Anda di halaman 1dari 16

e-ISSN 2528-2581 Vol 2 No 1, Januari 2017

Daftar Isi

Michella Yessica Handiyono


Pengaruh Brand Image terhadap Kinerja Perusahaan dengan
Customer Loyalty sebagai Variabel Intervening ............................ 1-18

Dwiyani Sudaryanti, Yosevin Riana


Pengaruh Pengungkapan CSR terhadap Kinerja Keuangan
Perusahaan.............................................................................. 19-31

Syaiful Bahri
Pengaruh Free Cash Flow, Laba Bersih, dan Ukuran Perusahaan
terhadap Keputusan Investasi (Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur Sub Sektor Makanan dan Minuman yang Terdaftar
Di BEI) ................................................................................... 32-49

Sura Klaudia, Dewi Rimba Riwayanti, Aminatunnisa


Menggali Realitas Kepatuhan Wajib Pajak
Pemilik UMKM ...................................................................... 50-64

Kiki Intan Kumalasari, Ainur Rahma Wardany,


Septi Kumalasari
Menuju Berakhirnya Program Tax Amnesty .............................. 65-78

Hanif Yusuf Seputro, Sulistya Dewi Wahyuningsih,


Siti Sunrowiyati
Potensi Fraud dan Strategi Anti Fraud Pengelolaan Keuangan
Desa ....................................................................................... 79-93

I Nyoman Darmayasa
Telaah Kritis Desentralisasi Fiskal di Indonesia........................ 94-107
Jurnal PETA e-ISSN 2528-2581
Vol. 2 No. 1, Januari 2017
Hal 79-93

POTENSI FRAUD DAN STRATEGI ANTI FRAUD


PENGELOLAAN KEUANGAN DESA

Hanif Yusuf Seputro1


Sulistya Dewi Wahyuningsih2 Siti
Sunrowiyati3
1,2,3
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Kesuma Negara Blitar Jl.
Mastrip No. 59 Kota Blitar 66111

Surel: seputro.hanif@gmail.com

Abstrak. Potensi Fraud dan Strategi Anti Fraud Pengelolaan Keuangan


Desa. Penelitian ini bertujuan untuk menggali potensi titik rawan fraud dari
pengelolaan keuangan Desa di Indonesia dan bagaimana strategi anti fraud
yang tepat untuk mencegahnya. Pengelolaan keuangan desa meliputi alokasi dana
desa dan dana desa. Penelitian ini menggunakan paradigma kritis.
Pengumpulan data menggunakan wawancara informan, dokumentasi dan data-
data terkait pengelolaan dana desa. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa
potensi fraud pada pengelolaan keuangan desa di Indonesia cukup
mengkhawatirkan mulai dari proses perencanaan, implementasi dan
pelaporan. Potensi masalah yang muncul ada dalam regulasi
dan kelembagaan, tata laksana, pengawasan dan sumber daya manusia. Strategi
anti fraud yang dapat diterapkan antara lain dengan menerapkan e-budgeting
pada keuangan desa, peningkatan kompetensi SDM pengelola dan
pendamping keuangan desa. Penerapan dana desa di Indonesia merupakan
program baru pemerintah, sehingga masih sedikit penelitian yang dilakukan
terutama penelitian dengan konteks strategi anti fraud.

Kata Kunci: Potensi Fraud; Strategi Anti Fraud; Keuangan Desa.

Abstract. Potential of Fraud and Anti Fraud Strategy of Village Financial


Management. This study aims to explore the potential critical points of fraud
from village financial management in Indonesia and how appropriate anti fraud
strategies to prevent it. The management of village finances includes the
allocation of village funds and village funds. This study uses a critical paradigm.
Data collection using informant interviews, documentation and data related to
village fund management. The results indicate that the potential fraud in village
financial management in Indonesia is quite worrying starting from the process of
planning, implementation and reporting. Potential problems that arise in the
regulation and institutional, governance, supervision and human resources. Anti-
fraud strategies that can be applied, among others, by applying e-budgeting on
village finances, improving the competence of human resources manager and
finance finance village. The implementation of village

79
80

Seputro, Wahyuningsih & Jurnal PETA Vol. 2 No. 1, Januari


Sunrowiyati 2017

funds in Indonesia is a new government program, so there is little research


done especially with the context of anti fraud strategy.

Keyword: Corporate Social Responsibility (CSR), financial performance,


legitimacy theory, stakeholder theory.

Pengelolaan keuangan desa bahasan baru yang perlu dikaji dari


akhir-akhir ini menjadi fenomena berbagai sudut pandang
yang menarik untuk dikaji. Hal ini pengkajian, diantaranya politik,
dikarenakan Pemerintah melalui sosial, ekonomi, pengelolaan
Kementrian Desa dan Daerah keuangan desa, sampai pada potensi
Tertinggal sedang fokus untuk penyalahgunaan yang terjadi.
membangun Indonesia dari pinggiran Berdasarkan kajian yang
(Rachman, 2015). Pembangunan dilakukan oleh Komisi
Indonesia dari pinggiran ini juga Pemberantasan Korupsi pada tahun
dimaksudkan untuk meminimalisir 2014, pengelolaan keuangan desa
ketimpangan pembangunan antara dinilai masih rendah. UU Desa dan
kota dan desa. Program pemerintah regulasi pendukung yang relatif baru
ini didukung dengan alokasi dan masih tumpang tindih dengan
anggaran untuk desa yang mencapai regulasi yang lain belum sepenuhnya
Rp. 20.7 triliun (Asril, 2014). dipahami seluruh pihak yang
Anggaran ini meningkat berkepentingan (KPK, 2015). Akses
dibandingkan tahun sebelumnya yang informasi yang minim serta
hanya Rp. 9 triliun. Pada Tahun rendahnya kompetensi masyarakat
2016 ini, alokasi untuk dana desa desa pada umumnya dalam pengelola
meningkat dua kali lipat menjadi Rp dana desa juga menjadi salah satu
46,9 Triliun (Jati, 2015). Alokasi ini penyebab rendahnya manajemen
sudah setara dengan 6% dana transfer keuangan desa. Adanya peluang dana
pusat ke daerah. Dana yang tidak besar yang mengalir ke desa
sedikit ini menjadikan alokasi dana menjadikan sebuah tantangan baru
desa menjadi bahasan yang sangat bagi masyarakat desa yang selama ini
menarik untuk dikaji pada tataran tidak pernah menyusun suatu
riset. perencanaan pembangunan sampai
Alokasi dana desa ini mulai pada harus membuat laporan
direalisasikan setelah disahkannya keuangan serta harus melakukan
UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa monitoring pemanfaatan dana
pada 15 Januari 2014. Hal ini tersebut. Keuangan negara dan
menyebabkan terjadi perubahan daerah yang harus dicatat
signifikan dalam pengelolaan desa. menggunakan sistem akuntansi yang
Dari sisi regulasi, desa atau dengan memadai juga menjadi sebuah
nama lain telah diatur tantangan baru bagi desa dalam
khusus/tersendiri, tidak lagi menjadi mengelola keuangan desa. Padahal
bagian dari UU No. 32 tahun 2004 desa sangat jarang mengalokasikan
tentang Pemerintahan Daerah. dana untuk
Disinilah menjadi suatu
81

Seputro, Wahyuningsih & Jurnal PETA Vol. 2 No. 1, Januari


Sunrowiyati 2017

peningkatan kapasistas SDM di (hukumonline.com, 2014b) junto


desa. Peraturan Pemerintah No. 22 tahun
Dengan adanya kondisi yang 2015 tentang Perubahan Peraturan
terjadi tersebut, menjadikan potensi Pemerintah No. 60 Tahun 2014
penyalahgunaan dana desa baik (hukumonline.com,
dari sisi salah prosedur dan potensi 2015).
fraud dana desa rawan sekali Regulasi lain yang juga
terjadi. Perlu dilakukan kajian mengatur Dana desa meliputi:
mendalam terkait potensi fraud Permendagri No. 111‐114 Tahun
dalam pengelolaan keuangan desa 2014 (hukumonline.com, 2014c),
agar nantinya dapat disusun Permendesa No. 1‐5 Tahun 2015
strategi anti fraud dalam (hdesignideas.com, 2015),
pengelolaan keuangan desa. Permenkeu 250/PMK.07/2014
Berangkat dari pemikiran ini, tentang Pengalokasian Transfer ke
penelitian ini ingin mengkaji Daerah dan Dana Desa, Permenkeu
bagaimana potensi korupsi dalam 241/PMK.07/2014 tentang
pengelolaan keuangan desa dan Pelaksanaan dan
bagaimana strategi anti fraud yang Pertanggungjawaban Transfer ke
dapat direkomendasikan dalam Daerah dan Dana Desa, dan Perkap
menutupcelah potensi fraud LKPP 13/2013 ttg Pedoman Tata
tersebut agar tidak sampai terjadi. Cara Pengadaan Barang dan Jasa di
Desa (keuangandesa.com, 2013).
TELAAH LITERATUR Begitu banyaknya peraturan terkait
Konsep dan Regulasi Pengelolaan pengelolaan dana desa ini, sehingga
Keuangan Desa pengelolaan dana desa terkesan
Pengelolaan keuangan desa menyulitkan pihak perangkat desa.
berbeda dengan pengelolaan Perlu dilakukan pemahaman-
keuangan negara dan pmerintah pemahaman yang masif kepada
daerah. Keuangan desa diatur sendiri pengelola dana desa dalam hal ini
dengan beberapa regulasi yang perangkat desa.
khusus. Beberapa regulasi yang Keuangan desa menurut regulasi
mengatur keuangan desa meliputi: bersumber dari Anggaran Pendapatan
Undang Undang No. 6 Tahun 2014 Blanja Negara (APBN) dan
tentang Desa (hukumonline.com, Anggaran Pendapatan Belanja
2014d), UU No. 33 Tahun 2004 Daerah (APBD). APBN ditransfer ke
tentang Perimbangan Keuangan desa dalam bentuk Dana Desa.
antara Pemerintah Pusat dan Sedangkan Anggaran Pendapatan
Pemerintah Daerah Belanja Desa bersumber dari Dana
(hukumonline.com, 2004), Peraturan desa, minimal 10% bagian pajak
Pemerintah No. 43 Tahun 2014 daerah, alokasi dana desa minimal
tentang Peraturan Pelaksana Undang 10% dari transfer DAK, serta
Undang No. 6 Tahun 2014 bantuan Provinsi, Kabupaten dan
(hukumonline.com, 2014a), Kota. Semua dana tersebut masuk ke
Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun dalam rekening kas desa
2014 tentang Dana Desa yang
bersumber dari APBN
82

Seputro, Wahyuningsih & Jurnal PETA Vol. 2 No. 1, Januari


Sunrowiyati 2017

termasuk pendapatan asli desa dan Musyawarah Desa juga dipilih secara
bantuan pihak lain. demokratis. Sedangkan aturan untuk
Siklus pengelolaan keuangan alokasi belanja desa pada ABPDes
desa dimulai dengan: 1) penyiapan meliputi 70% untuk mendanai biaya
rencana yang didalamnya termasuk penyelenggaraan pemerintahan desa,
penggalian informasi pasar, penilaian pelaksanaan pembangunan desa,
kebutuhan yang merujuk pada pembinaan kemasyarakatan desa dan
pembangunan desa; 2) Mengadakan pemberdayaan masyarakat desa.
Musrenbang Desa dengan melibatkan Lebih lanjut 30% untuk mendanai
pemenrintah desa, BPD, dan Penghasilan tetap dan tunjangan
kelompok- kelompok masyarakat, kepala desa serta perangkat desa,
penilaian kebutuhan masyarakat, operasional pemerintah desa,
menetapkan prioritas program dan tunjangan dan operasional BPD, serta
kegiatan; 3) Penetapan Rencana yang dapat digunaakan untuk insentif RT
tertuang dalam RPJMDes & RKPDes dan RW.
yang ditetapkan dalam Perdes yang
nantinya dimasukkan dalam rencana Ruang Lingkup Dana Desa
kabupaten secara kolektif; 4) Dana Desa (DD) adalah dana
Penetapan APBDes dengan yang bersumber dari APBN yang
melakukan konsolidasi penerimaan & diperuntukkan bagi Desa yang
pengeluaran; 5) Pelaksanaan ditransfer melalui APBD
Pembangunan dengan melibatkan Kabupaten/Kota dan digunakan
masyarakat dalam pembangunan untuk membiayai penyelenggaraan
yang dilaksanakan secara swakelola. pemerintahan, pelaksanaan
Masyarakat dapat melakukan pembangunan, pembinaan
pemantauan dan melaporkan ketika kemasyarakatan, dan
ada yang tidak sesuai dengan pemberdayaan masyarakat di desa.
rencana; 6) Membuat Pagu angggaran nasional Desa
Pertanggungjawaban dalam dialokasikan ke masing-masing
musyawarah pembangunan desa; dan kabupaten berdasarkan jumlah desa
7) Wajib melakukan pemanfaatan dengan memperhatikan jumlah
dan pemeliharaan baik oleh penduduk, luas wilayah, angka
masyarakat maupun pemerintah desa. kemiskinan dan tingkat kesulitan
Tata kelola desa tetap menganut geografis. Setelah itu alokasi dana
prinsip tata desa per kabupaten dibagi kepada
pemerintahan desa yang akuntabel, masing-masing desa dengan
transparan, profesional, aktif, dan memperhatikan faktor yang sama.
efisien, besih dan bebas dari KKN. Dana yang sudah teralokasi ke
Aparat Desa meliputi: Kepala Desa, desa, diprioritaskan untuk
badan Musyawarah Desa, yang pembangunan dan pemberdayaan
dinaungi dalam kegiatan masyarakat sesuai dengan
Musyawarah desa untuk penyusunan RPJMDes, RKPDes, dan APBDes.
RPJMDes, Aset Desa, serta hal-hal Pada tataran penyaluran dana desa
strategis. Badan diturunkan dengan 3 tahap, meliputi
Tahap pertama sebesar
83

Seputro, Wahyuningsih & Jurnal PETA Vol. 2 No. 1, Januari


Sunrowiyati 2017

40%, tahap kedua 40% dan tahap dinenaik sanksi administratif akibat
ketiga 20%. Pelaporan dana desa SilPA tidak wajar; dan 2) Atas
dilakukan oleh pemerintah desa permintaan instansi/unit terkait
dengan melaporkan realisasi setelah melakukan evaluasi.
penggunaan. Dilaporkan kepada
pemerintah Kota/Kabupaten METODE PENELITIAN
dengan melaporkan realisasi Penelitian ini berusaha menggali
penyaluran dan konsolidadi realisasi potensi fraud yang ada di
penggunaan. Kedua laporan itu pengelolaan keuangan desa dengan
kemudian diteruskan untuk menggali langsung dari sumber yang
dilaporkan kepada pemerintah pusat. dianggap relevan. Paradigma kritis
Sanksi penundaan penyaluran digunakan dalam penelitian ini
dana desa yang diberikan oleh dikarenakan penelitian ini ingin
Menteri Keuangan selaku KPA mengkaji potensi fraud dilihat dari
biasanya disebabkan oleh: 1) praktek pengelolaan keuangan desa
Bupati/walikota tidak di lapangan. Fakta empiris nantinya
menyampaikanpersyaratan akan menjadi acuan dalam
penyaluran Tahap I (peraturan menganalisis fakta dan dibandingkan
bupati/walikota, perda mengenai dengan data-data idealitas
APBD tahun berjalan, laporan pengelolaan keuangan desa. Data
realisasi tahun anggaran didapatkan dengan melakukan
sebelumnya); 2) Penghitungan DD wawancara intensif kepada informan
dalam perbub/perwali tidak sesuai dg yang relevan seperti perangkat desa
PP 60/2014; dan 3) Atas permintaan yang kebetulan mengelola keuangan
instansi/unit terkait setelah desa, para pendamping desa dan
melakukan evaluasi . Sedang sanksi pengawas dari inspektorat daerah.
pemotongan dana desa diturunkan Beberapa case kami konfirmasi ke
ketika 1) Terdapat desa yang ditunda KPK untuk semakin memvalidkan
penyaluran Dana Desa sampai akhir data dengan menggunakan media
Tahun Anggaran; 2) Terapat desa wawancara dengan telepon.
yang dikenai sanksi administratif Penelitian ini dilakukan
akibat SilPA tidak wajar (30% dana di beberapa desa di Kabupaten
tidak terpakai dalam 1 tahun). Blitar dan Tulungagung. Untuk
Sanksi penundaan penyaluran beberapa waktu,observasi lapangan
dana desa oleh Bupati/Walikota juga diperukan dalam
biasanya disebabkan adanya: 1) penelitian ini untuk
Kepala Desa Terlambat mengkonfirmasi antara
menyampaikan APB Desa. Dan wawancara dengan praktik di
Laporan realisasi pengggunaan Dana lapangan. Pada akhirnya dianalisis
Desa semester sebelumnya; dengan analisis kesenjangan
2) Atas permintaan instansi/unit apakah ada perbedaan antara data
terkait setelah melakukan evaluasi. dengan fakta dilapangan. Analisis
Sanksi pengurangan dana desa kesenjangan ini menggunakan
disebabkan 1) Terapat desa yang pendekatan principal agent untuk
menilai kelengkapan komponen
akuntabilitasnya.
84

Seputro, Wahyuningsih & Jurnal PETA Vol. 2 No. 1, Januari


Sunrowiyati 2017

Tahapan kajian yang dilakukan evaluasi Dana Desa. Pada konteks


dengan melakukan studi literature dana PNPM sampai dengan Januari
terlebih dahulu yang menitikberatkan 2015, sejak UU diimplementasikan
pada studi regulasi yang berlaku dan program PNPM berhenti, ada
pada pengelolaan keuangan desa. beberapa ketidaktuntasan serah
Setelah itu dilanjutkan dengan terima asset PNPM
observasi lapangan. Setelah itu Meski rapat
melakukan analisis san melakukan pertanggungjawaban sudah
tindak lanjut dari hasil analisis. Pada ditutup, akan tetapi belum ada tindak
akhirnya menarik lanjutnya. Pemerintah daerah masih
kesimpulan/temuan dari analisis menunggu aturan juknis dari
yang dilakukan. Pemerintah pusat terkait hal ini. Di
sisi lain daerah juga belum
HASIL DAN PEMBAHASAN mendapatkan porsi APBD yang perlu
Berdasarkan hasil studi disiapkan untuk merekrut
literatur dan observasi lapangan pendamping,
yang dilakukan pada obyek yang dikarenakan: a) Belum ada informasi
diteliti, dihasilkan beberapa standar biaya bagi gaji/penghasilan;
temuan yang dibagi ke dalam b) Belum ada informasi mekanisme
beberapa konteks potensi fraud rekrutmen yang dilakukan; c)
pada pengelolaan keuangan desa. Informasi ini diharapkan dapat
Penelitian dilakukan di beberapa secepatnya diperoleh mengingat bagi
desa di Kabupaten Blitar dan perekrutan pendamping justru
Tulungagung. Temuan yang ada dibutuhkan di awal tahun 2015, pada
meliputi potensi fraud dari sisi saat desa sedang menyusun
regulasi, tata kelola, pengawasan, RPJMdes.
dan sumber daya manusia. Strategi anti fraud yang bisa
dilakukan meliputi: a) Kementrian
Potensi Fraud dari Sisi Regulasi
Desa segera menyusun pedoman
Berdasarkan temuan yang ada,
teknis tentang mekanisme
Potensi fraud dari sisi regulasi
rekrutmen pendamping sekaligus
meliputi: 1) belum lengkapnya
hak, kewajiban dan sanksi bagi
regulasi dan petunjuk teknis
pendamping;b) menyusun
pelaksanaan yang diperlukan
panduan teknis serah terima Aset
dalam pengelolaan keuangan desa.
Dana Bergulir dan Aset Hasil Dana
Hal ini terlihat bahwa terdapat
Bergulir PNPM, termasuk validasi
beberapa petunjuk teknis yang
nilai dan peminjam.
perlu segera ditetapkan untuk
Potensi fraud lain yaitu
melaksanakan kebijakan baru
tumpang tindih kewenangan antara
tersebut. Petunjuk teknis tersebut
kementrian desa dengan ditjen bina
antara lain untuk mengatur; a)
Pemerintahan Desa Kementrian
Pertanggungjawaban dana bergulir;
Dalam Negeri. Berdasarkan hasil
b) Mekanisme pengangkatan
observasi di lapangan, perangkat
Pendamping; c) Tata cara
desa dan aparat pemerintah daerah
pelaksanaan pemantauan dan
masih belum dapat membedakan
85

Seputro, Wahyuningsih & Jurnal PETA Vol. 2 No. 1, Januari


Sunrowiyati 2017

tupoksi dari Kementerian Desa dan pencatuman bobot variabel


tupoksi Kementerian Dalam dihilangkan. Pada PP 22/2015 (Ps
Negeri. Secara sederhana, apparat 29), formula pembagian dihitung
Pemerintah Daerah membagi berdasarkan jumlah desa, dengan
kewenangan Kemdes hanya yang bobot sebesar 90% dan hanya 10%
terkait dengan dana desa, yang dihitung dengan
sementara sisanya adalah menggunakan formula jumlah
kewenangan Kemdagri. Risiko penduduk, angka kemiskinan, luas
yang dapat terjadi akibat tumpang wilayah dan tingkat kesulitan
tindih kewenangan ini antara lain: geografis. Pada PP 22/2015,
Lambatnya pengambilan keputusan Pemerintah lebih menekankan
di lapangan, tumpang tindih pada asas pemerataan, dimana
anggaran program pembinaan di setiap desa memiliki jumlah dana
tingkat pusat, minimnya efektifitas desa yang relatif sama. Tiap desa
dan efisiensi kegiatan yang minimal menikmati dana desa
dilakukan K/L di tingkat pusat, sebesar Rp252,2 juta, apapun
tumpang tindih peraturan yang besaran/kebutuhan desa tersebut.
dikeluarkan masing‐masing Pada level kabupaten, perubahan
Kementerian, dan kebingungan di formula ini memberikan
tingkat daerah ketika “keuntungan” bagi pemerintah
mengimplementasikan kebijakan, kota/kabupaten yang memiliki
melakukan koordinasi dan desa dalam jumlah banyak.
konsultasi dengan pusat. Strategi Semakin banyak jumlah desa yang
anti fraud yang bisa dilakukan yaitu dimiliki semakin besar peluang
segera dibentuk tim pengendali kota/kabupaten tersebut untuk
pelaksanaan UU Desa dipimpin menikmati proporsi dana desa.
Kemenko PMK/Kemenkopolhukam. Strategi anti fraud yang dapat
Dapat juga dilakukan rakor dilakukan pemerintah yaitu dengan
berkala antara 2 (dua) Kementerian melakukan review penetapan
terkait. proporsi alokasi dasar dan
Masalah atau potensi fraud lain mencantumkan besaran bobot
yaitu Formula pembagian dana desa untuk tiap variabel sebagaimana
dalam PP. No. 22 Tahun 2015 tidak pernah tercantum dalam PP No. 60
cukup transparan dan hanya tahun 2014.
didasarkan pada asas pemerataan. Pengaturan pembagian
Perubahan paling mendasar dari PP penghasilan tetap bagi perangkat
No. 22 tahun 2015 terhadap PP No. desa dari Aanggaran Dana Desa yang
60 tahun 2014 adalah pada penetapan diatur dalam PP. No. 43 Tahun 2014
formula pembagian dana desa. Pada kurang berkeadilan. Norma
PP No. 60 tahun 2014 formulasi pengalokasian Anggaran Dana Desa
penentuan besaran dana desa per (ADD) untuk penghasilan tetap
kabupaten/kota cukup transparan kepala desa dan perangkat desa
dengan mencantumkan bobot pada menggunakan penghitungan sebagai
setiap variable (Pasal 11), sementara berikut:
pada PP No. 22 tahun 2015 Pasal • ADD yang <Rp500.000.000
11, digunakan maksimal 60%;
86

Seputro, Wahyuningsih & Jurnal PETA Vol. 2 No. 1, Januari


Sunrowiyati 2017

• ADD yang berjumlah tidak efisien akibat ketentuan


Rp500.000.000‐Rp700.000.000 regulasi yang tumpang tindih.
digunakan maksimal 50%; Khusus untuk Dana Desa
• ADD yang berjumlah berdasarkan PP 60/2014 kepala desa
Rp700.000.001‐Rp900.000.000 juga diminta untuk menyusun
digunakan maksimal 40%; dan pertanggungjawaban yang
• ADD yang berjumlah bersumber dari Dana Desa saja.
>Rp900.000.000 digunakan Laporan dana desa ini disampaikan
maksimal 30%. dengan mekanisme yang sama
Dari beberapa data peningkatan dengan yang tercantum dalam PP
alokasi untuk penghasilan tetap 43/2014 (dilakukan tiap semester,
perangkat desa terjadi ketidak disampaikan ke camat). Hal ini tentu
linearan dengan jumlah ADD yang menjadi tidak efektif dan efisien bagi
diperoleh desa. Data di beberapada desa dalam memenuhi kewajiban
Desa di Kabupaten Blitar misalnya, administratif. Dana desa sudah
ada desa yang mendapatkan ADD masuk ke dalam bagian APBDesa
sebesar 496.000.000,- dengan alokasi dan sudah termasuk ke dalam laporan
penghasilan tetap sebesar pertanggungjawaban APBDesa.
295.400.000,-. Ada juga desa yang Strategi pemecahan masalah yang
mendapatkan ADD sebesar dapat dilakukan yaitu dengan
679.000.000,- dengan alokasi merevisi Peraturan Pemerintah terkait
penghasilan tetap sebesar agar kewajiban laporan
315.000.000,-. Dari dua data ini saja pertanggungjawaban oleh desa dapat
sudah bisa terlihat proporsi yang terintegrasi agar lebih efektif dan
tidak linier yang terjadi di lapangan efisien.
dan sedikit mengusik rasa keadilan
antar perangkat desa dengan ADD Potensi Fraud dari Sisi Tata
tinggi, sedang dan rendah. Kelola Potensi fraud dari sisi tata
Strategi anti fraud yang bisa kelola yaitu Kerangka waktu
dijalankan meliputi kemendagri siklus pengelolaan anggaran desa
agar mengevaluasi dan merevisi sulit dipatuhi oleh desa. Pada
norma alokasi penghasilan tetap kenyataannya, tidak ada satupun desa
bagi perangkat desa pada PP No. yang diobservasi dapat mengikuti
43 tahun 2014 agar lebih adil bagi siklus anggaran yang ditetapkan
perangkat desa di desa. dalam regulasi. Dari hasil
Kemendagri agar menyusun pendalaman kepada perangkat desa
pengaturan besaran pendapatan dan kecamatan, hal ini lebih
tetap perangkat desa sebagai acuan disebabkan karena informasi dari
dasar setiap daerah dalam Pemerintah Pusat dan Pemerintah
menetapkan penghasilan tetap Daerah telat diperoleh oleh desa atau
perangkat desa. keputusannya berubah‐ubah.
Potensi fraud lain yang bisa saja Berbagai informasi yang dibutuhkan
terjadi yaitu Kewajiban desa untuk memulai proses
penyusunan laporan perencanaan baru diperoleh
pertanggungjawaban oleh desa
87

Seputro, Wahyuningsih & Jurnal PETA Vol. 2 No. 1, Januari


Sunrowiyati 2017

pada bulan Januari s.d. April tahun kualitas rumusan APBDesa yang
berikutnya. Akibatnya, dihasilkan sesuai dengan
pelaksanaan siklus anggaran di desa kebutuhan dan kondisi desa
jauh melenceng dari waktu yang tersebut. Strategi yang bisa
ditetapkan dalam regulasi. Hal yang dilakukan untuk meminimalisir
bisa dilakukan untuk perbaikan yaitu potensi fraud ini yaitu dengan
dengan merevisi PP43/2014 dengan
mengevaluasi efektivitas PP terkait memasukan ketentuan: a)
dengan siklus anggaran desa. Mewajibkan kepala desa
Satuan harga barang/jasa yang mempublikasikan RAPBDesa
dijadikan acuan bagi desa dalam untuk diriview oleh masyarakat
menyusun APBDes belum tersedia. dan menyediakan saluran
Dalam proses keluhan/umpan balik masyarakat
penyusunan APBDesa, pemerintah atas RAPBDesa; b) Menyusun
desa perlu menghitung anggaran panduan evaluasi RAPBDesa oleh
dengan menggunakan satuan harga kecamatan; c) Kecamatan
baku. Berdasarkan hasil observasi di mengumumkan hasil evaluasi ke
lapangan belum ditemukan adanya publik.
desa yang penyusunan APBDesanya Transparansi rencana
menggunakan satuan harga baku penggunaan dan
yang terstandar. Dalam menentukan pertanggungjawaban APBDesa
satuan biaya, desa hanya Masih Rendah. Dalam regulasi
mengandalkan pada informasi yang pengelolaan keuangan desa,
dimiliki oleh tim penyusun RKP kewajiban Pemerintah Desa untuk
karena belum tersedianya satuan mengumumkan ke publik tentang
harga baku barang/jasa. Hal keuangan desa hanyalah
perbaikan yang bisa dilakukan yaitu pertanggungjawaban penggunaan
dengan Menyusun Perbup/Perwali APBDesa, namun tidak ada
tentang ancar‐ancar satuan harga ketentuan yang mengharuskan
barang dan jasa sebagai acuan Pemerintah Desa untuk
penyusunan APBDesa. mengumumkan rencana
APBDesa yang disusun tidak penggunaan keuangan desa
sepenuhnya menggambarkan (APBDesa) di awal tahun. Padahal,
kebutuhan yang diperlukan desa. rencana penggunaan APBDesa
Berdasarkan regulasi yang ada, sama pentingnya untuk diketahui
mekanisme penyusunan APBDesa masyarakat sejak awal tahun
dituntut dilakukan secara partisipatif, sebagai bahan untuk melakukan
untuk mewakili kebutuhan seluruh pengawasan terhadap aparatur
lapisan masyarakat, untuk dalam menggunakan keuangan
meningkatkan kesejahteraan desa. Beberapa Pemerintah Daerah
masyarakat desa. Namun meski dapat dijadikan contoh dengan
secara administratif urutan mengumumkan APBD pada media
pelaksanaan perencanaan dilakukan informasi publik yang dapat diakses
berdasarkan peraturan yang secara luas dan masyarakat dapat
berlaku, tidak selamanya dengan mudah melakukan
pengawasan terhadap penggunaan
88

Seputro, Wahyuningsih & Jurnal PETA Vol. 2 No. 1, Januari


Sunrowiyati 2017

APBD tersebut. Tidak adanya Jika hal ini terus dibiarkan, maka
kewajiban bagi perangkat desa untuk berpotensi menyebabkan: a) fungsi
mengumumkan APBDesa di awal laporan pertanggungjawaban akan
tahun dapat mengurangi tingkat menyempit sebagai syarat
transparansi penggunaan APBDesa administrasi saja dan kehilangan
kepada masyarakat dan membuat fungsi utamanya sebagai bukti
masyarakat sulit dalam berpartisipasi akuntabilitas; b) Sikap permisif
mengawasi jalannya pembangunan di terhadap laporan keuangan desa yang
desa mereka. Strategi yang dapat tidak sesuai ketentuan dapat
dilakukan yaitu dengan mewajibkan membentuk persepsi perangkat desa
Kepala desa mempublikasikan bahwa laporan
RAPBDesa pertanggungjawaban tidak perlu
untuk diriviu oleh masyarakat dan memperhatikan kebenaran
menyediakan saluran substansi dan semakin mudah
keluhan/umpan balik masyarakat atas melakukan manipulasi.
RAPBDesa. Rekomendasi yang bisa dilakukan
Laporan pertanggungjawaban yaitu BPKB dan Kemendagri Segera
yang dibuat desa belum mengikuti menyusun sistem keuangan desa
standar dan rawan manipulasi. yang sesuai dengan kondisi dan
Dari sejumlah desa yang diobservasi, kemampuan desa, termasuk
sebagian besar desa belum membuat komponen pelaporan
pelaporan pertanggungjawaban pertanggungjawaban keuangan desa.
penggunaan keuangan desa sesuai Pemerintah daerah juga diminta
dengan standar yang ditetapkan. membangun dan mengembangkan
Substansi laporan juga masih rawan sistem informasi desa yang
manipulasi seperti yang terlihat dari mencakup modul keuangan sesuai
beberapa pemeriksaan Inspektorat yang disusun BPKP dan Kemendagri.
Daerah dimana bukti‐ bukti
penggunaan uang seringkali tidak Potensi Fraud dari Sisi Pengawasan
dimasukkan ke dalam laporan. Potensi fraud pada konteks
Begitupula dengan bukti serah terima pengawasan meliputi: Efektivitas
barang atau laporan kegiatan sering Inspektorat Daerah dalam
tidak disampaikan. Terjadinya hal‐ melakukan pengawasan terhadap
hal tersebut disinyalir dikarenakan pengelolaan keuangan di desa
beberapa hal: a) Lemahnya masih rendah. Dalam Permendagri
kompetensi SDM aparatur desa; b) 70/2012, ruang lingkup
Kurangnya pemahaman terhadap pengawasan bagi Inspektorat
aturan pertanggungjawaban terkait pemerintahan
keuangan desa; c) Kurangnya desa dilakukan terhadap
pembinaan dan pengawasan dari administrasi pemerintahan
Pemerintah Kabupaten/Kota dalam desa dan
hal ini kecamatan; d) Kurangnya pelaksanaan urusan pemerintahan
peran serta masyarakat dalam melalui: a) Pemeriksaan reguler
mengawasi pembangunan desa. pada Pemerintah Desa; b)
Pemeriksaan pelakasanaan tugas
pembantuan dari pemerinta
89

Seputro, Wahyuningsih & Jurnal PETA Vol. 2 No. 1, Januari


Sunrowiyati 2017

Pusat/Provinsi/ Kabupaten/Kota akuntansi/keuangan khusus untuk


sesuai hasil koordinasi; c) membantu proses pengelolaan
Pemeriksaan khusus terkait dengan keuangan desa.
adanya pengaduan yang bersumber Saluran pengaduan
dari masyarakat maupun dari instansi masyarakat tidak dikelola dengan
pemerintah dalam rangka baik. Pemerintah kab/kota yang
membangun kepekaan terhadap mengelola pelayanan pengaduan
perkembangan isu‐isu aktual untuk masyarakat untuk memberikan
tujuan nasional dan pemerintah informasi terhadap berjalannya
daerah. Dalam pelaksanaannya, tidak Pemerintahan desa masih sangat
semua desa dapat diperiksa secara sedikit. Melihat Kab. Gowa yang
reguler oleh Inspektorat Daerah memberikan saluran pengaduan
mengingat keterbatasan sumber daya masyarakat untuk keluhan terhadap
baik personel, anggaran, dan waktu. perangkat desa, hasilnya cukup
Contoh: Kab. Blitar dengan jumlah efektif sebagai alat kontrol. Beberapa
desa yang cukup banyak, inspektorat hasil audit investigatif oleh aparat
daerahnya hanya melakukan audit inspektorat daerah terhadap oknum
dengan sampel 2 (dua) desa per aparat di desa merupakan hasil tindak
kecamatan per tahun. Belum ada lanjut dari laporan masyarakat ke
mekanisme reward and punishment Bupati. Perbaikan yang dapat
yang jelas bagi desa dalam mematuhi dilakukan yaitu dengan merevisi
rekomendasi inspektorat sehingga regulasi PP No. 43 tahun 2014
perbaikan pengelolaan keuangan desa dengan memperjelas fungsi evaluasi
selama ini belum optimal. dan pengawasan camat kepada desa,
Startegi perbaikan yang dapat termasuk meminta Pemerintah
dilakukan yaitu dengan Merevisi Daerah untuk menyusun panduan
Permendagri 07/2008 tentang evaluasi dan pengawasan oleh camat
Pengawasan atas Penyelenggaraan dan mekanisme pengaduan di desa.
Pemerintahan Desa, dengan Ruang lingkup evaluasi dan
memasukkan aspek pengawasan pengawasan yang dilakukan oleh
partisipatif oleh masyarakat, audit camat belum jelas. Dalam UU
sosial, mekanisme pengaduan dan 6/2014 tentang Desa peran Camat
peran inspektorat daerah. Pemerintah semakin penting dlm menjalankan
Daerah fungsi pembinaan & pengawasan.
Prov/Kab/Kota menyediakan Dalam ps 101 ayat 3 PP 43/2014 jg
dukungan dana untuk peningkatan disebutkan peran camat dalam
kapasitas pengelolaan keuangan desa mengevaluasi rencana &
bagi aparat pemda terkait, dan pertanggungjawaban keuangan desa
pengawasan oleh inspektorat daerah. sebagai perwakilan dari
Hasil audit inspektorat daerah Bupati/Walikota. Namun, ruang
disampaikan pada desa yang tidak lingkup evaluasi, kewenangan dan
diaudit untuk menjadi acuan. tanggung jawab yang diberikan
Kab/Kota menyediakan pendamping kepada camat belum diatur secara
berlatar belakang jelas. Hasil wawancara dengan
90

Seputro, Wahyuningsih & Jurnal PETA Vol. 2 No. 1, Januari


Sunrowiyati 2017

beberapa camat, mereka X yang menyatakan bahwa “kami


menyatakan belum memahami kurang begitu memahami untuk
mekanisme & ruang lingkup melakukan adminnistrasi
evaluasi yang harus dikerjakan. pengelolaan keuangan desa,
Sebagai contoh apakah camat sehingga kadang ya pendamping
berwenang untuk menolak desa ini yang kami mintai bantuan
anggaran kegiatan dalam APBDesa untuk membuatkannya beserta
yang sudah menjadi hasil pengaturan cacatan pemasukan dan
musyawarah desa dan disetujui pengeluaranya”. Dari pesan tersirat
oleh BMD; sejauh apa tanggung ini seolah-olah
jawab camat jika mengesahkan menunjukkan bahwa tenaga
APBDesa yang tidak sesuai dengan pendamping dapat saja melakukan
RPJMDesa, RKPDesa, atau manipulasi pada laporan keuangan
ketentuan regulasi pusat. Resiko desa untuk suatu tujuan tertentu.
yang paling perlu dihindari dalam Berkaca pada program PNPM
hal ini: potensi terjadinya abuse Perdesaan, tenaga pendamping
oleh para camat dalam membina yang seharusnya berfungsi untuk
dan mengevaluasi desa (membuat membantu masyarakat dan aparat
diskresi yang tidak perlu). Desa desa justru menjadi sumber
juga dapat merasa tersandera oleh masalah. Beberapa kasus tenaga
camat dalam memberikan pendamping yang melakukan
persetujuan APBDesa sehingga korupsi dan kecurangan
muncul hal‐hal yang bersifat telah ditemukan dan diproses oleh
transaksional antara Kepala Desa aparat penegak hukum. Contoh: a)
dan Camat. Ketua UPK dan Fasilitator PNPM
Perbaikan yang dapat dilakukan di Kab. Cikarang ditahan oleh
yaitu dengan merevisi regulasi PP Kejaksaan Negeri Cikarang karena
No. 43 tahun 2014 dengan diduga mlakukan korupsi dana
memperjelas fungsi evaluasi dan PNPM sebesar Rp1 miliar lebih; b)
pengawasan camat kepada desa, Pada saat observasi di
termasuk meminta Pemerintah Kab. Kampar. Polisi juga
Daerah untuk menyusun panduan tengah melakukan
evaluasi dan pengawasan oleh camat penyidikan atas dugaan mark up
dan mekanisme pengaduan di desa. pembeliaan trafo listrik yang
dilakukan oleh tenaga
Potensi Fraud dari Sisi Sumber
pendamping dan aparat desa.
Daya Manusia
Beberapa modus fraud/korupsi
Potensi Fraud pada konteks
(Pembelajaran PNPM Mandiri
Sumber daya manusia yaitu
Perdesaan), yaitu: a) Berkolusi
Tenaga pendamping berpotensi
dengan pemasok atau menjadi
melakukan korupsi/fraud
pemasok barang yang digunakan
memanfaatkan lemahnyaaparat
untuk membangun desadan
desa. Hal ini terlihat dari data yang
menaikan harga barang tersebut
didapatkan dengan melakukan
(mark‐up) untuk memperkaya diri
wawancara kepada perangkat desa
sendiri atau orang lain; b) Ikut
serta mengelola dan mengambil
dana dari keuangan desa untuk
keperluan pribadi termasuk
91

Seputro, Wahyuningsih & Jurnal PETA Vol. 2 No. 1, Januari


Sunrowiyati 2017

kepentingan politik tertentu. Hal ini sulit dipatuhi oleh desa; 2) Satuan
tentu menjadi kontraproduktif dari harga barang/jasa yang dijadikan
tujuan awal perekrutan pendamping acuan bagi desa dalam menyusun
untuk membantu meningkatkan APBDes belum tersedia; 3)
akuntabilitas APBDesa yang disusun tidak
pembangunan dan mencegah sepenuhnya menggambarkan
korupsi. Perbaikan yang dapat kebutuhan yang diperlukan desa; 4)
dilakukan yaitu Pemerintah Daerah Transparansi rencana penggunaan
dapat menyusun Perbup/Walikota dan pertanggungjawaban APBDesa
tentang Masih Rendah; dan 5) Laporan
Pengelolaan dan Pengendalian pertanggungjawaban yang dibuat
Tenaga Pendamping, mencakup juga desa belum mengikuti standar dan
tata cara rekrutmen, kode etik, rawan manipulasi.
mekanisme evaluasi kinerja dan Potensi fraud pada konteks
sanksi bagi pendamping yang pengawasan meliputi: 1)
lalai/melanggar aturan. Efektivitas Inspektorat Daerah
dalam melakukan pengawasan
KESIMPULAN terhadap pengelolaan keuangan di
Berdasarkan temuan yang ada, desa masih rendah; 2) Saluran
maka dapat disimpulkan bahwa pengaduan masyarakat tidak
potensi fraud dari sisi regulasi dikelola dengan baik; dan 3) Ruang
meliputi: 1) belum lengkapnya lingkup evaluasi dan pengawasan
regulasi dan petunjuk teknis yang dilakukan oleh camat belum
pelaksanaan yang diperlukan jelas. Dan potensi fraud pada sisi
dalam pengelolaan keuangan desa; sumber daya manusia adalah
2) potensi tumpang tindih potensi tenaga pendamping desa
kewenangan antara kementrian desa yang memanfaatkan
dengan ditjen bina Pemerintahan ketidakpahaman apparat desa
Desa Kementrian Dalam Negeri; 3) untuk melakukan fraud. Beberapa
Formula pembagian dana desa dalam perbaikan dapat dilakukan guna
PP. No. 22 Tahun 2015 tidak cukup mencegah potensi itu terjadi.
transparan dan hanya didasarkan
pada asas pemerataan; 4) Pengaturan DAFTAR RUJUKAN
pembagian penghasilan tetap bagi Asril, S. (2014). Mulai 2015,
perangkat desa dari Aanggaran Dana Pemerintah Rencanakan Dana
Desa yang diatur dalam PP. No. 43 Desa Rp 20 Triliun. Retrieved
Tahun 2014 kurang berkeadilan; dan from
5) Kewajiban penyusunan laporan http://nasional.kompas.com/
pertanggungjawaban oleh desa tidak read/2014/12/24/21053411/
efisien akibat ketentuan regulasi yang Mulai.2015.Pemerintah.Renca
tumpang tindih. nakan.Dana.Desa.Rp.20.Trili un
Potensi fraud dari sisi tata
kelola meliputi: 1) Kerangka waktu hdesignideas.com. Permendesa No.
siklus pengelolaan anggaran desa 1 Tahun 2015 (2015).
Retrieved from
92

Seputro, Wahyuningsih & Jurnal PETA Vol. 2 No. 1, Januari


Sunrowiyati 2017

http://www.hdesignideas.co a/peraturan-menteri-dalam-
m/2015/02/permendesa-no- 1- negeri-no-111-tahun-2014-
2-3-ta-2015-tentang.html pedoman-teknis-peraturan-di-
hukumonline.com. Undang Undang desa
No. 33 Tahun 2004 tentang hukumonline.com. Undang Undang
Perimbangan Keuangan Antara No. 6 Tahun 2014
Pemerintah Pusat dan tentang Desa (2014).
Pemerintah Daerah (2004). Retrieved from
Retrieved from http://www.spi.or.id/wp-
http://www.hukumonline.co content/uploads/2014/11/U
m/pusatdata/detail/19787/no U_NO_6_2014-Desa.pdf
de/lt52d643dfec005/uu-no- 33-
tahun-2004-perimbangan- hukumonline.com. Peraturan
keuangan-antara-pemerintah- Pemerintah No. 22 tahun 2015
pusat-dan-pemerintahan- daerah tentang Perubahan Peraturan
Pemerintah No. 60 Tahun 2014
hukumonline.com. Peraturan (2015). Retrieved from
Pemerintah No. 43 Tahun 2014 http://www.hukumonline.co
tentang Peraturan Pelaksana m/pusatdata/detail/lt5562972
Undang Undang No. 6 Tahun 2bc594/node/lt516e57660c54
2014 (2014). 4/pp-no-22-tahun-2015-
Retrieved from perubahan-atas-peraturan-
http://www.hukumonline.co pemerintah-nomor-60-tahun-
m/pusatdata/detail/lt53a7ff5 2014-tentang-dana-desa-
1a08a7/node/pp-no-43-tahun- yangbersumber-dari-anggaran-
2014-peraturan-pelaksanaan- pendapatan-dan-belanja- negara
undang-undang-nomor-6- tahun-
2014-tentang-desa Jati, G. P. (2015). Pemerintah
Gandakan Dana Desa 2016 jadi
hukumonline.com. Peraturan Rp 46,9 Triliun. Retrieved from
Pemerintah No. 60 Tahun 2014 http://www.cnnindonesia.co
tentang Dana Desa yang m/ekonomi/20150925153551
bersumber dari APBN (2014). -78-80965/pemerintah-
Retrieved from gandakan-dana-desa-2016-
http://www.hukumonline.co jadi-rp-469-triliun/
m/pusatdata/downloadfile/lt
541ab627c7893/parent/lt541a keuangandesa.com. (2013). Perkap
b578bcf15 LKPP 13/2013 ttg Pedoman
Tata Cara Pengadaan Barang
hukumonline.com. Permendagri No. dan Jasa di Desa. Retrieved
111 Tahun 2014 (2014). from
Retrieved from http://www.keuangandesa.co
http://www.hukumonline.co m/wp-
m/pusatdata/detail/lt552e0ae
8772c8/node/lt512d9c9b89d5
93

Seputro, Wahyuningsih & Jurnal PETA Vol. 2 No. 1, Januari


Sunrowiyati 2017

content/uploads/2016/05/Pe oran+Kajian+Sistem+Pengelo
rka-LKPP-Nomor-13-Tahun- laan+Keuangan+Desa.pdf/d1
2013-Tentang-Tata-Cara-PBJ- 93fbc6-d782-463a-b1e8-
di-Desa.pdf c3389fcd5026
KPK, D. P. dan P. (2015). Rachman, T. (2015). Membangun
Pengelolaan Keuangan Desa: dari Pinggirian. Retrieved from
Alokasi Dana Desa dan Dana http://www.babakbaru.id/20
Desa. Jakarta. Retrieved from 15/07/membangun-dari-
http://acch.kpk.go.id/docum pinggiran.html
ents/10180/15049/Slide+Lap

Anda mungkin juga menyukai