Anda di halaman 1dari 25

LANGKAH AWAL

KAJIAN PEMILIHAN
UNIT USAHA

BUMDES

1
LANGKAH AWAL
KAJIAN PENENTUAN UNIT USAHA - BUMDesa

GAMBARAN UMUM
UU No. 6/2014 tentang Desa dinyatakan sebagai kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/
atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Substansi undang-undang ini menegaskan tentang janji pemenuhan
kebutuhan dalam konteks pembangunan nasional di tingkat desa. Selanjutnya dalam UU No.
6/2014 tentang Desa juga menyatakan bahwa "Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik
Desa". Pendirian badan usaha tersebut berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
Ini merupakan bagian penting dan tidak terpisahkan dari keaslian otonomi desa.
Sejalan dengan dikeluarkannya berbagai kebijakan yang mengatur BUM Desa, telah banyak
pemerintah kabupaten menginisiasi pendirian Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) yang
didasarkan atas kebutuhan dan potensi desa sebagai upaya peningkatan kesejahteraan
masyarakat.

BUM Desa dibangun atas prakarsa (inisiasi) masyarakat desa serta berdasar prinsip
kooperatif, partisipasi, dan emansipasi dengan mekanisme member-base dan self-help.
Badan ini diharapkan dapat menjadi wadah kegiatan ekonomi yang terdapat di desa. Karena
itu, pengelolannya harus dilakukan secara profesional, kooperatif, mandiri dan
berkelanjutan.

Secara kelembagaan, permasalahan yang dihadapi terhadap pendirian BUMDesa pada


dasarnya dapat dikelompokkan kedalam hal-hal yang bersifat internal dan eksternal.
Permasalahan internal meliputi keterbatasan Sumber Daya Manusia (SDM), manajemen
yang belum efektif sehingga kurang efisien, serta keterbatasan modal. Sedangkan
permasalahan eksternal meliputi kemampuan monitoring yang belum efektif, kurangnya
pengalaman, serta infrastruktur yang kurang mendukung. Kondisi inilah yang mengakibatkan
pelayanan dalam pengembangan BUM Desa masih belum mampu menjangkau secara luas,
padahal pelayanan dalam pengembangan BUM Desa secara luas akan sangat penting
perannya dalam membantu investasi bagi pelaku usaha mikro di perdesaan.

BUM Desa merupakan bentuk kelembagaan desa yang memiliki kegiatan menjalankan usaha
ekonomi atau bisnis untuk memperoleh manfaat yang berguna bagi kesejahteraan
masyarakat desa. Desa mendirikan BUM Desa bukanlah semata-mata untuk mencari
keuntungan ekonomis atau laba, akan tetapi meliputi pula manfaat sosial dan manfaat non
ekonomi lainnya. Manfaat ekonomi yang ingin diperoleh dari kegiatan usaha BUM Desa
adalah keuntungan atau laba secara finansial, PADes bertambah, terbukanya lapangan kerja
baru bagi warga desa, dan kegiatan usaha ekonomi desa semakin dinamis. Manfaat sosial

2
dan non ekonomi lain dari BUM Desa, misal: memperkuat rasa kebersamaan diantara warga
desa, memperkokoh kegotong royongan, menumbuhkan kebanggaan dari warga terhadap
desanya, warga menjadi lebih kerasan tinggal di desa, mendorong tumbuhnya prakarsa dan
gerakan bersama warga untuk membangun desa secara mandiri, kelestarian lingkungan
hidup, semakin baiknya pelayanan pemerintah desa kepada warga, dan seterusnya.
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa pada pasal 87 menyebutkan (ayat 1)
Desa dapat mendirikan Badan Usaha Milik Desa yang disebut BUM Desa; (ayat 2) BUM Desa
dikelola dengan semangat kekeluargaan dan kegotong royongan; dan (ayat 3) BUM Desa
dapat menjalankan usaha di bidang ekonomi dan/atau pelayanan umum sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Kata "dapat" dalam undang-undang tersebut
mengandung pengertian bahwa desa diberi kesempatan, hak dan kewenangan untuk
mendirikan BUM Desa. Oleh karena itu, pendirian BUM Desa hendaknya dipahami sebagai
peluang baru bagi desa untuk mengembangkan perekonomian desa melalui pendayagunaan
potensi desa untuk memenuhi kebutuhan warga desa. Dengan kata lain, unit usaha yang
akan dijalankan BUM Desa hendaknya bertumpu pada potensi dan kebutuhan desa.
Pendirian BUM Desa merupakan inisiatif desa, bukan perintah dari pemerintah supra desa,
sehingga pengelolaannya harus berdasarkan prinsip kemandirian desa dan semangat
kekeluargaan serta kegotongroyongan.
Pendirian BUM Desa antara lain dimaksudkan untuk mengurangi peran para tengkulak yang
seringkali menyebabkan meningkatnya biaya transaksi antara harga produk dari produsen
kepada konsumen akhir. Melalui lembaga ini diharapkan setiap produsen di perdesaan dapat
menikmati selisih harga jual produk dengan biaya produksi yang layak dan konsumen tidak
harus menanggung harga pembelian yang mahal. BUM Desa dapat menjadi distributor
utama untuk memenuhi kebutuhan sembilan bahan pokok (sembako). Selain itu, BUM Desa
berfungsi menumbuh suburkan kegiatan pelaku ekonomi di perdesaan .
Dengan demikian, BUM Desa merupakan pilar kegiatan ekonomi di desa yang berfungsi
sebagai lembaga sosial (social institution) dan sekaligus komersial (commercial institution).
BUM Desa sebagai lembaga sosial berpihak kepada kepentingan masyarakat melalui
kontribusinya dalam penyediaan pelayanan sosial. Sedangkan sebagai lembaga komersial
bertujuan mencari keuntungan (laba) dari berbagai usaha/bisnis yang dijalankannya.

PERENCANAAN USAHA
Rencana usaha atau Business Plan pada dasarnya merupakan uraian tertulis mengenai masa
depan usaha/bisnis, yang menjelaskan tentang: apa, dimana, oleh siapa, dan bagaimana
kegiatan usaha akan dijalankan. Rencana usaha biasanya digunakan oleh wirausahawan yang
sedang mencari calon investor untuk menyampaikan visi dan misinya kepada calon investor
atau pemodal. Menurut Pinson (2003), ada tiga tujuan utama menyusun rencana usaha.
Pertama, sebagai panduan dalam menjalankan usaha. Rencana usaha adalah cetak biru
bisnis yang memberi informasi lebih rinci atas seluruh aspek kegiatan usaha di masa lalu dan
masa sekarang, maupun proyeksi beberapa tahun ke depan. Ini bagi kegiatan usaha yang

3
sudah berjalan. Bagi kegiatan yang baru, tentu belum memiliki sejarah, sehingga informasi
yang termuat dalam rencana usaha lebih didasarkan proyeksi.

Kedua, sebagai dokumentasi pendanaan. Bila mencari dana, rencana bisnis akan merinci
bagaimana dana itu dapat memajukan tujuan perusahaan dan meningkatkan laba. Pemberi
pinjaman ingin mengetahui cara mengatur arus kas dan membayar pinjaman beserta
bunganya secara tepat waktu. Investor ingin tahu apakah investasinya dapat meningkatkan
kekayaan bersih serta memperoleh laba atas investasinya itu.

Ketiga, bila berbisnis secara internasional, rencana bisnis menjadi alat standar untuk
mengevaluasi potensi bisnis di pasar luar negeri. Rencana usaha/bisnis dapat menunjukkan
cara suatu perusahaan dapat bersaing di era global saat ini.

Rencana usaha perlu dibuat oleh siapapun yang akan atau bahkan sudah menjalankan suatu
kegiatan usaha. Bagi desa yang hendak menjalankan BUM Desa, terlebih dahulu perlu
membuat rencana usaha agar segala aspek yang berkenaan dengan kegiatan usaha yang
akan dijalankan dapat diperhitungkan dan dipersiapkan sebaik-baiknya. Demikian pula bagi
desa yang sudah menjalankan unit kegiatan usaha BUM Desa, rencana usaha perlu dibuat
dalam rangka pengembangan kegiatan usahanya.

Dalam praktek sehari-hari dokumen rencana usaha dapat disusun berdasarkan hasil kajian
kelayakan usaha untuk memulai usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.
Rencana usaha itu bukanlah suatu kajian kelayakan usaha, hal ini seringkali disalah-artikan.
Kajian kelayakan usaha lebih bersifat sebagai kegiatan penelitian untuk mengkaji apakah
suatu kegiatan yang direncanakan itu layak atau tidak layak untuk dijalankan. Sedangkan
rencana usaha memiliki fungsi perencanaan yang berisikan langkah-langkah yang diperlukan
untuk mewujudkan suatu ide menjadi kenyataan. Hasil dari kajian kelayakan usaha akan
menjadi dasar bagi rencana usaha yang mulai dipersiapkan jika sudah diketahui bahwa suatu
alternatif itu layak untuk dilanjutkan.
Rencana usaha berisikan "cetak biru" pelaksanaan usaha. Ada 3 (tiga) bagian utama dari
sebuah rencana usaha, yaitu:
1. Managemen Bisnis, yang menjelaskan secara rinci kegiatan usaha yang digeluti,
struktur usaha, produk dan jasa yang ditawarkan, dan bagaimana rencana untuk
mensukseskan bisnis.
2. Pasar, yang membahas dan menganalisis calon konsumen: siapa dan dimana mereka
berada, apa yang menyebabkan mereka mau membeli, dan lain-lain. Dalam bagian
ini, perlu juga dijelaskan persaingan yang akan dihadapi dan bagaimana
memenangkannya.
3. Finansial, mencakup estimasi atau perkiraan pendapatan dan arus kas, neraca serta
alat analisis keuangan lainnya, misalnya analisis break even point. Untuk ini mungkin
akan memerlukan bantuan seorang akuntan dan program software spreadsheet yang
bagus.

4
MENGAPA HARUS ADA KAJIAN KELAYAKAN PENENTUAN USAHA BUMDES ?
BUM Desa sebagai lembaga perekonomian desa hendaknya diselenggarakan dan dikelola
secara profesional, inovatif-kreatif, rasional dan mandiri. BUM Desa sebagai lembaga desa
yang menjalankan usaha ekonomi harus memperhatikan prinsip efisiensi dan efektifitas
serta kehati-hatian dalam menjalankan usaha. Oleh karena itu sebelum menjalankan suatu
kegiatan usaha terlebih dahulu harus dipertimbangkan matang-matang kelayakan dari jenis
usaha yang akan dijalankan itu. Keputusan untuk memilih suatu jenis usaha menjadi bidang
usaha BUM Desa bukanlah persoalan yang mudah. Bidang-bidang usaha yang direncanakan
harus layak untuk dijalankan. Cara yang paling lazim untuk menilai kelayakan usaha adalah
dengan melakukan Kajian Kelayakan Usaha. Oleh karena itu, pengetahuan tentang Kajian
Kelayakan Usaha sangat penting, karena dalam memulai suatu usaha tidak cukup hanya
mengandalkan pengalaman dan insting (naluri) saja.

APA ITU KAJIAN KELAYAKAN PENENTUAN USAHA BUMDES ?


Kajian Kelayakan Penentuan Usaha adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat
yang dapat diperoleh dalam melaksanakan suatu kegiatan usaha (Ibrahim, 2009). Hasil dari
kegiatan kajian kelayakan usaha sangat berguna sebagai bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan, apakah menerima atau menolak suatu gagasan usaha yang
direncanakan. Suatu gagasan usaha dikatakan layak apabila terdapat kemungkinan untuk
memperoleh manfaat atau benefit ketika kegiatan usaha itu benar-benar dijalankan.
Pada dasarnya kajian kelayakan usaha dapat dilaksanakan untuk mendirikan usaha baru atau
dapat pula dalam rangka pengembangan usaha yang sudah ada (Suherman, 2011). Kajian
kelayakan usaha tidak hanya diperlukan pada awal pendirian usaha saja, tetapi perlu juga
dilakukan pada saat BUM Desa hendak melakukan pengembangan usaha.

APA MANFAAT DARI KAJIAN KELAYAKAN PENENTUAN USAHA BUMDES?


Kajian Kelayakan Penentuan Usaha yang dilakukan dengan sungguh-sungguh dan
menggunakan cara yang tepat akan memberikan kemanfaatan, meliputi:
1. Terpilihnya jenis usaha yang dapat menghasilkan kemanfaatan paling besar atau
paling layak untuk dilaksanakan.
2. Dapat memperkecil risiko kegagalan usaha atau mencegah kerugian.
3. Tersedianya data dan informasi tentang kelayakan usaha akan memudahkan dalam
menyusun perencanaan usaha
4. Meningkatnya kemampuan atau keterampilan warga desa dalam mengelola usaha
ekonomi secara rasional dan modern.
5. Tersedianya informasi tentang prospek usaha yang dapat menarik warga desa dan
pihak lain untuk mendukung pengembangan usaha. Misalnya, warga desa atau
lembaga keuangan (bank) tertarik menanamkan modal atau meminjamkan uang.

5
TUJUAN DILAKUKAN KAJIAN KELAYAKAN PENENTUAN USAHA BUMDES MELIPUTI:
1. Memperhitungkan keadaan internal desa (potensi desa dan kebutuhan masyarakat)
dan eksternal desa (peluang dan ancaman pengembangan usaha) sebagai acuan dalam
perencanaan usaha ekonomi desa,
2. Memantapkan gagasan usaha ekonomi,
3. Merencanakan Sumber Daya Manusia (SDM), terutama untuk menyiapkan orang-
orang yang berkualitas sebagai pengelola unit usaha,
4. Merancang organisasi unit usaha,
5. Memperhitungkan peluang dan risiko usaha,
6. Menentukan jenis usaha yang memungkinkan dan menguntungkan untuk dijalankan.

BAGAIMANA LANGKAH - LANGKAH PENYUSUNAN KELAYAKAN PENENTUAN USAHA


BUMDES?
Penyusunan kelayakan usaha BUM Desa harus dilakukan secara cermat dengan
memperhitungkan banyak hal yang diperkirakan dapat mempengaruhi jalannya usaha yang
akan dilakukan. Semakin lengkap dan cermat dalam memperhitungkan faktor-faktor yang
dapat mempengaruhi jalannya usaha diharapkan akan terhindar dari risiko kegagalan usaha
karena mengalami kerugian.

Selain lengkap dan cermat dalam memperhitungkan faktor yang dapat mempengaruhi
jalannya usaha, penyusunan kelayakan usaha harus didasarkan pertimbangan-pertimbangan
yang rasional dan realistik. Pertimbangan rasional artinya, harus memperhitungkan
keuntungan atau kemanfaatan dan kerugian atau dampak negatif yang kemungkinan akan
terjadi ketika unit usaha tertentu itu nantinya benar-benar dijalankan. Pertimbangan yang
realistis maksudnya, jenis usaha yang akan dijalankan harus mendasarkan diri pada potensi
desa, kebutuhan masyarakat, dan kemampuan nyata atas sumberdaya yang dipertukan
untuk menjalankan usaha.

Penyusunan kelayakan penentuan usaha juga harus dilakukan secara partisipatif dengan
melibatkan secara aktif warga desa, karena unit usaha BUM Desa yang akan dijalankan pasti
akan bersentuhan baik langsung maupun tidak langsung dengan kehidupan warga desa.
Perlu diingat bahwa BUM Desa adalah lembaga ekonomi milik desa, bukan milik pribadi
aparat desa maupun pengelolanya, sehingga dalam pelaksanaan usahanya harus dapat
dipertanggung-jawabkan kepada warga desa.

LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN KELAYAKAN PENENTUAN USAHA BUMDES :


1) Pembentukan Tim kajian Usaha
Pembentukan Tim kajian usaha sebaiknya ditetapkan dengan Surat Keputusan Kepala
Desa. Tim perumus sebaiknya terdiri atas Kepala Desa dan warga desa yang cukup
berpendidikan, mengenal dengan baik keadaan desa, dan memiliki komitmen (rasa
tanggungjawab) untuk memajukan desanya atau yang sering dikenal sebagai kader-kader
penggerak desa. Akan lebih sempurna apabila diantara anggota TPKU terdapat orang-

6
orang yang memiliki keterampilan dan pengalaman menj alankan usaha ekonomi dengan
baik. Jumlah personil tim kajian sebaiknya tidak terlalu banyak (misal: 5-7 orang). Dalam
menentukan anggota hendaknya memperhitungkan keterwakilan perempuan.
Keterlibatan perempuan dalam penyusunan kelayakan usaha dapat mendorong
tumbuhnya gerakan kolektif untuk mengembangkan perekonomian desa berdasarkan
spirit kesetaraan jender (kesetaraan antara laki-laki dan perempuan). Pembentukan tim
ini lebih diutamakan bagi desa yang belum terbentuk kelembagaan BUM Desa. Bagi desa
yang telah membentuk kelembagaan BUM Desa, penyusunan kelayakan usaha dapat
dilakukan oleh Pengurus dan Pengelola Unit Usaha BUM Desa.

2) Kajian Potensi Desa


Kegiatan pada tahap ini dilakukan oleh tim kajian. Kegiatan yang dilakukan adalah
mengidentifikasi (mengenali) dan menginventarisasi (mencatat) potensi yang dimiliki
desa. Langkah ini diperlukan untuk menemukan potensi desa yang memungkinkan untuk
dijadikan produk dari unit usaha BUM Desa. Menurut Permendagri No. 12/2007 tentang
Pedoman Penyusunan dan Pendayagunaan Data Profil Desa, menjelaskan bahwa potensi
desa adalah keseluruhan sumber daya yang dimiliki atau digunakan oleh desa baik
sumber daya manusia, sumber daya alam dan kelembagaan maupun prasarana dan
sarana untuk mendukung percepatan kesejahteraan masyarakat. Sebagai contoh, potensi
desa itu berupa: sumber air bersih, sungai, keindahan alam, jumlah penduduk, mata
pencaharian penduduk, hasil pertanian/perkebunan/kehutanan, hasil industri/kerajinan
rumahtangga, pasar desa, prasarana jalan, kesenian daerah, keuangan pemerintah desa
dan lain-lain. Salah satu sumber data yang sangat penting untuk mengidentifikasi potensi
desa adalah dokumen profil desa. Semakin baik kualitas penyusunan profil desa, maka
akan sangat membantu dalam mengenali potensi desa dengan tepat. Cara lain yang dapat
dilakukan untuk mengenali potensi desa adalah dengan pengamatan langsung terhadap
keadaan desa dan menjaring informasi dari warga desa.

3) Kajian Kebutuhan Masyarakat


Kegiatan ini dilakukan dengan cara menanyakan langsung kepada warga desa tentang
jenis barang atau jasa yang mereka harapkan dapat dilayani melalui BUM Desa. Dapat
pula dilakukan dengan cara mengamati atau bertanya kepada pemilik toko dan pedagang
di pasar mengenai jenis barang yang laris terjual. khususnya barang-barang yang
sekiranya dapat diproduksi atau disediakan oleh BUM Desa. Informasi tentang jenis
kebutuhan masyarakat tersebut kemudian dicatat. Kegiatan pada tahap ini dilakukan oleh
TPKU. Langkah ini sangat diperlukan untuk memperoleh informasi tentang kebutuhan
warga desa maupun masyarakat luas sebagai dasar untuk menentukan jenis usaha yang
akan dijalankan dan produk (barang dan jasa) yang akan ditawarkan. Warga desa dan
masyarakat luas merupakan calon konsumen dari produk yang ditawarkan. Dengan
demikian, semakin tepat dalam mengenali kebutuhan calon konsumen, maka produk

7
yang ditawarkan unit usaha BUM Desa berpeluang besar dapat diterima (dibeli) oleh
konsumen.

4) Kajian Penentuan Pilihan Jenis Usaha


Pada tahap ini Tim kajian terlebih dahulu telah menyusun rancangan alternatif jenis usaha
beserta hasil kajian aspek-aspek kelayakan usaha dan kemungkinan pengembangannya.
Rancangan alternatif usaha beserta kajian kelayakan usaha kemudian ditawarkan kepada
warga desa untuk dibahas bersama melalui forum musyawarah desa.

5) Kesepakatan Unit Usaha Ekonomi Desa yang akan diwadahi BUM Desa.
Kesepakatan bersama warga desa sangat diperlukan untuk memperoleh dukungan dalam
menjalankan dan mengembangkan suatu unit usaha BUM Desa. Ketika warga desa
menyepakati pendirian unit usaha BUM Desa, maka tentunya mereka merasa ikut
memiliki dan bertanggungjawab atas keberlangsungan usaha. Kesepakatan mendirikan
unit usaha BUM Desa bersama warga desa hendaknya dilakukan melalui forum
musyawarah desa.

ASPEK APA YANG PERLU DIKAJI UNTUK MENENTUKAN KELAYAKAN USAHA BUMDES ?
Pada umumnya aspek-aspek yang dikaji dalam menentukan/menilai kelayakan usaha
meliputi:
I. Aspek Pasar dan Pemasaran
II. Aspek Manajemen dan SDM
III. Aspek Keuangan
IV. Aspek Ekonomi, Sosial Budaya, Politik, dan Lingkungan
V. Aspek Hukum (Yuridis)

I. ASPEK PASAR DAN PEMASARAN


Apa Makna Pasar dan Pemasaran?
Pasar, dalam pengertian sempit diartikan sebagai tempat bertemunya penjual dan pembeli.
Sebagai contoh, kita mengenal istilah "Pasar Ikan". Istilah ini menunjuk suatu tempat
bertemunya orang yang menawarkan (menjual) ikan dan orang yang membutuhkan
(membeli) ikan. Dalam pengertian luas, pasar merupakan pertemuan antara penjual dan
pembeli untuk melakukan tawar-menawar sehingga terbentuk harga. Pengertian pasar itu
tidak selalu menunjuk tempat, karena interaksi (pertemuan)an tata penjual dan pembeli
tidak harus bertemu di suatu tempat tetapi dapat melalui media lain, misalnya melalui
telepon, surat-menyurat, internet, dan lain-lain (Subagyo, 2007). Fungsi penawaran itu
dilakukan oleh pihak penjual, sedangkan pembeli melakukan fungsi permintaan.
Penawaran dan permintaan itu berupa barang dan/atau jasa. Apabila tawar-menawar antara
penjual dan pembeli menghasilkan kesesuaian harga, maka terjadilah transaksi jual-beli
barang atau jasa. Dengan demikian akan terbentuk pasar apabila: terdapat penjual dan

8
pembeli; terdapat barang atau jasa yang diperjual-belikan; dan terjadi kesesuaian harga dari
hasil tawar-menawar antara penjual dan pembeli.

Pemasaran adalah sebuah proses dalam memuaskan kebutuhan dan keinginan manusia.
Jadi, segala kegiatan dalam hubungannya dengan pemberian kepuasan terhadap kebutuhan
dan keinginan manusia merupakan bagian dari makna pemasaran. Pemasaran dimulai
dengan pemenuhan kebutuhan manusia yang kemudian tumbuh menjadi keinginan
manusia. Contohnya, setiap orang tentu membutuhkan pakaian. Ketika tersedia kain, maka
kain tersebut dapat dibuat sendiri atau dibawa ke penjahit untuk dijadikan pakaian sehingga
kebutuhan pakaian terpenuhi. Namun orang tidak hanya ingin memenuhi kebutuhannya, ia
juga ingin memenuhi keinginannya misalnya tersedianya "pakaian jadi" dengan model dan
corak yang memenuhi seleranya. Terlebih jika "pakaian jadi" tersebut harganya terjangkau,
maka orang lebih memilih untuk membeli "pakaian jadi" daripada membeli kain untuk
dibuat pakaian, karena selain sesuai dengan kebutuhannya (kebutuhan pakaian) juga sesuai
dengan keinginannya (praktis-tinggal pakai dan sesuai selera). Proses dalam pemenuhan
kebutuhan dan keinginan manusia inilah yang menjadi konsep pemasaran. Mulai dari
pemenuhan produk (barang dan/ atau jasa), penetapan harga, pengiriman barang, dan
mempromosikan barang/jasa.

Pelajaran berharga yang dapat kita peroleh dari makna pasar dan pemasaran tersebut
adalah, rencana kegiatan usaha BUM Desa tidaklah cukup hanya memusatkan perhatiannya
pada kemampuan memproduksi barang dan/atau jasa, melainkan harus dipikirkan pula
kemampuan menentukan pasar dan strategi pemasarannya. Dengan kata lain, kegiatan
usaha BUM Desa berpeluang sukses apabila kemampuan produksinya tinggi dan disertai
kemampuan penguasaan pasar dan pemasaran produk yang dihasilkan. Sebaliknya, apabila
BUM Desa memiliki kemampuan produksi (barang/jasa) yang tinggi, tetapi tidak ada
kejelasan kepada siapa produk itu hendak dijual, apakah produk itu dibutuhkan orang
banyak dan bagaimana cara pemasarannya, maka risikonya banyak produk tidak terjual dan
akhirnya bangkrut. Oleh karena itu, agar rencana kegiatan usaha BUM Desa dapat mencapai
kesuksesan diperlukan kajian terhadap kelayakan usaha dari aspek pasar dan pemasaran. 

Apa yang harus dikaji dari segi pasar dan pemasaran?


Berdasarkan pengertian pasar dan pemasaran, maka beberapa hal yang harus dikaji dalam
menilai kelayakan usaha sebagai berikut:

1. Ketepatan Produk dengan Kebutuhan Masyarakat.


Hal ini sangat penting untuk memastikan bahwa barang atau jasa yang akan diproduksi
benar-benar dibutuhkan dan dapat memenuhi keinginan masyarakat atau calon
konsumen untuk jangka waktu yang panjang. Sebelum unit usaha BUM Desa
memproduksi barang atau jasa, harus diketahui terlebih dahulu jenis produk
(barang/jasa) apa yang dibutuhkan dan diinginkan oleh masyarakat. Pastikan pula bahwa
masyarakat atau calon konsumen akan terus-menerus membutuhkan produk tersebut
dalam jangka waktu yang lama.
9
Dalam ilmu ekonomi dikenal istilah riset pasar, yaitu suatu kegiatan penelitian untuk
mengetahui produk-produk apa yang banyak dibutuhkan masyarakat (konsumen), jenis-
jenis produk apa yang sudah beredar di pasaran, ciri- ciri konsumen pengguna produk,
persaingan antar produk di pasaran, dan seterusnya. Kegiatan riset pasar juga perlu
dilakukan BUM Desa dalam rangka merencanakan suatu kegiatan usaha. Apabila pasar
yang hendak dituju masih dalam batas satu wilayah desa, riset pasar dapat dilakukan
dengan cara pengamatan, wawancara dengan warga desa atau melalui diskusi
(rembugan) melalui forum-forum pertemuan warga. Sudah barang tentu wilayah riset
pasar akan semakin luas apabila pasar yang hendak dituju BUM Desa melampaui batas
desa.

Dari hasil riset pasar dapat diperoleh data dan informasi jenis produk yang dibutuhkan
dan diminati masyarakat. Hasil riset pasar ini kemudian digunakan sebagai bahan
pertimbangan dalam menentukan jenis produk yang akan dihasilkan. Sebagai contoh:
apabila sebagian besar warga desa menggeluti pekerjaan sektor pertanian, maka kegiatan
usaha yang lebih cocok adalah pelayanan kebutuhan sarana produksi pertanian
(saprotan). Apabila warga masyarakat terkendala dalam pemenuhan air bersih karena
sumber airnya terletak di tempat yang jauh dari permukiman, maka kegiatan usaha
pelayanan air bersih dengan pemasangan sambungan pipa ke rumah-rumah penduduk
lebih layak untuk dilakukan. Bagi desa non-pertanian yang terletak cukup jauh dari
perkotaan, maka lebih layak untuk membuka usaha penyediaan/pelayanan sembako,
demikian seterusnya.

Dalam merencanakan kegiatan usaha BUM Desa langkah yang lebih tepat dilakukan
adalah memastikan terlebih dahulu jenis produk (barang/jasa) yang dibutuhkan
masyarakat, baru kemudian menentukan jenis produk yang akan dijual. Bukan sebaliknya,
menentukan produk dulu baru kemudian mencari pasar, karena pasar atau konsumen itu
tidak dapat didikte atau dipaksa oleh produsen (dalam hal ini oleh BUM Desa).

Perlu pula diperhatikan keadaan lingkungan desa dan sekitarnya. Apakah sudah ada
kegiatan usaha sejenis yang dilakukan oleh warga atau BUM Desa di desa-desa sekitarnya.
Ini berkaitan dengan analisis persaingan bisnis. Apabila ada warga desa yang sudah
melakukan kegiatan usaha yang menawarkan produk tertentu, maka tidak layak jika
kegiatan usaha BUM Desa me- nawarkan produk sejenis karena berpotensi menyaingi dan
mematikan usaha milik warga. Namun, bisa saja kegiatan usaha BUM Desa menawarkan
produk sejenis dengan yang diusahakan warga desa, sepanjang usaha BUM Desa tersebut
untuk mendukung keber- langsungan usaha warga. Misalnya: BUM Desa membuka usaha
grosir untuk menyuplai barang dagangan bagi kegiatan usaha warga. Selain itu, kegiatan
usaha BUM Desa hendaknya menghindari pemilihan produk yang sejenis dengan yang
sudah diusahakan oleh BUM Desa di desa tetangga. Sebaiknya produk yang dipilih adalah
produk-produk yang khas/berbeda tetapi tetap merupakan kebutuhan masyarakat.
Tindakan ini dapat memberikan dua keuntungan, yaitu: dapat menghindari konflik

10
dengan desa tetangga karena bukan menjadi pesaingnya, dan memungkinkan untuk
perluasan pasar karena dapat memasarkan produk ke desa tetangga.

2. Daya Beli Masyarakat


Perlu diingat bahwa setiap calon konsumen belum tentu memiliki daya beli atau
kemampuan untuk membeli. Meskipun produk yang ditawarkan unit usaha BUM Desa
sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat/ calon konsumen, tetapi kalau tidak
disertai kemampuan atau daya beli, maka produk yang ditawarkan kemungkinan besar
tidak laku jual (kurang/sedikit pembeli). Pastikan bahwa masyarakat atau calon konsumen
mempunyai kemauan dan kemampuan membeli sehingga bersedia menerima produk
yang ditawarkan oleh unit usaha BUM Desa dan mereka akan membelinya.
Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu maksud dari kegiatan usaha BUM Desa itu untuk
memperoleh keuntungan atau laba usaha. Keuntungan itu dapat diperoleh apabila
banyak konsumen yang bersedia dan mampu membeli produk yang ditawarkan.
Kemampuan masyarakat untuk membeli produk atau daya beli masyarakat sangat
berkaitan dengan tingkat pendapatan masyarakat.

Untuk mendapatkan gambaran tentang daya beli masyarakat dapat dilakukan dengan
cara melakukan kajian data pendapatan warga masyarakat desa yang tercatat dalam
dokumen profil desa. Apabila administrasi pemerintahan desa dikelola dengan baik
tentunya pemerintah desa memiliki dokumen profil desa yang baik, sehingga sangat
membantu dalam mengkaji daya beli masyarakat. Selain melalui kajian data profil desa,
gambaran daya beli masyarakat dapat pula diperoleh melalui pengamatan. Dalam
melakukan pengamatan perlu menggunakan indikator (penanda) yang dapat
menggambarkan tingkat pendapatan alias daya beli masyarakat. Indikator daya beli itu
misalnya: kualitas bangunan rumah warga, luas lahan, hasil panen, pemilikan alat-alat
rumahtangga dan barang-barang berharga (misalnya: hand phone, sepeda motor, mobil,
dan benda-benda berharga lainnya).

Apabila hasil kajian menunjukkan bahwa masyarakat memiliki daya beli terhadap produk
yang direncanakan, maka rencana kegiatan usaha BUM Desa dapat dinyatakan layak.
Sebaliknya, jika ternyata daya beli masyarakat rendah dan tidak ada cara untuk
menyiasatinya, maka rencana kegiatan usaha BUM Desa tidak layak dilakukan dan
sebaiknya ditunda atau dihentikan sama sekali.

3. Jumlah Konsumen
Konsumen yang memiliki kemauan dan kemampuan untuk membeli seringkali tidak
sebanyak yang kita harapkan sehingga kegiatan usaha tidak memperoleh keuntungan
secara memadai, atau bahkan mengalami kerugian. Sebelum kegiatan usaha BUM Desa
dijalankan, pastikan terlebih dahulu bahwa jumlah calon konsumen cukup banyak.
Semakin banyak konsumen yang memiliki kemauan (berminat) dan daya beli yang
cukup/tinggi maka produk yang ditawarkan BUM Desa dapat laku jual, sehingga dapat
mendatangkan keuntungan yang memadai. Keuntungan yang diperoleh dari kegiatan

11
usaha itulah yang memungkinkan BUM Desa dapat menjalankan dan mengembangkan
usaha secara berkelanjutan. Dengan demikian, apabila jumlah konsumen cukup banyak
dan diperkirakan mampu membeli sebagian besar atau semua produk yang ditawarkan,
maka rencana kegiatan usaha BUM Desa dapat dinyatakan layak untuk dijalankan.

Bagaimana kalau ternyata jumlah konsumen dari dalam desa hanya sedikit?
• Pertama, mempromosikan barang atau jasa yang akan ditawarkan oleh BUM Desa untuk
menarik minat warga desa untuk membelinya. Apabila melalui promosi tidak mampu
meningkatkan jumlah konsumen dari dalam desa sendiri, maka dapat diupayakan
menambah konsumen dari luar desa sehingga mencapai jumlah yang diharapkan. Apabila
upaya ini berhasil, maka rencana kegiatan usaha dapat menjadi layak untuk dijalankan.
• Kedua, apabila upaya menambah konsumen tidak mungkin dilakukan, maka rencana
kegiatan usaha dihentikan saja karena tidak layak dijalankan.

4. Kecenderungan Permintaan Konsumen


Pastikan bahwa permintaan barang/jasa yang ditawarkan BUM Desa cenderung akan
meningkat dari waktu ke waktu. Bagi pengusaha yang cerdik, kemungkinan
pengembangan sudah mulai dipikirkan sejak membuat rencana usaha. Meskipun disadari
bahwa pada tahap awal memulai kegiatan usaha masih memiliki keterbatasan
kemampuan dalam memproduksi dan atau menjual produk, namun bagi pengusaha yang
ulet selalu memiliki cita-cita untuk mencapai kesuksesan setinggi-tingginya di kemudian
hari. Untuk menggapai cita-cita itu, ia akan berupaya agar produk yang dihasilkan dan
atau dijualnya semakin lama banyak diminati oleh konsumen. Salah satu upaya yang
ditempuh adalah menentukan pilihan produk yang selalu dibutuhkan banyak orang.
Demikian pula halnya dengan BUM Desa, kegiatan usahanya akan tumbuh dan
berkembang jika permintaan konsumen terhadap produk yang ditawarkan cenderung
meningkat. Dengan meningkatnya permintaan produk maka kegiatan usaha BUM Desa
dapat meningkatkan jumlah produksinya. Untuk itu, sejak merencanakan kegiatan usaha
perlu memperhitungkan kemungkinan peningkatan permintaan produk yang akan dijual.

Peningkatan permintaan produk dapat terjadi karena dua hal. Pertama, permintaan unit
produk setiap konsumen sebenarnya relatif tetap, tetapi jumlah konsumennya
bertambah banyak sehingga permintaan unit produk secara kumulatif (secara
keseluruhan) bertambah banyak. Ini dapat terjadi manakala BUM Desa mampu
memperluas wilayah pemasaran produknya. Dengan demikian, BUM Desa dalam
merencanakan kegiatan usaha harus memperhitungkan kemungkinan perluasan
pasarnya. Kedua, jumlah konsumen sebenarnya relatif tetap, tetapi permintaan unit
produksi setiap konsumen bertambah sehingga secara kumulatif permintaan unit produk
yang ditawarkan BUM Desa menjadi semakin banyak pula. Ini dapat terjadi karena adanya
peningkatan kebutuhan konsumen terhadap produk yang ditawarkan BUM Desa dan
didukung terjadinya perbaikan kondisi ekonomi konsumen. Oleh karena itu, dalam
merencanakan kegiatan usaha BUM Desa harus dipikirkan pemilihan produk secara tepat
agar produk yang ditawarkan selalu menjadi kebutuhan konsumen. Selain itu, perlu pula
12
dibuat perkiraan (proyeksi) tentang kecenderungan perubahan perekonomian
masyarakat (cenderung meningkat, relatif tetap, atau bahkan menurun). Untuk membuat
perkiraan ini, dapat dilakukan melalui kajian data profil desa atau dapat pula dengan
mengamati perubahan kondisi ekonomi masyarakat.

Apabila hasil Kajian Kelayakan Usaha menunjukkan permintaan produk (barang/jasa)


cenderung meningkat, maka kegiatan usaha BUM Desa yang direncanakan semakin layak
untuk dijalankan. Jika ternyata hasil kajian kelayakan menunjukkan permintaan produk
cenderung tetap, maka kegiatan usaha yang direncanakan dapat dinyatakan cukup layak,
tetapi dengan risiko BUM Desa akan mengalami kendala dalam pengembangan usahanya.
Sebaliknya, jika hasil kajian kelayakan menunjukkan permintaan produk di masa
mendatang cenderung menurun, maka sebaiknya kegiatan usaha yang direncanakan
dihentikan saja karena kalau kegiatan usaha tersebut dilaksanakan tidak akan berumur
panjang.

5. Kesesuaian Harga Produk


Dalam menetapkan harga, harus dipastikan bahwa harga produk (barang/ jasa) yang
ditawarkan dapat diterima oleh konsumen dan tidak merugikan BUM Desa.
Kegiatan usaha BUM Desa dalam menghasilkan produk sudah barang tentu harus
mengeluarkan sejumlah biaya dan mengharapkan bagian keuntungan (marjin laba) dari
produk yang dijual kepada konsumen. Di sisi lain, konsumen bersedia untuk membeli
barang/jasa jika harga yang ditawarkan unit usaha BUM Desa dapat mereka terima dan
sesuai dengan kualitas produk yang dibeli. Penentuan harga bukanlah persoalan yang
mudah. Seringkali harga tidak sekedar biaya produksi ditambah marjin laba yang
diharapkan. Terdapat faktor psikologi harga yang sering berpengaruh pada penentuan
harga. Sebuah produk yang ditawarkan produsen/penjual dengan harga murah belum
tentu diminati oleh konsumennya. Untuk mengantisipasi hal ini BUM Desa harus mampu
meyakinkan konsumen bahwa mereka (konsumen) akan memperoleh kualitas produk
yang sepadan dengan harga yang dibayar.

Dalam konteks harga, yang lebih penting dipertimbangkan adalah harga yang ditawarkan
dapat diterima masyarakat/konsumen dan tidak merugikan BUM Desa. Oleh karena itu,
meskipun dengan harga tertentu BUM Desa hanya mendapatkan sedikit laba tetapi unit
usaha yang akan dijalankan dapat memberikan kemanfaatan bagi kesejahteraan warga
desa, maka suatu unit usaha dapat dipertimbangkan layak untuk dijalankan. Ini sekaligus
untuk menegaskan bahwa pendirian BUM Desa bukan semata-mata untuk mengejar
keuntungan setingi-tingginya, tetapi demi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Namun
demikian, apabila harga yang dapat diterima oleh konsumen di bawah biaya produksi
sehingga merugikan BUM Desa, maka kegiatan usaha yang direncanakan tidak perlu
dilanjutkan karena tidak layak dilaksanakan.

6. Kemudahan Mendapatkan Produk

13
Pastikan bahwa produk (barang/jasa) yang akan ditawarkan oleh unit usaha BUM Desa
dapat dengan mudah didapatkan oleh konsumen dan dengan pelayanan yang
memuaskan. Ini menyangkut kualitas pelayanan BUM Desa kepada masyarakat/
konsumen. Produk berupa barang atau jasa akan memiliki peluang lebih besar untuk
dibeli oleh konsumen jika produk tersebut mudah diperoleh. Sebaliknya, apabila untuk
memperoleh produk tersebut cukup menyulitkan pembeli, kemungkinan besar konsumen
enggan membeli produk yang ditawarkan atau konsumen akan membeli produk yang
sama kepada pihak lain yang mampu memberikan kemudahan dalam memperolehnya.
Saat ini persaingan bisnis sangat ketat. Ini dapat kita ketahui dari banyaknya pelaku usaha
yang menawarkan produk sejenis. Kualitas pelayanan menjadi salah satu kunci untuk
memenangkan dalam persaingan bisnis. Meskipun sebuah produk ditawarkan dengan
harga yang lebih murah tetapi pelayanannya kurang baik sehingga merepotkan konsumen
untuk memperolehnya, kemungkinan besar tidak banyak konsumen yang mau membeli
produk tersebut.
Uraian di atas ingin menegaskan bahwa cara produsen atau penjual dalam
mendistribusikan/mengantarkan produk ke konsumen sangat mempengaruhi terjadinya
transaksi. Dalam dunia usaha sangat dikenal istilah "pembeli adalah raja". Artinya,
pembeli akan merasa senang dan bersedia membeli secara berulang-ulang
(berlangganan) apabila dirinya merasa dipermudah dalam memperoleh barang/jasa yang
dibutuhkan.

Dalam kaitannya dengan BUM Desa, kegiatan usaha yang direncanakan harus mampu
memberikan jaminan kemudahan bagi konsumen untuk memperoleh produk yang
ditawarkan. Misalnya: produk diantar sampai ke rumah konsumen. Apabila konsumen
yang harus datang ke tempat pelayanan, maka tempat pelayanan harus dipilih yang
paling mudah dijangkau oleh semua konsumen.

II. ASPEK MANAJEMEN DAN SDM


Aspek Manajemen
Aspek manajemen untuk membangun usaha didasarkan pada pendekatan fungsi
manajemen, meliputi: perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan pengendalian.
Tujuan kajian kelayakaan penentuan usaha pada aspek manajemen adalah untuk
mengetahui apakah pembentukan dan pelaksanaan usaha dapat direncanakan,
dilaksanakan, dan dikendalikan.

1. Perencanaan
Tujuan dari gagasan menjalankan usaha/proyek adalah untuk memperoleh keuntungan
atau kemanfaatan. Untuk mencapai tujuan ini diperlukan suatu perencanaan secara
menyeluruh beserta kebijakan yang diperlukan. Untuk itu perlu disusun suatu program
kerja untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan serta menyusun kegiatan-kegiatan
yang diperlukan (Ibrahim, 2009). Perencanaan dalam anggaran unit usaha BUM Desa juga
harus dilakukan dengan sebaik mungkin, misalnya membuat anggaran pembelian,

14
anggaran produksi, anggaran penjualan, dan anggaran lainnya disesuaikan keperluan
usaha yang akan dijalankan. Dalam merencanakan anggaran harus detail, misalnya
anggaran pembelian bahan, bahan apa dan berapa jumlahnya yang akan dibeli, berapa
harganya, siapa yang menangani pembelian, dimana membelinya, dan sebagainya.
Pastikan bahwa unit usaha BUM Desa yang akan dijalankan/dikembangkan dapat
direncanakan dengan baik.
Perencanaan dalam pengadaan karyawan disesuaikan dengan rencana proses produksi,
kegiatan yang akan dilakukan, persyaratan yang diperlukan dan jumlah karyawan yang
dibutuhkan. Demikian pula perencanaan dalam bidang produksi, perlu direncanakan jenis
produk, jumlah produk (untuk barang) dan standar kualitas produk yang akan dihasilkan,
bahan baku yang diperlukan, peralatan yang akan digunakan, petugas yang menangani
proses produksi, dan sebagai- nya. Perencanaan dalam bidang penjualan juga perlu
dibuat, antara lain: jumlah produk yang akan dijual, bentuk promosi yang diperlukan,
daerah penjualan, cara mendistribusikan produk, biaya penjualan, pene- tapan harga,
saluran pemasaran, sistem pembayaran, dan sebagainya.

2. Pengorganisasian
Dalam menilai kelayakan usaha, BUM Desa mengkaji beberapa hal, seperti:
a. Bagaimana langkah-langkah dalam pengorganisasian?
Secara garis besar, langkah-langkah dalam melakukan proses pengorganisasian meliputi.:
1) Merinci seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk mencapai tujuan dari unit
usaha yang akan dijalankan.
2) Membagi beban kerja secara jelas dan proporsional sehingga dapat dilakukan oleh
seseorang atau oleh sekelompok orang.
3) Menetapkan mekanisme untuk mengkoordinasikan pekerjaan anggota organisasi
dalam satu kesatuan yang harmonis, memantau efektivitas organisasi dan mengambil
langkah-langkah penyesuaian untuk mempertahankan atau meningkatkan
efektivitas.
b. Bagaimana asas organisasi yang hendaknya dipilih?
Asas-asas organisasi merupakan pedoman yang perlu dilaksanakan agar diperoleh suatu
struktur organisasi yang baik dan aktivitas organisasi dapat berjalan dengan lancar. Asas-
asas organisasi terdiri dari: perumusan tujuan organisasi, penyusunan bagian-bagian
organisasi yang diperlukan, pembagian kerja yang jelas, koordinasi, pelimpahan
wewenang, rentang kendali, jenjang organisasi, kesatuan perintah, dan asas keluwesan
dimana struktur organisasi hendaknya mudah diubah untuk disesuaikan dengan
perubahan-perubahan yang terjadi tanpa mengurangi kelancaran aktivitas yang sedang
berjalan. Apabila asas organisasi tersebut dapat diterapkan dengan baik, maka akan
sangat mendukung kelancaran kegiatan usaha BUM Desa.
c. Bagaimana struktur organisasi yang dirancang?
Struktur organisasi adalah susunan dan hubungan antara bagian dan posisi dalam
perusahaan. Struktur organisasi menjelaskan pembagian aktivitas kerja, serta

15
memperhatikan hubungan fungsi dari aktivitas tersebut. Struktur organisasi juga
menjelaskan hierarki (jenjang atau tingkatan) dan susunan kewenangan, serta hubungan
pertanggungjawaban (siapa melapor pada siapa). Hal terpenting dalam penyusunan
struktur organisasi ini adal ah rancangan struktur organisasi yang disusun harus
fungsional, efektif, dan efisien. Artinya, susunan organisasi unit usaha BUM Desa itu harus
dapat menggambarkan tugas pokok dan fungsi setiap bagian organisasi, hubungan
ketugasan antar bagian harus jelas, dan susunan organisasi disesuaikan dengan keperluan
(tidak terlalu gemuk).

3. Pelaksanaan
Unit usaha BUM Desa yang akan dijalankan hendaknya telah memiliki asas dan struktur
organisasi yang jelas, efektif dan efisien. Sebelum unit usaha BUM Desa dijalankan, harus
dipastikan bahwa seluruh kegiatan usaha yang direncanakan dapat dilaksanakan dengan
baik. Salah satu fungsi manajemen adalah pelaksanaan kegiatan. Apakah suatu kegiatan
usaha dapat dilaksanakan, sangat dipengaruhi oleh kualitas perencanaan,
pengorganisasian, dan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu seluruh kegiatan
usaha harus direncanakan dengan matang dan rinci, serta sistem pengorganisasian harus
baik. Selain itu, diperlukan sumber daya manusia yang cukup jumlahnya, terampil dan
menguasai bidang tugasnya. Ini semua dimaksukan agar aktifitas-aktifitas untuk
menjalankan unit usaha BUM Desa dapat dilaksanakan dengan baik.

4. Pengendalian
Pengendalian atau pengawasan di dalam manajemen memiliki berbagai fungsi. Pastikan
bahwa Fungsi pokok pengendalian terhadap pengendalian tersebut adalah: unit usaha
BUM Desa yang akan dijalankan
a. Mencegah terjadinya dapat berjalan dengan penyimpangan-penyimpangan atau
kesalahan. Ini dapat dilakukan dengan pengawasan secara rutin disertai adanya
ketegasan ketegasan dalam pemberian sangsi terhaap penyimpangan yang terjadi.
b. Memperbaiki berbagai penyimpangan yang terjadi. Jika penyimpangan telah terjadi,
hendaknya pengawasan/pengendalian dapat menghasilkan perbaikan.
c. Mendinamisasikan organisasi. Dengan adanya pengawasan diharapkan sedini
mungkin dapat dice gah terjadinya penyimpangan-penyimpangan, sehingga setiap
unit organisasi selalu dalam keadaan bekerja secara efektif dan efisien.
d. Mempertebal rasa tanggung jawab. Dengan adanya pengendalian/ pengawasan yang
rutin, setiap unit organisasi berikut karyawannya dapat selalu mengerjakan semua
tugas yang diberikan dengan benar.
Aspek Sumber Daya Manusia
Rencana usaha yang akan dijalankan melalui pengembangan BUM Desa secara rutin
memerlukan kelayakan aspek Sumber Daya Manusia (SDM). Keberadaan SDM hendaknya
dianalisis untuk menjawab apakah memiliki SDM yang diperlukan untuk menjalankan unit
usaha BUM Desa secara layak?

16
Untuk menjalankan kegiatan usaha, harus dipastikan bahwa tersedia SDM yang berkualitas
dan mampu membangun kekompakan serta keselarasan kerja untuk menjalankan unit usaha
BUM Desa. Kajiannya dapat dimulai dari merencanakan siapa yang akan memimpin BUM
Desa atau unit usaha BUM Desa dan siapa yang akan tergabung di dalam timnya.
Menganalisis pekerjaan-pekerjaan yang akan dilaksanakan dan siapa yang akan
melaksanakan. Kesuksesan dalam menjalankan suatu unit usaha sangat tergantung pada
SDM yang solid antara manajer pelaksana bersama timnya. Dalam membangun sebuah tim
yang efektif, pertimbangannya bukan hanya pada keahlian teknis para manajer dan anggota
tim semata, tetapi juga kemauan mereka untuk bekerja dengan baik.

III. ASPEK KEUANGAN


Kajian aspek keuangan dimaksudkan untuk menentukan rencana investasi melalui
perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara
pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan usaha
untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai
apakah usaha akan dapat berlanjut.
Tujuan menganalisis aspek keuangan adalah untuk mengetahui perkiraan pendanaan dan
aliran kas dari rencana usaha, sehingga dapat diketahui layak atau tidaknya suatu unit usaha
BUM Desa dijalankan.
Aspek keuangan yang perlu dikaji meliputi:
1) kebutuhan dana serta sumbernya,
2) aliran kas,
3) perkiraan laba-rugi, dan
4) penilaian investasi rencana usaha.
Untuk menilai investasi dari rencana usaha dapat dilakukan dengan berbagai metode.
Namun untuk keperluan kajian kelayakan usaha BUM Desa metode yang disajikan dalam
buku ini sengaja dipilih metode yang cukup mudah digunakan. Metode penilaian investasi
yang dimaksud meliputi: Profitability Index, Net Present Value, Pay Back Period dan Break
Even Point.

1) Kebutuhan Dana dan Sumbernya


Untuk merealisasikan usaha/bisnis dibutuhkan dana untuk biaya investasi. Biaya investasi
diperlukan untuk membangun/mendirikan usaha, misalnya: pengadaan tanah, bangunan,
mesin, peralatan, biaya pemasangan, biaya kajian kelayakan usaha, pengurusan perijinan,
dan lain-lain. Barang dan segala sesuatu yang diperoleh dengan biaya investasi ini disebut
harta tetap.

2) Perkiraan Arus Kas


Berkaitan dengan kajian kelayakan usaha, perhitungan terhadap arus/aliran kas (cash flow)
penting dilakukan karena laba dalam pengertian akuntansi tidak sama dengan kas masuk
bersih. Bagi pengelola keuangan, kas bersih justru lebih penting untuk diketahui, karena

17
hanya dengan kas bersih ini perusahaan (BUM Desa) dapat melaksanakan pembayaran
kewajiban keuangannya.
Kas pada dasarnya terdiri atas 2 (dua) macam peristiwa, yaitu arus kas masuk dan arus kas
keluar. Bagian arus kas masuk mencatat semua penerimaan uang yang berasal dari hasil
transaksi, misalnya: hasil penjualan tunai barang, uang persewaan yang diterima,
penerimaan uang cicilan simpan-pinjam, kredit modal kerja kepada pihak lain, penerimaan
bunga simpanan uang dari bank, dan sebagainya. Sedangkan bagian arus kas keluar
mencatat semua pengeluaran uang yang digunakan untuk: membayar pegawai, pengadaan
bahan baku, membeli bahan bakar, membayar pajak, membayar bunga bank, menambah
investasi, dan sebagainya.

3) Perkiraan Laba-Rugi
Perkiraan atau proyeksi laba-rugi penting dilakukan, karena salah satu tujuan BUM Desa
melakukan kegiatan usaha adalah mendapatkan keuntungan atau laba usaha. Apabila dari
proyeksi laba-rugi menunjukkan rugi, maka sebaiknya rencana kegiatan usaha perlu dicari
alternatif usaha lain dengan cara memperhitungkan kembali aspek-aspek keuangan agar
mencapai keadaan yang dapat menghasilkan laba. Jika tidak ada alternatif, dan hasil proyeksi
tetap rugi, sebaiknya rencana kegiatan usaha dihentikan saja.

4) Penilaian Investasi
Jika dalam periode yang sama terdapat beberapa usulan rencana usaha yang ternyata layak
untuk dijalankan, sedangkan dana yang tersedia tidak mencukupi, maka perlu dicari jalan
keluar. Salah satunya adalah dengan melakukan urutan prioritas terhadap usulan-usulan
bisnis itu. Untuk melakukan penilaian investasi serta melakukan analisis urutan prioritas
adalah sebagai berikut.

a. Metode Pay Back Period (Waktu Kembali Modal)


Metode ini sederhana dan sudah dikenal secara umum. Ketika seorang pemilik modal
ditawari untuk melakukan investasi (modal) usaha maka ia akan bertanya "Berapa
lama modal saya akan kembali?" Dalam manajemen keuangan hal itu dikenal dengan
sebutan payback period, yaitu suatu periode yang diperlukan untuk menutup
kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas.

Cara perhitungannya sederhana, sbb.:


Rumus:
Pay Back Period
= (Nilai Investasi Awal : Kas Masuk Bersih) X 1 tahun
Kriteria penilaian:
Jika Pay Back Period lebih pendek waktunya dari maksimum Pay Back Period yang
dapat diterima, maka usulan investasi dapat diterima. Misalnya kita mensyaratkan
Pay Back Period maksimum yang dapat diterima adalah 5 tahun, sedangkan hasil
perhitungan menunjukkan 4 tahun, maka usulan investasi tersebut DITERIMA

18
Metode Pay Back Period ini cukup sederhana, namun mempunyai kelemahan.
Kelemahan utamanya yaitu periode ini tidak memperhatikan perubahan nilai uang
dalam periode mendatang. Selain itu juga tidak memperhatikan aliran kas masuk
setelah modal kembali. Jadi pada umumnya metode ini digunakan sebagai
pendukung metode lain yang lebih baik.

b. Metode Net Present Value (NPV)


Net Present Value (nilai sekarang) yaitu selisih antara biaya investasi dengan nilai
sekarang dengan penerimaan-penerimaan kas bersih (aliran kas operasional maupun
aliran kas terminal) di masa yang akan datang. Untuk menghitung nilai sekarang perlu
ditentukan tingkat bunga yang berlaku.
Kriteria penilaian:
- jika NPV > 0, maka usulan rencana usaha diterima
- jika NPV < 0, maka usulan rencana usaha ditolak
- jika NPV = 0, nilai perusahaan tetap walaupun usulan rencana usaha diterima
ataupun ditolak.

c. Metode Profitability Index (PI)


Profitability Index (indeks untuk dapat untung) merupakan metode untuk
menghitung perbandingan antara nilai arus kas bersih yang akan datang dengan nilai
investasi yang sekarang. Jadi profitability index dapat dihitung dengan
membandingkan antara Present Value (PV) Kas Masuk dengan PV Kas Keluar.
Rumus:
PI = PV Kas Masuk : PV Kas Keluar
Kriteria Penilaian:
— jika PI > 1, maka usulan rencana usaha dikatakan menguntungkan;
— jika PI < 1, maka usulan rencana usaha tidak menguntungkan.

d. Break Even Point (Titik Impas)


Analisis break even point atau titik impas digunakan untuk mengetahui hubungan
antara beberapa faktor di dalam kegiatan perusahaan, seperti luas produksi atau
tingkat produksi yang dilaksanakan, biaya yang dikeluarkan, serta pendapatan yang
diterima perusahaan dari kegiatannya. Pendapatan perusahaan merupakan
penerimaan yang dihasilkan dari kegiatan perusahaan, sedangkan biaya operasi
merupakan pengeluaran untuk kegiatan perusahaan. Biaya operasi ini terbagi atas
dua bagian, yaitu biaya tetap dan biaya variabel (biaya tidak tetap).
Biaya tetap adalah biaya yang tidak dipengaruhi oleh naik atau turunnya produksi
yang dihasilkan. Contoh: gaji pengurus/pengelola BUM Desa, biaya rapat, biaya
penyusutan, bunga bank, dan lain-lain. Biaya variabel atau biaya tidak tetap adalah
biaya yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan tingkat produksi.

19
Contoh: biaya untuk membeli bahan baku, biaya bahan bakar mesin produksi, biaya
pemasaran, biaya tenaga kerja langsung, dan sebagainya.
Break Even Point (BEP) merupakan keadaan yang menunjukkan Total Pendapatan
sama dengan Total Biaya.
Total Pendapatan adalah jumlah unit barang terjual dikalikan harga satuan barang,
sedangkan total biaya merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel.
Rumus BEP adalah sebagai berikut:
BEP = Biaya Tetap : (Harga Jual per Unit - Biaya Variabel Rata-Rata)

IV. ASPEK SOSIAL BUDAYA, EKONOMI, POLITIK, LINGKUNGAN USAHA DAN


LINGKUNGAN HIDUP

Aspek sosial budaya, ekonomi, politik, dan lingkungan perlu dipertimbangkan dalam
menilai kelayakan usaha. Perlu ditegaskan kembali bahwa tujuan usaha- usaha yang
akan dijalankan oleh BUM Desa tidak semata-mata untuk mengejar keuntungan materi
semata (profit), tetapi juga bertujuan untuk mendatangkan kemanfaatan (benefit) bagi
seluruh stakeholders desa dan lingkungan hidup. Oleh karena itu, setiap usaha yang
akan dijalankan oleh BUM Desa harus layak berdasarkan aspek-aspek tersebut.

1) Aspek Sosial Budaya Setempat


Rencana usaha yang akan dijalankan BUM Desa harus mempertimbangkan kondisi
sosial budaya setempat. Rencana kegiatan usaha yang bertentangan dengan nilai-nilai
sosial budaya masyarakat setempat akan menimbulkan perlawanan dari masyarakat,
sehingga rencana usaha itu sulit dilaksanakan. Perlu pula dipertimbangkan
kemungkinan dampak yang ditimbulkan oleh kegiatan usaha yang akan dijalankan.
Apabila kegiatan usaha menimbulkan dampak negatif pada kehidupan warga desa,
maka perlu diupayakan untuk mengatasi dampak negatif tersebut. Apabila dampak
negatif yang akan terjadi berskala besar dan sulit untuk mengatasinya, maka sebaiknya
rencana usaha itu ditunda atau dihentikan sama sekali. Sebaliknya, apabila rencana
usaha itu justru dapat melerai konflik antar warga desa, maka rencana usaha dapat
direalisasikan.
Hindari jenis kegiatan usaha yang tidak sesuai dengan nilai sosial budaya setempat,
dan kegiatan usaha yang akan dilaksanakan BUM Desa jangan sampai menimbulkan
konflik dalam kehidupan masyarakat.

2) Aspek Perbaikan Ekonomi Desa


Salah satu tujuan utama mendirikan unit usaha BUM Desa adalah untuk memperbaiki
atau meningkatkan perekonomian desa. Untuk itu, perlu dihindari pemilihan jenis
usaha BUM Desa yang sekiranya justru akan menurunkan pendapatan masyarakat
setempat. Misalnya, unit usaha BUM Desa sebaiknya menghindari pemilihan jenis
usaha yang sudah digeluti oleh warga desa. Sesuai dengan tujuannya, unit usaha BUM
Desa yang akan dijalankan hendaknya berupa kegiatan usaha yang dapat menyerap
tenaga kerja setempat. Akan lebih baik lagi apabila kegiatan usaha BUM Desa tersebut
20
dapat melahirkan kegiatan ekonomi baru bagi warga setempat. Dengan demikian,
kehadiran unit usaha BUM Desa dapat memperluas kesempatan kerja baru bagi warga
desa. Dampak lanjutan dari semakin luasnya kesempatan kerja tersebut, pada
gilirannya akan meningkatkan pendapatan warga desa sehingga terjadi perbaikan
tingkat kesejahteraan warga desa. Usahakan kegiatan usaha yang akan dijalankan BUM
Desa dapat menyerap tenaga kerja lokal dan menggairahkan kehidupan ekonomi desa.
Selain dampak positif dari unit usaha BUM Desa terhadap kehidupan ekonomi warga
desa, rencana usaha tersebut juga perlu memperhitungkan keuntungan finansial bagi
peningkatan Pendapatan Asli Desa (PADes). Kehadiran unit usaha BUM Desa
diharapkan mampu me- ningkatkan PADes. Dengan meningkatnya PADes berarti
kemampuan keuangan Pemerintah Desa menjadi semakin kuat. Peningkatan PADes
tersebut lebih lanjut diharapkan dapat memperkuat kemampuan pembiayaan
pembangunan desa dan peningkatan pelayanan kepada masyarakat.

3) Aspek Politik
Usahakan unit kegiatan usaha BUM Desa mendapatkan dukungan politik dari berbagai
pemangku kepentingan desa (Kepala Desa, BPD, Tokoh Masyarakat, Lembaga-lembaga
Kemasyarakatan, Pemerintah Kabupaten, dll). Aspek politik merupakan hal penting
yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan suatu kegiatan usaha, karena aspek
politik dapat mendukung atau sebaliknya menggagalkan kegiatan usaha yang akan
dijalankan. Dari aspek politik yang perlu dipertimbangkan antara lain: apakah warga
desa memberi dukungan ataukah menolak adanya rencana membuka suatu kegiatan
usaha BUM Desa? Apabila masyarakat memberi dukungan atas rencana tersebut,
maka kegiatan usaha yang direncanakan dapat dilanjutkan. Sebaliknya, jika masyarakat
tidak mendukung atau bahkan menolak, sebaiknya rencana kegiatan usaha ditunda
sambil melakukan pendekatan kepada masyarakat agar bersedia mendukung. Akan
tetapi, jika masyarakat tetap menolak kehadiran kegiatan usaha yang direncanakan,
maka sebaiknya rencana itu dihentikan. Demikian pula sikap pemerintah desa (Kepala
Desa) dan BPD perlu juga diperhitungkan. Apabila pemerintah desa dan/atau BPD tidak
berkomitmen terhadap rencana kegiatan usaha, sebaiknya rencana itu ditunda terlebih
dahulu. Demikian juga komitmen Pemerintah Kabupaten sangat penting untuk
diperhatikan. Adakah kebijakan Pemerintah Kabupaten yang mendukung rencana
kegiatan usaha? Jika ada, maka ini merupakan hal baik untuk melanjutkan rencana
kegiatan usaha. Berikutnya yang perlu dipertimbangkan adalah seberapa amankah
kegiatan usaha yang direncanakan dari pengaruh politik paska pilkades atau pilkada.
Apabila kegiatan usaha yang direncanakan itu diyakini tidak begitu terpengaruh
terhadap dinamika politik lokal yang bersifat mengganggu, maka kegiatan usaha yang
direncanakan dapat dilanjutkan/dilaksanakan.

4) Aspek Lingkungan Usaha


Lingkungan usaha merupakan sekumpulan kegiatan usaha yang bergerak dalam jenis
usaha ekonomi yang sama. Pendirian BUM Desa harus memperhatikan lingkungan

21
usaha, terutama masalah persaingan usaha sejenis antar perusahaan (antar BUM
Desa) dan usaha sejenis yang sudah diusahakan oleh masyarakat. Salah satu peran
BUM Desa adalah mendorong pertumbuhan perekonomian masyarakat desa. Oleh
karena itu, sebelum suatu jenis usaha dijalankan oleh BUM Desa maka harus
dipastikan bahwa usaha tersebut tidak "bersaing" dengan usaha sejenis yang dilakukan
oleh masyarakat setempat. Prinsipnya, BUM Desa tidak boleh mematikan usaha yang
sudah dijalankan oleh masyarakat, tetapi justru harus mampu mendukung atau
mensinergikan berbagai usaha yang sudah dijalankan oleh masyarakat. Lalu,
bagaimana jika BUM Desa sudah terlanjur mulai menjalankan jenis usaha yang juga
digeluti oleh masyarakat setempat? Tentu saja usaha yang sudah ada tersebut tidak
harus dimatikan, tetapi harus dikembangkan untuk mendukung usaha sejenis yang
dikelola masyarakat. Misalnya, BUM Desa menjalankan usaha perdagangan sembako
dan beberapa warga setempat juga menjalankan usaha yang sama, maka sebaiknya
BUM Desa berperan sebagai grosirnya dan tidak menjual secara eceran. 

Analisis lingkungan usaha secara sederhana dapat dilakukan dengan menjawab


beberapa pertanyaan berikut ini:
♦♦♦ Bagaimana situasi dan kondisi ancaman bagi BUM Desa sebagai pendatang
baru ke dalam bidang usaha yang akan dijalankan?
♦♦♦ Bagaimana situasi persaingan antarperusahaan dalam bidang usaha yang
akan dijalankan BUM Desa?
♦♦♦ Adakah produk pengganti yang beredar di pasaran sehingga menjadi ancaman
bagi usaha BUM Desa?.
♦♦♦ Bagaimana kekuatan tawar-menawar dari pembeli (buyers) dan pemasok
(suppliers)?
♦♦♦ Bagaimana kekuatan pengaruh stakeholder lainnya (pemerintah, serikat
pekerja, lingkungan masyarakat, kreditor, pemasok, asosiasi dagang,
kelompok yang mempunyai kepentingan lain, dan pemilik modal)?
Apabila jawaban dari setiap pertanyaan tersebut mengarah pada keadaan yang aman
bagi usaha yang akan dijalankan BUM Desa, maka kegiatan usaha yang direncanakan
dapat dilanjutkan. Pilihlah jenis kegiatan usaha yang ramah lingkungan, dan
diutamakan yang dapat mendukung pelestarian lingkungan hidup.

5) Aspek Lingkungan Hidup


Kualitas lingkungan hidup merupakan hal penting untuk dijaga kelestariannya demi
keber langsungan hidup manusia. Oleh karena itu, rencana usaha yang akan dijalankan
harus memperhitungkan dampak lingkungan. Kegiatan usaha BUM Desa jangan sampai
menimbulkan gangguan atau kerusakan lingkungan hidup. Terutama apabila kegiatan
usahanya itu memproduksi barang yang menimbulkan limbah, maka harus
diperhatikan dengan sungguh-sungguh penanganan limbahnya agar tidak mencemari
lingkungan. Akan lebih baik lagi apabila kegiatan usaha yang akan dijalankan itu justru
dapat memperbaiki atau setidak-tidaknya menjaga kelestarian lingkungan hidup.

22
Misalnya, usaha yang akan dijalankan berupa kegiatan usaha kehutanan atau
perkebunan dengan memanfaatkan lahan gundul. Apabila kegiatan usaha yang
direncanakan tidak berdampak negatif (tidak merusak) pada kualitas lingkungan hidup,
maka kegiatan usaha yang direncanakan itu layak untuk dijalankan. 

V. ASPEK HUKUM (YURIDIS)


kajian aspek hukum untuk menilai kelayakan usaha yang akan diselenggarakan oleh BUM
Desa merupakan langkah penting yang harus dilakukan. Hasil kajian aspek hukum ini sangat
diperlukan untuk menghindari terjadinya protes warga dan penutupan/pembekuan usaha
oleh pemerintah karena pelanggaran hukum positif yang berlaku.
Berdasarkan UU No. 6/2014 tentang Desa pada Pasal 87 (khususnya ayat 1 dan 3) dan Pasal
88, apabila pendirian BUM Desa itu berdasarkan kesepakatan Musyawarah Desa dan
ditetapkan dengan Peraturan Desa, maka BUM Desa itu legal atau sah menurut hukum.
Namun demikian, khusus untuk unit-unit usaha BUM Desa yang akan ditangani, perlu
memperhatikan aspek hukum sebagai berikut: 

1. Bentuk Usaha dan Perijinannya


Dalam merencanakan suatu kegiatan usaha perlu memperhatikan bentuk usaha beserta
perijinannya. Oleh karena itu, sebelum rencana usaha itu dilaksanakan perlu mempelajari
peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang bidang usaha yang akan
dijalankan. Apabila badan hukum dari unit usaha BUM Desa yang akan dijalankan itu
berbentuk Perseroan Terbatas (PT), maka pendirian unit usaha itu harus mengi kuti
prosedur yang diatur dal am UU No. 40/2007 tentang Perseroan Terbatas. Apabila bidang
usaha yang akan digeluti itu berupa Lembaga Keuangan Mikro, maka prosedur
pendiriannya harus menyesuaikan dengan UU No. 1/2013 tentang Lembaga Keuangan
Mikro dan UU No. 21/2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan. Apabila skala usahanya
termasuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) perlu mengacu UU No. 20/2008
tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
Sebelum rencana usaha dilaksanakan, pastikan bahwa status hukum dan prosedur
perijinan pendirian unit usaha dapat dilakukan secara benar.

Apabila ternyata rencana usaha BUM Desa yang akan dij alankan itu berskala kecil dan
semata-mata merupakan unit usaha yang beroperasi di wilayah desa sendiri serta tidak
melibatkan masyarakat luar desa, maka tidak perlu berbadan hukum. Hal ini sesuai
dengan yang diatur dalam UU No. 6/2014 khususnya Penjelasan Pasal 87 ayat (1).

2. Kesesuaian Usaha BUM Desa dengan Perencanaan Pembangunan Desa


Rencana mendirikan unit usaha BUM Desa harus merupakan satu kesatuan dengan
perencanaan desa. Dengan kata lain, rencana usaha yang akan dijalankan BUM Desa
harus merupakan realisasi dari perencanaan pembangunan desa (RPJM Desa dan RKP
Desa). Artinya, rencana kegiatan usaha tersebut sudah dimuat dalam RPJM Desa dan RKP
Desa. Jika ternyata rencana usaha tersebut belum termuat dalam perencanaan

23
pembangunan desa, maka harus segera dilakukan review RPJM Desa beserta
perencanaan turunannya melalui musyawarah desa.
Pastikan bahwa unit usaha BUM Desa yang akan dijalankan merupakan realisasi dari
perencanaan desa yang termuat dalam RPJMDesa beserta turunannya.

RPJM Desa merupakan bagian tak terpisahkan dari Peraturan Desa, sehingga RPJM Desa
itu merupakan bagian dari produk hukum desa. Oleh karena itu, unit usaha BUM Desa
yang dibentuk di luar RPJM Desa dapat dikatakan inkonstitusional (cacat hukum), dan ini
tidak boleh terjadi.

3. Status Kepemilikan Lahan atau Lokasi Usaha


Untuk menjalankan suatu kegiatan usaha pasti memerLukan lahan sebagai tempat
pelaksanaan kegiatan. Status pemilikan lahan sebagai lokasi usaha merupakan hal sensitif,
baik dipandang dari aspek hukum maupun aspek sosial. Ketidakjelasan status pemilikan
lahan yang digunakan sebagai lokasi usaha sangat berisiko terjadinya konflik sosial di
kemudian hari. Selain itu, ketidakjelasan status pemilikan lahan sebagai lokasi usaha juga
akan mempersulit dalam pengurusan perijinan usaha. Oleh karena unit usaha BUM Desa
itu milik Pemerintah Desa, maka lahan yang pal ing aman untuk digunakan sebagai lokasi
usaha adalah lahan milik desa. Kalaupun lahan tempat usaha menggunakan sebagian atau
seluruhnya milik warga masyarakat, maka harus ada kejelasan status peng- gunaannya
dan perlu dibuat perjanjian secara tertulis di atas meterai. Ini dimaksudkan agar rencana
kegiatan usaha dapat dijalankan dengan lancar dan terbebas dari konflik/sengketa.
Pastikan bahwa ada kejelasan tentang status pemilikan dan atau penggunaan lahan
tempat usaha sehingga bebas dari sengketa.
Berdasarkan hasil kajian hukum ini, apabila rencana usaha yang akan dijalankan
berkesesuaian dengan hukum yang berlaku atau tidak berdampak terhadap pejanggaran
hukum, maka rencana usaha tersebut dapat dinyatakan layak untuk dijalankan. 

PENUTUP
Pada dasarnya hal yang paling esensial dari keberadaan Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa)
terletak pada unit kegiatan usaha yang dijalankan. Ini sesuai dengan sebutannya sebagai
"badan usaha", sehingga kegiatan utama dari BUM Desa adalah melakukan kegiatan usaha
ekonomi atau bisnis untuk memperoleh kemanfaatan ekonomi maupun kemanfaatan lain
yang lebih luas. Apabila ada kelembagaan BUM Desa tetapi tidak memiliki atau tidak
menjalankan kegiatan usaha ekonomi dapat diandaikan sebagai wadah tanpa isi.
Dalam rangka merencanakan suatu unit kegiatan usaha atau merencanakan pengembangan
usaha yang akan dijalankan BUM Desa, perlu diawali dengan kajian kelayakan penentuan
usaha. Menjalankan suatu kegiatan usaha yang didasarkan coba-coba tanpa perhitungan
yang matang sangat beresiko mengalami kegagalan. Itu sebabnya kajian kelayakan menjadi
penting untuk dilakukan sejak awal.

24
Kajian kelayakan penentuan usaha merupakan kegiatan untuk menganalisis berbagai aspek
yang terkait dengan kegiatan bisnis. Aspek-aspek yang perlu dikaji meliputi: aspek
pemasaran, aspek teknis dan teknologi, aspek manajemen dan SDM, aspek keuangan, aspek
sosial budaya, ekonomi, politik, lingkungan, dan hukum. Hasil kajian terhadap berbagai
aspek tersebut akan menunjukkan layak atau tidak layak suatu gagasan/ide dijalankan
sebagai suatu jenis kegiatan usaha tertentu. Pengertian layak dalam kajian ini adalah
kemungkinan dari gagasan usaha/bisnis yang akan dijalankan BUM Desa memberikan
manfaat finansial (profit) maupun manfaat sosial (social benefit). Apabila hasil kajian dari
berbagai aspek menunjukkan "layak" maka ide/ gagasan usaha BUM Desa dapat
direalisasikan. Apabila sebaliknya, hasil kajian menunjukkan "tidak layak", sebaiknya gagasan
usaha ditunda dulu sambil mencari alternatif usaha lain untuk mengkondisikan aspek-aspek
yang tidak layak menjadi layak, atau gagasan usaha itu tidak perlu dilanjutkan.

Kajian kelayakan penentuan usaha perlu dilakukan baik dalam rangka sedang merencanakan
untuk menjalankan kegiatan usaha yang baru maupun dalam rangka pengembangan usaha
yang sudah ada.

Untuk melakukan kajian kelayakan usaha diperlukan setidaknya pengetahuan dasar


mengenai beberapa disiplin ilmu, antara lain: manajemen dan organisasi, marketing,
akuntansi, dan pengetahuan teknis. Ini semua untuk menunjang tercapainya ketepatan
dalam menilai berbagai aspek usaha.

Untuk menilai kelayakan aspek keuangan, khususnya penilaian terhadap investasi, banyak
metode yang dapat digunakan. Untuk kajian kelayakan usaha BUM Desa yang skala
usahanya masih terbatas (kecil), dipandang cukup untuk menggunakan metode yang
sederhana. Dalam hal ini, menggunakan perhitungan Periode Kembali Modal (Pay Back
Period) dan Titik Impas (Break Even Point) dirasa sudah cukup memadai.

Akhirnya, kajian kelayakan sebaik apapun belum cukup menjamin keberhasilan suatu
kegiatan usaha yang akan dijalankan jika dalam pengelolaan usaha nantinya tidak didukung
komitmen yang kuat dari berbagai stakeholders desa, terutama integritas diri dan komitmen
pemimpin desa beserta pengurus dan pengelola BUM Desa.

25

Anda mungkin juga menyukai