Daftar Isi
Syaiful Bahri
Pengaruh Free Cash Flow, Laba Bersih, dan Ukuran Perusahaan
terhadap Keputusan Investasi (Studi Empiris pada Perusahaan
Manufaktur Sub Sektor Makanan dan Minuman yang Terdaftar
Di BEI) ................................................................................... 32-49
I Nyoman Darmayasa
Telaah Kritis Desentralisasi Fiskal di Indonesia........................ 94-107
Jurnal PETA e-ISSN 2528-2581
Vol. 2 No. 1, Januari 2017
Hal 79-93
Surel: seputro.hanif@gmail.com
79
80
termasuk pendapatan asli desa dan Musyawarah Desa juga dipilih secara
bantuan pihak lain. demokratis. Sedangkan aturan untuk
Siklus pengelolaan keuangan alokasi belanja desa pada ABPDes
desa dimulai dengan: 1) penyiapan meliputi 70% untuk mendanai biaya
rencana yang didalamnya termasuk penyelenggaraan pemerintahan desa,
penggalian informasi pasar, penilaian pelaksanaan pembangunan desa,
kebutuhan yang merujuk pada pembinaan kemasyarakatan desa dan
pembangunan desa; 2) Mengadakan pemberdayaan masyarakat desa.
Musrenbang Desa dengan melibatkan Lebih lanjut 30% untuk mendanai
pemenrintah desa, BPD, dan Penghasilan tetap dan tunjangan
kelompok- kelompok masyarakat, kepala desa serta perangkat desa,
penilaian kebutuhan masyarakat, operasional pemerintah desa,
menetapkan prioritas program dan tunjangan dan operasional BPD, serta
kegiatan; 3) Penetapan Rencana yang dapat digunaakan untuk insentif RT
tertuang dalam RPJMDes & RKPDes dan RW.
yang ditetapkan dalam Perdes yang
nantinya dimasukkan dalam rencana Ruang Lingkup Dana Desa
kabupaten secara kolektif; 4) Dana Desa (DD) adalah dana
Penetapan APBDes dengan yang bersumber dari APBN yang
melakukan konsolidasi penerimaan & diperuntukkan bagi Desa yang
pengeluaran; 5) Pelaksanaan ditransfer melalui APBD
Pembangunan dengan melibatkan Kabupaten/Kota dan digunakan
masyarakat dalam pembangunan untuk membiayai penyelenggaraan
yang dilaksanakan secara swakelola. pemerintahan, pelaksanaan
Masyarakat dapat melakukan pembangunan, pembinaan
pemantauan dan melaporkan ketika kemasyarakatan, dan
ada yang tidak sesuai dengan pemberdayaan masyarakat di desa.
rencana; 6) Membuat Pagu angggaran nasional Desa
Pertanggungjawaban dalam dialokasikan ke masing-masing
musyawarah pembangunan desa; dan kabupaten berdasarkan jumlah desa
7) Wajib melakukan pemanfaatan dengan memperhatikan jumlah
dan pemeliharaan baik oleh penduduk, luas wilayah, angka
masyarakat maupun pemerintah desa. kemiskinan dan tingkat kesulitan
Tata kelola desa tetap menganut geografis. Setelah itu alokasi dana
prinsip tata desa per kabupaten dibagi kepada
pemerintahan desa yang akuntabel, masing-masing desa dengan
transparan, profesional, aktif, dan memperhatikan faktor yang sama.
efisien, besih dan bebas dari KKN. Dana yang sudah teralokasi ke
Aparat Desa meliputi: Kepala Desa, desa, diprioritaskan untuk
badan Musyawarah Desa, yang pembangunan dan pemberdayaan
dinaungi dalam kegiatan masyarakat sesuai dengan
Musyawarah desa untuk penyusunan RPJMDes, RKPDes, dan APBDes.
RPJMDes, Aset Desa, serta hal-hal Pada tataran penyaluran dana desa
strategis. Badan diturunkan dengan 3 tahap, meliputi
Tahap pertama sebesar
83
40%, tahap kedua 40% dan tahap dinenaik sanksi administratif akibat
ketiga 20%. Pelaporan dana desa SilPA tidak wajar; dan 2) Atas
dilakukan oleh pemerintah desa permintaan instansi/unit terkait
dengan melaporkan realisasi setelah melakukan evaluasi.
penggunaan. Dilaporkan kepada
pemerintah Kota/Kabupaten METODE PENELITIAN
dengan melaporkan realisasi Penelitian ini berusaha menggali
penyaluran dan konsolidadi realisasi potensi fraud yang ada di
penggunaan. Kedua laporan itu pengelolaan keuangan desa dengan
kemudian diteruskan untuk menggali langsung dari sumber yang
dilaporkan kepada pemerintah pusat. dianggap relevan. Paradigma kritis
Sanksi penundaan penyaluran digunakan dalam penelitian ini
dana desa yang diberikan oleh dikarenakan penelitian ini ingin
Menteri Keuangan selaku KPA mengkaji potensi fraud dilihat dari
biasanya disebabkan oleh: 1) praktek pengelolaan keuangan desa
Bupati/walikota tidak di lapangan. Fakta empiris nantinya
menyampaikanpersyaratan akan menjadi acuan dalam
penyaluran Tahap I (peraturan menganalisis fakta dan dibandingkan
bupati/walikota, perda mengenai dengan data-data idealitas
APBD tahun berjalan, laporan pengelolaan keuangan desa. Data
realisasi tahun anggaran didapatkan dengan melakukan
sebelumnya); 2) Penghitungan DD wawancara intensif kepada informan
dalam perbub/perwali tidak sesuai dg yang relevan seperti perangkat desa
PP 60/2014; dan 3) Atas permintaan yang kebetulan mengelola keuangan
instansi/unit terkait setelah desa, para pendamping desa dan
melakukan evaluasi . Sedang sanksi pengawas dari inspektorat daerah.
pemotongan dana desa diturunkan Beberapa case kami konfirmasi ke
ketika 1) Terdapat desa yang ditunda KPK untuk semakin memvalidkan
penyaluran Dana Desa sampai akhir data dengan menggunakan media
Tahun Anggaran; 2) Terapat desa wawancara dengan telepon.
yang dikenai sanksi administratif Penelitian ini dilakukan
akibat SilPA tidak wajar (30% dana di beberapa desa di Kabupaten
tidak terpakai dalam 1 tahun). Blitar dan Tulungagung. Untuk
Sanksi penundaan penyaluran beberapa waktu,observasi lapangan
dana desa oleh Bupati/Walikota juga diperukan dalam
biasanya disebabkan adanya: 1) penelitian ini untuk
Kepala Desa Terlambat mengkonfirmasi antara
menyampaikan APB Desa. Dan wawancara dengan praktik di
Laporan realisasi pengggunaan Dana lapangan. Pada akhirnya dianalisis
Desa semester sebelumnya; dengan analisis kesenjangan
2) Atas permintaan instansi/unit apakah ada perbedaan antara data
terkait setelah melakukan evaluasi. dengan fakta dilapangan. Analisis
Sanksi pengurangan dana desa kesenjangan ini menggunakan
disebabkan 1) Terapat desa yang pendekatan principal agent untuk
menilai kelengkapan komponen
akuntabilitasnya.
84
pada bulan Januari s.d. April tahun kualitas rumusan APBDesa yang
berikutnya. Akibatnya, dihasilkan sesuai dengan
pelaksanaan siklus anggaran di desa kebutuhan dan kondisi desa
jauh melenceng dari waktu yang tersebut. Strategi yang bisa
ditetapkan dalam regulasi. Hal yang dilakukan untuk meminimalisir
bisa dilakukan untuk perbaikan yaitu potensi fraud ini yaitu dengan
dengan merevisi PP43/2014 dengan
mengevaluasi efektivitas PP terkait memasukan ketentuan: a)
dengan siklus anggaran desa. Mewajibkan kepala desa
Satuan harga barang/jasa yang mempublikasikan RAPBDesa
dijadikan acuan bagi desa dalam untuk diriview oleh masyarakat
menyusun APBDes belum tersedia. dan menyediakan saluran
Dalam proses keluhan/umpan balik masyarakat
penyusunan APBDesa, pemerintah atas RAPBDesa; b) Menyusun
desa perlu menghitung anggaran panduan evaluasi RAPBDesa oleh
dengan menggunakan satuan harga kecamatan; c) Kecamatan
baku. Berdasarkan hasil observasi di mengumumkan hasil evaluasi ke
lapangan belum ditemukan adanya publik.
desa yang penyusunan APBDesanya Transparansi rencana
menggunakan satuan harga baku penggunaan dan
yang terstandar. Dalam menentukan pertanggungjawaban APBDesa
satuan biaya, desa hanya Masih Rendah. Dalam regulasi
mengandalkan pada informasi yang pengelolaan keuangan desa,
dimiliki oleh tim penyusun RKP kewajiban Pemerintah Desa untuk
karena belum tersedianya satuan mengumumkan ke publik tentang
harga baku barang/jasa. Hal keuangan desa hanyalah
perbaikan yang bisa dilakukan yaitu pertanggungjawaban penggunaan
dengan Menyusun Perbup/Perwali APBDesa, namun tidak ada
tentang ancar‐ancar satuan harga ketentuan yang mengharuskan
barang dan jasa sebagai acuan Pemerintah Desa untuk
penyusunan APBDesa. mengumumkan rencana
APBDesa yang disusun tidak penggunaan keuangan desa
sepenuhnya menggambarkan (APBDesa) di awal tahun. Padahal,
kebutuhan yang diperlukan desa. rencana penggunaan APBDesa
Berdasarkan regulasi yang ada, sama pentingnya untuk diketahui
mekanisme penyusunan APBDesa masyarakat sejak awal tahun
dituntut dilakukan secara partisipatif, sebagai bahan untuk melakukan
untuk mewakili kebutuhan seluruh pengawasan terhadap aparatur
lapisan masyarakat, untuk dalam menggunakan keuangan
meningkatkan kesejahteraan desa. Beberapa Pemerintah Daerah
masyarakat desa. Namun meski dapat dijadikan contoh dengan
secara administratif urutan mengumumkan APBD pada media
pelaksanaan perencanaan dilakukan informasi publik yang dapat diakses
berdasarkan peraturan yang secara luas dan masyarakat dapat
berlaku, tidak selamanya dengan mudah melakukan
pengawasan terhadap penggunaan
88
APBD tersebut. Tidak adanya Jika hal ini terus dibiarkan, maka
kewajiban bagi perangkat desa untuk berpotensi menyebabkan: a) fungsi
mengumumkan APBDesa di awal laporan pertanggungjawaban akan
tahun dapat mengurangi tingkat menyempit sebagai syarat
transparansi penggunaan APBDesa administrasi saja dan kehilangan
kepada masyarakat dan membuat fungsi utamanya sebagai bukti
masyarakat sulit dalam berpartisipasi akuntabilitas; b) Sikap permisif
mengawasi jalannya pembangunan di terhadap laporan keuangan desa yang
desa mereka. Strategi yang dapat tidak sesuai ketentuan dapat
dilakukan yaitu dengan mewajibkan membentuk persepsi perangkat desa
Kepala desa mempublikasikan bahwa laporan
RAPBDesa pertanggungjawaban tidak perlu
untuk diriviu oleh masyarakat dan memperhatikan kebenaran
menyediakan saluran substansi dan semakin mudah
keluhan/umpan balik masyarakat atas melakukan manipulasi.
RAPBDesa. Rekomendasi yang bisa dilakukan
Laporan pertanggungjawaban yaitu BPKB dan Kemendagri Segera
yang dibuat desa belum mengikuti menyusun sistem keuangan desa
standar dan rawan manipulasi. yang sesuai dengan kondisi dan
Dari sejumlah desa yang diobservasi, kemampuan desa, termasuk
sebagian besar desa belum membuat komponen pelaporan
pelaporan pertanggungjawaban pertanggungjawaban keuangan desa.
penggunaan keuangan desa sesuai Pemerintah daerah juga diminta
dengan standar yang ditetapkan. membangun dan mengembangkan
Substansi laporan juga masih rawan sistem informasi desa yang
manipulasi seperti yang terlihat dari mencakup modul keuangan sesuai
beberapa pemeriksaan Inspektorat yang disusun BPKP dan Kemendagri.
Daerah dimana bukti‐ bukti
penggunaan uang seringkali tidak Potensi Fraud dari Sisi Pengawasan
dimasukkan ke dalam laporan. Potensi fraud pada konteks
Begitupula dengan bukti serah terima pengawasan meliputi: Efektivitas
barang atau laporan kegiatan sering Inspektorat Daerah dalam
tidak disampaikan. Terjadinya hal‐ melakukan pengawasan terhadap
hal tersebut disinyalir dikarenakan pengelolaan keuangan di desa
beberapa hal: a) Lemahnya masih rendah. Dalam Permendagri
kompetensi SDM aparatur desa; b) 70/2012, ruang lingkup
Kurangnya pemahaman terhadap pengawasan bagi Inspektorat
aturan pertanggungjawaban terkait pemerintahan
keuangan desa; c) Kurangnya desa dilakukan terhadap
pembinaan dan pengawasan dari administrasi pemerintahan
Pemerintah Kabupaten/Kota dalam desa dan
hal ini kecamatan; d) Kurangnya pelaksanaan urusan pemerintahan
peran serta masyarakat dalam melalui: a) Pemeriksaan reguler
mengawasi pembangunan desa. pada Pemerintah Desa; b)
Pemeriksaan pelakasanaan tugas
pembantuan dari pemerinta
89
kepentingan politik tertentu. Hal ini sulit dipatuhi oleh desa; 2) Satuan
tentu menjadi kontraproduktif dari harga barang/jasa yang dijadikan
tujuan awal perekrutan pendamping acuan bagi desa dalam menyusun
untuk membantu meningkatkan APBDes belum tersedia; 3)
akuntabilitas APBDesa yang disusun tidak
pembangunan dan mencegah sepenuhnya menggambarkan
korupsi. Perbaikan yang dapat kebutuhan yang diperlukan desa; 4)
dilakukan yaitu Pemerintah Daerah Transparansi rencana penggunaan
dapat menyusun Perbup/Walikota dan pertanggungjawaban APBDesa
tentang Masih Rendah; dan 5) Laporan
Pengelolaan dan Pengendalian pertanggungjawaban yang dibuat
Tenaga Pendamping, mencakup juga desa belum mengikuti standar dan
tata cara rekrutmen, kode etik, rawan manipulasi.
mekanisme evaluasi kinerja dan Potensi fraud pada konteks
sanksi bagi pendamping yang pengawasan meliputi: 1)
lalai/melanggar aturan. Efektivitas Inspektorat Daerah
dalam melakukan pengawasan
KESIMPULAN terhadap pengelolaan keuangan di
Berdasarkan temuan yang ada, desa masih rendah; 2) Saluran
maka dapat disimpulkan bahwa pengaduan masyarakat tidak
potensi fraud dari sisi regulasi dikelola dengan baik; dan 3) Ruang
meliputi: 1) belum lengkapnya lingkup evaluasi dan pengawasan
regulasi dan petunjuk teknis yang dilakukan oleh camat belum
pelaksanaan yang diperlukan jelas. Dan potensi fraud pada sisi
dalam pengelolaan keuangan desa; sumber daya manusia adalah
2) potensi tumpang tindih potensi tenaga pendamping desa
kewenangan antara kementrian desa yang memanfaatkan
dengan ditjen bina Pemerintahan ketidakpahaman apparat desa
Desa Kementrian Dalam Negeri; 3) untuk melakukan fraud. Beberapa
Formula pembagian dana desa dalam perbaikan dapat dilakukan guna
PP. No. 22 Tahun 2015 tidak cukup mencegah potensi itu terjadi.
transparan dan hanya didasarkan
pada asas pemerataan; 4) Pengaturan DAFTAR RUJUKAN
pembagian penghasilan tetap bagi Asril, S. (2014). Mulai 2015,
perangkat desa dari Aanggaran Dana Pemerintah Rencanakan Dana
Desa yang diatur dalam PP. No. 43 Desa Rp 20 Triliun. Retrieved
Tahun 2014 kurang berkeadilan; dan from
5) Kewajiban penyusunan laporan http://nasional.kompas.com/
pertanggungjawaban oleh desa tidak read/2014/12/24/21053411/
efisien akibat ketentuan regulasi yang Mulai.2015.Pemerintah.Renca
tumpang tindih. nakan.Dana.Desa.Rp.20.Trili un
Potensi fraud dari sisi tata
kelola meliputi: 1) Kerangka waktu hdesignideas.com. Permendesa No.
siklus pengelolaan anggaran desa 1 Tahun 2015 (2015).
Retrieved from
92
http://www.hdesignideas.co a/peraturan-menteri-dalam-
m/2015/02/permendesa-no- 1- negeri-no-111-tahun-2014-
2-3-ta-2015-tentang.html pedoman-teknis-peraturan-di-
hukumonline.com. Undang Undang desa
No. 33 Tahun 2004 tentang hukumonline.com. Undang Undang
Perimbangan Keuangan Antara No. 6 Tahun 2014
Pemerintah Pusat dan tentang Desa (2014).
Pemerintah Daerah (2004). Retrieved from
Retrieved from http://www.spi.or.id/wp-
http://www.hukumonline.co content/uploads/2014/11/U
m/pusatdata/detail/19787/no U_NO_6_2014-Desa.pdf
de/lt52d643dfec005/uu-no- 33-
tahun-2004-perimbangan- hukumonline.com. Peraturan
keuangan-antara-pemerintah- Pemerintah No. 22 tahun 2015
pusat-dan-pemerintahan- daerah tentang Perubahan Peraturan
Pemerintah No. 60 Tahun 2014
hukumonline.com. Peraturan (2015). Retrieved from
Pemerintah No. 43 Tahun 2014 http://www.hukumonline.co
tentang Peraturan Pelaksana m/pusatdata/detail/lt5562972
Undang Undang No. 6 Tahun 2bc594/node/lt516e57660c54
2014 (2014). 4/pp-no-22-tahun-2015-
Retrieved from perubahan-atas-peraturan-
http://www.hukumonline.co pemerintah-nomor-60-tahun-
m/pusatdata/detail/lt53a7ff5 2014-tentang-dana-desa-
1a08a7/node/pp-no-43-tahun- yangbersumber-dari-anggaran-
2014-peraturan-pelaksanaan- pendapatan-dan-belanja- negara
undang-undang-nomor-6- tahun-
2014-tentang-desa Jati, G. P. (2015). Pemerintah
Gandakan Dana Desa 2016 jadi
hukumonline.com. Peraturan Rp 46,9 Triliun. Retrieved from
Pemerintah No. 60 Tahun 2014 http://www.cnnindonesia.co
tentang Dana Desa yang m/ekonomi/20150925153551
bersumber dari APBN (2014). -78-80965/pemerintah-
Retrieved from gandakan-dana-desa-2016-
http://www.hukumonline.co jadi-rp-469-triliun/
m/pusatdata/downloadfile/lt
541ab627c7893/parent/lt541a keuangandesa.com. (2013). Perkap
b578bcf15 LKPP 13/2013 ttg Pedoman
Tata Cara Pengadaan Barang
hukumonline.com. Permendagri No. dan Jasa di Desa. Retrieved
111 Tahun 2014 (2014). from
Retrieved from http://www.keuangandesa.co
http://www.hukumonline.co m/wp-
m/pusatdata/detail/lt552e0ae
8772c8/node/lt512d9c9b89d5
93
content/uploads/2016/05/Pe oran+Kajian+Sistem+Pengelo
rka-LKPP-Nomor-13-Tahun- laan+Keuangan+Desa.pdf/d1
2013-Tentang-Tata-Cara-PBJ- 93fbc6-d782-463a-b1e8-
di-Desa.pdf c3389fcd5026
KPK, D. P. dan P. (2015). Rachman, T. (2015). Membangun
Pengelolaan Keuangan Desa: dari Pinggirian. Retrieved from
Alokasi Dana Desa dan Dana http://www.babakbaru.id/20
Desa. Jakarta. Retrieved from 15/07/membangun-dari-
http://acch.kpk.go.id/docum pinggiran.html
ents/10180/15049/Slide+Lap