan yang dimiliki
banyak.\
3. Organisasi fungsional
Bentuk organisasi yang dibentuk atas dasar fungsi-fungsi yang
dijalankan,organisasi ini di terapkan pada perusahaan yang pembagian tugasnya
dapat dibedakan secara jelas.
4. Organisasi panitia
Organisasi yang terbentuk hanya untuk sementara waktu saja,setelah tugas selesai
maka selesailah organisasi tersebut.
Kemudian di bawah ini jenis organisasi berdasarkan banyaknya pemimpin :
1. Organisasi Proyek
Organisasi yang membentuk tim-tim spesialisasi untuk mencapai tujuan khusus,
manajer proyek mempunyai wewenang untuk memimpin para anggota tim selama
jangka waktu proyek, jika telah selesai maka akan dibubarkan organisasi tersebut.

2. Organisasi Matrik
Organisasi ini seraya dengan organisasi proyek namun yang membedakannya
dengan proyek adalah organisasi matriks dimana karyawan memiliki dua atasan
yang memiliki wewenang berbeda.

Namun secara umum organisasi dibedakan dalam beberapa jenis diantaranya :


1. Organisasi kemasyarakatan/sosial (NU dan Muhammadiyah)
2. Organisasi kemahasiswaan (DPM dan BEM)
3. Organisasi politik ( Partai Golkar, Demokrat, dan PKB)
4. Organisasi dunia/kenegaraan dan sebagainya.(ILO, FAO dan GATT)

Macam-Macam Organisasi
Macam organisasi apabila diklasifikasikan menjadi beberapa macam, antara lain :
1. Atas dasar usia
a. Pelajar, remaja, pemuda pemula (IPNU- IPPNU, IRM, PII)
b. Mahasiswa (IPNU-IPPNU, HMI, GMNI)
c. Pemuda dewasa (GP. ANSOR, PMM, KNPI, FKPPI, pemuda
muhammadiyah)
2. Organisasi politik
a. Paratai Kebangkitan Bangsa (PKB)
b. Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP)
c. Dan lain-lain
3. Organisasi Profesi
a. Persatuan Wartawan Indonesia (PWI)
b. Persatuan Pengusaha Indonesia (PPI)
13
c. Ikatan Dokter Indonesia (IDI)
d. Dan lain-lain

Manajemen Pengelolaan Organisasi


Konsep Manajemen Pemerintahan Rasulullah Saw :
1. Syura dan Partnership
Rasulullah sering meminta pendapat dan bermusyawarah dengan para sahabat,
terutama dengan mereka yang memiliki kecermatan dan kedalaman ilmu agama,
sahabat yang memiliki kelebihan intelektual, kekuatan iman dan getol
mendakwahkan Islam. Majlis syura di masa Rasulullah terdiri dari 7 orang sahabat
Muhajirin dan 7 orang sahabat Anshar.

2. Pembagian Tugas dan Wewenang


Rasulullah pada masa itu sudah membagi tugas diantara para sahabatnya. Misalnya
beliau mengutus sahabat Ali bin Abi Thalib untuk menangani tugas kesekretariatan
dan perjanjian- perjanjian yang dilakukan Rasulullah. Dokumen rahasia ditangani
oleh Hudzaifah bin Aliman. Orang yang dipercaya untuk menangani tanda tangan
dan stempel Rasul adalah Al-Harits bin „Auf dan Handzalah bin Al-Rabi bin Shaifi.
Ada lagi yang menarik zakat para raja, mencatat harta zakat, mencatat utang-
piutang dan transaski muamalah.

3. Pemilihan Pegawai
Kebanyakan pegawai Nabi berasal dari Bani Umayah, karena Rasulullah memilih
pegawai dari para sahabat yang relatif kaya dan tidak membutuhkan gaji.

4. Harmonisasi Kemakmuran dan Keadilan Pada zaman Rasul, belum ditemukan


Baitul
Mal guna menyimpan harta zakat, sedekah dan lainnya. Untuk itu, Rasulullah
membagikan harta setiap hari, terutama yang berupa binatang ternak, seperti onta,
domba, kuda dan keledai. Rasul juga berusaha menegakkan keadilan dan persamaan
perlakuan hkum kepada umatnya, mencukupi kebutuhan setiap individu
masyarakat, sehingga tercipta masyarakat yang makmur dan sejahtera.

Konsep Manajemen Pada Masa Khulafaurrasyidin


Manajemen Pemerintahan Abu Bakar

Dimasa pemerintahan khalifah pertama, masih terdapat pertentangan dan


perselisihan antara Negara Islam dan sisa kabilah Arab. Wilayah jazirah Arab dibagi menjadi
beberapa provinsi, wilayah Hijaz terdiri dari provinsi, yakni Makkah, Madinah dan Thaif.
Wilayah Yaman terbagi menjadi 8 propinsi yang terdiri dari Shaulan, Zabid, Rama‟ al- Jund,
Najran, Jarsy, kemudian Bahrain dan wilayah sekitar menjadi satu propinsi. Kepala
pemerintahan ditiap proponsi ini disebut sebagai gubernur. Khalifah Abu Bakar menerapkan
pemerintahan yang tersentral, namun demikian, kekuasaan khalifa dibatasi pada penegakan
keadlian manusia, penciptaan stabilitas keamanan, system pertahanan, pemilihan pegawai dan
pendelegasian tugas diantara sahabat dan musyawarah dengan mereka.

14
KEPEMIMPINAN

A. Pengertian Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah kemempuan untuk mengatur, memengaruhi atau mengarahkan
orang lain (2 orang atau lebih) untuk mewujudkan tujuan yang telah ditetapkan dengan upaya
yang maksimal, dan kontribusi dari masing masing individu.
Pada hakikatnya seseorang dapat disebut pimpinan jika dia dapat memengaruhi orang
lain dalam mencapai suatu tujuan tertentu, walaupun tidak ada kaitan kaitan formal dalam
organisasi.
Demikian pula kepemimpinan timbul dimana ada unsur unsur berikut :
1. Ada orang yang mempengaruhi (PEMIMPIN/ATASAN)
2. Ada orang yang dipengaruhi, (ANGGOTA/SUBORDINATE) dan
3. Ada pengaruh dari yang mempengaruhi (MISI- TUJUAN-TARGET)
4. Lingkungan
Dasar untuk pemimpin manajemen dalam mencapai kemajuan ia harus menyadari
(a) Seseorang bisa mendapat salah satu sumber kepuasan yang besar didalam
pekerjaannya, misalnya adanya pengakuan terhadap kebutuhan manusia, (b) tugas
seorang manager adalah menciptakan syarat syarat yang membantu bawahannya
mendapatka kepuasan dalam pekerjaannya, (c) setiap seorang ingin memikul
tanggung jawab.

B. Pola Dasar Kepemimpinan


Dalam setiap kepemimpinan ada dua pola dasarkepemimpinan yaitu pola dasar
kepemimpinan formal dan pola dasar kepemimpinan informal.
1. Pola Kepemimpinan Formal
Kepemimpinan ada secara resmi pada seseorang yang diangkat dalam jabatan
kepemimpinan. Hal ini tampak pada berbagai ketentuan yang mengatur hierarki
organisasi dalam bagan organisasi.
2. Pola Kepemimpina Informal
Kepemimpinan informal tidak didasarkan pada pengangkatan, ia tidak terlihat
dalam hierarkhi atau bagan organisasi. Efektivitas kepemimpinan informal terlihat
pada pengakuan nyata dan penerimaan dalam praktek atas kepemimpinan
seseorang.
Biasanya kepemimpinan informal didasarkan pada kriteria sebagai berikut
1) Kemampuan memikat hati oarang lain
2) Kemampuan membina hubungan yang serasi dengan organisasi atau orang
lain.
3) Pemikiran atas keahlian tertentu yang tidak dimiliki oleh orang lain.

C. Perbedaan Pemimpin dan Kepemimpinan


Pemimpin adalah suatu lakon atau peran atau ketua dalam sistem dalam suatu organisasi
atau kelompok. Kepemimpinan merupakan kemampuan yang dipunyai seseorang untuk
empengaruhi orang-orang lain agar bekerja guna mencapai tujuan dan sasaran.Pemimpin
mempunyai tugas sebagai berikut:
1. Mengantarkan
15
2. Mengetahui
3. Memelopori
4. Memberi petunjuk
5. Mendidik
6. Member bimbingan dan penyuluhan
7. Menggerakkan bawahan
Fungsi utama seorang pemimpin menurut Davis Krench dan Richard S. Krutchfield
sebagai berikut:
1. Perencana
2. Pelaksana
3. Penyusun kebijakan
4. Tenaga ahli
5. Wakil kelompok luar
6. Pengawas dan pengendali pertalian-pertalian di dalam kelompoknya
7. Pelaksana hukuman dan pujian
8. Pelerai bawahannya yang bersengketa
9. Suri teladan bawahannya
10. Lambang suatu kelompok
11. Penanggung jawab
12. Tokoh bapak
13. Kambing hitam
14. Pecinta ideologi bagi kelompoknya

D. Tipe-Tipe Pemimpin
Tipe tipe pemimpin dan ciri cirinya menurut Sondang P. Siagian
1. Otokratis, merupakan kepemimpinan yangdilakukan oleh seorang pemimpin dengan
perilaku otoriter.Pemimpin otoriter (diktator) dalam praktik memimpin ia
mengutamakan kekuasaan (power). Seorang pemimpin bertipe otokratis
menganggap dirinya adalah segala-galanya (people centered) Egonya kokoh
menyatakan bahwa dirinya adalah pusat kekuasaan dan kewenangan sehingga ia
berhak menjadikan anak buah sesuai dengan
kehendaknya.Seorang pemimpin yang bersifat :
1) Mengangap organisasi adalah milik sendiri
2) Mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi
3) Menganggap bawahan hanya sebagai alat semata mata
4) Tidak mau menerima kritik, saran dan pendapat
5) Sesering menggunakan pendekatan yang mengandung unsur paksaan dan
bersifat menghukum. Jelas ini tidak menghormati hak hak asasi manusia yang
menjadi bawahannya.

2. Militeristis
Kepemimpinan militeristik ini sangatmirip dengan Tipe kepemimpinan otoriter,
yaitu gaya pemimpin yang memusatkan segala keputusan dan kebijakan yang
diambil dari dirinya sendiri secara penuh. Segala pembagian tugas dan tanggung
jawab dipegang oleh si pemimpin yang otoriter tersebut sedangkan para bawahan
hanya melaksanakan tugasyang telah diberikan. Seorang pemimpin militeristis
bersifat :
1) Dalam menggerakkan bawahannya lebih sering
menggunakan sistem perintah,
2) Dalam menggerakkan bawahannya senang bergantung pada pangkat dan
jabatannya

16
3) Senang pada formalitas yang berlebih lebihan
4) Menuntut disiplin yang tinggi dan kaku dari bawahan
5) Sukar menerima kritik dari bawahan
6) Menggemari upacara upacara untuk berbagai keadaan. Tipe ini bukan
seharusnya pemimpin organisasi dan bukan pula seorang pemimpin yang
ideal.

3. Paternalistis
kepemimpinan paternalistik adalahseperti halnya seorang ayah yang selalu
memikirkan kesejahteraan anggota keluarganya. Seorang pemimpin yang bersifat:
1) Menganggap bawahannya sebagai manusia yang tidak dewasa
2) Bersifat terlalu melindungi (overly protective)
3) Jarang memberi kesempatan kepada bawahannya untuk mengambil inisiatif
4) Sering bersifat maha tahu.
5) Dalam keadaan tertentu seorang pemimpin tipe ini kadang kadang diperlukan
dengan menghilangkan sifat sifat yang negative

4. Karismatis
Adalah gaya kepemimpinan yangmembuat para anggota yang di pimpinnya
mengikuti inovasi inovasi yang di ajukan oleh pemimpin ini.

Sampai saat ini belum ditemukan sebab sebab mengapa seorang pemimpin memiliki
karisma, yang diketahui ialah bahwa pemimpin yang demikian memiliki daya tarik
yang amat besar. Oleh karena itu pada umumnya orang yang memiliki karisma
mempunyai pengikut yang sangat besar, meskipun para pengikut sering kali tidak
dapat menjelaskan mengapa merek jadi pengikut.

Contohnya Ir. Soekarno adalah pemimpin yang kharismatik, memiliki semangat


pantang menyerah dan rela berkorban demi persatuan dan kesatuan serta
kemerdekaan bangsanya. Namun berdasarkan perjalanan sejarah kepemimpinannya,
ciri kepemimpinan yang demikian ternyata mengarah pada figur sentral dan kultus
individu. Menjelang akhir kepemimpinannya terjadi tindakan politik yang sangat
bertentangan dengan UUD 1945, yaitu mengangkat Ketua MPR (S) juga.

5. Demokratis
yaitu gaya seorang pemimpin yangmenghargai karakteristik dan kemampuan yang
dimiliki oleh setiap anggota organisasi (Prima, A, 2013).

Tipe pemimpin seperti inilah yang cocok untuk organisasi modern. Pemimpin yang
demikian memiliki sifat sifat sebagai berikut
1) Dalam proses penggerakan bawahan selalu bertitik tolak pada manusia
sebagai mahluk termulia di dunia.
2) Selalu berusaha mensinkronisasikan antara kepentingan tujuan organisasi dan
kepentingan tujuan pribadi bawahannya
3) Senang menerima saran dan pendapat, bahkan kritik dari bawahannya
4) Selalu berusaha mengutamakan kerja sama dan teman kerja dalam usaha
mencapai tujuan
5) Selalu berusaha agar bawahannya lebih berasil
6) Berusaha mengembangkan kapasitas dirinya sebagai pemimpin.

Tipe kepemimpinan menurut G.R. Terry seorang pengembang ilmu manajemen


mengemukakan sebagai berikut:
1. Kepemimpinan Pribadi (Personal Leadership)

17
Seorang manajer dalam vmelaksanakan tindakanya selalu dilakukan dengan cara
kontak pribadi. Tipe kepemimpinan seperti ini sering dianut oleh oleh perusahaan
kecil karena kompleksitas bawahan maupun kegiatannya sangatlah kecil.
Akibatnya, selain mudah juga sangt efektif dan memang biasa dilakukan tanpa
mengalami prosedural yang berbelit.

2. Kepemimpinan Nonpribadi (Nonpersonal Leadership)


Segala peraturan dan kebijakan yang berlaku pada perusahaan melalui bawahannya
atau menggunakan media nonpribadi, baik rencana , instruksi, maupun program
penyeliaannya. Pada tipe ini, program pendlegasian kekuasaan sangatlah berperan
dan harus diaplikasikan.

3. Kepemimpinan Otoriter (Authoritarian Leadership)


Manajer yang bertipe otoriter biasanya bekerja secara sungguh sungguh, teliti dan
cermat. Manajer bekerja menurut peraturan dan kebijakan yang berlaku dengan
ketat. Meskipun agak kaku dan segala intruksinya harus dipatuhi oleh para
bawahan, parr bawahan tidak berhak mengomentarinya.

4. Kepemimpinan Demokratis (Democrative Leadership)


Pada kepemimpinan yang demokratis, manajer beranggapan bahwa ia merupakan
bagian integral yang sama sebagai elemen perusahaan dan secara bersamaan seluruh
elemen tersebut bertanggung jawab terhadap perusahaan.oleh karena itu agar
seluruh bawahan merasa turut bertanggung jawab maka mereka harus berpartisipasi
dalam setiap aktivitas perencanaan, evaluasi dan penyeliaan.

5. Kepemimpinan Menurut Bakat (Indigenius Leadership)


Tipe kepemimpinan menurut bakat biasanya muncul dari kelompok informalyang
didapatkan dari pelatihan meskipun tidak langsung. Pada situasi ini peran bakat
sangat menonjol, sebagai dampak pembawaan sejak lahir dan mungkin disebabkan
adanya faktor keturunan.

E. Kriteria Pemimpin
Kriteria pemimpin yang berguna dan dapat dipertimbangkan, cirinya sebagai berikut:
1. Keinginan Untuk Menerima Tanggung Jawab
Seorang pemimpin yang menerima kewajiban untuk mencapai suatu tujuan berarti
bersedia bertanggung jawab pada pimpinannya atas segala yang dilakukan
bawahannya. Pemimpin harus mampu mengatasi bawahannya, tekanan kelompok
informal, bahkan serikat buruh. Hampir semua pemimpin merasa pekerjaannya
lebih banyak menghabiskan energi daripada jabatan selain pimpinan.

2. Kemampuan Untuk Menentukan Prioritas


Seorang pemimpin yang pandai adalah seseorang yang mempunyai kemampuan
untuk memiliki dan memnentukan hal yang penting dan hal xsxsxaqqAyang tidak
penting. Kepemimpinan ini sangat diperlukan karena pada kenyataannya masalah
masalah yang harus dipecahkan bukan datang satu per satu, melainkan datang
bersamaan dan berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

3. Kemampuan Untuk Berkomunikasi


Kemampuan untuk memberikan dan menerima informasi merupakan keharusan
bagi seorang pemimpin. Seorang pemimpin adalah orang yang bekerja dengan
menggunakan bantuan orang lain. Oleh karena itu, pemberian perintah
dan penyampaian informasi kepada orang lain mutlak perlu dikuasai.

18
Sementara itu kriteria untuk menjadi pemimpin menurut agama islam yakni :
1. SHIDQ (jujur), kebenaran dan kesungguhan dalam bersikap,berucap, bertindak
dalam melaksanakan tugasnya.
2. AMANAH (dapat dipercaya) ,kepercayaan yang menjadikan kita memelihara dan
menjaga sebaik-baiknya apa yang diamanahkan kepadanya,baik dari orang orang
yang dipimpinnya,terlebih lagi dari ALLAH SWT.
3. FATHONAH (cerdas), kecerdasan, kecakapan, dan handal yang melahirkan n
kemampuan menghadapi dan menanggulangi persoalan yang muncul
4. TABLIGH (transparansi dan akuntanbilitas), penyampaian secara jujur dan
bertanggung jawab ataas segalatindakan yang diambilnya

F. Tugas Kepemimpinan
Tugas kepemimpinan yaitu, melaksanakan fungsi-fungsi manajemen seperti yang telah
disebutkan sebelumnya yang terdiri dari: merencanakan, mengorganisasikan, menggerakkan,
dan mengawasi.
Terlaksananya tugas-tugas tersebut tidak dapat dicapai hanya oleh pimpinan seorang
diri, tetapi dengan menggerakan orang-orang yang dipimpinnya. Agar orang-orang yang
dipimpin mau bekerja secara erektif seorang pemimpin di samping harus memiliki inisiatif
dan kreatif harus selalu memperhatikan hubungan manusiawi. Secara lebih terperinci tugas-
tugas seorang pemimpin meliputi: pengambilan keputusan menetapkan sasaran dan menyusun
kebijaksanaan, mengorganisasikan dan menempatkan pekerja, mengkoordinasikan kegiatan-
kegiatan baik secara vertikal (antara bawahan dan atasan) maupun secara horisontal (antar
bagian atau unit), serta memimpin dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan.
Tidaklah mudah menjadi seorang pemimipin, karena mereka harus memiliki sejumlah
kualitas tertentu. Kalau seorang pemimpin salah dalam bertindak, maka bawahan bisa saja
langsung menganggap buruk pemimpin tersebut.
Beberapa pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya sering sekali melakukan hal-
hal yang bertentangan dengan hakikat kepemimpinan yang justru akan menimbulkan ketidak
lancaran dalam berjalannya kepemimpinan tersebut, diantaranya adalah:
1. Tidak terbuka
2. Jarang berdiskusi
3. Tidak percaya diri
4. Hanya memerintah
5. Tidak bertanggung jawab
6. Kurang memiliki motivasi
7. Menyalahkan sumber daya
8. Tidak memberikan kepercayaaan
9. Tidak bisa memanfaatkan peluang
10. Tidak memiliki visi, misi, dan tujuan

19
AHLUS SUNNAH WAL JAMA’AH

“Setting” Historis Aswaja

IPNU-IPPNU merupakan salah satu organisasi yang diilhami semangat Ahl al-Sunnah
wa al-Jama’ah (baca: Aswaja). Secara etimologis, Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah terdiri dari
tiga kata yaitu ahl, al-sunnah, dan al-jama’ah. Kata ahlu diartikan sebagai keluarga,
komunitas, penduduk atau pengikut. Sedangkan al-sunnah diartikan sebagai jalan, metode atau
perilaku. Sedangkan kata al-jamaah diartikan sebagai perkumpulan atau sekupumpulan
manusia yang memelihara kebersamaan dan kolektifitas dalam mencapai suatu tujuan.
Secara terminologis, mengacu pada konsesi Muktamar NU ke-33 di Jombang, Ahl al-
Sunnah wa al-Jam’ah adalah kelompok (firqah) yang konsisten mengikuti petunjuk nabi, jalan
para sahabat, dan para salaf al-shalih baik dalam hal akidah, amaliyah, maupun akhlak
lahiriyah dan batiniyah.
Landasan teologis Aswaja kerap disandarkan terhadap hadis-hadis firqah. Di antara
beberapa hadis yang sering dikutip adalah hadis berikut:
“Kaum Yahudi terpecah menjadi 71 golongan, kaum Nasrani menjadi 72 golongan,
dan umatku (umat Islam) akan terpecah menjadi 73 golongna. Hanya satu yang
selamat dan yang lainnya celaka. Lalu ada yang bertanya: Siapakah yang selamat
itu? Rasulullah mnejawab: (Mereka) adalah Ahlu al-Sunnah wa al-Jama’ah.
Ditanyakan pula: Siapakah Ahlu al-Sunnah wa al-Jama’ah itu? Dijawab Nabi:
Mereka adalah yang berpegang teguh pada ajaranku dan para sahabatku”
Namun demikian, Aswaja bukan merupakan aliran yang secara utuh ada sejak masa
Nabi Muhammmad SAW. Islam pada Nabi dilaksanakan secara baik dan benar tepat sesuai
dengan ajaran Alquran dan al-Sunnah serta tidak ada penyimpangan sedikitpun, khususnya
oleh pribadi Nabi sebagai teladan di bawah bimbingan Ilahi. Kemudian memasuki periode
Sahabat Nabi, Islam tidak lagi dipahami secara tunggal. Perbedaan pendapat tentang
problematika umat Islam mulai muncul terutama daam persoalan kepemimpinan politik pasca
wafatnya Nabi.
Aswaja merupakan produk sejarah yang dibentuk dan dikonstruksi oleh berbagai hal
yang berkaitan dengan politik dan juga persoalan akidah. Secara setting historis, setidaknya
penulis mengklarifikasikan pertumbuhan dan perkembangan Aswaja menjadi tiga hal.
Pertama, kemunculan Aswaja dipelopori oleh peristiwa tahkim (abritase) pada saat
meletusnya perang Shiffin di mana pada saat itu Mu‟awiyah bin Abi Sofyan melakukan
pemberontakan terhadap Ali bin Abi Talib lantaran didorong oleh rasa kekecewaan terhadap
kepemimpinan Ali. Proses tahkim tersebut pada akhirnya memecah umat Islam menjadi tiga
golongan, yaitu golongan yang setia pada Mu‟awiyah di mana kelompok ini pada fase
selanjutnya berkamuflase menjadi aliran Jabariyah; kelompok yang setia pada Ali bin Abi
Talib yang menamai kelompok mereka dengan sebutan Syi‟ah; dan kelompok yang menentang
Ali bin Abi Talib juga Mu‟awiyah yang dikenal dengan sebutan Khawarij yang pertama kali
dipimpin oleh Abdullah bin Abdul Wahab al-Rasyidi.
Perpecahan firqah (sekte) dalam Islam tidak berhenti hanya pada konteks itu saja.
Dalam fase perkembangannya banyak aliran yang tumbuh dan bermunculan setelah proses
tahkim tersebut. Sebut saja aliran Mur’jiah yang dikembangkan pertama kali oleh al-Hasan bin
Muhammad al-Hanafiyah. Aliran berikutnya ada Qodariyah yang diperkirakan timbul pertama
kali di bawah kepemimpinan Ma‟bad al-Juhani (w. 80 H). Berikutnya ada sekte Mu‟tazilah
yang dipelopori oleh murid Hasan al-Bashri, Wasil bin Atha‟ (80-131 H). Hingga akhirnya

20
pada abad ketiga dan keempat hijriah muncul sosok Imam Abu al-Hasan al-Asy'ari (260-324
H) dan Imam Abu Mansur al-Maturidi (w. 333 H).
Kedua, hal yang juga memberikan sumbangsih dalam arus sejarah kemunculan
Aswaja adalah pertumbuhan dan perkembangan fiqih. Dalam kelompok Ahlu al-Sunnah wa al-
Jama’ah (baca: Sunni) sendiri banyak bermunculan berbagai madzhab, di antaranya madzhab
Hanafi yang dipelopori oleh Imam Abu Hanifah (80-150 H), madzhab Maliki yang
disandarkan kepada Malik bin Anas (93-179 H), madzhab Syafi‟i yang dikembangkan pertama
kali oleh Muhammad bin Idris al-Syafi‟i (150-204 H), dan madzhab Hambali yang dicetuskan
oleh Ahmad bin Hambal al-Syaibani (164-241 H). Selain madzhab-madzhab yang bertahan
hingga saat ini, ada pula beberapa madzhab Sunni yang juga pernah berkembang, yaitu
madzhab Auza‟i yang didirikan oleh Abdurrahman bin Muhammad al-Auza‟i (88-157 H),
madzhab Laitsi yang didirikan oleh Imam Laitsi bin Sa‟ad (94-175 H), madzhab Tsauri yang
didirikan oleh Imam Sufyan ats-Tsauri (97-161 H), dan terakhir ada madzhab al-Dzahiri yang
didirikan oleh Abu Sulaiman Dawud bin Ali al-Ashfahani al-Dzahiri (202-270 H).
Pertumbuhan dan perkembangan yuridis hukum Islam tersebut tidak hanya ada dalam
kelompok Sunni saja, melainkan juga ada dalam kelompok Syi‟ah. Meskipun
perkembangannya tidak semassif kelompok Sunni, namun fiqih corak Syi‟ah ini mampu
memberikan warna tersendiri dalam perkembangan hukum Islam. Fiqih yang berkembang
dalam Syi‟ah tersebut, misalnya, madzhab Zaidi yang dipelopori oleh Zaid bin Ali Zainal
Abidin bin Husein bin Ali bin Abi Thalib (78/80-122 H). Selain itu ada pula madzhab Ja‟fari
yang dinisbatkan pada tokoh utamanya yakni Imam Ja‟far ash-Shadiq (80-146 H).
Ketiga, yang mendorong lahirnya Aswaja adalah pergulatan dalam bidang Tasawuf.
Sebagaimana yang dipahami, arus pergulatan Tasawuf telah melahirkan tiga aliran besar dalam
sejarah Islam, yakni tasawuf akhlaki, tasawuf amali dan tasawuf falsafi. Tasawuf akhlaki
adalah aliran tasawuf yang menekankan pada aspek membersihkan tingkah laku. Tokohnya
diwakili oleh Abu Hamid Muhammad bin Muhammad al- Ghazali (450-505 H). Tasawuf
‘amali adalah aliran tasawuf yang lebih menekankan pada aspek tentang bagaimana cara
mendekatkan diri kepada Tuhan. Pada dasarnya tidak ada perbedaan yang signifikan antara
tasawwuf akhlaki dan tasawuf ‘amali. Tokoh tasawwuf ‘amali ini di antaranya adalah Rabiatu
al-Adawiyah (94-185 H). Sedangkan Tasawuf falsafi adalah tasawuf yang ajaran-ajarannya
memadukan antara visi mistis dan visi rasional yang dipengaruhi oleh pemikiran-pemikiran
filsafat. Di antara penganutnya adalah Ibn „Arabi (560-638 H). Banyak dari pemikiran
tasawwuf falsafi ini yang belum bisa diterima masyarakat luas.
Walaupun secara nomanklatur, istilah Aswaja sudah bermunculan sebelumnya, namun
Aswaja dalam konteks aliran pertama kali secara eksplisit baru muncul pada abad 12-13
Hijriah. Hal tersebut dinyatakan al-Zabidi (1145-1205 H) dalam karyanya, Ithaf al-Sadat al-
Muttaqin, Al-Zabidi menyatakan, ُ ‫إرا ُأطهق ُتأْم ُانسُح ُٔانجًاعح ُفانًراد ُتّ ُاألشعريح ُٔانًررديح‬, “apabila
dikatakan ahlu al-sunnah wa al-jam’ah maka yang dimaksud adalah pengikut Asy’ariyah dan
Maturidiyah”.
Dalam konteks perkembangan Aswaja di Indonesia, tidak dapat dilepaskan dari proses
awal masuknya Islam ke Nusantara. Hal tersebut tergambar bagaimana penyebar agama Islam
di Nusantara seperti Walisongo memberikan sumbangan yang cukup signifikan bagi
pertumbuhan Aswaja di Indonesia. Walisongo menyebarkan Islam dengan cara damai,
akomodatif, moderat, toleran dan berpegang pada maslahat dan menolak kemudaratan sebagai
konsep yang dibawa oleh para ulama pendahulu yang mengusung Aswaja. Selain hal tersebut,
yang tidak kalah penting adalah momentum berdirinya kerajaan Demak yang menempatkan
Aswaja sebagai dasar pemerintahan.
Dari fase masuknya Islam ke Nusantara tersebut, penyebaran Aswaja di Indonesia
dilakukan terutama oleh Walisongo. Perkembangan Aswaja semakin massif seiring berdirinya
Nahdlatul Ulama (NU) pada 16 Rajab 1344 H. / 31 Januari 1926 M. Dalam aturandasanya
(qonun asaasiy), Hadratu al-Syaikh KH. Hasyim Asy‟ari menempatkan Aswaja sebagai

21
pijakan utama dalam organisasi sosial kemasyarakatan tersebut. Pijakan Aswaja tersebut
menurut Hadratu al-Syaikh KH. Hasyim Asy‟ari memiliki tiga dasar paham keagamaan:
a. Dalam bidang akidah (teologi) mengikuti Ahlu al-Sunnah W al-Jama‟ah yang
dipelopori oleh Imam Abu al-Hasan al-Asy‟ari (Asy‟ariyah) dan Imam Abu Manshur
al-Maturidi (Maturidiyah) yang merupakan watak sikap moderatisme Aswaja, yakni
mendamaikan atau kompromi antara kelompok Jabbariyah yanag fatalistik dan
kelompok Qodariyah (yang dilanjutkan oleh Mu‟tazilah) yang mengagungkan
kekuatan manusia sebagai penentu pola kehidupan.
b. Dalam bidang fiqih mengikuti salah satu dari empat madzhab fiqih; Imam Hanafi,
Imam al-Syafi‟i, Imam Maliki, dan Imam Ahmad bin Hanbal. Pola bermadzhab ini
merupakan metode yang diikuti oleh umat Islam yang tidak mampu melakukan
proses ijtihad sendiri oleh karena keterbatasan kapasitas keilmuan dan syarat-syarat
yang dimiliki. Sehingga dengan sistem bermadzhab ini ajaran Islam dapat terus
dikembangkan dan diamalkan dengan mudah oleh umat Islam serta dapat
dipertanggungjawabkan sanad otentitas kebenarannya.
c. Dalam bidang Tasawuf mengikuti Imam Junaid al-Baghdadi dan Imam Abu Hamid
al-Ghazali. Tasawuf Aswaja ini merupakan tasawuf moderat, yaitu keseimbangan
antara kepentingan dunia dan akhirat, antara syari‟at dan hakikat.

Aswaja Sebagai Basis Ideologi Ber-IPNU-IPPNU


Aswaja dalam tubuh IPNU-IPPNU dicita-citakan sebagai basis ideologi yang tidak
bisa ditawar-tawar. Ideologi Aswaja dalam IPNU-IPPNU ini setidaknya mengandung dua
elemen utama, yaitu fikrah sebagai gagasan teoritis dan thariqah sebagai langkah-langkah
metodologis.
1. Gagasan Teoritis Aswaja dalam IPNU-IPPNU (Manhaj al-Fikr)

Gagasan teoritis Aswaja dalam konteks ini mencakup dua hal, yaitu prinsip-prinsip dasar
Aswaja dan nilai-nilai Aswaja dalam arus sejarah. Kerangka konseptual Aswaja menekankan
pandangan yang sangat moderat dan tidak bisa difahami secara parsial, melainkan harus
secara komperhensif dan holistik sekaligus moderat. Oleh karena itu, Aswaja tetap memegang
prinsip-prinsip dasar yang harus dijadikan sebagai pegangan utama. Prinsip-prinsip dasar
tersebut meliputi:

‫إستنباط االحكم اإلجتماعية السيسة نظرية المعرفة‬


ٌ‫إنٓياخُانقراٌُانشٕرُٖانثيا‬
ٌ‫عذلُانثرْا‬
ٌ‫يعادُإجًاعُانحريحُانعرفا‬
‫قياسُانًسأاج‬

Sedangkan nilai-nilai Aswaja seringkali disandarkan pada ayat Alquran yang menyatakan;

“Dan demikianlah(pula) kami mrnjadikan kamu (umat Islam) sebagai umat


penengah (adil dan pilihan), agar kamu menjadi saksi atas seluruh manusia dan
agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas kamu” (QS. Al_Baqarah;143).

22
Nilai-nilai Aswaja meliputi:
A. Tawassuth (Moderat)
Tawassuth merupakan sikap moderat yang tidak ektrim kanan maupun ektrim kiri.
Secara keseluruhan, tawassuth mengandung tiga arti, yaitu pertama, keadilan di
antara dua kezhaliman ( ٍُ‫ )عذلُتيٍُظهًي‬atau kebenaran di antara dua kebatilan (ُ‫حق‬
ُ ٍ‫)تيٍ ُتاطهي‬. Kedua, pemaduan antara dua hal yang berbeda/berlawanan. Ketiga,
realistis (wâqi‟iyyah). Sedangkan manifestasi moderat dalam Aswaja terwujud pada
empat hal, yaitu moderat dalam hal teologi, moderat dalam hal ritual keagamaan,
moderat dalam hal moralitas dan budi pekerti dan moderat dalam hal proses tasyri‟.

B. Ta’adul/ âdil (Tegas/Tegak Lurus)


Secara bahasa adil memiliki makna pokok al-istiwa’ (keadaan lurus) dan al-wijaj
(keadaan menyimpang). Keadilan merupakan inti ajaran dari konsep Aswaja, dari
keadilan ini maka akan melahirkan ke-egaliter-an dan kemudian akan mampu
menciptakan al-hurriyah (kebebasan). Manifestasi keadilan dalam Aswaja terwujud
dalam tiga hal, yaitu al-’adalah al-qanuniyah (keadilan dalam bentuk UU), al-
’adalah al-ijtima’iyyah (keadilan dalam bermasyarakat), dan al-’adalah al-
dawliyyah (keadilan antar bangsa).

C. Tasamuh (Toleran)
Secara bahasa tasammuh memiliki arti membiarkan; lapang dada; dan toleran.
Secara umum, tasammuh adalah memberikan kebebasan kepada sesama manusia
untuk menjalankan keyakinan atau mengatur hidupnya dan menentukan nasibnya
masing-masing. Sedangkan manifestasi tasammuh dalam Aswaja terwujud pada
tiga hal, yaitu mengakui hak-hak orang lain, menghormati keyakinan orang lain,
dan agree in disagreement.

D. Tawazun (Seimbang/Stabil)
Tawazun berarti keseimbangan dalam pola hubungan atau relasi, baik yang bersifat
antar-individu, antar-struktur sosial, antar negara dan rakyatnya, maupun antara
manusia dan alam. Manifestasi tawazzun dalam Aswaja terwujud pada tiga hal,
yaitu keseimbangan dalam kehidupan sosial, keseimbangan dalam urusan politik
dan keseimbangan dalam urusan ekonomi.

E. Amar Ma’ruf Nahi Munkar (Transformasi Kebajikan)


Amar Ma’ruf Nahi Munkar merupakan nilai ajaran yang menuntun untuk memiliki
kepekaan yang terhadap realitas sosial dan mendorong kepada perbuatan positif,
berguna dan bermanfaat bagi kehidupan bersama, serta menolak dan mencegah,
secara santun dan bijak, terhadap semua hal yang dapat menjerumuskan dan
merendahkan nilai-nilai kehidupan.

23
KE-NU-AN
A. Sejarah Kelahiran dan Perkembangan NU
Nahdlatul 'Ulama (Kebangkitan 'Ulama), disingkat NU, adalah sebuah organisasi Islam
besar di Indonesia. Organisasi ini berdiri pada 31 Januari 1926 dan bergerak di bidang
pendidikan, sosial, dan ekonomi.
Keterbelakangan baik secara mental, maupun ekonomi yang dialami bangsa Indonesia,
akibat penjajahan maupun akibat kungkungan tradisi, telah menggugah kesadaran kaum
terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa ini, melalui jalan pendidikan dan
organisasi. Gerakan yang muncul 1908 tersebut dikenal dengan "Kebangkitan Nasional".
Semangat kebangkitan memang terus menyebar ke mana-mana – setelah rakyat pribumi sadar
terhadap penderitaan dan ketertinggalannya dengan bangsa lain. Sebagai jawabannya,
muncullah berbagai organisasi pendidikan dan pembebasan.
Kalangan pesantren yang selama ini gigih melawan kolonialisme, merespon kebangkitan
nasional tersebut dengan membentuk organisasi pergerakan, seperti Nahdlatul Wathan
(Kebangkitan Tanah Air) pada 1916. Kemudian pada tahun 1918 didirikan Taswirul Afkar
atau dikenal juga dengan "Nahdlatul Fikri" (kebangkitan pemikiran), sebagai wahana
pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri. Dari situ kemudian didirikan
Nahdlatut Tujjar, (pergerakan kaum saudagar). Serikat itu dijadikan basis untuk memperbaiki
perekonomian rakyat. Dengan adanya Nahdlatul Tujjar itu, maka Taswirul Afkar, selain
tampil sebagai kelompok studi juga menjadi lembaga pendidikan yang berkembang sangat
pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.
Berangkat dari munculnya komite dan berbagai organisasi yang bersifat embrional dan ad
hoc (dibentuk untuk salah satu tujuan), maka setelah itu dirasa perlu untuk membentuk
organisasi yang lebih mencakup dan lebih sistematis, untuk mengantisipasi perkembangan
zaman. Maka setelah berkordinasi dengan berbagai kyai, akhirnya muncul kesepakatan untuk
membentuk organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) pada 16 Rajab
1344 H (31 Januari 1926). Organisasi ini dipimpin oleh K.H. Hasyim Asy'ari sebagai Rais
Akbar.
Untuk menegaskan prinsip dasar organisasi ini, maka K.H. Hasyim Asy'ari merumuskan
kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal
Jamaah. Kedua kitab tersebut kemudian diwujudkan dalam khittah NU, yang dijadikan
sebagai dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial,
keagamaan dan politik
Lambang NU merupakan hasil istikharah Kiai Ridwan Abdullah. Ia adalah seorang kiai
yang alim, tapi memiliki kelebihan yang lain, yaitu terampil melukis. Ia hanya diberi waktu
satu setengah bulan untuk menyelesaikan tugasnya itu. Ternyata dengan waktu yang
ditentukan itu, dia tak mampu membuatnya. Ia tidak mendapatkan inspirasi yang sesuai
dengan keyakinan hati. deskripsi lambang NU sebagaimana dijelaskan dalam Antologi
Sejarah, Istilah, Amaliah, Uswah NU.
B. Orang-Orang yang Berperan dalam NU
KH. Wahab Hasbullah sebagai perwakilan Ulama serta beberapa tokoh-tokoh lain
yang mewakili organisasi besar Islam Indonesia. Dengan alasan yang kurang maton (sesuai
dengan patokan) susunan Anggota Komite berubah, KH. Wahab Hasbullah tidak jadi masuk
menjadi anggota delegasi, karena tidak “mewakili organisasi” apapun, secara tidak langsung
ini sebuah penghinaan terhadap ulama pesantren yang sesungguhnya besar pengaruhnya dan
posisinya terhadap umat Islam di Indonesia. Karena kemungkinan bergabung dengan delegasi
umat Islam Indonesia sudah tertutup, maka para Ulama berusaha dengan kekuatan sendiri

24
untuk mengirim delegasi Ulama Ahlu sunnah wal jamaah Indonesia menghadap Pemerintah
Saudi Arabia.
Untuk keperluan itu maka dibentuklah “Komite Hijaz” sebuah kelompok untuk
memobilisasi kekuatan dan dukungan umat bagi terlaksananya kerja dan tersampaikannya
aspirasi ulama‟. Segala kebutuhan dapat disiapkan meskipun dalam keadaan pas-pasan.
Delegasinya hanya KH. Wahab Hasbullah sendiri, seorang penasehat dari Mesir yaitu Syekh
Ghonaim (untuk memperbesar wibawa delegasi) sekretarisnya diambilkan dari mahasantri
Indonesia yang ada di Arab Saudi, yaitu KH. Dachlan dari Nganjuk (untuk menhemat dana)
ketika delegasi akan berangkat, berbisik pikiran untuk “mempermanenkan” Komite Hijaz itu
untuk menjadi organisasi yang tetap, yaitu Nahdlatul Ulama. Alasan dibentuknya komite hijaz
yaitu untuk menjaga kemurnian agama dari musyrik dan bid‟ah, berbagi tempat bersejarah,
baik rumah Nabi Muhammad dan sahabat termasuk makam nabi yang hendak dibongkar.
Dengan kondisi seperti itu umat islam Indonesia yang berhaluan Ahlussunnah Wal Jama‟ah
merasa sangat prihatin kemudian mengirimkan usulan untuk menemui raja Ibnu Saud. Utusan
inilah yang disebut Komite Hijaz.
Jamiyah Nahdlatul Ulama didirikan di Surabaya pada tanggal 6 rojab 1344 H bertepatan
dengan 31 Januari 1926 M, dengan pendirinya antara lain :
1. KH. Hasyim Asy‟ari 2. KH. Wahab Hasbullah 3. KH. Bisri Syansuri

4. KH. Ridwan Abdullah 5. KH. Mas Alwi Abdul Aziz dan lain – lain

Tujuan, Struktur dan Perangkat Nahdlatul Ulama Tujuan Nahdlatul Ulama adalah
berlakunya ajaran islam menurut Faham Ahlu sunah wal jamaah dan menganut salah satu
madzhab empat, ditengah-tengah kehidupan masyarakat didalam wadah Negara kesatuan
Republik Indonesia.
C. Ciri-ciri, bentuk dan struktur organisasi NU Struktur :
1. Pengurus Besar (tingkat Pusat).
2. Pengurus Wilayah (tingkat Propinsi), terdapat 33 Wilayah.
3. Pengurus Cabang (tingkat Kabupaten/Kota) atau Pengurus Cabang Istimewa untuk
kepengurusan di luar negeri, terdapat 439 Cabang dan 15 Cabang Istimewa.
4. Pengurus Majlis Wakil Cabang / MWC (tingkat Kecamatan), terdapat 5.450 Majelis
Wakil Cabang.
5. Pengurus Ranting (tingkat Desa / Kelurahan), terdapat 47.125 Ranting.
25
Untuk Pusat, Wilayah, Cabang, dan Majelis Wakil Cabang, setiap kepengurusan terdiri
dari:
1. Mustasyar (Penasihat)
2. Syuriyah (Pimpinan tertinggi)
3. Tanfidziyah (Pelaksana Harian)

Untuk Ranting, setiap kepengurusan terdiri dari:


1. Syuriyah (Pimpinan tertinggi)
2. Tanfidziyah (Pelaksana harian)
3. Anggota

Lembaga
Merupakan pelaksana kebijakan NU yang berkaitan dengan suatu bidang tertentu.
Lembaga ini meliputi:
1. Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU)
2. Lembaga Pendidikan Ma'arif Nahdlatul Ulama (LP Ma'arif NU)
3. Lembaga Pelayanan Kesehatan Nahdlatul Ulama (LPKNU )
4. Lembaga Perekonomian Nahdlatul Ulama (LPNU)
5. Lembaga Pengembangan Pertanian Nahdlatul Ulama (LP2NU)
6. Rabithah Ma'ahid Islamiyah (RMI)* (Indonesia) Lembaga Rabithah Ma'ahid
Islamiyah Nahdlatul Ulama- Asosiasi Pesantren Nahdlatul Ulama
7. Lembaga Kemaslahatan Keluarga Nahdlatul Ulama (LKKNU)
8. Lembaga Takmir Masjid (LTM)
9. Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia NU
10. Sarikat Buruh Muslimin Indonesia (SARBUMUSI)
11. Lembaga Penyuluhan dan Bantuan Hukum (LPBH)
12. Lajnah Bahtsul Masail (LBM-NU)
13. Lembaga Kesehatan Nahdlatul Ulama (LKNU)
14. Lembaga Badan Halal Nahdlatul Ulama (LBHNU)

Lajnah
Merupakan pelaksana program Nahdlatul Ulama (NU) yang memerlukan penanganan
khusus. Lajnah ini meliputi:
1. Lajnah Falakiyah (LF-NU)
2. Lajnah Ta'lif wan Nasyr (LTN-NU)
3. Lajnah Auqaf (LA-NU)
4. Lajnah Zakat, Infaq, dan Shadaqah (Lazis NU)

Badan Otonom
Merupakan pelaksana kebijakan NU yang berkaitan dengan kelompok masyarakat
tertentu. Badan Otonom ini meliputi:
1. Jam'iyyah Ahli Thariqah Al-Mu'tabarah An- Nahdliyah
2. Muslimat Nahdlatul Ulama
3. Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor)
4. Fatayat Nahdlatul Ulama
5. Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU)
6. Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU)
7. Ikatan Sarjana Nahdlatul Ulama (ISNU)

26
8. Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa (PSNU Pagar Nusa)
9. Jami'iyyatul Qurro wal Huffadz (JQH)
10. Persatuan Guru Nahdlatul Ulama (PERGUNU)

D. Paham keagamaan NU
NU menganut paham Ahlussunah waljama'ah, merupakan sebuah pola pikir yang
mengambil jalan tengah antara ekstrem aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrem naqli
(skripturalis). Karena itu sumber pemikiran bagi NU tidak hanya al-Qur'an, sunnah, tetapi juga
menggunakan kemampuan akal ditambah dengan realitas empirik (Ijma‟ san Qiyash). Cara
berpikir semacam itu dirujuk dari pemikir terdahulu seperti Abu Hasan Al-Asy'ari dan Abu
Mansur Al- Maturidi dalam bidang teologi. Kemudian dalam bidang fiqih lebih cenderung
mengikuti mazhab: imam Syafi'i dan mengakui tiga madzhab yang lain: imam Hanafi, imam
Maliki,dan imam Hanbali sebagaimana yang tergambar dalam lambang NU berbintang 4 di
bawah. Sementara dalam bidang tasawuf, mengembangkan metode Al-Ghazali dan Junaid Al-
Baghdadi, yang mengintegrasikan antara tasawuf dengan syariat.
Gagasan kembali kekhittah pada tahun 1984, merupakan momentum penting untuk
menafsirkan kembali ajaran ahlussunnah wal jamaah, serta merumuskan kembali metode
berpikir, baik dalam bidang fikih maupun sosial. Serta merumuskan kembali hubungan NU
dengan negara. Gerakan tersebut berhasil kembali membangkitkan gairah pemikiran dan
dinamika sosial dalam NU.

E. Budaya dan Amaliyah NU


Amaliyah dan ritual-ritual keagamaan yang bercorak budaya lokal dengan segala
kekhasan tradisinya seperti itu, sampai kini tetap dilestarikan oleh Muslim Nusantara
khususnya kaum Nahdliyin. Amaliyah keagamaan seperti itu tetap dipertahankan karena kaum
nahdliyin meyakini bahwa ritual-ritual dan amaliyah yang bercorak lokal tersebut hanyalah
sebatas teknis atau bentuk luaran saja, sedangkan yang menjadi subtansi di dalamnya murni
ajaran-ajaran Islam. Dengan kata lain, ritual-ritual yang bercorak tradisi lokal hanyalah
bungkus luar, sedangkan isinya adalah nilai-nilai ibadah yang diajarkan oleh Islam.
Dalam pandangan kaum Nahdliyin kehadiran islam yang dibawa oleh Rosulullah SAW.
Bukanlah untuk menolak tradisi yang telah berlaku dan mengakar menjadi kultur kebudayaan
masyarakat, melainkan sekedar untuk melakukan pembenahan dan pelurusan terhadap tradisi
dan budaya yang tidak sesuai dengan risalah Rosulullah. Budaya lokal yang mapan menjadi
nilai normatif masyarakat dan tidak bertentangan dengan ajaran Islam, maka Islam akan
mengakulturasikanya bahkan mengakuinya sebagai bagian dari budaya dan tradisi Islam itu
sendiri.
1. Tawassul
Tawassul adalah perantara, Syaikh Jamil Affandi menjelaskan bahwa yang dimaksud
tawassul dengan para Nabi dan orang-orang Shaleh ialah menjadikan mereka menjadikan
sebab dan perantara dalam memohon kepada Allah untuk mencapai tujuan. Pada
hakikatnya Allahlah pelaku yang sebenarnya (yang mengabulkan do`a). Sebagai contoh
pisau tidak mempunyai kemampuan memotong dari dirinya sendiri karena pemotong yang
sebenarnya adalah Allah dan pisau hanya sebagai penyebab yang alamiah (berpotensi
untuk memotong)

Dalil Tawassul:

27
“Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah dan carilah sebuah perantara
untuk sampai kepada Allah berjihadlah kamu dijalanya mudah-mudahan kamu mendapat
keuntungan”. (Al Maidah 35)

2. Dzikir berjama`ah
Membaca dzikir dengan berjama`ah sehabis menunaikan sholat maupun dalam momen
tertentu, seperti istighotsah, Tahlilan adalah perbuatan yang tidak bertentangan dengan
ajaran Agama bahkan termasuk perbuatan yang dituntun oleh Agama.
Dalilnya:

“Ingatlah (berdzikirlah) kamu semua kepadaKu niscaya Aku ingat kepadamu” (Al
Baqoroh 152)

3. Ziarah kubur
Pada masa awal Islam Nabi melarang umat Islam melakukan ziarah kubur karena khawatir
umat Islam akan menjadi penyembah kuburan. Setelah akidah umat Islam kuat dan tidak
ada kekhawatiran untuk berbuat syirik Nabi membolehkan para sahabatnya untuk
melakukan ziarah kubur.

Rosulullah bersabda yang artinya: Rosulullah SAW bersabda, “ sesungguhnya aku pernah
melarang kalian berziarah kubur. Ingatlah, maka berziarahlah kekubur karena
sesungguhnya hal itu dapat menjadikan sikap zuhud di dunia dan dapat mengingatkan
kepada akhirat”. (HR. Ibnu Majjah)

4. Merayakan maulid Nabi


Sebagai seorang mukmin pengungkapan rasa syukur dan kegembiraan atas nikmat yang
diterima adalah suatu keharusan begitu pula dengan kelahiran seseorang kealam dunia
merupakan nikmat tidak terhingga yang harus disyukuri. Sebagaimana mensyukuri hari
kelahiran Nabi dengan berpuasa.
Berzanzen, Dziba`an, Burdahan, Manaqiban Merupakan kegiatan membaca kisah-kisah
Nabi dan ulama-„ulama‟ besar, dan biasanya disertai dengan membaca sholawat Nabi.
Dalil membaca Berzanji, Dhiba‟an, Burdah, dan Manaqib adalah

ُ‫ٔقذُٔردُفيُاأنثرُعٍُسيذُانثشرُصهَُْٗلالُعهئُّسهىُأَُّقالُئٍُرحُيؤيُاُفكأًَاُاحيأُِيٍُقرأُذاريخُّفكأًَا‬
ُ‫زارُِٔيٍُزارُِفقذُاسرٕجة‬.ِ‫رضٕاٌَُْلالُفُٗحرٔرُانجُحُٔحقُعهُٗانًرءُأٌُيكروُزائر‬

Terdapat dalam sebuah atsar dari gustinya manusia saw. Sesungguhnya beliau bersabda,
“Barang siapa membuat (menulis biografi seorang mukmin maka ia seperti
menghidupkanya kembali dan barang siapa membaca sejarahnya maka seolah-olah ia
mengunjunginya dan barang siapa mengunjunginya maka ia berhak mendapatkan ridho
Allah dalam surga dan sudah seharusnya bagi seseorang memuliakan orang yang
menziarahinya”.

5. Tahlilan
Berkumpul untuk melakukan tahlilan merupakan tradisi yang telah diamalkan secara turun
temurun oleh mayoritas umat Islam Indonesia. Meskipun format acaranya tidak diajarkan
secara langsung oleh Rosulullah namun kegiatan tersebut dibolehkan karena tidak satupun
unsur-unsur yang terdapat didalamnya bertentangan dengan ajaran Islam, karena itu
pelaksanakan tahlilan secara esensial merupakan perwujudan dari tuntunan Rosulullah.

28
Dalil tahlil di maqbaroh

ُُ‫قالُرسٕلَُْلالُصهَُْٗلالُعهئُّسهىُيٍُدخم‬:ُُ‫قال‬.‫ض‬.ُُْٕ‫عٍُأتيُْريرجُرُانًقاترُثىُقرأُفاذححُانكرابُُٔقم‬
َٗ‫شفعاءُ جعهدُثٕابُياُقرأخُيٍُكانًكُأنٓمُانًقاترُيٍُانًؤيُئٍُانًؤيُاخُكإَا َْلالُاحذُُٔأنٓاكىُانركاثرُثىُقالُإ‬
ٗ‫نُّانَُْٗلالُذعان‬

Dari Abi Huroiroh Rosulullah saw. Bersabda, Barang siapa masuk ke pemakaman
kemudian ia membaca surat Al fatikhah, Al ikhlash, Atakatsur lalu ia berdo`a “sungguh
kujadikan pahala membaca kalamu untuk ahli kubur dari kaum mukminin dan mukminat,
maka meraka akan menjadi penolongnya dihadapan Allah”

KE-IPNU-AN

IPNU adalah singkatan dari Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama, yang didirikan pada
tanggal 24 Februari 1954 M / 20 Jumadil Akhir 1373 H di Semarang. IPNU adalah salah satu
organisasi di bawah naungan Jamiyyah Nahdlatul Ulama, tempat berhimpun, wadah
komunikasi, wadah aktualisasi dan wadah yang merupakan bagian integral dan potensi
generasi muda Indonesia secara utuh.
Oleh karena itu keberadaan IPNU memiliki posisi strategis sebagai wahana
kaderisasi pelajar NU sekaligus alat perjuangan NU dalam menempatkan pemuda sebagai
sumberdaya insani yang vital, yang dituntut berkiprah lebih banyak dalam kancah
pembangunan bangsa dan negara dewasa ini.

A. TUJUAN IPNU
Berdasarkan Peraturan Dasar IPNU Bab IV pasal 7 disebutkan bahwa IPNU adalah
terbentuknya putra-putra bangsa yang bertaqwa kepada Allah SWT, berilmu, berakhlak mulia
dan berwawasan kebangsaan serta bertanggung jawab atas tegak dan terlaksananya syariat
agama Islam menurut faham Ahlussunah Wal Jamaah yang berdasarkan pancasila dan UUD
1945.
selain hal di atas yang harus diketahui oleh warga IPNU adalah :

a. Sifat dan fungsi.

Dalam Bab III pasal 5 tentang sifat disebutkan bahwa IPNU bersifat keterpelajaran,
kekeluargaan, kemasyarakatan dan keagamaan. Dalam Bab III pasal 6, tentang fungsi
disebutkan bahwa fungsi IPNU sebagai :
1. Wadah berhimpun Putra Nahdlatul Ulama untuk melanjutkan semangat nilai-nilai
Nahdliyah.
2. Wadah komunikasi Putra Nahdlatul Ulama untuk menggalang ukhuwah islamiyah.
3. Wadah aktualitas Putra Nahdlatul Ulama dalam pelaksanaan dan pengembangan
4. Wadah kaderisasi Putra Nahdlatul Ulama untuk mempersiapkan kader-kader
bangsa.

29
b. Lambang IPNU

Dalam bab V pasal 9, tentang lambang IPNU disebutkan :


Lambang organisasi berbentuk bulat
1. Warna dasar hijau, berlingkar kuning ditepinya dengan
diapit dua lingkaran putih.
2. Di bagian atas tercantum akronim “IPNU” yang
menggunakan font Cambria dengan tiga titik di
antaranya dan diapit oleh tiga garis lurus pendek, yang
satu diantaranya lebih panjang pada bagian kanan dan
kirinya semuanya berwarna putih.
3. Di bawahnya terdapat Sembilan bintang, lima terletak sejajar
yang satu di antaranya lebih besar terletak di tengah dan empat
bintang lainnya terletak mengapit membentuk sudut segitiga, semua
berwarna kuning.
4. Di antara bintang yang mengapit, terdapat dua kitab dan dua bulu angsa bersilang
berwarna putih.

B. LATAR BELAKANG SEJARAH KELAHIRAN IPNU


Sebelum IPNU lahir pada tahun 1954 di Semarang, didahului dengan lahirnya
beberapa organisasi serupa di kota-kota besar yang merupakan cikal bakal lahirnya IPNU
dikemudian hari yang antara lain :
1. Tsamratul Mustabidin ( 1939 )
2. Persono (Persatuan Murid NO, 1941 )
3. IMUNU (Ikatan Murid NU, 1945 )
4. Subahul Muslimin di Medan (1945 )
5. Ijtimatul Tholabiyah di Medan ( 1945 )
6. Ikatan Mubaligh NU di Semarang ( 1950 )
7. IPINO ( Ikatan Pelajar Islam NO )

Pada Kongres LP Ma‟arif NU di Semarang pada tanggal 20 Jumadil Akhir 1373 H(


24 Februari 1945 dijadikan hari lahirnya IPNU dengan para pendirinya antara lain :
1. Tholhah Mansyur ( Jogja )
2. Sofwan Kholil ( Jogja )
3. Abdul Aziz ( Jombang)
4. Abdul Hadi ( Kediri )
5. Ahmad Budairi ( Malang )
6. Abdul Ghoni ( Semarang ) dll
Sejak muktamar NU di Bandung tahun 1967, IPNU menjadi badan otonom NU dan
pada Kongres IPNU X yang diselenggarakan di Jombang 29 Januari – 01 Februari 1988 IPNU
berubah dari Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama menjadi Ikatan Putra Nahdlatul Ulama.
Sejalan dengan perkembangan politik (Undang-Undang Keormasan No. 8 tahun
1985) dan relevansi dari tuntutan kehidupan masyarakat yang semula IPNU (pelajar) secara
esensial perubahan tersebut menuntut adanya gagasan baru yang sejalan dengan gerak
organisasi yang secara otomatis telah merubah orientasi IPNU dari Pelajar ke Putra. Perubahan
nama tersebut merupakan langkah yang tepat, apalagi mengingat bahwa NU dalam muktamar
ke 27 tahun 1984 memutuskan untuk kembali ke khitoh 1926.

30
C. PRINSIP PERJUANGAN

I. MUKADIMAH
Manusia adalah hamba Allah (abdullah) dan sekaligus pemimpin (khalifatullah fil
ardh). Sebagai hamba, kewajibanya adalah beribadah, mengabdi kepada Allah SWT,
menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi segala laranganNya. Sebagai khalifah,
tugasnya adalah meneruskan risalah kenabian, yakni mengelola bumi dan seisinya. Keduanya
terkait, tidak terpisah, dan saling menunjang. Mencapai salah satunya, dengan mengabaikan
yang lain, adalah kemustahilan. Menjadi hamba pasti sekaligus menjadi kholifah. Demikian
juga sebaliknya. Keduanya juga terikat oleh konteks kesejarahan yang senantiasa bergeser.
Inilah amanah suci setiap insan.
Dalam Al Qur‟an ditegaskan, makna manusia sebagai khalifah memiliki dimensi
sosial (horizontal), yakni mengenal alam (QS 2:31), memikirkannya (QS 2: 164) dan
memanfaatkan alam dan isinya demi kebaikan dan ketinggian derajat manusia sendiri (QS
11:61). Sedangkan fungsi manusia sebagai hamba Allah memiliki dimensi ilahiah (vertikal),
yaitu mempertanggungjawabkan segala perbuatan dan ucapan di hadapan Allah SWT.
Risalah ini sudah dimulai sejak dahulu kala, sejak nabi Muhammad saw
memperkenalkan perjuangan suci yang mengubah peradaban gelap menuju peradaban yang
tercerahkan. Tugas suci yang mulia ini telah dilaksanakan para pejuang dan para leluhur kita,
yang menjawab tantangan zamannya sesuai dengan dinamika zamannya. Sekarang, setelah
sekian lama risalah tersebut berjalan, manusia dihadapkan pada tantangan baru. Zaman telah
bergeser. Seiring dengan itu juga terjadi pergeseran tantangan zaman. Tugas untuk menjawab
tantangan ini jelas bukan tanggung jawab generasi terdahulu, melainkan tugas generasi
sekarang. Tantangan tersebut berada dalam tingkatan lokal, nasional, dan internasional.
Tantangan tersebut meliputi ranah keagamaan, politik, ekonomi, sosial, budaya,
hingga pendidikan. Perkembangan sosial yang pesat dalam berbagai tataran tersebut tidak
identik dengan naiknya derajat peradaban manusia. Sebaliknya, berbagai ketidakadilan sosial
semakin menyelimuti kehidupan kita. Karenanya, perjuangan keislaman dalam konteks
kebangsaan Indonesia senantiasa bergulir setiap waktu, tidak pernah usai. Saat ini, tantangan
itu begitu nyata, berkesinambungan dan meluas. Sebagai generasi terpelajar yang mewarisi ruh
perjuangan panjang di negeri ini, Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) terpanggil untuk
memberikan yang terbaik bagi tanah air tercinta. Bagi IPNU, hal ini adalah mandat suci dan
kehormatan yang diamanahkan oleh Allah SWT.
Cita-cita perjuangan dan tantangan sosial tersebut mendorong IPNU merumuskan
konsepsi ideologis (pandangan hidup yang diyakininya) berupa Prinsip Perjuangan IPNU
sebagai landasan berfikir, bertindak, berperilaku, dan berorganisasi. Prinsip Perjuangan IPNU
adalah perwujudan dari tugas profetik (kenabian) dalam konteks IPNU.
II. LANDASAN HISTORIS
IPNU adalah Badan Otonom yang bergerak sebagai garda terdepan kaderisasi
Nahdlatul Ulama di tingkat pelajar dan santri. Terdapat beberapa aspek yang melatar belakangi
berdirinya organisasi IPNU antara lain: Pertama, Aspek Ideologis, yang menegaskan posisi
Indonesia sebagai negara yang mayoritas penduduknya beragama Islam dan berhaluan
Ahlussunnah wal jama‟ah sehingga perlu dipersiapkan kaderkader penerus perjuangan NU
dalam kehidupan beragama, berbangsa dan bernegara. Kedua, aspek paedagogis, yaitu adanya
keinginan untuk menjembatani kesenjangan antara pelajar dan santri serta mahasiswa pada
pendidikan umum dan pendidikan pondok pesantren, sekaligus memberdayakan potensi
mereka untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, utamanya bagi generasi pelajar NU.
Ketiga, aspek sosiologis, yaitu adanya persamaan tujuan, kesadaran dan keikhlasan akan

31
pentingnya suatu wadah pembinaan bagi generasi penerus para ulama dan penerus perjuangan
bangsa.
Dalam sejarahnya, IPNU mengalami dinamika organisatoris yang penuh tantangan,
sesuai dengan konteks sosial yang melingkupinya. Pada posisi ini, IPNU mengalami tahapan
sejarah yang dapat dikelompokkan menjadi tiga periode: 1) periode Perintisan; 2) Periode
Pendirian; 3) Periode Pertumbuhan dan Perkembangan.
1. Periode Perintisan
Kelahiran IPNU bermula dari adanya jam‟iyah yang bersifat lokal atau
kedaerahan yang berupa kumpulan pelajar, sekolah dan pesantren, yang semula
dikelola oleh para Ulama. Di Surabaya didirikan Tsamrotul Mustafidin (1936).
Selanjutnya Persatuan Santri Nahdlatul Oelama atau PERSANO (1939). Di Malang
(1941) lahir Persatuan Murid Nahdlatul Oelama (PAMNU). Dan pada saat itu banyak
para pelajar yang ikut pergerakan melawan penjajah. Pada tahun 1945 terbentuk
Ikatan Murid Nahdlatul Oelama (IMNO). Di Madura (1945) berdiri Ijtimauth
Tolabiah dan Syubbanul Muslim, kesemuanya itu juga ikut berjuang melawan
penjajah dengan gigih. Di Semarang (1950) berdiri Ikatan Mubaligh Nahdlatul
Oelama dengan anggota yang masih remaja. Sedangkan 1953 di Kediri berdiri
Persatuan Pelajar Nahdlatul Oelama ((PERPENO). Pada tahun yang sama di Bangil
berdiri Ikatan Pelajar Nahdlatul Oelama (IPENO). Pada tahun 1954 di Medan berdiri
Ikatan Pelajar Nahdlatul Oelama (IPNO). Dari sekian banyak nama yang mendekati
adalah IPNO yang lahir di Medan pada tahun 1954.

2. Periode Pendirian
Gagasan untuk menyatukan langkah dan nama perkumpulan diusulkan dalam
Konferensi Besar (Kombes) LP Ma‟arif pada 20 Jumadil Tsani 1373 H bertepatan 24
Februari 1954 M di Semarang. Usulan ini dipelopori oleh pelajar Yogyakarta,
Surakarta dan Semarang yang terdiri Sofyan Cholil (mahasiswa UGM), H. Mustofa
(Solo), Abdul Ghoni dan Farida Achmad (Semarang), Maskup dan M. Tolchah
Mansyur (Malang). Dengan suara bulat dan mufakat dilahirkanlah organisasi yang
bernama Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dengan ketua pertama, M. Tolchah
Mansyur.
Pada tanggal 30 April – 1 mei 1954 IPNU menggelar konferensi segilima di solo
yang dihadiri oleh perwakilan dari Jogjakarta, Semarang, Solo, Jombang dan Kediri.
Konferensi ini berhasil merumuskan asas organisasi, yaitu Ahlussunnah Wal Jamaah,
dan tujuan organisasi, yaitu mengemban risalah islamiyah, mendorong kualitas
pendidikan dan mengkonsolidir pelajar. Konferensi ini juga menetapkan M. Tolhah
Mansur sebagai ketua Umum IPNU pertama. Dalam konferensi ini ditetapkan
PD/PRT dan berusaha untuk mendapatkan legitimasi/pengakuan secara formal dari
NU.
Usaha untuk mencari legitimasi ini diwujudkan dengan mengirimkan delegasi
pada Muktamar NU ke X di Surabaya pada 8-14 September 1954. Delegasi dipimpin
oleh M. Tolchah Mansyur, dengan beranggotakan 5 orang yaitu Sofyan Cholil, M
Najib Abdul Wahab, Abdul Ghoni dan Farida Achmad. Dengan perjuangan yang
gigih akhirnya IPNU mendapatkan pengakuan dengan syarat hanya beranggotakan
laki-laki saja.

3. Periode Pertumbuhan dan Perkembangan


Di fase pertumbuhan dan perkembangan organisasi ini, terjadi berbagai
perubahan arah dan orientasi perjuangan, serta nomenkaltur IPNU yang
dilatarbelakangi oleh realitas sosial-politik-keagamaan di dalam rentang masa tertentu.
Setidaknya terjadi tiga arus besar fase perubahan IPNU, yaitu: 1) fase khittah 1954; 2)
fase transisi; 3) fase kembali ke khittah.
Kongres sebagai forum tertinggi organisasi tingkat nasional, layak dijadikan
landasan historis dalam menjelaskan ketiga fase tersebut, mengingat kongres menjadi
32
momentum bersejarah yang didalamnya terdapat agenda penting organisasi, baik
terkait dengan penataaan landasan nilai dan ideologi, penataan kelembagaan dan
kebijakan program, regenerasi struktur kepemimpinan, hingga respons terhadap
realitas eksternal.

a. Fase Khittah 1954


Fase Khittah adalah fase dimana visi, orientasi perjuangan dan bidang garap
(target groups) IPNU berbasis pelajar (siswa, mahasiswa dan santri). Karena
semenjak awal berdiri, pada tahun 1954, IPNU telah menegaskan diri sebagai
ujung tombak (garda terdepan) kaderisasi NU di tingkat pelajar dan santri. Di fase
khittah ini, IPNU menghadapi situasi politik Orde Lama yang fluktuatif, sekaligus
mengalami peralihan rezim dari Orde Lama ke Orde Baru. Meski demikian,
fokus, garapan dan orientasi IPNU terhadap pelajar dan santri tak bergeser sama
sekali.
Pada tanggal 28 Februari – 5 maret 1955, IPNU menggelar Muktamar I di
Malang, Jawa Timur, yang diikuti oleh 30 cabang dan beberapa utusan pondok
pesantren. Muktamar ini tercipta sejarah baru, yaitu dengan lahirnya Ikatan
Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU), tepatnya pada 2 maret 1955. Proses
perjalanan organisasi masih memfokuskan diri pada penataan dan pengembangan
organisasi, sekaligus bersinergi dengan IPPNU.
Selanjutnya pada 1-5 Januari 1957, IPNU menggelar muktamar II di
Pekalongan, Jawa Tengah. Hasil yang dicapai dalam muktamar ini adalah
konsolidasi organisasi, pengembangan cabang-cabang di luar jawa dan pondok
pesantren. Amanat Muktamar II ini dilaksanakan secara masif, sehingga pada
periode ini, IPNU mulai tersebar ke seluruh Indonesia.
Muktamar III IPNU digelar di Cirebon, Jawa Barat, pada 27 Desember 1958
– 2 januari 1959. Selain membahas soal krisis politik dan ekonomi nasional,
pengembangan cabang masih menjadi prioritas bahasan. Dalam Muktamar ini
muncul gagasan pembentukan departemen perguruan sebagai embrio lahirnya
Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).
Gagasan Pendirian PMII ditindaklanjuti pada Muktamar IPNU IV di
Jogjakarta, tanggal 11-14 Ferbuari 1961. Muktamar ini menghasilkan 9
(sembilan) program kerja dan rekomendasi pemantapan pendirian PMII. Selain
itu pula, terjadi penggantian nomenklatur (istilah) “Muktamar” menjadi
“Kongres”, sekaligus finalisasi lambang organisasi.
Kongres V dilaksanakan di Purwokerto, Jawa Tengah, pada juli 1963.
Dalam kongres ini diputuskan peneguhan identitas NU dalam IPNU untuk
selamanya. Hal ini dilakukan karena muncul gagasan kontroversial
menghilangkan kata NU dalam akronim IPNU. Selama periode kepengurusan
hasil kongres V ini, IPNU menghadapi situasi sosialpolitik yang panas, dimana
pada waktu itu terjadi banyak gejolak nasional, diantaranya: momentum trikora
sebagai implikasi ketegangan politik antara Indonesia belanda yang
mengakibatkan terganggunya stabilitas keamanan nasional. Pada masa ini pula
muncul pemberontakan oleh PKI yang dikenal dengan G 30 S/PKI.
Oleh karena itu, momentum Kongres VI yang dilaksanakan di Surabaya,
Jawa Timur, pada tanggal 20 – 24 Agustus 1966, sangat terpengaruh oleh situasi
politik dalam negeri yang tidak menentu. Kondisi tersebut mendorong IPNU
membentuk organisasi kepanduan yang sekaligus menjadi sayap militernya, yaitu
Corp Brigade Pembangunan (CBP). Melalui Kongres ini pula dirumuskan
penguatan organ dengan sebutan gerakan penguatan ranting, perencanaan
pelatihan, pembinaan kader, dan sosialisasi Aswaja. Disamping itu, Kongres juga
memutuskan memindahkan kantor pusat IPNU dari Jogjakarta ke Ibukota Negara,
Jakarta.
Yang perlu menjadi catatan adalah bahwa dari Kongres ke I sampai ke VI,
status IPNU masih menjadi anak asuh LP Ma‟arif. Dan ketika Kongres ke VI di

33
Surabaya pada 20 Agustus 1966, IPNU-IPPNU meminta hak Otonomi sendiri
dengan tujuan agar dapat mengatur Rumah Tangganya sendiri dan dapat
memusatkan organisasi ini ke Ibu Kota Negara. Pengakuan otonomi diberikan
pada muktamar NU di Bandung tahun 1967, yang dicantumkan dalam AD/ART
NU Pasal 10 Ayat 1 dan ayat 9. Pada Muktamar NU di Semarang tahun 1979
status IPNU terdapat pada pasal 2 Anggaran Dasar NU.
Pada Kongres VII dilaksanakan di Semarang, Jawa Tengah, pada 20 - 25
agustus 1970, situasi nasional mengalami perubahan rezim, dari Orde Lama ke
Orde Baru (Orba). Selain berbagai keputusan internal, kongres juga memberikan
respon politik terhadap Orba yang menunjukkan watak otoritarian- birokratik,
mengkritisi militerisme, dan mendesak penaikan anggaran pendidikan 25% dalam
APBN. Kongres VIII dilaksanakan pada 26 -30 des 1976 di Wisma Ciliwung di
Jakarta. Dibandingkan dengan momentum kongres sebelumnya, pelaksanaan
kongres di jakarta ini merupakan yang terlama sebagai implikasi dari upaya
penjinakan yang dilakukan oleh rezim Orba. Selain penyempurnaan PD/PRT dan
perumusan Prgram kerja, juga dibangun aliansi strategis antar pelajar.
Selanjutnya, pada Kongres IX dilaksanakan di Cirebon, Jawa Barat, pada 20-25
juni 1981 menghasilkan keputusan penting menyangkut: pola program organisasi,
penguatan pelatihan, pengesahan pedoman pengkaderan dan lain-lain.
Pada fase Khittah, utamanya di masa awal berkuasanya rezim Orde Baru,
infilitrasi politik dan penundukan terhadap organisasi non pemerintah, termasuk
di dalamnya NU dan IPNU sebagai banomnya, telah berpengaruh besar terhadap
orientasi perjuangan dan penataan organisasi. Diantaranya pemberlakuan asas
tunggal Pancasila sebagai satu-satunya asas bagi semua organisasi, dan terutama
bagi organisasi pelajar seperti IPNU, menunggalkan Organisasi Siswa Intra
Sekolah (OSIS) sebagai satu-satunya organisasi pelajar. Pada posisi inilah, IPNU
dipaksa untuk bergeser dari khittahnya, sebagai organisasi pelajar.

b. Fase Transisi
Fase transisi dimaksudkan sebagai identifikasi historis dinamika IPNU yang
mengalami pergeseran orientasi dan peralihan target group organisasi dari
“pelajar” ke “putra”. Pergeseran orientasi dan peralihan lahan garap ini terjadi
pada momentum Kongres ke X. Penyelenggaraan Kongres X di pondok Pesantren
Mambaul Ma‟arif Denanyar, Jombang, Jawa Timur, pada 29 – 31 januari 1988
mencatat sejarah penting, yaitu mengubah akronim “pelajar” menjadi “putra”
untuk menyesuaikan diri dengan UU No. 8 tahun 1985 tentang Keormasan.
Kebijakan ini dikenal dengan “depolitisasi pelajar”. Pada masa inilah Pemerintah
melarang keberadaan organisasi pelajar, kecuali OSIS.
Dari tekanan represif pemerintah itu, pada Kongres X ini, kepanjangan
IPNU yang awalnya “Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama” menjadi “Ikatan Putra
Nahdlatul Ulama”. Ini semata-mata adalah ikhtiar agar IPNU tetap bertahan
dalam menghadapi dampak represif rezim otoriter. Dengan perubahan nama
tersebut, maka perubahan dalam berbagai sektor pun tidak dapat dielakkan.
Pembinaan IPNU tidak lagi hanya terbatas pada warga NU yang berstatus pelajar,
melainkan mencakup semua putra NU, baik yang mengenyam pendidikan
maupun yang tidak.
Kongres XI di Lasem, Rembang, Jawa Tengah, pada tanggal 23 – 27
Desember 1992 dengan menghasilkan langkah strategis IPNU untuk
memberdayakan pelajar dan remaja pada umumnya. Di tingkat internal, lahir
keputusan organisasi bahwa pelaksanaan kegiatan IPNU tanpa keterkaitan dengan
IPPNU begitu juga sebaliknya, dan pelaksanaan kegiatan harus diteruskan pada
struktur hingga ke bawah. Selain itu, IPNU juga merespon realitas eksternal
dengan merekomendasikan kepada pemerintah untuk membubarkan Sumbangan
Dermawan Sosial Berhadiah (SDSB).

34
Selanjutnya, Kongres XII di Garut Jabar pada 10 – 14 juli 1996. Periode
pimpinan pusat dari 5 tahun menjadi 4 tahun. Usia maksimum diubah dari 32
menjadi 35 tahun.

c. Fase Kembali ke Khittah 1954


Fase Kembali ke Khittah 1954 merupakan peralihan kembali akronim
“putera” ke “pelajar” dalam singkatan IPNU. Perubahan ini bukan sekedar
perubahan kata semata, melainkan berimplikasi terhadap visi, misi, orientasi
perjuangan, program dan target group IPNU ke depan. Keputusan ini hadir karena
adanya kesadaran bersama untuk mengembalikan IPNU pada garis kelahirannya,
yaitu kembali ke basis pelajar. Inilah khittah IPNU yang sesungguhnya.
Kesadaran akan pentingnya penguatan basis pelajar dan santri sebagai lahan
garapan IPNU, mulai tumbuh semenjak deklarasi Makassar, yang merupakan
keputusan monumental hasil Kongres XIII di makasar pada 22 – 26 maret 2000.
Kongres yang juga dihadiri oleh Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) ini,
menjadi spirit tersnediri untuk melakukan gebrakan dengan mendirikan
komisariat IPNU di sekolah, pesantren dan perguruan tinggi.
Tepatnya pada Kongres XIV di asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Jawa
Timur, pada 14 – 24 juni 2003, dihasilkan sejarah maha penting, yaitu
mengembalikan IPNU ke khittahnya yaitu kembali ke pelajar. Sehingga
nomenklatur “Ikatan Putera Nahdlatul Ulama” berubah kembali menjadi “Ikatan
Pelajar Nahdlatul Ulama”.
Keputusan tersebut dianggap menjadi pilihan yang terbaik di tengah
perubahan dan kompleksitas tantangan yang dihadapi Nahdlatul Ulama. Sebab
pelajar adalah segmen penting yang harus dibina dan diapresiasi, karena
komponen inilah yang sejatinya menjadi aset masa depan. Pelajar NU sebagai
kekuatan masa depan pada waktu-waktu lalu kurang mendapat perhatian yang
optimal oleh Nahdlatul Ulama. Oleh karena itu saat ini IPNU dibutuhkan sebagai
organisasi yang secara intensif menjadi wadah pemberdayaan pelajar NU.
Landasan kesejarahan di atas menjadi titik pijak yang sangat penting bagi
IPNU untuk melakukan kerja-kerja struktural dan kulturalnya. Semakin banyak
tantangan yang dihadapi mestinya semakin matang bangunan paradigma
organisasinya. Berdasarkan landskap historis di atas dan kebutuhan penguatan
ideologi dan paradigma gerakan IPNU, maka dirasa mendesak adanya suatu
rumusan Prinsip Perjuangan IPNU yang menjadi pijakan paradigmatik IPNU.

III. LANDASAN BERFIKIR


Sebagaimana ditetapkan dalam khittah 1926, Aswaja (Ahlussunnah wal jamaah
AnNahdliyah) adalah cara berfikir, bersikap, dan bertindak bagi warga Nahdliyin. Sikap dasar
itu yang menjadi watak IPNU, dengan watak keislaman yang mendalam dan dengan citra
keindonesiaan yang matang.
1. Cara Berfikir
Cara berfikir menurut IPNU sebagai manifestasi ahlussunah wal jama‟ah adalah
cara berfikir teratur dan runtut dengan memadukan antara dalil naqli (yang berdasar
alQur‟an dan Hadits) dengan dalil aqli (yang berbasis pada akal budi) dan dalil waqi‟i
(yang berbasis pengalaman). Karena itu, disini IPNU menolak cara berpikir yang
berlandaskan pada akal budi semata, sebagaimana yang dikembangkan kelompok
pemikir bebas (liberal thinkers) dan kebenaran mutlak ilmu pengetahuan dan
pengalaman sebagaimana yang dikembangkan kelompok pemikir materialistis (paham
kebendaan). Demikian juga IPNU menolak pemahaman dzahir (lahir) dan kelompok
tekstual (literal), karena tidak memungkinkan memahami agama dan kenyataan social
secara mendalam.

35
2. Cara Bersikap
IPNU memandang dunia sebagai kenyataan yang beragam. Karena itu
keberagaman diterima sebagai kenyataan. Namun juga bersikap aktif yakni menjaga
dan mempertahankan kemajemukan tersebut agar harmonis (selaras), saling mengenal
(lita‟arofu) dan memperkaya secara budaya. Sikap moderat (selalu mengambil jalan
tengah) dan menghargai perbedaan menjadi semangat utama dalam mengelola
kemajemukan tersebut. Dengan demikian IPNU juga menolak semua sikap yang
mengganggu keanekaragaman atau keberagaman budaya tersebut. Pluralitas, dalam
pandangan IPNU harus diterima sebagai kenyataan sejarah.

3. Cara Bertindak
Dalam bertindak, Aswaja mengakui adanya kehendak Allah (taqdir) tetapi
Aswaja juga mengakui bahwa Allah telah mengkaruniai manusia pikiran dan
kehendak. Oleh karena itu dalam bertindak, IPNU tidak bersikap menerima begitu
saja dan menyerah kepada nasib dalam menghadapi kehendak Allah, tetapi berusaha
untuk mencapai taqdir Allah dengan istilah kasab (usaha). Namun demikian, tidak
harus berarti bersifat antroposentris (mendewakan manusia), bahwa manusia bebas
berkehendak. Tindakan manusia tidak perlu dibatasi dengan ketat, karena akan
dibatasi oleh alam, oleh sejarah. Sementara Allah tidak dibatasi oleh faktor-faktor
tersebut. Dengan demikian IPNU tidak memilih menjadi sekuler, melainkan sebuah
proses pergerakan iman yang mengejawantah dalam seluruh aspek kehidupan.

IV. LANDASAN BERSIKAP


Semua kader IPNU dalam menjalankan kegiatan pribadi dan berorganisasi harus
tetap memegang teguh nilai-nilai yang diusung dari norma dasar keagamaan Islam ala
ahlussunnah wal jama‟ah yang dalam bidang kalam mengikuti madzhab Imam Abu Hasan Al-
Asy‟ari dan Imam Abu Mansur Al-Maturidi; dalam bidang fiqh mengikuti salah satu dari
Madzhab Empat Imam yaitu Hanafi, Maliki, Syafi‟I, dan Hambali serta dalam bidang tasawuf
mengikuti madzhab Imam al-Junaid al-Baghdadi dan Abu Hamid al-Ghazali dan norma yang
bersumber dari masyarakat (nilai kekayaan budaya lokal). Landasan nilai ini diharapkan dapat
membentuk watak diri seorang kader IPNU. Nilainilai tersebut adalah:
1. Diniyyah/Keagamaan
a. Tauhid (al-tauhid) merupakan keyakinan yang kokoh terhadap Allah SWT.
Sebagai sumber inspirasi berpikir dan bertindak.
b. Persaudaraan dan persatuan (al-ukhuwwah wa al-ittihad) dengan
mengedepankan sikap mengasihi (welas asih) sesama makhluk.
c. Keluhuran moral (al-akhlaq al-karimah) dengan menjunjung tinggi
kebenaran dan kejujuran (al-shidqu). Bentuk kebenaran dan kejujuran yang
dipahami:
 Al-shidqu ila Allah. Sebagai pribadi yang beriman selalu melandasi diri
dengan perilaku benar dan jujur, karena setiap tindakan senantiasa
dilihat Sang Khalik;
 Al-shidqu ila ummah. Sebagai makhluk sosial dituntut memiliki
kesalehan sosial, jujur dan benar kepada masyarakat dengan senantiasa
melakukan pencerahan terhadap masyarakat;
 Al-shidqu ila al-nafsi, jujur dan benar kepada diri sendiri merupakan
sikap perbaikan diri dengan semangat peningkatan kualitas diri;
 Amar ma'ruf nahy munkar. Sikap untuk selalu menyerukan kebaikan
dan mencegah segala bentuk kemungkaran.

36
2. Keilmuan, Prestasi, dan Kepeloporan
a. Menjunjung tinggi ilmu pengetahuan dan teknologi dengan semangat
peningkatan kualitas SDM IPNU dan menghargai para ahli dan sumber
pengetahuan secara proporsional.
b. Menjunjung tinggi nilai-nilai amal, kerja dan prestasi sebagai bagian dari
ibadah kepada Allah SWT.
c. Menjunjung tinggi kepeloporan dalam usaha mendorong, memacu, dan
mempercepat perkembangan masyarakat.
3. Sosial Kemasyarakatan
a. Menjunjung tinggi kebersamaan di tengah kehidupan berbangsa dan
bernegara dengan semangat mendahulukan kepentingan publik daripada
kepentingan pribadi.
b. Selalu siap mempelopori setiap perubahan yang membawa manfaat bagi
kemaslahatan manusia.
4. Keikhlasan dan Loyalitas
a. Menjunjung tinggi keikhlasan dalam berkhidmah dan berjuang.
b. Menjunjung tinggi kesetiaan (loyalitas) kepada agama, bangsa, dan negara
dengan melakukan ikhtiar perjuangan di bawah naungan IPNU.

V. LANDASAN BERTINDAK
Dalam melakukan aktivitas-aktivitas perjuangan dan pengembangan IPNU di
tengah-tengah masyarakat, kader-kader IPNU senantiasa harus berpedoman pada 5 (lima)
prinsip dasar tindakan berupa nilai-nilai strategis dari ajaran Islam. Kelima prinsip dasar
tindakan itu disebut al-mabadi al-khomsah, yaitu:
1. Al-Shidqu
Butir ini mengandung arti kejujuran/kebenaran, kesungguhan dan keterbukaan.
Kejujuran/kebenaran adalah yang diucapkan sama dengan yang dibatin. Jujur dalam
hal ini berarti tidak plin-plan dan tidak dengan sengaja memutarbalikkan fakta atau
memberikan informasi yang menyesatkan. Dan tentu saja jujur pada diri sendiri.
Termasuk dalam pengertian ini adalah jujur dalam bertransaksi, artinya menjauhi
segala bentuk penipuan demi mengejar keuntungan. Jujur dalam bertukar pikiran,
artinya mencari maslahat dan kebenaran serta bersedia mengakui dan menerima
pendapat yang lebih baik.
Keterbukaan adalah sikap yang lahir dari kejujuran demi menghindarkan saling
curiga, kecuali dalam hal-hal yang harus dirahasiakan karena alasan pengamanan.
Keterbukaan ini dapat menjadi faktor yang ikut menjaga fungsi kontrol. Tetapi dalam
hal-hal tertentu memang diperbolehkan untuk menyembunyikan keadaan sebenarnya
atau menyembunyikan informasi seperti telah disinggung di atas. Diperbolehkan pula
berdusta dalam mengusahakan perdamaian dan memecahkan masalah kemasyarakatan
yang sulit demi kemaslahatan umum.

2. Al-Amanah wa al-Wafa bi al-‟Ahdi


Butir ini memuat dua istilah yang saling kait, yakni al-amanah dan al-wafa bi
al‟ahdi. Yang pertama secara lebih umum meliputi semua beban yang harus
dilaksanakan, baik ada perjanjian maupun tidak. Sedang yang disebut belakangan
hanya berkaitan dengan perjanjian. Kedua istilah ini digabungkan untuk memperoleh
satu kesatuan pengertian yang meliputi: dapat dipercaya, setia dan tepat janji. Dapat
dipercaya adalah sifat yang dilekatkan pada seseorang yang dapat melaksanakan
semua tugas yang dipikulnya, baik yang bersifat diniyah maupun ijtima‟iyyah.
Dengan sifat ini orang menghindar dari segala bentuk pembengkalan dan manipulasi
tugas atau jabatan.
Lawan dari amanah adalah khianat, termasuk salah satu unsur nifaq. Setia
mengandung pengertian kepatuhan dan ketaatan kepada Allah SWT. dan
37
pimpinan/penguasa sepanjang tidak memerintahkan untuk berbuat maksiat. Tepat janji
mengandung arti melaksanakan semua perjanjian, baik perjanjian yang dibuatnya
sendiri maupun perjanjian yang melekat karena kedudukannya sebagai mukallaf,
meliputi janji pemimpin terhadap yang dipimpinnya, janji antar sesama anggota
masyarakat (interaksi sosial), antar-sesama anggota keluarga dan setiap individu yang
lain. Menyalahi janji termasuk salah satu unsur nifaq. Ketiga sifat di atas (dapat
dipercaya, setia dan tepat janji) menjamin integritas pribadi dalam menjalankan
wewenang dan dedikasi terhadap tugas. Sama dengan al-shidqu, secara umum menjadi
ukuran kredibilitas yang tinggi di hadapan pihak lain: satu syarat penting dalam
membangun berbagai kerja sama.

3. Al-‟Adalah
Bersikap adil (al-‟adalah) mengandung pengertian obyektif, berintegritas,
proporsional dan taat asas. Butir ini mengharuskan orang berpegang pada kebenaran
obyektif dan menempatkan segala sesuatu pada tempatnya. Sikap ini untuk
menghindari distorsi yang dapat menjerumuskan orang ke dalam kesalahan fatal dan
kekeliruan bertindak yang bukan saja tidak menyelesaikan masalah, tetapi bahkan
menciptakan masalah. Lebih-lebih jika persoalannya menyangkut perselisihan atau
pertentangan di antara berbagai pihak. Dengan sikap obyektif, berintegritas dan
proporsional, distorsi semacam ini dapat dihindari. Implikasi lain dari al-adalah adalah
kesetiaan pada aturan main dan rasional dalam membuat keputusan, termasuk dalam
alokasi sumber daya dan tugas (the right man on the right place). "Kebijaksanaan"
memang seringkali diperlukan dalam menangani masalah-masalah tertentu. Tetapi
semua harus tetap di atas landasan (asas) bertindak yang disepakati bersama.

4. Al-Ta‟awun
Al-ta‟awun merupakan sendi utama dalam tata kehidupan masyarakat: manusia
tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan pihak lain. Pengertian ta‟awun meliputi tolong
menolong, setia kawan dan gotong royong dalam kebaikan dan taqwa. Imam al-
Mawardi mengaitkan pengertian al-birru (kebaikan) dengan kerelaan manusia dan
taqwa dengan ridho Allah SWT. Memperoleh keduanya berarti memperoleh
kebahagiaan yang sempurna. Ta‟awun juga mengandung pengertian timbal balik dari
masing-masing pihak untuk memberi dan menerima. Oleh karena itu, sikap ta‟awun
mendorong setiap orang untuk berusaha dan bersikap kreatif agar dapat memiliki
sesuatu yang dapat disumbangkan kepada orang lain dan kepada kepentingan
bersama. Mengembangkan sikap ta‟awun berarti juga mengupayakan konsolidasi.

5. Istiqomah
Istiqomah mengandung pengertian berkesinambungan dan berkelanjutan, dalam
pengertian tetap dan tidak bergeser dari jalur dan ketentuan Allah SWT dan rasulNya,
tuntunan yang diberikan oleh salafus sholih, dan aturan main serta rencana-rencana
yang disepakati bersama. Kesinambungan artinya keterkaitan antara satu kegiatan
dengan kegiatan yang lain dan antara satu periode dengan periode yang lain, sehingga
semuanya merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dan saling menopang.
Pelaksanaan setiap program merupakan proses yang berlangsung terus menerus dan
berkesinambungan, merupakan suatu proses maju (progressing) dan tidak berjalan di
tempat (stagnant).

VI. LANDASAN BERORGANISASI


1. Ukhuwwah
Sebuah gerakan mengandalkan sebuah kebersamaan, karena itu perlu diikat
dengan ukhuwah (persaudaraan) atau solidaritas (perasaan setia kawan) yang kuat (al
„urwah al-wutsqo) sebagai perekat gerakan. Adapun gerakan ukhuwah IPNU meliputi:

38
a. Ukhuwwah Nahdliyyah
Sebagai gerakan yang berbasis NU ukhuwah nahdliyah harus menjadi
prinsip utama sebelum melangkah ke ukhuwah yang lain. Ini bukan untuk
memupuk sektarianisme, melainkan sebaliknya sebagai pengokoh ukhuwah
yang lain, sebab hanya kaum nahdiyin yang mempunyai sistem pemahaman
keagamaan yang mendalam dan bercorak sufistik yang moderat dan selalu
menghargai perbedaan serta gigih menjaga kemajemukan budaya, tradisi,
kepercayaan dan agama yang ada.
Kader IPNU yang mengabaikan ukhuwah nahdiyah adalah sebuah
penyimpangan. Sebab ukhuwah tanpa dasar aqidah yang kuat akan mudah
pudar karena tanpa dasar dan sering dicurangi dan dibelokkan untuk
kepentingan pribadi. Ukhuwah nahdliyah berperan sebagai landasan
ukhuwah yang lain. Karena ukhuwah bukanlah tanggapan yang bersifat
serta merta, melainkan sebuah keyakinan, penghayatan, dan pandangan
yang utuh serta matang yang secara terus menerus perlu dikuatkan.

b. Ukhuwwah Islamiyyah
Ukhuwah Islamiyah mempunyai ruang lingkup lebih luas yang melintasi
aliran dan madzhab dalam Islam. Oleh sebab itu ukhuwah ini harus
dilandasi dengan kejujuran, cinta kasih, dan rasa saling percaya. Tanpa
landasan tersebut ukhuwah islamiyah sering diselewengkan oleh kelompok
tertentu untuk menguasai yang lain. Relasi semacam itu harus ditolak,
sehingga harus dikembangkan ukhuwah islamiyah yang jujur dan amanah
serta adil.
Ukhuwah Islamiyah dijalankan untuk kesejahteraan umat Islam serta
tidak diarahkan untuk menggangu ketentraman agama atau pihak yang lain.
Dengan ukhuwah Islamiyah yang adil itu umat Islam Indonesia dan seluruh
dunia bisa saling mengembangkan, menghormati, melindungi serta
membela dari gangguan kelompok lain yang membahayakan keberadaan
iman, budaya dan masyarakat Islam secara keseluruhan.

c. Ukhuwwah Wathaniyyah
Sebagai organisasi yang berwawasan kebangsaan, maka IPNU
berkewajiban untuk mengembangkan dan menjaga ukhuwah wathoniyah
(solidaritas nasional). Dalam kenyataannya bangsa ini tidak hanya terdiri
dari berbagai warna kulit, agama dan budaya, tetapi juga mempunyai
berbagai pandangan hidup.
IPNU, yang lahir dari akar budaya bangsa ini, tidak pernah mengalami
ketegangan dengan konsep kebangsaan yang ada. Sebab keislaman IPNU
adalah bentuk dari Islam Indonesia (Islam yang berkembang dan melebur
dengan tradisi dan budaya Indonesia); bukan Islam di Indonesia (Islam yang
baru datang dan tidak berakar dalam budaya Indonesia).
Karena itulah IPNU berkewajiban turut mengembangkan ukhuwah
wathaniyah untuk menjaga kerukunan nasional. Karena dengan adanya
ukhuwah wathaniyah ini keberadaan NU, umat Islam dan agama lain
terjaga. Bila seluruh bagian bangsa ini kuat, maka akan disegani bangsa lain
dan mampu menahan penjajahan –dalam bentuk apapun- dari bangsa lain.
Dalam kerangka kepentingan itulah IPNU selalu gigih menegakkan
nasionalisme sebagai upaya menjaga keutuhan dan menjunjung tinggi
harkat dan martabat bangsa Indonesia.

d. Ukhuwwah Basyariyyah
Walaupun NU memegang teguh prinsip ukhuwah nahdliyah, ukhuwah
islamiyah dan ukhuwah wathaniyah, namun NU tidak berpandangan dan
berukhuwah sempit. NU tetap menjunjung solidaritas kemanusiaan seluruh

39
dunia (ukhuwah dauliyah), menolak pemerasan dan penjajahan
(imperialisme dan neo-imperialisme) satu bangsa atas bangsa lainnya karena
hal itu mengingkari martabat kemanusiaan. Bagi IPNU, penciptaan tata
dunia yang adil tanpa penindasan dan peghisapan merupakan keniscayaan.
Menggunakan isu kemanusiaan sebagai sarana penjajahan merupakan
tindakan yang harus dicegah agar tidak meruntuhkan martabat kemanusiaan.
Ukhuwah basyariyah memandang manusia sebagai manusia, tidak
tersekat oleh tembok agama, warna kulit atau pandangan hidup; semuanya
ada dalam satu persaudaraan dunia. Persaudaran ini tidak bersifat pasif
(diam di tempat), tetapi selalu giat membuat inisiatif (berikhtiar) dan
menciptakan terobosan baru dengan berusaha menciptakan tata dunia baru
yang lebih adil,beradab dan terbebas dari penjajahan dalam bentuk apapun.

2. Amanah
Dalam kehidupan yang serba bersifat duniawi (kebendaan), sikap
amanah mendapat tantangan besar yang harus terus dipertahankan. Sikap
amanah (saling percaya) ditumbuhkan dengan membangun kejujuran, baik pada
diri sendiri maupun pihak lain. Sikap tidak jujur akan menodai prinsip amanah,
karena itu pelakunya harus dikenai sangsi organisasi secara tegas. Amanah
sebagai ruh gerakan harus terus dipertahankan, dibiasakan dan diwariskan secara
turun temurun dalam sikap dan perilaku sehari-hari.

3. Ibadah (Pengabdian)
Berjuang dalam NU untuk masyarakat dan bangsa haruslah berangkat dari
semangat pengabdian, baik mengabdi pada IPNU, umat, bangsa, dan seluruh
umat manusia. Dengan demikian mengabdi di IPNU bukan untuk mencari
penghasilan, pengaruh atau jabatan, melainkan merupakan ibadah yang mulia.
Dengan semangat pengabdian itu setiap kader akan gigih dan ikhlas membangun
dan memajukan IPNU. Tanpa semangat pengabdian, IPNU hanya dijadikan
tempat mencari kehidupan, menjadi batu loncatan untuk memproleh kepentingan
pribadi atau golongan.
Lemahnya organisasi dan ciutnya gerakan IPNU selama ini terjadi karena
pudarnya jiwa pengabdian para pengurusnya. Pengalaman tersebut sudah
semestinya dijadikan pijakan untuk membarui gerakan organisasi dengan
memperkokoh jiwa pengabdian para pengurus dan kadernya. Semangat
pengabdian itulah yang pada gilirannya akan membuat gerakan dan kerja-kerja
peradaban IPNU akan semakin dinamis dan nyata.

4. Asketik (Kesederhanaan)
Sikap amanah dan pengabdian serta idealisme muncul bila seseorang
memiliki jiwa asketik (bersikap zuhud/sederhana). Karena pada dasarnya sikap
materialistik (hubbu al-dunya) akan menggerogoti sikap amanah dan akan
merapuhkan semangat pengabdian, karena dipenuhi pamrih duniawi. Maka,
sikap zuhud adalah suatu keharusan bagi aktivis IPNU. Sikap ini bukan berarti
anti duniawi atau anti kemajuan, akan tetapi menempuh hidup sederhana, tahu
batas, tahu kepantasan sebagaimana diajarkan oleh para salafus sholihin. Dengan
sikap asketik itu keutuhan dan kemurnian perjuangan IPNU akan terjaga,
sehingga kekuatan moral yang dimiliki bisa digunakan untuk menata bangsa ini.

5. Non-Kolaborasi
Landasan berorganisasi non-kolaborasi harus ditegaskan kembali,
mengingat dewasa ini banyak lembaga yang didukung oleh pemodal asing yang
menawarkan berbagai jasa dan dana yang tujuannya bukan untuk memandirikan,
melainkan untuk menciptakan ketergantungan dan pengaburan terhadap khittah
serta prinsip-prinsip gerakan NU secara umum, melalui campur tangan dan

40
pemaksaan ide dan agenda mereka. Karena itu untuk menjaga kemandirian,
maka IPNU harus menolak untuk berkolaborasi (bekerja sama) dengan kekuatan
pemodal asing baik secara akademik, politik, maupun ekonomi. Selanjutnya
kader-kader IPNU berkewajiban membangun paradigma (kerangka) keilmuan
sendiri, sistem politik dan sistem ekonomi sendiri yang berakar pada budaya
sejarah bangsa nusantara sendiri.

6. Komitmen Pada Korp


Untuk menerapkan prinsip-prinsip serta menggerakkan roda organisasi,
maka perlu adanya kesetiaan dan kekompakan dalam korp (himpunan)
organisasi. Karena itu seluruh anggota korp harus secara bulat menerima
keyakinan utama yang menjadi pandangan hidup dan seluruh prinsip organisasi.
Demikian juga pimpinan, tidak hanya cukup menerima ideologi dan prinsip
pergerakan semata, tetapi harus menjadi pelopor, teladan dan penggerak prinsip-
prinsip tersebut.
Segala kebijakan pimpinan haruslah mencerminkan suara seluruh anggota
organisasi. Dengan demikian seluruh anggota korp harus tunduk dan setia pada
pimpinan. Dalam menegakkan prinsip dan melaksanakan program, pimpinan
harus tegas memberi ganjaran dan sanksi pada anggota korp. Sebaliknya,
anggota harus berani bersikap terbuka dan tegas pada pimpinan dan berani
menegur dan meluruskan bila terjadi penyimpangan.

7. Kritik-Otokritik
Untuk menjaga keberlangsungan organisasi serta memperlancar jalannya
program, maka perlu adanya cara kerja organisasi. Untuk mengatasi
kemungkinan terjadinya kemandekan atau bahkan penyimpangan, maka
dibutuhkan kontrol terhadap kinerja dalam bentuk kritik-otokritik (saling koreksi
dan introspeksi diri). Kritik-otokritik ini bukan dilandasi semangat permusuhan
tetapi dilandasi semangat persaudaraan dan rasa kasih sayang demi perbaikan
dan kemajuan IPNU.

8. Learning Organization (organisasi Pembelajaran)


Dalam rangka mendorong dinamika organisasi yang profesional,
inovatif, kreatif dan progresif, maka kader IPNU harus berusaha semaksimal
mungkin mewujudkan kesadaran untuk selalu belajar (learning), baik dalam
aspek pemikiran, prilaku, penataan mental/karakter. Selanjutnya kader IPNU di
tuntut untuk menjalin pola kerjasama yang bagus baik dengan
jaringan/stakeholders internal maupun eksternal. Pada Tahap selanjutnya proses
belajar dan kerjasama tersebut harus dibingkai dalam sebuah sistem dan pola
kerja yang transparan, akuntabel dan profesional.

VII. JATI DIRI IPNU


1. Hakikat dan Fungsi IPNU
a. Hakikat
IPNU adalah wadah perjuangan pelajar NU untuk mensosialisasikan
komitmen nilai-nilai keislaman, kebangsaan, keilmuan, kekaderan, dan
keterpelajaran dalam upaya penggalian dan pembinaan kemampuan yang
dimiliki sumber daya anggota, yang senantiasa mengamalkan kerja nyata
demi tegaknya ajaran Islam Ahlussunnah wal jamaah dalam kehidupan
masyarakat Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

b. Fungsi
 Wadah berhimpun Pelajar NU untuk mencetak kader aqidah.
 Wadah berhimpun pelajar NU untuk mencetak kader ilmu.
 Wadah berhimpun pelajar NU untuk mencetak kader organisasi.
41
Kelompok masyarakat yang menjadi sasaran panggilan dan pembinaan
(target kelompok) IPNU adalah setiap pelajar bangsa (siswa dan santri) yang
syarat keanggotaannya ketentuan dalam PD/PRT.

2. Posisi IPNU
a. Intern (dalam lingkungan NU)
IPNU sebagai perangkat dan badan otonom NU, secara kelembagaan
memiliki kedudukan yang sama dan sederajat dengan badan-badan otonom
lainnya, yaitu memiliki tugas utama melaksanakan kebijakan NU, khususnya
yang berkaitan dengan kelompok masyarakat tertentu. Masing-masing badan
yang berdiri sendiri itu hanya dapat dibedakan dengan melihat kelompok yang
menjadi sasaran dan bidang garapannya masing-masing.

b. Ekstern (di luar lingkungan NU)


IPNU adalah bagian integral dari generasi muda Indonesia yang
memiliki tanggung jawab terhadap kelangsungan hidup bangsa dan Negara
Republik Indonesia dan merupakan bagian tak terpisahkan dari upaya dan
cita-cita perjuangan NU serta cita-cita bangsa Indonesia.

3. Orientasi IPNU
Orientasi IPNU berpijak pada kesemestaan organisasi dan anggotanya
untuk senantiasa menempatkan gerakannya pada ranah keterpelajaran dengan
kaidah “belajar, berjuang, dan bertaqwa,” yang bercorak dasar dengan wawasan
kebangsaan, keislaman, keilmuan, kekaderan, dan keterpelajaran.
a. Wawasan Kebangsaan
Wawasan kebangsaan ialah wawasan yang dijiwai oleh asas kerakyatan
yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan, yang mengakui keberagaman
masyarakat, budaya, yang menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan, hakekat
dan martabat manusia, yang memiliki tekad dan kepedulian terhadap nasib
bangsa dan negara berlandaskan prinsip keadilan, persamaan, dan demokrasi.

b. Wawasan Keislaman
Wawasan keIslaman adalah wawasan yang menempatkan ajaran agama
Islam sebagai sumber nilai dalam menunaikan segala tindakan dan kerja- 59
kerja peradaban. Ajaran Islam sebagai ajaran yang merahmati seluruh alam,
mempunyai sifat memperbaiki dan menyempurnakan seluruh nilai-nilai
kemanusiaan. Oleh karena itu, IPNU dalam bermasyarakat bersikap tawashut
dan i‟tidal, menjunjung tinggi prinsip keadilan dan kejujuran di tengah-tengah
kehidupan masyarakat, bersikap membangun dan menghindari sikap tatharruf
(ekstrem, melaksanakan kehendak dengan menggunakan kekuasaan dan
kezaliman); tasamuh, toleran terhadap perbedaan pendapat, baik dalam
masalah keagamaan, kemasyarakatan, maupun kebudayaan; tawazun,
seimbang dan menjalin hubungan antar manusia dan Tuhannya, serta manusia
dengan lingkungannya; amar ma‟ruf nahy munkar, memiliki kecenderungan
untuk melaksanakan usaha perbaikan, serta mencegah terjadinya kerusakan
harkat kemanusiaan dan kerusakan lingkungan, mandiri, bebas, terbuka,
bertanggung jawab dalam berfikir, bersikap, dan bertindak.

c. Wawasan Keilmuan
Wawasan keilmuan adalah wawasan yang menempatkan ilmu
pengetahuan sebagai alat untuk mengembangkan kecerdasan anggota dan
kader. Sehingga ilmu pengetahuan memungkinkan anggota untuk
mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya dan tidak menjadi beban
sosial lingkungan. Dengan ilmu pengetahuan, akan memungkinan mencetak
42
kader mandiri, memiliki harga diri, dan kepercayaan diri sendiri dan dasar
kesadaran yang wajar akan kemampuan dirinya dalam masyarakat sebagai
anggota masyarakat yang berguna.

d. Wawasan Kekaderan
Wawasan kekaderan ialah wawasan yang menempatkan organisasi
sebagai wadah untuk membina anggota, agar menjadi kader–kader yang
memiliki komitmen terhadap ideologi dan cita–cita perjuangan organisasi,
bertanggungjawab dalam mengembangkan dan membentengi organisasi, juga
diharapkan dapat membentuk pribadi yang menghayati dan mengamalkan
ajaran Islam ala ahlussunnah wal jamaah, memiliki wawasan kebangsaan yang
luas dan utuh, memiliki komitmen terhadap ilmu pengetahuan, serta memiliki
kemampuan teknis mengembangkan organisasi, kepemimpinan, kemandirian,
dan populis.

e. Wawasan Keterpelajaran
Wawasan keterpelajaran ialah wawasan yang menempatkan organisasi
dan anggota pada pemantapan diri sebagai center of excellence (pusat
keutamaan) pemberdayaan sumberdaya manusia terdidik yang berilmu,
berkeahlian, dan mempunyai pandangan ke depan, yang diikuti kejelasan
tugas sucinya, sekaligus rencana yang cermat dan pelaksanaannya yang
berpihak pada kebenaran.
Wawasan ini mensyaratkan watak organisasi dan anggotanya untuk
senantiasa memiliki hasrat ingin tahu dan belajar terus menerus; mencintai
masyarakat belajar; mempertajam kemampuan mengurai dan menyelidik
persoalan; kemampuan menyelaraskan berbagai pemikiran agar dapat
membaca kenyataan yang sesungguhnya; terbuka menerima perubahan,
pandangan dan cara-cara baru; menjunjung tinggi nilai, norma, kaidah dan
tradisi serta sejarah keilmuan; dan berpandangan ke masa depan.

VIII. ORIENTASI AKSI


Berdasarkan landasan-landasan di atas, IPNU dan para kadernya menunaikan aksi
sebagai mandat sejarah dengan berorientasi pada semangat trilogi gerakan, yaitu Belajar,
Berjuang dan Bertaqwa.
1. Belajar
IPNU merupakan wadah bagi semua kader dan anggota untuk belajar dan
melakukan proses pembelajaran secara berkesinambungan. Dimensi belajar
merupakan salah satu perwujudan proses kaderisasi.
2. Berjuang
IPNU merupakan medan juang bagi semua kader dan anggota untuk
mendedikasikan diri bagi ikhtiar pewujudan kemaslahatan umat manusia.
Perjuangan yang dilakukan adalah perwujudan mandat sosial yang diembannya.
3. Bertaqwa
Sebagai organisasi kader yang berbasis pada komitmen keagamaan, semua gerak
dan langkahnya diorientasikan sebagai ibadah. Semua dilakukan dalam kerangka
taqwa kepada Allah SWT.

D. PROGRAM PERJUANGAN DAN PENGEMBANGAN (GBPPP)


I. MUKADDIMAH
Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) adalah organisasi yang berada di bawah
naungan jam‟iyyah Nahdlatul Ulama (NU). IPNU merupakan tempat berhimpun, wadah

43
komunikasi, aktualisasi dan kaderisasi Pelajar-Pelajar NU. Selain itu IPNU juga merupakan
bagian integral dari potensi generasi muda Indonesia yang menitikberatkan bidang garapannya
pada pembinaan dan pengembangan remaja, terutama kalangan pelajar (siswa, santri, dan
mahasiswa).
Sebagai bagian yang tak terpisahkan dari generasi muda Indonesia, IPNU
senantiasa berpedoman pada nilai-nilai serta garis perjuangan Nahdlatul Ulama dalam
menegakkan Islam ahlusunnah wal jamaah. Dalam konteks kebangsaan, IPNU memiliki
komitmen terhadap nilai-nilai Pancasila sebagai landasan dalam kehidupan berbangsa dan
bernegara.
Untuk melakukan fungsi dan mencapai tujuan sebagaimana diamanatkan dalam
Peraturan Dasar dan Peraturan Rumah Tangga, IPNU harus merumuskan kebijakan, program
dan kegiatan dengan senantiasa memerhatikan dinamika internal maupun eksternal organisasi.
Selain itu, kepentingan dan keterkaitan IPNU dengan banyak pihak (stakeholders) juga menjadi
bagian penting yang harus diperhatikan.
Garis-garis Besar Program Perjuangan dan Pengembangan (GBPPP) IPNU disusun
dengan maksud agar setiap aktivitas IPNU senantiasa dilandasi oleh nilai-nilai perjuangan dan
pengabdian; dilakukan secara menyeluruh, terarah dan terpadu di setiap tingkat kepengurusan.
GBPPP IPNU merupakan kerangka pemikiran dalam meletakkan arah bagi penyelenggaraan
kegiatan organisasi, sehingga pencapaian sasaran utamanya dapat dilakukan dengan baik dan
tepat.
GBPPP IPNU menjadi kerangka acuan untuk menetapkan kebijakan organisasi dan
menjadi panduan dalam merumuskan programprogramnya, dengan tujuan:
1. Memantapkan keberadaan dan peran organisasi dalam memenuhi kepentingan
anggota, organisasi, dan masyarakat untuk menopang perjuangan IPNU.
2. Mengembangkan potensi anggota secara kritis, kreatif, inovatif, dan produktif
dalam mewujudkan kegiatan nyata yang bermanfaat bagi masyarakat dan
kalangan pelajar.
3. Meletakkan kerangka landasan bagi perjuangan organisasi berikutnya, secara
berencana dan berkesinambungan.
Rumusan yang tercantum dalam GBPPP IPNU mencakup 4 (empat) hal pokok,
yaitu: dasar pengembangan program, visi dan misi, analisis strategis pengembangan, dan
pokok-pokok program pengembangan.
Dasar pengembangan program terdiri atas mandat organisasi, nilai-nilai yang
menjadi pedoman serta azas-azas pengembangan. Visi merupakan gambaran apa yang ingin
dicapai IPNU ke depan, sedangkan untuk mencapai visi tersebut IPNU mengemban misi.
Analisis strategis pengembangan mencakup analisis lingkungan internal dan eksternal, analisis
SWOT serta analisis jaringan. Sedangkan pokok-pokok program pengembangan terdiri atas
isu-isu strategis yang selanjutnya memunculkan rumusan program-program dasar
pengembangan.

II. DASAR-DASAR PROGRAM PENGEMBANGAN IPNU

A. Mandat Organisasi
Mandat organisasi adalah tugas yang diberikan kepada IPNU, sebagai
salah satu Badan Otonom NU, dengan mengacu pada ketentuan-ketentuan
organisatoris NU. Dalam Pasal 10 ayat 1 Anggaran Dasar NU dinyatakan: ”Untuk
melaksanakan tujuan dan usaha-usaha sebagaimana dimaksud pasal 5 dan 6,
Nahdlatul Ulama membentuk perangkat organisasi yang meliputi : Lembaga,

44
Lajnah dan Badan Otonom yang merupakan bagian dari kesatuan
organisasi/Jam‟iyah Nahdlatul Ulama”.
Tujuan Nahdlatul Ulama sendiri adalah berlakunya ajaran Islam yang
menganut faham Ahlussunah wal jamaah dan menurut salah satu dari Madzhab
Empat untuk terwujudnya tatanan masyarakat yang demokratis dan berkeadilan
demi kemaslahatan dan kesejahteraan umat. (Pasal 5 Anggaran Dasar NU).
Sedangkan untuk mewujudkan tujuan di atas, dilakukan usaha-usaha di bidang
agama, pendidikan, pengajaran dan kebudayaan, sosial, ekonomi dan usahausaha
lain yang bermanfaat bagi masyarakat banyak guna terwujudnya Khaira Ummah.
(Pasal 6 Anggaran Dasar NU).
Badan Otonom adalah perangkat organisasi Nahdlatul Ulama yang
berfungsi melaksanakan kebijakan Nahdlatul Ulama yang berkaitan dengan
kelompok masyarakat tertentu dan beranggotakan perorangan (Pasal 18 ayat 1
Anggaran Rumah Tangga NU). ”Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama disingkat IPNU,
adalah Badan Otonom yang berfungsi membantu melaksanakan kebijakan
Nahdlatul Ulama pada pelajar laki-laki dan santri laki-laki.” (Pasal 18 ayat 6 butir
‟f‟ Anggaran Rumah Tangga NU).
Oleh karenanya IPNU mempunyai tujuan terbentuknya Pelajar-pelajar
bangsa yang bertaqwa kepada Allah SWT, berilmu, berbudaya, berakhlak mulia dan
berwawasan kebangsaan serta bertanggungjawab atas tegak dan terlaksananya
syari‟at Islam menurut faham ahlussunah wal jamaah yang berdasarkan Pancasila
dan Undang-Undang Dasar 1945.
Untuk mewujudkan tujuan tersebut, usaha-usaha yang dilakukan IPNU
adalah:
1. Menghimpun dan membina pelajar Nahdlatul Ulama dalam satu
wadah organisasi IPNU.
2. Mempersiapkan kader-kader intelektual sebagai penerus
perjuangan bangsa.
3. Mengusahakan tercapainya tujuan organisasi dengan menyusun
landasan program perjuangan sesuai dengan perkembangan
masyarakat (maslahah al-hammah), guna terwujudnya khairo
ummah.
4. Mengusahakan jalinan komunikasi dan kerjasama program dengan
pihak lain selama tidak merugikan organisasi. (Pasal 8 ayat 4
Peraturan Dasar IPNU).

B. Azas-Azas
Dalam melakukan aktivitas-aktivitas perjuangan dan pengembangan
IPNU, azas-azas yang digunakan adalah :
a. Asas Keterpaduan
Pelaksanaan program tidak dilakukan secara terpisah (parsial), tetapi
pelaksanaan setiap program memiliki makna terpadu (integral), begitu pula
antara pusat dan daerah
b. Asas Kebersamaan
Pelaksanaan program dilakukan dengan semangat kebersamaan dan saling
menunjang, sehingga keberhasilan program merupakan keberhasilan kolektif,
bukan keberhasilan individual.
c. Asas Manfaat
Pelaksanaan program dan hasilnya diupayakan secara maksimal untuk dapat
memberikan manfaat bagi anggota, organisasi dan masyarakat.
d. Asas Kesinambungan
Asas ini dimaksudkan agar pembenahan dan pengembangan merupakan usaha
yang mempunyai sifat meneruskan hal-hal yang baik yang pernah dilakukan.
Di sini terkandung prinsip istiqamah terhadap jalur kegiatan yang pernah

45
dilakukan sesuai dengan kaidah al-mukhafadlatu ‟ala al-qadim al-shalih wa
alakhdzu bi al-jadid al-ashlah.
e. Asas Kepeloporan
Gagasan dan pelaksanaan program dilakukan melalui kreatifitas, serta sarat
dengan etos dan semangat kepeloporan.
f. Asas Keseimbangan.
Gagasan dan program yang dilakukan senantiasa menjaga prinsip
keseimbangan: keseimbangan material-spiritual dan keseimbangan jasmani
dan rohani.

III. VISI DAN MISI IPNU


Sebagai sebuah organisasi, IPNU memiliki visi, yakni gambaran terhadap apa yang
ingin dicapai. Visi IPNU adalah terwujudnya pelajar-pelajar bangsa yang bertaqwa kepada
Allah SWT, berakhlakul karimah, menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, memiliki
kesadaran dan tanggungjawab terhadap terwujudnya tatanan masyarakat yang berkeadilan dan
demokratis atas dasar ajaran Islam ahlussunah wal jamaah.
Untuk mewujudkan visi tersebut, maka IPNU mempunyai misi :
1. Mendorong para pelajar bangsa untuk taat (patuh) dalam menjalankan
perintah dan menjauhi segala larangan yang termaktub dalam ajaran Islam
2. Membentuk karakter para pelajar bangsa yang santun dalam bertindak, jujur
dalam berprilaku, jernih dan obyektif dalam berfikir, serta memiliki
ide/gagasan yang inovatif.
3. Mendorong pemanfaatan dan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
sebagai media pengembangan potensi dan peningkatan SDM pelajar.
4. Mewujudkan kader pemimpin bangsa yang profesional, jujur dan bertanggung
jawab yang dilandasi oleh spirit nilai ajaran Islam ahlussunah wal jamaah.

IV. ANALISIS STRATEGIS PENGEMBANGAN IPNU


Analisis strategis diperlukan untuk melihat dinamika internal dan eksternal
organisasi; mengetahui kekuatan, kelemahan, ancaman dan peluang organisasi; serta untuk
melihat sejauh mana tingkat kepentingan dan keterkaitan organisasi dengan pihak-pihak yang
terkait (stakeholder). Hasil analisis strategis diperlukan untuk merumuskan, merencanakan dan
melaksanakan aktivitas-aktivitas organisasi.
A. Analisis Lingkungan
1. Analisis Internal
Kondisi internal organisasi saat ini, dapat dilihat dari beberapa aspek;
a. Keorganisasian
 Sistem organisasi yang belum optimal hampir disemua tempat
maupun tingkat kepengurusan. Roda organisasi berjalan dengan
bertumpu pada peran perorangan atau sekelompok orang
 Masih lemahnya komunikasi organisasi antara berbagai tingkatan.
Hal ini berakibat pada lambannya implementasi kebijakan, maupun
lemahnya koordinasi kebijakan.
 Masih lemahnya pembinaan dan pengembangan organisasi dari
tingkat kepengurusan di atas kepada tingkat kepengurusan di
bawahnya.
 Penggarapan basis pelajar dan santri belum sepenuhnya dapat
memenuhi amanat organisasi

46
 Di beberapa tempat, perangkat (sarana-prasarana) pendukung
berjalannya roda organisasi masih minim.
 Di banyak tempat dan tingkatan kepengurusan, NU belum
melakukan pembinaan dan pengembangan terhadap IPNU sebagai
salah satu badan otonomnya.
 Lemahnya koordinasi organisasi antar badan otonom NU.
 Kurangnya support sekolah umum untuk memberikan ruang IPNU
melakukan pegkaderan.
b. Kaderisasi
 Sistem kaderisasi yang ada belum sepenuhnya dijalankan oleh
beberapa jajaran tingkatan di IPNU.
 Lemahnya perencanaan, implementasi dan evalusasi program
pengkaderan terutama di sekolah-sekolah, pesantren, dan perguruan
tinggi.
 Belum ada standard isi (content) materi pengkaderan, maupun
standard pemateri pengkaderan.
 Koordinasi program pengkaderan belum dilakukan secara optimal.
 Minimnya kegiatan pengkaderan, berakibat pada minimnya jumlah
kader. Selanjutnya regenerasi kepengurusan terganggu/tidak stabil.
 Lemahnya sistem pengkaderan dalam mewujudkan kader-kader
yang militan dan mempunyai kemampuan intelektual.
 Belum adanya pendampingan kader yang optimal terutama di
sekolah dan pesantren.
 Belum adanya kerangka distribusi kader dari jenjang kaderisasi
IPNU.
c. Pembiayaan Organisasi
 Belum tergarapnya sistem iuran anggota dan alumni sebagai salah
satu penyokong berjalannya roda organisasi.
 Belum optimalnya sumber pembiayaan organisasi, sehingga
seringkali mengalami kesulitan membiayai aktivitas organisasi.
 Belum adanya sistem pengelolaan keuangan organisasi yang baik,
sehingga seringkali mengalami inefesiensi dalam pembiayaan
aktivitas organisasi.
d. Orientasi dan Pelaksanaan Program
 Perencanaan kebijakan, program dan kegiatan belum sepenuhnya
dilakukan secara utuh dan menyeluruh. Kebijakan, program dan
kegiatan lebih banyak dilakukan secara temporer, tidak terencana,
sehingga tidak terjadi kesinambungan.
 Kebijakan, program dan kegiatan belum banyak berorientasi pada
visi kepelajaran sebagaimana amanat organisasi.
 Dibeberapa tempat, terjadi kevakuman aktivitas. Yang ada hanya
rutinitas mengikuti konferensi atau kongres.
 Kebijakan, program dan kegiatan yang ada belum banyak
menyentuh kebutuhan dan kepentingan anggota, khususnya para
pelajar dan santri.
 Belum terciptanya program kerja yang integrated.
 Kurang maksimalnya program yang mampu mewadahi kader IPNU
di Indonesia untuk berkompetisi di tingkat Nasional.
e. Partisipasi–Kemitraan
 Kurang terjalinnya kemitraan antara IPNU dengan pihak-pihak luar
yang mempunyai peran dan posisi strategis, baik pemerintah
maupun swasta, nasional maupun internasional. Kerjasama atau
kemitraan yang ada selama ini hanya bersifat temporer, belum
berupa aktivitas berkelanjutan.
47
 Partisasipasi IPNU dalam dinamika kehidupan berbangsa dan
bernegara belum optimal. Dalam beberapa hal, khususnya bidang
pendidikan, respon terhadap persoalan pendidikan nasional amat
kurang.
 Advokasi pendidikan mutlak harus dilakukan.

2. Analisis External
Sedangkan kondisi eksternal organisasi saat ini, dapat dilihat dari beberapa
aspek, yaitu;
a. Politik
 Adanya sistem multi-partai yang memberi kesempatan untuk
partisipasi politik secara luas.
 Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah yang penekanannya
pada Kabupaten/Kota.
 Reformasi bidang politik yang sedang berjalan.
 Potensi yang tinggi terhadap suara pemilih pemula pada
momentum Pemilihan Kepala Daerah, Pemilu Legislatif maupun
Pemilu Presiden.
b. Hukum
 Kurang maksimalnya supremasi hukum. Penegakan dan kepastian
hukum di Indonesia masih rendah. Bahkan aparat penegak hukum
banyak terlibat kasus/praktik-praktik KKN.
 Kesadaran dan kepatuhan masyarakat terhadap hukum juga masih
kurang.
c. Ekonomi
 Terjadi eksploitasi kekayaan alam Indonesia yang hampir-hampir
tak terkendali, tidak mempertimbangkan kelestarian alam dan
lingkungan.
 Adanya ketergantungan ekonomi Indonesia pada pihak asing.
 Globalisasi ekonomi terjadi, salah satunya mengemuka dalam
bentuk liberalisasi perdagangan barang dan jasa.
 Belum terciptanya pemerataan ekonomi dalam masyarakat
Indonesia.
d. Sosial-Budaya
 Adanya kecenderungan materialisme dan pola hidup konsumerisme
pada masyarakat.
 Kurangnya kecintaan terhadap produk-produk dalam negeri.
 Adanya krisis moral dan keteladanan dari para pejabat dan elit
politik dari tingkat daerah maupun pusat.
 Praktik-praktik KKN yang makin marak di hampir semua lini.
Agenda pemberantasan KKN belum menampakkan hasil berarti.
 Derasnya pengaruh budaya dan gaya hidup "luar" seiring dengan
kemajuan teknologi komunikasi dan informasi.
 Kurangnya kecintaan terhadap budaya Indonesia.
e. Dakwah
 Rendahnya Integritas sosial ditengah masyarakat.
 Adanya dakwa dengan mencuplik ayat-ayat alqur‟an untuk
kepentingan kelompok atau ideologi tertentu (fundamentalisme dan
radikalisme).
 Longgarnya nilai-nilai moral dan etika ditengah masyarakat yang
berakibat pada degradasi moral.
 Kurang maksimalnya dakwa di media sosial.
f. Pendidikan
 Masih rendahnya mutu pendidikan nasional secara keseluruhan.
48
 Rendahnya political will dari pihak penentu kebijakan untuk
meningkatkan kualitas pendidikan nasional
 Mahalnya biaya pendidikan yang makin tidak terjangkau oleh
masyarakat bawah.
 Sarana-prasarana pendidikan yang kurang memadai, terutama
pendidikan dasar-menengah diberbagai daerah di Indonesia banyak
tempat masih jauh dari memadai.
 Maraknya kenakalan dan kekerasan di kalangan pelajar.
 Sistem pendidikan yang tidak konsisten dan relevan.

B. Analisis SWOT
1. Kekuatan
a. Sebagai salah satu Banom NU. IPNU secara kelembagaan telah
terbentuk diseluruh Indonesia
b. Banyaknya pondok-pesantren sebagai ciri khas pendidikan di kalangan
warga NU merupakan basis potensial IPNU.
c. Banyaknya sekolah-sekolah milik NU maupun milik warga NU juga
merupakan basis potensial IPNU.
d. Berkembangnya pemikiran kritis dan moderat yang berpijak pada
khasanah keilmuan dan budaya Aswaja di kalangan remaja dan
pesantren.
e. IPNU yang berpedoman pada ajaran NU yang cenderung memiliki
kesamaan dengan tidak meninggalkan tradisi dan budaya dalam
masyarakat sehingga mudah diterima oleh masyarakat Indonesia.
f. IPNU memiliki bekal dan tradisi keagamaan yang kuat, dapat menjadi
tawaran bagi para remaja dan pelajar yang membutuhkan siraman rohani
dan aktivitas bernuansa keagamaan.
g. Adanya jaringan organisasi yang kuat mulai dari tingkat terbawah
sampai nasional dan internasional.
h. Posisi IPNU sebagai garda terdepan pengkaderan NU ditingkat pelajar
dan santri.

2. Kelemahan
a. Kebijakan, program dan kegiatan yang dilakukan tidak terencana, masih
bersifat temporal dan tidak berkesinambungan
b. Lemahnya profesionalisme dan manajemen organisasi.
c. Lemahnya sistem dan supporting system organisasi, sehingga organisasi
hanya bertumpu pada peran perseorangan atau kelompok. 70
d. Rendahnya konsistensi dari pengurus dalam menjalankan fungsinya.
e. IPNU belum mempunyai strategi implementasi yang operasional
terhadap rumusan visi sosialnya.
f. Adanya nuansa politik yang kuat, telah mengaburkan jatidiri IPNU.
g. Kekurangan sumber pembiayaan untuk aktivitas organisasi.

3. Peluang
a. Kecenderungan pemberian peran serta yang lebih besar kepada
masyarakat dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, khususnya
bidang pendidikan, merupakan peluang bagi IPNU dalam melakukan
aktivitas-aktivitas pendidikan bagi para pelajar dan santri.
b. Adanya kesadaran dan kebutuhan akan nuansa religius bagi aktivis
remaja dan pelajar di tengah arus globalisasi.
c. Makin banyaknya pelajar-pelajar NU yang menempuh pendidikan di
sekolah-sekolah umum dan bergengsi akan memberikan peluang bagi
IPNU untuk melakukan komunikasi dan kordinasi dengan pihak sekolah
tersebut.
49
d. Banyaknya alumni IPNU yang menempati posisi strategis baik di level
pemerintahan maupun non pemerintahan.
e. Banyaknya Pelajar NU yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi
negeri maupun swasta.

4. Tantangan
a. Modernisasi dan globalisasi yang membawa nilai-nilai baru, yang
mempengaruhi perilaku, moralitas dan ideologi menjadi tantangan bagi
ajaran ahlussunah wal jama‟ah.
b. Modernisasi dan globalisasi juga potensial untuk melunturkan atau
melemahkan nilai-nilai idealisme dan semangat generasi muda. Budaya
‟instant‟, hedonisme, pengaruh negatif teknologi informasi, materialisme
merupakan contoh tantangan bagi masa depan generasi muda.
c. Adanya organisasi yang memiliki segmen garapan yang sama dengan
IPNU sehingga menyebabkan generasi muda IPNU tertarik pada
organisasi eksternal NU.

C. Analisis Jaringan (stakeholders)


Keberadaan dan aktivitas IPNU berhubungan dengan berbagai pihak yang terkait
(stakeholders). Di antara stakeholders penting IPNU adalah:
1. NU dan Perangkat Organisasi NU Lainnya.
NU merupakan stakeholder penting IPNU. Hal ini karena IPNU
merupakan salah satu badan otonom (banom) NU yang diberi mandat garapan
para pelajar (siswa dan santri) laki-laki. IPNU sebagai salah satu perangkat
organisasi NU, mempunyai tugas dan tanggung jawab membantu terwujudnya
tujuan NU sesuai dengan bidang garap IPNU. Oleh karenanya IPNU harus
berpedoman pada jati diri NU. IPNU dengan perangkat- 71 perangkat
organisasi NU lainnya (Banom, Lembaga dan Lajnah) memiliki keterkaitan
yang erat. Badan otonom NU yang memiliki keterkaitan sangat dekat dengan
IPNU adalah IPPNU dan GP. Ansor. Sedangkan Lembaga yang memiliki
keterkaitan sangat dekat adalah Lembaga Pendidikan Ma‟arif dan Rabitah
Ma'ahid Islamiyah (RMI). Karena terkait, maka segenap langkahgerak IPNU
seyogyanya harus sinergi dan terpadu dengan perangkatperangkat organisasi
NU tersebut.

2. Masyarakat
Masyarakat merupakan elemen yang sangat penting dalam konteks
kehadiran dan kiprah organisasi. Kehadiran dan kiprah IPNU harus senantiasa
memberikan manfaat bagi masyarakat, dengan memperjuangkan kepentingan
masyarakat sesuai bidang garap IPNU. Artinya, kehadiran, kiprah dan
khidmat IPNU bukan hanya untuk warga NU semata, tetapi untuk masyarakat
secara luas, untuk bangsa dan Negara.

3. Sekolah
Sekolah merupakan institusi penting bagi eksistensi dan perkembangan
masyarakat. Hal ini karena sekolah merupakan tempat mendidik, sosialisasi
nilai, transfer ilmu pengetahuan dan teknologi. Namun demikian, ada
keterbatasan sekolah dalam mengemban tugas pendidikan. Oleh karenanya,
IPNU sebagai organisasi yang garapannya pelajar merupakan penunjang
sekolah dalam mengemban tugas pendidikan, misalnya dalam masalah
pendidikan leadership (kepemimpinan), komunikasi dll. IPNU dapat
ditempatkan sebagai "second school".

4. Pondok Pesantren

50
Pondok Pesantren memiliki posisi sentral di NU. Bahkan sesungguhnya
visi, misi dan jati diri NU terletak dalam sistem pendidikan pondok pesantren.
Secara historis sistem pendidikan merupakan satu-satunya model pendidikan
Islam yang memelihara, meneguhkan, dan mengembangkan ajaran Islam
ahlussunah wal jama‟ah di tengah-tengah masyarakat. Pendidikan pesantren
dirancang dan dikelola oleh masyarakat sehingga pesantren memiliki
kemandirian yang luar biasa, baik dalam memenuhi kebutuhan sendiri,
mengembangkan ilmu (agama) maupun dalam mencetak ulama. Oleh karena
pentingnya peranan pesantren bagi NU, maka IPNU sebagai salah satu badan
otonom NU harus serius membina para santri, karena mereka adalah kader-
kader potensial NU masa depan.

5. Pemerintah
Di samping sebagai salah satu badan otonom NU, posisi IPNU adalah
bagian integral dari generasi muda Indonesia yang sadar akan tanggungjawab
dalam memberikan sumbangsih bagi tercapainya tujuan nasional. Dalam
kerangka pencapaian tujuan nasional, perlu upaya sinergi-terpadu antara
masyarakat dan pemerintah, sesuai dengan peran dan posisinya
masingmasing. IPNU memiliki fokus garapan para pelajar dan santri, yang
merupakan bagian dari generasi muda Indonesia. Dalam kaitan ini, perlu
jalinan kerjasama/partnership yang sinergis antara IPNU dan pemerintah.
Artinya dalam beberapa persoalan, IPNU juga harus tetap kritis menyoroti
berbagai kebijakan dan program pemerintah sesuai dengan relevansi persoalan
kebangsaan.

6. Swasta
Menjadikan mitra kerjasama dalam mensukseskan program kerja.

V. POKOK-POKOK PROGRAM PENGEMBANGAN IPNU


A. Isu Strategis
1. Penguatan sistem dan peningkatan kualitas sumber daya kader
pelajar NU dengan senantiasa tetap berpedoman pada nilai-nilai
dan jati diri NU.
2. Peningkatan kualitas pendidikan bagi pelajar NU melalui jalur
formal, non formal dan informal serta peningkatan ketrampilan
untuk menjawab tantangan kompetisi global.
3. Pemantapan penataan organisasi dengan menciptakan kondisi dan
sistem organisasi yang sehat dan dinamis.
4. Peningkatan profesionalisme dan penguatan karakter pengurus
untuk mengelola organisasi.
5. Membangun kemitraan strategis dengan jaringan organisasi pelajar
serta lembaga-lembaga strategis pemerintah maupun non-
pemerintah, nasional maupun asing.
6. Pengembangan wacana keilmuan, pemikiran kritis dan pengenalan
teknologi di kalangan pelajar.
7. Mewujudkan supporting system untuk mencapai visi IPNU,
khususnya dalam pemberdayaan segmen garapan IPNU dan pada
umumnya bangsa Indonesia.
8. Pengembangan pola penggalian dana secara mandiri dan
pengelolaannya.

B. Program-Program Dasar Pengembangan IPNU


1. Program orientasi pengembangan sistem pengkaderan IPNU.
2. Program optimalisasi pola kaderisasi yang terpadu, terarah dan
terukur dengan pendekatan kualitas potensi kader.

51
3. Program pembangunan dan pengembangan sistem serta supporting
system organisasi yang solid.
4. Program penataan dan pengembangan organisasi di seluruh
wilayah Indonesia.
5. Program pengembangan organisasi di sekolah- sekolah dan
pondok-pondok pesantren.
6. Program peningkatan profesionalisme dan orientasi penguatan
karakter pengurus di semua level dan tingkatan.
7. Program peningkatan kualitas pendidikan bagi pelajar.
8. Program pendataan potensi organisasi.
9. Program kegiatan riil yang dapat dirasakan oleh masyarakat.
10. Program kemitraan strategis dengan lembaga-lembaga strategis
pemerintah maupun swasta, nasional maupun asing, serta dengan
organisasi pelajar lainnya.
11. Program peningkatan kapasitas keilmuan dan penguasaan
teknologi bagi para pelajar (siswa dan santri).
12. Program pengelolaan jaringan eksternal.
13. Program ramah lingkungan.
14. Program softskill.
15. Mengoptimalkan program digitalisasi sistem organisasi di
tingkatan pengurus IPNU.

VI. PENUTUP
Sesuai dengan mandat organisasi, dan mengacu pada visi dan misi IPNU serta
sesuai dengan hasil analisis strategis dapat diketahui isu-isu strategis sekarang dan masa depan.
Untuk menjawab isu-isu strategis tersebut, diperlukan rumusan program-program dasar
pengembangan IPNU. Sebagai program dasar, maka perlu penjabaran baik pada level aksi,
strategi pelaksanaan, tahapan-tahapan pengembangan dan waktu pelaksanaannya. Penjabaran
program dasar ini harus dilakukan oleh Pimpinan Pusat IPNU.

KE-IPPNU-AN
Bermula dari perbincangan ringan yang dilakukan oleh beberapa remaja putri yang
tengah menuntut ilmu di Sekolah Guru Agama (SGA) Surakarta, tentang keputusan Muktamar
NU ke 20 di Surakarta. Maka perlu adanya organisasi pelajar di kalangan nandliyat.
Dalam keputusan ini dikalangan NU, Mulimat, Fatayat NU, GP Ansor dan Banom
NU lainnya untuk membentuk tim resolusi IPNU putri pada Kongres I IPNU di Malang Jawa
Timur, selanjutnya disepakati dalam pertemuan tersebut bahwa peserta putri yang akan hadir di
kongres Malang di namakan IPNU putri.
Dalam suasana kongres ternyata keberadaan IPNU putri tampaknya masih
diperdebatkan secara alot. Semula direncanakan secara administratif hanya menjadi
departemen di dalam tubuh organisasi IPNU. Sementara hasil negosiasi dengan pengurus PP
IPNU telah membentuk semacam kesan eksklusivitas IPNU hanya untuk pelajar putra. Melihat
hasil tersebut maka pada hari kedua kongres, peserta putri yang hanya diwakili lima daerah
(Yogyakarta, Surakarta, Malang, Lumajang dan Kediri) terus melakukan konsultasi dengan dua
jajaran di pengurus badan otonom NU yang menangani pembinaan organisasi pelajar yaitu PB
Ma‟arif, (saat itu dipimpin bapak KH Syukri Ghazali) dan ketua PP Muslimat NU (Mahmudah
Mawardi). Maka dari pembicaraan selama beberapa hari, telah membuat keputusan sbb:

52
1. Membentuk organisasi IPNU Putri secara organisatoris dan administratif terpisah dengan
IPNU.
2. Tanggal 02 Maret 1955M / 08 Rajab 1374 H dideklarasikan sebagai hari kelahiran IPNU
Putri.
3. Untuk menjalankan roda organisasi dan upaya pembentukan cabang selanjutnya
ditetapkan sebagai ketua yaitu Umroh Mahfudhoh dan sekretarisnya bernama Syamsiyah
Muthalib.
4. PP IPNU Putri berkedudukan di Surakarta Jawa Tengah.
5. Memberitahukan dan memohon pengesahan resolusi pendirian IPNU putri kepada PB
Ma‟arif NU, kemudian PB Ma‟arif NU menyetujui dengan merubah nama IPNU putri
menjadi IPPNU (Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama)
PERJALANAN IPPNU DARI MASA KE MASA
Sejalan dengan adanya pelaksanaan Kongres dari beberapa zaman (kemerdekaan, orla,
orba, era reformasi) tentu mengalami berbagai peristiwa yang sangat menonjol dalam suatu
keputusan Kongres, dan dalam perjalanan IPNU dari masa ke masa antara lain :
1. Bulan Februari 1956 diadakan konferensi IPPNU di Surakarta.
2. Tanggal 01-04 Januari 1957 pada Muktamar IPNU di Pekalongan IPPNU ikut serta.
Acara itu diisi olahraga dan jugs menghasilkan lambang IPNU-IPPNU.
3. Tanggal 14-17 Maret 1960 diadakan Konbes I di Yogyakarta, membicarakan
tentang keorganisasian, kemahasiswaan, pendidikan Islam serta. bahasa Arab.
4. Tahun 1964 dilaksanakan Konbes III bersama IPNU di Pekalongan, dengan
menghasilkan, Doktrin Pekalongan serta mengusulkan agar KH. Hasyim Asyari
sebagai pahlawan.
5. Tanggal 30 Agustus 1966 dalam Kongres di Surabaya IPNU dan IPPNU memohon
pada PB NU untuk menerimanya sebagai badan otonom.
6. Tahun 1967 pada Muktamar NU di Bandung, resmilah IPPNU dimasukkan dalam
PD/PRT NU sebagai badan otonom sampai sekarang.
7. Pada perkembangan berikutnya nampak pemerintah juga tidak ingin mengambil
resiko membiarkan dunia akademik terkontaminasi dengan unsur politik manapun,
sehingga diberlakukan UU No. 8 tahun 1985 tentang keormasan khusus untuk
organisasi ekstra pelajar adalah OSIS. Selama itu IPPNU mengalami stagnasi
pengkaderan dan PP didominasi para aktivis yang usianya sudah melebihi batas.
Maka pada kongres IX IPPNU di Jombang tahun 1987, secara singkat telah
mempersiapkan perubahan asas organisasi dan IPPNU yang kepanjangannya Ikatan
Pelajar Putri Nahdlatul „Ulama telah berubah menjadi Ikatan Putri-Putri Nahdlatul
Ulama.
8. Bulan Oktober 1990 pada Konbes IPPNU di Lampung, menghasilkan citra diri dan
pemantapan PPOA IPPNU.
9. Pada Kongres X IPPNU tahun 1991 di Ponpes Al Wahdah Lasem Jawa, telah
menguatkan independensi IPNU dan IPPNU yang merupakan organisasi terpisah.
10. Tanggal 10-14 Juli 1996 di Pesantren Al Musyaddidah Garut Jawa Barat
mengadakan Kongres XI IPPNU, yang menekankan usia kepemudaan di tubuh
IPNU supaya sejajar dengan organisasi pemuda lainnya.
11. Konbes bulan September 1998 di Jakarta, menghasilkan rekomendasi yang sangat
menonjol di era reformasi yaitu bahwa IPPNU menyambut baik pendirian PKB
yang tidak menggunakan nama NU.
12. Tanggal 22-25 Maret 2000, pelaksanaan kongres XII IPPNU di Ujung Pandang
(Makassar), telah mendeklarasikan bahwa IPPNU akan dikembalikan ke basis
kepelajaran dan wacana gender.
13. Tanggal 18-23 Juni 2003 kongres XIII IPPNU di asrama haji Sukolilo Surabaya
mengembalikan IPPNU kepada Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama.

53
AQIDAH, AZAS, FUNGSI DAN TUJUAN IPPNU

A. Aqidah
IPPNU beraqidah Islam menurut faham Ahlusunnah Wal Jama‟ah dan mengikuti salah
satu madzhab yaitu : Hanafi, Maliki, Syafi‟i, dan Hambali. (Peraturan Dasar IPPNU BAB II
pasal 4)
B. Asas
IPPNU berasaskan Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab,
Persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hidmad Kebijaksanaan Dalam
Permusyawaratan/Perwakilan, Keadilan Sosial Bagi Seluruh Indonesia, dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. (Peraturan Dasar IPPNU BAB II pasal 5)
C. Fungsi
Di antara fungsi IPPNU adalah :
1. Wadah berhimpun pelajar putri Nahdlatul Ulama‟ untuk melanjutkan nilai-nilai dan cita-
cita perjuangan NU.
2. Wadah komunikasi, interaksi dan integrasi pelajar putri Nahdlatul Ulama untuk
menggalang Ukhuwah Islamiyah dan mengembangkan syiar Islam Ahlussunnah wal
Jama‟ah.
Wadah kaderisasi pelajar putri Nahdlatul Ulama untuk mempersiapkan kader-kader
bangsa.

D. Tujuan
Tujuan organisasi IPPNU adalah kesempurnaan kepribadian bagi pelajar putri Indonesia
sehingga akan terbentuk pelajar putri Indonesia yang bertaqwa, berilmu, berakhlaqul mulia dan
berwawasan berkebangsaan serta bertanggung jawab atas tegak dan terlaksananya syari‟at
Islam menurut faham Ahlusunnah wal Jama‟ah. (Peraturan Dasar IPPNU BAB V pasal 9)

LAMBANG ORGANISASI DAN ARTINYA


a. Bentuk segitiga : Imam, Islam dan Ikhsan..
b. Warna dasar hijau : subur.
c. Garis warna kuning : khikmah yang tinggi / kejayaan.
d. Garis Putih : kesucian, kejernihan serta kebersihan.
e. Dua garis tepi mengapit warna kuning : dua kalimat syahadat.
f. Sembilan bintang : keluarga Nahdlatul „Ulama, yang
diartikan,
g. Satu bintang besar paling atas : Nabi Muhammad SAW
h. Empat bintang sebelah kanan : empat sahabat Nabi (Abu
Bakar as, Umar Ibn Khatab as, Usman Ibn Affan as dan
Ali Ibn Abi Thalib as).
i. Empat bintang sebelah kiri : empat madzhab yang
diikuti (Maliki, Hanafi, Syafi‟I dan Hambali)
j. Dua Kitab : Al Qur‟an dan Al Hadits.
k. Dua bulu bersilang : aktif menulis dan membaca untuk menambah wacana berfikir.

54
l. Dua bunga melati : perempuan yang dengan kebersihan pikiran dan kesucian
hatinya memadukan dua unsure ilmu pengetahuan umum dan agama.
m. Lima titik di antara tulisan I.P.P.N.U. : rukun Islam

HUBUNGAN IPPNU DENGAN ORMAS LAIN


A. Kaitan IPPNU dan NU
Bahwa IPPNU secara organisatoris merupakan badan otonom NU yang resmi
tercantum dalam Anggaran Rumah Tangga NU pasal 27 poin 6 bagian f, hasil muktamar
NU Lirboyo Jawa Timur yang mana bahwa IPPNU mempunyai hak dan kewajiban yang
sama dengan badan otonom yang lain.

B. Hubungan IPPNU dengan IPNU


Bahwa IPNU merupakan mitra kerja IPPNU, sedangkan hubungan IPPNU dengan
ormas lain, bahwa IPPNU dengan IPNU dengan ormas lain yang tergabung dalam satu
wadah pembinaan dan pengembangan generasi muda (KNPI).

GARIS-GARIS BESARPROGRAM PERJUANGAN DAN PENGEMBANGAN


IKATAN PELAJAR PUTRI NAHDLATUL ULAMA PERIODE 2018-2021

A. DASAR PEMIKIRAN
Disadari atau tidak, pemuda sejatinya memiliki peran dan fungsi yang
strategis dalam akselerasi pembangunan termasuk puladalam proses kehidupan
berbangsa dan bernegara. Pemuda merupakan aktor dalam pembangunan. Baik
buruknya suatu Negara dilihat dari kualitas pemudanya, karena generasi muda adalah
penerusdan pewaris bangsa dan Negara. Generasi muda harus mempunyaikarakter
yang kuat, memiliki kepribadian baik, semangat nasionalisme, berjiwa saing, mampu
memahami pengetahuan dan teknologi untuk bersaing secara global. Pemuda juga
perlu memperhatikan bahwa mereka mempunyai fungsi sebagai Agent of change,
moral force and sosial kontrol sehingga fungsi tersebut dapat berguna bagi masyarakat.
Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU), yang
merupakan salah satu representatif para pemudi atau remaja putri adalah organisasi
pelajar putri dibawah naungan Jam‟iyah Nahdlatul Ulama. Sebagai salah satu badan
otonom Nahdlatul Ulama‟, IPPNU memiliki peran sebagai “ garda terdepan
kaderisasi´ atau bisa dikatakan sebagai pintu masuk pertama NU. Frasa ini patut
disematkan kepada IPPNU sebagai tulang punggung pembinaan dan kaderisasi NU,
sekaligus kaderisasi dan pembangunan bagi Bangsa. Ini menunjukkan bahwa tujuan
utama IPPNU adalah bukan untuk menghimpun massa, akan tetapi memberdayakan
serta mencerdaskan kader, menciptakan kader bangsa yang berilmu, berwawasan, serta
memiliki intelektual dan religiusitas yang tinggi berpaham Ahlussunah Wal’jama’ah
sesuai dengan Peraturan Dasar IPPNU Bab V pasal 9.
Dalam mengemban amanat diatas, IPPNU juga dituntut untuk dapat
memberikan sumbangsih dinamika dan perannya dalam menghadapi perkembangan
zaman serta arus globalisasi. Dengan begitu, IPPNU dapat menunjukkan nilai tawar
dan nilai kompetitif di dunia global. Hal itu dibuktikan dengan kembalinya peran
pelajar putripada kongres XIII di Surabaya tahun 2003, IPPNU kembali ke khittohyaitu
perubahan akronim dari Ikatan Putri-Putri Nahdlatul ulama menjadi Ikatan Pelajar
Putri Nahdlatul Ulama‟ dengan meneguhkan kembali IPPNU menjadi organisasi yang
menghimpun dan menjadi wadah kaderisasi dari pelajar putri dan santri putri. Untuk
mencapai tujuan yang dicita citakan organisasi, hingga saat ini IPPNU masih
memerlukan perjuangan, kerja keras serta dukungan dari semua pihak, baik dari warga
55
Nahdlatul Ulama, dukungan birokrasi, dukungan kyai, pesantren serta lembaga
pendidikan formal yang ada.
Pentingnya peran IPPNU bagi pelajar, antara lain sebagai gerbong besar
transformasi kesadaran dalam meluruskan generasi muda agar tidak tergerus pada
pragmatisme jangka pendek kalangan pelajar atau jebakan implikatif dari arus besar
globalisasi. Karena harus disadari bahwa pesatnya perkembangan peradaban modern
seperti sekarang ini, mengakibatkan tumpukan problematika yang kian lama kian sulit
untuk diatasi, utamanya problematika yang menggerus duniaremaja dan pelajar. Diawali
dari tingginya tingkat stress, ketidaktahuan mengatasi persoalan pubertas, hingga
munculnya split personality pelajar dan remaja.
Tabu seksualitas telah dilanggar dengan maraknya seks bebas. Akal sehat
telah diporak - porandakan oleh kegemaran mengkonsumsi psikotropika dan narkoba.
Hingga pada akhirnya batas normal kesantunan dan kemanusiaan telah dilanggar
dengan munculnya berbagai aksi tawuran, kekerasan fisik, bahkan kekerasan seksual
yang akhir-akhir ini menjadi berita utama di media cetak, sosial maupun elektronik.
Perilaku para pelajar yang nyata-nyata bersifat melawan hukum dan anti sosial
tersebut pada dasarnya tidak disukai oleh masyarakat, dan menjadi problem sosial
yang berkepanjangan.
Berangkat dari persoalan diatas, komitmen pengembangan program IPPNU dimasa
yang akan datang perlu menekankan pada beberapa pola perjuangan:

a) Pengembangan Program IPPNU merupakan salah satu bentuk upaya


pemberdayaan kader.

b) Pengembangan Program IPPNU dilakukan sebagai upaya pengembangan peran-


peran organisasi terhadap kehidupan masyarakat dan kehidupan berbangsa secara
umum khususnya pelajar putri

c) Pengembangan program IPPNU harus merupakan suatu bentuk upaya dalam


pemecahan persoalan-persoalan mendasar yang dihadapi remaja putri.
Pokok-pokok program kerja IPPNU ini merupakan acuan umum program Nasional
yang disusun dan disepakati di Kongres XVIII IPPNU, dan akan menjadi pedoman
umum penyusunan program kerja IPPNU di semua tingkatan yang bersifat mengikat
baik secara institusional maupun secara nasional.

B. MAKSUD DAN TUJUAN PROGRAM


1. MAKSUD PROGRAM
Penyusunan pokok-pokok program kerja ini dimaksudkan sebagai pedoman
umum dalam menentukan kebijakan program IPPNU yang menjadi landasan
dalam upaya yang berkelanjutan untuk mengembangkan pembinaan dan
pengkaderan bagi anggota IPPNU secara menyeluruh, terarah, dan terpadu dalam
kehidupan sosial kemasyarakatan, kepelajaran/remaja, dan keagamaan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.
2. TUJUAN PROGRAM
a. Tujuan Umum
Menanamkan nilai dasar perjuangan Islam Ahlusunnah waljama‟ah dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara berdasarkan pancasila dan undang-
undang dasar 1945 serta mengembangkan kreatifitas pelajar putri yang

56
berwawasan keilmuan, kebangsaan, kekaderan, yaitu berilmu, beramal
sholeh dan berakhlakul karimah.

b. Tujuan Khusus
a) Membentuk dan mendorong lahirnya tunas Nahdlatul Ulama yang
komitmen dan konsisten terhadap nilai dasar organisasi maupun
perjuangan NU
b) Menumbuhkan kesadaran dalam pengembangan pola berfikir dan
berkreasi terhadap pengembangan kepribadian yang berkarakter
sesuai dengan nilai dan prinsip organisasi
c) Menumbuhkan kesadaran berjuang dalam organisasi, masyarakat
dan Negara
d) Meletakkan kerangka landasan bagi perjuangan berikutnya secara
berencana dan berkesinambungan

C. ARAH DAN PRINSIP PROGRAM IPPNU


1. Arah Program
IPPNU sebagai aset pembangunan bangsa dan tunas NU senantiasa mewujudkan
eksistensinya dalam bentuk kongkrit dan riil, maka program-program yang
dibutuhkan yaitu program yang mengarah pada peningkatan kualitas organisasi
serta anggota dan berperan aktif dalam pembangunan nasional.
2. Prinsip Program
a) Menumbuhkan kader yang dinamis, kreatif, inovatif, progresif dan
berakhlakul karimah sesuai dengan citra diri IPPNU.
b) Meningkatkan kemandirian organisasi yang mampu memanfaatkan sumber
daya dana, guna menciptakan usaha dan menunjang jalannya organisasi
c) Meningkatkan kualitas kader NU yang mempunyai wawasan kebangsaan,
keislaman serta kepekaan sosial yang tinggi dalam rangka menciptakan kader
bangsa yang pada gilirannya dapat mengisi Pembangunan Nasional.
D. ASAS PELAKSANAAN PROGRAM
Dalam melaksanakan aktivitas-aktivitas perjuangan dan pengembangan
IPPNU, asas-asas yang digunakan adalah :
1. Asas Keterpaduan
Pelaksanaan program tidak dilaksanakan secara terpisah tetapi pelaksanaan tiap-
tiap program memiliki makna terpadu (integral). Keterpaduan program juga di
wujudkan dari tataran penguruspusat sampai pengurus daerah.
2. Asas Kebersamaan
Pelaksanaan program dilaksanakan dengan semangat kebersamaaan dan saling
menunjang satu sama lain, sehingga keberhasilan program yang diraih merupakan
keberhasilan kolektifbukan keberhasilan individual.

57
3. Asas Manfaat
Pelaksanaan Program dan hasilnya diupayakan secara maksimal untuk dapat
memberikan manfaat bagi anggota, organisasi dan masyarakat secara
menyeluruh.
4. Asas Kesinambungan
Asas ini dimaksudkan agar pembenahan dan pengembangan program dilakukan
secara berkesinambungan baik program jangka pendek, menengah, maupun
jangka panjang dengan tetap memperhatikan nilai-nilai continuitas yang baik.
5. Asas Kepeloporan
Gagasan dan pelaksanaan program yang dilakukan melalui kreatifitas dan
inovasi yang sarat dengan etos dan semangat yang tinggi.
6. Asas Keseimbangan
Gagasan dan program yang dilakukan senantiasa menjaga prinsip keseimbangan
material, intelektual, spiritual serta keseimbangan jasmani dan rohani.

E. GARIS BESAR PROGRAM


Sesuai dengan arah dan kebijakan organisasi, IPPNU lebih dititikberatkan
pada bidang organisasi, kaderisasi, pembinaan komisariat, studi kebijakan publik serta
pengembangan minat bakat sebagai upaya menggali potensi kader serta pengembangan
ekonomi.
1. Bidang Organisasi
a. Target Program
Perwujudan konsolidasi organisasi IPPNU mencakuppemantapan struktural
dan wawasan anggota serta intensifikasi peran organisasi dalam
perkembangan ormas dankepemudaan
b. Bentuk Program
a) Meningkatkan dan mengembangkan struktur organisasi dengan
memanfaatkan komisariat diberbagai lembaga pendidikan, pesantren
dan generasi muda muslim sebagailahan pengembangan kader
b) Meningkatkan kualitas manajemen organisasi IPPNU di semua
tingkatan struktural dan membangun komunikasi yang intensif baik
secara internal maupun eksternal dengan pemanfaatan media
teknologi informasi.
c) Membentuk bank data organisasi dan bank data kader secara online
sehingga memudahkan koordinasi dan konsolidasi dari tingkat pusat
hingga tingkat komisariat.
d) Menjalin komunikasi dan kerjasama kemitraan yang baik dengan
lembaga badan otonom lain dalam naungan NU maupun stakeholders
ekternal organisasi : OKP, organisasi/lembaga yang peduli terhadap
persoalan- persoalan yang dihadapi organisasi khususnya yang
berkaitan dengan upaya pemberdayaan pelajar putri, lembaga
pemerintah maupun non pemerintah, nasional maupun internasional.

58
2. Bidang Kaderisasi
a. Target Program
Terwujudnya kader IPPNU militan yang memiliki profesionalitas:
intektual, manajemen, dan material serta memiliki loyalitas yang tinggi
sebagai proses pengembangan kekuatan organisasi.
b. Bentuk Program
a) Mengaplikasikan sistem pengkaderan berjenjang yang sesuai dengan
standar organisasi serta disesuaikan dengan kebutuhan, perkembangan
situasi dan kondisi. Standarisasi ini penting agar proses kaderisasi
yang telah dilakukan menghasilkan kualitas kader yang merata di
setiap daerah.
b) Menyiapkan pemimpin yang memiliki kemampuan manajerial dan
konseptual yang baik.
c) Penguatan ideologi dan pemberdayaan kader IPPNU melalui
pengembangan dan pembinaan Komisariat.
d) Mengembangkan bentuk-bentuk pelatihan yang menunjang
pemantapan ideologi kader.
e) Penguatan doktrinasi pada pelatihan formal organisasi sesuai dengan
tahapan kaderisasi berjenjang dari mulai makesta, lakmud dan lakut.
Hal ini bertujuan untuk menghasilkan kader yang militan dan loyal
terhadap organisasi.
f) Meningkatkan kualitas kader melalui pelatihan informal (latpel) yang
bertujuan menghasilkan fasilitator professional dari tingkat nasional,
wilayah dan daerah
g) Membentuk community professional development (CPD) sebagai
wadah pengembangan potensi kader.
h) Membuat perangkat materi kaderisasi digital yang kekinian sehingga
kaderisasi di tubuh IPPNU akan tetap dinamis mengikuti zaman.
i) Membuat pemetaan potensi kader untuk memetakan distribusi kader
IPPNU disegala bidang.

3. Bidang Partisipasi
a. Target Program
Terbentuknya organisasi dan kader sebagai asset dalam pembangunan
berkelanjutan Negara Indonesia yang mampu berpartisispasi aktif dalam
kehidupan sosial kemasyarakatan.
b. Bentuk Program
a) Meningkatkan kesadaran dan kepedulian sebagai bentuk

59
tanggungjawab warga negara terhadap persoalan- persoalan bangsa
yang menyangkut pendidikan, agama, sosial, budaya dan pelestarian
lingkungan.
b) Meningkatkan peran aktif IPPNU dalam menganggulangi masalah
penyalahgunaan narkoba.
c) Membentuk crisis center sebagai wadah partisipasi dan kepedulian
IPPNU terhadap masalah bencana alam dan musibah lain.
d) Meningkatkan peran IPPNU sebagai agen diseminasi islam nusantara
dikalangan pemuda dan pelajar.

4. Bidang Pelayanan dan Advokasi


a. Target Program
Dengan berbagai persoalan yang dialami oleh pelajar terkait pendidikan,
kesehatan, kenakalan remaja, dan berbagai tindak kekerasan terhadap
remaja, maka IPPNU ikut berpartisipasi dalam pendampingan kasus-kasus
yang dialami oleh mereka.
b. Bentuk Program
a) Mendorong kebijakan-kebijakan yang mendukung kepentingan
pelajar dan pendidikan.
b) Melakukan pendampingan dan memberikan bantuan moril bagi
penyelesaian kasus kekerasan pelajar.
c) Membuat konseling center di tiap kantor kepengurusan IPPNU, baik
di pusatwilayah hingga cabang sebagai bentuk akomodasi IPPNU
terhadap seluruh pelajar putri diIndonesia dalam dunia konseling.
5. Bidang Minat dan Bakat
a. Target Program
Terbentuknya organisasi yang mandiri, kreatif dan aktif dengan
mengoptimalkan potensi dan kompetensi kader pelajarputri dan santri.
b. Bentuk Program
a) Mengembangkan bakat dan minat kader diberbagaibidang.
b) Mengadakan pelatihan entrepreneur untukmenumbuhkan jiwa
kewirausahaan dan profesionalisme.
c) Mengupayakan pelatihan dan lomba yang merangsangpeningkatan
kreatifitas kader.

6. Bidang Media dan Informasi & Komunikasi


a. Target Program
Terwujudnya organisasi yang memiliki sistem informasi dan komunikasi
yang efisien, cepat dan akurat.
b. Bentuk Program

60
1. Mengadakan pelatihan jurnalistik berbasis teknologi dan digital.
2. Menjaga kontinyuitas media (media sosial dan media online)
komunikasi dari Pimpinan Pusat hingga Pimpinan Cabang yang sudah
ada.
3. Menyosialisasikan segala kebijakan strategis yang diambil melalui
pers atau majalah sebagai jembatan antara insan pers di internal
IPPNU dengan pers diluar IPPNU sebagai pembentuk jaringan pers
Nahdlatul Ulama
4. Mengawal tradisi intelektualisme melalui penerbitan karya ilmiah atau
sejenisnya.
5. Meningkatkan nalar kritis kader terhadap isu-isu yang berkembang
baik di internal IPPNU maupun kondisi masyarakat secara umum
melalui media cetak, sosial, maupun elektronik
6. Menjaga dan menjalin kerjasama dengan pers lokalmaupun nasional
yang sudah pernah bekerjasama

7. Bidang Korp Pelajar Putri (KPP)


a. Target Program
Terwujudnya organisasi yang terampil, disiplin, mandiri dancinta tanah air
b. Bentuk Program

1. Pelatihan kepemimpinan sebagai upaya menyamakankomando dan


visi misi organisasi

2. Mengadakan pendidikan dan pelatihan dimasing-masingtingkatan


3. Mengadakan kemah bhakti

4. Membentuk tim Pelajar Siaga Bencana yang mempunyai kemampuan


evakuasi dan pertolongan pertama gawat darurat serta pengetahuan
dasar akan kebencanaan

F. PENDANAAN ORGANISASI
IPPNU adalah organisasi nirlaba yang tidak berorientasi pada profit. Hal ini
membuat IPPNU harus mampu mandiri, kreatif dan inovatif dalam melakukan
fundraising organisasi. Hal yang mungkin dilakukan adalah Student Bank yaitu upaya
mengajak pelajar untuk sadar menabung. Selain itu IPPNU harus terus memperluas
jaringannya untuk dapat bermitra dengan lembaga lain dan lembaga donor. Hal inilah
yang dapat memungkinkan IPPNU untuk dpat memfundraising organisasi. Di samping
itu perlu dilakukan program- program kewirausahaan dengan menggali potensi sumber
daya organisasi.

61
ANALISIS SOSIAL

Pengertian Analisis Sosial


Analisis sosial secara sederhana dapat kita sebut sebuah alat, yang selanjutnya bisa
disebut sebagai metode untuk memahami realitas sosial, lingkungan sekitar, global maupun
lokal. Dalam pengertian Holland-Henriot (1986: 30), analisis sosial diartikan “usaha
memperoleh gambaran lebih lengkap tentang sebuah situasi dengan menggali hubungan
historis dan strukturalnya. Dengan kata lain analisis sosial adalah upaya untuk menempatkan
suatu masalah dalam konteks realitas sosial yang lebih luas yang mencakup konsep waktu
(sejarah), ruang (tempat dan lokasi), struktur (ekonomi, politik, budaya, nilai, dan agama).
Analisis sosial merupakan hal peting yang harus dimiliki oleh manusia untuk dapat
mengerti apa dan bagaimana realitas yang tarjadi dalam kehidupan sehari-hari. Analisis sosial
sebagai salah satu poin dari rumusan nilai dasar pergerakan juga dianggap penting bagi kader
IPNU-IPPNU untuk dapat peka terhadap realitas yang ada disekelilingnya agar tidak tumbuh
sikap yang acuh tak acuh terhadap sekitarnya. Untuk mengetahui dan memahami bagaimana
realitas yang ada, butuh beberapa cara yang dijadikan sebagai pijakan untuk dapat mengetahui
gejala yang ada.
Secara umum analisis sosial terbagi menjadi dua bagian besar, yakni analisis sosial
akademis-teoritis & analisis sosial praktis. Menurut Anthony Giddens, secara filosofis terdapat
dua macam analisis sosial:
1. Analisis Institusional adalah ansos yang menekankan pada keterampilan dan
kesadaran faktor yang memperlakukan institusi sebagai sumber daya dan aturan
yang diprodusksi terus-menerus.
2. Analisis Perilaku Strategis adalah ansos yang memberikan penekanan institusi
sebagai sesuatu yang direproduksi secara sosial.

Tahapan Melakukan Analisis Sosial


Dalam studi ilmu-ilmu sosial, untuk menganalisis kondisi sosial maka kita harus
berpijak dalam empat paradigma yang didasarkan pada perbedaan anggapan meta-teori tentang
sifat dasar ilmu sosial dan sifat dasar dari masyarakat. Empat paradigma tersebut yang
dibangun atas pandangan-pandangan yang berbeda mengenai dunia sosial satu dengan yang
lain. Empat paradigma tersebut tersebut adalah humanis, strukturalis, fenomenologis, dan
fungsionalis.
Untuk menuju pada pilihan metode seperti apa yang layak diambil, maka kita harus
berangkat dari asumsi dasar yaitu ontologis, epistemologis, kecenderungan manusia (Human
Nature), metodologi;

1. Asumsi Ontologis
Asumsi yang berhubungan dengan intisari-pokok persoalan dari fenomena yang
sedang diteliti. Asumsi ontologis ini berawal dari pertanyaan “apa”? Jadi asumsi ontologis ini
apakah kenyataan yang diteliti sebagai sesuatu di luar yang mempengaruhi atau merusak di
dalam seseorang ataukah kenyataan itu justru hasil dari kesadaran seseorang.

62
Perdebatan mengenai hal-hal ontologis menghasilkan aliran nominalisme dan
realisme.
A. Nominalisme
I. Asumsi realitas yang ada di luar manusia hanyalah sekedar penamaan, konsep,
atau label yang digunakan dalam menjelaskan realitas sosial.
II. Penamaan hanyalah rekaan saja untuk menjelaskan, memberi pengertian, dan
memahami realitas.

B. Realisme
I. Realitas ada mendahului keberadaan seseorang terhadapnya.
II. Realitas sosial ada di luar seseorang, merupakan kenyataan yang berwujud, dapat
diserap, dan merupakan nisbi yang tetap. Artinya kenyataan itu lebih merupakan
entitas empiris.

2. Asumsi Epistomologi
Asumsi ini adalah mengenai dasar dari knowledge (groud of knowledge), bagaimana
seseorang dapat memahami-mengerti tentang lingkungan-dunia dan berkomunikasi dengan
menggunakan knowledge terhadap sesama manusia. Asumsi epistemologis ini berawal dari
pertanyaan “bagaimana”? Ialah bagaimana seseorang mulai memahami dunia sosial dan
mengomunikasikannya sebagai pengetahuan kepada orang lain.
a. Positivis
Konsep mengenai paradigma berfikir dengan pendekatan rasionalitas-
empiris, terhadap realitas semesta yang digagas oleh Aguste comte. Paradigma
postivisik perkembangannya sesuai dengan lahirnya masyarakat industri sebagai
acuan epistimologi (pengetahuan) untuk memahami realitas sosial-kemasyarakatan
dengan pendekatan science. Sesuai dengan perkembangannya, konsep mengenai
postivisik terus mengalami tahap evolusi sebagai sebuah krangka berfikir
rasionalias-empiris atau acuan pendektan ilmu pengetahuan terhadap objek kajian
ilmu pengetahuan yang berbasis dengan pendekatan alam atau sosial. hal ini
berkaitan dengan semakin banyaknya disiplin ilmu yang menggunakan paradigma
postivistik sebagai metodelogi atau pendekatan penelitian contohnya ilmu yang
membahas hakikat alam semesta dan sosial-kultural ke-masyaraktan yakni
fisika,biologi,kimia dan sosiologi,antropologi dan lain sebagainya yang tidak
terlepas dengan krangka epistimologi postivistik.
b. Anti-Positivis
Yaitu aliran yang tidak mau menerapkan suatu tatanan sosial terhadap
peristiwa sosial yang lain, jadi manusia bukanlah pengamat tetapi satu entitas yang
terlibat dalam struktur tatanan sosial.

3. Human Nature
Adapun asumsi kecendrrungan manusia (Human Nature) membawa kita kepada satu
upaya penyadaran diri. Asumsi mengenai hubungan antara mahluk hidup dan lingkungan. Kita
dapat mengidentifikasi perspektif pada ilmu sosial yang memerlukan pandangan dari sisi
manusia ke dalam situasi yang terjadi di dunia luar. Perspektif ini bertentangan dengan
perspektif dimana manusia dianggap sebagai pencipta dari lingkungannya sendiri. Manusia
mengontrol dan memiliki lingkungan yang dia ciptakan.

63
Adapun perdebatan tentang hakikat manusia membawa kita pada suatu upaya
penyadaran diri. Selanjutnya perdebatan ini menjadi perdebatan yang cukup tua dikalangan
umat Islam, yakni kaum Determinis (Qodariyah) dan Volunteris (Jabariyah). Kedua anggapan
ini merupakan unsur palin utama dan hakiki dalam ilmu sosial.
a. Determinis (Qodariyah)
Manusia sepenuhnya adalah pencipta dan berkemauan bebas, (lingkungan
ditentukan oleh kreatifitas manusia itu sendiri).
b. Volunteris (Jabariyah)
Manusia ditentukan oleh keadaan sekitar dimana dia berada.

4. Asumsi Methodologi
Ketiga asumsi di atas mempunyai implikasi langsung akan suatu metodologi.
Perbedaan antara ketiga asumsi tersebut cenderung memicu para peneliti sosial untuk
melakukan penelitiannya melalui metodologi yang berbeda. Asumsi terakhir sebenarnya
merupakan satu muara ketika perdebatan di atas akhirnya akan mengarah pada perbedaan
metodologis. Masing-masing asumsi di atas dalam perkembangan selanjutnya menghasilkan
cabang-cabang yang cukup banyak. Tapi yang akhirnya tercatat adalah perdebatan masing-
masing asumsi yang membawa pada aliran-aliran tertentu.
Perdebatan metodelogis melahirkan dua aliran besar pula yaitu: Ideografis dan
Nomotetis.
a. Ideografis
Seseorang hanya dapat memahami kenyataan sosial melalui pencapaian
pengetahuan langsung dari pelaku atau yang terlibat.
b. Nomotetis
Mementingkan adanya seperangkat teknik dan tata cara sistematis dalam
penelitian. Cara-cara ini mengutamakan teknik-teknik kualitatif dalam
melakukan analisis data (cara seperti ini lebih sering digunakan oleh
orangorang eksakta)

Dari semua asumsi dan perdebatan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa teori sosial terbagi
menjadi dua aliran besar yaitu:
1. Positivistik yang menggunakan ontologi realis, epistemologinya positivis,
pandangan sifat manusianya deterministik, dan metodologinya nomotetis.
2. Idealisme Jerman, sebaliknya, ontologinya nominalis, epistemologinya anti
positivis, pandangan sifat manusianya volunteristik, dan metodologinya
ideografis.
Empat Paradigma
Setelah melalui perdebatan yang panjang, para ahli sosiolog akhirnya sepakat untuk
menentukan cara baru dalam menganalisa empat paradigma (dengan tetap memasukkan unsur-
unsur penting dari asumsi di atas). Empat paradigma itu adalah:
1. Humanis Radikal, yaitu suatu paradigma yang dianut oleh orang-orang yang
berminat mengembangkan ilmu sosial perubahan radikal dari pandangan
subjektif pendekatan yang kemudian dipakai adalah nominalis, anti positivistik,
volunteris, dan ideografis. Pandangan dasarnya bahwa ada satu suprastruktur
ideologis di luar diri yang membelenggu dan berhasil memisahkan dirinya
dengan kesadarannya (alienasi) dan melahirkan kesadaran palsu.
2. Struktural Radikal, penganut paham ini juga berupaya memperjuangkan
sosiologi perubahan secara radikal. Yakni perubahan mendasar dengan

64
mengabaikan semua tatanan sosial yang membelenggu perkembangan diri
manusia karena pandangan ini bersifat utopis dan hanya memandang lurus ke
depan. Analisisnya cenderung menekankan pertentangan struktural, bentuk-
bentuk penguasaan dan pemerosotan harkat manusia pendekatan yang dipakai
adalah realis, positivis, determinis, dan nomotetis.
3. Paradigma Interpretatif, penganut paradigma ini cenderung menganut sosiologi
keteraturan yaitu ilmu sosial yang mengutamakan kesatuan dan kerapatan.
Pendekatannya cenderung nominalis, anti positivis, dan ideografis. Pada
perkembangan selanjutnya paradigma ini sering disebut sebagai aliran
fenomenologis.
4. Paradigma Fungsionalis, paradigma inilah yang paling banyak dianut di dunia.
Mereka condong kepada pendekatan realis, positivis, deterministis, dan
nomotetis. Rasionalitas merupakan “tuhan” bagi mereka, dia juga berpijak pada
sosiologi keteraturan.
Fungsi utama mengenal empat paradigma di atas adalah agar kita dapat memahami kerangka
berpikir seseorang dalam teori sosial dan merupakan alat untuk memetakan perjalanan
pemikiran teori sosial seseorang terhadap persoalan sosial pula. Dengan pemahaman ini, tiap
diri bisa memetakan teori-teori yang ada untuk kemudian dengan kesadaran masing masing
melalui pengalaman dan pemahamannya sendiri, memilih mana yang menurut Anda paling
sesuai.

Hubungan Kesadaran Manusia dengan Analisa Sosial


Kesadaran manusia dibagi menjadi tiga bagian:
1. Kesadaran Magis, menyadari dan memahami bahwa kehidupan sosial adalah
hasil dari kekuatan supra di luar kekuatan manusia.
2. Kesadaran Naif, kehidupan sosial adalah hasil dari karakter dan kualitas
manusia itu sendiri.
3. Kesadaran Kritis, kehidupan sosial adalah akibat dari sistem dan struktur yang
mendominasi masyarakat. Dan ada hubungan antar waktu (sejarah), antar
elemen, dan antara wilayah.
Dari apa yang diutarak sebelumnya bahwa analisis sosial merupakan seperangkat
aturan yang dijadikan sebagai metode untuk dapat mengurai apa dan bagaimana seseorang
kemudian dianggap telah melakukan analisis sosial. sederhananya ibarat ada peristiwa
kebakaran hutan. Dari fenomena kebakaran hutan seseorang akan memiliki beberapa prilaku
sosial. Jika orang tersebut merasa biasa saja dalam melihat fenomena kebakaran hutan, hanya
dengan sekedar anggapan kebakaran hutan merupakan fenomena alam biasa, Prilaku orang
tersebut bisa dikatakan belum bisa menganalisa fenomena yang terjadi. Beda halnya dengan
seseorang ketika merasa ada sesuatu yang janggal dari fenomena kebakaran hutan dengan
melihat penyebab dan dampak serta bagaimana kebakaran hutan terjadi merupakan karakter
dari orang yang telah melakukan analisa terhadap fenomena disekitarnya. dari contoh diatas
sehingga kemudian dalam hal ini sahabat IPNU-IPPNU dituntut untuk dapat melihat secara
lebih luas dan mengetahui bagaimana keadaan sosial yang ada di sekitarnya dengan tidak
hanya membiarkan saja.
Lebih jauh dalam menganalisis realitas sosial yang ada dan menjadi karakteristik di
IPNU-IPPNU yakni dikenal dengan paradigma kritis transformatif sebagai lanjutan dari
analisis sosial. paradigma kritis transformatif ini untuk melihat lebih jauh apa dan bagaimana
dalam menganalisa dan menyelesaikan fenomana yang terjadi dan paradigma kritis sebagai
dasar dalam bertindak atas berbagai persoala yang ada di sekitar kita.

65
LAGU MARS
MARS IPNU MARS IPPNU
Ciptaan: Drs. Shomuri Ciptaan : Mahbub Junaidi

Wahai Pelajar Indonesia, Sirnalah Gelap


Siapkanlah Barisanmu Terbitlah Terang
Bertekad Bulat Bersatu Mentari Timur Sudah Bercahya
Di Bawah Kibaran Panji IPNU Ayunkan Langkah Pukul Genderang
Segala Rintangan Mundur Semua
Ayo Hai,, Pelajar Islam Yang Setia
Kembangkanlah Agamamu Tiada Laut Sedalam Iman
Dalam Negara Indonesia Tiada Gunung Setinggi Cita
Tanah Air Yang Ku Cinta Sujud Kepala Kepada Tuhan
Dengan Berpedoman Tegak Kepala Lawan Derita
Kita Belajar Berjuang
Serta Bertakwa Di malam yang Sepi
di Pagi yang Terang Hatiku Teguh,,
Kita Bina Watak Nusa dan Bangsa Bagimu Ikatan,,
Tuk Kejayaan Masa Depan Di Malam Yang Hening
Bersatu Wahai Pelajar Islam Jaya Di Hati Membakar
Tunaikanlah Kewajiban Yang Mulia Hatiku Penuh Bagimu Pertiwi,,

Ayo Maju…Pantang Mundur… Mekar Seribu Bunga di Taman


Dengan Rahmat Tuhan Kita Perjuangkan Mekar Cintaku pada Ikatan
Ayo Maju…Pantang Mundur… Ilmu Kucari Amal Kuberi
Pasti Tercapai Adil Makmur Untuk Agama Bangsa Negeri

SYUBBANUL WATHON
Ciptaan : KH. Abdul Wahab

Pusaka Hati Wahai Tanah Airku


Cintamu dalam Imanku
Jangan Halangkan Nasibmu
Bangkitlah Hai Bangsaku

Pusaka Hati Wahai Tanah Airku


Cintaku dalam Imanku
Jangan Halangkan Nasibmu
Bangkitlah Hai Bangsaku

Indonesia Negeriku
Engkau Panji Martabatku
Siapa Datang Mengancammu
Kan Binasa di bawah dulimu

66
JADWAL KEGIATAN

Tanggal 17 Maret 2021

NO NAMA JAM TEMPAT PENJAB

1 Checking Peserta 08.00–09.00


MWC NU Panitia
2 Open Ceremonial 09.00-09.30
Paiton
3 Bedah Tema 09.30-11.00 Fasilitator
4 Ishoma + Pemberangkatan 11.00-13.00
Panitia
5 Materi 1 ( Analisa Diri) 13.00-14.00
6 Review Materi 14.00-14.30 Fasilitator
7 Ishoma (Ashar Berjamaah) 14.30-15.00
Materi 2 (Wawasan Panitia
8 15.00-16.00
Kebangsaan)
9 Review Materi 16.00-16.30 Fasilitator
10 Apel Sore 16.30-17.00 SC
Isho (Maghrib, Isya‟, & MI Firdan
11 17.00-19.00
Istighosah Berjamaah) Nadhira
Materi 3 (Leadership & Ke – Panitia
12 19.00-20.00
organisasi an)
13 Review Materi 20.00-20.30 Fasilitator
Materi 4 (Aswaja & Ke – NU
14 20.30-21.30 Panitia
an)
15 Review Materi 21.30-22.00 Fasilitator
16 Apel Malam 22.00-23.30 SC
17 Istirahat Malam 23.30-03.00 Panitia

Tanggal 18 Maret 2021

18 Tahajjud & Subuh Bejamaah 03.00–04.00


19 Istirahat 04.00-06.00
20 Senam 06.00-07.00
Panitia
21 Apel Pagi 07.00-08.00
Materi 5 ( Ke - IPNU an & Ke -
22 08.00-09.00
IPPNU an)
MI Firdan
23 Review Materi 09.00-09.30 Nadhira Fasilitator
24 Materi 6 (Analisa Sosial) 09.30-10.30 Panitia
25 Review Materi 10.30-11.00 Fasilitator
26 Ishoma (Dhuhur Berjamaah) 11.00-13.00 Panitia
Panitia &
27 Diskusi Panel 13.00-16.00
Fasilitator
67
28 Apel Sore 16.00-17.00 SC
Isho (Maghrib, Isya‟, &
29 17.00-19.00 Panitia
Istighosah Berjamaah)
Panitia &
30 Persiapan Pentas Seni 19.00-20.00
Fasilitator
31 Pentas Seni 20.00-23.00 Paniitia
32 Apel Malam 23.00-00.00 SC
33 Istirahat Malam 00.00-03.00 Panitia

Tanggal 19 Maret 2021


Panitia,
34 Pembaiatan 03.00–05.00
Fasilitator, & DK
35 Istirahat & Makan 05.00-07.00 MI Firdan
Nadhira
36 Kerja Bakti 07.00-08.00 Panitia
37 Pemulangan Peserta 08.00-09.00
MWC NU
38 Closing Ceremonial 09.00-11.00
Paiton

68
STRUKTUR KEPANITIAAN

Pelindung : PC IPNU-IPPNU.Kota Kraksaan.


Penanggung Jawab : Ketua PKPT IPNU-IPPNU Universitas Nurul Jadid
Steering Committee : Abdullah Adhim
Zainur Rahman
Eva Sofiatul Umam
Sri Wahyuningsih
Organizing Committee
Ketua : Iqbal Kalifuzzakky Al Ahkam
Sekretaris : Mutmainnah
Bendahara : Qurrotul Aini
Fasilitator : Faiz Syauqi
Agie Syahraen
Deny Rahman Gafur
Fina Ayu Anggraini
Fani

SEKSI – SEKSI

Seksi Acara : Fikitur Rahman


Konsumsi : Dayat
Perlengkapan : Ahmad Muhtadi
Pubdekdok : Anis
Feniatin Nabila

69

Anda mungkin juga menyukai