Oleh :
M. ZIKRULLAH LADAKO
Nomor Induk Mahasiswa : PO.71.31.1.16.019
ii
PANITIA SIDANG UJIAN AKHIR PROGRAM (UAP)
“PENGARUH PEMBERIAN PUDING SIRSAK REBUSAN SELEDRI
TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT DARAH PADA PASIEN
HIPERURISEMIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SOSIAL”
M. ZIKRULLAH LADAKO
Nomor Induk : PO.71.31.1.16.019
Telah dipertahankan di depan Tim Penguji tanggal
21 April 2020
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima.
Susunan Tim Penguji
Ketua Penguji,
Muzakar, SST., M. PH
NIP. 196307011991031002
iii
PANITIA SIDANG UJIAN SKRIPSI
“PENGARUH PEMBERIAN PUDING SIRSAK REBUSAN SELEDRI
TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT DARAH PADA PASIEN
HIPERURISEMIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SOSIAL”
M. ZIKRULLAH LADAKO
Nomor Induk : PO.71.31.1.16.019
Telah dipertahankan di depan Tim Penguji tanggal
21 April 2020
Dan dinyatakan telah memenuhi syarat untuk diterima.
Susunan Tim Penguji
Ketua Penguji,
Muzakar, SST., M. PH
NIP. 196307011991031002
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Bismillahirrahmannirrahim
Dengan mengucap syukur kepada Allah SWT. karena telah melimpahkan berkah serta
Rahmat-Nya, dan Atas setiap ridho, kelancaran dan kemudahan dalam setiap langkahku.
Serta shalawat dan salam untuk junjunganku Nabi Muhammad SAW atas tauladannya.
Kupersembahkan karyaku ini kepada orang-orang hebat dalam hidupku :
Pembimbing skripsiku Bapak Muzakar, SST., M.PH dan Ibu Terati, SKM, M.Si yang
telah membimbing, memberi masukan serta motivasi dalam penyusunan skripsi ini.
Penguji skripsiku Ibu Susyani, S.SiT, M.Kes dan Bapak Sartono, SKM, M.Kes,
terimakasih atas semua ilmu dan saran dalam penyusunan skripsi ini.
Kepada seluruh dosen jurusan gizi yang telah memberikan seluruh ilmu.
Terima kasih Kak Dinda Merdeka Sari atas bimbingan dan sarannya.
Keluarga Sirosis (Kak Jhoni, Reza, dan Bagas) terima kasih atas bantuannya. Semoga
sukses selalu!!
v
ABSTRAK
M. ZIKRULLAH LADAKO
PENGARUH PEMBERIAN PUDING SIRSAK REBUSAN SELEDRI
TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT DARAH PADA
PASIEN HIPERURISEMIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SOSIAL
PALEMBANG
vi
ABSTRACT
M. ZIKRULLAH LADAKO
THE EFFECT OF NUTRITION CELERY STEW AND SOURSOP
PUDDING ON THE DECREASE IN BLOOD URIC ACID LEVELS IN
HYPERURICEMIA PATIENTS IN THE WORKING AREA OF
PUSKESMAS SOSIAL PALEMBANG.
vii
KATA PENGANTAR
viii
baik moril maupun spiritual dalam menyelesaikan skripsi ini Teman-
teman seangkatan yang saling mendoakan dan saling mendukung.
Dalam penulisan Skripsi ini, disadari sepenuhnya bahwa masih
banyak terdapat kekurangan dan kelemahan, baik dari segi penulisan
maupun materi. Untuk itu kritik dan saran dari Pembaca yang bersifat
membangun sangat Penulis harapkan guna dapat menyempurnakan
skripsi ini.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi Penulis khususnya dan Pembaca
pada umumnya.
Penulis
ix
DAFTAR ISI
BAB HALAMAN
ABSTRAK ......................................................................................... vi
ABSTRACT .......................................................................................vii
E. Manfaat Penelitian..................................................................... 6
A. Telaah Pustaka.......................................................................... 7
C. Kerangka Konsep.................................................................... 24
x
B. Jenis Penelitian dan Rancangan Penelitian ............................ 27
B. Hasil Penelitian........................................................................ 37
C. Pembahasan ........................................................................... 45
A. Kesimpulan.............................................................................. 52
B. Saran ....................................................................................... 53
LAMPIRAN....................................................................................... 58
xi
DAFTAR BAGAN
BAGAN HALAMAN
Kerangka Teori ............................................................................. 23
Kerangka Konsep .......................................................................... 24
Alur Penelitian ................................................................................ 35
xii
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
1.Kandungan Gizi Seledri .............................................................. 18
2.Kandungan Gizi Sirsak ............................................................... 22
3. Ketenagakerjaan Puskesmas Sosial Palembang ....................... 37
4. Distribusi Jumlah Penduduk....................................................... 38
5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin ....................... 38
6. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia ...................................... 39
7. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Gizi ............................ 40
8. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Aktifitas Fisik ........................ 41
9. Nilai Minimum dan Maksimum Kadar Asam Urat Kelompok
Perlakuan ................................................................................... 41
10. Nilai Minimum dan Maksimum Kadar Asam Urat Kelompok
Pembanding ............................................................................ 42
11. Uji Normalitas Asam Urat Kelompok Perlakuan ....................... 43
12. Uji Normalitas Asam Urat Kelompok Pembanding ................... 43
13. Uji Homogenitas Asam Urat ..................................................... 43
14. Rata – Rata Penurunan Kadar Asam Urat pada Kelompok
Perlakuan ................................................................................ 44
15. Rata – Rata Penurunan Kadar Asam Urat pada Kelompok
Pembanding ............................................................................ 45
16. Perbedaan Rata-Rata Kadar Asam Urat Pada Kelompok
Perlakuan dan Pembanding .................................................... 45
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN HALAMAN
1. Surat Pernyataan Menjadi Responden ...................................... 58
2. Identitas Responden .................................................................. 59
3. Pengukuran Asam Urat .............................................................. 60
4. Data Responden ........................................................................ 61
5. Output ........................................................................................ 63
xiv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gout adalah kegagalan metabolisme purin yang
menyebabkan meningkatnya konsentrasi asam urat di dalam darah
(hiperurisemia) (Damayanti, 2013). Meski gout bukan merupakan
penyakit yang mematikan, tetapi gout dapat sangat mengganggu
dan berbahaya. Nyeri yang timbul dapat mengganggu aktifitas
penderitanya (Herliana, 2013). Bahkan pada serangan gout yang
parah dapat mengakibatkan cacat tulang ditambah dengan adanya
komplikasi yang mencakup gangguan ginjal, jantung, hipertensi,
diabetes mellitus, stroke, osteoporosis, gangguan tenggorokan, dan
gangguan penglihatan (Sutanto, 2013).
World Health Organization (WHO) memperkirakan sekitar
335 juta orang di dunia mengidap penyakit gout (WHO, 2000).
Ketika seseorang telah mengalami hiperuresemia maka dapat
dikatakan pula seseorang tersebut mengalami gout artritis, yang
mana gout artritis merupakan salah satu penyakit rematik yang
menduduki urutan ketiga setelah rematoid artritis. Prevalensi
penyakit gout di negara maju pada populasi seperti di USA
diperkirakan 13.6/100000 penduduk (Sukarmin, 2015). Prevalensi
gout di negara berkembang seperti Cina dan Taiwan pun setiap
tahunnya semakin berkembang, sedangkan di Indonesia
diperkirakan hampir 80% penduduk yang berusia 40 tahun atau
lebih (Junaidi, 2013).
Menurut hasil penelitian Ariev dkk, (2013) lebih dari 1%
populasi orang dewasa di dunia adalah penderita gout. Data
National Health and Nutrition Examination Survey (NHANES)
menyatakan prevalensi penderita gout pada orang dewasa di
Amerika Serikat tahun 2007-2008 adalah 3,9% (8,3 juta orang).
1
Prevalensi antara laki-laki adalah 5,9% (6,1 juta orang) dan
perempuan adalah 2,0% (2,2 juta orang). Serta pada data Arthritis
Research UK (2013) angka kejadian gout sebesar 1,4% dari jumlah
orang dewasa di Inggris. Menurut data Centers for Disease Control
and Prevention (CDC) (2013), umumnya pada penderita asam urat
di usia kerja (18-64 tahun) sebesar 25%. Dan hasil penelitian
Syaiful dkk, (2017) pada pengaruh pemberian jus sirsak terhadap
penurunan kadar asam urat mendapatkan hasil selisih rata-rata
penurunan (µ1-µ2 = 0,8 mg/dl).
Di Indonesia, arthritis gout menduduki urutan kedua terbesar
setelah penyakit Osteoartritis. Hasil penelitian sebagian besar
penderita arthritis gout mengalami hiperurisemia, yaitu sebesar
65% (Alifiasari, 2011 dalam Pangesti, 2013). Prevelansi penyakit
Hiperurisemia berdasarkan diagnosis di Indonesia 11,9% dan
berdasarkan diagnosis gejala 24,7%. Prevelansi berdasarkan
diagnosis tertinggi di Bali 19,3%, di ikuti Aceh 18,3%, Jawa Barat
17,5%, dan Papua 15,4%. Prevelansi penyakit Hiperurisemia
berdasarkan diagnosis tertinggi di Nusa Tenggara Timur 33,1%,
diikuti jawa barat 32,1%. Sedangkan menurut Provinsi Sumatera
Selatan Hiperurisemia 15,6% (Riskesdas, 2013).
Prevelansi penyakit Hiperurisemia berdasarkan wawancara
yang di diagnosis meningkat seiring dengan bertambahnya umur.
Prevalansi tertinggi pada umur ≥75 tahun 33% dan 54,8%.
Prevalansi yang di diagnosis pada perempuan 13, 4% di banding
laki-laki 10,3%. Prevalensi penyakit sendi di Sumatera Selatan
berdasar diagnosis nakes 8,4% dan berdasar diagnosis atau gejala
15,6% (Riskesdas, 2013).
Penderita Hiperurisemia di Palembang pada tahun 2014
sebesar 62,4% (Dinkes Kota Palembang, 2014). Prevalensi
penderita Hiperurisemia di Puskesmas Sosial Palembang pada
tahun 2016 adalah 25,2% (Dinkes Kota Palembang, 2016).
2
Prevalensi penderita asam urat di Puskesmas Sosial Palembang
pada tahun 2019 sebanyak 22,8%.
Asam urat merupakan produk akhir dari katabolisme adenin
dan guanin yang berasal dari pemecahan nukleotida purin, baik
yang ada dari dalam tubuh maupun dari luar tubuh (makanan) yang
beredar di dalam darah dan kemudian dibuang melalui saluran
kemih (Sutanto, 2013). Sekitar 80-85% asam urat diproduksi sendiri
oleh tubuh (asam urat endogen), sedangkan sisanya berasal dari
makanan (asam urat eksogen) (Lingga, 2012). Secara medis kadar
asam urat normal pada pria berkisar 3,5–7 mg/dl dan pada
perempuan 2,6–6 mg/dl (Sandjaya, 2014). Dalam keadaan normal
asam urat dapat dikeluarkan melalui air seni (urin) dan keringat.
Pada kadar yang normal, asam urat tidak berbahaya. Bahkan, bisa
berfungsi sebagai antioksidan alami didalam plasma. Namun,
fungsi dari asam urat ini akan hilang dan berbahaya jika kadarnya
melebihi batas normal (hiperurisemia) (Herliana, 2013). Obat-
obatan farmakologi contohnya golongan salisilat dan golongan anti
inflamasi non steroid sebagai penurunan kadar asam urat dalam
darah lebih diandalkan dibandingkan non-farmakologi (Maryati et al,
2016).
Penatalaksanaan nonfarmakologi atau pengobatan
tradisional yang dapat menurunkan kadar asam urat dalam jangka
waktu panjang tidak menimbulkan efek samping yang berbahaya
yaitu salah satunya tumbuhan untuk menurunkan kadar asam urat
adalah daun seledri (As-Sayyid, 2013). Daun seledri biasa
digunakan oleh masyarakat sebagai penambah aroma masakan
dalam kehidupan sehari-hari. Daun seledri juga memiliki kandungan
yang kaya akan flavonoid, glikosida, kalsium, zat besi, fosfor, apiin,
apiol, vitamin A, B1 dan C.
Senyawa aktif yang terkandung pada seledri yaitu flavonoid
dan apiin sangat penting dalam pengobatan asam urat karena
3
flavonoid bekerja memotong jalur metabolisme purin, sedangkan
apiin bekerja sebagai diuretik yang berfungsi mengeluarkan purin
dari ginjal, sehingga kadar asam urat bisa menurun (Sakhaee,
2012).
Seledri memiliki bau aromatik, rasanya manis, sedikit pedas
dan sifatnya sejuk. Seledri bersifat tonik, memacu enzim
pencernaan (stomatik), menurunkan tekanan darah (hipotensif),
penghenti pendarahan (hemostatis), peluruh kencing (diuretik),
peluruh haid, peluruh kentut (karminatif), mengeluarkan asam urat
darah yang tinggi, pembersih darah dan memperbaiki fungsi
hormon yang terganggu (Dalimartha, 2005).
Sirsak atau nama lainnya nangka belanda atau durian
belanda (Annona muricata L.) adalah tumbuhan berguna yang
berasal dari Karibia, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Di
berbagai daerah Indonesia dikenal sebagai nangka sebrang,
nangka landa (Jawa), nangka walanda, sirsak (Sunda), nangka
buris, nangkelan (Madura), srikaya jawa (Bali), boh lôna (Aceh),
durio ulondro (Nias), durian betawi (Minangkabau), serta jambu
landa (di Lampung, “Nangko Belando” (Palembang). Kandungan
buah Sirsak tersusun atas 67% daging buah yang dapat dimakan,
20% kulit, 8,5% biji, dan 4% poros tengah buah, dari berat
keseluruhan buah.
Kandungan vitamin C dalam jus sirsak berfungsi sebagai
antioksidan yang dapat mengurangi terbentuknya asam urat
dengan menghambat produksi Enzim Xantin Oksidase. Selain
kandungan antioksidan, sirsak mengandung senyawa Alkaloid
Isquinolin yang berfungsi sebagai analgesik yang dapat meredakan
rasa nyeri akibat asam urat. Rasa asam pada sirsak berasal dari
dari asam malat, asam sitrat, dan asam isositrat. Kandungan asam
malat pada sirsak dapat melarutkan kristal asam urat sehingga
dapat dikeluarkan oleh tubuh. Selain itu, sirsak berfungsi sebagai
4
antiinflamasi. Kombinasi dari antiinflamasi dan analgetik dapat
mengobati Artritis Gout. Dengan demikian, jus sirsak sangat
baik dikonsumsi oleh penderita Artritis Gout (Noormindhawati,
2013).
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, dimana
angka prevalensi Hiperurisemia di Palembang masih tinggi yaitu
25,4%, sedangkan angka prevalensi Hiperurisemia Sumatera
Selatan yaitu 8,4%, maka peneliti ingin meneliti :
Bagaimana Pengaruh Pemberian Puding Sirsak Rebusan
Seledri Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Darah pada pasien
Hiperurisemia di wilayah kerja Puskesmas Sosial tahun 2019 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahui pengaruh pemberian Puding Sirsak Rebusan
Seledri terhadap penurunan kadar asam urat darah pada pasien
Hiperurisemia di wilayah kerja Puskesmas Sosial tahun 2019.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui karakteristik responden Hiperurisemia di wilayah
kerja Puskesmas Sosial tahun 2019.
b. Diketahui rata-rata kadar asam urat kelompok perlakuan dan
pembanding sebelum diberikan perlakuan.
c. Diketahui rata-rata kadar asam urat kelompok perlakuan dan
pembanding setelah diberikan perlakuan.
d. Diketahui perbedaan rata-rata penurunan kadar asam urat
pasien Hiperurisemia pada kelompok perlakuan dan
pembanding.
5
e. Diketahui pengaruh pemberian Puding Sirsak Rebusan
Seledri terhadap penurunan kadar asam urat darah pada
kelompok perlakuan dan pembanding.
D. Hipotesa Penelitian
Ada Pengaruh Pemberian Puding Puding Sirsak Rebusan
Seledri Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Darah pada pasien
Hiperurisemia di wilayah kerja Puskesmas Sosial tahun 2019.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi pengetahuan
baru dan wawasan penulis dalam menerapkan ilmu gizi klinik di
Politeknik Kesehatan Jurusan Gizi Palembang.
2. Bagi masyarakat
Penelitian ini diharapkan memberikan informasi tentang
kesehatan mengenai manfaat mengkonsumsi puding sirsak
rebusan seledri pada penderita hiperurisemia ke masyarakat.
3. Bagi instansi
Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu
pengetahuan dalam bidang gizi khususnya terapi non
farmakologi untuk dimanfaatkan sebagai sumber belajar.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Pustaka
1. Asam Urat
a. Definisi
Asam urat adalah penyakit di mana terjadi penumpukan
asam urat dalam tubuh secara berlebihan akibat produksi purin
yang meningkat sehingga, akibatnya pembuangannya melalui
ginjal menurun. Pemeriksaan kadar normal asam urat untuk
wanita adalah 2,6 – 6 mg/dl dan untuk pria 3,5 – 7 mg/dl. Asam
urat secara normal akan di keluarkan dalam tubuh melalui feses
dan urin, tetapi ginjal tidak mampu untuk mengeluarkan asam
urat, sehingga menyebabkan kadar asam urat meningkat di
dalam tubuh. Setiap orang memiliki asam urat di dalam tubuh,
karena pada setiap metabolisme normal dihasilkan asam urat
menurut Dhalimarta S (2008).
Asam urat merupakan produk akhir utama metabolisme
purin yang merupakan bentuk turunan nukleoprotein baik berasal
dari bahan makanan (eksogen) maupun dari hasil pemecahan
purin asam nukleat dalam tubuh (endogen) (Maruhashi dkk,
2013). Penyakit asam urat ditandai dengan serangan mendadak
dan berulang dari artritis yang terasa sangat nyeri karena adanya
endapan kristal monosodium asam urat, yang terkumpul di dalam
sendi sebagai akibat tingginya kadar asam urat di dalam darah
atau hiperurisemia. Senyawa asam urat memiliki sifat sukar larut
dan mudah mengendap jika kadarnya meningkat beberapa
miligram saja. Kelebihan kadar asam urat dalam darah
disebabkan oleh dua faktor yaitu kelebihan produksi asam urat
dalam tubuh dan penurunan ekskresi asam urat lewat urin.
Kurang lebih 75% penderita kelebihan asam urat terjadi akibat
7
kejadian asam urat dengan pengeluaran yang tidak sempurna
dapat disebabkan adanya gangguan ginjal, pengaruh beberapa
jenis penyakit dan obat seperti hipertensi dan gangguan
kardiovaskuler (Saraswati, 2009).
b. Etiologi
Etiologi hiperurisemia suatu proses metabolik yang dapat
menimbulkan manifestasi gout, dibedakan menjadi 2 yaitu
penyebab primer pada sebagian besar kasus, penyebab
sekunder (Nasrul, 2012):
1. Hiperurisemia primer
Penyebabnya kebanyakan belum diketahui
(idiopatik). Hal ini diduga berkaitan dengan kombinasi faktor
genetik dan faktor hormonal atau bisa juga diakibatkan
karena kurangnya pengeluaran asam urat didalam tubuh.
2. Hiperurisemia sekunder
Pada penyakit gout sekunder ini kadar asam urat
didalam darah meningkat karena produksi asam urat dalam
tubuh yang berlebihan, ekskresi asam urat yang menurun
atau karena perombakan dalam usus yang berkurang.
8
Penyakit asam urat / Arthritis Gout disebabkan oleh
adanya gangguan metabolisme pada purin. Gangguan yang
terjadi pada metabolisme purin menyebabkan penimbunan
sodium urat didalam dan diantara persendihan. Penyakit asam
urat di tandai dengan tingginya kadar asam urat dalam darah
(hiperurisemia). Untuk memastikan bahwa nyeri yang dialami
sebagai serangan asam urat, perlu lakukan pemeriksaan
laboratorium dengan mengukur kadar asam urat dalam darah.
Herliana (2013) mengatakan kadar asam urat normal pada laki-
laki dewasa 3,4-7,0 mg/dL dan pada perempuan dewasa 2,4-5-7
mg/dL.
9
1. Kelompok I
Kadar purin tinggi yaitu bahan makanan seperti
otak, hati, jantung, ginjal, jeroan, bebek, tahu tempe,
burung, kacang-kacangan, sarden, ikan kering, dan
ikan basah.
2. Kelompok II
Kadar purin sedang yaitu bahan makanan seperti
daging sapi, ikan, udang, bayam, daun singkong, kembang
kol, kangkung, dan buncis.
3. Kelompok III
Kadar purin rendah yaitu bahan makanan yang di
konsumsi setiap hari seperti nasi, singkong, jagung, roti,
mie, susu, telur, buah- buahan.
10
penyakit multifaktorial, sebagaimana juga penyakit diabetes
mellitus atau jantung karena penyakit ini melibatkan faktor
keturunan (gen) dan faktor lingkungan. Sekitar 18%
penderita asam urat memiliki riwayat penyakit yang sama
pada salah satu anggota keluarganya. Faktor keturunan
merupakan faktor risiko yang dapat memperbesar jika dipicu
oleh lingkungan (Noviyanti, 2015).
b. Kegemukan (Obesitas)
Obesitas menjadi salah satu faktor risiko penyakit
asam urat. Sebagian dari penderita asam urat adalah orang
yang kegemukan. Sebuah hasil penelitian menunjukkan
bahwa orang yang mengalami obesitas mempunyai
kecenderungan lebih tinggi terkena penyakit asam urat.
Meskipun tidak selalu, tetapi banyak penelitian menunjukkan
bahwa orang yang kelebihan berat badan pada umumnya
mengkonsumsi protein yang berlebihan. Data- data
penelitian juga menyebutkan bahwa penyakit asam urat
lebih banyak diderita pada seseorang yang memiliki berat
badan berlebih dan kadar kolesterol darahnya tinggi
dibandingkan dengan orang yang tidak memiliki kelainan
tersebut. Obesitas memicu peningkatan asam urat lewat
pola makan yang tidak seimbang. Asupan protein, lemak,
dan karbohidrat yang tidak seimbang menyebabkan
terjadinya penumpukan asam urat atau protein purin yang
lebih banyak dari kadar normal (Noviyanti, 2015).
c. Usia
Orang yang sudah lanjut usia rentan terkena penyakit.
Semakin menurunnya kekuatan fisik dan daya tahan tubuh
membuat mekanisme kerja organ tubuh menjadi terganggu
11
sehingga rentan terhadap serangan penyakit. Perubahan
terbesar yang terjadi pada usia lanjut adalah kehilangan
massa tubuhnya, termasuk tulang, otot, dan massa organ
tubuh, sedangkan massa lemak meningkat. Peningkatan
massa lemak dapat memicu resiko penyakit kardiovaskular,
diabetes melitus, hipertensi, dan penyakit degeneratif
lainnya termasuk asam urat (Fajarina, 2011). Pada usia
tersebut, enzim urikinase yang mengoksidasi asam urat
mudah dibuang dan menurun seiring dengan bertambah
tuanya umur seseorang. Jika pembentukan enzim ini
terganggu maka kadar asam urat darah menjadi naik (Andry
dkk., 2009).
d. Jenis kelamin
Umumnya yang sering terserang asam urat adalah
laki-laki, karena secara alami laki-laki memiliki kadar asam
urat di dalam darah yang lebih tinggi daripada perempuan
(Bangun, 2008). Selain karena perbedaan kadar asam urat,
alasan kenapa serangan penyakit asam urat lebih jarang
pada wanita adalah adanya hormone esterogen yang ikut
membantu pembuangan asam urat lewat urine (Noviyanti,
2015).
Pria tidak memiliki hormon estrogen yang tinggi,
sehingga asam urat sulit dieksresikan melalui urin dan dapat
menyebabkan resiko peningkatan kadar asam urat pada pria
lebih tinggi. Presentase kejadian gout pada wanita lebih
rendah daripada pria. Walaupun demikian kadar asam urat
pada wanita meningkat pada saat menopause (Abiyoga,
2017).
12
g. Gejala Klinis
Menurut Michael A. Charter (2014) gout memiliki 4
tahapan klinis, yaitu :
1. Stadium I, tidak ada gejala yang jelas. Keluhan umum,
sukar berkonsentrasi. Pada pemeriksaan darah ternyata
asam urat tinggi.
2. Stadium II, serangan-serangan arthritis pirai yang khas,
arthritis yang akut dan hebat, 90% lokasi di jari empu
(podagra), tetapi semua persendian dapat diserang,
kadang-kadang lebih dari satu sendi yang diserang
(migratory polyarthritis). Sendi tersebut menjadi bengkak
dalam beberapa jam, menjadi panas, merah, sangat
nyeri. Kemudian pembengkakan ini biasanya menjalar
ke sekitar sendi dan lebih menyolok dari pada arthritis
yang lain. Kadang- kadang terjadi efusi di sendi-sendi
besar. Tanpa terapi keluhan dapat berkurang sendiri
setelah 4 sampai 10 hari. Pembengkakan dan nyeri
berkurang, dan kulit mengupas sampai normal kembali.
3. Stadium III, pada stadium ini di antara serangan-
serangan arthritis akut, hanya terdapat waktu yang
pendek, yang disebut fase interkritis.
4. Stadium IV, pada stadium ini penderita terus menderita
arthritis yang kronis dan tophi sekitar sendi, juga pada
tulang rawan dari telinga. Akhirnya sendi-sendi dapat
rusak, mengalami destruksi yang dapat menyebabkan
cacat sendi.
13
Yaitu pengobatan menggunakan obat-obat kimia,
cara ini dapat dilakukan dalam jangka pendek maupun
jangka panjang. Pengobatan jangka pendek adalah
dengan pemberian obat anti nyeri yang bertujuan untuk
mengurangi rasa nyeri dan menghilangkan bengkak.
Obatnya yaitu Colchine, Diuretik, Allupurinol, dan
Kortikosteroid. Sedangkan pengobatan jangka panjang
dilakukan dengan pemberian obat yang berfungsi
menghambat xanthine oxidase.
2. Pengobatan Non Medis
Yaitu menjalankan pola hidup sehat yang
bertujuan untuk mencegah dan mengobati penyakit
asam urat. Cara ini dapat dilakukan melalui : diet
makanan, yaitu dengan mengurangi konsumsi makanan
tinggi purin dan disetai dengan pola hidup sehat dengan
cara melakukan olah raga secara teratur
(Wijayakusuma, 2007).
3. Pengobatan Herbal
Yaitu pengobatan dengan memanfaatkan
tanaman obat yang mempunyai khasiat anti inflamasi
seperti : kunyit, sambiloto dan daun sendok atau
tanaman obat yang mempunyai khasiat penghilang rasa
sakit (analgesik) seperti : sandiguri dan biji adas.
2. Daun Seledri
a. Definisi
Seledri (Apium graveolens L) adalah sayuran daun dan
tumbuhan obat yang biasa digunakan sebagai bumbu masakan.
Beberapa negara termasuk Jepang, Cina dan Korea
mempergunakan bagian tangkai daun sebagai bahan makanan.
Di Indonesia tumbuhan ini diperkenalkan oleh penjajah Belanda
14
dan digunakan daunnya untuk menyedapkan sup atau sebagai
lalap. Penggunaan seledri paling lengkap adalah di Eropa: daun,
tangkai daun, buah, dan umbinya semua dimanfaatkan (Volkov
2010).
Menurut Volkov (2010) dalam taksonomi tumbuhan,
seledri diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
b. Divisi : Magnoliophyta
c. Kelas : Magnoliopsida
d. Ordo : Apiales
e. Famili : Apiaceae
f. Genus : Apium
g. Spesies : A. graveolens
h. Nama binomial : Apium Graveolens L.
Seledri berasal dari daerah subtropik Eropa dan Asia,
dan merupakan tanaman dataran tinggi, yang biasanya
ditemukan pada ketinggian di atas 900 mdpl. Di daerah ini
seledri yang tumbuh memiliki tangkai daun yang menebal.
Untuk pertumbuhannya, seledri memerlukan cuaca yang
lembab. Seledri juga bisa ditanam di dataran rendah. Hanya
saja ukuran batangnya menjadi lebih kecil dan digunakan
sebagai penyedap masakan. Seledri terdiri dari tiga jenis yaitu
seledri daun, seledri potongan dan seledri berumbi
(Dalimartha, 2005).
Tanaman seledri tumbuh tegak, tinggi sekitar 50 cm
dengan bau aromatik yang khas. Batang persegi, beralur,
beruas, tidak berambut, bercabang banyak, berwarna hijau
pucat. Daun majemuk menyirip ganjil dengan anak daun 3-7
helai. Anak daun bertangkai yang panjangnya 1-2,7 cm,
helaian daun tipis dan rapuh, pangkal dan ujung runcing, tepi
beringgit, panjang 2-7,5 cm, lebar 2-5 cm, pertulangan
15
menyirip, berwarna hijau keputih-putihan. Bunga majemuk
berbentuk payung, 8-12 buah, kecil-kecil, berwarna putih,
mekar secara bertahap. Buahnya buah kotak, berbentuk
kerucut, panjang 1-1,5 mm, berwarna hijau kekuningan
(Dalimartha, 2005).
Seledri dipanen setelah berumur 6 minggu sejak
ditanam. Tangkai daun yang agak tua dipotong 1 cm di atas
pangkal daun. Daun muda dibiarkan tumbuh untuk dipanen
kemudian. Tangkai daunnya yang berdaging dan berair dapat
dimakan mentah sebagai lalap, sedangkan daunnya biasa
digunakan untuk penyedap sup. Jika seledri ditanam di daerah
tropik, ukuran batangnya kurang besar sehingga seluruh
bagian tanaman digunakan sebagai sayur. Seledri dapat
diperbanyak dengan biji (Dalimartha, 2005).
16
c. Seledri dalam Hubungannya dengan Penurunan Kadar
Asam Urat
Menurut penelitian Ika (2017), karakteristik kadar asam
urat sebelum diberikannya air rebusan seledri yaitu memiliki
kadar terendah yaitu 6,90 mg/dl dan tertinggi 13,80 mg/dl
sehingga mempunyai rerata 9,34 mg/dl. Sedangkan
karakteristik kadar asam urat responden setelah diberikannya
air rebusan seledri yaitu memiliki kadar terendah yaitu 5,70
mg/dl dan tertinggi 11,60 mg/dl sehingga mempunyai rerata
7,22 mg/dl.
17
Tabel 1
Kandungan Gizi Seledri dalam 100 gr
Kandungan Gizi Jumlah
Energi (Energy) 23 Kal
Protein (Protein) 1.0 g
Lemak (Fat) 0.1 g
Karbohidrat (CHO) 4.6 g
Serat (Fibre) 2.0 g
Vitamin C (Vit. C) 11 mg
Sumber : Tabel Komposisi Pangan Indonesia 2018
Tanaman seledri terdiri atas komponen metabolit
sekunder yang berhasil diisolasi di antaranya apiin dan
apigenin. Seledri diketahui memiliki antirematik, obat
penenang, diuretik ringan dan antiseptik pada saluran kemih.
Kemudian seledri juga dapat digunakan untuk radang sendi
dan rheumatoid. Selain itu, herbal seledri sering digunakan
sebagai obat peluruh keringat, penurun demam, rematik, sukar
tidur, dan darah tinggi, asam urat dan memperbaiki fungsi
darah yang terganggu yang berfungsi sebagai antiinflamasi.
Apigenin merupakan salah satu senyawa yang terdapat dalam
seledri dan dapat digunakan sebagai obat asam urat
(Kowalak, 2012).
18
Tanaman seledri terdiri atas komponen metabolit
sekunder yang berhasil diisolasi diantaranya apiin dan
apigenin. Senyawa aktif yang terkandung pada seledri yaitu
flavonoid dan apiin sangat penting dalam pengobatan asam
urat karena flavonoid bekerja memotong jalur metabolisme
purin, sedangkan apiin bekerja sebagai diuretik yang berfungsi
mengeluarkan purin dari ginjal, sehingga kadar asam urat bisa
menurun (Sakhaee, 2012).
e. Klasifikasi Seledri
Berdasarkan bentuk pohonnya, seledri diklasifikasikan
menjadi 3 kelompok yaitu :
1. Seledri daun (A. Graveolens L.var. secalinum Alef.)
yang batang dan daunnya relatif kecil, di panen
dengan cara di cabut bersama akarnya atau di potong
tangkainnya .
2. Seledri potong (A. Graveolens L.var sylvestre Alef.)
yang batang dan daunnya relatif besar, di panen
dengan cara memotong batangnya
3. Seledri berumbi (A. Graveolens L.var rapaceum Alef.)
yang batang dan daunnya relatif besar, di panen hanya
daunnya.
3. Sirsak
a. Definisi
Sirsak (Annona muricata Linn) adalah tumbuhan yang
berasal dari Karibia, Amerika Tengah dan Amerika Selatan. Di
berbagai daerah Indonesia dikenal sebagai nangka sebrang,
nangka landa (Jawa), nangka walanda, sirsak (Sunda), nangka
buris, nangkelan (Madura), srikaya jawa (Bali), boh lona
(Aceh), durio ulondro (Nias), durio betawi (Minangkabau),
19
jambu landa (Lampung), nangko belando (Palembang).
Penyebutan “Belanda” dan variasinya menunjukkan bahwa
sirsak dari bahasa Belanda : Zuurzak yang berarti kantung
asam, didatangkan oleh pemerintahan kolonial Hindia-Belanda
ke Nusantara yaitu pada abad ke-19 meskipun bukan berasal
dari Eropa. Seluruh bagian tanaman sirsak seperti buah,
daun, biji, dan batang dapat dimanfaatkan untuk kesehatan
karena mengandung antioksidan, antikanker, dan antivirus
(Wullur, dkk, 2012).
Tanaman ini ditanam secara komersial atau sambilan
untuk diambil daging buahnya, tumbuhan ini dapat tumbuh
disembarang tempat paling baik ditanam didaerah yang
cukup berair dan pada semua jenis tanah dengan derajat
keasaman (pH) antara 5-7 jadi tanah yang sesuai adalah tanah
yang agak asam sampai alkalis. Pohon sirsak bisa mencapai
tinggi 9 meter di Indonesia sirsak dapat tumbuh dengan baik
pada ketinggian100-1000 m dari permukaan laut. Suhu udara
yang sesuai untuk tanaman ini antara 22-32◦C dan curah hujan
yang dibutuhkan untuk tanaman sirsak ini adalah 1500-3000
mm/pertahun (Sunarjono,2005).
20
kandungan vitamin C sehingga sangat baik untuk
meningkatkan daya tahan tubuh. Kandungan vitamin C dalam
jus sirsak berfungsi sebagai antioksidan dan memiliki
kemampuan untuk menghambat produksi xantin oksidase.
Selain kandungan antioksidan, sirsak mengandung senyawa
Alkaloid Isquinolin yang berfungsi sebagai analgesik yang dapat
meredakan rasa nyeri akibat asam urat. Rasa asam pada sirsak
berasal dari dari asam malat, asam sitrat, dan asam isositrat.
Kandungan asam malat pada sirsak dapat melarutkan kristal
asam urat sehingga dapat dikeluarkan oleh tubuh. Selain itu, jus
sirsak berfungsi sebagai antiinflamasi. Kombinasi dari
antiinflamasi dan analgetik dapat mengobati Artritis Gout.
Dengan demikian, jus sirsak sangat baik dikonsumsi oleh
penderita Artritis Gout (Noormindhawati, 2013).
21
dominan pada buah sirsak adalah vitamin C, yaitu sekitar 20 mg
per 100 gram daging buah. Kebutuhan vitamin C per orang per
hari (yaitu 60 mg) telah dapat dipenuhi hanya dengan
mengonsumsi 300 gram daging buah sirsak. Mineral yang cukup
dominan adalah fosfor dan kalsium, masing-masing sebesar 27
dan 14 mg per 100 g. Selain komponen gizi, buah sirsak juga
sangat kaya akan komponen nongizi. Salah satu di antaranya
adalah mengandung banyak serat pangan (dietary fiber), yaitu
mencapai 3,3 g per 100 g daging buah.
Tabel 2
Kandungan Gizi Sirsak dalam 100 gr
Kandungan Gizi Jumlah
Energi (Energy) 65 Kal
Protein (Protein) 1.0 g
Lemak (Fat) 0.3 g
Karbohidrat (CHO) 16.3 g
Serat (Fibre) 3.2 g
Kalsium (Ca) 14 mg
Vitamin C (Vit. C) 20 mg
Sumber : Tabel Komposisi Pangan Indonesia 2018
22
B. Kerangka Teori
23
C. Kerangka Konsep
Pengaruh Puding Sirsak Rebusan Seledri Terhadap Kadar Asam Urat
Terhadap Penurunan Kadar Asam Urat Darah pada Pasien Hiperurisemia
di Wilayah Kerja Puskesmas Sosial
Puding Sirsak
Rebusan Seledri
Asupan :
Makanan yang mengandung
purin tinggi
D. Variabel Penelitian
Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai
beda terhadap sesuatu (benda, manusia, dan lain-lain) (Nursalam, 2016).
1. Variabel Independen (Variabel Bebas)
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pemberian Puding
Sirsak Rebusan Seledri.
2. Variabel Dependen (Variabel Terikat)
Variabel terikat pada penelitian ini adalah kadar asam urat.
3. Variabel Perancu
Variabel perancu pada penelitian ini adalah makanan yang
mengandung purin tinggi.
24
E. Definisi Operasional
1. Penderita Penyakit Hiperurisemia
Penderita Hiperurisemia adalah penderita yang memiliki kadar
asam urat > 7,0 mg/dl bagi laki-laki dan >6,0 mg/dl bagi perempuan.
25
NILAI GIZI PUDING SIRSAK REBUSAN SELEDRI
Bahan
Berat Energi protein Karbohidrat Lemak Vit. A Vit. C Serat
Makanan
g Kkal g G g µg mg g
26
BAB III
METODE PENELITIAN
2. Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian adalah
rancangan pretest-posttest dengan menggunakan kelompok
pembanding, skema sebagai berikut
Kelompok eksperimen : O1 - - - - - - - - - - X - - - - - - - - - - - - - O2
Pre test Perlakuan Post test
Kelompok pembanding: O3 - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - O4
Pre test Post test
Keterangan :
27
O1 = Kelompok eksperimen (pemeriksaan Kadar Asam Urat )
sebelum perlakuan.
O2 = Kelompok eksperimen (pemeriksaan Kadar Asam Urat)
setelah perlakuan.
O3 = Kelompok pembanding (pemeriksaan Kadar Asam Urat).
O4 = Kelompok pembanding (pemeriksaan Kadar Asam Urat).
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah semua pasien
penderita penyakit asam urat di Puskesmas Sosial
Palembang.
2. Sampel
Sampel penelitian ini adalah bagian dari populasi
yang dipilih berdasarkan kriteria inklusi yang ditetapkan.
Kriteria inklusi sampel yaitu:
a. Usia ≥ 18 tahun.
b. Laki-laki dan perempuan yang menderita
penyakit asam urat.
Laki-laki >7,0 mg/dl.
Perempuan >6,0 mg/dl
c. Mampu berkomunikasi dengan baik.
d. Bersedia menjadi sampel dalam penelitian.
e. Mendapatkan obat dari puskesmas
Kriteria Ekslusi sampel yaitu:
a. Tidak menderita penyakit saluran cerna.
b. Penderita dengan penyakit komplikasi gagal ginjal
dan gagal jantung.
28
c. Penderita penyakit diabetes mellitus.
3. Besar Sampel
n1=n2
Keterangan :
n : Besar sampel
: koefisien kepercayaan 95% (1,96)
Z1 – β : 0,842
µ1 : 7,66
µ2 : 6,86
(µ1- µ2) : 0,8 (rata-rata penurunan asam urat penelitian Syaiful
(2017).
29
D. Jenis Data dan Cara Pengambilan Data
1. Jenis Data
Cara pengumpulan data diperoleh dari:
a. Data primer
Data pemeriksaan kadar asam urat sebelum diberikan
perlakuan pada kelompok perlakuan dan
pembanding.
Data pemeriksaan kadar asam urat setelah diberikan
perlakuan pada kelompok perlakuan dan
pembanding.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dengan
cara mengutip laporan yang sudah ada, yang dijadikan
objek penelitian yang meliputi : nama, umur, jenis kelamin,
dan alamat sampel.
30
2. Autocheck untuk mengetahui kadar asam urat didalam
darah.
2. Analisis Data
Teknik analisa data yang digunakan dalam peneliti ini
adalah analisis statistik menggunakan program windows
2010, menurut Nursalam (2016), analisis statistik
inferensial bertujuan untuk mengetahui ada/tidaknya
pengaruh, perbedaan, hubungan antara sampel yang
diteliti pada taraf signifikan tertentu.
31
Peneliti menggunakan analisis inferensial untuk
mengetahui ada tidaknya pengaruh pemberian air
rebusan seledri terhadap penurunan kadar asam urat pada
lansia . Analisa data penelitian ini menggunakan :
a. Analisis Univariat
Analisa univariat adalah analisis yang digunakan
terhadap tiap variabel dari hasil penelitian (Notoatmodjo.
2012). Analisis ini digunakan untuk mendeskripsikan antara
pemberian air rebusan seledri terhadap perubahan kadar
asam urat. Sifat data secara umum dibedakan atas dua
macam yaitu data kategori berupa skala nominal dan
ordinal, data numerik berupa skala rasio dan interval. Pada
penelitian ini, peneliti menganalisa pengaruh pemberian
Puding Sirsak Rebusan Seledri terhadap perubahan kadar
asam urat. Semua karakteristik responden dalam
penelitian ini seperti : usia, jenis kelamin, dan pekerjaan
berbentuk kategori yang dianalisis menggunakan analisa
proporsi dalam tabel distribusi frekuensi.
b. Analisis Bivariat
Analisis bivariat adalah analisis yang dilakukan
terhadap dua variabel yang diduga berhubungan atau
berkorelasi (Notoatmojdo, 2012). Metode analisis statistik
yang digunakan adalah Uji Paired T-Test. Uji Paired T-
Test dilakukan karena data yang dikumpulkan dari dua
sampel yang saling berhubungan, artinya bahwa satu
sampel akan mempunyai dua data. Ada tidaknya
perbedaan yang bermakna sebelum dan sesudah dilakukan
intervensi dapat diketahui melalui dua cara. Cara ini
digunakan nilai probabilitas berdasarkan tingkat
32
kemaknaan 95% (alpha 0,05). Dikatakan ada perbedaan
bermakna sebelum dan sesudah perlakuan bila p≤0,05
maka H0 ditolak dan jika p ≥0,05 maka H0 diterima
(Sopiyudin, 2014).
Beberapa syarat penggunaan dependen t-test :
a. Data berdistribusi normal
b. Data berskala numerik
c. Kedua kelompok dipilih secara non random (dipasangkan
/ matching)
Jika data pada penelitian tidak memenuhi atau
tidak berdistribusi normal maka alternatif uji yang bisa
dilakukan adalah Uji Wilcoxon Signed Rank Test. Sedangkan
jika hasil uji t-test dependent antara kelompok perlakuan dan
pembanding memiliki nilai p <0,05 sama-sama bermakna,
maka dilanjutkan dengan uji t-independent.
2. Cara Pembuatan
a. Rebus seledri menggunakan air 200 ml dan ambil air
nya sebanyak 100 ml.
b. Blender buah sirsak dengan air rebusan seledri.
c. Kemudian masukkan agar-agar (plain) dan gula pasir.
d. Kemudian masak menggunakan api kecil.
e. Angkat. Lalu dinginkan.
33
H. Alur Penelitian
Pengaruh Pemberian Puding Sirsak Rebusan Seledri Terhadap
Penurunan Kadar Asam Urat Darah Pada Pasien Hiperurisemia Di
Wilayah Kerja Puskesmas Sosial.
Pengambilan Data Penderita Penyakit Asam Urat
dari Buku Catatan Pengunjung Puskesmas Sosial
Palembang
Pengambilan Sampel
Tidak Ya
Perlakuan Pembanding
Pemeriksaan
Kadar Asam Urat
Darah Sesudah
Perlakuan 34
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
35
2. Letak Geografi Puskesmas Sosial
Puskesmas Sosial terletak di wilayah kerja
Kecamatan Sukarami Kota Palembang, beralamat di Jl. H.
Sanusi Lr. Mekar I Kelurahan Sukabangun Kecamatan
Sukarami. Akses menuju ke Puskesmas Sosial dapat
ditempuh dengan mobil ataupun sepeda motor pribadi.
Batas wilayah kerja Puskesmas Sosial :
- Sebelah Utara berbatasan dengan Jalan Kol. H. Burlian
- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kelurahan
Sukamaju Kenten
- Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan
Sukabangun
- Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Sukarami
3. Ketenagakerjaan Puskesmas Sosial
Tabel 3
Ketenagakerjaan Puskesmas Sosial Palembang
Berdasarkan Pendidikan Terakhir
Per Desember Tahun 2019
36
4. Demografi Puskesmas Sosial
Tabel 4
Distribusi Jumlah Penduduk Dalam Wilayah Kerja Puskesmas Sosial
Tahun 2019
Nama Kelurahan Jumlah
No. Deskripsi
Sukabangun Sukajaya Total
1. Jumlah Penduduk Laki-laki 9062 23115 32177
2. Jumlah Penduduk Perempuan 9115 22665 31780
3. Jumlah Kepala Keluarga 5635 12302 17937
4. Jumlah Ibu Hamil 345 870 1215
5. Jumlah Ibu Bersalin (Bulin) 331 833 1164
Sumber : Profil Kesehatan Puskesmas Sosial (2019)
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Responden
a. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis
Kelamin
Hasil analisis data jenis kelamin responden diketahui
bahwa jenis kelamin laki – laki sebanyak 9 orang (26,5%)
dan perempuan sebanyak 25 orang (73,5%). Total
responden pada penelitian ini adalah 34 orang terbagi
menjadi kelompok perlakuan dan pembanding yang berasal
dari pasien yang berada diwilayah kerja Puskesmas Sosial
Palembang.
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin
Penderita Asam Urat Di Puskesmas Sosial Palembang
Kelompok
Jenis Kelamin Perlakuan Pembanding
n % n %
Laki – laki 6 35,3 3 17,6
Perempuan 11 64,7 14 82,4
Total 17 100 17 100
37
Berdasarkan hasil pada tabel 5 dapat diketahui
bahwa distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis
kelamin baik pada kelompok perlakuan maupun kelompok
Pembanding adalah sebagian besarnya perempuan yaitu
kelompok perlakuan 11 orang (64,7%) dan kelompok
Pembanding 14 orang (82,4%)
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Usia Penderita Asam
Urat Di Puskesmas Sosial Palembang
Kelompok
Usia Perlakuan Pembanding
n % n %
30-49 2 11,8 4 23,5
50-64 9 52,9 8 47,1
65-80 6 35,3 5 29,4
Total 17 100 17 100
38
c. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi
Hasil analisis status gizi responden diketahui bahwa
status gizi normal sebanyak 16 orang (47,1%), status gizi
overweight sebanyak 6 orang (17,6%), dan status gizi obesitas
sebanyak 12 orang (35,3%). Total responden pada penelitian ini
adalah 34 orang terbagi menjadi kelompok perlakuan dan
Pembanding yang berasal dari pasien yang berada diwilayah
kerja Puskesmas Sosial Palembang.
Tabel 7
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi Penderita
Asam Urat Di Puskesmas Sosial Palembang
Kelompok
Status Gizi Perlakuan Pembanding
n % n %
Normal 5 29,4 11 64,7
Overweight 5 29,4 1 5,9
Obesitas 7 41,2 5 29,4
Total 17 100 17 100
39
Tabel 8
Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Aktifitas Fisik
Penderita Asam Urat Di Puskesmas Sosial Palembang
Kelompok
Aktifitas Fisik Perlakuan Pembanding
n % n %
Sedang 10 58,8 12 70,6
Berat 7 41,2 5 29,4
Total 17 100 17 100
2. Analisis Univariat
a. Nilai Minimum dan Maksimum Kadar Asam Urat Awal dan
Akhir pada Kelompok Perlakuan
Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan,
diperoleh nilai minimun dan maksimum Kadar Asam Urat
awal dan akhir pada kelompok perlakuan, seperti yang
terlihat dari pada tabel 9 berikut.
Tabel 9
Nilai Minimum dan Maksimum Kadar Asam Urat Awal dan Akhir
pada Kelompok Perlakuan
Rata-
Asam Urat Minimum Maksimum SD
rata
Sebelum 6,5 8,6 0,671 7,3
Sesudah 5,9 8,2 0,734 6,7
40
rata 7,3 mg/dL. Sedangkan setelah intervensi, Asam Urat
terendah 5,9 mg/dL dan tertinggi 8,2 mg/dL dengan standar
deviasi 0,734 dan rata-rata 6,7 mg/dL.
Rata-
Asam Urat Minimum Maksimum SD
rata
Sebelum 6 7,5 0,493 6,59
Sesudah 5,8 7,2 0,459 6,35
3. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui pengaruh
pemberian Puding Sirsak Rebusan Seledri terhadap penurunan
kadar asam urat terhadap penderita asam urat di wilayah kerja
Puskesmas Sosial.
41
a. Uji Normalitas Asam Urat
Tabel 11
Uji Normalitas Asam Urat Kelompok Perlakuan
Jenis p
Asam Urat Sebelum 0.064
Asam Urat Sesudah 0.200
Jenis p
Asam Urat Sebelum 0.143
Asam Urat Sesudah 0.177
Tabel 13
Uji Homogenitas Asam Urat
Jenis p
Asam Urat Sebelum 0.359
Asam Urat Sesudah 0.342
42
b. Pengaruh Pemberian Puding Sirsak Rebusan Seledri Terhadap
Penurunan Kadar Asam Urat
1. Kelompok Perlakuan
Pasien yang menjadi responden dalam kelompok perlakuan
ini sebanyak 17 orang, yang mendapatkan perlakuan pemberian
puding sirsak rebusan seledri terhadap penurunan kadar asam
urat dan obat anti asam urat selama 7 hari berturut-turut. Untuk
menjawab hipotesis peneliti melakukan uji t-dependen pada rata-
rata selisih penurunan kadar asam urat pada kelompok perlakuan.
Tabel 14
Rata – Rata Penurunan Kadar Asam Urat pada Kelompok
Perlakuan
2. Kelompok Pembanding
Pasien yang menjadi responden dalam kelompok
pembanding ini sebanyak 17 orang, yang mendapatkan perlakuan
pemberian flacebo puding sirup leci terhadap penurunan kadar
asam urat dan obat anti asam urat selama 7 hari berturut-turut.
Untuk menjawab hipotesis peneliti melakukan uji t-dependen pada
43
rata-rata selisih penurunan kadar asam urat pada kelompok
pembanding.
Tabel 15
Rata – Rata Penurunan Kadar Asam Urat pada Kelompok
Pembanding
Mean
Mean awal
Pemeriksaan akhir ± t p
± SD
SD
Kadar Asam Urat 6,59 ± 6,35 ±
4,093 0,001
Pembanding 0,493 0,459
Kelompok n Mean ± SD p t
Perlakuan 17 6,78 ± 0,768
0.044 2,099
Pembanding 17 6,32 ± 0,471
44
Hasil uji statistik (Uji t-independen) didapatkan nilai p value <
0,05 yang artinya ada perbedaan antara rata – rata kadar asam
urat perlakuan dan Pembanding.
C. Pembahasan
1. Jenis Kelamin
Berdasarkan hasil pada tabel 5 dapat diketahui bahwa
distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin baik
pada kelompok perlakuan maupun kelompok Pembanding adalah
sebagian besarnya perempuan yaitu kelompok perlakuan 11
orang (64,7%) dan kelompok Pembanding 14 orang (82,4%)
Berdasarkan teori, pada wanita yang belum menopause
maka kadar hormon estrogen cukup tinggi, hormon ini membantu
mengeluarkan asam urat darah melalui urin sehingga kadar asam
urat wanita yang belum menopause pada umumnya normal
(Kertia, 2009).
Lain halnya, pada wanita menopause kadar hormon
estrogen mulai menurun. Ini sejalan dengan penelitian Untari
(2017) yang mengatakan jenis kelamin pada lansia yang
mengalami peningkatan asam urat secara umum adalah laki-laki,
namun pada wanita lebih punya risiko lebih tinggi dari
sebelumnya.
Hasil penelitian kadar asam urat tinggi lebih banyak
ditemukan pada perempuan hal ini disebabkan pada laki-laki tidak
memiliki hormon estrogen, sedangkan pada perempuan memiliki
hormon estrogen yang berfungsi sebagai uricosuric agent, yaitu
suatu bahan kimia yang berfungsi membantu eksresi asam urat
lewat ginjal (Setyoningsih, 2009). Mekanisme uricosuric agent
dalam eksresi asam urat adalah menghambat URAT1 (urate
trasporter-1) dari lumen ke sel tubular proksimal pada saat
45
pengaturan keseimbangan cairan elektrolit (Elisabet dan Choi,
2008).
2. Usia
Berdasarkan hasil tabel 6 dapat diketahui bahwa distribusi
frekuensi responden berdasarkan usia baik dari kelompok
perlakuan maupun kelompok Pembanding adalah sebagian besar
dari usia 50-64 tahun yaitu kelompok perlakuan 9 orang (52,9%)
dan kelompok pembanding 8 orang (47,1%).
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian (Widyanto,
2009). Perkembangan penyakit artritis gout sebelum usia 30 tahun
lebih banyak terjadi pada pria dibandingkan wanita. Namun angka
kejadian artritis gout menjadi sama antara kedua jenis kelamin
setelah usia 60 tahun. Prevalensi artritis gout pada pria meningkat
dengan bertambahnya usia dan mencapai puncak antara usia 75
dan 84 tahun. Umur pada lansia ikut mempengaruhi kejadian
penyakit asam urat (Ticinesi, 2017).
Banyak sekali faktor predisposisi yang menyebabkan gout
dapat terjadi pada usia muda. Kurangnya mengkonsumsi air putih
serta kurangnya keluaran urin dapat menimbulkan penumpukan
asam urat yang dapat mengganggu metabolisme dalam ginjal.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sipayung
(2014) menyatakan bahwa gout sangat mungkin terjadi pada usia
muda yang di pengaruhi oleh beberapa faktor. Namun dampak
dan gejalanya sendiri belum terlihat dini. Akibat peningkatan asam
urat yang berkepanjangan dapat menyebabkan gout atau pirai
belum dirasakan meskipun sudah terjadi peningkatan kadar asam
urat.
Pada penelitian Nurjaknah (2015) juga mengatakan bahwa
rata-rata 90% penderita yang mengalami asam urat diatas normal
adalah usia 30-50 tahun kenaikan kadar asam urat yang terjadi
46
karena penurunan fungsi ginjal dalam proses ekskresi sisa
metabolisme dalam tubuh yang ditandai dengan kadar ureum dan
kreatinin yang tinggi. Penurunan fungsi ginjal yang terjadi
mengakibatkan asam urat meningkat dari nilai normal.
3. Status Gizi
Berdasarkan hasil tabel 7 dapat diketahui bahwa distribusi
frekuensi responden berdasarkan status gizi dari kelompok
perlakuan sebagian mempunyai status gizi obesitas sebanyak 7
orang (41,2%) dan pada kelompok Pembanding adalah sebagian
besar normal sebanyak 11 orang (64,7%).
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Setyoningsih (2009)
pada pasien rawat jalan RSUP Dr. Kariadi Semarang yang
menyatakan bahwa ada hubungan antara IMT dengan kejadian
hiperurisemia.
Selain itu didukung juga oleh penelitian yang dilakukan oleh
Budianti (2008) mengenai status gizi dan riwayat kesehatan
sebagai determinan hiperurisemia, yang menyatakan bahwa ada
hubungan antara indeks massa tubuh dengan kadar asam urat
darah. Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi IMT seseorang
maka semakin tinggi risiko hiperurisemia. Semakin tinggi IMT
maka semakin tinggi risiko menderita obesitas. Obesitas
merupakan salah satu faktor risiko terjadinya gout. Hal ini diduga
karena terjadi peningkatan kadar leptin, yaitu zat yang berfungsi
meregulasi konsentrasi asam urat dalam darah, sehingga memicu
terjadinya hiperurisemia (Budianti, 2008). Pada penelitian yang
dilakukan oleh Yao Hua (2007) dalam Purwaningsih (2009), yang
mengatakan bahwa penderita hiperurisemia dengan IMT ≥
25kg/m2 mempunyai risiko 3,1 kali lipat terhadap hiperurisemia
dibandingkan dengan penderita yang memiliki IMT < 25 kg/m2.
47
4. Aktifitas Fisik
Berdasarkan hasil tabel 8 dapat diketahui bahwa distribusi
frekuensi responden berdasarkan aktifitas fisik baik dari kelompok
perlakuan maupun kelompok Pembanding adalah sebagian besar
aktifitas fisik sedang yaitu kelompok perlakuan 10 orang (58,8%)
dan kelompok Pembanding 12 orang (70,6%).
Penelitian yang dilakukan oleh Nishida dkk (2011)
menyebutkan bahwa aktivitas fisik sedang memiliki hubungan
yang bermakna dengan kadar asam urat yang rendah pada
populasi laki-laki dengan obesitas. Sedangkan berbeda dengan
hasil penelitian eksperimental yang dilakukan oleh Beavers dkk
(2014) yang menyebutkan bahwa subjek dengan intervensi
aktivitas fisik sedang selama 12 bulan memiliki risiko peningkatan
asam urat 4,8% (0,24 mg/dl) jika dibandingkan dengan subjek
tanpa intervensi aktivitas fisik. Lain lagi halnya dengan Paul T
William (2008) yang melakukan penelitian pada pelari nasional
yang memiliki intensitas aktivitas fisik tinggi memiliki risiko 50%
sampai 65% lebih rendah untuk terkena penyakit gout.
48
kelompok perlakuan sebelum intervensi adalah 7,3 mg/dL dan
setelah di intervensi adalah 6,7 mg/dL. Selisih penurunan kadar
asam urat pada penderita hiperurisemia kelompok perlakuan
adalah 0,6 mg/dL.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Sari dkk (2018)
menunjukkan besarnya mean atau rata-rata kadar asam urat
responden pada kelompok intervensi sesudah diberikan jus
sirsak yaitu 5,680 mg/dl.
Selain itu hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Kusumawati (2016) yaitu tentang pengaruh
pemberian jus sirsak terhadap kadar asam urat pada penderita
Hiperurisemia di Dusun Semarangan Sidokarto Godean
Sleman Yogyakarta dimana rata-rata kadar kelompok intervensi
setelah diberikan jus sirsak yaitu 6,0 mg/dl dan rata-rata kadar
asam urat responden pada kelompok Pembanding yaitu 8,47
mg/dl.
Dan penelitian lainnya yang mendukung penelitian ini
adalah hasil penelitian yang dilakukan oleh Ika dkk (2018)
menunjukkan p value=0.001 yang disimpulkan bahwa terdapat
pengaruh pemberian rebusan daun seledri terhadap asam urat
pada pasien dengan gout yang memiliki rata-rata penurunan
kadar asam urat sebesar 2,15 mg/dL
b. Kelompok Pembanding
Pengaruh pemberian puding sirup leci terhadap
penurunan kadar asam urat pada kelompok pembanding
dianalisis dengan uji t-dependent. Hasil uji statistik ( uji t-
dependent) didapatkan nilai p-value < 0.05 (p = 0,001)
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian
puding sirup leci terhadap penurunan kadar asam urat.
49
Dapat dilihat pada tabel 15 yang menunjukkan bahwa
rata-rata kadar asam urat penderita hiperurisemia pada
kelompok pembanding sebelum intervensi adalah 6,59 mg/dL
dan setelah di intervensi adalah 6,35 mg/dL. Selisih penurunan
kadar asam urat pada penderita hiperurisemia kelompok
perlakuan adalah 0,24 mg/dL. Penurunan ini dapat disebabkan
karena pemberian obat anti asam urat.
50
meningkatkan eksresi urin sehingga asam urat dapat luruh
bersamaan dengan urin.
Penelitian Lukman dkk (2013) menyebutkan bahwa
aktivitas hipourisemik pada seledri diduga memiliki kandungan
senyawa aktif antara lain yang telah diketahui yaitu flavonoid
dan 3-n butilphthalide (3nB). Senyawa tersebut bisa
menghambat pembentukan asam urat dengan cara
menghambat enzim xantin oksidase sehingga kadar asam urat
dalam serum akan menurun.
Penelitian yang dilakukan sebelumnya oleh Darmalita
(2006) dalam Ika (2018) mengenai penggunakan seledri
terhadap penurunan kadar asam urat menjadi dasar
pengaplikasian seledri sebagai alternatif dalam menurunkan
kadar asam urat secara alami. Hasil yang didapatkan dan
belum ditemukannya efek samping yang berbahaya dari
mengkonsumsi air rebusan seledri menjelaskan bahwa air
rebusan seledri dapat dijadikan sebagai terapi pengganti obat
farmakologi. Sehingga dapat meminimalkan efek samping obat
farmakologi yang dikonsumsi secara terus-menerus.
Terapi puding sirsak rebusan seledri dapat dipilih
menjadi salah satu alternatif pengobatan untuk menurunkan
kadar asam urat secara alami, lebih aman dan terjangkau.
Selain itu responden mengkonsumsi obat dan mengatur pola
makan dengan mengurangi makanan yang mengandung tinggi
purin.
51
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap
pasien hiperurisemia di Puskesmas Sosial Palembang dapat
diambil kesimpulan sebagai berikut:
1. Sebagian besar sampel berjenis kelamin perempuan sebanyak
25 orang (73,5%).
2. Sebagian besar sampel berusia 50 – 64 tahun sebanyak 17
orang (50%).
3. Sebagian besar sampel memiliki status gizi normal 16 orang
(47,1%) dan status gizi obesitas sebanyak 12 orang (35,3%).
4. Sebagian besar sampel memiliki aktifitas sedang sebanyak 22
orang (64,7%).
5. Rata-rata kadar asam urat penderita hiperurisemia pada
kelompok perlakuan sebelum intervensi adalah 7,3 mg/dL dan
setelah di intervensi adalah 6,7 mg/dL. Selisih penurunan kadar
asam urat pada penderita hiperurisemia kelompok perlakuan
adalah 0,6 mg/dL.
6. Pengaruh pemberian puding sirsak rebusan seledri terhadap
penurunan kadar asam urat pada kelompok perlakuan dianalisis
dengan uji t-dependent. Hasil uji statistik ( uji t-dependent)
didapatkan p-value < 0.05 (p=0,000) sehingga dapat
disimpulkan bahwa ada pengaruh pemberian puding sirsak
rebusan seledri terhadap penurunan kadar asam urat.
7. Pengaruh pemberian puding sirsak rebusan seledri terhadap
penurunan kadar asam urat pada kelompok perlakuan dianalisis
dengan uji t-independent. Hasil uji statistik yang didapatkan p-
value =0.044 berarti alpha 5% terlihat ada perbandingan yang
signifikan rata-rata kadar asam urat kelompok perlakuan yang
52
diberikan puding sirsak rebusan seledri dan kelompok
pembanding yang diberikan flacebo puding sirup leci.
B. Saran
1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan informasi atau
literature dalam perkuliahan berbasis bukti ilmiah. Terapi
dengan cara mengkonsumsi puding sirsak rebusan seledri
untuk menurunkan kadar asam urat ini dapat dijadikan
tambahan informasi bagi masyarakat dalam memberikan terapi
non farmakologi dan pemanfaatan buah sirsak dan tanaman
seledri terhadap kadar asam urat pada penderita gout.
53
DAFTAR PUSTAKA
Centers for Disease Control and Prevention MMWR. 2013. About Arthritis
Disabilities and Limitations, Proportion of Arthritis-Attributable
Work Limitation Among Adults With Arthritis.
Available:http://www.cdc.gov/arthritis/data_statistics/disabilities-
limitations.html (diakses 3 Januari 2019).
Dalimartha, S., 2008. Resep Tumbuhan Obat Untuk Asam Urat, Jakarta :
Penebar Swadaya.
54
Elisabeth H dan Choi, Hyon K. 2008. Menopause Postmenopausal
Hormone Use Serum Uric Acid Levels in US Women The Third
National Health and Nutrition Examination Survey. Arthritis
Research and Therapy. 2008;10:R116.
Herliana, Ersi. 2013. Penyakit Asam Urat Kandas Berkat Herbal. Jakarta
: F Media (Imprint AgroMedia Pustaka).
Junaidi. 2013. Rematik dan Asam Urat. Jakarta: Bhuana Ilmu Populer.
Kowalak, Jennifer P.,William Welsh & Brenna Mayer. 2012. Buku Ajar
Patofisiologi. Jakarta: EGC
Lingga, Lanny. 2012. Bebas Penyakit Asam Urat Tanpa Obat. Jakarta:
PT. AgroMedia Pustaka.
55
Noormindhawati, L. 2013. Jus Sakti Tumpas Penyakit Asam Urat.
Bandung : Pustaka Makmur.
Sari, Indah Komala, dkk. 2018. Pengaruh Jus Sirsak Terhadap Kadar
Asam Urat Pada Penderita Artritis Gout. Padang: STIKES Syedza
Saintika.
56
Sipayung. EZ.. Sarah. M. Warouw.Jeanette. I.Ch. Manoppo. 2014.
Hubungan Obesitas dengan Peningkatan Asam Urat pada Remaja
di Sekolah Menengah Pertama. Jurnal Ilmu Keperawatan Volume 4
Nomor 3. Faculty of Medicine. University of Manado.
Wibowo, ZS, 2009. 100 Question and Answer Asam Urat, Jakarta : Elex
Media Komputindo
57
LAMPIRAN
n=
n = 17,1 sampel
Keterangan :
n : Besar sampel
: koefisien kepercayaan 95% (1,96)
Z1 – β : 0,842
µ1 : 7,66
µ2 : 6,86
(µ1- µ2) : 0,8 (rata-rata penurunan asam urat penelitian Syaiful
(2017).
Berdasarkan perhitungan rumus diatas maka sampel minimal
dalam penelitian ini sebanyak 17 orang.
58
SURAT PERNYATAAN BERSEDIA MENJADI RESPONDEN PENGARUH
PEMBERIAN PUDING SIRSAK REBUSAN SELEDRI TERHADAP
PENURUNAN KADAR ASAM URAT DARAH PADA PASIEN HIPERURISEMIA
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SOSIAL
Kode Responden
Nama :....................................................................
Umur :....................................................................
Alamat :....................................................................
Pekerjaan :....................................................................
Peserta/wali
(..............................)
59
IDENTITAS RESPONDEN
PENGARUH PEMBERIAN PUDING SIRSAK REBUSAN
SELEDRI TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT DARAH
PADA PASIEN HIPERURISEMIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SOSIAL
IDENTITAS RESPONDEN
a. Nama : .....................
b. Tanggal Lahir : .....................
c. Usia : .....................
d. Pendidikan : .....................
e. Alamat : .....................
f. No.Telp/Hp : .....................
g. Berat badan : .....................
h. Tinggi badan : .....................
60
PENGUKURAN KADAR ASAM URAT DARAH
PENGARUH PEMBERIAN PUDING SIRSAK REBUSAN
SELEDRI TERHADAP PENURUNAN KADAR ASAM URAT DARAH
PADA PASIEN HIPERURISEMIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SOSIAL
61
DATA RESPONDEN
Jenis
No Nama Kelamin Umur Pekerjaan TB BB IMT Kelompok Pre post
1 Sutrisno Laki-Laki 57 Swasta 167 64 22,9 Perlakuan 8,6 7,7
2 Tatik lasmirah Perempuan 55 IRT 150 67 29,8 Perlakuan 6,5 5,9
3 A. Rahman Laki-Laki 70 Swasta 162 72 27,4 Perlakuan 8,1 7,3
4 Muryati Perempuan 65 IRT 140 58 29,6 Perlakuan 7,7 7
5 Armidah Perempuan 61 IRT 158 65 26,0 Perlakuan 7,7 8,2
6 Thamrin Laki-Laki 65 Swasta 170 65 22,5 Perlakuan 7,4 8
7 Azim Laki-Laki 65 Swasta 157 65 26,4 Perlakuan 8 7,2
8 Eni Perempuan 54 Swasta 161 78 30,1 Perlakuan 8,1 7,5
9 Anang Laki-Laki 48 Swasta 150 60 26,7 Perlakuan 7 6,5
10 Asmawati Perempuan 65 IRT 150 50 22,2 Perlakuan 7 6,4
11 Sri Martuti Perempuan 55 IRT 161 67 25,8 Perlakuan 6,5 5,9
12 Hermanto Laki-Laki 51 Swasta 155 73 30,4 Perlakuan 7,8 7
13 Nurbaiti Perempuan 60 IRT 141 51 25,7 Perlakuan 6,8 6,2
14 Temo Eni Perempuan 78 IRT 161 78 30,1 Perlakuan 7 6,5
15 Siti Aminah Perempuan 61 IRT 147 48 22,2 Perlakuan 6,6 6
16 Jamiyah Perempuan 64 IRT 158 71 28,4 Perlakuan 6,8 6,1
17 Tuti Perempuan 49 IRT 164 63 23,4 Perlakuan 6,5 5,9
18 Nurhayati Perempuan 70 IRT 162 73 27,8 Tidak 6,1 6,2
19 Eva oktavia Perempuan 45 IRT 155 85 35,4 Tidak 6,3 5,7
20 Sumiyati Perempuan 52 IRT 145 54 25,7 Tidak 6,2 5,8
21 Muzainah Perempuan 54 IRT 155 66 27,5 Tidak 6 6,2
63
22 Hasni Perempuan 46 IRT 152 66 28,6 Tidak 6 5,8
23 Wisrah Perempuan 48 IRT 160 61 23,8 Tidak 6,8 6,5
24 Armila Perempuan 73 IRT 144 49 23,6 Tidak 7,1 6,7
25 Fatimah Perempuan 65 IRT 150 44 19,6 Tidak 6,1 5,8
26 F. Rani Perempuan 62 IRT 147 51 23,6 Tidak 6,5 6,3
27 Zainab Perempuan 62 IRT 142 49 24,3 Tidak 6,8 6,5
28 Sudarmo Laki-Laki 73 Swasta 160 58 22,7 Tidak 7,3 7
29 Jahri Sopa Laki-Laki 65 Swasta 160 51 19,9 Tidak 7,5 7,2
30 Adawiyah Perempuan 53 IRT 145 50 23,8 Tidak 6,6 6,2
31 Madiyanti Perempuan 45 Swasta 158 63 25,2 Tidak 6,2 5,9
32 Romlah Perempuan 54 IRT 153 73 31,2 Tidak 6,9 6,5
33 Sofiah Perempuan 52 Swasta 153 54 23,1 Tidak 6,4 6,1
34 Sahabudin Laki-Laki 53 Swasta 163 60 22,6 Tidak 7,3 7,1
64
HASIL UJI STATISTIK
GAMBARAN RESPONDEN
Jenis Kelamin
Umur Kelompok
aktifitas fisik
65
4. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan aktifitas fisik
aktifitas fisik
Statistics
Valid 17 17
N
Missing 0 0
Mean 7,300 6,759
Std. Deviation ,6718 ,7340
Range 2,1 2,3
Minimum 6,5 5,9
Maximum 8,6 8,2
Statistics
Valid 17 17
N
Missing 0 0
Mean 6,594 6,359
Std. Deviation ,4930 ,4597
Range 1,5 1,4
Minimum 6,0 5,8
Maximum 7,5 7,2
66
7. Uji Homogenitas
Tests of Normality
a
kelompok Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
Tests of Normality
a
kelompok Kolmogorov-Smirnov Shapiro-Wilk
67
10. Uji t dependent perlakuan
N Correlation Sig.
n Lower Upper
N Correlation Sig.
68
Paired Samples Test
Lower Upper
Group Statistics
69
70
71
72
73
74
75
76
77