Anda di halaman 1dari 92

HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI MAKRO, MAGNESIUM DAN

SERAT TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA


PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II

LAPORAN TUGAS AKHIR

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan


Pendidikan Diploma-III (Tiga) Kesehatan Bidang Gizi

Oleh:

SANIYYAH FEBIANTI
Nomor Induk Mahasiswa : PO.71.31.1.19.070

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
PROGRAM STUDI D-III GIZI
2022
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Hubungan Asupan Zat Gizi


Makro, Magnesium dan Serat terhadap Kadar Glukosa Darah pada
Penderita Diabetes Melitus Tipe II”, ini telah mendapatkan persetujuan dari:

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Susyani, S.SiT, M.Kes Sartono, SKM, M.Kes


NIP. 196503301986032002 NIP. 196608031989021003

ii
PANITIA SIDANG UJIAN LAPORAN TUGAS AKHIR

HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI MAKRO, MAGNESIUM DAN


SERAT TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA
PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II

Dipersiapkan dan disusun oleh:


SANIYYAH FEBIANTI
Nomor Induk Mahasiswa: PO.71.31.1.19.070

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada tanggal:


14 Juni 2022
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima

Susunan Tim Penguji


Penguji I Penguji II

Afriyana Siregar, S.Gz, M. Biomed Muzakar, SST, MPH


NIP.198304182006042001 NIP.196307011991031002

Ketua Penguji

Susyani, S.SiT, M.Kes


NIP.196503301986032002

Politeknik Kesehatan Palembang


Program Studi D-III Gizi
Ketua,

Muzakar, SST, MPH


NIP.196307011991031002

iii
PANITIA SIDANG UJIAN AKHIR PROGRAM (UAP)

HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI MAKRO, MAGNESIUM DAN


SERAT TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA
PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE II

Dipersiapkan dan disusun oleh:


SANIYYAH FEBIANTI
Nomor Induk Mahasiswa: PO.71.31.1.19.070

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji pada tanggal:


14 Juni 2022
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima

Susunan Tim Penguji


Penguji I Penguji II

Afriyana Siregar, S.Gz, M. Biomed Muzakar, SST, MPH


NIP.198304182006042001 NIP.196307011991031002

Ketua Penguji

Susyani, S.SiT, M.Kes


NIP.196503301986032002

Politeknik Kesehatan Palembang


Program Studi D-III Gizi
Ketua,

Muzakar, SST, MPH


NIP.196307011991031002

iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

“Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat”


(QS. Al-Baqarah:214)

“Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.


Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan”
(Q.S. Al-Insyirah : 5-6)

Slowly but sure..

Laporan Tugas akhir ini ku persembahkan untuk :

• Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya serta memberikan kemudahan
dan kelancaran bagi saya sehingga dapat menyelesaikan LTA ini dengan tepat
waktu.
• Papa dan Mama tercinta (Kadirman, S.T., dan Elly Yani, S.E, S.Pd), ayuk yang
selalu menjadi panutan saya (Ranidya Ayu Muthiah) serta adik tersayang (Alya
Roihanah Zuhroh) yang selalu mendoakan dan memberikan dukungan sehingga
saya termotivasi untuk dapat terus berjuang hingga titik ini.
• Nyai (Hj. Maryam) yang selalu mendoakan dan excited melihatku sampe ikut
berjoget ria ketika pulang kuliah ataupun main ke rumah nyai.
• Sahabatku tersayang, Tata, Heri dan Ilma yang mendorong saya agar senantiasa
bisa memanfaatkan waktu dengan baik.
• Sahabat seperjuangan Cs Kentel (Putri, Salsa, Ira, Anzel) yang selalu saling
membantu dan menyemangati di dunia pergizian. Can we always be this close?
• Rekan PPG & PIGM Desa Suro, PKL RS Chasbullah Abdulmadjid Bekasi, dan
PKL Puskesmas Punti Kayu.
• Almamater saya, Poltekkes Kemenkes Palembang Jurusan Gizi.
• Last but not least, I wanna thank me, I wanna thank me for believing in me,
I wanna thank me for doing all this hard work, I wanna thank me for have no
days off.

v
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT dengan segala rahmat dan hidayah-
Nya, sehingga penulisan Laporan Tugas Akhir yang berjudul “Hubungan
Asupan Zat Gizi Makro, Magnesium dan Serat terhadap Kadar Glukosa
Darah pada Penderita Diabetes Melitus Tipe II” ini dapat selesai dan
memperoleh persetujuan. Adapun penyusunan Laporan Tugas Akhirl ini,
disusun secara sistematis dan berdasarkan metode-metode yang ada, agar
mudah dipelajari dan dipahami sehingga dapat menambah wawasan
pemikiran para pembaca.
Dalam menyelesaikan Laporan Tugas Akhir ini tidak terlepas dari
bantuan dan bimbingan serta dorongan dari berbagai pihak, pada
kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya.
1. Bapak Muhamad Taswin, S.Si, Apt, MM, M.Kes selaku Direktorat
Poltekkes Kemenkes Palembang.
2. Ibu Susyani, S.Si.T, M.Kes selaku Ketua Jurusan Gizi Poltekkes
Kemenkes Palembang.
3. Bapak Muzakar, S.ST, M.PH selaku Ketua Prodi Diploma III (Tiga) Gizi
Poltekkes Kemenkes Palembang
4. Ibu Susyani, S.Si.T, M.Kes selaku Pembimbing Utama atas bimbingan,
nasihat, pengarahan, serta ilmu yang telah diberikan dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir.
5. Bapak Sartono, SKM, M.Kes selaku Pembimbing Pendamping atas
bimbingan, nasihat, pengarahan, serta ilmu yang telah diberikan dalam
penyusunan Laporan Tugas Akhir.
6. Ibu Afriyana Siregar S.Gz, M. Biomed selaku Penguji I atas nasihat dan
ilmu yang telah diberikan.
7. Bapak Muzakar, SST, MPH selaku Penguji II atas nasihat dan ilmu yang
telah diberikan.

vi
8. Seluruh dosen dan staff Jurusan Gizi Poltekkes Kemenkes Palembang,
atas dukungan dan bekal ilmu yang telah diberikan.
9. Kedua orang tua saya yang tiada henti memberikan curahan kasih
sayang serta dukungan dan semangat baik moril maupun spiritual
dalam menyelesaikan Laporan Tugas akhir ini.
10. Teman-teman jurusan gizi yang saling mendukung dan memotivasi satu
sama lain.
11. Dan semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan
Laporan Tugas akhir ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan Laporan Tugas akhir ini masih
jauh dari kesan sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dansaran
yang bersifat membangun bagi kesempurnaan penelitian selanjutnya.
Semoga Laporan Tugas akhir ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis
dan bagi pembaca pada umumnya.

Penulis

vii
ABSTRAK

PROGRAM STUDI DIPLOMA III GIZI


POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG
LAPORAN TUGAS AKHIR, JUNI 2022
SANIYYAH FEBIANTI
HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI MAKRO, MAGNESIUM DAN SERAT
TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA DIABETES TIPE
II

(xiv, 84 halaman, 16 Tabel, 7 Lampiran)

Diabetes Melitus (DM) merupakan satu dari sekian banyak penyakit


kompleks yang risikonya dapat dipengaruhi oleh lingkungan sosial, perilaku, dan
genetik. Diabetes Melitus merupakan komplikasi yang serius namun diagnosis dini
dapat mencegah atau menunda timbulnya komplikasi jangka panjang. (Temneanu
et al., 2016).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan asupan zat gizi makro,
magnesium dan serat dengan kadar glukosa darah pada penderita diabetes
mellitus tipe II di Puskesmas Alang-alang Lebar.
Jenis penelitian yang digunakan deskriptif analitik dengan rancanakan
penelitian cross-sectional. Pengambilan sampel penelitian dilakukan dengan cara
purposive sampling dengan jumlah responden 32 orang.
Hasil penelitian yang dilakukan di Puskemas Alang-alang Lebar
responden jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 19 orang (59,4%),
responden dengan usia >50 tahun sebanyak 25 orang (78,1%), pendidikan
terakhir responden yaitu pendidikan menengah sebanyak 29 orang (90,6%),
pekerjaan responden terbanyak yaitu ibu rumah tangga sebanyak 15 orang
(46,9%), responden memiliki riwayat keluarga DM sebanyak 24 orang (75%),
responden dengan lama menderita DM selama <10 tahun sebanyak 22 orang
(68,8%), kadar gula darah responden sebagian besar tergolong hiperglikemik
sebanyak 22 orang (68,8%), asupan energi baik sebanyak 20 responden (62,5%),
asupan protein baik sebanyak 18 responden (56,2%), asupan lemak responden
baik sebanyak 16 responden (50%), asupan karbohidrat responden baik sebanyak
23 responden (71,9%), asupan serat responden sebagian besar dengan kategori
kurang sebanyak 21 responden (65,6%), asupan magnesium responden sebagian
besar dengan kategori kurang sebanyak 25 responden (78,2%), terdapat
hubungan yang bermakna antara asupan energi (p-value = 0,030), asupan protein
(p-value = 0,044), asupan karbohidrat (p-value = 0,017), asupan serat (p-value =
0,004) terhadap kadar glukosa darah pasien diabetes melitus tipe II di Puskesmas
Alang-alang Lebar, terdapat hubungan yang bermakna antara magnesium (p-
value = 0,009) terhadap kadar glukosa darah pasien diabetes melitus tipe II di
Puskesmas Alang-alang Lebar.

Daftar Pustaka : 57 (2010-2021)


Kata kunci : Diabetes melitus, Zat gizi makro, magnesium dan serat.

viii
ABSTRACT

DIPLOMA III STUDY PROGRAM NUTRITION


HEALTH POLYTECHNIC PALEMBANG
SCIENTIFIC WRITING, JUNE 2022
SANIYYAH FEBIANTI
CORRELATION OF INTAKE OF MACRO NUTRITION, MAGNESIUM AND
FIBER TO BLOOD GLUCOSE LEVELS IN TYPE II DIABETES PATIENTS

(xiv, 70 pages, 16 Tables, 7 Attacmenths)

Diabetes Mellitus (DM) is one of the many complex diseases which can
be influenced by the social environment, behavior, and genetics. Diabetes Mellitus
is a serious complication, but early diagnosis can prevent or delay the onset of
long-term complications. (Temneanu et al., 2016).
This study aims to determine the relationship between intake of
macronutrients, magnesium and fiber with blood glucose levels in type II diabetes
mellitus patiens at Alang-alang Lebar Public Health Center.
This research used is descriptive analytic with a cross-sectional
research plan. The research sample was taken by purposive sampling with 32
respondents.
The results of research conducted at the Alang-alang Lebar Public
Health Center with the respondents were 19 women (59.4%), 25 respondents aged
>50 years (78.1%), 29 respondents with secondary education is there last
education (90.6%), 15 housewives (46.9%), 24 respondents who had a family
history of DM (75%), 22 respondents with DM for <10 years ( 68,8%), 22
hyperglycemic (high blood sugar glucose) (68.8%), 20 respondents who have good
energy (62.5%), 18 respondents who have good protein (56.2%), 16 respondents
who have healthy fat intake (50%), 23 respondents who have healthy carbohydrate
intake (71.9%), 21 respondents fiber intake of respondents mostly with less who
have healthy magnesium intake (65.6%), of 25 respondents with less category
(78.2%), there is a significant relationship between energy intake (p-value = 0.030),
protein intake (p-value = 0.044), carbohydrate intake (p-value = 0.017), fiber intake
(p-value = 0.004) on blood glucose levels in Type II Diabetes Mellitus in Alang-
alang Lebar Public Health Center, there was a significant relationship between
magnesium (p-value = 0.009) and blood glucose levels in Type II Diabetes Mellitus
patients at Alang-alang Lebar Community Health Center.

Bibliography : 57 (2010-2021)
Keywords: Diabetes mellitus, macronutrients, magnesium and fiber.

ix
DAFTAR ISI

BAB Halaman

KATA PENGANTAR.................................................................... vi

DAFTAR ISI................................................................................. x

DAFTAR TABEL……………………………………………………. xii

DAFTAR GAMBAR………………………………………………… xiii

DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………… xiv

BAB I PENDAHULUAN.............................................................. 1

A. Latar Belakang................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah......................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian........................................................................... 4
D. Hipotesis Penelitian. .................................................................... 5
E. Manfaat Penelitian. ...................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................... 6

A. Telaah Pustaka................................................................................ 6
1. Diabetes Melitus....................................................................... 6
2. Insulin........................................................................................... 11
3. Asupan zat gizi.......................................................................... 12
B. Kerangka Teori................................................................................ 18
C. Kerangka Konsep........................................................................... 19
D. Variabel Penelitian......................................................................... 19
E. Definisi operasional....................................................................... 19
BAB III METODE PENELITIAN.................................................. 23

A. Ruang Lingkup Penelitian........................................................... 23


B. Jenis dan Rancangan Penelitian.............................................. 23
C. Populasi dan Sampel.................................................................... 23

x
BAB Halaman

1. Populasi........................................................................................ 23
2. Sampel penelitian...................................................................... 23

D. Variabel Penelitian........................................................................... 25
E. Jenis dan Pengumpulan data....................................................... 25
F. Pengolahan Data.............................................................................. 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN........................................... 29


A. Gambaran Umum Lokasi.......................................................... 29
B. Karakteristik Responden........................................................... 30
C. Analisis Univariat....................................................................... 32
D. Analisis Bivariat.......................................................................... 38

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN........................................... 47


A. Kesimpulan................................................................................ 47
B. Saran.......................................................................................... 48

DAFTAR PUSTAKA..................................................................... 49

LAMPIRAN................................................................................... 56

xi
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Jenis diet diabetes melitus………………………………………. 10


2. Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa sebagai patokan
penyaring dan diagnosis DM…………………………………… 12
3. Distribusi frekuensi karakteristik responden…………………… 30
4. Distribusi frekuensi responden menurut GDS………………… 32
5. Distribusi frekuensi responden menurut asupan energi……... 33
6. Distribusi frekuensi responden menurut asupan protein……. 34
7. Distribusi frekuensi responden menurut asupan lemak…….. 35
8. Distribusi frekuensi responden menurut asupan karbohidrat.. 36
9. Distribusi frekuensi responden menurut asupan serat………. 36
10. Distribusi frekuensi responden menurut asupan magnesium.. 37
11. Distribusi frekuensi GDS menurut asupan energi…………...… 38
12. Distribusi frekuensi GDS menurut asupan protein…………….. 39
13. Distribusi frekuensi GDS menurut asupan lemak…………....... 40
14. Distribusi frekuensi GDS menurut asupan karbohidrat………... 41
15. Distribusi frekuensi GDS menurut asupan serat……………….. 43
16. Distribusi frekuensi GDS menurut asupan magnesium………… 45

xii
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Asupan zat gizi, faktor risiko, gejala umum dan


penatalaksaaan pada diabetes melitus II.............................. 18
2. Hubungan asupan Zat Gizi Makro dan Magnesium
terhadap kadar glukosa darah penderita DM tipe II……....... 19

xiii
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman

1. Pernyataan kesediaan menjadi responden…………………… 56


2. Form recall 24 jam………………………………………………. 57
3. Form analisa bahan makanan…………………………………. 58
4. Daftar nama pasien……………………………………………... 59
5. Kuisioner penelitian……………………………………………… 60
6. Output SPSS……………………………..……………………… 61
7. Data SPSS…….……………………..………………………….. 70

xiv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Penyakit Tidak Menular atau yang biasa dikenal dengan PTM adalah
penyakit yang tidak dapat ditularkan dari satu individu ke individu lainnya
(Direktorat P2PTM, 2019) . Diabetes melitus adalah penyakit yang sering
ditemui pada saat ini, penyakit ini terjadi karena pankreas tidak dapat
memproduksi insulin secara normal dan tidak dapat digunakan seperti
biasanya. Penyakit ini adalah penyakit tidak menular tetapi menjadi
perhatian karena banyak terjadi di dunia dan terus meningkat sehingga
sebuah sorotan kesehatan akhir akhir ini (IDF, 2015)
Menurut WHO atau biasa yang dikenal (World Health Organization,
2016) Diabetes adalah penyakit kronis serius yang terjadi karena
pankreas tidak menghasilkan cukup insulin (hormon yang mengatur gula
darah atau glukosa), atau ketika tubuh tidak dapat secara efektif
menggunakan insulin yang dihasilkannya. Diabetes melitus
diklasifikasikan atas DM tipe I, DM tipe II, DM tipe lain, dan DM pada
kehamilan. Diabetes adalah masalah kesehatan masyarakat yang
penting, menjadi salah satu dari empat penyakit tidak menular prioritas
yang menjadi target tindak lanjut oleh para pemimpin dunia. Jumlah kasus
dan prevalensi diabetes terus meningkat selama beberapa dekade
terakhir.
Sebanyak 422 juta jiwa mengalami diabetes melitus dan meningkat
sebesar 8,5%, (WHO, 2016). Pada usia dewasa serta diperkirakan orang
dengan usia dibawah 70 tahun yang meninggal karena penyakit ini
sebanyak 2,2 juta. Terutama negara yang ekonominya rendah maupun
menengah, diperkirakan akan berlanjut dan bertambah sekitar 600 jiwa di
tahun 2035 (Kemenkes RI, 2016).
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menyebutkan prevalensi
diabetes melitus di Indonesia berlandaskan hasil pemeriksaan dokter pada

1
2

orang umur ≥ 15 tahun sebanyak 2% (Kementerian Kesehatan RI, 2018).


Prevalensi diabetes melitus di tahun 2018 untuk laki-laki sebesar 1,2% dan
perempuan sebesar 1,8% (Kementrian Kesehatan RI, 2018).
Berdasarkan hasil Riskesdas prevalensi diabetes melitus
berdasarkan diagnosis dokter pada kelompok umur ≥ 15 tahun di Sumatera
Selatan pada tahun 2013 yaitu 0,9% dan adanya kenaikan menjadi 1,3%
pada tahun 2018. Prevalensi diabetes melitus Kota Palembang
berdasarkan diagnosis dokter pada kelompok umur ≥ 15 tahun yaitu 2,2%
di tahun 2018. Prevalensi ini adalah yang tertinggi di Sumatera Selatan.
Prevalensi yang tinggi dapat juga ditemukan Kabupaten/Kota lain seperti
Prabumulih 2,02%, Ogan Komering Ulu 1,76% (Kementerian Kesehatan RI,
2018)
Kota Palembang mempunyai sebanyak 13.593 orang yang
menderita Diabetes Melitus, lalu menurun menjadi 10.484 orang pada tahun
2019, kemudian meningkat menjadi sebanyak 10.909 orang pada tahun
2020. Penderita diabetes melitus yang tinggal di wilayah kerja Puskesmas
Alang-alang Lebar pada tahun 2020 dengan total penderita sebanyak 381
(Dinas Kesehatan Kota Palembang, 2020)
Prevalensi diabetes melitus ini dapat meningkat karena beragam
faktor, yaitu : faktor yang dapat diubah dan faktor yang tidak dapat diubah.
Faktor yang dapat diubah adalah hipertensi, dislipidemia, merokok, dan
mengonsumsi alkohol. Faktor yang tidak dapat diubah yaitu jenis kelamin,
usia, riwayat penyakit dalam keluarga (Eliana, 2015).
Glukosa adalah gula monosakarida yang dapat langsung diserap
oleh tubuh dan dikonversi menjadi energi. Kadar glukosa dalam bahan
pangan sumber karbohidrat meliputi : monosakarida yang sudah tersedia
atau berasal dari pemecahan polisakarida (pati/amilum) dalam bahan
tersebut. Proses pemecahan polisakarida menjadi monosakarida dapat
terjadi selama proses pengolahan pangan atau melalui hidrolisis selama
polisakarida yang dikatalisis oleh asam dan enzim dalam saluran cerna
(Wang et al., 2015).
3

Gula darah atau glukosa darah merupakan bahan bakar universal


bagi sel-sel tubuh manusia dan berfungsi sebagai sumber karbon untuk
sintesis sebagian besar senyawa lainnya. Semua jenis sel manusia
menggunakan glukosa untuk memperoleh energi (Djakani et al., 2013)
Peningkatan kadar gula dalam darah mencapai nilai 160-180 mg/dL,
(Suliman et al., 2020).
Magnesium adalah zat gizi mikro penting pada berbagai enzim dan
mineral terbanyak kedua di intrasel. Gula akan lebih mudah masuk ke
dalam sel karena magnesium sekaligus magnesium akan berperan sebagai
kofaktor berbagai enzim untuk proses oksidasi gula (Amanda dkk, 2019).
Magnesium adalah salah satu dari enam mineral penting yang
terkandung dalam tubuh manusia. Magnesium membantu membangun
tulang, memperbaiki penampilan fungsi saraf, dan merupakan elemen yang
sangat penting untuk penghasil energi dari makanan yang di asup oleh
manusia. Magnesium sebagai mikromineral yang memegang peranan
penting pada homeostatis glukosa dan kerja insulin. magnesium memiliki
peranan sangat penting dalam reseptor insulin, dimana suatu deplesi
magnesium intraseluler dapat menyebabkan defek fungsi tirosin kinase
pada reseptor insulin dan bila terjadi terus menerus dan kronis dapat
menyebabkan terjadinya diabetes melitus (Multasih, 2020).
Pola makan yang tidak baik dan mengkonsumsi asupan serat
yang rendah dapat menyebabkan peningkatan pada kadar gula darah
karena semakin rendah asupan serat maka akan semakin tinggi kadar
glukosa darah pada penderita diabetes melitus. Menurut WHO konsumsi
serat 25-30 gram/hari untuk perorang, karena pada dasarnya serat bersifat
makanan yang tidak mudah di cerna sehingga serat dapat menunda rasa
lapar dan dapat membuat orang tidak sering untuk makan (World Health
Organization, 2016).
4

B. Rumusan Masalah

Melihat dari prevalensi orang yang menderita Diabetes Melitus di


Sumatera Selatan Kota Palembang termasuk kedalam kasus yang paling
tinggi sebesar 22,79% termasuk juga di wilayah kerja Puskesmas Alang-
alang Lebar terdapat 381 orang yang menderita Diabetes Melitus dapat
disimpulkan masalah yaitu apakah ada hubungan asupan zat gizi makro
(Lemak, Protein dan Karbohidrat), Magnesium dan Serat dengan kadar
glukosa darah pasien diabetes melitus tipe II.

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahui hubungan asupan zat gizi makro, asupan magnesium dan
serat dengan status kadar gula darah pada penderita diabetes melitus di
wilayah kerja Puskesmas Alang-alang Lebar.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui karakteristik responden (jenis kelamin, usia, pendidikan
terakhir, pekerjaan, riwayat DM pada keluarga, lama menderita DM).
b. Diketahui kadar gula darah penderita diabetes melitus.
c. Diketahui rata-rata asupan energi & zat gizi makro (protein, lemak,
karbohidrat dan serat) penderita diabetes melitus.
d. Diketahui rata-rata asupan magnesium penderita diabetes melitus.
e. Diketahui hubungan asupan energi & zat gizi makro (protein, lemak,
karbohidrat dan serat) dengan kadar gula darah penderita melitus.
f. Diketahui hubungan asupan magnesium dengan kadar gula darah
penderita melitus.

D. Hipotesis Penelitian.

1. Ada hubungan asupan zat gizi makro dengan kadar gula darah
penderita melitus.
5

2. Ada hubungan asupan magnesium dengan kadar gula darah penderita


mellitus.

E. Manfaat Penelitian.

a. Bagi Penulis
Penelitian ini bisa bermanfaat bagi peneliti dalam menerapkan ilmu
yang telah didapat selama proses perkuliaihan serta menambah wawasan
dan kemampuan pada pembahasan mengenai asupan energi, protein,
lemak, karbohidrat dan magnesium pada pasien rawat jalan penderita
diabetes melitus tipe II.

b. Bagi Puskesmas
Sebagai bahan masukan dalam meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan pada pasien diabetes melitus.

c. Bagi Institusi
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan bahan
pembelajaran untuk kepentingan pendidikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah Pustaka

1. Diabetes Melitus
a. Pengertian Diabetes Melitus
Diabetes Melitus (DM) merupakan satu dari sekian banyak penyakit
kompleks yang resikonya dapat dipengaruhi oleh lin` gkungan sosial,
perilaku, dan genetik. Diabetes Melitus merupakan komplikasi yang serius
namun diagnosis dini dapat mencegah atau menunda timbulnya komplikasi
jangka panjang. Penyakit diabetes melitus juga dapat menyebabkan
penyakit kompleks yaitu krusakan retinopati (kebutaan), gagal jantung dan
kelumpuhan pada anggota gerak (Temneanu et al., 2016)
DM merupakan penyakit metabolik yang diletupkan oleh interaksi
berbagai faktor : genetik, imunologi, lingkungan dan gaya hidup. Diabetes
melitus juga suatu penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia
yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya
(Sry et al., 2020).
Menurut Rudi dkk, (2017) kadar gula darah adalah banyaknya
glukosa di dalam peredaran darah manusia. Terjadinya peningkatan kadar
gula darah puasa disebabkan oleh kerusakan fungsi pangkreas manusia.
Kadar gula darah yang didapatkan dari hasil ukur jika >200mg/dl maka
masuk kategori Hiperglikemia, 100-199mg/dl masuk kategori normal dan
jika <100mg/dl Hipoglikemia (PERKENI, 2020).
b. Klasifikasi Diabetes Melitus
Menurut Care, (2020) klasifikasi penyakit DM ada 4 yaitu diabetes
melitus tipe I : Insulin-dependent diabetes melitus (IDDM), diabetes melitus
tipe II : Non-insulin-dependent diabetes melitus (NIDDM), dan gestasional
diabetes mellitus (GDM), dan diabetes tipe khusus lain.

6
7

1) DM tipe I
DM tipe I merupakan proses autoimun atau idiopatik dapat
menyerang orang semua golongan umur, namun lebih sering
terjadi pada anak-anak. Penderita DM tipe I membutuhkan
suntikan insulin setiap hari untuk mengontrol glukosa darahnya
(Williams, 2019). DM tipe ini sering disebut juga Insulin
Dependent Diabetes Melitus (IDDM), yang berhubungan dengan
antibody berupa Islet Cell Antibodies (ICA), Insulin
Autoantibodies (IAA), dan Glutamic Acid Decarboxylase
Antibodies (GADA).
2) DM tipe II
DM tipe II merupakan diabetes yang disebabkan gagalnya
tubuh menggunakan insulin sehingga mengarah pada
pertambahan berat badan dan penurunan aktivitas fisik, berbeda
dengan diabetes kehamilan yang ditemukan untuk pertama
kalinya selama kehamilan yang disebut dengan hiperglikemia
(Salasa et al., 2019).
3) DM dalam kehamilan (DMG)
DM pada kehamilan atau yang biasa disebut Diabetes
melitus gestasional (DMG) adalah gangguan toleransi glukosa
yang pertama kali ditemukan pada wanita yang sedang hamil.
DMG merupakan keadaan pada wanita yang sebelumnya
belum pernah didiagnosis diabetes kemudian menunjukkan
kadar glukosa tinggi selama kehamilan. Diabetes melitus
gestasional berkaitan erat dengan komplikasi selama
kehamilan seperti meningkatnya kebutuhan seksio sesarea,
meningkatnya risiko ketonemia, preklampsia dan infeksi traktus
urinaria, serta meningkatnya gangguan perinatal (makrosomia,
hipoglikemia neonatus, dan ikterus neonatorum) (Korespondensi
dkk, 2016).
8

DMG adalah komplikasi kehamilan yang umum, di mana


hiperglikemia spontan berkembang selama kehamilan. Menurut
perkiraan terbaru International Diabetes Federation (IDF) pada
tahun 2017, DMG mempengaruhi sekitar 14% kehamilan di
seluruh dunia, mewakili sekitar 18 juta kelahiran setiap
tahunnya (Plows et al., 2018).
4) Diabetes melitus tipe lain
Diabetes melitus tipe ini dapat terjadi disebabkan etiologi lain,
seperti pada defek genetik fungsi sel beta, defek genetik kerja
insulin, penyakit eksokrin pankreas, penyakit metabolik endokrin
lain, iatrogenik, infeksi 11 virus penyakit autoimun dan kelainan
genetik lain.

c. Faktor Risiko Diabetes Melitus


Menurut PERKENI, (2020) ada beberapa faktor risiko
diabetes melitus Tipe II yang sama dengan intoleransi kadar gula
darah yaitu :
1. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi
a) Riwayat keluarga dengan penyakit diabetes melitus tipe II
b) Pernah menderita diabetes melitus gestasional
c) Ras
2. Faktor risiko yang bisa dimodifikasi
a) Minimnya aktivitas fisik
b) Mempunyai berat badan lebih dengan IMT lebih dari 23 kg/m2
c) Hipertensi
d) Dislipidemia
3. Faktor lain
a) Pada pasien sindrom metabolik yang pernah mengalami atau
memiliki riwayat Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) /Gula
Darah Puasa Terganggu (GDPT)
b) Pada pasien yang memiliki riwayat penyakit kardiovaskular :
pasien jantung koroner dan stroke.
9

d. Dampak pada Diabetes Melitus


DM memiliki dampak yang sangat berbahaya karena dapat
menimbulkan komplikasi. Diabetes Melitus menimbulkan berbagai
komplikasi pada organ lain terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan
pembuluh darah. Gejala yang timbul meliputi poliuria, polidipsi,
kehilangan berat badan, kadang polifagia dan pandangan yang
kabur. Data WHO menunjukkan bahwa Diabetes menyebabkan
sekitar 4% kematian dari seluruh total kematian di dunia (Sirait et al.,
2015).
Lalu, ada juga salah satu komplikasi penyakit diabets melitus
yang sering dijumpai adalah kaki diabetic (diabetic food) yang
bermanifestasi sebagai ulkus, infeksi dan gangren dan atropati
charcot. Ada tiga alasan mengapa orang dengan diabetes lebih
tinggi resikonya mengalami masalah kaki yaitu sirkulasi darah dari
kaki ketungkai menurun (gangguan pembuluh darah), berkurangnya
perasaan pada kedua kaki (gangguan saraf) dan berkurangnya daya
tahan tubuh terhadap infeksi (Prihatin dkk, 2019).
e. Penatalaksanaan DM
Penatalaksanaan DM secara umum terdapat 4 pilar yaitu
edukasi, terapi gizi, latihan jasmani, dan intervensi farmakologis.
Intervensi farmakologis terdiri dari obat antihiperglikemik oral dan
insulin. Terapi insulin pada penderita DM tipe II diperlukan ketika
terjadi resistensi insulin, diabetes sudah tidak terkendali, serta
pengobatan dengan kombinasi Obat Hiperglikemik Oral (OHO) dosis
optimal gagal (Udayani et al., 2021).
10

Tabel 1
Jenis Diet Diabetes Melitus
Jenis Energi Protein Lemak Karbohidrat
diet (Kkal) (g) (g) (g)
I 1100 43 30 172
II 1300 45 35 192
III 1500 51.5 36.5 235
IV 1700 55.5 36.5 175
V 1900 60 48 299
VI 2100 62 53 319
VII 2300 73 59 369
VIII 2500 80 62 396

Sumber : Persatuan Ahli Gizi dan Asosisasi Dietesien Indonesia,


2019.
Menurut PERKENI (2020) tujuan penatalaksanaan secara
umum adalah meningkatkan kualitas hidup pasien diabetes. Tujuan
penatalaksanaan meliputi :
1. Tujuan jangka pendek : menghilangkan keluhan DM,
memperbaiki kualitas hidup, dan mengurangi risiko komplikasi
akut.
2. Tujuan jangka panjang : mencegah dan menghambat
progresivitas penyulit mikroangiopati dan makroangiopati.
3. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan
mortalitas DM.Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan
pengendalian glukosa darah, tekanan darah, berat badan, dan
profil lipid, melalui pengelolaan pasien secara komprehensif.
f. Gejala umum Diabetes Melitus tipe II
PERKENI (2019) menyebutkan gejala yang dapat dirasakan
karena adanya penyakit diabetes melitus diantaranya :
1. Pengeluaran urin (Poliuria)
11

Poliuria adalah keadaan dimana volume air kemih dalam


24 jam meningkat melebihi batas normal. Poliuria timbul sebagai
gejala DM dikarenakan kadar gula dalam tubuh relatif tinggi
sehingga tubuh tidak sanggup untuk 10 mengurainya dan
berusaha untuk mengeluarkannya melalui urin. Gejala
pengeluaran urin ini lebih sering terjadi pada malam hari dan urin
yang dikeluarkan mengandung glukosa.
2. Timbul rasa haus (Polidipsia)
Polidipsia adalah rasa haus berlebihan yang timbul karena
kadar glukosa terbawa oleh urin sehingga tubuh merespon untuk
meningkatkan asupan cairan.
3. Timbul rasa lapar (Polifagia)
Pasien DM akan merasa cepat lapar dan lemas, hal
tersebut disebabkan karena glukosa dalam tubuh semakin habis
sedangkan kadar glukosa dalam darah cukup tinggi.
g. Pencegahan diabetes Melitus
Pra-diabetes hampir selalu tanpa gejala. Ini biasanya
terdiagnosis secara kebetulan (ketika tes darah dilakukan) atau
sebagai bagian dari program skrining proaktif yang diberikan baik
kepada seluruh populasi atau individu tertentu. Biasanya tes darah
skrining ini ditawarkan kepada orang yang diidentifikasi berisiko
tinggi terkena diabetes berdasarkan variabel demografis (misalnya :
usia, etnis), pertanyaan survei (misalnya : riwayat keluarga diabetes,
riwayat pribadi diabetes gestasional) atau biomarker (misalnya :
indeks massa tubuh (IMT), tekanan darah. Orang yang didiagnosis
dengan pra-diabetes dapat ditawarkan program gaya hidup (untuk
mendorong diet sehat dan peningkatan aktivitas fisik) (Roberts et al.,
2017).
2. Insulin
Insulin adalah hormon yang sering dikaitkan dengan proses
penuaan. Gangguan sekresi dan sensitivitas insulin juga menjadi penyebab
12

sentral pada pasien lanjut usia dengan diabetes. Diperlukan strategi khusus
dalam mengelola penderita lanjut usia dengan diabetes karena sering
disertai komplikasi dan komorbiditas serta adanya kendala fisik maupun
kognitif (Suastika, 2018).
Tabel 2
Kadar Glukosa Darah Sewaktu dan Puasa
Sebagai Patokan Penyaring dan Diagnosis DM (mg/dl)

Belum pasti
Bukan DM DM
DM
Kadar
glukosa Plasma vena <100 100-199 ≥200
darah
sewaktu Darah kapiler <90 90-199 ≥200
mg/dl
Kadar Plasma vena <100 100-125 ≥126
glukosa
darah puasa Darah kapiler <90 90-99 ≥100

Sumber : Soelistijo et al., (2015)


3. Asupan zat gizi
Merupakan kebutuhan yang berperan dalam proses pertumbuhan
terutama dalam perkembangan otak. Kemampuan seseorang untuk dapat
mengembangkan saraf motoriknya adalah melalui pemberian asupan
gizi yang seimbang (Aramico dkk, 2017)
a) Asupan Energi
Asupan gizi meliputi energi, protein, karbohidrat, lemak, vitamin
dan mineral. Energi adalah jumlah asupan keseluruhan yang
dikonsumsi seseorang untuk memenuhi kebutuhannya baik dari
karbohidrat, protein maupun lemak (Kusumaningrum, 2017).
Energi atau kalori adalah sesuatu yang terkandung dalam
makanan maupun minuman. Semua makanan dan minuman
mempunyai jumlah kalori tersendiri. Setiap satunya mempunyai jumlah
kalori yang berbeda-beda. Energi merupakan salah satu hasil
metabolisme karbohidrat, protein, dan lemak (Yuliantini et al., 2016).
13

b) Asupan protein
Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi
tubuh karena zat ini disamping berfungsi sebagai bahan bakar dalam
tubuh juga berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Protein
adalah sumber asam-asam amino yang mengandung unsur-unsur C, H,
O dan N yang tidak memiliki oleh lemak atau karbohidrat (Natsir, 2018).
Definisi dari protein merupakan suatu zat gizi makro yang
berperan penting karena pada dasarnya fungsi protein selain bagi
sumber energi protein juga untuk pertumbuhan. Bahan makanan yang
mengandung protein terbagi menjadi dua klasifikasi yaitu protein hewani
dan protein nabati. Bahan makanan yang mengandung protein hewani
contohnya ikan, telur ayam, daging ayam, daging sapi, susu sapi dan
keju. Bahan makanan yang mengandung protein nabati adalah tempe,
tahu, kacang-kacangan dan oncom (Hardinsyah, 2016).

c) Asupan lemak
Lemak adalah salah satu zat gizi makro penghasil energi terbesar
yang menyumbang 9 Kkal per 1 g (Ernawati et al., 2019). Asupan lemak
berperan dalan mempertahankan sensitivitas insulin. Asupan lemak
yang tinggi akan menurunkan sensitivitas insulin, selain itu asupan
lemak yang tinggi juga akan menurunkan kadar adiponektin dalam
darah yang bertugas mengontrol sensitivitas insulin (Purba dkk, 2015).

d) Asupan Karbohidrat
Karbohidrat merupakan senyawa karbon yang terdiri dari
sejumlah besar gugus hidroksil. Di dalam tubuh, karbohidrat memiliki
peranan penting yaitu sebagai salah satu sumber energi (Azrimaidaliza
et al., 2020). Karbohidrat berfungsi sebagai cadangan energi dan
sumber energi yang paling utama di dalam tubuh dan berperan juga
untuk komunikasi di antara sel. Karbohidrat memberikan 70-80%
sumber energi untuk aktivitas manusia, konsumsi karbohidrat sehari di
dalam makanan rata-rata bisa sampai 65% (Yusuf, 2018).
14

Mengkonsumsi karbohidrat secara berlebihan terutama pada


jenis karbohidrat sederhana bisa menjadi kelebihan berat badan atau
obesitas, jika terkena obesitas maka akan mempunyai risiko tinggi untuk
terkena penyakit degenaratif terutama penyakit diabetes melitus
(Azrimaidaliza et al., 2020).
1. Kebutuhan Karbohidrat Perhari
Asupan Karbohidrat biasanya dianjurkan sebesar 60-65% dari
kebutuhan perindividu (Angka Kecukupan Gizi, 2019). Tetapi, bagi
penderita diabetes melitus, komposisi makanan yang mengandung
karbohidrat dianjurkan :
a. Sebesar 45-65% total asupan energi, terutama karbohidrat yang
berserat tinggi seperti
b. Pembatasan karbohidrat total <130g/hari tidak dianjurkan.
c. Glukosa dalam bumbu masih diperbolehkan (GINA, 2020).
Kecepatan penyerapan karbohidrat berkaitan dengan
peningkatan kadar gula darah. Semakin cepat karbohidrat diserap akan
semakin cepat pula kenaikan kadar gula darah (Astawan, 2015).
Karbohidrat kompeks merupakan pilihan yang tepat bagi pasien
diabetes melitus karena lambat dicerna dan serat tinggi sehingga tidak
menimbulkan puncak glukosa darah yang tinggi setelah makan (GINA,
2020). Contoh makanan yang mengandung karbohidrat komplek
biasanya dapat ditemukan dalam roti, sayuran, dan sereal. Contoh
bahan makanan yang mengandung karbohidrat kompleks termasuk
bayam, ubi jalar, brokoli, buncis, zucchini, lentil, susu skim, biji-bijian dan
banyak tanaman polongan.
2. Karbohidrat dengan Kadar Gula Darah
Karbohidrat adalah zat gizi yang paling utama yang di butuh kan
oleh manusia sebagai pengahsilan energi bagi tubuh manusia.
Karbohidrat juga termasuk ke dalam zat organik yang memiliki struktur
molekul yang berbeda tetapi ada juga persamaan fungsinya dengan
kimia. Karbohidrat berfungsi sebagai penghasil energi yang berbentuk
15

senyawa ikatan fosfat yang tinggi (Mahendri, 2015).

e) Asupan Magnesium
Magnesium adalah salah satu dari enam mineral penting yang
terkandung dalam tubuh manusia. Magnesium membantu membangun
tulang, memperbaiki penampilan fungsi saraf, dan merupakan elemen
yang sangat penting untuk penghasil energy dari makanan yang di asup
oleh manusia. Magnesium telah terbukti mampu mengobati berbagai
jenis sakit kepala, nyeri kronis, asma, dan gangguan tidur. Dalam
beberapa penelitian skala besar, magnesium juga terbukti mampu
mempercepat mengobati penyakit jantung, hipertensi,
diabetes, dikarenakan Magnesium merupakan unsur nomor 4 penting
dalam penyusunan tubuh, yaitu Protein, Karbohidrat, Air; Magnesium,
kekurangan salah satu unsur diatas maka metabolisme akan terganggu
yang berakibat akan terserang penyakit (Suryanto, 2020).
Magnesium intraseluler dalam jaringan dan hati lebih tinggi dari
pada di dalam aliran darah. Di dalam ekstraseluler, jumlah magnesium
lebih sedikit tetapi diperlukan untuk konduksi impuls saraf agar terjadi
kontraksi otot secara normal. Sumber magnesium adalah biji-bijian utuh,
kacang-kacangan dan sayuran hijau. Asupan magnesium untuk orang
dewasa adalah 300 – 420 mg per hari (Azrimaidaliza et al., 2020).
Magnesium merupakan mikromineral yang memegang peranan
penting pada homoostatis glukosa kerja insulin. Mengurai keterkaitan
antara defisiensi magnesium dan diabetus sama sulitnya. Dalam
keadaan hiperglisemia berat berat (terutama jika situasi ini telah
berlangsung lama), ginjal tidak mampu menahan magnesium.
Kehilangan magnesium ke dalam urin dalam jumlah besar
menyebabkan penurunan kadar magnesium darah. Kenyataannya
magnesium dan insulin saling membutuhkan satu sama lain. Tanpa
magnesium, kelenjar pankreas tidak akan mampu menghasilkan cukup
insulin, atau insulin yang disekresikan tidak bakal efisien dalam
16

mengawasi glukosa darah. Selain itu, tanpa insulin magnesium tidak


mungkin berhasil terangkut dari pembuluh darah ke dalam sel tempat
mineral ini bekerja (Arisman, 2013).
f) Asupan Serat
Menurut Azrimaidaliza et al., (2020) Serat makanan merupakan
suatu bahan makanan yang mengandung nabati dan tahan terhadap
proses hidrolisis dari enzim pada pencernaan di sistem tubuh manusia.
Serat makanan adalah sumber karbohidrat kompleks yang tidak bisa
dicerna oleh enzim-enzim pada pencernaan tetapi juga bisa di cerna
dengan cara mikro pada bakteri pencernaan.
Serat juga bisa membuat kenyang sehingga membuat
pengosongan pada perut lebih lambat dan dapat menyebabkan
lambatnya kenaikkan pada gula darah. Serat tidak larut yang biasa di
sebut dengan insolue fiber yang bekerja di usus besar dan pembuangan
pada tinja menjadi lancar (Paruntu, et al.,2018).

1. Jenis – jenis sumber serat


Menurut Azrimaidaliza et al., (2020) ada jenis-jenis dari serat
makanan yang ada di dalam kandungan pada sayur dapat terbagi
menjadi 2 bagian yaitu serat yang larut di dalam air dan serat yang tidak
larut di dalam air.
a. Serat tidak larut dalam air
Serat tidak larut air ini banyak di temukan di dalam selulosa, dan
lignin, adapun komponen nya terdapat dinding sel tanaman yang ada
pada bekatul pada gandum. Makanan yang mengandung lignin bisa
ditemukan pada apel, kubis dan gandum.
b. Serat larut dalam air
Serat yang larut dalam air seperti pectin, mucilage dan gum.
Pectin bisa di dapatkan di dalam kulit tanaman sayur seperti pada kulit
bawang. Mucilage banyak di dapatkan di dalam biji tanaman seperti
hemilosa karena pada dasarnya terdapat lapisan endospren yang ada
17

pada kacang, padi-padian dan biji-bijian.

2. Serat dengan Kadar Gula Darah


Serat makanan adalah kelbihan dari dinding sel tumbuhan yang
tidak di hidrolisis dan di cerna oleh enzim karna pencernaan bagi
manusia memiliki selulosa, oligasakarida, hemiselulosa, petin dan gum.
Asupan serat yang di anjurkan perharinya yang paling utama ialah serat
yang larut di dalam air yang ada di dalam bahan makanan buah dan
sayur, mengkonsumsi menu seimbang harus memiliki kebutuhan serat
per harinya (Perkeni, 2019).
Konsumsi serat tinggi diketahui dapat menurunkan efisiensi
penyerapan karbohidrat yang dapat menyebabkan meningkatnya
sensitivitas insulin. Mengonsumsi serat yang rendah mempercepat
peningkatan kadar gula darah pada Diabetes Melitus Tipe 2. Semakin
rendah asupan serat maka semakin tinggi kadar gula darah. Serat
memiliki penyerapan air yang bisa mengikat glukosa dan bisa
mengurangkan ketersediaannya glukosa darah. Mengkonsumsi asupan
serat yang tinggi dapat menyebabkan karbohidrat kompleks sehingga
daya cerna pada karbohidrat akan berkurang dan tetap terkontrol
(Amanda dkk, 2019).
.
18

B. Kerangka Teori

Kerangka teori penelitian berikut ini hasil modifikasi teori yang telah
dikemukakan oleh (Azrimaidaliza et al., 2020), (Purba & Monolimay, 2015),
(Natsir, 2018), (Udayani et al., 2021), (PERKENI, 2019) dan (PERKENI,
2020)

Zat gizi makro


Asupan Protein
Asupan Lemak Faktor risiko DM
Asupan Karbohidrat 1. Faktor yang tidak
Asupan Serat dapat dimodifikasi
2. Faktor yang
Zat gizi mikro dapat dimodifikasi
Asupan Magnesium 3. Faktor lain

Diabetes
Melitus Tipe II

4 pilar
Gejala umum DM penatalaksanaan
a. Polifagia DM
b. Polyuria a. Edukasi
c. Polydipsi b. terapi gizi
c. latihan jasmani
d. intervensi
farmakologis

Gambar 1.
Asupan zat gizi, Faktor Risiko, Gejala umum dan
Penatalaksaaan pada Diabetes Melitus II
19

C. Kerangka Konsep

Berdasarkan tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan


asupan zat gizi makro dan magnesium terhadap kadar gula darah pasien
DM, maka dapat disusun suatu kerangka konsep sebagai berikut.

Energi

Zat gizi Makro


Asupan Protein
Kadar gula darah
Asupan Lemak
pasien diabetes
Asupan Karbohidrat
melitus II
Asupan Serat

Zat gizi mikro


Asupan Magnesium

Gambar 2.
Hubungan asupan Zat Gizi Makro dan
Magnesium terhadap kadar glukosa darah penderita DM tipe II
D. Variabel Penelitian

a) Variabel Dependen : Kadar gula darah


b) Variabel Independen : Asupan Energi, Protein, Lemak, Karbohidrat ,
Magnesium dan Serat.

E. Definisi operasional
a) Kadar Gula Darah
Tingkat konsentrasi gula dalam darah sewaktu yang dinyatakan
dalam mg/dl. Kadar gula darah yang diambil yaitu kadar gula darah sewaktu
ditentukan dari mengambil darah kapiler pada suatu waktu tanpa adanya
puasa.
Cara Ukur : Pengambilan sampel darah kapiler untuk tes kadar gula darah
20

Alat ukur : Glukometer


Hasil ukur : Hiperglikemia : >200mg/dl
Normal : 100-199mg/dl
Hipoglikemia : <100mg/dl
(PERKENI, 2020)
Skala ukur : Ordinal
b) Asupan Energi
Asupan Energi adalah jumlah total energi, yang bersumber dari
makanan dan minuman yang dikonsumsi baik di rumah maupun di luar
rumah yang diambil dengan cara wawancara menggunakan metode food
recall 1x24 jam yang lalu, lalu hasilnya dirata-ratakan, kemudian dianalisis
menggunakan Nutrisurvey setelah itu dapat dibandingkan dengan angka
kebutuhan.
Cara Ukur : Wawancara
Alat Ukur : Form food recall 24 jam
Hasil Ukur : 1. Baik : 80-100% kebutuhan
2. Kurang : <80% kebutuhan
3. Lebih : >100% kebutuhan
(PERKENI, 2020)
Skala Ukur : Ordinal
c) Asupan Protein
Asupan Protein adalah jumlah total protein, yang bersumber dari
makanan dan minuman yang dikonsumsi baik di rumah maupun di luar
rumah yang diambil dengan cara wawancara menggunakan metode food
recall 1x24 jam yang lalu, lalu hasilnya dirata-ratakan, kemudian dianalisis
menggunakan Nutrisurvey setelah itu dapat dibandingkan dengan angka
kebutuhan.
Cara Ukur : Wawancara
Alat Ukur : Form food recall 24 jam
Hasil Ukur : 1. Baik : 80-100% kebutuhan
2. Kurang : <80% kebutuhan
21

3. Lebih : >100% kebutuhan


(PERKENI, 2020)
Skala Ukur : Ordinal
d) Asupan Lemak
Asupan Lemak adalah jumlah total protein, yang bersumber dari
makanan dan minuman yang dikonsumsi baik di rumah maupun di luar
rumah yang diambil dengan cara wawancara menggunakan metode food
recall 1x24 jam yang lalu, lalu hasilnya dirata-ratakan, kemudian dianalisis
menggunakan Nutrisurvey setelah itu dapat dibandingkan dengan angka
kebutuhan.
Cara Ukur : Wawancara
Alat Ukur : Form food recall 24 jam
Hasil Ukur : 1. Baik : 80-100% kebutuhan
2. Kurang : <80% kebutuhan
3. Lebih : >100% kebutuhan
(PERKENI, 2020)
Skala Ukur : Ordinal
d) Asupan Karbohidrat
Asupan Karbohidrat adalah jumlah total karbohidrat yang
bersumber dari makanan dan minuman yang dikonsumsi baik di rumah
maupun di luar rumah yang diambil dengan cara wawancara menggunakan
metode food recall 1x24 jam yang lalu, lalu hasilnya dirata-ratakan,
kemudian dianalisis menggunakan Nutrisurvey setelah itu dapat
dibandingkan dengan angka kebutuhan.
Cara Ukur : Wawancara
Alat Ukur : Form recall 24 jam
Hasil Ukur : 1. Baik : 80-100% kebutuhan
2. Kurang : <80% kebutuhan
3. Lebih : >100% kebutuhan
(PERKENI, 2020)
Skala Ukur : Ordinal
22

e) Asupan Magnesium
Asupan Magnesium adalah jumlah total magnesium yang
bersumber dari makanan dan minuman yang dikonsumsi baik di rumah
maupun di luar rumah yang diambil dengan cara wawancara menggunakan
metode food recall 1x24 jam yang lalu, lalu hasilnya dirata-ratakan,
kemudian dianalisis menggunakan DKBM, TKPI, Nutrisurvey setelah itu
dapat dibandingkan dengan angka kebutuhan.
Cara Ukur : Wawancara
Alat Ukur : Form recall 24 jam
Hasil Ukur : 1. Baik : ≥ 350 mg kebutuhan zat gizi
2. Kurang : < 350 mg kebutuhan zat gizi
(AKG, 2019)
Skala Ukur : Ordinal
f) Asupan Asupan Serat
Asupan serat merupakan banyaknya konsumsi serat yang di konsumsi
oleh responden dan diperoleh dari wawancara dengan metode recall 3x24
jam.
Cara ukur : Wawancara
Alat Ukur : Form Recall 24 jam
Hasil Ukur : Baik : > 20-25 gr/hari
Kurang : < 20 gr/hari
(PERKENI, 2020)
Skala Ukur : Ordinal
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja Puskesmas Alang-alang


Lebar Kota Palembang yang berlokasi di Jl. Bypass Alang alang Lebar, Kec.
Alang Alang Lebar, Kota Palembang. Waktu pelaksanaan penelitian ini
dilaksanakan pada bulan Februari-April 2022.

B. Jenis Dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik yaitu


menganalisis hubungan antar variabel dengan melakukan suatu analisis
terhadap data yang dikumpulkan. Menggunakan rancangan cross sectional
merupakan subjek diobservasi atau mengumpulkan data variabel terikat
dan data variabel bebas sekaligus hanya satu kali dengan pengukuran
dalam kurun waktu yang bersamaan.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi
Populasi merupakan semua objek yang akan di teliti. Dalam
penelitian ini adalah semua pasien Diabetes Melitus yang berobat di
Puskesmas Alang-alang Lebar Palembang dan terdaftar pada Dinkes
Palembang 2020 sebanyak 381 orang.
2. Sampel penelitian
Sampel merupakan semua objek yang dapat mewakili populasi.
Dalam penelitian ini akan dilakukan purposive sampling yaitu pengambilan
subjek dengan pertimbangan penelitian dimana ada kriteria inklusi dan
ekslusi. Besar sampel dalam penelitian ini diambil berdasarkan rumus
(Lemeshow 1997) sebagai berikut.

23
24

𝑎
𝑍(1 )P.Q
2
.n : 𝑑2

1,96 . 0,286 . 0,714


: 0,12

: 0,40 / 0,01

n : 40
Ditambah cadangan 10%, besar sampel sebanyak 44 sampel

Keterangan:
n : Besar sampel yang dibutuhkan
D : Presisi, ditetapkan sebesar 10 % (0,1)
Z(1−α⁄2) : Koefisien kepercayaan 95 % (1,96)
P : Prevalensi diabetes melitus di Alang-alang Lebar 28,6 %
Q : 1 - 0,286
: 0,714
Hasil perhitungan besar sampel, maka didapatkan jumlah sampel
sebesar 40 sampel dengan cadangan sampel 10%, maka total sampel
yang didapat ada 44 sampel.
3. Kriteria sampel
a. Kriteria Inklusi :
Kriteria inklusi adalah kriteria subjek penelitian bisa mewakili dalam
sampel penelitian yang memenuhi syarat sebagai sampel.adapun kriteria
nya sebagai berikut :
1) Penderita diabetes melitus tipe II yang berobat rawat jalan.
2) Berdomisili di wilayah kerja Puskesmas Alang-alang Lebar.
3) Usia 35-65 tahun.
4) Bersedia menjadi responden.
5) Mampu berkomunikasi dengan baik
6) Dapat membaca dan menulis.
b. Kriteria Eksklusi
Kriteria eksklusi adalah anggota populasi yang tidak dapat diambil
menjadi sampel. Adapun ciri-ciri dari kriteria ekslusi sebagai berikut :
25

1) Ibu Hamil
2) Orang yang mempunyai komplikasi berat
3) Umur di atas 66 tahun

D. Variabel Penelitian

a) Variabel dependen : kadar gula darah.


b) Variabel independen : asupan energi, protein, lemak, karbohidrat,
magnesium dan serat.

E. Jenis dan Cara Pengumpulan data

1. Jenis Data
a) Data Primer
Data Primer merupakan data yang didapat setelah melakukan
wawancara secara langsung yang dilakukan oleh peneliti kepada pasien
DM Tipe II di Puskesmas Alang-alang Lebat. Alat bantu yang digunakan
yaitu formulir identitas pasien, asupan makanan dengan menggunakan
food recall 3x24 jam dan buku foto makanan.
b) Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang mencakup gambaran umum,
fasilitas yang ada di Puskesmas, jumlah tenaga kesehatan, jumlah
penderita DM, Dokumentasi dan data lain yang menunjang penelitian
diperoleh dari arsip Puskesmas Alang-alang Lebar Palembang.
2. Cara pengumpulan data
Untuk memperoleh data penelitian, maka dilakukan langkah sebagai
berikut :
a) Data Primer
1. Responden yang sudah memenuhi kriteria untuk dijadikan sampel
penelitian, telah menyetujui dan bersedia untuk di wawancara.
2. Peneliti mencatat identitas sampel meliputi nama, umur dan
alamat.
26

3. Peneliti melakukan wawancara langsung mengenai recall selama


3 hari.
b) Data Sekunder
Data sekunder didapatkan dengan cara mempelajari data
yang terdapat pada lokasi penelitian dengan melihat profil
Puskesmas Alang-alang Lebar Palembang serta Pengumpuan data
dari sumber lain yang menunjang penelitian.
3. Alat Pengumpul Data
Instrumen atau alat yang digunakan dalam pengumpulan data adalah
sebagai berikut :
1) Kuesioner tentang identitas responden .
2) Kuesioner recall selama 3x24 jam.
3) Buku foto makanan.

F. Pengolahan Data

1. Editing (pemeriksaan data).


Memeriksa validitas data mengenai kelengkapan, pengisian
kuesioner, kejelasan jawaban, konsistensi antar jaban dan relevansi
jawaban untuk menentukan apakah data sudah cukup baik dan bisa
diproses lebih lanjut.
2. Coding (pengkodean)
Mengkonversikan data dan jawaban menurut masing masing kategori
data yang dikumpulkan selama penelitian ke dalam bentuk simbol yang
cocok untuk keperluan analisis. Data yang diperoleh diklasifikasikan dalam
bentuk kode atau angka. Data tersebut terdiri dari :
a. Data kadar gula , pengkodean dilakukan dengan cara yaitu apabila
nilai kadar gula darah <100 maka diberi kode 1 artinya hipoglikemia,
apabila nilai kadar gula darah 100-199 maka diberi kode 2 artinya
Normal, apabila nilai kadar gula darah ≥200 maka diberi kode 3
artinya Hiperglikemia.
b. Data asupan energi, pengkodean dilakukan dengan cara yaitu,
27

apabila asupan <80% maka diberi kode 1 artinya kurang, apabila


asupan ≥80-100% maka diberi kode 2 artinya baik, apabila >100%
maka diberi kode 3 artinya lebih
c. Data asupan protein, pengkodean dilakukan dengan cara yaitu,
apabila asupan <80% maka diberi kode 1 artinya kurang, apabila
asupan ≥80-100% maka diberi kode 2 artinya baik, apabila >100%
maka diberi kode 3 artinya lebih Data asupan Lemak, pengkodean
dilakukan dengan cara yaitu, apabila asupan <20% maka diberi
kode 1 artinya kurang, apabila asupan ≥20% maka diberi kode 2
artinya baik, apabila >25% maka diberi kode 3 artinya lebih.
d. Data asupan karbohidrat, pengkodean dilakukan dengan cara yaitu
apabila asupan <80% maka diberi kode 1 artinya kurang, apabila
asupan ≥80-100% maka diberi kode 2 artinya baik, apabila >100%
maka diberi kode 3 artinya lebih
e. Data asupan magnesium, pengkodean dilakukan dengan cara yaitu
apabila asupan <350 g/hari maka diberi kode 1 artinya kurang,
apabila asupan >350 g/hari maka diberi kode 2 artinya baik.
f. Data asupan serat, pengkodean dilakukan dengan cara yaitu
apabila asupan <20% maka diberi kode 1 artinya kurang, apabila
asupan ≥20-25% maka diberi kode 2 artinya baik.
3. Entry Data
Memasukkan data-data kadar gula darah, asupan energi,
karbohidrat, magnesium, serat sudah diklarifikasikan sesuai kategori
kemudian dipindahkan kedalam tabel.
4. Cleaning Data
Proses untuk menguji kebenaran data sehingga data yang masuk
benar-benar bebas dari kesalahan.
5. Analisis Data
a) Analisis Univariat
Analisis univariat yaitu analisis sebuah variabel yang diteliti
lalu data yang dianalisis itu digambarkan dalam bentuk distribusi
28

frekuensi sehingga dapat diketahui persentasinya. Pada penelitian


ini analisis univariat yaitu kadar gula darah sewaktu responden dan
karakteristik responden : jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir,
riwayat DM pada keluarga, lama menderita DM.
b) Analisis Bivariat (Tabulasi Silang)
Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui tabel silang
antara dua variabel yaitu variabel asupan zat gizi makro (energi,
protein, lemak dan karbohidrat), asupan magnesium, dan asupan
serat dengan kadar gula darah sewaktu.
Uji Chi-square
Uji Chi-Square merupakan uji statistik non-parametrik yang
paling banyak digunakan dalam penelitian bidang kesehatan
masyarakat, karena uji ini memiliki kemampuan membandingkan
dua kelompok atau lebih pada data-data yang telah
dikategorisasikan. Serta melihat p-value jika <0,05 maka ada
hubungan bermakna dan jika >0,05 maka tidak ada hubungan
bermakna antara variabel dependen dengan independen.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi

1. Visi dan Misi Puskesmas Alang-alang Lebar


Visi
Mewujudkan Pelayanan Kesehatan yang Optimal di Wilayah
Kerja Tahun 2023
Misi
a. Meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
b. Meningkatkan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan
c. Meningkatkan peran serta masyarakat dibidang kesehatan.
2. Motto
“Kami Bahagia Bila Anda Sehat”
3. Lokasi Puskesmas
Puskesmas Alang-Alang Lebar terletak ditepi jalan raya utama di Jalan
Tembus Terminal Alang-Alang Lebar sehingga relatif mudah dicapai
masyarakat dalam wilayah kerja maupun masyarakat perbatasan
wilayah kerja. Berdasarkan Surat Keputusan Walikota Palembang
Nomor 260 Tahun 2010 tentang Wilayah Kerja Pusat Kesehatan
Masyarakat (Puskesmas), bahwa wilayah kerja Puskesmas Alang-
Alang Lebar meliputi 2 (dua) kelurahan yaitu:
a. Kelurahan Talang Kelapa
b. Kelurahan Alang-Alang Lebar
4. Letak Geografi
Batas Wilayah
Berdasarkan posisinya, Alang-alang Lebar berada di Kecamatan Alang-
alang Lebar. Semua wilayah bisa ditempuh dengan jalur barat. Batas
wilayah kerja Puskesmas Alang-alang Lebar adalah sebagai berikut:
a. Utara : Kecamatan Sukarami
b. Selatan : Kecamatan Ilir Barat I

29
30

c. Timur : Kabupaten Banyuasin


d. Barat : Kelurahan Karya Baru

B. Karakterisitik Responden

Berdasarkan dari hasil penelitian, maka di dapatkan karakteristik


reseponden pada tabel di bawah ini.

Tabel 3
Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Jenis Kelamin n %
Laki – Laki 13 40,6
Perempuan 19 59,4
Total 32 100
Usia n %
<50 Tahun 7 21,9
≥50 Tahun 25 78,1
Total 32 100
Pendidikan Terakhir n %

Pendidikan Dasar 3 9,4


Pendidikan Menengah 29 90,6
Total 32 100
Pekerjaan n %
Ibu Rumah Tangga 15 46,9
Karyawan Swasta 1 3,1
PNS 2 6,3
Pengusaha 6 18,7
Lainnya 8 25
Total 32 100
Riwayat Keluarga n %
Ada Riwayat 24 75
Tidak Ada Riwayat 8 25
Total 32 100
Lama menderita DM n %
<10 Tahun 22 68,8
≥10 Tahun 10 31,2
Total 32 100
31

Tabel 3 menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis


kelamin perempuan yaitu sebanyak 19 responden (59,4%), responden
dengan usia di atas 50 tahun sebanyak 25 responden (78,1%),
pendidikan terakhir responden yaitu pendidikan menengah sebanyak 29
responden (90,6%), pekerjaan responden terbanyak yaitu ibu rumah
tangga sebanyak 15 responden (46,9%), responden memiliki riwayat
keluarga DM sebanyak 24 responden (75%), responden dengan lama
menderita DM selama <10 tahun sebanyak 22 responden (68,8%).
Pada perempuan terjadi karena sensitivitas insulin karena
dipengaruhi hormon esterogen selama siklus menstruasi, kehamilan,
dan masa perimenopause yang menyebabkan distribusi lemak tubuh
menjadi mudah terakumulasi (Irawan, 2010).
Santosa dkk., (2017) menyatakan sebesar 90-95% orang
dengan diabetes tipe II biasanya berumur lebih dari 45 tahun. Pada
usia diatas 45 tahun tersebut seseorang lebih sering terkena DM
karena tingkat sensifitas insulin mulai menurun sehingga kadar gula
darah yang seharusnya masuk kedalam sel akan tetap berada di
aliran darah yang menyebabkan kadar gula darah meningkat. DM
tipe II muncul pada usia diatas 45 tahun karena pada usia
tersebut banyak perubahan terutama pada organ pankreas
yang memproduksi insulin. Setiap bertambahnya umur mengakibatkan
semakin berkurang fungsi pankreas dan kerja insulin.
Menurut penelitian yang dilakukan (Mokolomban dkk, 2018),
bahwa sebagian besar responden DM tipe II pada penelitiannya berada
pada kategori pendidikan SMA 62,22% (28 pasien). Tingkat pendidikan
memiliki pengaruh terhadap kejadian penyakit Diabetes Melitus Tipe II.
Orang dengan pendidikan tinggi biasanya akan memiliki banyak
pengetahuan tentang kesehatan, mempunyai kesadaran dalam
menjaga kesehatannya (Irawan, 2010).
Jenis pekerjaan juga erat kaitannya dengan kejadian DM.
Pekerjaan seseorang mempengaruhi tingkat aktivitas fisiknya. Menurut
32

Riskesdas (2018) prevalensi diabetes melitus tertinggi pada kelompok


yang tidak bekerja dan ibu rumah tangga. Selain itu, orang yang tidak
bekerja memiliki aktivitas fisik yang kurang sehingga meningkatkan
risiko untuk obesitas.
Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Paramita dkk, 2019)
bahwa faktor riwayat keluarga DM tipe II memiliki risiko 6 kali lebih besar
terhadap keturunannya untuk menderita kadar glukosa darahnya
terganggu.

C. Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk mengetahui gambaran
distribusi frekuensi dari setiap variabel yang diteliti. Variabel tersebut
adalah kadar gula darah sewaktu asupan zat gizi makro, asupan serat,
asupan magnesium.
1. Kadar Gula Darah Sewaktu.
Hasil pengumpulan data pada 32 responden menurut GDS
diperoleh seperti tabel di bawah ini.

Tabel 4
Distribusi Frekuensi Responden Menurut GDS

Gula darah Sewaktu n %


Normal 10 31,2
Hiperglikemik 22 68,8
Total 32 100

Tabel 4 menunjukkan sebagian besar kadar gula darah


responden tergolong hiperglikemi sebanyak 22 responden (68,8%).
Pada penelitian ini responden dengan kadar gula darah sewaktu
minimum yaitu 122 mg/dl dan responden dengan gula darah sewaktu
maximum 396 mg/dl. Rata-rata kadar gula darah sewaktu responden
yaitu 231 mg/dl.
Pada penelitian ini, diketahui sebagian besar pasien DM tipe II
yang memiliki kadar gula darah tergolong hiperglikemia, tidak datang
33

secara rutin ke Puskesmas Alang-alang Lebar dengan alasan datang


hanya untuk mengambil obat jika dalam keadaan sakit ataupun meminta
surat rujukan ke rumah sakit. Sakit yang dimaksud karena naiknya kadar
gula darah oleh karena penyakit diabetes melitus yang diderita.
Sebagian data kadar gula darah merupakan data sekunder yang diambil
melalui rekam medis Puskesmas Alang-alang Lebar.

2. Asupan Energi
Asupan energi dikategorikan menjadi tiga, asupan energi lebih bila
responden mengkonsumsi >100% dari kebutuhan zat gizi energi,
asupan energi baik bila ≥80% - 100% dari kebutuhan zat gizi energi, dan
asupan energi kurang bila responden mengkonsumsi <80% dari
kebutuhan zat gizi energi.
Distribusi frekuensi responden menurut asupan energi dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 5
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Asupan Energi

Asupan Energi n %
Kurang 3 9,4
Baik 17 53,1
Lebih 12 36,5
Total 32 100

Tabel 5 menunjukkan sebagian besar responden yang memiliki


asupan energi baik sebanyak 17 responden (53,1%). Responden
dengan asupan energi paling sedikit yaitu 945 Kkal dan asupan energi
paling banyak yaitu 2691 Kkal. Rata-rata asupan energi pada penelitian
ini adalah 1667 Kkal.
Guna kepentingan uji statistik maka dari 3 kategori (kurang, baik
dan lebih) dijadikan 2 kategori dengan frekuensi terbanyak yaitu baik
dan lebih. Maka uji p-value menggunakan Pearson chi square.
34

3. Asupan Protein
Asupan protein dikategorikan menjadi tiga, asupan protein lebih
bila responden mengkonsumsi >100% dari kebutuhan zat gizi protein,
asupan protein baik bila ≥80% - 100% dari kebutuhan zat gizi protein,
dan asupan protein kurang bila responden mengkonsumsi <80% dari
kebutuhan zat gizi protein.
Distribusi frekuensi responden menurut asupan protein dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Asupan Protein
Asupan Protein n %
Kurang 14 43,7
Baik 15 46,9
Lebih 3 9,4
Total 32 100

Tabel 6 menunjukkan sebagian besar responden yang memiliki


asupan protein baik sebanyak 15 responden (46,9%). Responden
dengan asupan protein paling sedikit yaitu 29 g dan asupan protein
paling banyak yaitu 92 g. Rata-rata asupan protein pada penelitian ini
adalah 52 g. Pada penelitian ini, konsumsi sumber protein responden
kebanyakan berupa ikan asin, rousip dan juga telur namun jumlahnya
belum bisa memenuhi kebutuhan asupan protein per hari.
Guna kepentingan uji statistik maka dari 3 kategori (kurang, baik
dan lebih) dijadikan 2 kategori dengan frekuensi terbanyak yaitu kurang
dan baik. Maka uji p-value menggunakan Pearson chi square.
4. Asupan Lemak
Asupan lemak dikategorikan menjadi tiga, asupan lemak lebih bila
responden mengkonsumsi >100% dari kebutuhan zat gizi lemak,
asupan lemak baik bila ≥80% - 100% dari kebutuhan zat gizi lemak,
dan asupan lemak kurang bila responden mengkonsumsi <80% dari
kebutuhan zat gizi lemak.
Distribusi frekuensi responden menurut asupan lemak dapat
35

dilihat pada tabel di bawah ini.


Tabel 7
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Asupan Lemak

Asupan Lemak n %
Kurang 6 18,7
Baik 10 31,3
Lebih 16 50
Total 32 100

Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan sebagian besar responden


yang memiliki asupan lemak lebih sebanyak 16 responden (50%).
Responden dengan asupan lemak paling sedikit yaitu 27 g dan asupan
lemak paling banyak yaitu 89 g. Rata-rata asupan lemak pada
penelitian ini adalah 51 g. Pada penelitian ini, konsumsi sumber lemak
responden kebanyakan berupa lauk yang digoreng seperti ayam
goreng, tahu goreng, tempe goreng dan untuk selingan pagi atau sore
responden juga kebanyakan di goreng seperti pempek goreng, risol,
pisang goreng. Itulah yang membuat asupan lemak cenderung melebihi
kebutuhan asupan lemak per hari.
Guna kepentingan uji statistik maka dari 3 kategori (kurang, baik
dan lebih) dijadikan 2 kategori dengan frekuensi terbanyak yaitu baik
dan lebih. Maka uji p-value menggunakan Pearson chi square.

5. Asupan Karbohidrat
Asupan Karbohidrat dikategorikan menjadi tiga, asupan karbohidrat
lebih bila responden mengkonsumsi >100% dari kebutuhan zat gizi
karbohidrat, asupan karbohidrat baik bila ≥80% - 100% dari kebutuhan
zat gizi karbohidrat, dan asupan karbohidrat kurang bila responden
mengkonsumsi <80% dari kebutuhan zat gizi karbohidrat.
Distribusi frekuensi responden menurut asupan karbohidrat
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
36

Tabel 8
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Asupan Karbohidrat

Asupan Karbohidrat n %
Kurang 5 15,6
Baik 18 56,3
Lebih 9 28,1
Total 32 100

Tabel 8 menunjukkan sebagian besar responden yang memiliki


asupan karbohidrat baik sebanyak 18 responden (56,3%). Responden
dengan asupan karbohidrat minimum yaitu 122 g dan asupan
karbohidrat paling banyak yaitu 382 g. Rata-rata asupan karbohidrat
pada penelitian ini adalah 239 g. Pada penelitian ini, konsumsi sumber
karbohidrat responden kebanyakan berupa nasi putih, mie instan,
singkong, dan roti sehingga asupan karbohidrat pada penelitian ini
cenderung baik.
Guna kepentingan uji statistik maka dari 3 kategori (kurang, baik
dan lebih) dijadikan 2 kategori dengan frekuensi terbanyak yaitu baik
dan lebih. Maka uji p-value menggunakan Pearson chi square.

6. Asupan Serat
Asupan serat dikategorikan menjadi dua, asupan serat baik bila ≥20%
- 25% dari kebutuhan zat gizi serat, dan asupan serat kurang bila
responden mengkonsumsi <20% dari kebutuhan zat gizi serat.
Distribusi frekuensi responden menurut asupan serat dapat
dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 9
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Asupan Serat

Asupan Serat n %
Kurang 21 65,6
Baik 11 34,4
Total 32 100
37

Tabel 9 menunjukkan sebagian besar responden yang memiliki


asupan serat kurang sebanyak 21 responden (65,6%). Responden
dengan asupan serat paling sedikit yaitu 8 g dan asupan lemak paling
banyak yaitu 23 g. Rata-rata asupan serat pada penelitian ini adalah 17
g. Pada penelitian ini, konsumsi sumber serat responden kebanyakan
berupa sayur dan buah dalam porsi yang sedikit sehinnga jumlahnya
belum bisa memenuhi kebutuhan asupan serat per hari.

7. Asupan Magnesium
Asupan magnesium dikategorikan menjadi dua, asupan magnesium
baik bila ≥350% dari kebutuhan zat gizi magnesium, dan asupan
magnesium kurang bila responden mengkonsumsi <350% dari
kebutuhan zat gizi magnesium.
Distribusi frekuensi responden menurut asupan magnesium
dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 10
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Asupan Magnesium

Asupan Magnesium n %
Kurang 25 78,1
Baik 7 21,9
Total 32 100

Tabel 10 menunjukkan sebagian besar responden yang memiliki


asupan magnesium kurang sebanyak 25 responden (78,1%).
Responden dengan asupan magnesium paling sedikit yaitu 127 mg
dan asupan magnesium paling banyak yaitu 372 mg. Rata-rata asupan
magnesium pada penelitian ini adalah 266 mg. Pada penelitian ini,
konsumsi sumber magnesium responden kebanyakan berupa sayuran
hijau seperti bayam, kangkung, sawi dan sebagainya. Responden juga
memakan sumber kacang-kacangan yang diolah menjadi bubur kacang
hijau ataupun kacang goreng sebagai cemilan sehari-hari namun
jumlahnya belum bisa memenuhi kebutuhan asupan magnesium per
38

hari.

D. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara
variabel independen dan dependen, analisis ini menggunakan uji Chi-
Square. Berikut ini merupakan penyajian analisis bivariat dari setiap
variabel yang di teliti.
1. Hubungan Asupan Energi dengan Status Gula Darah
Hubungan antara asupan energi dengan status gula darah
dianalisis menggunakan tabulasi silang pada uji Chi-Square antara
variabel asupan energi dengan gula darah. Hasil analisis hubungan
asupan energi dengan gula darah sewaktu ditunjukkan pada tabel di
bawah ini.
Tabel 11
Distribusi Frekuensi GDS Menurut Asupan Energi
GDS
Asupan Jumlah
Hiperglikemik Normal p-value
Energi
n % n % n %
Lebih 11 91,7 1 8,3 12 100
Baik 11 55 9 45 20 100 0,030
Total 22 10 32 100

Tabel 11 menunjukkan bahwa asupan energi lebih ditemukan


pada kelompok responden dengan gula darah yang tinggi
(hiperglikemik) yaitu sebanyak 11 responden (91,7%). Dan asupan
energi lebih pada GDS normal sebanyak 1 orang (8,3%)
Uji statistik Chi-square antara asupan energi dengan kadar gula
darah diketahui bahwa p value sebesar 0,030 (p value <0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara asupan
energi dengan kadar gula darah.
Pada pasien DM tidak dianjurkan mengkonsumsi makanan yang
dapat menyebabkan asupan energinya berlebih ataupun kurang.
Karena jika mengkonsumsi lebih energi dapat menyebabkan
39

hiperglikrmik begitu juga sebaliknya jika mengkonumsi kurang energi


dapat menyebabkan hipoglikemik (Perkeni, 2020).
Konsumsi energi berbanding lurus dengan jumlah glukosa yang
masuk ke dalam tubuh. Semakin banyak energi yang dikonsumsi,
semakin banyak pula glukosa yang masuk ke dalam tubuh. Hal tersebut
akan mengakibatkan sel beta pankreas mengalami kelelahan dan tidak
mampu untuk memproduksi insulin yang cukup. Akhirnya kadar
glukosa darah akan tinggi yang akhirnya hingga menyebabkan DM.
Konsumsi makanan dengan energi berlebih lama kelamaan juga
menyebabkan peningkatan lemak tubuh sehingga timbul obesitas.
Pada penelitian ini, jumlah subyek yang memiliki asupan energi yang
berlebih pada kelompok kasus lebih banyak dibandingkan dengan
kelompok kontrol (Kusnadi dkk, 2017).

2. Hubungan Asupan Protein dengan Status Gula Darah


Hubungan antara asupan protein dengan status gula darah
dianalisis menggunakan tabulasi silang pada uji Chi-Square antara
variabel asupan protein dengan gula darah. Hasil analisis hubungan
asupan protein dengan gula darah ditunjukkan pada table di bawah ini.
Tabel 12
Distribusi Frekuensi GDS Menurut Asupan Protein
GDS
Asupan Jumlah
Hiperglikemik Normal p-value
Protein
n % n % n %
Baik 15 83,3 3 16,7 18 100
Kurang 7 50 7 50 14 100 0,044
Total 22 10 32 100

Tabel 12 menunjukkan bahwa asupan protein baik banyak


ditemukan pada kelompok responden dengan gula darah yang tinggi
(hiperglikemik) yaitu sebanyak 15 responden (83,3%), dan asupan
protein baik di gula darah normal sebanyak 3 responden (16,7%).
Uji statistik Chi-square antara asupan protein dengan kadar gula
40

darah diketahui bahwa p value sebesar 0,044 (p-value <0,05). Hal ini
menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara asupan
protein dengan kadar gula darah.
Menurut Edy (2017) melalui penelitiannya di RSUD
Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta menyatakan asupan protein
melebihi kebutuhan menyebabkan kenaikan kadar glukosa darah. Hal
ini terjadi karena dalam tubuh asupan protein akan diubah menjadi
asam amino yang kemudian digunakan untuk membentuk glukosa.
Penelitian lain yang dilakukan Paruntu (2012) menyebutkan
bahwa penderita diabetes melitus yang memiliki asupan protein tidak
sesuai dengan kebutuhan tubuh sebagian besar memiliki kadar glukosa
darah tidak terkendali dikarenakan apabila asupan protein baik tidak
berkemungkinan asupan karbohidrat dan lemak juga baik.

3. Hubungan Asupan Lemak dengan Status Gula Darah


Hubungan antara asupan lemak dengan status gula darah
dianalisis menggunakan tabulasi silang pada uji Chi-Square antara
variabel asupan lemak dengan gula darah. Hasil analisis hubungan
asupan lemak dengan gula darah ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 13
Distribusi Frekuensi GDS Menurut Asupan Lemak
GDS
Asupan Jumlah
Hiperglikemik Normal p-value
Lemak
n % n % n %
Lebih 10 62,5 6 37,5 16 100
Baik 12 75 4 25 16 100 0,446
Total 22 10 32 100

Tabel 13 menunjukkan bahwa responden dengan gula darah


yang tinggi (hiperglikemik) cenderung memiliki asupan lemak baik
sebanyak 12 responden (75%), asupan lemak lebih pada kadar gula
darah yang tinggi (hiperglikemik) sebanyak 10 responden (62,5%).
Uji statistik Chi-square antara asupan lemak dengan kadar gula
darah diketahui bahwa p value sebesar 0,446 (p value >0,05). Hal ini
41

menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara


asupan lemak dengan kadar gula darah.
Asupan lemak berlebihan bisa menyebabkan kenaikan kadar
lemak dalam darah yang merupakan salah satu faktor terjadinya
penyakit diabetes melitus. Asupan lemak yang dianjurkan tidak
melebihi 25% dari kebutuhan total energi, unsur gizi ini juga memiliki
peranan tersendiri sebagai sumber asam lemak esensial serta juga
membantu penyerapan beberapa vitamin yang larut dalam lemak
(Purba dkk, 2015).
Kebutuhan energi berdasarkan diet DM V 1900 kkal dengan
asupan lemak sebesar 48 g dari kebutuhan energi total sedangkan
rerata asupan lemak pasien dalam penelitian ini adalah 51 g. Dari hasil
penelitian menunjukkan bahwa asupan lemak melebihi standar diet DM
V. Hal ini disebabkan karena penderita diabetes sering mengkonsumsi
jenis makanan yang proses pengolahannya digoreng seperti lauk
nabati (tahu dan tempe) dan hewani (telur, ikan dan daging), sering
mengkonsumsi cemilan yang digoreng seperti pisang goreng, tahu isi
dan juga senang mengkonsumsi santan seperti sayur santan.

4. Hubungan Asupan Karbohidrat dengan Status Gula Darah


Hubungan antara asupan karbohidrat dengan status gula darah
dianalisis menggunakan tabulasi silang pada uji Chi-Square antara
variabel asupan karbohidrat dengan gula darah. Hasil analisis
hubungan asupan karbohidrat dengan gula darah ditunjukkan pada
tabel di bawah ini.
Tabel 14
Distribusi Frekuensi GDS Menurut Asupan Karbohidrat
GDS
Asupan Jumlah
Hiperglikemik Normal p-value
Karbohidrat
n % n % n %
Baik 13 56,5 10 43,5 23 100
Lebih 9 100 0 0 9 100 0,017
Total 22 10 32 100
42

Tabel 14 menunjukkan bahwa responden dengan gula darah


yang tinggi (hiperglikemik) cenderung memiliki asupan karbohidrat baik
sebanyak 13 responden (56,5%).
Uji statistik chi-square antara asupan karbohidrat dengan kadar
gula darah diketahui bahwa p value sebesar 0,017 (p value <0,05). Hal
ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara asupan
karbohidrat dengan kadar gula darah.
Sebagian responden memiliki asupan karbohidrat baik dengan
kadar gula darah tinggi (hiperglikemik), tetapi tidak sesuai dikarenakan
pemilihan makanan responden berupa karbohidrat sederhana dan
serat kurang. Maka dari itu responden dianjurkan menggunakan diit 3J
(jadwal, jumlah dan jenis) yang mampu mengontrol kadar glukosa
darah jika pasien diabetes melitus patuh dengan cara memperhatikan
makanan dan minuman yang di konsumsi (Darmawan, 2019).
Mekanisme hubungan asupan karbohidrat dengan kejadian DM
Tipe II ialah karbohidrat akan dipecah dan diserap dalam bentuk
monosakarida, terutama gula. Penyerapan gula dapat menyebabkan
peningkatan kadar gula darah dan meningkatkan sekresi insulin.
Konsumsi karbohidrat berlebihan menyebabkan lebih banyak gula di
dalam tubuh. Pada penyandang DM Tipe II, jaringan tubuh tidak
mampu menyimpan dan menggunakan gula, sehingga kadar gula
darah dipengaruhi oleh tingginya asupan karbohidrat yang dimakan.
Pada penyandang DM Tipe II dengan asupan karbohidrat melebihi
kebutuhan, berisiko 12 kali lebih besar untuk tidak dapat
mengendalikan kadar glukosa darah dibandingkan dengan
penyandang yang memiliki asupan karbohidrat sesuai dengan
kebutuhan (Murtiningsih dkk., 2021).
Asupan makan merupakan faktor risiko yang diketahui dapat
menyebabkan diabetes melitus tipe II salah satunya adalah asupan
karbohidrat. Konsumsi karbohidrat yang berlebih menyebabkan
lebihnya glukosa didalam tubuh, pada penderita DM tipe II jaringan
43

tubuh tidak mampu menyimpan dan menggunakan gula, sehingga


kadar gula darah dipengaruhi oleh tingginya asupan karbohidrat yang
dimakan. Pada penderita DM tipe 2 dengan asupan karbohidrat yang
tinggi melebihi kebutuhan, memiliki risiko 12 kali lebih besar untuk tidak
dapat mengendalikan kadar glukosa darah (Paruntu, 2012).

5. Hubungan Asupan Serat dengan Status Gula Darah


Hubungan antara asupan serat dengan status gula darah
dianalisis menggunakan tabulasi silang pada uji Chi-Square antara
variabel asupan serat dengan gula darah. Hasil analisis hubungan
asupan serat dengan gula darah ditunjukkan pada tabel di bawah ini.
Tabel 15
Distribusi Frekuensi GDS Menurut Asupan Serat
GDS
Asupan Jumlah
Hiperglikemik Normal p-value
Serat
n % n % n %
Kurang 18 85,7 3 14,3 21 100
Baik 4 36,4 7 63,6 11 100 0,004
Total 22 10 32 100

Tabel 15 menunjukkan bahwa responden dengan gula darah


yang tinggi (hiperglikemik) cenderung memiliki asupan serat kurang
(85,7%) jika dibandingkan dengan gula darah normal (14,3%).
Berdasarkan uji statistik chi-square antara asupan serat dengan
kadar gula darah diketahui bahwa p value sebesar 0,004 (p value
<0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna
antara asupan serat dengan kadar gula darah.
Serat merupakan karbohidrat kompleks dan disebut sebagai
polisakarida yang bukan zat pati. Serat terdiri dari selulosa,
hemiselulosa, pektin, dan lignin. Serat ini sangat baik untuk membuat
seseorang cepat kenyang karena jumlah yang banyak cepat
mengembang dan memenuhi saluran cerna. Ada serat yang cepat larut
dalam air, disebut soluble fiber. Serat ini bias mengikat kolesterol atau
44

lemak, lalu membuangnya keluar tubuh. Makanan serat juga membuat


perut kenyang, pengosongan di perut lebih lambat, sehingga gula
darah lambat naiknya. Serat lainnya sukar larut disebut insoluble fiber,
makanan serta seperti ini biasanya bekerja baik di usus besar (Paruntu
dkk, 2018)
Konsumsi serat memberikan efek yang positif terhadap kadar
glukosa darah pada diabetes melitus tipe II. Serat makanan akan
memperlambat proses pengosongan lambung dan penyerapan
glukosa oleh usus halus. Diet tinggi serat akan menurunkan kadar
glukosa darah. Konsumsi serat sebanyak 25 g per hari dianjurkan bagi
pasien diabetes melitus di Indonesia (Perkeni, 2020)
Pengaturan makan dengan kandungan serat yang tinggi dapat
membantu sel-sel lebih sensitif terhadap insulin untuk mengatur kadar
glukosa darah. Serat larut air menghambat aliran glukosa ke dalam
darah sehingga konsentrasi glukosa dalam darah stabil. Serat
membuat rasa kenyang lebih lama di dalam tubuh sehingga jarak waktu
merasa lapar lebih lama dan tidak tergoda untuk makan (Santoso,
2016).

6. Hubungan Asupan Magnesium dengan Status Gula Darah


Hubungan antara asupan magnesium dengan status gula darah
dianalisis menggunakan tabulasi silang pada uji Chi-Square antara
variabel asupan magnesium dengan gula darah. Hasil analisis
hubungan asupan magnesium dengan gula darah ditunjukkan pada
tabel 16.
45

Tabel 16
Distribusi Frekuensi GDS Menurut Asupan Magnesium
GDS
Asupan Jumlah
Hiperglikemik Nornal p-value
Magnesium
n % n % n %
Kurang 20 80 5 20 25 100
Baik 2 28,6 5 71,4 7 100 0,007
Total 22 10 32 100

Tabel 16 menunjukkan bahwa responden dengan gula darah


yang tinggi (hiperglikemik) cenderung memiliki asupan magnesium
kurang sebanyak 20 responden (80%) jika dibandingkan dengan gula
darah normal (20%).
Berdasarkan uji statistik chi-square antara asupan magnesium
dengan kadar gula darah diketahui bahwa p value sebesar 0,007 (p
value <0,05). Hal ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang
bermakna .
Magnesium memegang peranan penting system enzim di dalam
tubuh. Magnesium bertindak dalam semua sel jaringan lunak sebagai
katalisator dalam reaksi-reaksi biologi termasuk reaksi-reaksi yang
berkaitan dengan metabolism energi, karbohidrat, lipida, protein, dan
asam nukleat serta dalam sintesis, degradasi, stabilisasi bahan gen
DNA. Sumber utama magnesium adalah sayuran hijau, serealia
tumbuk, biji-bijian dan kacang-kacangan. Daging, susu dan hasilnya
serta cokelat juga merupakan sumber magnesium yang baik. Sumber-
sumber magnesium yang unggul terdapat pada sayuran yang berwarna
hijau. Semakin gelap warnanya, kandungan magnesiumnya semakin
tinggi. Paprika dan polong-polongan, seperti buncis, kacang Panjang,
kedelai dan kapri juga merupakan sumber magnesium yang baik
(Paruntu dkk., 2018).
Berdasarkan teori magnesium merupakan salah satu zat gizi
mikro yang memegang peranan penting pada homeostasis glukosa dan
kerja insulin. Magnesium ini juga merupakan kofaktor untuk berbagai
46

enzim yang melibatkan metabolisme glukosa khususnya yang


menggunakan ikatan phospat (Gede dkk., 2011).
Magnesium memiliki peranan penting dalam aksi insulin.
Magnesium sangat penting sebagai kofaktor pada semua reaksi
transfer ATP. Hal tersebut mengidentifikasi bahwa magnesium memiliki
peranan dalam phosphorilasi reseptor insulin, dimana magnesium
intraseluler dapat menyebabkan efek fungsi tirosin kinase pada
reseptor insulin dan berhubungan dengan penurunan kemampuan
insulin untuk menstimulasi pengambilan glukosa pada jaringan yang
sensitive insulin. Hal tersebut dapat mengakibatkan terjadinya
resistensi insulin (Paruntu dkk, 2018).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Paruntu, dkk (2018) yang
di dapatkan kecenderungan korelasi antara asupan Magnesium
dengan kadar gula darah puasa pasien diabetes melitus tipe II. Setelah
dianalisis ternyata ada hubungan yang bermakna dimana hasil fisher
exact test (exact sig 2) menunjukan nilai p value <0,05.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap
responden pasien diabetes melitus tipe II di Wilayah Kerja Puskesmas
Alang-alang Lebar Palembang yang berjumlah 32 sampel, dapat
disimpulkan sebagai berikut :
1. Karakteristik responden : jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak
19 responden (59,4%), responden dengan usia >50 tahun
sebanyak 25 responden (78,1%), pendidikan terakhir responden
yaitu pendidikan menengah sebanyak 29 responden (90,6%),
pekerjaan responden terbanyak yaitu ibu rumah tangga sebanyak
15 responden (46,9%), responden memiliki riwayat keluarga DM
sebanyak 24 responden (75%), responden dengan lama menderita
DM selama <10 tahun sebanyak 22 responden (68,8%).
2. Kadar gula darah responden sebagian besar tergolong
hiperglikemik sebanyak 22 responden (68,8%). Rata-rata kadar
gula darah sewaktu responden yaitu 231 mg/dl.
3. Asupan zat gizi makro responden sebagian besar dengan kategori
baik. Asupan energi baik sebanyak 20 responden (62,5%), asupan
protein baik sebanyak 18 responden (56,3%), asupan lemak
responden baik sebanyak 16 responden (50%), asupan karbohidrat
responden baik sebanyak 23 responden (71,9%), asupan serat
responden sebagian besar dengan kategori kurang sebanyak 21
responden (65,6%).
4. Asupan magnesium responden sebagian besar dengan kategori
kurang sebanyak 25 responden (78,1%). Rata-rata asupan
magnesium yaitu 266 mg.
5. Terdapat hubungan yang bermakna antara asupan energi (p-value
= 0,030), asupan protein (p-value = 0,044), asupan karbohidrat (p-

47
48

value = 0,017), asupan serat (p-value = 0,004) terhadap kadar


glukosa darah pasien diabetes melitus tipe II di Puskesmas Alang-
alang Lebar.
6. Terdapat hubungan yang bermakna antara magnesium (p-value =
0,009) terhadap kadar glukosa darah pasien diabetes melitus tipe II
di Puskesmas Alang-alang Lebar.
B. Saran
Setelah dilakukan penelitian tentang hubungan asupan zat gizi makro,
magnesium, serat dan kadar gula darah pada pasien Diabetes Melitus
tipe II di Puskesmas Alang-alang Lebar Palembang maka penulis
memberikan saran sebagai berikut :
1. Bagi Pasien Diabetes Melitus
Responden dengan pola makan dan asupan zat gizi makro, serat
dan magnesium yang kurang baik sebaiknya memperhatikan diet
yang disarankan serta menjalankan diet tersebut agar kadar glukosa
darahnya dapat terkontrol.
2. Bagi Puskesmas
Dapat memberikan edukasi seperti penyuluhan pada saat posyandu
lansia dan melakukan konseling gizi khususnya pada pasien DM
yang melakukan rawat jalan pada Puskesmas Sosial Palembang
mengenai pentingnya menjaga asupan zat gizi makro, serat dan
magnesium.
3. Bagi Peneliti selanjutnya
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan
bahan pembelajaran bagi mahasiswa gizi dalam melakukan
penelitian selanjutnya serta menambahkan variabel penelitian yang
mungkin juga berpengaruh terhadap kadar glukosa darah DM tipe II.
DAFTAR PUSTAKA

Amanda, E., & Bening, S. (2019). Hubungan Asupan Zink, Magnesium, Dan
Serat Dengan Kadar Gula Darah Puasa Pasien Diabetes Melitus
Tipe 2 Di RS PKU Muhammadiyah Temanggung. Jurnal Gizi, 8(2).
(E-Journal) Available at : https://doi.org/10.26714/jg.8.2.2019.87-94
(Diakses : 15 Desember 2021)
AKG. 2019. Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Untuk Masyarakat
Indonesia. Peraturan Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 28 Tahun 2019.
Aramico, B., & Siketang, N. W. (2017). Hubungan Asupan Gizi, Aktivitas
Fisik, Menstruasi Dan Anemia dengan Status Gizi pada Siswi
Madrasah Aliyah Negeri (MAN) Simpang Kiri Kota Subulussalam.
Sel Jurnal Penelitian Kesehatan, 4(1), 21–30. (E-Journal) Available
at : https://doi.org/10.22435/sel.v4i1.1444 (Diakses : 18 Desember
2021)
Arisman, (2013). Obesitas, Diabetus Melitus,& Dislpidemia, Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Astawan, Made (2014) Evaluasi Nilai Gizi Pangan. In: Evaluasi Nilai Gizi
Karbohidrat. Universitas Terbuka, Jakarta, pp. 1-44. ISBN
9789790113923 (E-Journal) Available at :
https://pustaka.ut.ac.id/lib/pang4325-evaluasi-nilai-gizi-pangan/
(Diakses : 21 Januari 2022)
Azrimaidaliza, Resmiati, Famelia, W., Purnakarya, I., Firdaus, & Yasirly, K.
(2020). Buku Ajar Dasar Ilmu Gizi Kesehatan Masyarakat. In Journal
Of Chemical Information And Modeling (Vol. 53, Issue 9). (E-Book)
Available at : http://repo.unand.ac.id/id/file/468625 (Diakses : 16
Desember 2021)
Care, D., & Suppl, S. S. (2020). Classification And Diagnosis Of Diabetes:
Standards Of Medical Care In Diabetes-2020. Diabetes Care,
43(January), S14–S31. (E-Book) Available at :
https://doi.org/10.2337/dc20-s002 (Diakses : 20 Desember 2021)
Darmawan, S., Nani Hasanuddin Makassar, S., & Kemerdekaan, J. P.
(n.d.). Kota Makassar, Indonesia, 90245 2. STIKES Nani
Hasanuddin Makassar. In Jl. P. Kemerdekaan VIII (Issue 24). (E-
Journal) Available at :
http://jurnal.stikesnh.ac.id/index.php/nic/article/view/227/274
(Diakses : 17 Juni 2022)
Dinas Kesehatan Kota Palembang. (2020). Dinas Kesehatan Kota
Palembang tahun 2020. Profil Kesehatan Tahun 2021, 72, 23. (E-
Book) Available at:
https://dinkes.palembang.go.id/tampung/dokumen/dokumen-176-

49
50

1097.pdf. (Diakses : 22 Desember 2021)


Direktorat P2PTM. (2019). Buku Pedoman Penyakit Tidak Menular.
Kementerian Kesehatan RI, 101. (E-Book) Available at :
http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/vhcrbkvobjrzudn3ucs4euj0dvbnd
z09/2019/03/buku_pedoman_manajemen_ptm.pdf (Diakses : 22
Desember 2021)
Djakani, H., Masinem, T., & Mewo, Y. M. . (2013). Gambaran kadar gula
darah puasa pada laki- laki usia 40-59 tahun. Jurnal E-Biomedik,
1(1). (E-Journal) Available at :
https://doi.org/10.35790/ebm.1.1.2013.1165 Diakses : 17 Desember
2021)
Edy, E. Hubungan Asupan Makronutrien Dengan Nilai Kadar Glukosa
Darah Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Dirumah Sakit Umum
Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta. (Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Jenderal Achmad Yani Yogyakarta, 2017). (E-Skripsi)
Available at :
http://repository.unjaya.ac.id/2272/2/ERNIYANI%20EDY_2213155_
pisah.pdf (Diakses : 1 Juni 2022)
Eliana, F. (2015). Penatalaksanaan DM Sesuai Konsensus Perkeni 2015.
Satelit Simposium 6.1 Dm Update Dan Hb1c. (E-book) Available at :
http://www.pdui-pusat.com/wp-content/uploads/2015/12/satelit-
simposium-6.1-dm-update-dan-hb1c-oleh-dr.-dr.-fatimah-eliana-
sppd-kemd.pdf (Diakses : 17 Desember 2021)
Ernawati, F., Pusparini, P., Arifin, A. Y., & Prihatini, M. (2019). Hubungan
Asupan Lemak Dengan Status Gizi Anak Usia 6 Bulan-12 Tahun Di
Indonesia. Penelitian Gizi Dan Makanan (The Journal Of Nutrition
And Food Research), 42(1). (E-Journal) Available at : available :
https://doi.org/10.22435/pgm.v42i1.2420 (Diakses : 15 Desember
2021)
Gede, L., Yenny, S., & Suastika, K. (2011). Korelasi Antara Kadar
Magnesium Dengan Resistensi Insulin pada Penduduk Suku Bali di
Desa Pandawa Kabupaten Buleleng. J Penyakit Dalam, 12. (E-
Journal) Available at :
https://ojs.unud.ac.id/index.php/jim/article/view/3963 (Diakses : 17
Mei 2022)
Hardinsyah, & I Dewa, N. S. (2016). Ilmu gizi teori & aplikasi. Jakarta: EGC.
I. D. F (2015). IDF Diabetes Atlas 6th. (E-book) Available at : http://www.
idf. (Diakses : 7 Januari 2022)
Irawan, D. (2010). Tesis: Prevalensi dan faktor risiko kejadian Diabetes
Melitus (DM) tipe 2 di daerah Urban Indonesia (Analisa data
sekunder Riskesdas 2007). Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia. (E-thesis) Available at :
51

https://lib.ui.ac.id/detail.jsp?id=20267101# (Diakses : 20 Mei 2022)


Kemenkes RI. (2016). Menkes : Mari Kita Cegah Diabetes Dengan Cerdik.
Kemenkes, April 2015, 1–2. (E-Journal) Available at :
https://www.kemkes.go.id/article/print/16040700002/menkes-mari-
kita-cegah-diabetes-dengan-cerdik.html (Diakses : 24 Desember
2021)
Kementerian Kesehatan RI. (2018). Riskesdas 2018. In Laporan Nasional
Riskesndas 2018 (Vol. 44, Issue 8). (E-book) Available at :
http://www.yankes.kemkes.go.id/assets/downloads/pmk no. 57
tahun 2013 tentang ptrm.pdf (Diakses : 15 Desember 2021)
Kementrian Kesehatan RI. (2018). Hasil Utama Riskesdas Tentang
Prevalensi Diabetes Mellitus Di Indonesia 2018. Hasil Utama
Riskesdas Tentang Prevalensi Diabetes Melitus Di Indonesia 2018,
8. (E-book) Available at : https://www.litbang.kemkes.go.id/hasil-
utama-riskesdas-2018/ (Diakses : 21 Desember 2021)
Korespondensi, A., & Kurniawan, L. B. (2016). Patofisiologi, Skrining Dan
Diagnosis Laboratorium Diabetes Melitus Gestasional. Cermin Dunia
Kedokteran, 43(11). (E-Journal) Available at :
http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/article/viewFile/884/626
(Diakses : 21 Desember 2021)
Kusumaningrum, R. (2017). Hubungan Asupan Energi Dan Protein Dengan
Status Gizi Anak Min Ketitang Nogosari Boyolali. In Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan PKU Muhammadiyah Surakarta. Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan PKU Muhammadiyah Surakarta. (E-Skripsi)
Available at : http://repository.itspku.ac.id/221/1/2013030026.pdf
(Diakses : 19 Desember 2021)
Kusnadi, G., Murbawani, E. A., & Fitrianti, D. Y. (2017). Faktor Risiko
Diabetes Melitus Pada Petani dan Buruh. Journal Of Nutrition
College, 6(2), 138–148.(E-Journal) Available at : http://ejournal-
s1.undip.ac.id/index.php/jnc (Diakses : 22 Mei 2022)
Lemeshow, Stanley. (1997). Besar Sampel dalam Penelitian Kesehatan.
Yogyakarta: Gadjah Mada University. (E-Book). Available at :
http://digilib.ub.ac.id/opac/detail-opac?id=29443. (Diakses : 1
Januari 2022)
Mahendri, D. (2015). Hubungan Antara Konsumsi Karbohidrat dan
Kolesterol Terhadap Kadar Glukosa Darah Pada Penderita Diabetes
Melitus Tipe II Rawat Jalan Di Rsud Dr. Moewardi. (E-Skripsi)
Available at : https://123dok.com/document/zx57wvvq-konsumsi-
karbohidrat-kolesterol-penderita-konsumsi-karbohidrat-kolesterol-
penderita.html (Diakses : 19 Desember 2021)
Mokolomban, C., Wiyono, W. I., & Mpila, D. A. (2018). Kepatuhan Minum
Obat Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Disertai Hipertensi
52

Dengan Menggunakan Metode Mmas-8. Pharmacon, 7(4). (E-


Journal) Available at :
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/pharmacon/rt/printerFriendly/
21424/0 (Diakses : 18 Mei 2022)
Multasih, E. S. (2020). Hubungan Asupan Magnesium Dengan Kadar
Glukosa Darah Puasa Pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe II Di
Puskesmas Tawangsari Sukoharjo. Journal Of Chemical Information
And Modeling. (E-Journal) Available at :
https://ijhn.ub.ac.id/index.php/ijhn/article/view/104 (Diakses : 15
Desember 2021)
Murtiningsih, M. K., Pandelaki, K., & Sedli, B. P. (2021). Gaya Hidup
sebagai Faktor Risiko Diabetes Melitus Tipe 2. E-CliniC, 9(2), 328.
(E-Journal) Available at : https://doi.org/10.35790/ecl.v9i2.32852
(Diakses 24 Mei 2022)
Natsir, N. A. (2018). Analisis Kandungan Protein Total Ikan Kakap Merah
Dan Ikan Kerapu Bebek. Biosel: Biology Science And Education,
7(1), 49. (E-Journal) Available at :
https://doi.org/10.33477/bs.v7i1.392 (Diakses : 23 Desember 2021)
Paramita, D. P., & Lestari, W. (2019). Pengaruh Riwayat Keluarga
Terhadap Kadar Glukosa Darah Pada Dewasa Muda Keturunan
Pertama Dari Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 Di Denpasar
Selatan. Jurnal Medika, 8(1), 61–66. (E-Journal) Available at :
https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum (Diakses : 22 Mei 2022)
Paruntu, O. L. (2012). Asupan Gizi dengan Pengendalian Diabetes pada
Diabetisi Tipe II Rawat Jalan di BLU Prof.Dr.R.D. Kandou Manado.
Gizindo, 4(1), 327–337. (E-Journal) Available at :
https://ejurnal.poltekkes-
manado.ac.id/index.php/gizi/article/view/19/10 (Diakses : 15 Mei
2022)
Paruntu, O. L., Legi, N. N., Djendra, I. M., & Kaligis, G. (2018). Asupan Serat
Dan Magnesium Dengan Kadar Glukosa Darah Pada Pasien
Diabetes Mellitus Tipe II. Jurnal Gizido, 10(2), 101–107. (E-Journal)
Available at : https://doi.org/10.47718/gizi.v10i2.837 (Diakses : 15
Desember 2021)
Perkeni (2020). Pedoman Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes Melitus
Tipe 2 Dewasa Di Indonesia 2020. (2020). Pb perkeni. Global
initiative for asthma, 46. (E-book) Available at : www.ginasthma.org.
(Diakses : 25 Desember 2021)
PERKENI. (2019). Pedoman Pengelolaan Dan Pencegahan Diabetes
Melitus Tipe 2 Dewasa Di Indonesia 2019. In Perkumpulan
Endokrinologi Indonesia. (E-book) Available at :
https://pbperkeni.or.id/unduhan (Diakses : 31 Desember 2021)
53

Persatuan Ahli Gizi Indonesia dan Asosiasi Dietesien Indonesia (2019).


Penuntun Diet Dan Terapi Diet. Jakarta: EGC.
Plows, J. F., Stanley, J. L., Baker, P. N., Reynolds, C. M., & Vickers, M. H.
(2018). The Pathophysiology Of Gestational Diabetes Mellitus. In
International Journal Of Molecular Sciences (Vol. 19, Issue 11). (E-
Journal) Available at : https://doi.org/10.3390/ijms19113342
(Diakses : 2 Januari 2021)
Prihatin, T. W., & Dwi M, R. (2019). Pengaruh Senam Kaki Diabetes
Terhadap Nilai Ankle Brachial Index Pada Pasien Diabetes Melitus
Tipe II Di Puskesmas Bergas Kabupaten Semarang. Jurnal Ilmiah
Ilmu Keperawatan Indonesia, 9(02), 571–576. (E-Journal) Available
at : https://Doi.Org/10.33221/Jiiki.V9i02.227 (Diakses : 16
Desember 2021)
Purba, R. B., & Monolimay, N. R. M. S. (2015). Asupan Karbohidrat Dan
Lemak Pada Diabetesi Tipe II Yang Rawat Jalan Di Puskesmas
Tombatu. Jurnal Gizido, 7(2). (E-Journal) Available at :
https://ejurnal.poltekkesmanado.ac.id/index.php/gizi/article/downloa
d/70/55 (Diakses : 28 Desember 2021)
Roberts, S., Barry, E., Craig, D., Airoldi, M., Bevan, G., & Greenhalgh, T.
(2017). Preventing Type 2 Diabetes: Systematic Review Of Studies
Of Cost-Effectiveness Of Lifestyle Programmes And Metformin, With
And Without Screening, For Pre-Diabetes. In BMJ Open (Vol. 7,
Issue 11). (E-Journal) Available at :
https://doi.org/10.1136/bmjopen-2017-017184 (Diakses : 26
Desember 2021)
Rudi, A., & Kwureh, H. N. (2017). Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Kadar
Gula Darah Puasa Pada Pengguna Layanan Laboratorium. Jurnal
Ilmiah Ilmu Kesehatan: Wawasan Kesehatan, 3(2). (E-Journal)
Available at : https://doi.org/10.31227/osf.io/d3kes (Diakses : 15
Januari 2022)
Salasa, R. A., Rahman, H., & Andiani, A. (2019). Faktor Risiko Diabetes
Mellitus Tipe 2 pada Populasi Asia: A Systematic Review. Jurnal
Biosainstek, 1(01), 95–107. (E-Journal) Available at :
https://doi.org/10.52046/biosainstek.v1i01.306 (Diakses : 27
Desember 2021)
Santosa, A., Trijayanto, P. A., & Endiyanto. (2017). Hubungan Riwayat
Garis Keturunan dengan Usia Terdiagnosis Diabetes Melitus Tipe II.
Jurnal Ilmiah Kesehatan. (E-Journal) Available at :
https://journal.unimma.ac.id/index.php/urecol/article/view/849
(Diakses : 18 Mei 2022)
Santoso, A. (2016). Serat Pangan (Dietary Fiber) Dan Manfaatnya Bagi
Kesehatan. Universitas WIdya Dharma. (E-Journal) Available at :
https://fmipa.umri.ac.id/wp-content/uploads/2016/09/Pinki-A-Serat-
54

dan-manfaatnya-bg-kesehatan-74-129-1-SM.pdf (Diakses : 14 Mei


2022)
Sirait, A. M., Sulistiowati, E., Sihombing, M., Kusuma, A., & Idayani, S.
(2015). Incident And Risk Factor of Diabetes Mellitus In Adults At
Bogor. Prospective Cohort Study Risk Factors Non Comunicable
Diseases. Buletin Penelitian Sistem Kesehatan, 18(2), 151–160. (E-
Bulletin) Available at : https://doi.org/10.22435/hsr.v18i2.4315.151-
160 (Diakses : 18 Desember 2021)
Soelistijo, S. A., Novida, H., Rudijanto, A., Soewondo, P., Suastika, K.,
Manaf, A., Sanusi, H., Lindarto, D., Shahab, A., Pramono, B., Langi,
Y. A., Purnamasari, D., Soetedjo, N. N., Saraswati, M. R.,
Dwipayana, M. P., Yuwono, A., Sasiarini, L., Sugiarto, Sucipto, K.
W., & Zufry, H. (2015). Konsensus Pengendalian Dan Pencegahan
Diabetes Melitus Tipe 2 Di Indonesia 2015. In Perkeni. (E-book)
Available at : https://doi.org/10.1017/cbo9781107415324.004
(Diakses : 31 Desember 2021)
Sry, A., Nababan, V., Pinem, M. M., Mini, Y., Hertati, T., Program, P.,
Fakultas, S. G., Masyarakat, K., Kesehatan Helvetia, I., &
Korespondensi, P. (2020). Faktor Yang Memengaruhi Kadar Gula
Darah Penderita Diabetes Mellitus (DM) Tipe II Factors Affecting The
Blood Sugar Content Of Diabetas Mellitus (DM) Type II. Jurnal Dunia
Gizi, 3(1), 23–31. (E-Journal) Available at :
https://ejournal.helvetia.ac.id/jdg (Diakses : 29 Desember 2021)
Suastika, K. (2018). Penuaan, Diabetes, dan Insulin. Jakarta: PT. Gramedia
Pustaka Utama
Suryanto S. (2020). Magnesium. Pusat Analisis Determinan Kesehatan. (e-
article) Available at
http://padk.kemkes.go.id/article/read/2020/01/06/16/magnesium.ht
ml: (Diakses : 26 Desember 2021)
Suliman, M., Almansi, S., Mrayyan, M., Albashtawy, M., & Aljezawi, M.
(2020). Perkeni DM 2019. Nursing Management, 19(4). (E-book)
Available at : https://pbperkeni.or.id/unduhan (Diakses : 17
Desember 2021)
Temneanu, O. R., Trandafir, L. M., & Purcarea, M. R. (2016). Type 2
Diabetes Mellitus In Children And Adolescents: A Relatively New
Clinical Problem Within Pediatric Practice. In Journal of Medicine
And Life. (E-Journal) Available at : (Vol. 9, Issue 3).
https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/27974926/ (Diakses : 21 Desember
2021)
Udayani, N. N. W., Ratnasari, N. L. A. M., Cahyaningsih, E., & Wardani, I.
G. A. A. K. (2021). Evaluasi Efek Samping Penggunaan Kombinasi
Insulin Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Salah Satu Rumah
Sakit Kabupaten Denpasar. Jurnal Ilmiah Medicamento, 7(2), 112–
55

117. (E-Journal) Available at :


https://doi.org/10.36733/medicamento.v7i2.2178 (Diakses : 26
Desember 2021)
Wang, S., Li, C., Copeland, L., Niu, Q., & Wang, S. (2015). Starch
Retrogradation: A Comprehensive Review. Comprehensive Reviews
In Food Science And Food Safety, 14(5), 568–585. (E-Journal)
Available at : https://doi.org/10.1111/1541-4337.12143 (Diakses : 28
Desember 2021)
W. H O. (2016). Global Report On Diabetes Who. In ISBN (Vol. 978). (E-
book) Available at :
https://www.who.int/publications/i/item/9789241565257?__cf_chl_m
anaged_tk__=t1eswgivpa4rzcad6v1qvrn8ngevmfgzfc7eqzzk4py-
1642476946-0-ganycgzncku (Diakses : 29 Desember 2021)
Williams, R. (2019). IDF Atlas 9th Edition 2019. International Diabetes
Federation. (E-book) Available at :
https://diabetesatlas.org/upload/resources/material/20200302_1333
51_idfatlas9e-final-web.pdf (Diakses : 14 Desember 2021)
Yuliantini, E., Sari, A. P., & Nur, E. (2016). Hubungan Asupan Energi,
Lemak Dan Serat Dengan Rasio Kadar Kolesterol Total-Hdl.
Penelitian Gizi Dan Makanan (The Journal Of Nutrition And Food
Research), 38(2), 139–147. (E-Journal) Available at :
https://doi.org/10.22435/pgm.v38i2.5543.139-147 (Diakses : 21
Desember 2021)
Yusuf, Y. (2018). Modul Sederhana dan Ilmiah Untuk Belajar: Kimia Pangan
Dan Gizi. In EduCenter Indonesia. (E-book) Available at
http://repository.uhamka.ac.id/1186/ (Diakses : 14 Desember 2021)
LAMPIRAN 1
HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI MAKRO DAN MAGNESIUM
TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA PENDERITA
DIABETES MELITUS DI PUSKESMAS ALANG-ALANG LEBAR
PALEMBANG TAHUN 2022
PERNYATAAN KESEDIAAN MENJADI RESPONDEN
Yang bertdanda tangan di bawah ini.
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pekerjaan :
Alamat :
Bersedia untuk berpastisipasi menjadi responden sehubungan
dengan penelitian yang di lakukan oleh Saniyyah Febianti mahasiswi dari
Jurusan DIII Gizi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan
Palembang.
Demikian Surat Pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk
dapat digunakan sebagaimana mestinya.

Mengetahui Palembang, 2022

Peneliti Responden
Saniyyah Febianti
( )
NIM. PO.71.31.1.19.070

56
LAMPIRAN 2
FORM RECALL KONSUMSI MAKANAN PENDERITA DIABETES
MELITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ALANG- ALANG LEBAR
PALEMBANG

Nama Pasien :
Jenis Kelamin :
Umur :
Pekerjaan :

Hari : Tanggal :
Waktu Berat
Makan Bahan
Menu
Makanan URT Gram

Makan
Pagi

Selingan
Pagi

Makan
Siang

Selingan
Sore

Makan
Malam

57
LAMPIRAN 3
FORM ANALISA BAHAN MAKANAN SEHARI-HARI RESPONDEN

Berat Energi Protein Lemak Karbohidrat Magnesium


Bahan Makanan
(g) (kkal) (g) (g) (g) (mg)

58
LAMPIRAN 4
DAFTAR NAMA PASIEN
Ukur Kadar Gula
Kadar Gula
No. Nama Pasien Darah
Darah
Sudah Belum

59
LAMPIRAN 5
KUISIONER PENELITIAN
HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI MAKRO DAN MAGNESIUM
TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PENDERITA DIABETES
MELITUS DI PUSKESMAS ALANG ALANG LEBAR TAHUN 2022
I. Identitas Responden
No. Responden :
Nama Responden :
Alamat Responden :
II. Karakteristik Responden
Tanggal Lahir :
Usia : tahun
Jenis Kelamin :
1. Laki-laki 2. Perempuan
Pekerjaan :
1. Ibu Rumah Tangga 2. Wiraswasta 3. Pegawai negeri
4. Pengusaha 5. Lainnya
Pendidikan Terakhir :
1. SD 2. SMP 3. SMA 4. PT
III. Status Gizi
Berat Badan : kg
Tinggi Badan : cm
GDS/GDP Terakhir : mmHg
Lama Menderita DM :

Adakah salah satu/kedua orang tua/ saudara anda menderita DM :

1. Ada 2. Tidak ada

60
LAMPIRAN 6
OUTPUT SPSS
A. Karakteristik Responden

Jenis Kelamin

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-laki 13 40.6 40.6 40.6

Perempuan 19 59.4 59.4 100.0

Total 32 100.0 100.0

Pekerjaan Responden

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ibu Rumah Tangga 15 46.9 46.9 40.9

Karyawan Swasta 1 3.1 3.1 50.0

Pegawai Negeri Sipil 2 6.3 6.3 56.3

Pengusaha 6 18.8 18.8 75

Lainnya 8 25.0 25.0 100.0

Total 32 100.0 100.0

Kategori Usia

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid <50 tahun 7 21.9 21.9 21.9

>50 tahun 25 78.1 78.1 100.0

Total 32 100.0 100.0

Pendidikan Terakhir

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Pendidikan Dasar 3 9.4 9.4 9.4

Pendidikan Menengah 29 90.6 90.6 100.0

Total 32 100.0 100.0

61
Riwayat Keluarga

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Ada 24 75 75 75

Tidak ada 8 25 25 100.0

Total 32 100.0 100.0

Lama Menderita DM

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid <10 tahun 22 68.8 68.8 68.8

>10 tahun 10 31.3 31.3 100.0

Total 32 100.0 100.0

B. Analisis Univariat

Gula Darah Sewaktu

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid normal 10 31.3 31.3 31.3

hiperglikemik 22 68.8 68.8 100.0

Total 32 100.0 100.0

Kategori Energi

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid kurang 3 9.4 9.4 9.4

baik 17 53.1 53.1 62.5

lebih 12 37.5 37.5 100.0

Total 32 100.0 100.0

Kategori Protein

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid kurang 14 43.7 43.7 43.7

baik 15 46.9 46.9 90.6

lebih 3 9.4 9.4 100.0

Total 32 100.0 100.0

62
Kategori Lemak

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid kurang 6 18.8 18.8 18.8

baik 10 31.3 31.3 50.0

lebih 16 50.0 50.0 100.0

Total 32 100.0 100.0

Kategori Karbohidrat

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid kurang 5 15.6 15.6 15.6

baik 18 56.3 56.3 71.9

lebih 9 28.1 28.1 100.0

Total 32 100.0 100.0

Kategori Serat

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid kurang 21 65.6 65.6 65.6

baik 11 34.4 34.4 100.0

Total 32 100.0 100.0

Kategori Magnesium

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid kurang 25 78.1 78.1 78.1

baik 7 21.9 21.9 100.0

Total 32 100.0 100.0

63
C. Analisis Bivariat

Asupan Energi * Gula Darah Sewaktu


Gula Darah Sewaktu

normal hiperglikemik Total

Asupan Energi baik Count 9 11 20

% within Asupan Energi 45.0% 55.0% 100.0%

% within Gula Darah


90.0% 50.0% 62.5%
Sewaktu

% of Total 28.1% 34.4% 62.5%

lebih Count 1 11 12

% within Asupan Energi 8.3% 91.7% 100.0%

% within Gula Darah


10.0% 50.0% 37.5%
Sewaktu

% of Total 3.1% 34.4% 37.5%


Total Count 10 22 32

% within Asupan Energi 31.3% 68.8% 100.0%

% within Gula Darah


100.0% 100.0% 100.0%
Sewaktu

% of Total 31.3% 68.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 4.693a 1 .030


Continuity Correctionb 3.142 1 .076
Likelihood Ratio 5.340 1 .021
Fisher's Exact Test .050 .034
Linear-by-Linear Association 4.547 1 .033
N of Valid Cases 32

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.75.
b. Computed only for a 2x2 table

64
Asupan Protein * Gula Darah Sewaktu
Gula Darah Sewaktu

normal hiperglikemik Total

Asupan Protein kurang Count 7 7 14

% within Asupan Protein 50.0% 50.0% 100.0%

% within Gula Darah


70.0% 31.8% 43.8%
Sewaktu

% of Total 21.9% 21.9% 43.8%

baik Count 3 15 18

% within Asupan Protein 16.7% 83.3% 100.0%

% within Gula Darah


30.0% 68.2% 56.3%
Sewaktu

% of Total 9.4% 46.9% 56.3%


Total Count 10 22 32

% within Asupan Protein 31.3% 68.8% 100.0%

% within Gula Darah


100.0% 100.0% 100.0%
Sewaktu

% of Total 31.3% 68.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 4.073a 1 .044


Continuity Correctionb 2.669 1 .102
Likelihood Ratio 4.121 1 .042
Fisher's Exact Test .062 .051
Linear-by-Linear Association 3.945 1 .047
N of Valid Cases 32

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 4.38.
b. Computed only for a 2x2 table

65
Asupan Lemak * Gula Darah Sewaktu
Gula Darah Sewaktu

normal hiperglikemik Total

Asupan Lemak baik Count 4 12 16

% within Asupan Lemak 25.0% 75.0% 100.0%

% within Gula Darah


40.0% 54.5% 50.0%
Sewaktu

% of Total 12.5% 37.5% 50.0%

lebih Count 6 10 16

% within Asupan Lemak 37.5% 62.5% 100.0%

% within Gula Darah


60.0% 45.5% 50.0%
Sewaktu

% of Total 18.8% 31.3% 50.0%


Total Count 10 22 32

% within Asupan Lemak 31.3% 68.8% 100.0%

% within Gula Darah


100.0% 100.0% 100.0%
Sewaktu

% of Total 31.3% 68.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square .582a 1 .446


Continuity Correctionb .145 1 .703
Likelihood Ratio .585 1 .444
Fisher's Exact Test .704 .352
Linear-by-Linear Association .564 1 .453
N of Valid Cases 32

a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.00.
b. Computed only for a 2x2 table

66
Karbohidrat * Gula Darah Sewaktu
Gula Darah Sewaktu

normal hiperglikemik Total

Asupan baik Count 10 13 23


KH % within Asupan KH 43.5% 56.5% 100.0%

% within Gula Darah


100.0% 59.1% 71.9%
Sewaktu

% of Total 31.3% 40.6% 71.9%

lebih Count 0 9 9

% within Asupan KH 0.0% 100.0% 100.0%

% within Gula Darah


0.0% 40.9% 28.1%
Sewaktu

% of Total 0.0% 28.1% 28.1%


Total Count 10 22 32

% within Asupan KH 31.3% 68.8% 100.0%

% within Gula Darah


100.0% 100.0% 100.0%
Sewaktu

% of Total 31.3% 68.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 5.692a 1 .017


Continuity Correctionb 3.848 1 .050
Likelihood Ratio 8.257 1 .004
Fisher's Exact Test .030 .018
Linear-by-Linear Association 5.514 1 .019
N of Valid Cases 32

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.81.
b. Computed only for a 2x2 table

67
Kategori Serat * Gula Darah Sewaktu Crosstabulation

Gula Darah Sewaktu

normal hiperglikemik Total

Kategori Serat kurang Count 3 18 21

% within Kategori Serat 14.3% 85.7% 100.0%

% within Gula Darah


30.0% 81.8% 65.6%
Sewaktu

% of Total 9.4% 56.3% 65.6%

baik Count 7 4 11

% within Kategori Serat 63.6% 36.4% 100.0%

% within Gula Darah


70.0% 18.2% 34.4%
Sewaktu

% of Total 21.9% 12.5% 34.4%


Total Count 10 22 32

% within Kategori Serat 31.3% 68.8% 100.0%

% within Gula Darah


100.0% 100.0% 100.0%
Sewaktu

% of Total 31.3% 68.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 8.183a 1 .004


Continuity Correctionb 6.047 1 .014
Likelihood Ratio 8.104 1 .004
Fisher's Exact Test .013 .007
Linear-by-Linear Association 7.928 1 .005
N of Valid Cases 32

a. 1 cells (25.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.44.
b. Computed only for a 2x2 table

68
Kategori Magnesium * Gula Darah Sewaktu
Gula Darah Sewaktu

normal hiperglikemik Total

Kategori Magnesium kurang Count 5 20 25

% within Kategori
20.0% 80.0% 100.0%
Magnesium

% within Gula Darah


50.0% 90.9% 78.1%
Sewaktu

% of Total 15.6% 62.5% 78.1%

baik Count 5 2 7

% within Kategori
71.4% 28.6% 100.0%
Magnesium

% within Gula Darah


50.0% 9.1% 21.9%
Sewaktu

% of Total 15.6% 6.3% 21.9%


Total Count 10 22 32

% within Kategori
31.3% 68.8% 100.0%
Magnesium

% within Gula Darah


100.0% 100.0% 100.0%
Sewaktu

% of Total 31.3% 68.8% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymp. Sig. (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-


Value df sided) sided) sided)

Pearson Chi-Square 6.732a 1 .009


Continuity Correctionb 4.551 1 .033
Likelihood Ratio 6.354 1 .012
Fisher's Exact Test .019 .019
Linear-by-Linear Association 6.522 1 .011
N of Valid Cases 32

a. 2 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2.19.
b. Computed only for a 2x2 table

69
Lampiran SPSS

Tanggal Rata-rata KebHarK RecallSera


Nama Lahir Usia JK Pekerja PendTerakhir BB TB GDS LamaDM Riwayat GDS2 recall KebHarian %Energi KatEnergi RecallP KebHarP %Protein KatProtein RecallL KebHarL %Lemak KatLemak RecallKH H %KH KatKH t RecallS RecallMagKatRecallM KatE2 KatP2 KatL2 KatKH2
H 18-Apr-60 62 Laki-laki 5 Pendidikan Menengah 65 171 170 8 Ada Normal 1268 2242 57 1 56 84 67 1 72 62 116 3 212 336 63 1 21 Baik 201 Kurang Baik Kurang Lebih Baik
Yn 30-Mar-74 48 Perempuan 1 Pendidikan Menengah 54 156 245 3 Ada Hiperglikemik 1259 1436 88 2 51 54 94 2 64 40 160 3 199 215 93 2 18 Kurang 182 Kurang Baik Baik Lebih Baik
Sn 27-Jan-87 65 Perempuan 1 Pendidikan Menengah 61 154 396 13 Ada Hiperglikemik 1095 1312 83 2 47 49 96 2 50 36 139 3 122 197 62 1 19 Kurang 127 Kurang Baik Baik Lebih Baik
Sl 17-May-78 44 Perempuan 4 Pendidikan Menengah 76 155 122 2 Ada Normal 1377 1411 98 2 52 53 98 2 32 39 82 2 210 211 100 2 22 Baik 351 Baik Baik Baik Baik Baik
Sh 21-Mar-72 50 Perempuan 1 Pendidikan Menengah 60 155 266 3 Ada Hiperglikemik 1379 1411 98 2 45 53 85 2 31 39 79 2 202 211 96 2 20 Baik 262 Kurang Baik Baik Baik Baik
N 11-Dec-62 59 Perempuan 1 Pendidikan Menengah 58 150 169 8 Ada Normal 1117 1282 87 2 31 48 65 1 28 36 78 1 167 192 87 2 22 Baik 358 Baik Baik Kurang Baik Baik
U 13-Nov-61 60 Perempuan 1 Pendidikan Menengah 62 150 290 7 Ada Hiperglikemik 1171 1215 96 2 37 46 80 2 33 34 97 2 193 182 106 3 14 Kurang 128 Kurang Baik Baik Baik Lebih
Mn 19-Mar-82 40 Perempuan 4 Pendidikan Menengah 64 152 141 1 Tidak Normal 1392 1334 104 2 40 50 80 2 42 37 114 3 192 200 96 2 23 Baik 371 Baik Baik Baik Lebih Baik
Ada.
Ms 27-Mar-57 65 Perempuan 1 Pendidikan Menengah 78 160 259 14 Ada Hiperglikemik 1503 1458 103 3 52 55 95 2 43 40 108 3 215 219 98 2 12 Kurang 298 Kurang Lebih Baik Lebih Baik
H 10-Oct-65 65 Perempuan 1 Pendidikan Menengah 62 143 307 16 Ada Hiperglikemik 945 1045 90 2 36 39 92 2 32 39 82 2 163 157 104 3 14 Kurang 308 Kurang Baik Baik Baik Lebih
L 21-Aug-70 51 Perempuan 4 Pendidikan Menengah 67 150 218 4 Tidak Hiperglikemik 1678 1411 119 3 37 53 70 1 27 39 69 1 176 211 83 2 13 Kurang 337 Kurang Lebih Kurang Baik Baik
Ada.
M 14-May-63 59 Laki-laki 5 Pendidikan Menengah 70 175 186 8 Ada Normal 1893 2308 82 2 52 87 60 1 77 64 120 3 257 346 74 1 20 Baik 321 Kurang Baik Kurang Lebih Baik
J 10-Jun-81 41 Perempuan 1 Pendidikan Menengah 54 156 265 2 Ada Hiperglikemik 1625 1436 113 3 41 54 76 1 31 40 78 2 245 215 114 3 17 Kurang 263 Kurang Lebih Kurang Baik Lebih
I 5-Jan-65 57 Laki-laki 5 Pendidikan Menengah 60 168 201 5 Tidak Hiperglikemik 2671 2267 118 3 74 85 87 2 55 63 87 2 284 340 84 2 14 Kurang 174 Kurang Lebih Baik Baik Baik
Ada.
D 11-Feb-78 44 Perempuan 1 Pendidikan Menengah 58 160 218 3 Tidak Hiperglikemik 1782 1539 116 3 79 58 136 3 37 43 86 2 209 231 90 2 18 Kurang 172 Kurang Lebih Baik Baik Baik
Ada.
M 12-Jan-59 63 Laki-laki 4 Pendidikan Menengah 70 168 226 16 Ada Hiperglikemik 1894 2148 88 2 63 81 78 1 89 60 148 3 287 322 89 2 12 Kurang 255 Kurang Baik Kurang Lebih Baik
TA 12-May-77 45 Perempuan 1 Pendidikan Menengah 45 150 192 3 Ada Normal 1147 1283 89 2 29 48 60 1 27 36 75 1 175 192 91 2 22 Baik 291 Kurang Baik Kurang Baik Baik
Jm 12-Jan-60 62 Laki-laki 5 Pendidikan Menengah 80 170 259 10 Ada Hiperglikemik 2194 2041 107 3 62 76 82 2 78 57 137 3 327 306 107 3 21 Baik 259 Kurang Lebih Baik Lebih Lebih
Hsn 11-Feb-58 64 Laki-laki 4 Pendidikan Dasar 61 168 212 14 Ada Hiperglikemik 1987 2148 93 2 68 81 84 2 48 60 80 2 358 322 111 3 19 Kurang 221 Kurang Baik Baik Baik Lebih
Hlm 12-Jan-57 65 Perempuan 5 Pendidikan Menengah 57 155 212 8 Ada Hiperglikemik 1503 1336 113 3 42 50 84 2 49 37 132 3 278 200 139 3 13 Kurang 287 Kurang Lebih Baik Lebih Lebih
R 14-Apr-67 65 Perempuan 1 Pendidikan Menengah 56 157 266 10 Ada Hiperglikemik 1652 1385 119 3 37 52 71 1 30 38 55 1 292 207 141 3 16 Kurang 167 Kurang Lebih Kurang Baik Lebih
Tidak
At 25-Jan-70 52 Laki-laki 5 Pendidikan Menengah 67 165 197 4 Ada. Normal 1981 2001 99 2 62 75 83 2 44 56 79 2 275 301 91 2 22 Baik 198 Kurang Baik Baik Baik Baik

Sp 19-May-71 51 Laki-laki 5 Pendidikan Menengah 70 173 217 1 Tidak Hiperglikemik 1669 2247 74 1 62 84 74 1 84 62 135 3 382 337 113 3 16 Kurang 154 Kurang Baik Kurang Lebih Lebih
Ada.
SA 12-Apr-62 61 Perempuan 1 Pendidikan Menengah 41 153 152 9 Ada Normal 1478 1288 115 2 35 56 63 1 75 41 183 3 201 223 90 2 18 Kurang 372 Baik Baik Kurang Lebih Baik
Rs 31-Dec-59 63 Laki-laki 4 Pendidikan Menengah 68 172 331 11 Ada Hiperglikemik 2691 2274 118 3 68 85 80 2 51 63 81 3 271 341 79 1 8 Kurang 335 Kurang Lebih Baik Lebih Baik
Sw 1-Jan-58 64 Laki-laki 3 Pendidikan Menengah 75 172 204 11 Ada Hiperglikemik 2516 2274 111 3 63 85 74 1 52 63 83 2 262 341 77 1 11 Kurang 294 Kurang Lebih Kurang Baik Baik
Sg 7-Jul-65 56 Laki-laki 2 Pendidikan Menengah 69 174 205 4 Tidak Hiperglikemik 1962 2278 86 2 69 85 81 2 49 63 78 1 292 342 85 2 14 Kurang 157 Kurang Baik Baik Baik Baik
Ada.
Sc 6-Feb-62 58 Laki-laki 5 Pendidikan Dasar 64 169 337 7 Ada Hiperglikemik 1892 2124 89 2 43 80 54 1 71 59 120 3 287 319 90 2 16 Kurang 277 Kurang Baik Kurang Lebih Baik
Nw 9-Apr-64 59 Perempuan 1 Pendidikan Menengah 62 158 252 11 Ada Hiperglikemik 1094 1448 76 1 65 56 116 3 68 41 166 3 186 223 83 2 23 Baik 368 Baik Baik Baik Lebih Baik
Tidak
HM 25-Sep-65 56 Perempuan 1 Pendidikan Menengah 62 157 159 5 Normal 1764 1462 121 3 40 55 73 1 67 41 163 3 198 219 90 2 17 Kurang 351 Baik Lebih Kurang Lebih Baik
Ada.
Y 27-Jul-62 60 Laki-laki 3 Pendidikan Menengah 81 175 350 13 Ada Hiperglikemik 2691 2187 123 3 92 82 112 3 43 61 70 1 373 328 114 3 20 Baik 367 Baik Lebih Baik Baik Lebih
N 31-Dec-59 62 Perempuan 1 Pendidikan Dasar 49 153 180 15 Ada Normal 1078 1288 84 2 34 48 71 1 58 36 161 3 169 193 88 2 18 Kurang 326 Kurang Baik Kurang Lebih Baik

70

Anda mungkin juga menyukai