Anda di halaman 1dari 41

SISTEM AKUNTANSI TINGKAT PPKD

DIAJUKAN UNTUK MEMENUHI SALAH SATU TUGAS MATA KULIAH

AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Disusun Oleh :

Aldida Ramadhan (023165002)

Fadhliya Fauziah (023165003)

Debora Meirianti (023165004)

Rizqah Hanie Pratiwi (023165006)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA

2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai .

Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang
telah membantu dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.
Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah
isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih


banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan
saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Jakarta, 18 Oktober 2017

Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................. Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ....................................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................ Error! Bookmark not defined.

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah: ............................................................................................... 2

1.3 Tujuan Penulisan .................................................................................................. 2

Bab II KONSEP/TEORI ..................................................................................................... 3

2.1 Konsep Dasar Akuntansi ........................................................................................... 3

2.1.1 Definisi Akuntansi………………………………………………………………….3


2.1.2 Definisi Asset………………………………………………………………………..4
2.1.3. Definisi Liabilities………………………………………………………………….4
2.1.4 Definisi ekuitas……………………………………………………………………..4
2.2 Konsep Dasar Akuntansi Pembiayaan……………………………………………….4
2.3 Konsep Dasar Laporan Keuangan……………………………………………………5

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Definisi PPKD………………………………………………………………………….6
3.2 Dasar-Dasar Dan Teknis Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah………………6
3.3 Penjurnalan Transaksi Pada PPKD………………………………………………….8
3.4 Jenis-Jenis Laporan Keuangan PPKD……………………………………..……….14
3.5. Jenis-Jenis Transaksi Pemerinah Daerah………………………………………….20
3.6.Sistem Dan Struktur Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah………………….21
3.7. Standar Akuntansi Pemerintah Dan Kebijakan Akunansi Pemerintah Daerah...22

BAB IV

KESIMPULAN……………………………………………………………………………..24
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………….25
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Akuntansi keuangan pemerintah daerah merupakan bagian dari akuntansi


sektor publik, yang mencatat dan melaporkan semua transaksi yang berkaitan dengan
keuangan daerah. Yang disebut keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban
daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan
uang, termasuk di dalamnya segala bentuk kekayaan yang berhubungan dengan hak dan
kewajiban daerah tersebut.

Keuangan daerah merupakan semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka
penyelenggaraan pemerintah daerah yang dapat dinilai. Ruang lingkup keuangan Negara
yang dikelola langsung oleh Pemerintah Pusat adalah Anggaran Pendapatan dan belanja
Negara (APBN), dan yang dikelola langsung oleh Pemerintah Daerah adalah Anggaran
Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Jadi akuntansi keuangan pemerintah daerah
merupakan bagian dari akuntansi sector public yang mencatat dan melaporkan semua
transaksi yang berkaitan dengan keuangan daerah.

Siklus pengelolaan keuangan daerah mengikuti siklus dalam sistem


pengendalian entitas pemerintah. Siklus pengelolaan keuangan daerah dapat dibagi
menjadi 5 tahapan yaitu perencanaan fundamental, perencanaan operasional, Tahap
Penganggaran, Tahap Pengendalian dan Pengukuran, Tahap Pelaporan dan umpan balik.

Setelah dikeluarkannya paket Undang-Undang Keuangan Negara yaitu UU


No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, UU No. 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara, maka informasi keuangan negara yang meliputi
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dilengkapi dengan informasi Neraca, Laporan
Arus Kas, Catatan atas Laporan Keuangan,selain informasi mengenai Laporan Realisasi
APBN/APBD. Pelaporan keuangan pemerintah selanjutnya harus mengacu pada Standar
Akuntansi Pemerintah seperti yang tertuang dalam PP 71 Tahun 2010.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud PPKD?

2. Bagaimana dasar-dasar dan teknis akuntansi keuangan pemerintah daerah?

3. Bagaimana pencatatan transaksi PPKD ?

4. Bagaimana Pembuatan Laporan Keuangan PPKD?

1.3 Tujuan Penulisan

1.Untuk mengetahui definisi PPKD.

2. Untuk mengetahui dasar-dasar dan teknis akuntansi keuangan pemerintah daerah.

3. Untuk mengetahui Pencatatan transaksi PPKD.

4.Untuk mengetahui laporan keuangan PPKD.

2
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 DEFINISI AKUNTANSI SEKTOR PUBLIK

Definisi akuntansi dalam buku yang berjudul Akuntansi Sektor Publik


Akuntansi Keuangan Daerah menjelaskan bahwa: “Akuntansi adalah sebuah kegiatan
jasa, fungsinya adalah menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat
keuangan, tentang entitas ekonomi yang dimaksudkan agar berguna dalam mengambil
keputusan ekonomi dalam membuat pilihan-pilihan nalar di antara berbagai alternative
arah tindakan. Akuntansi terdiri atas beberapa cabang, di antaranya akuntansi keuangan
manajemen dan pemerintah”.(Halim Abdul, 2007:250) Definisi lain akuntansi dalam
buku yang berjudul Akuntansi Pemerintah bahwa “Akuntansi adalah proses mengenali,
mengukur dan mengkomunikasikan informasi ekonomi untuk memperoleh pertimbangan
dan keputusan yang tepat oleh pemakai informasi yang bersangkutan”.(Nordiawan Dedi
dan dkk, 2008:1)

Akuntansi Sektor Publik merupakan sistem informasi yang mengidentifikasi,


mengatur, dan mengomunikasikan informasi ekonomi dan entitas sector public.
Informasi ekonomi sector public berguna untuk pengambilan keputusan yaitu
diantaranya : alokasi sumber daya ekonomi, pelayanan public, kinerja organisasi sector
public, penilaian kemampuan likuiditas, distribusi pendapatan dan stabilitas ekonomi.

Definisi akuntansi dalam buku yang berjudul Akuntansi Sektor Publik Akuntansi
Keuangan Daerah menjelaskan bahwa: “Akuntansi adalah sebuah kegiatan jasa,
fungsinya adalah menyediakan informasi kuantitatif, terutama yang bersifat keuangan,
tentang entitas ekonomi yang dimaksudkan agar berguna dalam mengambil keputusan
ekonomi dalam membuat pilihan-pilihan nalar di antara berbagai alternative arah
tindakan. Akuntansi terdiri atas beberapa cabang, di antaranya akuntansi keuangan
manajemen dan pemerintah”.(Halim Abdul, 2007:250) Definisi lain akuntansi dalam
buku yang berjudul Akuntansi Pemerintah bahwa “Akuntansi adalah proses mengenali,
mengukur dan mengkomunikasikan informasi ekonomi untuk memperoleh pertimbangan
dan keputusan yang tepat oleh pemakai informasi yang bersangkutan”.(Nordiawan Dedi
dan dkk, 2008:1)

3
2.2 DEFINISI AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH
Akuntansi keuangan daerah adalah suatu proses untuk melakukan pencatatan dan
pelaporan transaksi keuangan dari entitas pemerintah daerah yang dijadikan sebagai
informasi dalam pengambilan kebijakan ekonomi yang diperlukan oleh pihak-pihak
eksternal entitas pemerintah daerah. Dedi Nordiawan (2006), menyebutkan : Akuntansi
keuangan daerah merupakan proses pencatatan, pengklasifikasian, penganalisisisan dan
pelaporan transaksi keuangan dari suatu organisasi publik yang menyediakan informasi
keuangan bagi para pemakai laporan keuangan yang berguna untuk pengambilan
keputusan. Menurut Abdul Hafiz (2006), yang mendefenisikan akuntansi keuangan daerah
sebagai Proses pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dalam
ukuran moneter, transaksi dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan dan
termasuk pelaporan hasil-hasilnya dalam penyelenggaraan urusan pemerintah menurut
asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluasluasnya dalam sistem
dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa tujuan akuntansi keuangan daerah adalah
untuk memberikan informasi yang diperlukan agar dapat mengelola suatu operasi dan
alokasi sumber daya yang dipercayakan kepada organisasi secara tepat, efisien, dan
ekonomis, serta memberikan informasi untuk melaporkan pertanggungjawaban
pelaksanaan pengelolaan tersebut serta melaporkan hasil operasi dan penggunaan dana
publik. Selain itu, akuntansi keuangan daerah mengacu pada penerapan teori prinsip atau
standar akuntansi pada organisasi yang tidak mencari laba, khususnya unit organisasi
pemerintahan.
2.3 SISTEM PENCATATAN
Sistem pencatatan merupakan proses akuntansi untuk melakukan penyusunan atau
pembuatan bukti-bukti pembukuan atau bukti transaksi baik transaksi internal maupun
transaksi eksternal ke dalam jurnal, baik jurnal umum maupun jurnal khusus dan
mempostingnya ke buku besar, baik buku besar utama maupun buku besar pembantu.
Menurut Henry Simamora (2004) “Pencatatan adalah pembuatan suatu catatan pembukuan,
kronologis kejadian yang terjadi, terukur melalui suatu cara yang sistematis dan teratur”.
Pencatatan juga diartikan sebagai “Suatu urutan ketiga klerikal biasanya melibatkan
beberapa orang dalam suatu departemen atau lebih yang dibuat untuk menjamin penanganan
secara seram terhadap transaksi perusahaan yang terjadi berulang-ulang”. Mulyadi
(2008).

4
Sebelum era reformasi keuangan daerah, pengertian pencatatan dalam akuntansi
keuangan daerah selama ini adalah pembukuan. Padahal menurut akuntansi, pengertian
demikian tidaklah tepat. Hal ini disebabkan karena akuntansi menggunakan sistem
pencatatan. Menurut Abdul Halim (2008, hal. 43), “Terdapat beberapa macam sistem
pencatatan yang dapat digunakan, yaitu sistem pencatatan single entry, double entry, dan
triple entry”. Pembukuan hanya menggunakan sistem pencatatan single entry, sedangkan
akuntansi dapat menggunakan ketiga sistem pencatatan tersebut. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa pembukuan merupakan bagian dari akuntansi.
Sistem pencatatan single entry sering disebut juga dengan sistem tata buku tunggal
atau tata buku. Dalam sistem ini, pencatatan transaksi ekonomi dilakukan dengan
mencatatnya satu kali. Transaksi yang berakibat bertambahnya kas akan dicatat pada sisi
penerimaan dan transaksi yang berkaitan berkurangnya kas akan dicatat pada sisi
pengeluaran. Sistem pencatatan single entry ini memiliki beberapa kelebihan, yaitu
sederhana dan mudah dipahami. Namun, sistem ini memiliki kelemahan, antara lain kurang
bagus untuk pelaporan (kurang memudahkan penyusun laporan), sulit untuk menemukan
kesalahan pembukuan yang terjadi, dan sulit di kontrol. Oleh karena itu, dalam akuntansi
terdapat sistem pencatatan yang lebih baik dan dapat mengatasi kelemahan tersebut.
Sistem pencatatan double entry sering juga disebut dengan sistem tata buku
berpasangan dan merupakan cikal bakal ilmu akuntansi yang dicetuskan oleh Luca Pacioli
dalam artikelnya yang berjudul “Summa arithmatica geometry propartionet
propotionalita”. Kusnadi (2001). Menurut sistem ini pada dasarnya suatu transaksi ekonomi
dicatat dua kali, sehingga membentuk perkiraan dalam dua sisi berlawanan yaitu sisi debit
dan kredit secara berpasangan. Menurut sisitem pencatatan double entry pada dasarnya
suatu transaksi ekonomi akan dicatat dua kali, sehingga pencatatan dengan sistem ini
disebut dengan istilah menjurnal, dalam pencatatan tersebut ada sisi debit dan sisi kredit
dan dalam melakukan pencatatan tersebut setiap pencatatan harus menjaga
keseimbangan persamaan dasar akuntansi. Abdul Halim (2004). Double entry accounting
dapat menyediakan pencatatan yang akurat seperti yang diungkapkan oleh Keiso dan
Weygandt (2001) : Under the universally used double entry system, the dual (two sides)
affect of each transaction is recorded in appropriate account. This system providers alogical
method for recording transaction. It also offer a mean if proving the accuracy of the
recordedamounts. If every transactions recorded with equal debits and credits, then the sun
of all the debits to the accountants must equal the sum of all the credits.
Dengan digunakannya double entry accounting maka setiap transaksi yang terjadi
akan dicatat pada akun yang tepat, karena masing-masing akun penyeimbang berfungsi

5
sebagai media cross check. Selain ketepatan dalam pencatatan transaksi, double entry
accounting juga memiliki kemampuan untuk mencatat transaksi dalam jumlah nominal
yang akurat, karena jumlah sisi debit harus sama dengan sisi kredit.
Sistem pencatatan triple entry adalah pelaksanaan pencatatan dengan
menggunakan sistem pencatatan double entry, ditambah dengan pencatatan pada buku
anggaran. Jadi, sementara sistem pencatatan double entry dijalankan, Pejabat Pengelola
Keuangan Satuan Kerja Perangkat Daerah (PPK-SKPD) maupun bagian keuangan atau
Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) juga mencatat transaksi tersebut pada buku
anggaran, sehingga pencatatan tersebut akan berefek pada sisa anggaran.
2.4 PENGAKUAN AKUNTANSI
Pengakuan akuntansi merupakan penetapan kapan suatu transaksi dicatat. untuk
menentukan kapan suatu transaksi dicatat, digunakan berbagai sistem/basis/dasar
akuntansi. Menurut Partomo (2001) : Sistem/basis/dasar pencatatan adalah himpunan-
himpunan standar-standar akuntansi yang menetapkan kapan dampak keuangan dari
transaksi-transaksi dan peristiwaperistiwa lainnya harus diakui untuk tujuan pelaporan
keuangan. Basis-basis tersebut berkaitan dengan penetapan waktu atas pengukuran yang
dilakukan, terlepas dari sifat pengukuran tersebut.
Basis akuntansi berhubungan dengan saat mengakui (mencatat) pendapatan dan
biaya atau belanja (expenditure). Ada dua basis akuntansi, yaitu basis kas (cash basis) dan
basis akrual (accrual basis). Selain itu, juga dikenal basis kas modofikasi (modified cash
basis) serta basis akrual modifikasi (modified accrual basis). Beberapa orang berpendapat
bahwa secara konseptual hanya terdapat dua basis akuntansi, yaitu basis kas (cash basis)
dan basis akrual (accrual basis). Basis diantara keduanya hanya merupakan langkah transisi
dari basis kas dan basis akrual.
Pengakuan akuntansi untuk sektor publik dan sektor swasta berbeda penerapannya,
untuk sektor publik terdiri atas :
1) Basis Kas (cash basis)
2) Basis Akrual (accrual basis)
3) Basis Kas Modifikasi (modified cash basis)

6
2.1.2 DEFINISI ASSET

Menurut Raja Adri Satriawan Surya (2012) “Aset (assets) adalah sumber daya
yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan darimana
manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh perusahaan”. Aset
perusahaan berasal dari transaksi atau peristiwa lain yang terjadi di masa lalu.
Perusahaan biasanya memperoleh aset melalui pengeluaran berupa pembelian atau
produksi sendiri.

2.1.3. DEFINISI LIABILITAS

Menurut Raja Adri Satriawan Surya (2012) ”Liabilitas (Liabilities) adalah


kewajiban perusahaan masa kini yang timbul dari peristiwa masa lalu, peyelesaiannya
diharapkan mengakibatkan arus keluar dari sumber daya perusahaan yang mengandung
manfaat ekonomi”.

Liabilitas timbul dari transaksi atau peristiwa masa lalu. Jadi, misalnya pembelian
barang atau penggunaan jasa menimbulkan utang usaha (kecuali jika dibayar dimuka
atau pada saat penyerahan dan penerimaan pinjaman bank menimbulkan liabilitas untuk
membayar kembali pinjaman tersebut.

2.1.4 DEFINISI EKUITAS

Menurut Raja Adri Satriawan Surya (2012) “Ekuitas (Equity) adalah hak
residual atas aset perusahaan setelah dikurangi semua liabilitas”. Jumlah ekuitas yang
ditampilkan dalam laporan posisi keuangan tergantung pada pengukuran aset dan
liabilitas. Biasanya hanya karena faktor kebetulan jumlah ekuitas agregat sama dengan
jumlah nilai pasar keseluruhan (aggregate market value) dari saham perusahaan.

2.1. KONSEP DASAR AKUNTANSI PEMBIAYAAN


Menurut PP No.71 Tahun 2010 PSAP Nomor 02 Paragraf 50
Pembiayaan (financing) adalah seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan
maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam
penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan/atau
memanfaatkan surplus anggaran. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari
pinjaman dan hasil divestasi. Sementara, pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan

7
untuk pembayaran kembali pokok pinjaman, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan
penyertaan modal oleh pemerintah.

2.2. KONSEP DASAR LAPORAN KEUANGAN


Laporan Keuangan adalah informasi keuangan yang disajikan dan disiapkan oleh
manajemen kepada pihak internal dan eksternal, yang berisi seluruh kegiatan bisnis dari
satu kesatuan usaha yang merupakan salah satu alat pertanggungjawaban dan komunikasi
manajemen kepada pihak-pihak yang membutuhkannya. Laporan keuangan merupakan
seperangkat laporan keuangan formal yang terdiri dari:
• Neraca (balance sheet), yang menggambarkan posisi keuangan dari satu kesatuan usaha
yang merupakan keseimbangan antara aktiva (assets), utang (liabilities), dan modal
(equity) pada suatu tanggal tertentu.
• Laporan laba rugi (income statement) merupakan ikhtisar dari seluruh pendapatan dan
beban dari satu kesatuan usaha untuk satu periode tertentu.
• Laporan perubahan ekuitas (statement of change of equity) adalah laporan perubahan
modal dari satu kesatuan usaha selama satu periode tertentu, yang meliputi laba
komprehensif, investasi dan distribusi dari dan kepada pemilik (investment by and
distributions to owner’s)
• Laporan arus kas (cash flow statement) berisi seluruh penerimaan dan pengeluaran kas
baik yang berasa dari aktivitas operasional, investasi dan pendanaan dari satu kesatuan
usaha selama satu peride tertentu.
• Catatan atas pelaporan keuangan (notes of financial statement) berisi informasi yang
tidak dapat diungkapkan dalam keempat laporan keuangan di atas, yang mengungkapkan
seluruh prinsip, prosdur, metode, dan teknik yang diterapkan dalam penyusunan laporan
keuangan tersebut.

8
BAB III

PEMBAHASAN

3.1. DEFINISI PPKD

Pejabat Pengelola Keuangan Daerah yang selanjutnya disingkat PPKD adalah kepala
satuan kerja pengelola keuangan daerah yang selanjutnya disebut dengan. kepala SKPKD
yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak sebagai
bendahara umum daerah.

3.2.DASAR- DASAR DAN TEKNIS AKUNTANSI KEUANGAN PEMERINTAH


DAERAH

3.2.1 Pembukuan Tunggal dan Pembukuan Berpasangan

Sistem pembukuan tunggal (single entry) adalah sistem yang pencatatan transaksinya
dilakukan dengan mencatat secara tunggal. Transaksi yang berakibat bertambahnya kas
akan dicatat pada sisi Penerimaan dan transaksi yang berakibat berkurangnya kas akan
dicatat pada sisi Pengeluaran.

Sistem pembukuan berpasangan (double entry) adalah sistem yang pencatatan


transaksinya dicatat secara berpasangan. Dalam sistem ini proses pencatatannya tersebut
ada sisi Debit dan Kredit. Debit ada disebelah kiri dan Kredit ada disebelah kanan.

3.2.2 Siklus Akuntansi

Akuntansi adalah suatu sistem. Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri atas subsistem-
subsistem atau kesatuan yang lebih kecil, yang berhubungan satu sama lain dan memiliki
tujuan tertentu. Suatusistem mengolah masukan (input) menjadi keluaran (output). Input
sistem akuntansi adalah bukti-bukti transaksi dalam bentuk dokumen atau formulir.
Output-nya adalah laporan keuangan. Di dalam proses akuntansi, terdapat beberapa
catatan yang dibuat. Catatan-catatan tersebut adalah jurnal, buku besar, dan buku
pembantu. Sistem akuntansi dapat dijelaskan secara rinci melalui siklus akuntansi. Yang
di maksud dengan siklus akuntansi adalah tahap-tahap yang ada dalam sistem akuntansi.

Tahapan siklus akuntansi adalah

• tahap pertama : menganalisis transaksi.


• Tahapan kedua : adalah menjurnal transaksi. Transaksi-transaksi pada awalnya dicatat
secara kronologis didalam jurnal sebelum dipindahkan ke Buku Besar akun-akun. Jadi
jurnal disebut dengan buku pencatatan awal. Biasanya jurnal memiliki kolom untuk
mencantumkan tanggal, nama akun, dan uraiannya, referensi dan dua kolom jumlah
debit dan kredit.

9
• Tahap ketiga, transaksi yang telah dicatat dalam Jurnal kemudian diklasifikasikan ke
dalam Buku Besar per akun atau kode rekening.
• tahap keempat menyusun Neraca Saldo. Pada tanggal tertentu (misal akhir periode),
saldo dari setiap akun atau kode rekening dari Buku Besar diikhtisarkan atau
dirangkum dalam Neraca Saldo.
• Tahap kelima menjurnal dan memposting jurnal penyesuaian untuk transaksi
pembayaran dimuka/pendapatan diterima dimuka (prepayment)atau transaksi yang
masih harus dibayar/yang masih harus diterima (accrual ).
• Tahap keenam menyusun Neraca Saldo Disesuaikan.
• Tahap ketujuh menyusun laporan keuangan.
• Tahap kedelapan menjurnal dan memposting ayat jurnal penutup.
• Tahap kesembilan menyusun neraca saldo setelah penutupan.
3.2.2.1 Persamaan Akuntansi
Persamaan dasar akuntansi merupakan alat bantu untuk memahami sistem
pencatatan transaksi. Persamaan dasar akuntansi dalam konteks akuntansi
pemerintahan dapat diuraikan dalam tahap sebagai berikut :

ASSETS = LIABILITY + EQUITY

3.2.2.2 Penjurnalan
Menjurnal adalah prosedur mencatat transaksi keuangan di buku jurnal.
Buku jurnal merupakan media untuk mencatat transaksi secara kronologis
( berdasarkan urutan waktu terjadi transaksi). Keberadaan jurnal dalam proses
akuntansi tidak menggantikan peran rekening/ akun tetapi menjadi sumber
untuk pencatatan ke dalam rekening/ akun. Dengan adanya jurnal, pencatatan
ke rekening/ akun menjadi lebih mudah karena jurnal memilah- milah
transaksi pendebitan dan pengkreditan yang sesuai dengan rekening/ akun
yang bersangkutan.

3.2.2.3 POSTING
PEMINDAH BUKU Secara periodik, jurnal-jurnal tersebut diposting ke buku
besar (ledger) masing-masing, selanjutnya diikhtisarkan dalam Neraca Saldo Sesudah
Penyesuaian sebagai dasar penyusunan Laporan Keuangan.
3.2.2.4 Laporan Keuangan
Laporan keuangan yang dihasilkan dari sistem akuntansi PPKD terdiri
dariLaporan Realisasi Anggaran, Laporan Operasional, Laporan Perubahan
Ekuitas, Neraca,Laporan Arus Kas, dan Catatan Atas Laporan Keuangan.
3.2.2.5 JURNAL PENUTUP Simultan dengan penyusunan Laporan Realisasi Anggaran dan
Laporan Operasional, dibuat jurnal penutup.

10
3.2.3 Pemakai Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
Para pengguna dikategorikan sebagai berikut :
1) Penerima pelayanan atau wakil- wakilnya ( masyarakat, pembayar pajak,
konsumen)
2) Penyedia sumber dana atau wakil- wakilnya ( kreditor, investor, donor,
pemerintah atasan).
3) Pihak- pihak lain ( pimpinan SKPD/PPKD, asosiasi profesi, para
pemerhati Pemerintah Daerah).

3.3. PENJURNALAN TRANSAKSI PADA PPKD

3.3.1 PENJURNALAN TRANSAKSI PADA PPKD


I. Transaksi Anggaran
Berdasarkan DPA-PPKD, PPK-PPKD membuat jurnal:
Estimasi Pendapatan xxx

Estimasi Penerimaan Pembiayaan xxx

Estimasi Perubahan SAL* xxx

Apropriasi Pengeluaran Pembiayaan xxx

Apropriasi Belanja xxx

*debit atau kredit tergantung pada selisih sisi debit dengan sisi kredit.

II. Transaksi Pendapatan


1. Pendapatan yang langsung disertai penerimaan Kas
Pendapatan yang dipungut oleh PPKD berupa Pendapatan Asli Daerah,
Pendapatan Transfer, dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah. Penerimaan
Pendapatan pada PPKD yanglangsung disetor ke RKUD, berdasarkan nota
kredit bank/STS, PPK-PPKD menjurnal:

Kas di RKUD xxx

Pendapatan (sesuai jenisnya)-LO xxx

Perubahan SAL xxx

Pendapatan (sesuai jenisnya)-LRA xxx

11
2. Pendapatan yang belum disertai penerimaan Kas
Apabila kriteria pengakuan Pendapatan yaitu earned dan realizable
terpenuhi, meskipun belum diterima kasnya, maka Pendapatan-LO sudah
harus diakui. Berdasarkan SKPD/dokumen yang dipersamakan, PPK-PPKD
membuat jurnal:

Piutang Pendapatan (sesuai jenisnya) xxx

Pendapatan (sesuai jenisnya)-LO xxx

Pada saat diterima kas atas Piutang Pendapatan tersebut, berdasarkan


STS/dokumen yang dipersamakan maka dibuat entry :

Kas di RKUD xxx

Piutang Pendapatan (sesuai jenisnya) xxx

Perubahan SAL xxx

Pendapatan (sesuai jenisnya)-LRA xxx


Dengan demikian bila kas diterima pada periode yang berbeda dengan saat
pengakuan Piutang Pendapatan, maka akan terjadi perbedaan antara
jumlah Pendapatan-LO dengan Pendapatan-LRA.

3. Koreksi Pendapatan
Koreksi Pendapatan bisa bersifat menambah atau mengurangi Pendapatan
yang sudah dibukukan sebelumnya. Koreksi tersebut bisa terjadi pada periode
yang sama atau berbeda dengan saat pengakuan Pendapatan. Bila koreksi
tersebut berulang dan sistemik, maka koreksi dilakukan hanya pada saat
kas dikeluarkan/diterima dengan entry “Kas” pada “Pendapatan (sesuai
jenisnya)-LO /Pendapatan (sesuai jenisnya)-LRA”. Sedangkan jurnal koreksi
atas kesalahan yang tidak berulang adalah sebagai berikut:

12
a. Bila koreksi bersifat menambah Pendapatan terjadi pada periode yang
sama dengan saat pengakuannya, atau menambah Pendapatan tahun
sebelumnya sedangkan laporan keuangan belum diterbitkan, maka
berdasarkan bukti memorial/nota kredit bank/dokumen yang
dipersamakan, PPK-PPKD menjurnal:

Kas di RKUD xxx

Pendapatan (sesuai jenisnya)-LO xxx

Perubahan SAL xxx

Pendapatan (sesuai jenisnya)-LRA xxx

b. Bila koreksi Pendapatan tahun-tahun sebelumnya bersifat menambah kas,


dan laporan keuangan sudah diterbitkan, maka berdasarkan bukti
memorial/STS/dokumen yang dipersamakan, PPK-PPKD menjurnal:

Kas di RKUD xxx

Ekuitas xxx

Perubahan SAL xxx

SiLPA/SiKPA xxx

c. Bila koreksi bersifat mengurangi Pendapatan terjadi pada periode yang


sama dengan saat pengakuannya, atau mengurangi Pendapatan tahun
sebelumnya sedangkan laporan keuangan belum diterbitkan, maka
berdasarkan bukti memorial/SP2D/dokumen yang dipersamakan, PPK-
PPKD menjurnal:

Pendapatan (sesuai jenisnya)-LO xxx

Kas di RKUD xxx

Pendapatan (sesuai jenisnya)-LRA xxx

Perubahan SAL xxx

13
d. Bila koreksi Pendapatan tahun-tahun sebelumnya bersifat mengurangi kas
dan laporan keuangan telah diterbitkan, maka berdasarkan bukti
memorial/SP2D/dokumen yang dipersamakan, PPK-PPKD menjurnal:

Ekuitas xxx

Kas di RKUD xxx

SiLPA xxx

Perubahan SAL xxx

III. Transaksi Beban/Belanja


1. Beban/Belanja yang telah dikeluarkan Kasnya
Belanja pada PPKD dilakukan dengan mekanisme transfer/pembayaran
langsung kepada pihak ketiga (LS), berdasarkan SP2D-LS, PPK-PPKD menjurnal:

Beban(sesuai jenisnya) xxx

Kas di RKUD xxx

Belanja (sesuai jenisnya)-LRA xxx

Perubahan SAL xxx


2. Beban yang belum dikeluarkan Kasnya
Bila terdapat beban yang belum dilunasi hingga akhir tahun maka
berdasarkan bukti memorial/dokumen yang telah diotorisasi oleh PPKD, PPK-
PPKD menjurnal:

Beban (sesuai jenisnya) xxx

Utang Belanja (sesuai jenisnya) xxx

14
➢ Saat dilakukan pelunasan atas Utang Belanja tersebut, berdasarkan
SP2D-LS, PPK-PPKD menjurnal:

Utang Belanja (sesuai jenisnya) xxx

Kas di RKUD xxx

Belanja (sesuai jenisnya)-LRA xxx

Perubahan SAL xxx

3. Koreksi Beban/Belanja
Koreksi Beban/Belanja bisa bersifat menambah atau mengurangi
Beban/Belanja yang sudah dibukukan sebelumnya.
a. Koreksi yang bersifat berulang dan sistemik pada periode yang sama
atau berbeda dengan saat pengakuannya, maka koreksi dilakukan hanya
pada saat kas dikeluarkan/diterima, seperti :
➢ berdasarkan nota debit bank/SP2D, PPK-PPKD menjurnal koreksi yang
menyebabkan pengeluaran kas:

Beban (sesuai jenisnya) xxx

Kas di RKUD xxx

Belanja (sesuai jenisnya)-LRA xxx

Perubahan SAL xxx

➢ berdasarkan nota kredit bank/STS/dokumen yang dipersamakan, PPK-


PPKD menjurnal koreksi yang menyebabkan penerimaan kas:

Kas di RKUD xxx

Beban (sesuai jenisnya) xxx

Perubahan SAL xxx

Belanja (sesuai jenisnya)-LRA xxx

15
b. jurnal koreksi atas kesalahan yang tidak berulang adalah sebagai
berikut:
➢ Koreksi bersifat menambah Beban/Belanja pada periode yang sama
dengan saat pengakuan, atau menambah Beban/Belanja tahun
sebelumnya sedangkan laporan keuangan belum diterbitkan, maka
berdasarkan bukti memorial/nota debit bank/SP2D/ dokumen yang
dipersamakan, PPK-PPKD menjurna

Beban (sesuai jenisnya)-LO xxx

Kas di RKUD xxx

Belanja (sesuai jenisnya)-LRA xxx

Perubahan SAL xxx

➢ Bila koreksi bersifat menambah Beban/Belanja tahun-tahun


sebelumnya sedangkan laporan keuangan sudah diterbitkan, maka
berdasarkan bukti memorial/nota debit bank/ SP2D/dokumen yang
dipersamakan, PPK-PPKD menjurnal:

Ekuitas xxx

Kas di RKUD xxx

SiLPA/SiKPA xxx

Perubahan SAL xxx

➢ Bila koreksi bersifat mengurangi Beban/Belanja tahun-tahun


sebelumnya sedangkan laporan keuangan sudah diterbitkan, maka
berdasarkan bukti memorial/nota kredit bank/ STS/dokumen yang
dipersamakan, PPK-PPKD menjurnal:

Kas di RKUD xxx

Lain-Lain PAD Yang Sah-LO xxx

Perubahan SAL xxx

Lain-Lain PAD Yang Sah-LRA xxx

16
IV. Transaksi Pembiayaan
1. berdasarkan bukti memorial/nota debit bank/SP2D-LS, PPK-PPKD menjurnal
pengeluaran Pembiayaan sebagai berikut:

Investasi (sesuai jenisnya) xxx

Kas di RKUD xxx

Pengeluaran Pembiayaan (sesuai jenisnya)-LRA xxx

Perubahan SAL xxx


2. berdasarkan bukti memorial/nota kredit bank/dokumen yang dipersamakan
Penerimaan Pembiayaan, PPK-PPKD menjurnal:

Kas di RKUD xxx

Surplus/Defisit Nonoperasional-LO xxx

Investasi (sesuai jenisnya) xxx

Perubahan SAL xxx

Penerimaan Pembiayaan (sesuai jenisnya)-LRA xxx

3. Koreksi Pembiayaan
a. Koreksi atas penerimaan atau pengeluaran pembiayaan pada tahun
pengakuannya:
➢ Berdasarkan bukti memorial/nota kredit bank/STS, PPK-PPKD
membuat jurnal koreksi atas pengeluaran pembiayaan yang
menyebabkan penerimaan kas:
Kas di RKUD xxx

Investasi dalam Obligasi xxx


Perubahan SAL
Pengeluaran Pembiayaan

➢ Berdasarkan bukti memorial/nota debit bank/SP2D, PPK-PPKD


membuat jurnal koreksi atas penerimaan pembiayaan yang
menyebabkan pengeluaran kas:

Utang Dalam Negeri-Obligasi xxx

Kas di RKUD xxx


Penerimaan Pembiayaan
Perubahan SAL

17
b. Koreksi atas penerimaan atau pengeluaran pembiayaan tahuntahun
sebelumnya yang tidak berulang, baik menambah maupun mengurangi
posisi kas, apabila laporan keuangan periode tersebut sudah diterbitkan :
➢ berdasarkan bukti memorial/nota kredit bank/STS, PPK-PPKD
membuat jurnal koreksi atas pengeluaran pembiayaan yang
menyebabkan penerimaan kas:
Kas di RKUD xxx

Investasi dalam Obligasi xxx

Perubahan SAL xxx

SiLPA/SiKPA xxx

➢ berdasarkan bukti memorial/nota debit bank/SP2D, PPK-PPKD


membuat jurnal koreksi atas penerimaan pembiayaan yang
menyebabkan pengeluaran kas:
Utang Dalam Negeri-Obligasi xxx

Kas di RKUD xxx

SiLPA/SiKPA xxx

Perubahan SAL xxx

V. Transaksi Lainnya

1. Transaksi Aset
a. Kas di Bendahara Umum Daerah
➢ Saat mengeluarkanUP/TUP untuk SKPD, berdasarkan SP2D UP/TUP,
PPK-PPKD menjurnal:
RK-SKPD xxx

Kas di RKUD xxx

➢ Saat menerbitkan SP2D-GU, PPK-PPKD menjurnal:


RK-SKPD xxx

Kas di RKUD xxx

➢ Saat menerima pengembalian sisa UP/TUP, berdasarkan STS, PPK-


PPKD menjurnal:
Kas di RKUD xxx

RK-SKPD xxx

18
➢ Saat perolehan Setara Kas (misalnya deposito jangka pendek),
berdasarkan bukti memorial/bukti transaksi, PPK-PPKD menjurnal:
Setara Kas xxx

Kas di RKUD xxx

➢ Saat menerima penyetoran kas pada RKUD atas transaksi yang terjadi
pada SKPD, maka berdasarkan nota kredit bank/dokumen yang
dipersamakan, PPK-PPKD menjurnal:
Kas di RKUD xxx

RK-SKPD (sesuai dinas) xxx

➢ Atas SP2D-LS yang diterbitkan atas SPM-LS dari SKPD, berdasarkan


nota debit bank/dokumen yang dipersamakan, PPK-PPKD menjurnal:
RK-SKPD (sesuai dinas) xxx

Kas di RKUD xxx

2. Piutang
a. Pencatatan saat timbulnya Piutang
1) Piutang yang timbul akibat Pendapatan yang belum diterima
kasnya, oleh PPK-PPKD dijurnal berdasarkan bukti
memorial/SKPD/surat tagihan lainnya sebagaimana jurnal yang
tercantum pada Bagian II.b, yaitu:

Piutang Pendapatan (sesuai jenisnya) xxx

Pendapatan (sesuai jenisnya)-LO xxx

2) Tagihan selain berasal dari Piutang Pendapatan (misalnya uang


muka), dibukukan oleh PPK-PPKD berdasarkan bukti
memorial/surat tagihan/dokumen yang dipersamakan dengan
jurnal:
Piutang Lainnya (sesuai jenisnya) xxx

Kas Di RKUD xxx


*komponen neraca yang terpengaruh akibat timbulnya Piutang Lainnya.

19
3) Pengakuan Piutang berupa Beban Dibayar Di Muka dilakukan
melalui jurnal penyesuaian. Berdasarkan bukti memorial,PPK-
PPKD memutakhirkan Beban Dibayar Di Muka dengan
menjurnal:

Beban Dibayar Di Muka xxx

Beban (sesuai jenisnya) xxx


Jurnal penyesuaian seperti di atas karena pencatatan biaya dibayar di muka
menggunakan “pendekatan beban”, yaitu mencatat seluruh biaya dibayar di
muka pada saat dibayarkan sebagai “Beban”.

b. Pencatatan Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih


Berdasarkan bukti memorial hasil analisis umur piutang, melalui
jurnal penyesuaian, PPK-PPKD membukukan Beban Penyisihan Piutang
Tak Tertagih sebagai berikut:
Beban Penyisihan Piutang Tak Tertagih (sesuai jenisnya)
xxx

Penyisihan Piutang Tak Tertagih (sesuai


xxx
jenisnya)

c. Penghapusan Piutang
Penghapusan Piutang dari Neraca dapat disebabkan oleh
pelunasan atau harus dihapuskan karena tidak dapat ditagih.
1) Berdasarkan nota kredit bank/STS/dokumen yang
dipersamakan, PPK-PPKD menjurnal pelunasan piutang
sebagai berikut:

Kas di RKUD xxx

Piutang (sesuai jenisnya) xxx

2) Berdasarkan Keputusan Walikota/Pejabat berwenang


tentang penghapusan piutang, PPK-PPKD menjurnal
penghapusan piutang sebagai berikut:
Penyisihan Piutang Tak Tertagih (sesuai jenisnya)
xxx
Piutang (sesuai jenisnya) xxx

20
3. Investasi Jangka Panjang
Pembentukan Investasi
Metode Biaya
➢ Berdasarkan SP2D/bukti memorial, PPK-PPKD menjurnal:

Investasi Jangka Panjang (sesuai jenisnya) xxx

Kas di RKUD xxx

i. Metode Ekuitas
Berdasarkan SP2D/bukti memorial, PPK-PPKD menjurnal

Investasi Jangka Panjang (sesuai jenisnya) xxx

Kas di RKUD xxx

b. Saat pengumuman laba/rugi dari investee:


Metode Biaya
Tidak perlu dilakukan pencatatan

Metode Ekuitas, bila:


➢ Saat Investee mengumumkan laba, berdasarkan bukti memorial, PPK-
PPKD menjurnal:
Investasi Jangka Panjang (sesuai jenisnya) xxx

Pendapatan Hasil Pengelolaan


xxx
Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan-LO

▪ Saat Investee mengumumkan rugi, berdasarkan bukti


memorial, PPK-PPKD menjurnal:

Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang


xxx
Dipisahkan-LO
Investasi Jangka Panjang (sesuai jenisnya) xxx
c. Saat pengumuman dan pembayaran dividen
Metode Biaya
Saat pengumuman dividen, berdasarkan bukti memorial, PPKPPKD menjurnal:

Piutang Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang


xxx
Dipisahkan
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang
xxx
Dipisahkan-LO

21
Saat menerima pembayaran dividen, berdasarkan bukti memorial, PPK-PPKD
menjurnal:

Kas di RKUD xxx


Piutang Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang
xxx
Dipisahkan
Perubahan SAL xxx
Pendapatan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang
xxx
Dipisahkan-LRA
d. Metode Ekuitas
Saat pengumuman dividen, berdasarkan bukti memorial, PPKPPKD menjurnal:

Piutang Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan


xxx

Investasi Jangka Panjang (sesuai jenisnya) xxx

Saat menerima pembayaran dividen, berdasarkan bukti memorial, PPK-PPKD


menjurnal:

Kas di RKUD xxx

Piutang Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang


xxx
Dipisahkan
Perubahan SAL xxx

Pendapatan Hasil Pengelolaan


Kekayaan Daerah Yang DipisahkanLRA xxx

VI. Pelepasan Investasi


- Metode Biaya
Berdasarkan bukti memorial/STS, PPK-PPKD menjurnal:
Kas di RKUD xxx

Investasi Jangka Panjang (sesuai jenisnya) xxx


Surplus/Defisit Pelepasan Investasi Jangka

Panjang - LO Perubahan SAL xxx


Penerimaan Pembiayaan-Hasil Penjualan
xxx
Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan

22
- Metode Ekuitas
Kas di RKUD xxx

Investasi Jangka Panjang (sesuai jenisnya) xxx


Surplus/Defisit Pelepasan Investasi Jangka

Panjang - LO Perubahan SAL xxx


Penerimaan Pembiayaan-Hasil Penjualan
xxx
Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan
6. Aset Tetap
a) Perolehan Aset Tetap
Perolehan Aset Tetap pada PPKD terlaksana melalui Hibah. Berdasarkan bukti
memorial/berita acara hibah, PPK-PPKD menjurnal:

Aset Tetap (sesuai jenisnya) xxx

Pendapatan Hibah (sesuai jenisnya)-LO xxx


Saat Aset Tetap tersebut kemudian penetapan statusnya pada SKPD, maka
berdasarkan bukti memorial jurnal yang dibuat:

RK-SKPD xxx

Aset Tetap (sesuai jenisnya) xxx

7. Aset Lainnya
Aset Lainnya yang dikelola oleh PPKD berupa Tuntutan Ganti Kerugian Daerah,
Kemitraan, dan Aset Lainnya.Aset Lainnya biasanya berupa Aset Lain-Lain, terkait
dengan kewenangan PPKD untuk melaksanakan penjualan Aset Tetap atau
pembebanan Tuntutan Ganti Kerugian melaksanakan fungsi tersebut dengan
menerima pengalihan pencatatn Aset Tetap yang akan dijual atau hilang dengan
menjurnal berdasarkan bukti memorial/dokumen yang dipersamakan:

Aset Lainnya-Aset Lain-Lain xxx

RK-SKPD xxx
a) Bila pengalihan karena aset yang akan dijual, berdasarkan bukti
memorial/STS, PPK-PPKD menjurnal penjualan aset:

Kas di Kas RKUD xxx

23
Surplus/Defisit Nonoperasional-LO xxx

Aset Lainnya-Aset Lain-Lain xxx

Perubahan SAL xxx

Pendapatan dari Penjualan Aset Tetap-


xxx
LRA
b) Bila pengalihan karena aset yang hilang untuk dikenakan Tuntutan Ganti
Kerugian Daerah, berdasarkan bukti memorial yang mengacu pada surat
keputusan TGR, PPK-PPKD menjurnal:
Tuntutan Ganti Kerugian Daerah xxx

Surplus/Defisit Nonoperasional-LO xxx

Aset Lainnya-Aset Lain-Lain xxx


8. Kewajiban
a) Jurnal untuk pengakuan kewajiban/utang jangka pendek:
1) Utang Perhitungan Pihak Ketiga
Berdasarkan potongan perhitungan untuk pihak ketiga pada SP2D, PPK-SKPD
menjurnal:

Kas di RKUD xxx

Utang Perhitungan Pihak Ketiga xxx

Saat disetorkan kepada pihak ketiga, berdasarkan STS/dokumen yang


dipersamakan, PPK-PPKD menjurnal:

Utang Perhitungan Pihak Ketiga xxx

Kas di RKUD *xxx


2) Pendapatan Diterima Di Muka
Berdasarkan bukti memorial, melalui jurnal penyesuaian PPKPPKD menjurnal:

Pendapatan-LO xxx

Pendapatan Diterima Di Muka xxx


Saat Pendapatan Diterima Di Muka tersebut sudah boleh diakui sebagai
pendapatan pada periode berikutnya (earned dan realized), berdasarkan
bukti memorial, PPK-SKPD menjurnal:

Pendapatan Diterima Di Muka xxx

24
Pendapatan-LO xxx
3) Utang Belanja
Berdasarkan bukti memorial, atas Beban yang belum dibayar PPK-SKPD
menjurnal:

Beban (sesuai jenisnya) xxx

Utang Belanja xxx


S
aUtang Belanja xxx Kas di RKUD
a xxx
t
Utang Jangka Pendek Lainnya
Berdasarkan bukti memorial, PPK-PPKD menjurnal:
b
Kas di RKUD* xxx
e
Utang Jangka Pendek Lainnya
b xxx
an tersebut dilunasi, berdasarkan SP2D, PPK-SKPD menjurnal:

4)

*tergantung komponen Aset/Kewajiban yang menimbulkan utang jangka


pendek lainnya

b. Untuk pengakuan kewajiban jangka panjang:


1) Berbentuk obligasi:

(a) Saat diterbitkan:


Kas di RKUD xxx

Obligasi* xxx
*Bila diterbitkan dengan nilai nominal/pari (par value)

Kas di RKUD xxx

Obligasi xxx
Premium Obligasi** xxx

25
**Bila diterbitkan dengan nilai lebih besar dari nilai nominal

Kas di RKUD xxx

Diskonto Obligasi*** xxx

Obligasi xxx
***Bila diterbitkan dengan nilai lebih rendah dari nilai nominal/pari (par
value).

(b) Pada akhir tahun, melalui jurnal penyesuaian,perlu dilakukan pencatatan


amortisasi atas premi atau diskonto untuk memperoleh nilai tercatat
(carrying amount) kewajiban pada tanggal pelaporan sekaligus
pencatatan bunga yang seharusnya terutang:
Premium Obligasi* xxx

Beban Bunga xxx

Utang bunga xxx

*bila amortisasi diskonto maka kredit pada Diskonto Obligasi.

(c) Saat pembayaran bunga, berdasarkan SP2D, PPK-PPKD menjurnal:


Utang Bunga xxx

Kas di RKUD xxx

Perubahan SAL xxx

Belanja Bunga xxx


2) Utang Dalam Negeri Sektor Perbankan
Berdasarkan bukti memorial, PPK-PPKD menjurnal:

Kas di RKUD xxx

Utang Dalam Negeri Sektor Perbankan xxx


c. Pembayaran Kewajiban
Saat jatuh tempo, berdasarkan bukti memorial/SP2D, PPKPPKD menjurnal:

Kewajiban (sesuai jenisnya) xxx

Kas di RKUD xxx


9. Ekuitas

26
Transaksi yang mempengaruhi Ekuitas di antaranya adalah koreksi yang langsung
mempengaruhi ekuitas serta jurnal penutup akun Surplus/Defisit-LO pada Laporan
Operasional.

3.3.2 JURNAL PENUTUP


Simultan dengan penyusunan Laporan Realisasi Anggaran dan Laporan Operasional,
dibuat jurnal penutup, sebagai berikut :

1. Jurnal penutup atas Anggaran

Apropriasi Belanja xxx

Apropriasi Pengeluaran Pembiayaan xxx

Estimasi Perubahan SAL xxx


Estimasi Pendapatan xxx
Estimasi Penerimaan Pembiayaan xxx

2. Jurnal Penutup terkait Laporan Realisasi Anggaran


a. Jurnal Penutup Pendapatan-LRA dan Belanja ke Surplus/Defisit-LRA
i.

Pendapatan (sesuai jenisnya)-LRA xxx

Surplus/Defisit LRA* xxx

Belanja (sesuai jenisnya) xxx


*Surplus/Defisit LRA pada sisi debit atau kredit tergantung selisih Pendapatan-LRA
dan Belanja.

b.Jurnal Penutup Atas Surplus/Defisit LRA ke SiLPA/SiKPA


SiLPA/SiKPA* xxx

Surplus/Defisit LRA xxx


*Posisi debit atau kredit tergantung saldo Surplus/Defisit LRA yang akan diclose.
b. Jurnal Penutup Atas Penerimaan dan Pengeluaran Pembiayaan ke SiLPA/SiKPA
Penerimaan Pembiayaan xxx

Pengeluaran Pembiayaan xxx


SiLPA/SiKPA* xxx
*Posisi debit atau kredit tergantung selisih Penerimaan dan Pengeluaran Pembiayaan
yang akan diclose.

27
Setelah Surplus/Defisit-LRA dan Penerimaan/Pengeluaran Pembiayaan di closing ke
SiLPA/SiKPA, maka saldo SiLPA/SiKPA mencakup jumlah closing tersebut dan jumlah
koreksi yang langsung mempengaruhi SiLPA/SiKPA sebagaimana dijelaskan pada bagian
II.c.2, II.c.4 dan III.c.3. Kedua jumlah tersebut yang kemudian disajikan dalam Laporan
Perubahan SAL yang disusun pada SKPKD.

c. Jurnal penutup SiLPA/SiKPA ke Perubahan SAL


Perubahan SAL xxx

SiLPA/SiKPA* xxx

*Posisi debit atau kredit tergantung saldo SiLPA/SiKPA yang akan diclose
4. Jurnal Penutup terkait Laporan Operasional
a. Jurnal Penutup Pendapatan-LO dan Beban ke Surplus/Defisit-LO
Pendapatan-LO xxx

Surplus/Defisit Operasional-LO xxx

Beban xxx

*Surplus/Defisit Operasional-LO pada sisi debit atau kredit tergantung selisih


Pendapatan-LO dan Beban

b. Jurnal Penutup ke Surplus/Defisit-LO


Surplus/Defisit-LO* xxx

Pendapatan Luar Biasa xxx

Surplus/Defisit Operasional-LO xxx


Surplus/Defisit NonOperasional-LO xxx
Beban Luar Biasa xxx

*Posisi debit atau kredit Surplus/Defisit-LO tergantung pada saldo akunakun yang
diclosing.

Surplus/Defisit-LO setelah ayat jurnal penutupan ini yang disajikan pada Laporan
Perubahan Ekuitas.

c. Surplus/Defisit-LO selanjutnya diclose ke akun Ekuitas, melalui jurnal:


Ekuitas xxx

Surplus/Defisit-LO xxx

28
Jumlah Surplus/Defisit-LO yang diclosing ke Ekuitas ini akan menambah atau
mengurangi Ekuitas awal. Dengan demikian saldo Ekuitas (akhir) yang kemudian disajikan
di Neraca SKPD sebagai permanent account pada tanggal pelaporan terdiri dari:
i. saldo awal Ekuitas yang ditambah atau dikurangi
Surplus/Defisit LO;
ii. koreksi yang langsung mempengaruhi Ekuitas (sebagaimana
dijelaskan pada bagian II.c.2, II.c.4 dan III.c.3) serta dampak
kumulatif perubahan kebijakan/kesalahan mendasar.

3.4. JENIS- LAPORAN KEUANGAN PPKD

Laporan Realisasi AnggaraN

Laporan Realisasi Anggaran mengungkapkan kegiatan keuangan


pemerintah pusat/daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap APBN/APBD.
Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan penggunaan
sumber daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah dalam satu
periode pelaporan. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan unsur-unsur sebagai
berikut :

a. Pendapatan-LRA
b. Belanja
c. Transfer
d. Surplus/defisit-LRA
e. Penerimaan pembiayaan
f. Pengeluaran pembiayaan
g. Pembiayaan neto
h. Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran (SiLPA / SiKPA)

Pos, judul, dan sub jumlah lainnya disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran
apabila diwajibkan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan ini, atau apabila
penyajian tersebut diperlukan untuk menyajikan Laporan Realisasi Anggaran secara wajar.
Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan perbandingan antara anggaran dengan
realisasinya dalam satu periode pelaporan.

Laporan Realisasi Anggaran dijelaskan lebih lanjut dalam Catatan atas Laporan
Keuangan. Penjelasan tersebut memuat hal-hal yang mempengaruhi pelaksanaan anggaran
seperti kebijakan fiskal dan moneter, sebab-sebab terjadinya perbedaan yang material antara

29
anggaran dan realisasinya, serta daftar-daftar yang merinci lebih lanjut angka-angka yang
dianggap perlu untuk dijelaskan.

2). Neraca

Laporan keuangan yang menyajikan posisi keuangan entitas ekonomi pada suatu
tanggal tertentu. Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan mengenai
aset, kewajiban, dan ekuitas pada tanggal tertentu.

Setiap entitas pelaporan mengklasifikasikan asetnya dalam aset lancar dan nonlancar
serta mengklasifikasikan kewajibannya menjadi kewajiban jangka pendek dan jangka
panjang dalam neraca. Setiap entitas pelaporan mengungkapkan setiap pos aset dan
kewajiban yang mencakup jumlah-jumlah yang diharapkan akan diterima atau dibayar dalam
waktu 12 (dua belas) bulan setelah tanggal pelaporan dan jumlah-jumlah yang diharapkan
akan diterima atau dibayar dalam waktu lebih dari 12 (dua belas) bulan.

Apabila suatu entitas pelaporan menyediakan barang-barang yang akan digunakan


dalam menjalankan kegiatan pemerintahan, perlu adanya klasifikasi terpisah antara aset
lancar dan nonlancar dalam neraca untuk memberikan informasi mengenai barang-barang
yang akan digunakan dalam periode akuntansi berikutnya dan yang akan digunakan untuk
keperluan jangka panjang.

Informasi tentang tanggal jatuh tempo aset dan kewajiban keuangan bermanfaat untuk
menilai likuiditas dan solvabilitas suatu entitas pelaporan. Informasi tentang tanggal
penyelesaian aset nonkeuangan dan kewajiban seperti persediaan dan cadangan juga
bermanfaat untuk mengetahui apakah aset diklasifikasikan sebagai aset lancar dan nonlancar
dan kewajiban diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka pendek dan jangka panjang. Neraca
menyajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya sebagaiberikut:

a. kas dan setara kas


b. investasi jangka pendek
c. piutang pajak dan bukan pajak
d. persediaan
e. investasi jangka panjang
f. aset tetap
g. kewajiban jangka pendek
h. kewajiban jangka panjang

30
i. ekuitas.

3). Laporan Operasional

Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang


menambahekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah untuk
kegiatanpenyelenggaraan pemerintahan dalam satu periode pelaporan. Unsur yang dicakup
secaralangsung dalam Laporan Operasional terdiri dari pendapatan-LO, beban, transfer,dan
akun-akun luar biasa. Masing-masing unsur dapat dijelaskan sebagai berikut:

a). Pendapatan-LO adalah hak pemerintah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan
bersih.

b). Beban adalah kewajiban pemerintah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaanbersih.

c). Transfer adalah hak penerimaan atau kewajiban pengeluaran uang dari/oleh suatuentitas
pelaporan dari/kepada entitas pelaporan lain, termasuk dana perimbangan dandana bagi hasil.

d). Akun Luar Biasa adalah pendapatan luar biasa atau beban luar biasa yang terjadi karena
kejadian atau transaksi yang bukan merupakan operasi biasa.

Laporan Operasional disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun. Dalam


situasi tertentu, apabila tanggal laporan suatu entitas berubah dan Laporan Operasional
tahunan disajikan dengan suatu periode yang lebih pendek dari satu tahun, entitas harus
mengungkapkan informasi sebagai berikut:

a). alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu tahun

b). fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif dalam Laporan Operasional dan catatan-catatan
terkait tidak dapat diperbandingkan

4). Laporan Perubahan Ekuitas

Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan sekurang-kurangnya pos-pos Ekuitas awal


atau ekuitas tahun sebelumnya, Surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan dan koreksi-
koreksi yang langsung menambah/mengurangi ekuitas, yang antara lain berasal dari dampak
kumulatif yang disebabkan oleh perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan
mendasar, misalnya:

1. Koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang terjadi pada periode-periode


sebelumnya
2. Perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap.

31
Di samping itu, suatu entitas pelaporan juga perlu menyajikan rincian lebih lanjut dari
unsur-unsur yang terdapat dalam Laporan Perubahan Ekuitas yang dijelaskan pada Catatan
atas Laporan Keuangan. Struktur Laporan Perubahan Ekuitas baik pada Pemerintah Pusat,
Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota tidak memiliki perbedaan.

5). Laporan Saldo Anggaran Lebih

Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LP-SAL) menyajikan pos-pos berikut,


yaitu: saldo anggaran lebih awal (saldo tahun sebelumnya), penggunaan saldo anggaran lebih,
Sisa Lebih/Kurang Pembiayaan Anggaran (SILPA/SIKPA) tahun berjalan, koreksi kesalahan
pembukuan tahun sebelumnya, lain-lain dan Saldo anggaran lebih akhir untuk periode
berjalan. Pos-pos tersebut disajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya.

LP-SAL dimaksudkan untuk memberikan ringkasan atas pemanfaatan saldo anggaran


dan pembiayaan pemerintah, sehingga suatu entitas pelaporan harus menyajikan rincian lebih
lanjut dari unsur-unsur yang terdapat dalam LP-SAL dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Struktur LP-SAL baik pada Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi dan Pemerintah
Kabupaten/Kota tidak memiliki perbedaan.

6). Laporan Arus Kas

Pemerintah pusat dan daerah yang menyusun dan menyajikan laporan keuangan
dengan basis akuntansi akrual wajib menyusun laporan arus kas untuk setiap periode
penyajian laporan keuangan sebagai salah satu komponen laporan keuangan pokok. Entitas
pelaporan yang wajib menyusun dan menyajikan laporan arus kas adalah unit organisasi yang
mempunyai fungsi perbendaharaan umum atau unit yang ditetapkan sebagai bendaharawan
umum negara/daerah dan/atau kuasa bendaharawan umum negara/daerah.

Tujuan pelaporan arus kas adalah memberikan informasi mengenai sumber,


penggunaan, perubahan kas dan setara kas selama suatu periode akuntansi serta saldo kas dan
setara kas pada tanggal pelaporan. Kas adalah uang baik yang dipegang secara tunai oleh
bendahara maupun yang disimpan pada bank dalam bentuk tabungan/giro. Sedangkan setara
kas pemerintah ditujukan untuk memenuhi kebutuhan kas jangka pendek atau untuk tujuan
lainnya. Untuk memenuhi persyaratan setara kas, investasi jangka pendek harus segera dapat
diubah menjadi kas dalam jumlah yang dapat diketahui tanpa ada risiko perubahan nilai yang

32
signifikan. Oleh karena itu, suatu investasi disebut setara kas kalau investasi dimaksud
mempunyai masa jatuh tempo 3 (tiga) bulan atau kurang dari tanggal perolehannya.

Informasi arus kas berguna sebagai indikator jumlah arus kas di masa yang akan
datang, serta berguna untuk menilai kecermatan atas taksiran arus kas yang telah dibuat
sebelumnya. Laporan arus kas juga menjadi alat pertanggungjawaban arus kas masuk dan
arus kas keluar selama periode pelaporan. Apabila dikaitkan dengan laporan keuangan
lainnya, laporan arus kas memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna laporan
dalam mengevaluasi perubahan kekayaan bersih/ekuitas suatu entitas pelaporan dan struktur
keuangan pemerintah (termasuk likuiditas dan solvabilitas)

Laporan arus kas adalah bagian dari laporan finansial yang menyajikan informasi
penerimaan dan pengeluaran kas selama periode tertentu yang diklasifikasikan berdasarkan
aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris. Klasifikasi arus kas menurut aktivitas
operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris memberikan informasi yang memungkinkan
para pengguna laporan untuk menilai pengaruh dari aktivitas tersebut terhadap posisi kas dan
setara kas pemerintah. Informasi tersebut juga dapat digunakan untuk mengevaluasi
hubungan antar aktivitas operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris.

Satu transaksi tertentu dapat mempengaruhi arus kas dari beberapa aktivitas, misalnya
transaksi pelunasan utang yang terdiri dari pelunasan pokok utang dan bunga utang.
Pembayaran pokok utang akan diklasifikasikan ke dalam aktivitas pendanaan sedangkan
pembayaran bunga utang pada umumnya akan diklasifikasikan ke dalam aktivitas operasi
kecuali bunga yang dikapitalisasi akan diklasifikasikan ke dalam aktivitas investasi.

7). Catatan Atas Laporan Keuangan

Agar informasi dalam laporan keuangan pemerintah dapat dipahami dan digunakan
oleh pengguna dalam melakukan evaluasi dan menilai pertanggungjawaban keuangan negara
diperlukan Catatan Atas Laporan Keuangan (CaLK). CaLK memberikan informasi kualitatif
dan mengungkapkan kebijakan serta menjelaskan kinerja pemerintah dalam tahapan
pengelolaan keuangan negara. Selain itu, dalam CaLK memberikan penjelasan atas segala
informasi yang ada dalam laporan keuangan lainnya dengan bahasa yang lebih mudah dicerna
oleh lebih banyak pengguna laporan keuangan pemerintah, sehingga masyarakat dapat lebih
berpartisipasi dalam menyikapi kondisi keunagan neagra yang dilaporkan secara lebih
pragmatis.

33
Secara umum, struktur CALK mengungkapkan hal-hal sebagai berikut:

1. Informasi Umum tentang Entitas Pelaporan dan Entitas Akuntansi


2. Informasi tentang kebijakan fiskal/keuangan dan ekonomi makro
3. Ikhtisar pencapaian target keuangan selama tahun pelaporan berikut kendala dan
hambatan yang dihadapi dalam pencapaian target
4. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan-kebijakan
akuntansi yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi dan kejadian-kejadian
penting lainnya
5. Rincian dan penjelasan masing-masing pos yang disajikan pada laporan keuangan
lainnya, seperti pos-pos pada Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Saldo Anggaran
Lebih, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas dan Neraca.
6. Informasi yang diharuskan oleh Pernyataan Standar Akuntansi Pemerintahan yang
belum disajikan dalam laporan keuangan lainnya
7. Informasi lainnya yang diperlukan untuk penyajian yang wajar, yang tidak disajikan
dalam lembar muka laporan keuangan.

CALK harus disajikan secara sistematis. Setiap pos dalam Laporan Realisasi Anggaran,
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas,
dan Laporan Perubahan Ekuitas harus mempunyai referensi silang dengan informasi terkait
dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

Catatan atas Laporan Keuangan meliputi penjelasan atau daftar terinci dan analisis atas
nilai suatu pos yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo
Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Operasional, Laporan Arus Kas, dan Laporan Perubahan
Ekuitas. Termasuk pula dalam CaLK adalah penyajian informasi yang diharuskan dan
dianjurkan oleh Standar Akuntansi Pemerintahan serta pengungkapan-pengungkapan lainnya
yang diperlukan untuk penyajian yang wajar atas laporan keuangan, seperti kewajiban
kontinjensi dan komitmen-komitmen lainnya.

34
BAB IV

KESIMPULAN
Akuntansi adalah suatu sistem. Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri atas
subsistem-subsistem atau kesatuan yang lebih kecil, yang berhubungan satu sama lain dan
memiliki tujuan tertentu.

Dalam akuntansi keuangan pemerintah daerah, jenis transaksi dapat dirinci


berdasarkan struktur APBD yang terdiri dari pendapatan daerah, belanja daerah, dan
pembiayaan daerah. Selain itu masih ada jenis transaksi lain, yaitu transaksi Non-Kas Pemda,
dan transaksi Rekening Antar-Kantor (RAK), yaitu antara PPKD-SKPD.

35
DAFTAR PUSTAKA
Halim Abdul, 2007:250 Akuntansi Sektor Publik Akuntansi

Nordiawan Dedi dan dkk, 2008:1 Akuntansi Sektor Publik Akuntansi

Deddi Nordiawan. 2007. Akuntansi Pemerintaha:Penerbit Salembe Empat Jakarta

KJA Ridwan, Modul Akuntansi Keuangan SKPD Berbasi Akrual

Mardiasmo, 2002. Akuntansi Sektor Publik:Andi Yogyakarta

36

Anda mungkin juga menyukai