Anda di halaman 1dari 13

Persoalan-Persoalan pokok

dalam Pengembangan
Matematika Pendidikan
Matematika

Nurhazana Rizky Simanungkalit


16090032
Lemahnya pendidikan matematika di
Indonesia merupakan akibat tidak diajarkannya
filsafat atau latar belakang ilmu Matematika.
Dampaknya, peserta didik pandai mengerjakan
soal, tetapi tidak bisa memberikan makna dari
soal itu. Matematika hanya diartikan sebagai
sebuah persoalan hitung-hitungan yang siap
untuk diselesaikan atau dicari jawabannya.
Peserta didik lebih diposisikan hanya sebagai
pengguna ilmu.
Dunia pendidikan Matematika inovatif kontemporer
ada dua cara:

Intensif Ekstensif
merupakan pendidikan yaitu suatu dunia pendidikan
Matematika dimana dalam dimana dalam pelaksanaan
pelaksanaan proses kegiatan proses belajar mengajar
pembelajaran matematika, Matematika, pendidik dan
peserta didik harus berperan aktif
peserta didik dituntut untuk
dalam menggunakan kemampuan
menggunakan kemampuan dan pemikirannya secara luas
dan pikirannya secara dalam seluas-luasnya untuk
sedalam- dalamnya untuk memanfaatkan dan menerapkan
menerapkan konsep- konsep konsep- konsep yang ada dalam
yang ada dalam matematika Matematika untuk direalisasikan
untuk digunakan secara dalam kehidupan sehari- hari dan
maksimal oleh dirinya sendiri. kehidupan sosial bermasyarakat
Solusi permasalahan pokok dalam
pendidikan Matematika
Mengajarkan Berpikir Analitis
Sternberg, Grigorenko (2010) mengatakan bahwa
Kecerdasan analitis merupakan komponen pertama
dalam kecerdasan sukses. Hal ini meliputi pengarahan
secara sadar atas proses mental untuk menemukan
solusi yang masuk akal atas suatu permasalahan.

Tujuan dari kecerdasan berpikir analitis adalah


perpindahan dari suatu masalah menuju suatu solusi.
Mengajarkan Berpikir Kreatif

Strategi-strategi untuk berpikir kreatif


yang diciptakan oleh Sternberg,
Grigorenko (2010) diantaranya:
1. Mendefinisikan kembali masalah

Penerapan: pendidik dapat mendorong peserta didik untuk


menemukan suatu pertanyaan yang berbeda dalam menanyakan
masalah matematika yang dihadapinya.

2. Mempertanyakan dan menganalisis asumsi-asumsi

Penerapan: Pendidik dapat mendorong peserta didik untuk


mempertimbangkan.

3. Menjual ide-ide kreatif

Penerapan: Pendidik dapat mendorong peserta didik untuk


meyakinkan teman kelas bahwa metode-metode pemecahan
masalah matematika yang mereka ajukan adalah betul.
4. Membangkitkan ide-ide
Penerapan: Pendidik dapat meminta kepada peserta didik
membuat soal matematika dalam bentuk soal cerita.
5. Mengenali dua sisi pengetahuan
Penerapan: Pendidik dapat mendorong peserta didik
untuk mempertimbangkan suatu cara pemecahan soal
matematika yang selalu mereka gunakan lalu mencobanya
dengan cara yang lain.
6. Mengidentifikasi dan mengatasi hambatan
Penerapan: Pendidik dapat meminta peserta didik untuk
membandingkan metode baru dalam menyelesaikan
masalah perkalian dengan metode umum,
dan menyempurnakan metode baru tersebut sehingga
dengan metode itu lebih efisien dibanding dengan metode
umum.
7. Mengambil risiko-risiko dengan bijak
Penerapan: Pendidik dapat mendorong peserta didik untuk
mencoba memecahkan pembuktian luas daerah segitiga
yang sulit.
8. Menoleransi ambiguitas
Penerapan: Pendidik dapat menanyakan kepada peserta
didik untuk tetap mencoba memecahkan masalah yang
sampai saat ini belum terpecahkan keseluruhannya.
9. Membangun keandalan-diri
Penerapan: Pendidik dapat mendorong peserta didik
meluangkan waktu untuk memecahkan soal keliling dan
luas daerah segitiga yang cukup sulit.
10. Menemukan minat sejati
Penerapan: Pendidik dapat mendorong peserta didik
untuk memahami penggunaan matematika dalam
olahraga.
11. Menunda kepuasan
Penerapan: Pendidik dapat mengingatkan peserta didik
untuk menyelesaikan soal keliling dan luas daerah segitiga
yang demikian rumit.
12. Membuat model kreativitas
Penerapan: Pendidik dapat menyuruh peserta didik
menulis soal matematika berdasarkan olahraga yang
menarik perhatian mereka.
Mengajarkan Berpikir Praktis
Sternberg, Grigorenko(2010) mengatakan
bahwa hampir tiap orang mengetahui bahwa
para pemikir yang baik itu seringkali membuat
berbagai kesalahan dan gagal melaksanakan
tugasnya. Pemikiran bagus mereka seolah-
olah sia-sia ketika mereka berkonfrontasi
dengan masalah praktis, masalah-masalah
dunia nyata.
Daftar penghalang berpikir praktis, sebagai
berikut:
Kurangnya motivasi
Kurangnya pengendalian nafsu
Kurangnya ketekunan atau ketekunan yang berlebih-lebihan
Menggunakan kemampuan yang salah
Ketidakmampuan menerjemahkan pikiran kedalam tindakan
Kurangnya orientasi pada produk
Ketidakmampuan menyelesaikan tugas dan melanjutkannya
Kegagalan mengawali proyek
Takut gagal
Menunda-nunda atau menangguh-nangguhkan
Kekeliruan dalam menemukan penyebab masalah
Terlalu mengasihani diri
Daftar penghalang berpikir praktis,
sebagai berikut
Ketergantungan yang berlebih-lebihan
Berkutat dalam kesulitan-kesulitan pribadi
Kekacauan pikiran dan lemahnya konsentrasi pikiran
Terlalu sedikit atau terlalu lebar dalam membuka diri
Ketidakmampuan atau keengganan untuk melihat
masalah dalam perspektif yang lebih luas atau
menyeluruh
Kurangnya keseimbangan antara berpikir analitis,
kreatif dan praktis.
Rasa percaya diri yang terlalu kecil atau besar.

Anda mungkin juga menyukai