OLEH :
SAMUEL J G JADERA
12113201170087
PEMINATAN GIZI
FAKULTAS KESEHATAN
AMBON
2022
LEMBARAN PENGESAHAN
Kami menyatakan menerima dan menyetujui proposal ini yang disusun Oleh Samuel
Pembimbing I Pembimbing II
Mengetahui, Mengetahui,
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus, atas segala rahmat
dan penyertaannya kepada penulis sehingga penyusunan proposal ini dapat
diselesaikan sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan di Fakultas
Kesehatan Program studi Kesehatan Masyarakat Universitas Kristen Indonesia
Maluku.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini tidak terlepas dari
segala kelemahan dan keterbatasan. Namun karena adanya bantuan dan dorongan
dari berbagai pihak, akhirnya penyusunan proposal ini dapat terselesaikan, untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Dr. Z. Rehena, S.Pd.,
M.Kes selaku pembimbing I beserta G. C. Siahaya, STP,. M.Si selaku pembimbing
II yang telah meluangkan waktu tenaga dan pemikirannya dalam memberi
bimbingan kepada penulis dari awal hingga selesainya proposal ini.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada :
1. Dr. H. H. Hetharia, M.Th Selaku Rektor Universitas Kristen Indonesia Maluku.
2. Wakil Rektor I,II,III dan IV Universitas Kristen Indonesia Maluku.
3. Dekan Fakultas Kesehatan B.Talarima, SKM., M.Kes.
Maluku.
ii
9. Teman-teman seperjuangan program studi kesehatan masyarakat angkatan ke-X tahun
2017 yang selalu memberikan semangat kepada penulis.
10. Teman-teman Peminatan Gizi yang selalu memberikan semangat kepada penulis.
11. Teman-teman Terbaik (Galatia, Devilia, Ravenska, Christien, Gresya, Tivani, Billy,
Dion, Glen, Marcelino dan Juvali) yang selalu memberikan semangat dan motivasi
bagi penulis.
Penulis menyadari proposal ini masih memiliki banyak kekurangan, oleh karena
itu penulis dengan senang hati menerima saran dan kritik demi perbaikan dan
kesempurnaan proposal ini. Semoga proposal ini bermanfaat bagi pembaca.
Samuel J G Jadera
12113201170087
iii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL................................................................................................I
KATA PENGANTAR..............................................................................................I
DAFTAR ISI.............................................................................................................IV
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang...............................................................................................1
B. Rumusan Masalah..........................................................................................8
C. Tujuan Penelitian...........................................................................................8
D. Manfaat Penelitian.........................................................................................9
D. Kerangka Konsep...........................................................................................38
E. Hipotesis Penelitian........................................................................................39
A. Jenis Penelitian...............................................................................................40
iv
C. Populasi dan Sampel......................................................................................40
D. Variable Penelitian.........................................................................................42
E. Defenisi Operasional......................................................................................43
F. Instrumen Penelitian.......................................................................................46
G. Kriteria Penelitian..........................................................................................46
H. Pengumpulan Data.........................................................................................46
A. Hasil ..............................................................................................................49
B. Pembahasan ...................................................................................................61
A. Kesimpulan....................................................................................................67
B. Saran...............................................................................................................67
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................69
v
vi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gizi Kurang adalah keadaan gizi balita yang ditandai dengan kondisi
sangat kurus, disertai atau tidak edema pada kedua punggung kaki, berat
badan menurut panjang badan atau berat badan dibanding tinggi badan
kurang dari -3 standar deviasi dan/atau lingkar lengan atas kurang dari 11,5
cm pada Anak usia 6-59 bulan (Permenkes RI, 2019). Gizi kurang pada
balita akan berdampak pada balita yaitu dalam jangka pendek adalah
setiap orang untuk dapat berperilaku hidup yang sehat untuk mencapai derajat
dapat dilihat dari berbagai faktor yang meliputi indikator umur harapan
1
hidup, angka kematian, angka kesakitan dan status gizi masyarakat terutama
anak-anak mengalami gizi kurang dengan z-score -3 dan < -2 yang memiliki
resiko kematian tiga kali lebih besar dari anak-anak gizi baik (Siscadarsih
dkk, 2020).
Berdasarkan tren persentase gizi buruk dan gizi kurang pada balita
usia 0-59. bulan di Indonesia sejak tahun 2013 sampai tahun 2019 secara
umum mengalami penurunan. Hal tersebut dapat dilihat dimana pada tahun
2013 persentase balita gizi buruk dan gizi kurang usia 0-59 bulan yaitu 12,1%
menjadi 7,4% pada tahun 2019 atau turun sebesar 0,8% setiap tahunnya.
Berdasarkan hasil data surveilans gizi tahun 2020 pada kegiatan pemantauan
pengukuran indeks Berat Badan menurut Umur yang di entry sebanyak 49%
dari sasaran baduta yang ada. Dari sasaran baduta di entry tersebut
2
didapatkan sebanyak 58.425 (1,3%) baduta dengan berat badan sangat kurang
dan sebanyak 248.407 (5,4%) baduta dengan berat badan kurang. Provinsi
dengan persentase tertinggi gizi buruk dan gizi kurang pada baduta adalah
penurunan sebesar 0,1% dari tahun 2013. Pada Provinsi Maluku gizi kurang
di tahun 2013 yaitu 17,8% sedangkan pada tahun 2018 mengalami penurunan
sebesar 0,3% dengan gizi kurang sebesar 17,5%. Data provinsi maluku
yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 14 april 2022 di Puskesmas Larat
di peroleh data jumlah balita pada tahun 2018 sebanyak 238 dan balita yang
gizi kurang berjumlah 26 balita, pada tahun 2019 jumlah balita sebanyak 221
dan balita yang gizi kurang berjumlah 30 balita, pada tahun 2020 jumlah
balita sebanyak 236 dan balita yang gizi kurang berjumlah 42 balita, dan pada
tahun 2021 jumlah balita sebanyak 256 dan balita yang gizi kurang berjumlah
3
berpikir. Ada beberapa factor yang berhubungan dengan status gizi buruk
pada balita antara lain adalah pengetahuan ibu tentang gizi anak. Tingkat
terjadinya kekurangan gizi pada anak, karena Ibu adalah pengasuh terdekat
dan ibu juga yang menentukan makanan yang akan dikonsumsi oleh anak dan
anggota keluarga lainnya. Seorang ibu sebaiknya tahu tentang gizi seimbang
(Kuswanti, 2022).
dengan kejadian gizi kurang pada balita. Pola asuh merupakan salah satu
Semakin tinggi pola asuh ibu akan semakin mudah dia memberikan
pendidikan dan informasi gizi yang mana dengan pola asuh ibu terhadap
balita diharapkan akan tercipta pola kebiasaan yang baik dan sehat (Anwar,
2022).
kurang pada balita selain pengetahuan ibu dan pola asuh anak. Tingkat
4
tubuh. Tingkat penghasilan ikut menentukan jenis pangan apa yang akan
masyarakat dari hasil berkebun dan hasil laut rata-rata diperkirakan berkisar
gizi terutama pada balita rendah dan hal ini mempengaruhi status gizi pada
anak balita
B. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan pengetahuan ibu tentang gizi, pola asuh anak dan
C. Tujuan
Adapun tujuan dibagi menjadi dua bagian yaitu tujuan umum dan tujuan
1. Tujuan Umum
5
Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang gizi,
pola asuh anak dan pendapatan keluarga dengan status gizi kurang
2. Tujuan Khusus
Utara.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
a) Bagi institusi
b) Bagi Masyarakat
6
Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber informasi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Indonesia adalah sebanyak 3,9% dan gizi kurang adalah 13,8%. Gizi
kurang dapat disebabkan oleh pola makan yang kurang baik, status
7
mungkin mengalami malnutrisi. Gejala gizi kurang dapat berupa rasa
lelah, pusing, dan penurunan berat badan. Gizi kurang juga dapat tidak
zat gizi yang diperlukan untuk metabolisme tubuh. Status gizi kurang
tinggi atau panjang badan (BB/TB) dengan z-skor BB/TB <-3 SD.
Status gizi kurang pada balita dapat menimbulkan pengaruh yang dapat
(Alpin, 2021).
kurang dapat terjadi pada semua kelompok umur, tetapi yang perlu lebih
oleh berbagai faktor yang saling berkaitan antara satu sama lain, terdiri
8
dari penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab langsung
yang sensitif karena akibat yang ditimbulkan terhadap bayi pada masa
ini akan bersifat permanen dan tidak dapat dikoreksi. Dampak buruk
yang dapat ditimbulkan oleh masalah gizi pada periode tersebut, dalam
pembuluh darah, kanker, stroke, dan disabilitas pada usia tua, serta
gizi yang didasarkan pada indeks berat badan menurut umur (BB/U).
9
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menyebutkan bahwa
persentase gizi kurang pada balita usia 0-59 bulan di Indonesia adalah
3,9%. Jumlah ini tidak berbeda jauh dengan hasil Pemantauan Status
2017, yaitu persentase gizi kurang pada balita usia 0-59 bulan sebesar
3,8%. Provinsi dengan persentase tertinggi gizi kurang pada balita usia
0-59 bulan tahun 2017 adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT),
Kondisi gizi kurang dan buruk pada balita di Indonesia masih berada di
badan per usia, angkanya mencapai 17%. Padahal ambang batas angka
yaitu:
a) Marasmus
makan, perut cekung, rambut tipis, jarang dan kusam, tulang iga
10
tampak jelas dan pantat kendur dan keriput (baggy pant)
(Karismatika. 2018)
b) Kwashiorkor
protein.
3. Marasmus-Kwashiorkor
11
berat badan dibawah 60% dari normal memperlihatkan tanda-
Sumber: Standar status gizi menurut WHO-NCHS- the Indonesian Public Health
2019
sebagai akibat dari peristiwa yang terjadi dalam waktu yang tidak lama
12
Kurang Energi Protein (KEP) disebabkan oleh kekurangan makanan
sumber energi secara umum dan kekurangan sumber protein (Dewi dkk
kehilangan zat gizi atau keadaan stres (Dewi dkk 2019). Asupan
pertumbuhan dan perbaikan sel. Apabila kebutuhan zat gizi akan protein
kondisi ini terjadi dalam waktu lama, cadangan itu akan habis dan akan
Kesehatan RI, berikut gejala gizi buruk yang umum pada anak-anak
13
1. Gizi buruk tanpa komplikasi
seperti:
dari -3SD
dari -3 SD
14
e) Memiliki satu atau lebih komplikasi medis seperti
a) Asupan makanan
keseimbangan diet adalah 15% dari protein, 35% dari lemak, dan
berumur 2-2,5 tahun.Lalu pada umur 3-5 tahun balita sudah dapat
15
memilih makanan sendiri sehingga asupan makanan harus diatur
pemelihara jaringan yaitu lauk pauk dan zat pengatur yaitu sayur dan
16
penyebab langsung dari kekurangan gizi pada anak balita.
c) Pendidikan ibu
17
berpengaruh terhadap kualitas pengasuhan anak. Tingkat
(Wahyuni 2018)
d) Penyakit penyerta
1. Diare persisten :
2. Tuberkulosis :
18
Tuberkulosis adalah penyakit yang disebabkan oleh
3. HIV AIDS :
19
esensial tubuh. Terdapat hubungan timbal balik antara
terhadap penyakit
4. Pengetahuan ibu
20
Bayi yang lahir pada umur kehamilan kurang dari 37
(Pratyaningrum 2017).
keadaan ibu atau gizi ibu yang kurang baik. Kondisi bayi
21
terkena penyakit terutama penyakit infeksi. Penyakit ini
(Pratyaningrum 2017).
6. Kelengkapan imunisasi
22
kematian, menghilangkan kecemasan dan psikologi
7. Asi
23
Memberi ASI kepada bayi merupakan hal yang
2018).
24
6) Penatalaksanaan
Agar anak tidak mengalami kurang gizi maka orang tua harus
dilakukan sedari dini. Dalam hal ini, keluarga merupakan pondasi kuat
agar gizi buruk tidak dialami oleh generasi berikut (Kemenkes 2018).
25
Diagnosis yang tepat pada masalah balita gizi buruk penting
balita gizi buruk bisa dilakukan sendiri di rumah jika masih pada
tahap awal. Bila sudah terlalu berat, masalah gizi itu mesti ditangani
dilakukan dengan:
obatan dan suplemen bagi balita. Bila balita tak bisa makan sendiri,
balita yang lebih parah. Untuk mencegah masalah gizi ini, para
2018).
26
B. Tinjauan Umum Tentang Balita
1. Defenisi Balita
Balita adalah anak yang berumur 0-59 bulan, pada masa ini ditandai
lebih banyak dengan kualitas yang tinggi. Akan tetapi, balita termasuk
kelompok yang rawan gizi serta mudah menderita kelainan gizi karena
Anak balita adalah anak yang telah menginjak usia di atas satu tahun
atau lebih popular dengan pengertian usia anak di bawah lima tahun. Balita
adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) dan anak pra sekolah
(3-5 tahun). Saat usia batita, anak masih tergantung penuh kepada orang tua
untuk melakukan kegiatan penting, seperti mandi, buang air dan makan.
usia ini merupakan masa yang berlangsung cepat dan tidak akan pernah
27
terulang kembali, karena itu sering disebut golden age atau masa keemasan
2. Karakteristik Balita
Balita adalah anak usia kurang dari lima tahun sehingga bayi usia di
bawah satu tahun juga termasuk golongan ini. Balita usia 1-5 tahun dapat
dibedakan menjadi dua, yaitu anak usia lebih dari satu tahun sampai tiga
tahun yang yang dikenal dengan batita dan anak usia lebih dari tiga tahun
sampai lima tahun yang dikenal dengan usia pra sekolah (Febrianty 2020).
usia 1-3 tahun (batita) dan anak usia pra sekolah. Anak usia 1-3 tahun
merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang
disediakan oleh ibunya Laju pertumbuhan masa batita lebih besar dari masa
usia pra sekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif besar.
Pola makan yang diberikan sebaiknya dalam porsi kecil dengan frekuensi
sering karena perut balita masih kecil sehingga tidak mampu menerima
jumlah makanan dalam sekali makan, sedangkan pada usia pra sekolah anak
disukainya. Pada usia ini, anak mulai bergaul dengan lingkungannya atau
28
bersekolah playgroup sehingga anak mengalami beberapa perubahan dalam
perilaku. Pada masa ini anak akan mencapai fase gemar memprotes
sehingga mereka akan mengatakan “tidak” terhadap ajakan. Pada masa ini
berat badan anak cenderung mengalami penurunan, ini terjadi akibat dari
(Febrianty 2020).
akan tetapi juga meliputi ukuran dan struktur organ tubuh dan otak.
29
mental. Pertumbuhan fisik boleh diperhitungkan dengan ukuran
fungsi organ yang lebih kompleks, dalam sistem atau pola yang
a) Faktor genetic
30
Faktor genetik merupakan bekal dasar dan memiliki
b) Faktor lingkungan
2016):
31
2) Faktor fisik terdiri dari cuaca, musim, keadaan geografis
a) Pengertian Pengetahuan
akan menentukan status gizi balita. Hal ini dikarenakan ibu yang
32
maka pemberian makan akan baik pula sehingga status gizi anak
juga baik.
1) Pendidikan
33
objek yang diketahui akan menumbuhkan sikap positif
2) Media Massa/Informasi
kepercayaan orang.
pengetahuan seseorang.
4) Lingkungan
34
Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya
5) Pengalaman
6) Usia
35
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh bahwa ibu yang
36
& Subagyo (2018) yang menyatakan bahwa ada hubungan yang
rendah (50%). Hal ini menunjukkan bahwa peran seorang ibu sangat
2. Pola Asuh
mental dan sosial dari anak yang sedang tumbuh dalam anggota
2019).
dapat tumbuh dan berkembang secara optimal baik fisik maupun mental
37
sosial. Faktor tersebut sangat terkait dengan tingkat pendidikan
keluarga yang memiliki jumlah anak dari satu. Anak pertama akan
mendapatkan perhatian yang lebih karena belum ada saudara yang lain
asuh yang baik perlu didukung oleh pengetahuan yang baik untuk
yang tidak baik merupakan salah satu penyebab timbulnya masalah gizi
status gizi. pola pengasuhan yang terdapat hubungannya pada status gizi
anak adalah pola asuh makan meliputi pemberian makanan sesuai umur,
38
kepekaan ibu mengetahui saat anak ingin makan (waktu makan), upaya
dalam menciptakan nafsu makan anak dll. Kecukupan gizi anak dapat
Menurut Purba dkk, 2020 tujuan pola asuh terbagi atas dua bagian
yaitu:
dibedakan atas:
1) Pola Asuh Otoriter yaitu pola asuh yang mendasarkan pada aturan
2) Pola Asuh Demokratis Pola asuh yang ditandai sikap orang tua
39
3) Pola Asuh Permisif Pola asuh orang tua yang memberikan
40
4) Parental Nuturance (cara pengasuhan atau pemeliharaan
diterima. Prevalence Ratio dari tabel ini adalah 2,641 hal ini
kurang dan gizi buruk dari pada ibu yang memiliki pola asuh
baik.
dan mengalami status gizi buruk dan gizi kurang sebesar 46,8%
41
lebih besar di bandingkan dengan pola asuh baik sebesar 9,3%. %.
Uji Chi Square menunjukan p value = 0,000 (p value < 0,05). Hal
kejadian gizi buruk dan gizi kurang pada balita. Hasil uji statistic
pola asuh kurang baik cenderung terkena gizi buruk dan gizi kurang
pola asuh dengan kejadian gizi buruk dan gizi kurang di wilayah
3. Pendapatan keluarga
bentuk uang atau barang yang dihasilkan seseorang atau suatu bangsa dalam
42
seunit kecil atau dalam keseluruhan ekonomi. Dalam menentukan kualitas
pangan apa yang akan dibeli dengan adanya tambahan uang. Semakin tinggi
dipergunakan untuk membeli buah, sayur mayur dan berbagai jenis bahan
dan kuantitas antara penghasilan dan gizi jelas ada hubungan yang
a. Macam-Macam Pendapatan
pekerjaan sampingan.
43
2) Pendapatan berupa barang
Prevalence rate yang didapat dari penelitian ini yaitu 10,222 hal ini
10,222 kali lebih besar mengalami gizi kurang dan gizi buruk
dibandingkan
B. Kerangka Konsep
(Notoatmojo, 2014).
Pengetahuan ibu
tentang gizi
44
Pendapatan keluarga 2.1 kerangka konsep
Keterangan :
: variabel Independen
: hubungan
: variable Dependen
C. Hipotesis Penelitian
a. Ada hubungan pengetahuan ibu tentang gizi dengan kejadian gizi kurang
b. Ada hubungan pola asuh dengan kejadian gizi kurang pada balita di
a. Tidak ada hubungan pengetahuan ibu tentang gizi dengan kejadian gizi
b. Tidak ada hubungan pola asuh dengan kejadian gizi kurang pada balita di
45
BAB III
METODE PENELITIAN
a) Jenis Penelitian
1) Lokasi
2) Waktu
1) Populasi
46
adalah balita di peskesmas larat yang berjumlah 304 balita.
2) Sampel
sampel dapat mewakili populasi yang ada dan yang kedua sampel harus
N
n=
1 + Nd²
Dimana :
n : Jumlah Sampel
N : JumlahPopulasi
304
n=
1 + 304 (0,01)2
304
n=
1 + 3,04
304
n=
4,04
n = 75,24
47
n = 75 Sampel
d) Kriteria Penelitian
1. Kriteria Inklusi
Puskesmas
2. Kriteria Eksklusi
e) Variabel Penelitian
1) Variable Independen
2) Variabel Dependen
Variabel dependen dalam penelitian ini adalah kejadian gizi buruk pada
balita.
48
f) Defenisi Opereasional
ditentukan karakteristiknya
49
seluruh anggota keluarga yang Rendah jika pendapatan
bekerja. Pendapatan rumah tangga <500.000 perbulan
menentukan tingkat konsumsi secara
seunit kecil atau dalam keseluruhan
ekonomi
4 Pola Asuh Pola asuh adalah kemampuan keluarga Kuesioner 1. Baik: jawaban benar Ordinal
≥ 70%
untuk menyediakan waktu, perhatian
dan dukungan dalam memnuhi 2. Kurang: jawaban
benar <70%
kebutuhan fisik, mental dan sosial dari
anak yang sedang tumbuh dalam
anggota keluarga
g) Instrument Penelitian
pola asuh
1. Kriteria Inklusi
Puskesmas
Kriteria Eksklusi
50
a) Balita yang tidak menderita gizi kurang.
H. Pengumpulan Data
1) Data Primer
2) Data Sekunder
1) Pengolahan data
kompter
51
2) Analisa Data
52
DAFTAR PUSTAKA
Alpin, A. (2021). Hubungan Karakteristik Ibu dengan Status Gizi Buruk Balita
di Wilayah Kerja Puskesmas Tawanga Kabupaten
KonaweKemenkes. (2020). Kemenkes Tingkatkan Status Gizi
Masyarakat. Jakarta
Anwar, Rosihan. (2022). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Status Gizi Balita
Di Desa Penggalaman Kecamatan Martapura Barat. Jurnal Skala
Kesehatan
Ariani, 2017, Ilmu GIzi, Yogyakarta, Nuha Medika
Dewi DK, Azizah A dan Widodo E. Perbandingan Metode Regresi Berganda ,
Spatial Autoregressive dan Spatial Error Model terhadap Gizi Buruk
di Indonesia Tahun 2017. Pros M5. 2019
Dewi RK dan Budiantara IN. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Angka Gizi
Buruk di Jawa Timur dengan Pendekatan Regresi Nonparametrik
Spline. J Sains dan Seni. (2017)
E Kusumawati 2019. Hubungan pendapatan keluarga dengan status gizi balita
di desa tambang wilayah kerja puskesmas tambang kabupaten
Kampar tahun 2019
Ina Kuswanti. 2022. Hubungan pengetahuan ibu tentang pemenuhan gizi
seimbang dengan perilaku pencegahan stunting pada balita.
Karismatika. 2018 Mengidentifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gizi
Buruk Balita di Kota Medan.
Kemenkes 2018 Gizi kurang Anak: Gejala, Penyebab, Solusi, dan Pencegahan
Kemenkes RI, 2018. Tanda dan Gejala Gizi Buruk
53
Kementerian Kesehatan RI. Buku Saku Pemantauan Status Gizi Tahun 2017.
2018
Liansyah TM, 2017. Faktor-faktor yang berhubungan dengan status gizi pada
anak dan balita
Mila Karmila 2018. Pengaruh pola asuh orang tua terhadap perilaku social anak
(studi kasus pada anak usia 3-4 tahun)
Nurmaliza, N., & Herlina, S. (2019). Hubungan Pengetahuan dan Pendidikan
Ibu terhadap Status Gizi Balita.
Panjaitan A, Susiana. Regresi Linier Berganda dan Spatial Durbin Model untuk
Panjaitan A, Susiana. Regresi Linier Berganda dan Spatial Durbin Model untuk
Mengidentifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gizi Buruk
Balita di Kota Medan. Karismatika. 2018
Pratnyaningrum N, Yasin H dan Hoyyi A. 2017 Pemodelan Persentase Balita
Gizi Buruk di Jawa Tengah dengan Pendekatan Geographically
Weighted Regression Principal Components Analysis
Rully Adrianny 2018, Hubungan pemberian asih ekslusif dengan kejadian
status gizi kurang pada baita umur 1-5 tahun
Rumiasih 2018. Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi Buruk
pada Anak Balita di Kabupaten Magelang[karya tulis
ilmiah].Semarang:Universitas Diponegoro
Setiyaningrum E. Tumbuh Kembang Anak Usia 0-12 Tahun. 2017
Wahyuni II dan Mahmudah M. Random Effect Model pada Regresi Panel
untuk Pemodelan Kasus Gizi Buruk Balita di Jawa Timur Tahun
2013–2016. J Biometrika dan Kependud. 2018
WHO-NHCH, 2019. Klasifikasi standart status gizi pada balita
Yeni Febrianty. 2020. Gambaran status ekonomi keluarga tentang status gizi
pada balita di kecamatan rumbai pesisir kota pekan baru.
54