Anda di halaman 1dari 38

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemerintah Indonesia saat ini sedang mengembangkan salah satu visi dari
program pemerintahan yang dimulai dengan membangun Indonesia dari
pinggiran. Dalam hal ini Desa memiliki peranan yang cukup penting untuk
pembangunan nasional dikarenakan penduduk Indonesia cenderung bermukim di
wilayah pedesaan sehingga hal tersebut memberikan pengaruh cukup besar sebagai
salah satu upaya tercapainya stabilitas nasional. Pencapaian tujuan pembangunan
nasional ini dapat melalui desa karena agen pemerintah terdepan yang dapat
menjangkau kelompok sasaran nyata yang hendak disejahterakan dapat dengan
mudah melalui desa, yaitu dengan membentuk suatu Badan Usaha Milik atau
disingkat dengan BUMDes.
Menurut Anom Surya Putra (2015), menyatakan badan usaha milik desa
(BUMDes) merupakan salah satu strategi kebijakan membangun Indonesia dari
pinggiran melalui perkembangan usaha ekonomi desa yang bersifat kolektif salah
satu bentuknya adalah kemandirian ekonomi desa dengan menggerakan unit-unit
usaha yang strategis bagi usaha kolektif desa. Salah satu dukungan dari pemerintah
untuk membantu perekonomian warga desa adalah dengan dikeluarkannya
Peraturan Menteri Desa (Permendesa) Nomor 4 tahun 2015 tentang Pendirian,
Pegurusan, Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Miliki Desa yang
beberapa diantara poin-poinnya menjelaskan tentang tujuan BUMDes diantaranya
yaitu hadir bagi warga desa untuk meningkatkan kesejahteraan warga dan
mengoptimalkan usaha masyarakat dan membuka lapangan kerja. Dan saat ini
BUMDes telah berjalan selama empat tahun tetapi perkembangan untuk
membangun kesejahteraan masyarakat melalui unit usaha ini tidak berjalan sesuai
dengan yang diharapkan pemerintah, hal dibuktikan dengan banyaknya desa yang
belum mendirikan lembaga ini. Beberapa hambatan yang dialami sebagian besar
badan usaha milik desa (BUMDes) sehingga belum mampu melaju sebagai

1
lembaga usaha yang cepat memberi pengaruh kesejahteraan bagi masyarakatnya
yaitu banyaknya perilaku kekuasaan yang koruptif pada struktur atas.
Sumber daya manusia yang ada didesa kurang memadai dalam hal
menguasai keahlian manajerial juga menjadi salah satu hambatan untuk
berkembangnya badan usaha milik desa (BUMDes), dimana sangat sulit untuk
mendapatkan sumber daya manusia yang menguasai keahlian manajerial yang baik
serta dapat mengelola badan usaha milik desa (BUMDes) sehingga dapat berjalan
sesuai dengan harapan pemerintah. Kurangnya minat masyarakat desa dalam
mengelola badan usaha milik desa (BUMDes) ini membuat banyaknya lembaga ini
tidak berjalan sesuai dengan semestinya. Hal ini yang mendasari dibutuhkannya
sebuah sistem pengendalian internal. Menurut Hery (2014:188), sistem
pengendalian internal adalah seperangkat kebijakana dan prosedur untuk
melindungi aset atau kekayaan perusahaan dari segala bentuk tindakan
penyalahgunaan, menjamin tersedianya informasi akuntansi perusahaaan yang
akurat, serta memastikan bahwa semua ketentuan(peraturan) hukum/ undang-
undang serta kebijakan manajeman telah dipatuhi atau dijalankan sebagaimana
mestinya oleh seluruh karyawan perusahaan.
BUMDes Cafe Sawah Pujon merupakan salah satu badan usaha yang
dibentuk oleh masyarakat dan pemerintah desa Pujon Kidul, kecamatan Krajan,
kabupaten Malang, Jawa Timur yang baru mulai berbenah pada desember 2016.
Segala fasilitas ditawarkan BUMDes Cafe Sawah ini sangat beragam. BUMDes
Cafe Sawah Pujon dijadikan sebagai tempat melakukan berbagai kegiatan karena
memang memiliki sarana dan prasarana yang cukup menarik untuk menunjang
kegiatan yang akan dilaksanakan para pengunjung. BUMDes Cafe Sawah Pujon
ini menggunakan sistem dimana tiket masuk dapat ditukarkan menjadi voucher
untuk berbelanja diwarung bertanda khusus, sistem seperti ini masih sangat jarang
ditemukan namun sangat menguntungkan banyak pihak karena BUMDes Cafe
Sawah Pujon ini dikelilingi banyak usaha masyarakat. BUMDes Cafe Sawah
Pujon tidak hanya menyediakan berbagai makanan dan minuman namun juga
BUMDes Cafe Sawah Pujon mengelola lahan parkir serta beberapa wahana untuk

2
dinikmati oleh pengunjung. Dari hasil penjualan makanan dan minuman serta
pengelolaan lahan parkir serta beberapa wahana BUMDes Cafe Sawah Pujon
memperoleh keuntungan pada penerimaan kas. BUMDes Cafe Sawah Pujon juga
melakukan transaksi untuk gaji para karyawannya, membayar beban utility dan
beberapa transaksi lain, BUMDes Cafe Sawah Pujon melakukan transaksi tersebut
sebagai pengeluaran kas.
Hal tersebut yang mendasari dibutuhkannya sistem pengendalian internal
terhadap penerimaan dan pengeluaran kas yang sesuai dengan prosedur sistem
akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas yang ada apakah telah sesuai atau telah
menyimpang dari prosedur yang telah ditetapkan.
Menurut Mulyadi (2016) tujuan dari pengendalian internal yaitu menjaga
aset organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong
efisiensi dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen yang dapat
meminimalisir terjadinya pencurian dan penyalahgunaan penerimaan dan
pengeluaran kas. Peristiwa ini sangat menarik perhatian lembaga pemerintah
sehingga banyak lembaga pemerintah yang tertarik membantu pemberian modal
demi terangkatnya perekonomian dan kesejahteraan masyarakat desa.
Beberapa penelitian terdahulu yang memaparkan tentang sistem
pengendalian internal diantaranya Greivy Panambunan dan Jantje J. Tinangon
(2016) menyimpulkan bahwa pengendalian internal pengeluaran kas di Dinas
Koperasi dan UMKM Sulawesi Utara telah sesuai dengan aturan
Penelitian yang dilakukan oleh Hardi Bahar dan David Ginting (2018)
menyimpulkan bahwa elemen-elemen pada pengendalian internal yang dilakukan
oleh pemilik UMKM cukup efektif akan tetapi ada beberapa aspek kelemahan 1)
lingkungan pengendalian yaitu integritas dan nilai etika, struktur organisasi,
kebijakan. 2) penaksiran resiko. dan 3) informasi dan komunikasi.
Dari beberapa penelitian sebelumnya maka dapat menjadi motivasi penulis
untuk melakukan penelitian tentang pengendalian internal penerimaan dan
pengeluaran kas dalam bentuk skripsi dengan judul “Evaluasi pengendalian

3
internal sistem akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas Badan Usaha
Milik Desa (Cafe Sawah Pujon)”.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana efektivitas penerapan pengendalian internal sistem akuntansi
penerimaan kas pada BUMDes Cafe Sawah Pujon?
2. Bagaimana efektivitas penerapan pengendalian internal sistem akuntansi
pengeluaran kas pada BUMDes Cafe Sawah Pujon?
1.3 Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini batasi dengan teori pengendalian internal
penerimaan dan pengeluaran kas Mulyadi dan COSO penelitian ini hanya berfokus
pada pengendalian internal transaksi yang mempengaruhi penerimaan dan
pengeluaran kas BUMDes Cafe Sawah Pujon.
1.4 Tujuan Penelitian
1. Mengevaluasi efektivitas penerapan pengendalian internal sistem akuntansi
penerimaan kas pada BUMDes Cafe Sawah Pujon
2. Mengevaluasi efektivitas penerapan pengendalian internal sistem akuntansi
pengeluaran kas pada BUMDes Cafe Sawah Pujon
1.5 Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas untuk mengetahui
pengendalian interal pada Cafe Sawah Pujon telah sesuai dengan teori atau
melenceng terdapat manfaat dilakukan penelitian ini adalah sebagai berikut
1. Bagi Masyarakat (Umum)
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan refrensi atau sebagai
objek penelitian yang sama berikutnya dan dapat dijadikan sebagai sumber
informasi tentang pengendalian internal sistem akuntansi penerimaan dan
pengeluaran kas padaCafe Sawah Pujon bagi masyarakat umum.
2. Bagi BUMDes Cafe Sawah Pujon
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi BUMDes Cafe
Sawah Pujon, agar dapat menjadi bahan masukan dalam melakukan pengendalian
internal terhadap sistem akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas.

4
3. Bagi Peneliti
Penelitian ini menjadi salah satu sarana penerapan pengembangan ilmu yang
selama ini diperoleh dalam perkuliahan ke dalam praktik kehidupan nyata yaitu
evaluasi pengendalian internal terhadap sistem akuntansi penerimaan dan
pengeluaran kas.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Teoritis
2.1.1 Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
Anom Surya Putra (2015), menyatakan beberapa pengertian dari Badan Usaha
Milik Desa (BUMDes) diantaranya yaitu:
1) BUMDes merupakan salah satu strategi kebijakan untuk menghadirkan institusi
negara (Kementerian Desa PDTT) dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara
di Desa (selanjutnya disebut Tradisi Berdesa).
2) BUMDes merupakan salah satu strategi kebijakan membangun Indonesia dari
pinggiran melalui pengembangan usaha ekonomi Desa yang bersifat kolektif.
3) BUMDes merupakan salah satu strategi kebijakan untuk meningkatkan kualitas
hidup manusia Indonesia di Desa.
4) BUMDes merupakan salah satu bentuk kemandirian ekonomi Desa dengan
menggerakkan unit-unit usaha yang strategis bagi usaha ekonomi kolektif Desa.
Permendesa Nomor 4 tahun 2015: Pasal 1 menjelaskan Badan Usaha Milik
Desa (BUMDes) adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar modalnya
dimiliki oleh Desa melalui penyertaan secara langsung yang berasal dari kekayaan
Desa yang dipisahkan guna mengelola aset, jasa pelayanan, dan usaha lainnya untuk
sebesar-besarnya kesejahteraan masyarakat Desa Landasan Hukum Badan Usaha
Milik Desa (BUMDes)
Jadi berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian dari
BUMDes adalah sebuah badan usaha yang yang terbentuk untuk mensejahterakan
kehidupan masyarakat desa melalui pengembangan potensi milik desa.
2. Landasan Hukum Badan Usaha Milik Desa (BUMDes)
BUMDes dibentuk dan dikelola berdasarkan pada Permendesa Nomor 4 tahun
2015 tentang Pendirian, Pegurusan, Pengelolaan, dan Pembubaran Badan Usaha Milik
Desa. Dalam Permendesa Nomor 4 tahun 2015 terdapat beberapa pasal terkait
diantarnya adalah sebagai berikut :
1) Pasal 1 ayat 2, pengertian Badan Usaha Milik Desa.

6
2) Pasal 3, tujuan pemberian Badan Usaha Milik Desa.
Pendirian BUM Desa bertujuan untuk :
a. Meningkatkan perekonomian Desa.
b. Mengoptimalkan aset Desa agar bermanfaat untuk kesejahteraan Desa.
c. Mengembangkan usaha masyarakat dalam pengelolaan potensi ekonomi Desa.
d. Mengembangkan rencana kerja sama antar usaha antar desa dan/atau dengan
pihak ketiga.
e. Menciptakan peluang dan jaringan pasar yang mendukung kebutuhan layanan
umum warga.
f. Membuka lapangan pekerjaan.
g. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui perbaikan pelayanan umum,
pertumbuhan dan pemerataan ekonomi Desa.
h. Meningkatkan pendapatan masyarakat Desa dan Pendapatan Asli Desa.
3) Pasal 7, bentuk organisasi Badan Usaha Milik Desa.
(1)BUMDesa dapat terdiri dari unit-unit usaha yang berbadan hukum.
(2)Unit usaha yang berbadan hukum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa lembaga bisnis yang kepemilikan sahamnya berasal dari BUMDesa dan
masyarakat.
4) Pasal 8, unit usaha yang dapat dibentuk oleh Badan Usaha Milik Desa.
(1)Perseroan Terbatas sebagai persekutuan modal, dibentuk berdasarkan perjanjian,
dan melakukan kegiatan usaha dengan modal yang sebagian besar dimiliki oleh
BUMDesa, sesuai dengan peraturan perundang-undangan tetang Perseroan
Terbatas.
(2) Lembaga Keuangan Mikro dengan andil BUMDesa sebesar 60 (enam puluh)
persen, sesuai dengan peraturan perundang-undangan tentang lembaga
keuangan mikro.
5) Pasal 24, unit usaha keuangan Badan Usaha Milik Desa.
(1)BUM Desa dapat menjalankan usaha bersama (holding) sebagai
induk dari unit-unit usaha yang dikembangkan masyarakat Desa baik
dalam skala local maupun kawasan perdesaan.

7
(2)Unit-unit usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berdiri
sendiri yangdiatur dan dikelola secara sinergis oleh BUM Desa agar
tumbuh menjadi usaha bersama.
(3)Unit usaha dalam BUM Desa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
menjalankan kegiatan usaha bersama meliputi:
a. pengembangan kapal Desa berskala besar untuk mengorganisasi nelayan
kecil agar usahanya menjadi lebih ekspansif
b. Desa Wisata yang mengorganisir rangkaian jenis usaha dari kelompok
masyarakat;dan, kegiatan usaha bersama yang mengkonsolidasikan jenis
usaha lokal lainnya.
2.1.2 Sistem
1. Pengertian Sistem
Menurut Marshall B. Romney dan Paul John Steinbart (2014), sistem adalah
serangkaian dua atau lebih komponen yang saling terkait dan berinteraksi untuk
mencapai tujuan, sebagian besar sistem terdiri dari subsistem yang lebih kecil yang
mendukung sistem yang lebih besar.
Mulyadi (2016), mendefinisikan sistem adalah jaringan prosedur yang dibuat
menurut pola yang terpadu untuk melaksanakan kegiatan pokok perusahaan.
Dan Menurut Susanto (2017:22) sistem ialah kumpulan/grup dari sub
sistem/bagian/komponen apapun baik phisik ataupun non phisik yang saling
berhubungan satu sama lain dan bekerjasama secara harmonis untuk tujuan tertentu.
Jadi berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem
adalah jaringan prosedur yang saling terkait untuk mencapai satu tujuan yang dimana
subsistem yang lebih kecil yang mendukung sistem yang lebih besar.
2. Kriteria Sistem
Menurut Jogiyanto (2010), sebuah sistem memiliki karakteristik yaitu :
A. Komponen (components).
Bagian-bagian atau elemen-elemen, yang dapat berupa benda atau manusia, berbentuk
nyata atau abstrak, dan disebut subsistem.
B. Penghubung antarbagian (interface).

8
Sesuatu yang bertugas menjembatani satu bagian dengan bagian lain, dan
memungkinkan terjadinya interaksi/komunikasi antarbagian.
C. Batas (boundary).
Sesuatu yang membedakan antara sistem dengan sistem atau sistem-sistem lain.
D. Lingkungan (environment).
Segala sesuatu yang berada di luar sistem dan dapat bersifat menguntungkan atau
merugikan sistem yang bersangkutan.
E. Masukan (input).
Sesuatu yang merupakan bahan untuk diolah atau diproses oleh sistem.
F. Mekanisme pengolahan (processing).
Perangkat dan prosedur untuk mengubah masukan menjadi keluaran dan
menampilkannya.
G. Keluaran (output).
Berbagai macam bentuk hasil atau produk yang dikeluarkan dari pengolahan.
H. Tujuan (goal/objective).
Sesuatu atau keadaan yang ingin dicapai oleh sistem, baik dalam jangka pendek
maupun jangka panjang.
I. Sensor dan kendali (sensor & control).
Sesuatu yang bertugas memantau dan menginformasikan perubahan-perubahan di
dalam lingkungan dan dalam diri sistem kepada sistem.
J. Umpan-balik (feedback).
Informasi tentang perubahan-perubahan lingkungan dan perubahan-perubahan
(penyimpangan) dalam diri sistem.
2.1.3 Akuntansi
1. Pengertian Akuntansi
Menurut Sujarweni (2015:3), akuntansi adalah proses dari transaksi yang
dibuktikan dengan faktur, lalu dari transaksi dibuat jurnal, buku besar, neraca lajur,
kemudian akan menghasilkan informasi dalam bentuk laporan keuangan yang
digunakan untuk pihak-pihak tertentu.
Kartikahadi (2016:3) mendefinisikan akuntansi adalah suatu sistem informasi

9
keuangan, yang bertujuan untuk menghasilkan dan melaporkan informasi yang relevan
bagi berbagai pihak yang berkepentingan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa akuntansi adalah sebuah catatan tentang keuangan
yang kemudian digunakan untuk melaporkan informasi tentang keuangan bagi pihak-
pihak tertentu yang berkepentingan.

2.1.4 Sistem Akuntansi


1. Pengertian Sistem Akuntansi
Menurut Warren, dkk, (2015:228) sistem akuntansi adalah sekumpulan metode
dan prosedur yang digunakan dalam operasi perusahaan untuk mengumpulkan data,
mengelompokkan transaksi, merangkumnya ke dalam jurnal, serta melaporkannya
kedalam laporan keuangan.
Mulyadi (2016) mendefinisikan Sistem akuntansi adalah organisasi, formulir,
catatan, dan laporan yang dikoordinasikan sedemikian rupa untuk menyediakan
informasi keuangan yang dibutuhkan oleh manajemen guna memudahkan pengelolaan
perusahaan.
Jadi berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sistem akuntansi
adalah organisasi, formulir, catatan, dan laporan yang digunakan untuk melaporkan
informasi kegiatan usaha dan keuangan sebuah perusahaan sebagai salah satu cara
untuk memudahkan pengelolaan perusahaan.

2. Unsur-unsur Sistem Akuntansi


Mulyadi (2016) menyatakan bahwa unsur-unsur pokok suatu sistem
akuntansi adalah:
A.Formulir
Formulir merupakan dokumen yang digunakan untuk merekam terjadinya
transaksi, formulir juga sering disebut dengan istilah dokumen, karena dengan
formulir ini peristiwa yang terjadi dalam organisasi didokumentasikan diatas secarik
kertas. Formulir juga sering pula disebut dengan istilah media, karena formulir

10
merupakan media untuk mencatat peristiwa yang terjadi dalam organisasi ke dalam
catatan.
B. Jurnal
Jurnal merupakan catatan akuntansi pertama yang digunakan untuk mencatat,
mengklasifikasikan, dan meringkas data keuangan dan data lainnya. Sumber informasi
pencatatan dalam jurnal ini adalah formulir.
C. Buku Besar
Buku besar (general ledger) terdiri dari akun-akun yang digunakan untuk
meringkas data keuangan yang telah dicatat sebelumnya dalam jurnal, akun-akun
dalam buku besar ini disediakan sesuai dengan unsur-unsur informasi yang akan
disajikan dalam laporan keuangan.
D. Buku Pembantu
Data keuangan yang digolongkan dalam buku besar diperlukan rinciannya lebih
lanjut, dapat dibentuk buku pembantu (subsidiary ledger). Buku pembantu ini terdiri
dari akun-akun pembantu yang merinci keuangan yang tercantum dalam akun tertentu
dalam buku besar.
E. Laporan
Hasil akhir dari proses akuntansi adalah laporan keuangan berupa laporan posisi
keuangan, laporan laba rugi, laporan perubahan saldo laba, laporan harga pokok
produksi, laporan beban pemasaran, laporan beban pokok penjualan, daftar umur
piutang, daftar utang yang akan dibayar , daftar saldo persediaan yang lambat
penjualannya, laporan berisi informasi yang merupakan keluaran (output) sistem
akuntansi, laporan dapat berbentuk hasil cetak komputer dan tayangan pada layar
monitor komputer.
2.1.5 Sistem Pengendalian Internal
1. Pengertian Sistem Pengendalian Internal
Anastasia Diana dan Lilis Setiawati(2011), menyatakan pengendalian internal
adalah semua rencana organisasional, metode, dan pengukuran yang dipilih oleh suatu
kegiatan usaha untuk mengamankan harta kekayannya, mengecek keakuratan dan
keandalan data akuntansi usha tersebut, meningkatkan efisiensi operasional, dan

11
mendukung dipatuhinya kebijakan manajerial yang telah ditetapkan
Menurut Marshall B. Romney dan Paul John Steinbart(2014), pengendalian
internal (internal control) adalah proses dan prosedur yang dijalankan untuk
menyediakan jaminan bahwa tujuan pengendalian
Hery (2014:188) pengendalian internal adalah seperangkat kebijakan dan
prosedur untuk melindungi asset atau kekayaan perusahaan dari segala bentuk
tindakan penyalagunaan, menjamin tersedianya informasi akuntansi perusahaan yang
akurat, serta memastikan bahwa semua ketentuan (peraturan) seluruh karyawan
perusahaan. Yang dimaksud dengan ketentuan disini bias saja meliputi peraturan
dibidang perpajakan, pasar modal, hokum bisnis, undang-undang anti korupsi dan
sebagainya.
Mulyadi (2016), mendefinisikan Sistem pengendalian internal meliputi struktur
organisasi, metode dan ukuran-ukuran yang dikoordinasikan untuk menjaga aset
organisasi, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi
dan mendorong dipatuhinya kebijakan manjemen. Definisi tersebut menekanknn
tentang tujuan yang ingin dicapai.
Jadi berdasarkan definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pengertian
pengendalian intern adalah seperangkat prosedur dan kebijakan untuk melindungi
aktiva atau kekayaan perusahaan dari segala bentuk tindakan pernyalahgunaan,
menjamin tersedianya informasi akuntansi perusahaan yang akurat dan tepat juga
dapat memastikan bahwa semua ketentuan (peraturan) hukum/undang-undang serta
kebijakan manajemen telah dipatuhi atau dijalankan dengan benar oleh seluruh
karyawan perusahaan.

2. Tujuan Sistem Pengendalian Internal


Menurut Sujarweni (2015:69), tujuan utama perusahaan membuat sistem
pengendalian internal adalah sebagai berikut:
A. Untuk menjaga kekayaan perusahaan.
B. Untuk menjaga keakuratan laporan keuangan perusahaan.
C. Untuk menjaga kelancaran operasi perusahaan.

12
D. Untuk menjaga kedisiplinan dipatuhinya kebijakan manajemen.
E. Agar semua lapisan yang ada di perushaan tunduk pada hukum dan aturan yang
sudah ditetapkan di perusahaan.
Tujuan sistem pengendalian interal menurut Mulyadi (2016) sebagai berikut:
1) Menjaga aset organisasi
2) Mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi
3) Mendorong efisiensi
4) Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen
Menurut Hermawan (2018:1) tujuan system pengendalian internal adalah
meberikan jaminan bahwa :
1. Aktiva dilindungi dan digunakan untuk pencapaian tujuan usaha
2. Informasi bisnis akurat
3. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas
4. Karyawan mematuhi peraturan dan ketentuan
Menurut Commite of Sponsoring Organizations of Treadway Commission (COSO)
(2013), Pengendalian Internal mempunyai tiga kategori tujuan yaitu:
1. Tujuan Operasi
Tujuan ini berkaitan dengan efektivitas dan efisiensi operasi entitas, termasuk tujuan
kinerja operasional dan keuangan, dan menjaga aset terhadap kerugian.
2. Tujuan Pelaporan
Tujuan ini berkaitan dengan pelaporan keuangan dan pelaporan non- keuangan, untuk
internal maupun eksternal, yang mencakup keandalan, ketepatan waktu, transparansi,
atau persyaratan lain yang ditetapkan oleh regulator, persyaratan yang diakui pembuat
standar, atau kebijakan entitas itu sendiri.
3. Tujuan Kepatuhan
Tujuan ini berhubungan dengan kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang mana
entitas tunduk.

13
3. Unsur Sistem Pengendalian Internal
Menurut Mulyadi (2014:164), unsur pengendalian internal meliputi hal-hal
berikut :
1) Struktur organisasi yang memisahkan tanggung jawab fungsional secara tegas
2) Sistem wewenang dan prosedur pencatatan yang meliputi kekayaan, utang, biaya
dan pendapatan
3) Praktik yang sehat dalam menjalankan tugas dan fungsi setiap unit
4) Karyawan yang mutunya yang sesuai dengan tanggung jawabnya.
Menurut COSO dikutip oleh Sujarweni (2015:71), pengendalian internal memiliki
lima komponen antara lain :
1. Lingkungan Pengendalian (Control Environment)
Lingkungan pengendalian merupakan sarana dan prasarana yang ada di dalam
organisasi atau perusahaan untuk menjalankan struktur pengendalian intern yang
baik.
2. Penilaian Resiko (Risk Assessment)
Penilaian Risiko merupakan kegiatan dimana manajemen perushaan harus dapat
mengidentifikasi berbagai risiko yang dihadapi oleh perushaan. Dengan memahami
risiko, manajemen dapat mengambil tindakan pencegahan, sehingga perusahaan dapat
menghindari kerugian yang besar.
3. Pengendalian Aktivitas (Control Activities)
Pengendalian aktivitas adalah berbagai proses dan usaha yang dilakukan manajemen
perusahaan untuk menegakkan pengawasan atau pengendalian operasi perusahaan.
kebijakan dan prosedur yang dimiliki manajemen untuk memberikan jaminan yang
meyakinkan bahwa manajemen telah dijalankan sebagaimana mestinya.
4. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication)
Komunikasi mencakup penyampaian semua informasi kepada semua personil yang
terlibat dalam pelaporan keuangan tentang bagaimana aktivitas mereka berkaitan
dengan pekerjaan orang lain baik yang ada di dalam maupun yang ada di luar
perusahaan.

14
5. Pemantauan (Monitoring)
Pemantauan adalah kegiatan untuk megikuti jalannya sistem informasi akuntansi,
sehingga apabila ada sesuatu berjalan tidak seperti yang diharapkan, dapat segera
diambil tindakan.

2.1. 6 Pengertian Sistem Akuntansi Penerimaan Kas


Menurut Soemarso (2009), penerimaan kas adalah suatu transaksi yang
menimbulkan bertambahnya saldo dan bank pemilik perusahaan yang di akibatkan
penjualan produksi, penerimaan piutang, maupun hasil transaksi lainnya yang
menyebabkan bertambahnya kas. Penerimaan kas perusahaan berasal dari dua sumber
utama, yakni penerimaan kas dari penjualan tunai dan penerimaan kas dari penjualan
kredit.
Menurut Hery (2016:173), sistem akuntansi penerimaan kas ialah berasal dari
hasil kegiatan normal bisnisnya, yaitu melalui penjualan tunai baik untuk perusahaan
dagang maupun perusahaan jasa, ataupun sebagai hasil penagihan piutang usaha dari
pelanggan dalam hal penjualan kredit.
Penerimaan kas perusahaan berasal dari dua sumber utama, yakni penerimaan
kas dari penjualan tunai dan penerimaan kas dari penjualan kredit.

A. Fungsi Terkait
Menurut Mulyadi (2016), fungsi-fungsi yang terkait dalam sistem akuntansi
penerimaan kas yaitu :
1. Fungsi Penjualan
Fungsi ini bertanggung jawab untuk menerima order dari pembeli, mengisi faktur
penjualan tunai, dan menyerahkan faktur tersebut kepada pembeli untuk kepentingan
pembayaran harga barang ke fungsi kas. Dalam struktur organisasi fungsi ini berada
di tangan Bagian Order Penjualan.
2. Fungsi Kas
Fungsi ini bertanggung jawab atas penerimaan kas dari pembeli. Dalam struktur
organisasi fungsi ini berada di tangan Bagian Kasa.

15
3. Fungsi Gudang
Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyiapkan barang yang dipesan oleh pembeli,
serta menyerahkan barang tersebut ke fungsi pengiriman. Dalam struktur organisasi
fungsi ini berada di tangan Bagian Gudang.
4. Fungsi Pengiriman
Fungsi ini bertanggung jawab untuk membungkus barang dan menyerahkan barang
yang telah dibayar harganya kepada pembeli. Dalam struktur organisasi fungsi ini
berada di tangan Bagian Pengiriman.
5. Fungsi Akuntansi
Fungsi ini bertanggung jawab sebagai pencatat transaksi penjualan dan penerimaan
kas dan pembuat laporan penjualan. Dalam struktur organisasi fungsi ini berada di
tangan Bagian Jurnal.

B. Catatan Akuntasi Yang Digunakan


Menurut Mulyadi (2016), Catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem akuntansi
penerimaan kas yaitu :
1. Jurnal Penjualan
Jurnal penjualan digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat dan meringkas data
penjualan. Di jurnal ini pihak manajemen akan mendapatkan informasi mengenai
penjualan setiap jenis produk yang dijualnya selamajangka waktu tertentu.
2. Jurnal Penerimaan Kas
Jurnal penerimaan kas digunakan oleh fungsi akuntansi untuk mencatat penerimaan
kas dari berbagai sumber, di antaranya dari penjualan tunai.
3. Jurnal Umum
Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, jurnal ini digunakan oleh fungsi
akuntansi untuk mencatat harga pokok produk yang dijual.
4. Kartu Persediaan
Dalam transaksi penerimaan kas dari penjualan tunai, kartu persediaan digunakan
oleh fungsi akuntansi untuk mencatat berkurangnya harga pokok produk yang dijual.
Kartu persediaan ini diselenggarakan di fungsi akuntansi untuk mengawasi mutasi

16
dan persediaan barang yang disimpan di gudang.
5. Kartu Gudang
Catatan ini tidak termasuk sebagai catatan akuntansi karena hanya berisi data
kuantitas persediaan yang disimpan di gudang.

C. Jaringan Prosedur Yang Membentuk Sistem


Menurut Mulyadi (2016), jaringan prosedur yang membentuk system penerimaan kas
yaitu:
1. Prosedur Order Penjualan
Dalam prosedur ini fungsi penjualan menerima order dari pembeli dan membuat
faktur penjualan tunai untuk memungkinkan pembeli melakukan pembayaran
harga barang ke fungsi kas dan untuk memungkinkan fungsi gudang dan fungsi
pengiriman menyiapkan barang yang akan diserahkan kepada pembeli.
2. Prosedur Penerimaan Kas
Dalam prosedur ini fungsi kas menerima pembayaran harga barang dari pembeli
dan memberikan tanda pembayaran (berupa pita register kas dan cap“lunas” pada
faktur penjualan tunai) kepada pembeli untuk memungkinkan pembeli tersebut
melakukan pengambilan barang yang dibelinya dari fungsi pengiriman.
3. Prosedur Penyerahan Barang
Dalam prosedur ini fungsi pengiriman menyerahkan barang kepada pembeli.
4. Prosedur Pencatatan Penjualan Tunai
Dalam prosedur ini fungsi akuntansi melakukan pencatatan transaksi penjualan tunai
dalam jurnal penjualan dan jurnal penerimaan kas. Fungsi akuntansi juga mencatat
berkurangnya persediaan barang yang dijual dalam kartu persediaan.
5. Prosedur Penyetoran Kas ke Bank
Sistem pengendalian internal terhadap kas mengharuskan penyetoran dengan segera
ke bank semua kas yang diterima pada suatu hari. Dalam prosedur ini fungsi kas
menyetorkan kas yang diterima dari penjualan tunai ke bank dalam jumlah penuh.

17
6. Prosedur Pencatatan Penerimaan Kas
Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi mencatat penerimaan kas ke dalam jurnal
penerimaan kas berdasar bukti setor bank yang diterima dari bank melalui fungsi kas.
7. Prosedur Pencatatan Beban Pokok Penjualan
Dalam prosedur ini, fungsi akuntansi membuat rekapitulasi beban pokok penjualan
berdasarkan data yang dicatat dalam kartu persediaan. Berdasarkan rekapitulasi beban
pokok penjualan ini, fungsi akuntansi membuat bukti memorial sebagai dokumen
sumber untuk pencatatan beban pokok penjualan ke dalam jurnal umum.

D. Unsur Pengendalian Internal


Menurut Sujarweni (2015:76-77), pengawasan pengendalian internal terbagi
menjadi tiga bagian yaitu:
1. Berdasarkan tujuannya.
2. Berdasarkan sebuah lingkungan.
3. Berdasarkan kegiatannya.
Menurut Hery (2016: 173-179), secara garis besar beberapa penerapan prinsip
pengendalian internal atas penerimaan kas yaitu sebagai berikut:
1. Hanya karyawan tertentu saja yang secara khusus ditugaskan untuk menangani
penerimaan kas.
2. Adanya pemisahan tugas (segregation of duties) antara individu yang menerima
kas, mencatat/membukukan penerimaan, dan peyimpanan kas.
3. Setiap transaksi penerimaan kas harus didukung oleh dokumen seperti slip berita
pembayaran uang dalam kasus penerimaan uang lewat pos, struk dalam kasus
penerimaan uang lewat konter penjualan, dan salinan bukti setor uang tunai ke
bank.
4. Uang kas hasil penerimaan penjualan harian atau hasil penagihan piutang dari
pelanggan harus disetor ke bank setiap hari oleh departemen kasir. Kepala kasir
akan mengisi formulir setoran bank dan kemudian menyetorkan uang kas tadi ke
bank.

18
5. Dilakukannya pengecekan independen atau verifikasi internal. Mengikat karyawan
yang menangani penerimaan kas dengan uang pertanggungan.

Menurut mulyadi (2016) untuk merancang organisasi yang berkaitan dengan


sistem penerimaan kas dari penjualan tunai, unsur pokok pengendalian intern
diuraikan sebagai berikut :
1. Fungsi penjualan harus terpisah dari fungsi kas
Fungsi penjualan yang merupakan fungsi operasi harus dipisahkan dari fungsi kas
yang merupakan fungsi penyimpanan.
2. Fungsi kas harus terpisah dari fungsi akuntansi
Berdasar unsur sistem pengendalian iternal yang baik, fungsi akuntansi harus
dipisahkan dari kedua fungsi pokok yang lain.
3. Fungsi operasi dan fungsi penyimpanan.
Transaksi penjualan tunai harus dilaksanakan oleh fungsi penjualan, fungsi kas,
fungsi pengiriman dan fungsi akuntansi. Tidak ada transaksi penjualan tunai yang
dilaksanakan secara lengkap hanya oleh satu fungsi tersebut.

2.1.7 Sistem Akuntansi Pengeluaran Kas

Menurut Soemarso S.R (2009), pengeluaran kas adalah suatu transaksi yang
menimbulkan berkurangnya saldo kas dan bank milik perusahaan yang
mengakibatkan adanya pembelian tunai, pembayaran utang maupun hasil transaksi
yang menyebabkan berkurangnya kas.
Pengeluaran kas pada perusahaan atau instansi pemerintahan dilakukan melalui
dua sistem, yaitu: pengeluaran kas dengn cek dan pengeluaran kas dengan uang tunai
(Mulyadi 2016).
A. Fungsi Terkait
Menurut Mulyadi (2016), Fungsi yang terkait dalam sistem akuntansi pengeluaran
kas yaitu:
1. Fungsi yang memerlukan pengeluaran kas atau dana

19
Fungsi ini ketika memerlukan adanya pengeluaran kas atau dana, fungsi yang
bersangkutan mengajukan permintaan cek kepada fungsi akuntansi (bagian utang).
Permintaan cek ini harus mendapatkan persetujuan dari kepala fungsi yang
bersangkutan.
2. Fungsi Kas
Fungsi ini bertanggung jawab dalam mengisi cek, memintakan otorisasi atas cek dan
mengirimkan cek kepada kreditor.
3. Fungsi Akuntansi
Fungsi ini bertanggungjawab atas:
a) Pencatatan pengeluaran kas kecil yang menyangkut beban dan persediaan.
b) Pencatatan transaksi pembentukan dana kas kecil.
c) Pencatatan pengisian kembali dana kas kecil dalam jurnal pengeluaran kas atau
register cek.
d) Pencatatan pengeluaran dana kas kecil dalam jurnal pengeluaran dana kas kecil
(dalam fluctuating-fund-balance system).
e) Pembuatan bukti kas keluar yang memberikan otorisasi kepada fungsi kas
dalam mengeluarkan cek sebesar dokumen tersebut. Fungsi ini juga
bertanggungjawab untuk melakukan verifikasi kelengkapan dan kesahihan
dokumen pendukung yang dipakai sebagai dasar pembuatan bukti kas keluar.
4. Fungsi Pemegang Dana Kas Kecil
Fungsi ini bertanggungjawab atas penyimpanandana kas kecil, pengeluaran dana kas
kecil sesuai dengan otorisasi dari pejabat tertentu yang ditunjuk, dan permintaan
pengisian kembali dana kas kecil.
5. Fungsi yang memerlukan pembayaran tunai
6. Fungsi Pemeriksa Internal
Fungsi ini bertanggung jawab atas perhitungan kas secara periodik dan mencocokan
hasil penghitungannya dengan saldo kas menurut catatan akuntansi. Fungsi ini juga
bertanggung jawab untuk melakukan pemeriksaan secara mendadak terhadap saldo
kas yang ada ditangan, dan membuat rekonsiliasi bank secara periodik.

20
B. Catatan Akuntansi yang digunakan
Menurut Mulyadi (2016) catatan akuntansi yang digunakan dalam sistem akuntansi
pengeluaran kas yaitu:
1. Jurnal Pengeluaran Kas Tunai
Dalam sistem dana kas kecil, digunakan untuk mencatat pengeluaran kas dalam
pembentukan dana kas kecil dan pengisian kembali dana kas kecil.Dokumen sumber
yang dipakai sebagai dasar pencatatan dalam jurnal pengeluaran kas adalah bukti kas
keluar yang telah dicap “lunas” oleh fungsi kas.
2. Register Cek
Catatan ini digunakan untuk mencatat cek perusahaan yang dikelarkan untuk
pembentukan dan pengisian kembali dana kas kecil.
3. Jurnal Pengeluaran Dana Kas Kecil
Jika mencatat transaksi pengeluaran dana kas kecil diperlukan jurnal khusus. Jurnal
ini sekligus berfungsi sebagai alat distribusi pendebitan yang timbul sebagai akibat
pengeluaran dana kas kecil. Jurnal ini hanya digunakan dalam sistem dana kas kecil
dengan fluctuating fund-balance system.

C. Jaringan Prosedur Yang Membentuk Sistem


Menurut Mulyadi (2010), Jaringan prosedur yang membentuk sistem pengeluaran
dana kas kecil (tunai) yaitu :
1. Prosedur pembentukan dana kas kecil
Prosedur dalam sistem saldo tetap dan berfluktuasi tidak berbeda jauh. Bagian utang
mencatat pembentukan dana kas kecil dengan mendebet Dana Kas Kecil dan
mengkredit bukti kas keluar yang akan dibayar. Bukti kas keluar tersebut dilampiri
dengan Seurut keputusan pembentukan dana kas kecil yang diserahkan oleh bagian
utang ke bagian kasa. Selanjutnya bagian kasa membuat cek atas nama dan
memintakan otorisasi. Cek tersebut kemudian diserahkan kepada pemegang dana kas
kecil dan bukti kas keluar diserahkan kepada bagian jurnal stelah dibubuhi cap
“lunas” oleh bagian kasa. Bagian jurnal selanjutnya mencatat pengeluaran kas dalam
register cek.

21
2. Prosedur Permintaan dan Pertanggungjawaban Pengeluaran Dana Kas Kecil.
Prosedur dana kas kecil yang menggunakan sistem saldo tetap sedikit berbeda dengan
sistem saldo yang berfluktuasi. Pada sistem saldo tetap, pengeluaran dana kas kecil
tidak dicatat dalam catatan akuntansi, pemegang dana kas kecil hanya mengarsipkan
dokumen permintaan pengeluaran kas kecil berdasarkan abjad nama pemakai dana
kas kecil. Pada sistem saldo berfluktuasi, saldo rekening dana kas kecil dalam buku
besar dibiarkan berfluktuasi sesuai dengan jumlah pengisian dan pemakaian dana kas
kecil.
3. Prosedur Pengisian Kembali Kas Kecil
Prosedur pengisian kembali dana kas kecil dalam sistem saldo tetap berbeda dengan
sistem saldo berfluktuasi. Perbedaannya adalah dalam saldo tetap didasarkan atas
jumlah uang tunai yang telah dikeluarkan menurut bukti pengeluaran kas kecil
sedangkan dalam saldo berfluktuasi didasarkan atas taksiran jumlah uang tunai yang
diperlukan oleh pemegang dana kas kecil.
2.1.6 Bagan Alir Dokumen (Flowchart)
Menurut Mulyadi (2008) Flowchart merupakan gambar yang digunakan untuk
menggambarkan proses kegiatan dalam suatu organisasi secara manual. Flowchart
berupa bagan untuk keseluruhan sistem termasuk kegiatan-kegiatan manual dan aliran
atau arus dokumen yang dipergunakan dalam suatu sistem. Dibawah ini adalah
simbol-simbol standar yang biasa digunakan dalam menyusun flowchart :
Arsip permanen, menggambarkan tempt
penyimpanan dokumen yang tidak akan
diproses lagi dalam sistem akuntansi yang
bersangkutan.
On-line computer process, menggambarkan
pengolahan data menggunakan komputer
secara on-line.
Keying, menggambarkan pemasukan data ke
dalam komputer melalui on-line terminal.

22
On-line storage, arsip komputer yag berbentuk
on-line ( di dalam memory komputer)
Keputusan, menggambarkan keputusann yang
harus dibuat dalam proses pengolahan data
(garis bawah “ya” garis samping “tidak”)

Mulai atau berakhir, menggambarkan awal


atau akhir suatu sistem akuntansi

Garis alir, menggambarkan arah proses


pengolahan data.
Anak panah digambarkan jika arus dokumen
mengalir ke atas atau ke kiri, namun jika arus
dokumen mengarah ke bawah atau ke kanan
maka anak panah tidak digambarkan.
Dokumen, menggambarkan semua jenis
dokumen yang merupakan formulir yang
digunakan untuk merekam formulir yang
digunakan untuk merekam data terjadinya
suatu transaksi.
Catatan, menggambarkan catatan akuntansi yang
digunkan untuk mencatat data yang
direkam sebelumnya di dalam dokumen atau
formulir
Penghubung pada halaman yang sama,
digunakan untuk menghubungkan yang
memungkinkan aliran dokumen berhenti di
suatu lokasi pada halaman tertentu dan kembali
berjalan di lokasi lain pada halaman
yang sama.

23
Penghubung pada halaman yang berbeda,
digunakan untuk menunjukan bagaimana bagan
alir yang tercantum pada halaman tertentu
terkait dengan bagan alir yang
tercaantum pada halamn lain.
Keterangan atau komentar, untuk
menambahkan keterangan untuk memperjelas
pesan yang disampaikan dalam bagan alir.

Kegiatan maanual, menggambarkan kegiatan


manual yang dilakukan seperti
misalnya
mengisi formulir, menerima
order dari pembeli, dan
sebagainya.
Arsip sementara, menggambarkan tempat
penyimpanan dokumen yang dokumennya akan
diambil kembali dari arsip tersebut di
masa yang akan datang.
Tabel 2. 1. Flowchart

2.2 Tinjauan Empiris


Berikut ini adalah ringkasan hasil penelitian terdahulu yang dapat dilihat pada
tabel dibawah ini :
No Nama Judul Tujuan Hasil Penelitian
/Tahun Penelitian Penelitian
1. Hedrik Evaluasi Penelitian ini Hasil penelitian
Frengky Penerapan Sistem bertujuan untuk menunjukan bahwa
dkk/2019 Pengendalian mengevaluasi penerapan sistem

24
Internal penerapan sistem pengendalian internal
Penerimaan Kas pengendalian penerimaan kas pada
pada Hotel Yuta internal hotel Yuta Manado
Manado penerimaan kas belum memadai, maka
pada hotel Yuta perlu adanya perputaran
Manado jabatan, peningkatan
sumber daya
manusiamengenai hal
teknologi dan
penambahan alat berupa
komputer di bagian
kasir.
2. Hardi Bahar Evaluasi Penelitian ini Hasil penelitian ini
dan David Pengendalian bertujuan untuk menunjukan bahwa
Ginting / Internal Dalam melihat elemen-elemen pada
2017 Pengelolaan bagaimana pengendalian Internal
Sistem evaluasi dan yang dilakukan oleh
Penerimaan dan mengidentifikasi para pemilik UMKM
Pengeluaran Kas kelemahan Cukup efektif akan
pada Pelaku Internal Control tetapi ada beberapa
UMKM di Kota dalam aspek kelemahan pada
Batam pengelolaan 1) Lingkungan
sistem pengendalian yaitu
penerimaan dan integritas dan nilai
pengeluaran kas etika, struktur
pada UMKM di organisasi, kebijakan.
Kota Batam 2) Penaksiran resiko
dan 3) Informasi dan
komunikasi
3. Kadek Arya Analisis Sistem Penelitian ini 1. Pengendalian internal

25
Pradana Pengendalian bertujuan untuk yang diterapkan sudah
dkk/ 2017 Intern Penerimaan menganalisis berjalan cukup baik
dan Pengeluaran sistem karena sudah sebagian
Kas Pada pengendalian besar sesuai dengan
Koperasi Unit intern penerimaan unsur-unsur
Desa (KUD) dan pengeluaran pengendalian internal
Seririt kas pada Koperasi namun ada beberapa
Unit Desa Seririt. unsur yang masih
menyimpang
diantaranya, unsur
lingkungan
pengendalian yakni
pada faktor kebijakan
dan praktik sumber
daya manusia yang
belum adanya
kompensasi lebih
kepada karyawan serta
unsur aktivitas
pengendalian tepatnya
pada pemisahan tugas
yang masih adanya
rangkap jabatan
2. Hampir semua
bagian terkait dengan
penerimaan dan
pengeluaran kas namun
yang paling berperan
penting yakni bagian

26
kasir
3. Sistem penerimaan
dan pengeluaran kas
sudah cukup
terorganisir
dikarenakan prosedur
penerimaan dan
pengeluaran kas sudah
jelas
4. Sistem pengendalian
intern penerimaan dan
pengeluaran kas sudah
berjalan cukup baik
dilihat dari segi bukti
tiap transaksi dan dari
segi pemantauan.
4. Greivy Evaluasi Penelitian ini Hasil penelitian adalah
Panambuna Pengendalian bertujuan untuk pengendalian internal
n dan Jantje Internal Dalam mengevaluasi dalam penerapan sistem
J. Tinagon/ Pelaksanaan pengendalian dan prosedur
2016 Sistem dan internal dalam pengeluaran kas di
Prosedur pelaksanaan Dinas Koperasi dan
Pengeluaran Kas sistem dan UMKM Sulawesi Utara
pada Dinas prosedur telah sesuai dengan
Koperasi dan pengeluaran kas aturan.
UMKM Sulawesi pada Dinas
Utara Koperasi dan
UMKM Sulawesi
Utara.
5. Fitri Evaluasi Sistem Penelitian ini Hasil penelitian

27
Hartono/20 Pengendalian bertujuan untuk menunjukkan bahwa
16 Intern Penerimaan mengevaluasisiste sistem pengendalian
dan Pengeluaran m pengendalian intern telah sesuai
Kas pada PT. intern padaPT. dengan unsur-unsur
Nasmoco Nasmoco pengendalian intern
Bengawan Motor Bengawan Motor sebesar 91,67%. Dalam
Solobaru Solobaru dan prakteknya Achieved
pentingnya untuk Upper Precision
memiliki Limit(AUPL) untuk kas
pengendalian masuk sebesar 3 % dan
intern yang kas keluar sebesar 4%.
efektif. Desired Upper
Precision Limit(DUPL)
yang ditetapkan peneliti
sebesar 5%. AUPL kas
masuk 3% < 5%
(DUPL) dan AUPL kas
keluar 4% < 5%
(DUPL). Maka
pengendalian intern
penerimaan dan
pengeluaran kas telah
efektif.
Penelitian terdahulu terdapat hasil penelitian yang tidak konsisten, dan hanya
menggunakan satu dan dua variabel hal ini yang mendasari peneliti kembali
mengangkat variabel-variabel penelitian terdahulu dengan perbedaan objek atau
tempat penelitian agar hasil dari peneliti saat ini dapat dipertimbangkan
konsistensinya.
BAB III
METODE PENELITIAN

28
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian studi kasus, yang dimana
penelitian ini hanya difokuskan pada objek tertentu secara terperinci, sehingga
kesimpulan yang akan diambil hanya terbatas pada objek yang diteliti.
Menurut Sedarmayanti dan Syarifudin Hidayat (2011), Studi kasus adalah
penelitian tentang status subyek yang berkenaan dengan suatu fase spesifik atau khas
dari keseluruhan.
3.2 Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada salah satu BUMDes yang ada di Desa
Pujon Kidul Malang yaitu BUMDes Cafe Sawah Pujon, Pujon Kidul, Kec. Krajan,
Kabupaten Malang, Jawa Timur. Peneliti memilih lokasi ini dikarenakan
sebagaimana fenomena yang terjadi yaitu BUMDes Cafe Sawah ini cukup terkenal
oleh khalayak banyak dan menimbulkan transaksi penerimaan kas yang cukup
banyak dan transaksi pengeluaran kas yang rutin sehingga penelitian saat ini akan
mengevaluasi efektivitas pengendalian internal dari penerimaan dan pengeluaran kas
BUMDes Cafe Sawah Pujon.
3.3 Sumber dan Jenis Data
Jenis data yang diperoleh merupakan data primer data yang diperoleh peneliti
secara langsung yaitu berupa hasil wawancara peneliti dengan narasumber, dan jenis
data sekunder yaitu data yang diperoleh dari catatan atau dokumentasi objek
penelitian
Sumber data berasal dari wawancara langsung dengan narasumber tentang
sistem penerimaan kas BUMDes, dan sistem pengeluaran kas pada BUMDes sejarah
BUMDes, struktur organisasi BUMDes, Deskripsi tugas dan tanggung jawab tenaga
ahli.
3.4 Metode dan Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai
berikut:
1) Metode Wawancara
Sugiyono(2013) mengatakan teknik pengumpulan data merupakan langkah yang

29
paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data.
Peneliti akan melakukan metode wawancara dengan tatap muka langsung
dengan narasumber yang akan dilakukan di tempat kerja yaitu di BUMDes Cafe
Sawah Pujon Kidul. Sasaran peneliti dalam metode ini adalah bagian administrasi dan
keuangan unit cafe sawah Pujon Kidul dan kepala unit cafe sawah Pujon Kidul.
Menurut Esterberg dalan Sugiyono(2013), mengatakan bahwa wawancara merupakan
pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga
dapat dikontribusikan makna dalam suatu topik tertentu.
2) Metode Observasi
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti berikutnya adalah teknik
observasi menurut Sugiyono(2013), observasi merupakan kegiatan pemuatan
penelitian terhadap suatu objek. Apabila dilihat pada proses pelaksanaan
pengumpulan data, observasi dibedakan menjadi partisipan dan non-partisipan. Jenis
observasi yang digunakan pada penelitian ini adalah observasi non-partisipan
Peneliti akan menggunakan metode observasi secara langsung, teknik ini dipilih
peneliti dengan pertimbangan tentang objek yang diteliti yaitu tentang sistem
akuntansi penerimaan kas dan sistem akuntansi pengeluaran kas, sehingga
memerlukan pengamatan langsung pada objek yang diteliti.
3) Metode Dokumentasi
Teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti berikutnya adalah teknik
dokumentasi. Menurut Sugiyono(2013), mengatakan dokumen merupakan catatan
peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar atau karya-
karya monumental dari seseorang
Peneliti akan menggunakan metode dokumentasi untuk mendapatkan data-data
yang berkaitan dengan objek penelitian dengan mendokumentasikan data-data yang
dibutuhkan untuk penelitian.

3.5 Teknik Analisis Data


Teknik analisis data yang digunakan untuk memberikan jawaban akan rumusan

30
masalah yang ada adalah menggunakan uji kepatuhan dengan komponen yang ada
dalam COSO dan Mulyadi akan ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1) Sebagai langkah pertama, peneliti akan melakukan identifikasi tentang sistem
akuntansi penerimaan kas dan sistem akuntansi pengeluaran kas yang ada di dalam
BUMDes Cafe Sawah Pujon Kidul.
2) Membuat tabel yang berisi tentang komponen pengendalian internal menurut
COSO dan Mulyadi, teori terkait komponen pengendalian internal COSO dan
Mulyadi, dan keadaan yang terjadi di dalam BUMDes Cafe Sawah Pujon Kidul,
dengan komponen tabel meliputi: Dapat dilihat pada Tabel 3.1 Komponen
Penilaian Teori COSO dan tabel 3.2 Komponen Penilaian Teori Mulyadi
Setelah melakukan tahap satu dan dua, peneliti menarik kesimpulan dengan
menganalisis hasil dari data yang diperoleh dan menentukan hasil yang dominan dari
data yang sudah dianalisis

31
NO KOMPONEN TEORI COSO KRITERIA KEADAAN DI SESUAI/TIDAK
BUMDES SESUAI
1 Lingkungan Pengendalian
A Integritas dan nilai etika BUMDes menunjukkan
komitmen untuk integritas
dan nilai-nilai etis.
B Komitmen terhadap kompetensi BUMDes merekrut karyawan
yang kompeten yang dapat
dipercaya guna mendorong
kreativitas dan inisiatif dalam
menghadapi kondisi yang
dinamis saat ini.
C Struktur organisasi BUMDes menggambarkan
pembagian otoritas dan
tanggungjawab dalam
perusahaan, struktur
organisasi harus disajikan
secera eksplisit dalam bentuk
grafis agar jelas siapa yang
bertanggungjawab atas apa.
D Pendelegasian wewenang dan tanggung Menetapkan manajemen,
jawab 32 yang tepat dengan pengawasan badan,
struktur, pelaporan baris
yang sesuai sesuai dengan
wewenang dan
tanggungjawab
dalam mengejar tujuan.
2 Penilaian Risiko
A Aktivitas dalam proses penerimaan kas Pencocokan fisik kas yang
ada dipegang kasir setiap
hari, bukti nomor urut atas
setiap transaksi yang terjadi

NO KOMPONEN TEORI COSO KRITERIA KEADAAN SESUAI/TIDAK


DIBUMDES SESUAI
B Aktivitas dalam proses pengeluaran kas Pencocokan fisik kas yang
ada pada dana kas kecil setiap
bulannya, dan bukti tanda
tangan atas setiap transaksi
yang terjadi
3 Aktivitas Pengendalian
A Tingkat pengendalian entitas Organisasi memilih dan
mengembangkan
33 pengendalian yang
berkontribusi terhadap
mitigasi risiko terhadap
pencapaian tujuan
B Pengendalian atas transaksi penerimaan Dokumen transaksi yang baik
kas memiliki nomor urut cetak
C Pengendalian atas transaksi pengeluaran Dokumen transaksi yang
kas baik minimal memiliki
tanda bukti tanda tangan
kas keluar
D Pemisahan tugas Tiga perkerjaan yang
harus dipisahkan agar
tidak ada peluang untuk
mencuri harta atau
memalsukan catatan
akuntansi. Tiga pekerjaan
tersebut adalah fungsi
penyimpanan, fungsi
pencatatan dan fungsi
otorisasi
4 Infromasi dan Komunikasi
A Identifikasi dan mencatat semua BUMDes harus mencatat
34 transaksi yang valid semua transaksi penerimaan
NO KOMPONEN TEORI COCO KRITERIA KEADAAN DI SESUAI/TIDAK
BUMDES SESUAI
dan pengeluaran kas yang
terjadi selama suatu periode
B Mengklasifikasi transaksi sebagaimana Pengklasifikasian jenis-jenis
seharusnya transaksi sesuai dengan pos
nya
C Mencatat transaksi pada periode Pencatatan transaksi berupa
akuntansi tanggal, bulan, tahun sesuai
periode akuntansi yang
dilaporkan
D Menyajikan transaksi dan Penyajian laporan keuangan
pengungkapan yang terkait dalam tepat waktu dan tepat agar
laporan keuangan dapat dipertanggung-
jawabkan
5 Pengawasan Kinerja
A Melakukan evaluasi Evaluasi dilakukan secara
rutin baik evaluasi terhadap
karyawan dan terhadap kas
Tabel 3.1 Komponen penilaian COSO

35
36
DAFTAR PUSTAKA
Bahar, Hardi dan David Ginting. 2017 Evaluasi Pengendalian Internal Dalam
Pengelolaan Sistem Penerimaan dan Pengeluaran Kas pada Pelaku
UMKM di Kota Batam. Jurnal Benefita 3(1) Februari 2018. Diakses pada
tanggal 12 Oktober 2019
COSO. 2013. Internal Control – Integrated Framework : Executive Summary,
Durham, North Carolina.
Diana, Anastasia. dan Lilis Setiawati. 2011. Sistem Informasi Akuntansi. Andi
Offset. Yogyakarta.
Frengky, Hedrik dkk. 2019 Evaluasi Penerapan Sistem Pengendalian Internal
Penerimaan Kas pada Hotel Yuta Manado. Jurnal EMBA– Vol.7 No.1
Januari 2019. Diakses pada tanggal 12 Oktober 2019
Hartono, Fitri. 2016 Evaluasi Sistem Pengendalian Intern Penerimaan dan
Pengeluaran Kas pada PT. Nasmoco Bengawan Motor Solobaru. Jurusan
Program Pendidikan Akuntansi Universitas Sebelas Maret. Diakses 24
Okober 2019
Hartono, Jogiyanto. 2010. Analisis dan Desain Sistem Informasi. Andi Offset.
Yogyakarta
Mulyadi. 2008. Sistem Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
Mulyadi. 2010. Sistem Akuntansi, Edisi ke-3, Cetakan ke-5. Salemba Empat.
Jakarta
Mulyadi. 2011. Auditing Buku 1 Edisi 6. Salemba Empat. Jakarta Selatan.
Mulyadi. 2016. Sistem Akuntansi Edisi 4. Salemba Empat. Jakarta Selatan.
Reeve, J., Warren, C. S., & Duchac, J.E. 2013. Pengantar Akuntansi. Jakarta:
Salemba Empat
Rommey, Marshall B. dan Paul John Steinbart. 2014. Sistem Informasi Akuntansi
(Accounting Information Systems) Edisi 13. Salemba Empat. Jakarta
Selatan.
Soemarso. 2009. Akuntansi Suatu Pengantar. Buku ke 2. Edisi 5. Jakarta: Salemba
Empat
Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.CV

37
Tunggal, Amin Widjaja. 2010. Teori dan Praktek Auditing. Jakarta: Harvarindo
Panambunan, Greivy dan Jantje J. Tinagon. 2016 Evaluasi Pengendalian Internal
Dalam Pelaksanaan Sistem dan Prosedur Pengeluaran Kas pada Dinas
Koperasi dan UMKM Sulawesi Utara. Jurnal EMBA - Vol.4 No.1 Maret
2016. Diakses 10 Oktober 2019
Peraturan Menteri Desa Nomor 4 Tahun 2015. Pendirian,, Pengurusan Dan
Pengelolaan, Dan Pembubaran Badan Usaha Milik Desa.
Putra, Anom Surya. 2015. Buku Saku 7 Badan Usaha Milik Desa Spirit Usaha
Kolektif Desa, Kementerian Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan
Transmigrasi Republik Indonesia
Pradana, Kadek Arya dkk. 2017 Analisis Sistem Pengendalian Intern Penerimaan
dan Pengeluaran Kas Pada Koperasi Unit Desa (KUD) Seririt. e-jurnal S1
Ak Universitas Pendidikan Ganesha Vol: 8 No 2 Tahun 2017. Diakses 24
Oktober 2019

38

Anda mungkin juga menyukai