Anda di halaman 1dari 31

ANALISIS PENGELOLAAN BADAN USAHA MILIK NAGARI (BUMNag)

DALAM MENINGKATKAN EKONOMI MASYARAKAT


(Studi Kasus pada BUMNag Batang Simonce di Nagari Kumango
Kec.Sungai Tarab Kab.Tanah Datar)

PROPOSAL SKRIPSI

Ditulis Sebagai Syarat untuk Penulisan Skripsi


Pada Program Studi Pengembangan Masyarakat Islam
Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah

Oleh

DEWI ISMA PUTRI


NIM. 1930305004

PROGRAM STUDI PENGEMBANGAN MASYARAKAT ISLAM


FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGRI (UIN)
MAHMUD YUNUS
BATUSANGKAR
1444H/2023M
perkembangan, berdasarkan observasi awal yang peneliti lakukan dengan Wali
Nagari Kumango (Bapak Zamora) pada tanggal 06 Februari 2023, beliau
menyatakan bahwa;
“Selama didirikannya BUMNag Batang Simonce dari tahun ke tahun belum
mengalami perkembangan, BUMNag ini juga belum mampu menghasilkan
keuntungan baik untuk berkonstribusi dalam meningkatkan pendapatan
asli nagari maupun keuntungan bagi badan usaha itu sendiri, justru
sejauh ini BUMNag Batang Simonce selalu mengalami kerugian atas
setiap unit usaha yang dijalankannya”.

BUMNag Batang Simonce juga pernah mendapatkan pelatihan dalam


bentuk sosialisasi yang diadakan oleh Pemerintah Provinsi/Kabupaten yang
menjadi tupoksi dari Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa
Provinsi/Kabupaten (DPMD Prov/Kab), namun upaya tersebut belum
memberikan pengaruh terhadap perkembangan BUMNag Batang Simonce. Disisi
lain, peran BUMNag bagi masyarakat juga belum mampu dirasakan oleh
masyarakat, sejauh ini masyarakat hanya mengenal BUMNag Batang Simonce
sebagai Badan Usaha Milik Nagari tanpa mengetahui apa peran dan manfaat
dengan didirikannya BUMNag di Nagari tersebut, dalam artian eksistensi
BUMNag hanya sebatas papan nama saja.
Berdasarkan permasalahan tersebut oleh karena itu peneliti tertarik untuk
mengangkat penelitian ini dengan judul “ANALISIS PENGELOLAAN
BUMNAG BATANG SIMONCE DALAM MENINGKATKAN EKONOMI
MASYARAKAT (Studi Kasus pada BUMNag Batang Simonce di Nagari
Kumango Kec.Sungai Tarab Kab.Tanah Datar)”.

B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang permasalahan diatas, maka yang menjadi fokus dalam
penelitian ini adalah Analisis Pengelolaan BUMNag dalam Meningkatkan
Ekonomi Masyarakat.
5. Langkah Pengelolaan
Afifiddin (dalam Wendri, 2018) menyatakan bahwa langkah- langkah
pelaksanaan pengelolaan berdasarkan tujuan adalah sebagai berikut:
a. Menentukan strategi
b. Menentukan sarana dan batasan tanggung jawab
c. Menentukan target yang mencakup kriteria hasil, kualitas dan batasan
waktu
d. Menentukan pengukuran pengoperasian tugas dan rencana.
e. Menentukan standar kerja yang mencakup efektivitas dan efisiensi
f. Menentukan ukuran untuk menilai
g. Mengadakan pertemuan
h. Pelaksanaan.
i. Mengadaan penilaian
j. Mengadakan review secara berkala.
k. Pelaksanaan tahap berikutnya, berlangsung secara berulang-
ulang.waktu.

C. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)


1. Definisi BUMDes
Dalam UU Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 1 ayat 6, BUMDes adalah
badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya dimiliki oleh desa
melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan desa yang
dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan dan usaha lainnya untuk
sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat desa. BUMDes lahir sebagai
lembaga desa yang berfungsi menciptakan kesejahteraan masyarakat desa
dengan memanfaatkan aset dan potensi yang dimiliki desa dengan
dipersenjatai modal penyertaan dari desa.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2014 tentang Peraturan
Pelaksanaan UU No 6 Tahun 2014 tentang Desa tertulis bahwa setiap desa
dapat membentuk BUMDes. Pendirian BUMDes didirikan atas dasar
prakarsa masyarakat, dan dibuat berdasarkan kebutuhan dan potensi desa
(dalam Natipulu, Pasaribu & Sihombing 2022). Yang dimaksud dengan
kebutuhan dan potensi desa adalah
a. Kebutuhan masyarakat terutama dalam pemenuhan kebutuhan pokok;
b. Tersedianya sumber daya desa yang belum dimanfaatkan secara optimal;
c. Tersedianya sumber daya manusia yang mampu mengelola badan usaha
sebagai asset penggerak perekonomian masyarakat; serta
d. adanya unit-unit yang merupakan kegiatan ekonomi
Sebagai sebuah usaha desa, pembentukan BUM Desa adalah benar-benar
untuk memaksimalisasi potensi masyarakat desa baik itu potensi ekonomi,
sumber daya alam, ataupun sumber daya manusianya (dalam Kashogi,
Radjab & Bustanuddin, 2022). Pembentukan BUMDes juga bertujuan
sebagai lokomotif pembangunan ekonomi lokal tingkat desa. Pembentukan
ekonomi lokal desa ini didasarkan oleh kebutuhan, potensi kapasitas desa
dan penyertaan modal dari pemerintah desa dalam bentuk pembiayaan dan
kekayaan desa dengan tujuan akhirnya adalah meningkatkan taraf ekonomi
masyarakat desa. Dasar pembentukan BUMDes sebagai lokomotif
pembangunan di desa lebih dilatarbelakangi pada prakarsa pemerintah dan
masyarakat desa dengan berdasarkan pada prinsip koperatif, partisipatif dan
emansipatif dari masyarkat desa (dalam Emirzon dkk, 2021).
Menurut Tama dan Yanuardi (dalam Miftahusyai’an dkk, 2023)
pembentukan BUMDes dilakukan untuk membangun daerah pedesaan yang
dapat dicapai melalui program pemberdayaan masyarakat untuk
meningkatkan produktivitas dan keanekaragaman usaha pedesaan,
ketersediaan sarana dan fasilitas untuk mendukung ekonomi pedesaan,
membangun dan memperkuat instuisi yang mendukung rantai produksi dan
pemasaran, serta mengoptimalkan sumber daya alam sebagai pijakan awal
pertumbuhan ekonomi pedesaan. Berdasarkan hal tersebut maka keberadaan
BUMDes menjadi salah satu pertimbangan penting untuk menyalurkan
inisiatif masyarakat desa dalam mengembangkan potensi desa, mengelola
dan memanfaatkan potensi sumber daya alam desa, mengoptimalkan sumber
daya manusia dalam pengelolaannya, dan adanya penyertaan modal dari
pemerintahan desa dalam bentuk pembiayaan dan kekayaan desa yang
diserahkan untuk dikelola sebagai bagian dari BUMDes.
Dasar pemikiran kehadiran BUMDes adalah mampu menaungi
aktivitas ekonomi yang dikelola secara kolektif oleh desa dan strategi ini
dipilih agar kelompok-kelompok penggiat ekonomi mikro yang sedang
dtumbuhkembangkan oleh pemerintah melalui bantuan-bantuan langsung
dapat terhubung dengan BUMDes. Tidak hanya itu, BUMDes juga
diharapkan mampu membantu masyarakat dalam segala hal antara lain
memenuhi kebutuhan sehari-hari, menjadi peluang usaha atau lapangan
pekerjaan, serta menambah wawasan masyarakat desa (dalam buku Inspirasi
Sektor Usaha BUMDes).

2. Dasar Hukum Pedirian BUMDes


Dikutip dari
https://ntt.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/02/KEWENANGAN-
PEMERINTAH-DESA-DALAM-MENDIRIKAN.pdf Landasan hukum
mengenai pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) terdapat dalam :
a. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 213
ayat 1 tentang Pemerintah Daerah
b. PP No. 72 Tahun 2005 tentang Desa Pasal 78 ayat 1
c. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 39 Tahun 2010 tentang Badan
Usaha Milik Desa.
d. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;
e. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 Tahun 2014 Pasal
213 ayat 1 tentang Peraturan Pelaksana Undang-Undang Nomor 6 Tahun
2014 tentang Desa.
3. Tujuan Pendirian BUMDes
Suleman (dalam buku Tata Kelola BUMDes dalam Pengembangan
Desa Wisata yang dikarang oleh Revida, 2022) menjelaskan maksud dan
tujuan dari pembentukan BUMDes antara lain sebagai berikut ;
a. Menumbuhkembangkan perekonomian desa
b. Meningkatkan sumber pendapatan asli daerah
c. Menyelenggarakan kemanfaatan umum berupa penyediaan jasa bagi
peruntukan hajat masyarakat desa
d. Sebagai perintis bagi kegiatan usaha desa

Sedangkan dalam Permendes PDTT No 4 Tahun 2015 Pasal 3 tujuan


pendirian BUMDes adalah;
1) Meningkatkan perekonomian desa;
2) Mengoptimalkan aset desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan desa;
3) Meningkatkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi
desa;
4) Mengembangkan rencana kerja sama usaha antar desa dan/atau dengan
pihak ketiga;
5) Menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung kebutuhan
layanan umum warga;
6) Membuka lapangan kerja;
7) Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan pelayanan
umum, pertumbuhan dan pemerataan ekonomi desa; dan
8) Meningkatkan pendapatan masyarakat desa dan Pendapatan Asli Desa.

dan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2021 Pasal 3 BUMDes/


BUMDes bersama bertujuan untuk :
a) Melakukan kegiatan usaha ekonomi melalui pengelolaan usaha, serta
pengembangan investasi dan procluktivitas perekonomian, dan potensi
desa;
b) Melakukan kegiatan pelayanan urnum melalui penyediaan barang dan
atau jasa serta pemenuhan kebutuhan umurn masyarakat desa, dan
mengelola lumbung pangan desa;
c) Memperoleh keuntungan atau la,ba bersih bagi peningkatan pendapatan
asli desa serta mcngembangkan sebesar-hesa.rnya manfaat atas surnber
daya ekonomi masyarakat desa;
d) Pemanfaatan aset desa gllna menciptakan nilai tan:bah atas aset desa;
dan,
e) Mengembangkan ekosistem ekonomi digital di desa
Selain itu terdapat tujuan umum dan tujuan khusus Pembentukan
BUMDes, tujuan umum pembentukan BUMDes adalah
mengorganisasikan kegiatan usaha yang ada di desa guna peningkatan
perekonomian dan kesejahteraan masyarakat desa. Sedangkan tujuan
khusus yaitu Meningkatnya PADes (Pendapatan Asli Desa) dan
pengolahan potensi desa, memeberikan pelayanan terhadap kebutuhan
masyarakat dan membuka peluang berwiraswasta (dalam Devi
&Arisena, 2022).

4. Prinsip Pengelolaan BUMDes


Menurut Inayah (2021) dalam mewujudkan tujuan BUMDes, Terdapat
lima prinsip dalam pengelolaan Badan Usaha Milik Desa diataranya yaitu:
a. Profesional
artinya seluruh pihak yang terlibat dalam BUMDes harus mampu
melaksanakan kerjasama dengan baik untuk pengembangan dan
kelangsungan hidup usahanya.
b. Partisipatif
artinya seluruh pihak bersedia secara sukarela baik memberikan
dukungan maupun berkontribusi dalam memajukan BUMDes.
c. Terbuka dan Bertanggung Jawab
yaitu semua pengelolaan yang berkaitan dengan BUMDes dapat
diketahui oleh masyarakat secara mudah dan terbuka, serta dapat
dipertanggung jawabkan atas kinerjanya dalam mengelola BUMDes.
d. Prioritas sumber daya lokal
yaitu BUMDes dikelola sesuai dengan potensi desa.
e. Berkelanjutan
yaitu kegiatan usaha BUMDes harus dapat dikembangkan oleh
masyarakat desa dalam wadah BUMDes.

Secara umum Prinsip-prinsip dalam pengelolaan BUMDes penting untuk


diuraikan lebih mendalam agar dapat dipahami dan dipersepsikan dengan
cara yang sama oleh pemerintah desa, anggota (penyertaan modal), BPD,
Pemerintah kabupaten/walikota, dan masyarakat. Prinsip pengelolaan yang
dimaksud, yaitu :
1) Kooperatif. Semua komponen yang terlibat di dalam BUMDes harus
bisa melakukan kerjasama yang baik demi pengembangan dan
kelangsungan hidup usahanya.
2) Partisipatif. Semua komponen yang terlibat di dalam BUMDes harus
bersedia secara sukarela atau diminta untuk memberikan dukungan dan
kontribusi yang dapat mendorong kemajuan usaha BUMDes.
3) Emansipatif. Semua komponen yang terlibat di dalam BUMDes wajib
diperlakukan sama tanpa memandang golongan, suku, dan agama,
karena setiap masyarakat memiliki hak yang sama.
4) Transparan. Aktivitas yang berpengaruh kepada kepentingan
masyarakat umum harus dapat diketahui oleh seluruh lapisan
masyarakat dengan mudah dan terbuka.
5) Akuntabel. Seluruh kegiatan usaha harus dapat dipertanggung jawabkan
secara teknis maupun administratif kepada lembaga yang berwenang
dan masyarakat.
6) Sustainable. Kegiatan usaha yang dilakukan harus dapat dikembangkan
dan dilestarikan oleh masyarakat dalam wadah BUMDes secara
berkelanjutan.

Prinsip dasar pengelolaan BUMDes tersebut diharapkan dapat membawa


pengaruh positif dalam kinerja dan produktivitas anggotanya.

5. Struktur Organisasi Pengelola BUMDes


Berdasarkan permendes Nomor 4 tahun 2015 pasal 9 organisasi pengelola
BUMDes terpisah dari organisasi pemerintahan Desa. Pada pasal 10 ayat
(1) struktur organisasi pengeloaan BUMDes terdiri dari;
a. Penasehat
b. Pelaksana operasional, dan
c. Pengawas.
Dalam PP 11 Tahun 2021 mengatur tentang tugas dari masing-masing
pengelola BUMDes, diantaranya yaitu;
1) Penasehat, bertugas:
a) Memberikan masukan dan nasihat kepada pelaksana operasional
dalam melaksanakan pengelolaan BUM Desa/ BUM Desa bersama;
b) Menelaah rancangan rencana program kerja dan menetapkan rencana
program kerja BUM Desa/BUM Desa bersama berdasarkan
keputusan musyawarah Desa/Musyawarah antar desa;
c) Menampung aspirasi untuk pengembangan usaha dan organisasi
BUM Desa/BUM Desa bersama sesuai dengan anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga;
d) Bersama pengawas, menelaah laporan semesteran atas pelaksanaan
pengelolaan usaha BUM Desa/BUM Desa Bersama;
e) Bersama pengawas, menelaah laporan tahunan atas pelaksanaan
pengelolaan usaha BUM Desa/BUM Desa bersama untuk diajukan
kepada Musyawarah Desa/Musyawarah Antar Desa;
f) Memberikan pertimbangan dalam pengembangan usaha dan
organisasi bum desa/bum desa bersama sesuai dengan anggaran
dasar dan anggaran rurnah tangga dan/atau keputusan Musyawarah
Desa/Musyawarah antar desa;

2) Pelaksana Operasional, bertugas:


a) Menjalankan segala tindakan yang berkaitan dengan pengurusan
BUM Desa/BUM Desa Bersama untuk kepentingan BUM
Desa/BUM Desa Bersama dan sesuai dengan maksud dan tujuan
BUM Desa/BUM Desa Bersama, serta mewakili BUM Desa/BUM
Desa Bersama di dalam dan/atau di luar pengadilan mengenai segala
hal dan segala kejadian, dengan pembatasan sebagaimana diatur
dalam anggaran dasar BUM Desa/BUM Desa Bersama, keputusan
Musyawarah Desa/Musyawarah Antar Desa, dan/atau ketentuan
Peraturan Perundang-Undangan;
b) Menyusun dan melaksanakan rencana program kerja BUM
Desa/BUM Desa Bersama;
c) Menyusun laporan semesteran pelaksanaan pengelolaan usaha BUM
Desa/ BUM Desa bersama untuk diajukan kepada penasihat dan
pengawas;
d) Menyusun laporan tahunan pelaksanaan pengelolaan usaha BUM
Desa/ BUM Desa bersama untuk diajukan kepada Musyawarah
Desa/Musyawarah Antar Desa setelah ditelaah oleh penasihat dan
pengawas:
e) Atas permintaan penasihat, menjelaskan persoalan pengelolaan
BUM Desa/BUM Desa bersama kepada penasihat;
f) Menjelaskan persoalan pengelolaan BUM Desa/BUM Desa bersama
kepada Musyawarah Desa/Musyawarah Antar Desa; dan
g) Bersama dengan penasihat dan pengawas, menyusun dan
menyampaikan analisis keuangan, rencana kegiatan dan kebutuhan
dalam rangka perencanaan penambahan modal desa dan/atau
masyarakat desa untuk diajukan kepada Musyawarah
Desa/Musyawarah Antar Desa

3) Pengawas, bertugas:
a) Melakukan pengawasan terhadap kebijakan pengurusan dan jalannya
pengurusan BUM Desa/BUM Desa bersama oleh pelaksana
operasional termasuk pengawasan terhadap pelaksanaan program
kerja, sesuai dengan anggaran dasar, keputusan Musyawarah
Desa/Musyawarah Antar Desa, dan/atau ketentuan Peraturan
Perundang-Undangan;
b) Melakukan audit investigatif terhadap laporan keuangan BUM
Desa/BUM Desa bersama;
c) Menyampaikan laporan hasil pemeriksaan atau pengawasan tahunan
kepada Musyawarah Desa/ Musyawarah Antar Desa;
d) Melakukan telaahan atas laporan semesteran pelaksanaan
pengelolaan usaha BUM Desa/BUM Desa bersama dari pelaksana
operasional untuk diajukan kepada penasihat;
e) bersama dengan penasihat, menelaah rencana program kerja yang
diajukan dari pelaksana operasional untuk diajukan kepada
Musyawarah Desa/ Musyawarah Antar Desa;
f) Bersama dengan penasihat, melakukan telaahan atas laporan tahunan
pelaksanaan pengelolaan usaha BUM Desa/BUM Desa bersama oieh
pelaksana operasional sebelum diajukan kepada Musyawarah Desa/
Musyawarah Antar Desa;
g) Bersama penasihat, menelaah laporan tahunan pelaksanaan
pengelolaan Usaha BUM Desa/BUM Desa bersama untuk diajukan
kepada Musyawarah Desa/Musyawarah Anrar Desa; dan
h) Memberikan penjelasan atau keterangan tentang hasil pengawasan
dalam Musyawarah Desa dan/atau Musyawarah Antar Desa.

6. Klasifikasi Jenis Usaha BUM Desa


Berdasarkan Permendes PDTT Nomor 4 Tahun 2015 pasal 19 s/d 24
adapun jenis usaha yang dapat dijalankan BUMDes yaitu;
Pasal 19
a. BUM Desa dapat menjalankan bisnis sosial (social business) sederhana
yang memberikan pelayanan umum (serving) kepada masyarakat
dengan memperoleh keuntungan finansial.
b. Unit usaha dalam BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat memanfaatkan sumber daya lokal dan teknologi tepat guna,
meliputi:
1) Air minum desa;
2) Usaha listrik desa;
3) Lumbung pangan; dan
4) Sumber daya lokal dan teknologi tepat guna lainnya.
c. Ketentuan mengenai pemanfaatan sumber daya local sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Desa dan teknologi
tepat guna.

Pasal 20
a. BUM Desa bisa menggerakkan usaha persewaan (renting) barang untuk
layani keperluan orang Desa dan diperuntukkan untuk mendapat
Penerimaan Asli Desa (PADes).
b. Unit usaha dalam BUM Desa seperti diartikan di ayat (1) bisa jalankan
pekerjaan usaha persewaan mencakup: alat transportasi; perkakas pesta;
gedung pertemuan; rumah toko; tanah punya BUM Desa; dan barang
sewaan yang lain.

Pasal 21
a. BUM Desa bisa jalankan bisnis penghubung (brokering) yang memberi
layanan service ke masyarakat.
b. Unit usaha dalam BUM Desa seperti diartikan di ayat (1) bisa jalankan
pekerjaan usaha penghubung yang mencakup: layanan pembayaran
listrik; pasar Desa untuk pasarkan produk yang dibuat warga; dan
layanan service yang lain.

Pasal 22
a. BUM Desa bisa menggerakkan usaha yang berproduksi dan/atau
berdagang (trading) banyak barang spesifik untuk penuhi keperluan
orang atau ditawarkan di nilai pasar yang semakin luas.
b. Unit usaha dalam BUM Desa seperti diartikan di ayat (1) bisa jalankan
pekerjaan perdagangan (trading) mencakup: pabrik es; pabrik asap cair;
hasil pertanian; media produksi pertanian; sumur sisa tambang; dan
pekerjaan usaha produktif yang lain.

Pasal 23
a. BUM Desa bisa menggerakkan usaha keuangan (financial business)
yang penuhi keperluan sejumlah usaha nilai micro yang dikerjakan oleh
aktor usaha ekonomi desa.
b. Unit usaha dalam BUM Desa seperti diartikan di ayat (1) bisa memberi
akses credit dan pinjaman yang gampang dicapai oleh orang desa.

Pasal 24
a. BUM Desa bisa jalankan bisnis bersama (holding) selaku induk dari
unit- unit usaha yang diperkembangkan orang desa baik pada nilai lokal
desa atau lokasi pedesaan.
b. Unit-unit usaha seperti diartikan di ayat (1) bisa berdiri dengan sendiri
yang ditata dan diatur secara sinergis oleh BUM Desa supaya tumbuh
jadi usaha bersama.
c. Unit usaha dalam BUM Desa seperti diartikan di ayat (1) bisa jalankan
pekerjaan usaha bersama mencakup: peningkatan kapal Desa bertaraf
besar untuk mengorganisasi nelayan kecil supaya upayanya bertambah
pengembangan; Desa Tamasya yang mengatur serangkaian macam
usaha dari kumpulan warga; dan pekerjaan usaha bersama yang
mengkonsolidasikan macam usaha lokal yang lain.

D. Peningkatan Ekonomi Masyarakat


1. Definisi Peningkatan
Menurut Adi.S, (dalam Deni, 2018) Peningkatan adalah Peningkatan
berasal dari kata tingkat yang berarti lapis atau lapisan dari sesuatu yang
kemudian membentuk susunan. Peningkatan adalah usaha untuk membuat
sesuatu menjadi lebih baik dari pada sebelumnya. Suatu usaha untuk
tercapainya suatu peningkatan biasanya diperlukan perencanaan dan
eksekusi yang baik. Perencanaan dan eksekusi ini harus saling berhubungan
dan tidak menyimpang dari tujuan yang telah ditentukan. Peningkatan juga
dapat berarti penambahan keterampilan dan kemampuan agar menjadi lebih
baik. Selain itu, peningkatan juga berarti pencapaian dalam proses, ukuran,
sifat, hubungan dan sebagainya. Secara umum, peningkatan merupakan
upaya untuk menambah derajat, tingkat, dan kualitas maupun kuantitas.
Kata peningkatan juga dapat menggambarkan perubahan dari
keadaan atau sifat yang negatif berubah menjadi positif. Sedangkan hasil
dari sebuah peningkatan dapat berupa kuantitas dan kualitas. Kuantitas
adalah jumlah hasil dari sebuah proses atau dengan tujuan peningkatan.
Sedangkan kualitas menggambarkan nilai dari suatu objek karena terjadinya
proses yang memiliki tujuan berupa peningkatan. Hasil dari suatu
peningkatan juga ditandai dengan tercapainya tujuan pada suatu titik
tertentu. Dimana saat suatu usaha atau proses telah sampai pada titik
tersebut maka akan timbul perasaan puas dan bangga atas pencapaian yang
telah diharapkan (dalam Nuriyanto, 2020)
Berdasarkan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa peningkatan
adalah upaya dalam memberikan nilai tambah terhadap sesuatu melalui
serangkaian cara dengan harapan mendapatkan hasil yang lebih baik dari
sebelumnya.
2. Definisi Ekonomi
Ekonomi berasal dari bahasa yunani “Oikonomia” yang terdiri dari
kata “oikos” yang berarti rumah tangga dan “nomos” yang berarti aturan.
Kata “Oikonomia” mengandung arti aturan yang berlaku untuk memenuhi
kebutuhan hidup rumah tangga. Menururt Henri faisal mendefinisikan
bahwa ekonomi adalah kegiatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan
hidup, maka ekonomi merupakan kegiatan peningkatan taraf hidup untuk
mencapai kesejahteraan untuk mencukupi kebutuhan hidup secara materi
(dalam Ramanda, 2019).
Ekonomi merupakan aktivitas manusia yang berhubungan dengan
produksi, distribusi, pertukaran, dan konsumsi barang dan jasa. Ekonomi
juga dikatakan sebagai ilmu yang menerangkan cara-cara menghasilkan,
mengedarkan, membagi serta memakai barang dan jasa dalam masyarakat
sehingga kebutuhan materi masyarakat dapat terpenuhi sebaik-baiknya.
Kegiatan ekonomi dalam masyarakat adalah mengatur urusan harta
kekayaan baik yang menyangkut kepemilikkan, pengembangan maupun
distribusi (dalam Gunawan, 2014). Dengan kata lain, Ekonomi merupakan
ilmu tentang perilaku dan tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya yang banyak, bervariasi dan berkembang dengan sumber daya
yang ada melalui perubahan-perubahan kegiatan produksi, konsumsi dan
distribusi (dalam Harahap, 2018).
Menurut Paul A. Samuelson ekonomi merupakan cara-cara yang
dilakukan oleh manusia dan kelompoknya untuk memanfaatkan sumber-
sumber yang terbatas untuk memperoleh komoditi dan mendistribusikannya
untuk dikonsumsi oleh masyarakat (dalam Ningsih, 2022). Dalam bukunya
yang berjudul economic samuelson juga menjelaskan definisi ekonomi
antara lain:
a. Ilmu ekonomi adalah suatu studi mengenai kegiatan-kegiatan yang
menyangkut produksi dan tansaksi di antara banyak orang.
b. Ilmu ekonomi menganalisis setiap gerakan dan perusahaan yang terjadi
dalam keseluruhan ekonomi misalnya kecenderungan (trends) dalam
harga hasil produksi dan pengangguran. Begitu gejala tadi terlibat maka
ilmu ekonomi dapat dimanfaatkan oleh pemerintah untuk
mengembangkan kebijakan-kebijakan ekonominya.
c. Ilmu ekonomi merupakan ilmu mengenai pilihan. Ilmu ini mempelajari
bagaimana orang memilih menggunakan sumber daya produksi yang
langka atau terbatas (misalnya tanah, tenaga kerja, mesin, keterampilan
teknis) untuk memproduksi berbagai komoditi (misalnya beras, daging,
pakaian, televisi, jalan raya, senjata) dan menyalurkan ke berbagai
anggota masyarakat untuk segera dikonsumsikan.
d. Ilmu ekonomi adalah suatu studi mengenai perilaku manusia dalam
mengusahakan dan mengatur kegiatan konsumsi dan produksinya.
e. Ilmu ekonomi merupakan suatu studi tentang uang, suku bunga, modal
dan kekayaan.
Kemudian dari sekian banyak definisi di atas, Samuelson membuat
rangkuman yang banyak disepakati oleh kebanyakan ahli ekonomi sebagai
berikut:
“Ilmu ekonomi merupakan suatu studi tentang perilaku orang dan
masyarakat dalam memilih menggunakan sumber daya yang langka dan
yang memiliki beberapa alternatif penggunaan dalam rangka memproduksi
berbagai komoditi untuk kemudian menyalurkannya, baik saat ini maupun
di masa depan kepada berbagai individu dan kelompok yang ada dalam
suatu masyarakat.” (dalam Ahman & Rohmana, 2014).

3. Definisi Masyarakat
Menurut M.J. Herskovits (dalam Zulhendra, 2018) menyatakan bahwa
masyarakat adalah kelompok individu yang diorganisasikan, yang
mengikuti satu cara hidup tertentu. Sedangkan JL. Gillin dan J.P. Gillin
mengatakan bahwa masyarakat adalah kelompok manusia terbesar yang
mempunyai kebiasaan, tradisi, sikap, dan perasaan persatuan yang sama.
S.R. Steinmetz, memberikan batasan mengenai masyarakat sebagai
kelompok manusia yang terbesar meliputi pengelompokan manusia yang
lebih kecil yang mempunyai perhubungan erat dan teratur. Pendapat dari
Maclver yang mengatakan bahwa masyarakat adalah satu sistem cara kerja
dan prosedur, dari otoritas dan saling membantu yang meliputi kelompok-
kelompok dan pembagian-pembagian sosial lainya, system pengawasan
tingkah laku manusia dan kebebasan, sistem yang kompleks dan selalu
berubah,atau jaringan relasi sosial. Jadi, masyarakat timbul dari adanya
kumpulan individu yang telah cukup lama hidup dan berkerja sama.
Lebih lanjut Maclver menyatakan bahwa masyarakat adalah satu
sistem dari pada cara kerja dan prosedur, dari pada otoritas dan saling bantu
membantu yang meliputi kelompok-kelompok dan pembagian-pembagian
sosial lain, sistem dari pengawasan tingkah laku manusia dan kebebasan.
Jadi yang menjadi unsur dari masyarakat ialah:
a. Harus ada kelompok (pengumpulan) manusia,dan harus banyak
jumlahnya
b. Telah berjalan dalam waktu yang lama dan bertempat tinggal dalam
daerah yang tertentu
c. Adanya aturan (undang-undang) yang mengatur mereka bersama, untuk
maju kepada satu cita-cita yang sama.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia masyarakat adalah sejumlah
manusia dalam arti yang seluas-luasnya dan terikat oleh suatu kebudayaan
yang mereka anggap sama. Sedangkan masyarakat desa adalah penduduk
yang mempunyai mata pencaharian dari sektor pertanian, peternakan,
perikanan atau gabungan dari kesemuanya itu dan yang sistem budaya dan
sistem sosialnya mendukung mata pencaharan itu. Menurut Soerjono
Soekanto (2006: 166-167) masyarakat pedesaan pada hakikatnya bersifat
gradual. Warga suatu masyarakat pedesaan mempunyai hubungan yang
lebih erat dan lebih mendalam ketimbang hubungan mereka dengan warga
masyarakat pedesaan lainnya. Sistem kehidupannya berkelompok atas dasar
sistem kekeluargaan. Penduduk masyarakat desa pada umumnya hidup dari
pertanian, walaupun terlihat adanya tukang kayu, tukang membuat genteng
dan bata, tukang bangunan, akan tetapi inti pekerjaan penduduk pedesaan
adalah pertanian. Masyarakat ditandai oleh ciri-ciri, yaitu adanya interaksi,
ikatan pola tingkah laku yang khas didalam semua aspek kehidupan yang
bersifat mantap dan kontinyu, dan adanya rasa identitas terhadap kelompok,
dimana individu yang bersangkutan menjadi anggota kelompoknya.
Ciri-ciri masyarakat desa Menurut Abdul Syani dalam Basrowi
(2005 :41) menyebutkan bahwa masyarakat ditandai oleh empat ciri, yaitu
danya interaksi, ikatan pola tingkah laku yang khas didalam semua aspek
kehidupan yang bersifat mantap dan kontinyu, serta adanya rasa identtas
terhadap kelompok, dimana individu yang bersangkutan menjadi anggota
kelompoknya. Sedangkan Soerjono Soekanto (2006: 156-157) menyatakan
bahwa sebagai suatu pergaulan hidup atau suatu bentuk kehidupan bersama
manusia, maka masyarakat itu mempunyai ciri-ciri pokok sebagai berikut :
1) Manusia yang hidup bersama. Di dalam ilmu sosial tak ada ukuran yang
mutlak ataupun angka yang pasti untuk menentukan berapa jumlah
manusia yang harus ada. Akan tetapi, secara teoritis angka minimumnya
ada dua orang yang hidup bersama.
2) Bercampur untuk wilayah yang cukup lama. Kumpulan dari manusia
tidaklah sama dengan kumpulan benda-benda mati, seperti kursi, meja
dan sebagainya, karena berkumpulnya manusia akan timbul manusia-
manusia baru. Manusia itu juga dapat bercakap-cakap, kesan-kesan atau
perasaanperasaannya. Sebagai akibat hidup bersama itu timbulah sistem
komunikasi dan timbulah peraturan-peraturan yang mengatur hubungan
antar manusia dalam kelompok tersebut.

3) Mereka sadar merupakan sebuah kesatuan.


4) Mereka merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan
bersama menimbulkan kebudayaan, oleh karena setiap anggota kelompok
merasa dirinya terikat satu dengan yang lainnya. Ciri-ciri masyarakat
diatas selaras dengan definisi masyarakat yang telah dikemukakan
sebelumnya bahwa masyarakat adalah kelompok manusia yang terbesar
dan mempunyai kebiasan, tradisi, sikap dan perasaan yang sama.
Masyarakat itu meliputi pengelompokan-pengelompokan yang lebih
kecil yang mempunyai hubungan yang erat satu sama lain.
Sedangkan menurut Munandar Soelaman (1992:73) ciri-ciri masyarakat
desa ialah adanya sejumlah orang, tinggal dalam suatu daerah tertentu,
adanya sistem hubungan, ikatan atas dasar kepentingan bersama, tujuan dan
bekerja bersama, ikatan atas dasar unsur unsur sebelumnya, rasa solidaritas,
sadar akan adanya interdependensi, adanya norma-norma dan kebudayaan.
Kesemua ciri-ciri masyarakat ini dicoba ditransformasikan pada realitas
desa dan kota, dengan menitikberatkan pada kehidupannya.

4. Peningkatan Ekonomi Masyarakat


Secara konseptual “peningkatan” berasal dari kata “tingkat”, yang
berarti “lapis” atau lapisan dari sesuatu yang kemudian membentuk
susunan. Tingkat juga dapat berarti pangkat, taraf, dan kelas. Sedangkan
peningkatan berarti kemajuan. Secara umum, peningkatan dapat diartikan
sebagai upaya untuk menambah derajat, tingkat, dan kualitas maupun
kuantitas. Peningkatan juga dapat berarti penambahan keterampilan dan
kemampuan agar menjadi lebih baik. Selain itu, peningkatan juga berarti
pencapaian dalam proses, ukuran, sifat, hubungan dan sebagainya
(Harahap, 2018).
Secara konseptual “ekonomi” merupakan ilmu tentang perilaku dan
tindakan manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya yang banyak,
bervariasi dan berkembang dengan sumber daya yang ada melalui
perubahan-perubahan kegiatan produksi, konsumsi dan distribusi (Harahap,
2018). Secara asal kata, istilah “ekonomi” itu berasal dari bahasa yunani,
yaitu “oikonomia”. Kata tersebut merupakan turunan dari dua kata, yaitu
“oikos” dan “nomos”. Oikos berarti rumah tangga, sedangkan nomos
berarti aturan, kaidah atau pengelolaan. Jadi arti asli oikonomia adalah
mengatur rumah tangga. Berasarkan penjelasan tersebut, dapat dikatakan
bahwa membicarakan ekonomi berarti membicarakan aturan, kaidah, dan
cara mengelola suatu rumah tangga manusia. Rumah tangga disini
bukanlah dalam arti sempit, melainkan menunjuk pada suatu kelompok
sosial, yang dianggap sebagai rumah tangga kelompok sosial ini dapat
berwujud perusahaan, desa, kota, bahkan negara (Rosyidi, 2004).
Sementara itu, secara konseptual masyarakat merupakan orang-
orang yang hidup bersama atau golongan besar atau kecil dari beberapa
manusia yang melakukan interaksi dan saling bergaul dalam lingkungan
sosial yang berupa satu kesatuan, hidup secara mandiri, bebas dan
menghasilkan suatu kebudayaan, nilai, dan norma sosial (Soekanto, 2000).
Berdasarkan definisi di atas dapat dikatakan bahwa, peningkatan ekonomi
masyarakat dalam konteks ini merupakan upaya yang dilakukan untuk
menaikkan derajad/kualitas kehidupan masyarakat dengan cara perbaikan
pengelolaan sektor usaha masyarakat (dalam Habib, 2021).
Berdasarkan beberapa definsi tersebut dapat digabungkan bahwa
Peningkatan perekonomian masyarakat adalah cara atau usaha yang
dilakukan oleh masyarakat dalam mengatur perekonomian rumah tangga
untuk menjadi lebih baik dengan tujuan dapat memenuhi kebutuhan
hidup. Dalam mewujudkan terciptanya peningkatan perekonomian
masyarakat dapat dicapai dengan beberapa langkah strategis guna
memperluas akses masyarakat kepada sumber daya pembangunan, dan
menciptakan peluang yang seluas-luasnya untuk masyarakat yang berada di
lapisan bawah agar bisa berpartisipasi dalam proses pembangunan,
sehingga masyarakat nantinya bisa mengatasi ketertinggalan dan
memperkuat ekonominya untuk bisa bersaing (dalam Fathurrahman, 2019)

Menurut Usman Yatim dan Enny A Hendargo menyatakan bahwa upaya-


upaya dalam meningkatkan ekonomi masyarakat dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
a. Adanya modal yakni untuk memberikan bantuan dalam membangun
produksi usaha bagi orang yang tidak mampu ekonominya.
b. Memiliki keterampilan yakni membantu seseorang dalam menentukan
usaha produksinya.
c. Menguasai teknologi yakni membantu seseorang dalam mempermudah
produksi usaha maupun pemasaran.
d. memiliki lahan usaha yakni untuk mendirikan suatu usaha yang akan
dijalani
World Bank (Bank Dunia) dalam (Mundzir,dkk 2021)
mengklasifikasikan tingkat ekonomi masyarakat Indonesia menjadi 5
tingkat, diantaranya;
1) Kelompok Miskin, adalah masyarakat yang pengeluaran
bulanannya untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari
mengalami kekurangan dan berada di bawah garis kemiskinan.
2) Kelompok Rentan, adalah masyarakat yang berada di garis
kemiskinan, namun rentan juga untuk jadi miskin.
3) Kelompok menuju kelas menengah, merupakan masyarakat yang
masih belum aman, meskipun tidak miskin maupun rentan.
4) Kelompok kelas menengah, merupakan kelompok yang secara
ekonomi sudah merasa aman karena jauh dari miskin dan rentan
5) Kelompok kelas atas, adalah masyarakat yang paling sejahtera
secara ekonomi.
Peningkatan ekonomi masyarakat yang dimaksud dalam penelitian
ini adalah peningkatan pendapatan yang diperoleh masyarakat
Nagari Kumango Kec.Sungai Tarab Kab.Tanah Datar melalui
pengelolaan lembaga Badan Usaha Milik Desa/Nagari atau yang
disingkat dengan BUMDes/BUMNag.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan jenis penelitian
Studi Kasus. Studi kasus adalah suatu rangkaian kegiatan ilmiah yang
dilakukan secara intensif, terinci dan mendalam tentang suatu program,
peristiwa, dan aktivitas, baik pada tingkat perorangan, sekelompok orang,
lembaga, atau organisai untuk memperoleh pengetahuan mendalam tentang
peristiwa tersebut (dalam Rusandi & Rusli, 2022). Dalam penelitan ini studi
kasus digunakan dengan maksud menganalisis pengelolaan BUMNag dalam
Meningkatkan Ekonomi Masyarakat.

B. Latar dan Waktu Penelitian


Latar dalam penelitian ini dilakukan di BUMNag Batang Simonce yang berada
di Nagari Kumango Kec. Sungai Tarab Kab. Tanah Datar, dengan waktu
penelitian dimulai pada bulan Januari 2023.

C. Informan Penelitian
Informan merupakan pelaku yang terlibat langsung dengan permasalahan
penelitian. Informan dalam penelitian ini dipilih karena paling banyak
mengetahui atau terlibat langsung. Pemilihan informan dalam penelitian ini
dengan cara purposive sampling yaitu teknik penarikan sampel secara subjektif
dengan maksud atau tujuan tertentu, yang menganggap bahwa informan yang
dipilih memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitian yang akan
dilakukan. Adapun yang menjadi informan pada penelitian ini adalah :
1. Wali Nagari Kumango
2. Badan Permusyawaratan Rakyat Nagari (BPRN)
3. Pengelola BUMNag Batang Simonce yang terdiri dari;
a. Penasehat
b. Ketua
c. Sekretaris
d. Bendahara
e. Pengawas

D. Sumber Data
Sumber data adalah segala sesuatu yang dapat memberikan informasi
mengenai data penelitian. Sumber data terbagi atas dua yaitu data primer dan
data sekunder.
1. Data Primer
Menurut Husein Umar (dalam Nila, 2019) data primer adalah: “Data yang
didapat langsung dari sumber pertama, baik dari individu atau perseorangan
seperti hasil wawancara atau hasil pengisian kuesioner yang biasa dilakukan
oleh peneliti”. Dalam penelitian ini sumber data primer diperoleh melalui
wawancara yang dilakukan dengan pengurus BUMNag Batang Simonce ,
pihak wali nagari, pendamping lokal desa (PLD) dan masyarakat sekitar
Nagari Kumango Kec.Sungai Tarab Kab.Tanah Datar.
2. Data Sekunder
Menurut Nur Indrianto dan Bambang Supomo (dalam Nila, 2019) data
sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung atau melalui media perantara (diperoleh dan dicatat oleh pihak
lain)”. Data sekunder dalam penelitian ini berasal dari sumber bacaan
berupa jurnal dan buku serta dokumen tambahan terkait BUMNag Batang
Simonce.

E. Teknik Pengumpulan Data


Teknik Pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini yaitu
dengan menggunakan teknik pengumpulan data kualitatif berupa observasi,
wawancara dan dokumentasi.
1. Observasi
Observasi yaitu pengumpulan data dengan cara mengadakan pengamatan
langsung terhadap objek penelitian untuk memperoleh informasi atau data
sebagaimana tujuan penelitian. Adapun observasi yang peneliti lakukan
yaitu dengan cara datang langsung ke BUMNag Batang Simonce untuk
mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan objek penelitian.
2. Wawancara
Menurut Rahardjo (2011) wawancara adalah proses interaksi atau
komunikasi dengan tujuan mengumpulkan data melalui sesi tanya jawab
antara subjek penelitian dan peneliti. adapun Jenis wawancara yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan wawancara
tidak terstruktur. Wawancara tidak berstruktur adalah wawancara yang
bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah
tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya.
Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan. (Sugiyono, 2018).
3. Dokumentasi
Dokumentasi adalah metode pengumpulan data dengan melihat dan
menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek sendiri atau oleh
orang lain tentang subjek. Studi dokumentasi merupakan salah satu cara
yang dapat dilakukan peneliti untuk mendapatkan gambaran dari sudut
pandang subjek melalui suatu media tertulis dan dokumen lainnya yang
ditulis atau dibuat langsung oleh subjek yang bersangkutan” (Herdiansyah,
2010:143). Dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar, catatan harian,
sejarah kehidupan, peraturan, kebijakan atau karya-karya monumental
seseorang.

F. Teknik Analisis Data


Menurut Qomari (2009) teknik analisis data adalah tahapan yang
mengharuskan data yang dikumpulkan dengan menggunakan berbagai teknik
pengumpulan data, kemudian diolah dan disajikan untuk membantu menjawab
permasalahan penelitian yang diteliti. Analisis data penelitian kualitatif dimulai
pada saat pengumpulan data pertama berlangsung sampai dengan data selesai
diolah. Menurut Miles dan Huberman (dalam Sugiyono, 2018) teknik analisis
data terdiri dari; Reduksi Data, Penyajian Data dan Penarikan Kesimpulan.
1. Reduksi Data
Mereduksi data berarti memilih hal-hal yang pokok, merangkum, Data
reduksi merupakan usaha penyederhanaan temuan data dengan cara
mengambil inti (substansi) data hingga ditemukan kesimpulan dan fokus
permasalahan. Reduksi data proses pemilihan, pemusatan dan
pentransformasikan data kasar dari lapangan. Proses ini dilakukan selama
penelitian dari awal hingga akhir penelitian.
2. Penyajian Data
Penyajian data dilakukan setelah data selesai direduksi. Penyajian data dapat
dilakukan dalam bentuk bagan, uraian singkat, flowchart, hubungan antar
kategori dan sejenisnya. Dalam penelitian kualitatif penyajian data yang
sering digunakan adalah dalam bentuk teks yang bersifat naratif saja.
Karena metode yang digunakan dalam penelitian ini studi kasus, maka
penyajian data yang dituangkan dalam penelitian ini akan lebih banyak
dituangkan dalam bentuk uraian atau deskripsi.
3. Penarikan Kesimpulan
Penarikan kesimpulan merupakan tahap akhir dalam teknik analisis data
kualitatif, tahap ini dilakukan dengan melihat hasil reduksi data tetap
mengacu pada tujuan analisis hendak dicapai. Tahap ini bertujuan untuk
mencari makna data yang dikumpulkan dengan mencari hubungan,
persamaan, atau perbedaan untuk ditarik kesimpulan sebagai jawaban dari
permasalahan yang ada.

G. Teknik Penjamin Keabsahan Data


Untuk penjamin keabsahan data dalam penelitian ini yaitu menggunakan uji
kredibilitas berupa triangulasi. Menurut sugiyono (2019) Triangulasi dalam
pengujian kredibilitas diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai
sumber dengan berbagai cara dan waktu (triangulasi sumber, triangulasi
teknik dan triangulasi waktu). Dalam penelitian ini triangulasi yang
digunakan adalah Triangulasi Sumber, triangulasi sumber merupakan uji
kredibilitas data dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui
beberapa sumber. Kemudian dimintakan kesepakatan (member check) dengan
semua sumber data tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

Abdi.,H (2021). Pengertian Analisis Menurut Para Ahli, Kenali Fungsi, Tujuan,
dan Jenisnya. Https://Www.Liputan6.Com/Hot/Read/4569178/Pengertian-
Analisis-Menurut-Para-Ahli-Kenali-Fungsi-Tujuan-Dan-Jenisnya. Diakses 21
April 2023.

Ahman,,E & Rohmana.,Y (2014). Konsep-Konsep Dasar Ilmu Ekonomi.


Hal 1.6-1.7.
Boekoesoe., L & Maksum.,T.,S (2022). Optimalisasi Pembangunan Desa dalam
Mewujudkan SDGs Desa. Jurnal Sibermas (Sinergi Pemberdayaan
Masyarakat).
Deni.,D (2018). Optimalisasi Peningkatan Pengoperasian Sekoci
Penolong Secara Aman dan Efisien Di Mv. Spb.Sainty General
Milik PT. Surya Indo Bahari.
Devi.,L.,P.,P.,I & Arisena.,G.,M.,K (2022). Manajemen, Tantangan Dan
Hambatan Badan Usaha Milik Desa (Bumdes).Denpasar:Erika Books.
Dewi.,A.,S.,K (2014). Peranan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Sebagai
Upaya
dalam Meningkatkan Pendapatan Asli Desa (Pades) Serta Menumbuhkan
Perekonomian Desa. Journal Of Rural And Development. V(1)
Emirzon.,J, Dkk (2021). Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) Paradigma
Baru dalam Hukum Bisnis Indonesia. Depok:PT.Raja Grafindo Persada. Hal
43.
Fathurrahman.,M.,A, (2019). Strategi Peningkatan Ekonomi Masyarakat
melalui Pengelolaan Desa Wisata Pulesari di Turi Sleman.
Fitrianita.,N (2021). Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) di Desa
Maccini Baji Kecamatan Bajeng Kabupaten Gowa.
Gunawan.,W.,Y (2014). Kontribusi Usaha Perkebunan Nenas Pemerintah
Kabupaten Siak dalam Meningkatkan Pendapatan Ekonomi
Masyarakat Menurut Prespektif Ekonomi Islam (Studi Kasus Desa
Teluk Batil Kecamatan Sungai Apit).

Habib.,M.,A.,F (2021) Kajian Teoritis Pemberdayaan Masyarakat dan


Ekonomi Kreatif. Ar Rehla: Journal Of Islamic Tourism, Halal Food,
Islamic Traveling, And Creative Economy. 1(2).
Hapsara.,R.,N (2022). Analisis Sistem Perawatan Kapal dalam Menunjang
Pengoperasian Kapal di MT. B Pacific.
Harahap.,I.,S (2018). Upaya Peningkatan Ekonomi Masyarakat melalui
Pengembangan Usaha Agribisnis Pedesaan (PUAP) di Desa Hanopan
Kecamatan Arse Kabupaten Tapanuli Selata. Jurnal Ilmiah
Muqodimah. 2(2).
Hasanah, Y (2017). Manajemen Pengelolaan Bisnis Multi Level Marketing
Syari’ah Pt Herba Penawar Al Wahida Indonesia (HPAI) Pekanbaru Ditinjau
Dari Aspek Ekonomi Islam.
Humas (2019). Membangun Indonesia Dari Pinggiran Desa.
Https://Setkab.Go.Id/Membangun-Indonesia-Dari-Pinggiran-Desa/. Diakses
Pada Tanggal 10 April 2023
Inayah.,F.,A (2021). Analisis Prinsip-Prinsip Pengelolaan BUMDes dalam Upaya
Mewujudkan Desa Mandiri (Studi Kasus di Desa Kajen Kecamatan
Margoyoso Kabupaten Pati)
Jepri.,A (2019). Strategi Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat dalam Upaya
Mewujudkan Kemandirian Ekonomi melalui BUMDes Program Pasar Desa.
Jurnal Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik. 8(4).
Junaidi.,A (2022). Peranan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Dalam
Meningkatkan Perekonomian Masyarakat Ditinjau Menurut Ekonomi Islam
(Studi Kasus Badan Usaha Milik Desa Murni Jaya Desa Rambaian
Kecamatan Gaung Anak Serka).
Kewenangan Pemerintah Desa dalam Mendirikan Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes). (2015). Diakses pada tanggal 26 April 2023 dari
https://ntt.bpk.go.id/wp-content/uploads/2015/02/KEWENANGAN-
PEMERINTAH-DESA-DALAM-MENDIRIKAN.pdf
Kashogi.,I.,H Radjab.,D & Bustanuddin (2022). Analisis Pembentukan Badan
Usaha Milik Desa Sebelum dan Sesudah Diundangkannya Undang-Undang
Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja. 2(1). Hal 21-34.
Maleha.,N.,Y (2016). Manajemen Bisnis Dalam Islam. Economica Sharia. 1(2).
Ma’sum.,M.,A (2020). Model Pengelolaan Koin Nu Dalam Meningkatkan
Kesejahteraan Fachrurazi.,Dkk (2021). Dasar Manajemen Bisnis. Batam:
Yayasan Cendikia Mulia Mandiri.
Miftahusyai’an.,Dkk (2023). Pemberdayaan Badan Usaha Milik Desa Dalam
Pengembangan Desa Tematik. Jakarta:Publica Indonesia Utama. Hal 16.
Mundzir.,Dkk (2021). Peningkatan Ekonomi Masyarakat Menuju Era
Society 5.0 di Tengah Pandemi Covid-19. Cirebon:Penerbit Insania.
Hal 47.
Natipulu.,M.,D, Pasaribu.,V.,A.,R & Sihombing.,N (2022). Analisis Implementasi
Sustainable Development Goals (SDGs) Desa Bakal Gajah Melalui
Pengembangan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Jurnal Citra Sosial
Humaniora (CISHUM). 1(1).
Ningsih.,N (2022) Tinjauan Ekonomi Islam Terhadap Usaha Rumahan
Home Industry) dalam Meningkatkan Ekonomi Masyarakat di
Kecamatan Lalan Kabupaten Musi Banyuasin (Studi Kasus CV.
Bunhsih Indonesia).
Nugroho.,R (2021).Badan Usaha Milik Desa Bagian 2 Pendirian BUMDes.
Jakarta:PT.Alex Media Komputindo.
Nuriyanto.,E (2020). Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Model
Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) pada
Siswa SMP.
Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal Dan Transmigrasi
(Permendes PDTT) Nomor 4 Tahun 2015 Pasal 19 S/D 24
Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal Dan Transmigrasi
(Permendes PDTT) Nomor 4 Tahun 2015 Pasal 3
Peranturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal Dan Transmigrasi
(Permendes PDTT) Nomor 7 Tahun 2021 Pasal 5 Ayat 2
Peraturan Menteri Desa Pembangunan Daerah Tertinggal Dan Transmigrasi
(Permendes PDTT) Nomor 4 Tahun 2015 Pasal 9
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 205/PMK.07/2019 Pasal
1 Ayat 8
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2021
Prasetya.,E (2020). Inspirasi Sektor Usaha Bumdes. Yogyakarta:Kalasan
Puspitasari.,D.,A (2020). Analisa Sistem Informasi Akademik (Sisfo) dan
Jaringan di Universitas Bina Darma.
Ramanda.,D.,R (2019). Analisis Pengembangan Ekonomi Masyarakat
melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) (Studi Pada Warung
BUMDes Sehati Desa Margorejo Kecamatan Jati Agung Kabupaten
Lampung Selatan.
Revida.,E, Dkk (2022). Tata Kelola BUMDes dalam Pengembangan Desa
Wisata.Yayasan Kita Menulis.
Rozi.,A.,A (2020). Pembentukan dan Pengelolaan Badan Usaha Milik Desa
Dalam Mewujudkan Kesejahteraan Masyarakat Berdasarkan Peraturan
Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015 Pada Bumdes Mulia Di Desa Pulau
Birandang Kecamatan Kampa.
Safri.,H (2018). Pengantar Ilmu Ekonomi.
Samadi., Rahman.,A & Afrizal (2020). Peranan Badan Usaha Milik Desa
(BUMDes) Dalam Peningkatan Ekonomi Masyarakat ( Studi Pada Bumdes
Desa Pekan Tebih Kecamatan Kepenuhan Hulu Kabupaten Rokan Hulu)
Satmoko.,R.,S (2022). Panduan Unes Giat Penguatan Generasi Milenial
Mendukung Sdgs Desa.Semarang:LPPM UNES. Hal 11-12.
Suhartono.,R (2016) Pengelolaan Informasi Dengan E-Surat Pada Badan Arsip
Dan Perpustakaan Kota Surabaya.
Trisnawati.,L.,C (2018). Analisis Penanganan Peti Kemas Muatan Berbahaya
Pada PT. Samudera Indonesia di Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta.
UU Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa Pasal 1 Ayat 6
UU Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa Pasal 87 ayat (1), (2) dan (3)
Zulhendra.,B (2018). Persepsi Masyarakat Terhadap Perubahan Dari Desa
Menjadi Kampung Adat (Desa Adat) di Desa Lubuk Jeringkecamatan
Sungai Mandau Kabupaten Siak.

Anda mungkin juga menyukai