Anda di halaman 1dari 76

FAKTOR – FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

KAPASITAS VITAL PARU PADA PEKERJA


PEMBUATAN GENTENG
(Studi Pada Perusahaan Genteng Malindo Sokka Kebumen)

SKRIPSI

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat


pada Universitas Negeri Semarang

Oleh :

Tri Adi Widodo


NIM. 6450402114

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN


JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT
2007
ABSTRAK

Tri Adi Widodo. 2007. Faktor-faktor Yang Berhubungan dengan Kapasitas


Vital Paru Karyawan Perusahaan Genteng Malindo Sokka Kebumen.
Skripsi Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu Keolahragaan,
Universitas Negeri Semarang. Pembimbing I. Drs. Bambang Wahyono, II.
Irwan Budiono, SKM.

Kata Kunci : Kapasitas Vital Paru, Karyawan Malindo Sokka

Permasalahan dalam penelitian ini adalah dari hasil survey pendahuluan


pada 20 karyawan, 40% (8 karyawan) mengalami restriksi sedang, keluhan batuk
dan sesak napas pada bagian pembakaran serta karyawan tidak menggunakan
masker. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui faktor-faktor yang
berhubungan dengan kapasitas vital paru (KVP) karyawan perusahaan genteng
Malindo Sokka Kebumen.
Jenis penelitian ini adalah explanatory research dengan metode survei dan
pendekatan cross sectional. Populasi studi dalam penelitian adalah seluruh
karyawan perusahaan genteng Malindo Sokka Kebumen. Sampel yang diambil
sebanyak 41 orang yang diperoleh dengan menggunakan teknik simple random
sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah spirometer
hutchinson, timbangan injak, microtoice, dan kuesioner. Data yang diperoleh
dianalisis dengan menggunakan statistik uji chi square dengan derajat kemaknaan
(α = 0,05).
Dari hasil penelitian didapatkan bahwa ada hubungan antara penggunaan
masker (p=0,04) dan kebiasaan olah raga (p=0,04) dengan kapasitas vital paru
karyawan. Dan tidak ada hubungan antara masa kerja (p=0,43), umur (p=0,37),
jenis kelamin (p=0,29), riwayat penyakit (p=0,29), riwayat penyakit (p=0,22),
kebiasaan merokok (p=0,22) dan status gizi (p=0,27) dengan kapasitas vital paru
karyawan perusahaan genteng Malindo Sokka Kebumen.
Saran yang yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini bagi karyawan
adalah 1). Perlunya penggunaan masker saat bekerja dan peningkatan kebiasaan
olah raga bagi karyawan guna menghindari gangguan kesehatan pada sistem
pernapasan, 2). Sebaiknya selalu ada pemantauan kesehatan oleh pihak
perusahaan secara berkala. Saran bagi civitas akademika adalah hendaknya perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai paparan debu pada karyawan
perusahaan genteng dengan menggunakan variabel yang lain misalnya dengan
kadar debu.

ii
ABSTRACT

Tri Adi Widodo. 2007. Factors Related to Vital Capacity of Genteng Malindo
Sokka Kebumen Company’s Workers. Final project of Public Health
Department. Sport Faculty. Semarang State University. First Advisor Drs.
Bambang Wahyono, Second Advisor Irwan Budiono, SKM.

Key words : Vital Capacity, Malindo Sokka Workers

The research problem is that from the earlier survey toward 20 workers,
40% had middle rstriction, caugh and asthma sigh which was felt by the burning
division’s workers and most of whom not using masker. The purpose of this
research is to know the factors related to vital capacity (VC) of genteng Malindo
Sokka company’s workers.
The kind of research is explanatory research by using survey method and
cross sectional approach. Population of study in this research is all of Genteng
Malindo Sokka Kebumen company’s workers. Sample which taken are 41 people
which is gained by using simple random sampling technique. Instrument using in
this research are spirometer hutchinson, scales, microtoice, quessionaire. The
obtain data is analyzed by using chi square statistic test with meaning degree (α =
0,05).
From the research result, there are relation between using mask (p = 0,04)
and sport habitual (p = 0,04) with Vital Capacity of lungs workers. An there is no
relation between period of working (p = 0,43), age (p = 0,37), sex (p = 0,29), the
background of lungs ache (p = 0,29), smoking habitual (p = 0,22) and nutrition (p
= 0,27) with Genteng Malindo Sokka Kebumen company’s workers.
Suggestions that can given from this reseach for the workers are 1). It is
necessary to use mask when working, and improvement of sport habitual for the
workers in order to avoid health interference in respiratory system. 2). It is best if
there is always healthy monitoring periodically by the company. Suggestions for
other civitas academics that it is necessary to do next research abaout dus
pollutant for genteng company’s workers by using another variable, for example
by using degree of dust

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Telah dipertahankan dihadapan sidang Panitia Ujian Skripsi Jurusan Ilmu

Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang

Pada hari : Senin

Tanggal : 4 Juni 2007

Panitia ujian

Ketua, Sekretaris,

Drs. Sutardji, M.S Drs. Herry Koesyanto, M.S


NIP. 130523506 NIP. 131571549

Dewan Penguji,

1. dr. Oktia Woro KH, M.Kes (Ketua)


NIP. 131695159

2. Drs Bambang Wahyono (Anggota)


NIP. 131674366

3. Irwan Budiono, SKM (Anggota)


NIP. 132308392

iv
MOTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Hal-hal tidak berubah. Kamulah yang mengubah cara pandangmu, itu

saja” (Carlos Castaneda)

“Untuk apa kita hidup kalau bukan untuk saling memudahkan hidup kita

satu sama lain?” (George Elliot)

“Dimana ada cinta, disanalah ada kehidupan” (Setiawan Djody)

PERSEMBAHAN

1. Bapak dan Ibuku tercinta

2. Kakak dan adikku

3. Sahabatku AA 3090 GC yang selalu setia

menemaniku

4. Teman-teman IKM angkatan 2002 yang

selalu memberi dukungan

5. Almamaterku

v
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya. Berkat

rahmat dan karunia-Nya serta partisipasi dari berbagai pihak yang telah banyak

membantu baik moral maupun material sehingga skripsi dengan judul “ Faktor-

faktor Yang Berhubungan dengan Kapasitas Vital Paru Karyawan

Perusahaan Genteng Malindo Sokka Kebumen “ dapat selesai. Oleh karena itu

dengan kerendahan hati penyusun sampaikan terimakasih kepada :

1. Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas

Negeri Semarang, Bapak DR. Khomsin, M.Pd, atas ijin penelitian yang

diberikan.

2. Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan,

Universitas Negeri Semarang, Ibu Hj.dr. OktiaWoro K.H, M.Kes, atas segala

arahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini

3. Sekretaris Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu Keolahragaan,

Bapak Drs. Herry Koesyanto, M.S, atas kebijaksanaannya sehingga ujian

skripsi dapat terlaksanan dengan lancar.

4. Pembimbing I, Bapak Drs. Bambang Wahyono, atas arahan dan bimbingan

dalam penyusunan skripsi ini.

5. Pembimbing II, Bapak Irwan Budiono, SKM, atas arahan dan bimbingan dalam

penyusunan skripsi ini.

6. Direktur Malindo Genteng Sokka Kebumen , Bapak H. Zubaer Samsu, S.Sos,

atas ijin penelitian yang telah diberikan.

7. Karyawan Malindo Genteng Sokka Kebumen atas pengambilan data dalam

penelitian.

vi
8. Temanku Mirza, Dewi, Dewa, Hanida, Luluk, Astri, Untari, Unik, Siwi,

Dadang, Ujang, serta teman kostku.

9. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga amal baik dari semua pihak, mendapat pahala yang berlipat

ganda dari Allah SWT. Kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan guna

kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak.

Semarang, April 2007

Penyusun

vii
DAFTAR ISI

Halaman
JUDUL ............................................................................................................ i
ABSTRAK ...................................................................................................... ii
ABSTRACT .................................................................................................... iii
PENGESAHAN .............................................................................................. iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ................................................................... v
KATA PENGANTAR .................................................................................... vi
DAFTAR ISI ................................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ........................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................... xii
DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... xiii
BAB I. PENDAHULUAN ............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang Masalah ........................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 3
1.3 Tujuan ................................................................................................... 3
1.4 Manfaat Penelitian ............................................................................... 4
1.5 Keaslian Penelitian ............................................................................... 5
1.6 Ruang Lingkup Penelitian ..................................................................... 6
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Debu / paparan pada pabrik genteng ..................................................... 8
2.1.1 Padat (solid) .................................................................................. 8
2.1.2 Cair (liquid) ................................................................................... 9
2.1.3 Ukuran Partikel Debu .................................................................... 9
2.2 Sistem Pernapasan Manusia ................................................................ 10
2.2.1 Anatomi ....................................................................................... 10
2.2.2 Fisologi ........................................................................................ 14
2.2.3 Penyakit Parenkin Paru ............................................................... 14
2.2.4 Cara Ukur .................................................................................... 16
2.3 Kapasitas Paru ..................................................................................... 16

viii
2.3.1 Kapasitas Inspirasi ...................................................................... 16
2.3.2 Kapasitas Residu Fungsional ...................................................... 16
2.3.3 Kapasitas Paru Total ................................................................... 17
2.3.4 Kapasitas Vital Paru .................................................................... 17
2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Kapasitas Paru ...................................... 18
2.4.1 Umur ......................................................................................... 19
2.4.2 Jenis Kelamin .............................................................................. 19
2.4.3 Riwayat Penyakit ........................................................................ 20
2.4.4 Riwayat Pekerjaan ....................................................................... 20
2.4.5 Kebiasaan Merokok .................................................................... 20
2.4.6 Kebiasaan Olah raga ................................................................... 21
2.4.7 Status Gizi ................................................................................... 22
2.4.8 Alat Pelindung Pernapasan ......................................................... 22
2.4.9 Masa Kerja .................................................................................. 25
2.5 Kerangka Teori .................................................................................... 26
BAB III. METODE PENELITIAN ................................................................. 27
3.1 Kerangka Konsep ................................................................................ 27
3.2 Hipotesis .............................................................................................. 28
3.3 Definisi Operasional ........................................................................... 28
3.4 Jenis dan Rancangan Penelitian .......................................................... 30
3.5 Populasi dan Sampel Penelitian .......................................................... 31
3.6 Instrumen Penelitian ........................................................................... 32
3.7 Teknik Pengambilan Sampel ............................................................... 33
3.8 Analisa Data ........................................................................................ 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ................................. 36
4.1 Deskripsi Data Penelitian ................................................................... 36
4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan ..................................................... 36
4.2 Analisis Data ...................................................................................... 38
4.2.1 Analisis Univariat ....................................................................... 38
4.2.1.1 Masa Kerja ............................................................................ 38
4.2.1.2 Penggunaan Masker .............................................................. 38

ix
4.2.1.3 Umur ..................................................................................... 39
4.2.1.4 Jenis Kelamin ........................................................................ 39
4.2.1.5 Riwayat Penyakit .................................................................. 40
4.2.1.6 Kebiasaan Olah Raga ............................................................ 40
4.2.1.7 Kebiasaan Merokok .............................................................. 42
4.2.1.8 Status Gizi ............................................................................. 43
4.2.1.9 Kapasitas Vital Paru Karyawan ............................................ 44
4.2.2 Analisis Bivariat .......................................................................... 45
4.2.2.1 Hubungan Masa Kerja dengan KVP ..................................... 45
4.2.2.2 Hubungan Penggunaan Masker dengan KVP ....................... 45
4.2.2.3 Hubungan Umur dengan KVP .............................................. 45
4.2.2.4 Hubungan Jenis Kelamin dengan KVP ................................. 47
4.2.2.5 Hubungan Riwayat Pemyakit dengan KVP .......................... 48
4.2.2.6 Hubungan Kebiasaan Olah Raga dengan KVP ..................... 48
4.2.2.7 Hubungan Kebiasaan Merokok dengan KVP ....................... 49
4.2.2.8 Hubungan Status Gizi dengan KVP ...................................... 50
4.3 Pembahasan ......................................................................................... 51
4.3.1 Hubungan Masa Kerja dengan KVP ........................................... 51
4.3.2 Hubungan Penggunaan Masker dengan KVP ............................. 52
4.3.3 Hubungan Umur dengan KVP .................................................... 53
4.3.4 Hubungan Jenis Kelamin dengan KVP ....................................... 54
4.3.5 Hubungan Riwayat Penyakit dengan KVP ................................. 55
4.3.6 Hubungan Kebiasaan Olah Raga dengan KVP ........................... 56
4.3.7 Hubungan Kebiasaan Merokok dengan KVP ............................. 56
4.3.8 Hubungan Status Gizi dengan KVP ............................................ 58
4.4 Hambatan dan Kelemahan Penelitian ................................................. 58
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ................................................................ 60
5.1 Simpulan ............................................................................................. 60
5.2 Saran .................................................................................................... 61
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 62
LAMPIRAN .................................................................................................... 64

x
DAFTAR TABEL

Halaman
1.5 Keaslian Penelitian .................................................................................... 5
2.1 Nilai Standar Kapasitas Vital Paru ............................................................ 17
2.2 Kriteria Gangguan Fungsi Paru Menurut ATS ......................................... 18
2.3 Karegori Ambang Batas IMT untuk Indonesia ......................................... 22
3.3 Definisi Operasional .................................................................................. 28
4.1 Masa Kerja Karyawan ............................................................................... 38
4.2 Penggunaan Masker pada Karyawan ........................................................ 39
4.3 Umur Karyawan ........................................................................................ 39
4.4 Jenis Kelamin Karyawan ........................................................................... 40
4.5 Riwayat Penyakit Karyawan ..................................................................... 40
4.6 Kebiasaan Olah Raga Karyawan ............................................................... 41
4.7 Jenis Olah Raga Karyawan ....................................................................... 41
4.8 Frekuensi Olah Raga Karyawan ................................................................ 42
4.9 Kebiasaan Merokok Karyawan ................................................................. 42
4.10 Jenis Rokok Karyawan ............................................................................ 43
4.11 Jumlah Rokok Karyawan ........................................................................ 43
4.12 Status Gizi Karyawan .............................................................................. 44
4.13 Kapasitas Vital Paru Karyawan .............................................................. 44
4.14 Hubungan Masa Kerja dengan Kapasitas Vital Paru .............................. 44
4.15 Hubungan Penggunaan Masker dengan Kapasitas Vital Paru ................ 46
4.16 Hubungan Umur dengan Kapasitas Vital Paru ....................................... 46
4.17 Hubungan Jenis Kelamin dengan Kapasitas Vital Paru Karyawan ........ 47
4.18 Hubungan Riwayat Penyakit dengan Kapasitas Vital Paru .................... 48
4.19 Hubungan Kebiasaan Olah Raga dengan Kapasitas Vital Paru .............. 49
4.20 Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kapasitas Vital Paru ................ 49
4.21 Hubungan Status Gizi dengan Kapasitas Vital Paru ............................... 50

xi
DAFTAR GAMBAR

Halaman
2.5 Kerangka Teori ......................................................................................... 26
3.1 Kerangka Konsep ...................................................................................... 27
4.1 Proses Pembuatan Genteng ....................................................................... 37

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1. Surat Tugas Pembimbing .......................................................................... 63
2. Surat Ijin Penelitian dari Fakultas ............................................................. 64
3. Surat Telah Melakukan Penelitian ............................................................ 65
4. Kuesioner Penelitian ................................................................................. 66
5. Data Mentah Hasil Penelitian ................................................................... 68
6. Frekuensi Tabel Hasil Penelitian .............................................................. 74
7. Hasil Uji Statistik ...................................................................................... 77
11. Dokumentasi Penelitian ............................................................................ 80

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah salah satu negara berkembang. Meningkatnya

pertumbuhan sektor industri ditandai dengan adanya peningkatan jumlah

pekerja. Menurut Astrid Sulistomo (2002: 65), dari data BPS yang didapat,

jumlah tenaga kerja di Indonesia yang pada tahun 1997 masih sekitar 89 juta,

pada tahun 2000 sudah mencapai lebih dari 95 juta orang. Diantaranya hampir

50 % bekerja di sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan, yang menurut

ILO merupakan sektor pekerjaan yang paling berisiko terhadap kesehatan

keselamatan pekerja, selain sektor pertambangan dan pembuatan genteng serta

pemecahan batu.

Pabrik genteng merupakan salah satu perusahaan yang mendukung

kemajuan bidang industrii. Pekerjaan dalam pabrik genteng berisiko terhadap

penurunan kapasitas vital paru karyawan. Bahaya atau gangguan kesehatan

yang dapat terjadi pada karyawan pabrik genteng adalah paparan debu padat,

asap pembakaran dan paparan panas. Debu dapat menyebabkan kerusakan

paru dan fibrosis bila terinhalasi selama bekerja terus menerus. Bila alveoli

mengeras, akibatnya mengurangi elastisitas dalam menampung volume udara

sehingga kemampuan mengikat oksigen menurun (Depkes RI, 2003 : 45).

Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia telah

1
2

terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut (Suma’mur,

1996: 70).

Lingkungan kerja yang sering penuh oleh debu, uap, gas dan lainnya yang

disatu pihak mengganggu produktivitas dan mengganggu kesehatan di pihak

lain. Hal ini sering menyebabkan gangguan pernapasan ataupun dapat

mengganggu kapasitas vital paru (Suma’mur, 1996: 6). Dalam kondisi

tertentu, debu merupakan bahaya yang dapat menyebabkan pengurangan

kenyamanan kerja, gangguan penglihatan, gangguan fungsi faal paru bahkan

dapat menimbulkan keracunan umum (Depkes RI, 2003 : 44).

Hasil survei pendahuluan yang telah dilakukan pada 20 karyawan

perusahaan genteng Malindo Sokka Kebumen, 40% mengalami restriksi

sedang, atau sebanyak 8 orang. Keluhan berupa batuk dan sesak napas juga

dialami karyawan, terutama pada bagian pembakaran genteng. Karyawan

tersebut juga tidak meggunakan APD (masker).

Penelitian yang dilakukan oleh Siti M (2006), menunjukkan ada hubungan

antara masa kerja dengan KVP dengan keeratan hubungan 0,523. Dan ada

hubungan antara pemakaian APD dengan KVP dengan keeratan hubungan

0,679. Penelitian dari Yuli S (2005), mengatakan bahwa ada hubungan antara

masa kerja dengan kapasitas fungsi paru FEV1 dan FVC pada pengemudi bus

Perum DAMRI unit kota Semarang Jalur Terboyo – Mangkang. Faktor yang

mempengaruhi penurunan kapasitas vital paru karyawan ada beberapa macam.

Dalam penelitian Siti M (2006), kapasitas paru dipengaruhi oleh beberapa hal.

Yaitu : umur, jenis kelamin, kondisi kesehatan, riwayat penyakit dan


3

pekerjaan, kebiasaan merokok dan olah raga, serta status gizi dapat

mempengaruhi kapasitas paru.

Berdasarkan uraian latar belakang diatas, perlu diadakannya sebuah

penelitian pada karyawan perusahaan genteng Malindo Sokka Kebumen.

Penulis mempunyai keinginan untuk menyusun sebuah rancangan skripsi

dengan judul : Faktor – faktor Yang Berhubungan Dengan Kapasitas

Vital Paru (KVP) Karyawan Perusahaan Genteng Malindo Sokka

Kebumen.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan survei pendahuluan, didapat 40% dari 20 orang karyawan

perusahaan genteng yang mengalami restriksi sedang, dan tidak menggunakan

masker, maka pertanyaan penelitian yang timbul adalah : faktor-faktor apakah

yang berhubungan dengan kapasitas vital paru (KVP) karyawan perusahaan

genteng Malindo Sokka Kebumen ?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1.3.1 Tujuan umum :

Mengetahui faktor – faktor yang berhubungan dengan kapasitas vital paru

(KVP) karyawan perusahaan genteng Malindo Sokka Kebumen.


4

1.3.2 Tujuan khusus :

1) Mengetahui hubungan masa kerja dengan KVP karyawan perusahaan

genteng Malindo Sokka Kebumen.

2) Mengetahui hubungan penggunaan masker dengan KVP karyawan

perusahaan genteng Malindo Sokka Kebumen.

3) Mengetahui hubungan umur dengan KVP karyawan perusahaan genteng

Malindo Sokka Kebumen

4) Mengetahui hubungan jenis kelamin dengan KVP karyawan perusahaan

genteng Malindo Sokka Kebumen

5) Mengetahui hubungan riwayat penyakit dengan KVP karyawan

perusahaan genteng Malindo Sokka Kebumen

6) Mengetahui hubungan kebiasaan olah raga dengan KVP karyawan

perusahaan genteng Malindo Sokka Kebumen

7) Mengetahui hubungan kebiasaan merokok dengan KVP karyawan

perusahaan genteng Malindo Sokka Kebumen

8) Mengetahui hubungan status gizi dengan KVP karyawan perusahaan

genteng Malindo Sokka Kebumen

1.4 Manfaat Hasil Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah :

1.4.1 Manfaat bagi penyusun

Sebagai sarana untuk menambah wawasan pengetahuan dan pengalaman

sehingga dapat diterapkan dalam praktek yang sesungguhnya.


5

1.4.2 Manfaat bagi civitas akademika

Sebagai bahan masukan bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan bagi

pembangunan bangsa dan negara dalam upaya peningkatan mutu kualitas

sumber daya manusia.

1.4.3 Manfaat bagi perusahaan

Bagi karyawan perusahaan genteng Malindo Sokka Kebumen, sebagai

bahan masukan mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kapasitas

dan kesehatan paru.

1.5 Keaslian Penelitian

No. Judul Penelitian Nama Tahun dan Rancangan Variabel Hasil


Peneliti Tempat Penelitian Penelitian Penelitian
Penelitian
1. Hubungan Siti 2006 Explanatory Variabel Ada
Antara Masa Muslikatul Pecangaan Research, bebas(x) hubungan
Kerja, Mila Jepara survei yaitu masa antara masa
Pemakaian APD dengan kerja dan kerja
Pernafasan pendekatan pemakaian dengan
(Masker) Pada crossectional APD KVP
Tenaga Kerja Variabel dengan
Bagian terikat (y) keeratan
Pengamplasan yaitu hubungan
Dengan kapasitas 0,523
Kapasitas Fungsi fungsi paru. Ada
Paru PT Ascent hubungan
House antara
Pecangaan pemakaian
Jepara APD
dengan
KVP
dengan
6

keeratan
hubungan
0,679

2. Hubungan Yuli 2005 Explanatory Variabel Ada


Antara Masa Setiyani Semarang research bebas (X) hubungan
Kerja Dengan Zaenal dengan yaitu masa antara masa
Kapasitas Fungsi pendekatan kerja kerja
Paru Pada cross Variabel dengan
Pengemudi Bus sectional terikat (Y) kapasitas
Perum DAMRI yaitu fungsi paru
Unit Kota kapasitas FEV1
Semarang Jalur fungsi paru Ada
Terboyo- hubungan
Mangkang 2004 antara masa
kerja
dengan
kapasitas
fungsi paru
FVC

Dari penelitian terdahulu yang telah dilakukan, terdapat beberapa

perbedaan. Perbedaan tersebut adalah objek dari penelitian, waktu, dan tempat

penelitian. Objek penelitian ini adalah karyawan perusahaan, tempat penelitian

pada perusahaan genteng Malindo Sokka Kebumen. Dan waktu penelitiannya

bulan Februari tahun 2007.

1.6 Ruang Lingkup Penelitian

1.6.1 Ruang Lingkup Tempat

Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan genteng Malindo Sokka

Kebumen.
7

1.6.2 Ruang Lingkup Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2007, dan pengambilan

data yang menyangkut variabel bebas dan variabel terikat dilaksanakan pada

saat yang bersamaan.

1.6.3 Ruang Lingkup Materi

Materi yang akan diteliti adalah tentang kesehatan kerja, yaitu faktor-

faktor yang berhubungan dengan kapasitas vital paru (KVP).


8

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Debu / paparan pada pabrik genteng

Paparan dalam perusahaan genteng ada beberapa macam, antara lain asap

pembakaran, debu genteng, paparan panas. Debu itu sendiri berasal dari sisa

pembakaran genteng berupa abu kayu dan debu tanah.

Menurut Srikandi Fardiaz (1999:104), debu adalah partikel yang

dihasilkan oleh proses mekanisme seperti penghancuran batu, pengeboran,

peledakan pada tambang timah putih, batu bara dan lain sebagainya.

2.1.1 Padat (solid)

1) Dust

Terdiri ukuran submikroskopik sampai yang besar. Yang berbahaya

adalah ukuran yang bisa terhisap ke dalam sistem pernafasan ( < 100

mikron ) dapat terhisap ke dalam tubuh (Srikandi Fardiaz, 1999: 104).

2) Smoke

Adalah produk dari pembakaran bahan organik yang tidak sempurna

dan berukuran 0,5 mikron (Srikandi Fardiaz, 1999: 104).

3) Fumes

Adalah partikel padat yang terbentuk dari proses evaporasi atau

kondensasi. Pemanasan berbagai logam menghasilkan uap logam yang

kemudian berkondensasi menjadi partikel-partikel metal fumes (Srikandi

Fardiaz, 1999: 104).


9

2.1.2 Cair (liquid)

Partikel cair biasanya disebut mist atau fog (awan) yang dihasilkan

melalui proses kondensasi atau atomizing. Contoh : hair spray dan atau

obat nyamuk semprot (Srikandi Fardiaz, 1999: 105).

Debu industri yang ada di udara :

1) Particulatte matter

Adalah partikel debu yang hanya berada sementara di udara dan segera

mengendap karena daya tarik bumi.

2) Suspended particulatte matter

Adalah debu yang tetap berada di udara dan tidak mudah mengendap

(Srikandi Fardiaz, 1999: 106).

Dalam pabrik genteng itu sendiri terdapat paparan debu organik dan asap

hasil pembakaran genteng yang bahan bakarnya menggunakan kayu.

2.1.3 Ukuran partikel debu

Ukuran debu sangat brpengaruh terhadap terjadinya penyakit pada

saluran pernapasan. Dari hasil penelitian ukuran tersebut dapat mencapai

target organ sebagai berikut :

1) 5 – 10 mikro, akan tertahan olah cilia pada saluran pernapasan bagian atas

2) 3 – 5 mikron, akan tertahan oleh saluran pernapasan bagian tengah

3) 1 – 3 mikron, sampai dipermukaan alveoli

4) 0,5 – 1 mikron, hinggap dipermukaan alveoli, selaput lendir sehingga

menyebabkan fibrosis paru

5) 0,1 – 0,5 mikron, melayang dipermukaan alveoli


10

Menurut WHO 1996, ukuran debu partikel yang membahayakan adalah

ukuran 0,1 – 5 atau 10 mikron. Depkes mengisyaratkan bahwa ukuran debu

yang membahayakan berkisar 0,1 sampai 10 mikron (Wiwiek Pudjiastuti,

2003: 45).

Berdasarkan Kepmenkes RI NO. 261/Menkes/SK/II/1998, tanggal 27

Februari tentang persyaratan kesehatan lingkungan kerja di perkantoran yaitu

meliputi semua ruangan, halaman, dan area sekelilingnya yang merupakan

bagian atau yang berhubungan dengan tempat kerja untuk perkantoran.

Kandungan debu maksumal didalam udara ruangan dalam pengukuran rata-

rata 8 jam adalah sebesar 0,15 mg/m3 untuk debu total dengan suhu 18-260C.

Sedangkan untuk persyaratan kesehatan lingkungan di industri yang meliputi

semua ruangan dan area sekelilingnya yang merupakan bagian atau yang

berhubungan dengan tempat kerja untuk memproduksi barang hasil industri

adalah sebesar 10 mg/m3 untuk debu total dengan suhu 18-300C (Depkes RI,

1999: 11).

2.2 Sistem pernapasan manusia

2.2.1 Anatomi

Menurut Syaifudin (1997: 87) anatomi pernapasan terdiri dari :

1) Rongga hidung

Hidung merupakan saluran pernapasan udara yang pertama,

mempunyai 2 lubang (kavum nasi), dipisahkan oleh sekat hidung (septum

nasi). Rongga hidung ini dilapisi oleh selaput lendir yang sangat kaya akan
11

pembuluh darah dan bersambung dengan faring dan dengan semua selaput

lendir semua sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam rongga

hidung. Rongga hidung mempunyai fungsi sebagai panyaring udara

pernapasan oleh bulu hidung dan menghangatkan udara pernapasan oleh

mukosa (Syaifudin, 1997: 87).

2) Faring / tekak

Faring atau tekak merupakan tempat persimpangan antara jalan

pernapasan dan jalan makanan. Faring atau tekak terdapat dibawah dasar

tengkorak, dibelakang rongga hidung dan mulut setelah depan ruas tulang

leher (Syaifudin, 1997:102). Dalam faring terdapat tuba eustachii yang

bermuara pada nasofarings. Tuba ini berfungsi menyeimbangkan tekanan

udara pada kedua sisi membran timpani, dengan cara menelan.pada daerah

laringofarings bertemu sistem pernapasan dan pencernaan. Udara melalui

bagian anterior ke dalam larings, dan makanan lewat posterior ke dalam

esofagus melalui epiglotis yang fleksibel (Jan Tambayong, 2001: 79).

Faring mempunyai fungsi sebagai saluran bersama bagi sistem pernapasan

maupun pencernaan.

3) Laring

Laring merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentukan

suara yang terletak di depan bagian faring sampai ketinggian vertebra

servikalis dan masuk kedalam trakea dibawahnya. Pangkal tenggorokan

itu dapat ditutup oleh sebuah empang tenggorok yang disebut epiglotis,

yang terdiri dari tulang-tulang rawan yang berfungsi pada waktu kita
12

menelan makanan manutupi laring (Syaifudin, 1997: 87). Dalam laring

terdapat pita suara yang berfungsi dalam pembentukan suara. Suara

dibentuk dari getaran pita suara. Tinggi rendah suara dipengaruhi panjang

dan tebalnya pita suara. Dan hasil akhir suara ditentukan oleh perubahan

posisi bibir, lidah dan platum mole (Jan Tamabayong, 2001: 80).

4) Batang tenggorok

Batang tenggorok atau trakea merupakan lapisan dari laring yang

dibentuk oleh 16 sampai dengan 20 cincin terdiri dari tulang rawan yang

berbentuk seperti kaki kuda (huruf C ). Trakea dilapisi epitel bertingkat

dengan silia dan sel goblet. Sel goblet menghasilkan mukus dan silia

berfungsi menyapu pertikel yang berhasil lolos dari saringan di hidung, ke

arah faring untuk kemudian ditelan / diludahkan / dibatukkan. Panjang

trakea 9-10 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ikat yang dilapisi oleh

otot polos (Syaifudin,1997: 102; Jan Tambayong, 2001: 80). Batang

tenggorok dapat berfungsi dalam mengeluarkan benda-benda asing yang

masuk bersama udara pernapasan yang dilakukan oleh sel-sel bersilia.

5) Cabang tenggorok

Cabang tenggorok merupakan lanjutan dari trakea, ada 2 buah yang

terdapat pada ketinggian vertebra torakalis ke 4 dan ke 5. Bronkus

mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang

sama (Syaifudin, 1997: 103).

Bronkus kanan lebih pendek dan lebih besar dan terdiri dari 6-8 cincin,

punya 3 cabang. Bronkus kiri lebih panjang dan ramping, dan terdiri dari
13

9-12 cincin punya 2 cabang. Bronkus bercabang-cabang yang lebih kecil

disebut bronchiolus dan terdapat gelembung paru atau gelembung hawa /

alveoli (Syaifudin, 1997: 103; Jan Tambayong, 2001:81).

6) Paru

Paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari

gelembung (gelembung hawa / alveoli). Gelembung ini terdiri dari sel-sel

epitel dan endotel. Pada lapisan inilah terjadi pertukaran udara, oksigen

masuk kedalam darah dan karbondioksida dikeluarkan dari darah.

Pembagian paru ada 2, yaitu : paru kanan terdiri dari 3 lobus (belah paru),

lobus pulma dekstrasuperior, lobus media dan lobus superior. Tiap lobus

tersusun oleh labulus. Tiap lobus terdiri dari belahan-belahan yang lebih

kecil bernama segmen (Syaifudin, 1997: 90).

Paru terletak pada rongga dada datarannya menghadap ke tengah

rongga dada atau kavum mediastinum. Pada bagian tengah itu terdapat

tumpuk paru / hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung. Paru

dibungkus oleh selaput yang bernama pleura. Pleura dibagi menjadi 2,

yaitu :

1. Pleura viseral (selaput dada pembungkus) yaitu selaput paru yang

langsung membungkus paru.

2. Pleura parietal, yaitu selaput yang melapisi rongga dada sebelah luar.

Antara kedua pleura ini terdapat rongga (kavum pleura).

(Syaifudin, 1997: 90)


14

Dalam paru terdapat alveoli yang berfungsi dalam pertukaran gas O2

dengan CO2 dalam darah (Jan Tambayong, 2001:81).

2.2.2 Fisiologi

Pernapasan paru merupakan pertukaran oksigen dan karbondioksida

yang terjadi pada paru. Fungsi paru adalah tempat pertukaran gas oksigen

dan karbondioksida pada pernapasan melalui paru / pernapasan eksterna.

Oksigen dipungut melalui hidung dan mulut. Saat bernafas, oksigen masuk

melalui trakea dan pipa bronchial ke alveoli, dan dapat erat berhubungan

dengan darah di dalam kapiler pulmonalis (Syaifudin, 1997: 92).

Proses pernapasan dibagi empat peristiwa, yaitu :

1) Ventilasi pulmonal yaitu masuk keluarnya udara dari atmosfer ke

bagian alveoli dari paru.

2) Difusi oksigen dan karbondioksida di udara masuk ke pembuluh darah

disekitar alveoli.

3) Transpor oksigen dan karbondioksida di darah ke sel

4) Pengaturan ventilasi (Guyton, 1997: 342).

2.2.3 Penyakit Parenkin Paru

Menurut Guyton,(1997 : 627) menyatakan bahwa penyakit yang dapat

mempengaruhi kapasitas paru meliputi :

1) Emfisema paru kronik

Merupakan kelainan paru dengan patofisiologi berupa infeksi kronik,

kelebihan mucus dan edema pada epitel bronchiolus yang mengakibatkan


15

terjadinya obstruktif dan dekstruktif paru yang kompleks sebagai akibat

mengkonsumsi rokok.

2) Pneumonia

Pneumonia ini mengakibatkan dua kelainan utama paru, yaitu : 1)

penurunan luas permukaan membran napas, 2) menurunnya rasio ventilasi

perfusi

Kedua efek ini mengakibatkan menurunnya kapasitas paru.

3) Atelektasi

Atelaktasi berarti avleoli paru mengempis atau kolaps. Akibatnya

terjadi penyumbatan pada alveoli sehingga aliran darah meningkat dan

terjadi penekanan dan pelipatan pembuluh darah sehingga volume paru

berkurang.

4) Asma

Pada penderita asma akan terjadi penurunan kecepatan ekspirasi dan

volume inspirasi.

5) Tuberkulosis

Pada penderita tuberkulosis stadium lanjut banyak timbul daerah

fibrosis di seluruh paru, dan mengurangi jumlah paru fungsional sehingga

mengurangi kapasitas paru.

6) Alvelitis yang disebabkan oleh faktor luar sebagai akibat dari

penghirupan debu organik (Mukhtar Ikhsan, 2001: 74).


16

Beberapa penyakit pada jalan pernapasan antara lain adalah : asma,

bronkitis akut, bronkitis kronik, karsinoma bronkogenik dan bisinosis

(Mukhtar Ikhsan, 2001: 72)

2.2.4 Cara Ukur

Cara pengukuran kapasitas paru karyawan adalah menggunakan alat

spirometer Hutchinson.

Adapun cara pengukuran kapasitas paru karyawan, sebagai berikut :

1) Masukkan air pada tabung hutchinson sebatas garis merah.

2) Sesuaikan kleb batas dengan suhu air yang terbaca di termometer.

3) Lakukan inspirasi maksimal

4) Masukkan udara melalui selang karet, maka tabung akan naik.

5) Baca hasilnya pada skala penunjuk (Herry Koesyanto dkk, 2005: 45).

2. 3 Kapasitas paru

Menurut Guyton (1997:604), kapasitas paru dapat diuraikan sebagai

berikut :

2.3.1 Kapasitas inspirasi

Adalah jumlah udara yang dapat dihirup oleh seseorang, dimulai pada

tingkat ekspirasi normal dan pengembangan paru sampai jumlah maksimum

(kira-kira 3500 mL)

2.3.2 Kapasitas residu fungsional

Adalah jumlah udara yang tersisa dalam paru pada akhir ekspirasi normal

(kira-kira 2300 mL).


17

2.3.3 Kapasitas paru total

Adalah volume maksimum di mana paru dapat dikembangkan sebesar

mungkin dengan inspirasi paksa (kira-kira 5800 mL).

2.3.4 Kapasitas vital paru

Kapasitas vital paru sama dengan volume cadangan inspirasi ditambah

volume alun napas dan volume cadangan ekspirasi. Ini adalah jumlah udara

maksimum yang dapat dikeluarkan seorang dari paru, setelah terlebih dahulu

mengisi paru secara maksimum dan dikeluarkan sebanyak-banyaknya (kira-

kira 4600 mL) (Guyton,1997:604).

Kapasitas vital paru adalah jumlah udara maksimum pada seseorang yang

berpindah pada satu tarikan napas. Kapasitas ini mencakup volume cadangan

inspirasi, volume tidal dan cadangan ekspirasi. Nilainya diukur dengan

menyuruh individu melakukan inspirasi maksimum, kemudian

menghembuskan sebanyak mungkin udara di dalam parunya ke alat pengukur

(Elizabeth J. Corwin, 2001: 403).

Kapasitas vital paru adalah jumlah udara maksimal yang dapat dikeluarkan

dari paru, setelah udara dipenuhi secara maksimal (Jan Tambayong, 2001: 84).

Tabel 2.1
Nilai Standar Kapasitas Vital Paru
Umur Laki – laki Perempuan
4 700 600
5 850 800
6 1070 980
7 1300 1150
8 1500 1350
9 1700 1550
10 1950 1740
11 2200 1950
18

12 2540 2150
13 2900 2350
14 3250 2480
15 3600 2700
16 3900 2700
17 4100 2750
18 4200 2800
19 4300 2800
20 4320 2800
21 4320 2800
22 4300 2800
23 4280 2790
24 4250 2780
25 4220 2770
26 4200 2760
27 4180 2740
28 4150 2720
29 4120 2710
30 4100 2700
31 – 35 3990 2640
36- 40 3800 2520
41 – 45 3600 2390
46 – 50 3410 2250
51 – 55 3240 2160
56 – 60 3100 2060
61 – 65 2970 1960
(Sumber: Herry Koesyanto & Eram TP, 2005: 3)

Tabel 2.2
Kriteria Gangguan Fungsi Paru Menurut ATS
KVP ( % ) Kategori
≥ 80% Normal
60 – 79% Restriksi ringan
51 – 59% Restriksi sedang
≤ 50% Restriksi berat
(Sumber: Mukhtar Ikhsan, 2002: 82)
2.4 Faktor yang mempengaruhi kapasitas paru pekerja pabrik genteng

Penurunan fungsi paru dapat terjadi secara bertahap dan bersifat kronis

sehingga frekuensi lama seseorang bekerja pada lingkungan yang berdebu dan

faktor-faktor internal yang terdapat pada diri pekerja yang antara lain :
19

2.4.1 Umur

Usia berhubungan dengan proses penuaan atau bertambahnya umur.

Semakin tua usia seseorang maka semakin besar kemungkinan terjadi

penurunan fungsi paru (Joko Suyono, 2001: 218). Kebutuhan zat tenaga terus

meningkat sampai akhirnya menurun setelah usia 40 tahun berkurangnya

kebutuhan tenaga tersebut dikarenakan telah menurunnya kekuatan fisik.

Dalam keadaan normal, usia juga mempengaruhi frekuensi pernapasan dan

kapasitas paru. Frekuensi pernapasan pada orang dewasa antara 16-18 kali

permenit, pada anak-anak sekitar 24 kali permenit sedangkan pada bayi sekitar

30 kali permenit. Walaupun pada orang dewasa pernapasan frekuensi

pernapasan lebih kecil dibandingkan dengan anak-anak dan bayi, akan tetapi

KVP pada orang dewasa lebih besar dibanding anak-anak dan bayi. Dalam

kondisi tertentu hal tersebut akan berubah misalnya akibat dari suatu penyakit,

pernapasan bisa bertambah cepat dan sebaliknya (Syaifudin, 1997:105).

Dalam penelitian Siti M (2006), semakin bertambah usia maka akan dapat

menurunkan kapasitas vital paru seseorang.

2.4.2 Jenis kelamin

Menurut Guyton (1997,605) volume dan kapasitas seluruh paru pada

wanita kira-kira 20 sampai 25 persen lebih kecil daripada pria, dan lebih besar

lagi pada atletis dan orang yang bertubuh besar daripada orang yang bertubuh

kecil dan astenis.

Menurut Jan Tambayong (2001: 86) disebutkan bahwa kapasitas paru pada

pria lebih besar yaitu 4,8 L dibandingkan pada wanita yaitu 3,1 L.
20

2.4.3 Riwayat penyakit

Kondisi kesehatan dapat mempengaruhi kapasitas vital paru seseorang.

Kekuatan otot-otot pernapasan dapat berkurang akibat sakit (Ganong, 2002:

37)

Terdapat riwayat pekerjaan yang menghadapi debu akan mengakibatkan

pneumunokiosis dan salah satu pencegahannya dapat dilakukan dengan

menghindari diri dari debu dengan cara memakai masker saat bekerja

(Suma’mur ,1996: 75).

2.4.4 Riwayat pekerjaan

Riwayat pekerjaan dapat digunakan untuk mendiagnosis penyakit akibat

kerja. Riwayat pekerjaan yang menghadapi debu berbahaya dapat

menyebabkan gangguan paru (Suma’mur, 1996 : 128).

Hubungan antara penyakit dengan pekerjaan dapat diduga dengan adanya

riwayat perbaikan keluhan pada akhir minggu atau hari libur diikuti

peningkatan keluhan untuk kembali bekerja, setelah bekerja ditempat yang

baru atau setelah digunakan bahan baru di tempat kerja. Riwayat pekerjaan

dapat menggambarkan apakah pekerja pernah terpapar dengan pekerjaan

berdebu, hobi, pekerjaan pertama, pekerjaan pada musim-musim tertetntu, dan

lain-lain (Mukhtar Ikhsan, 2002, 78).

2.4.5 Kebiasaan merokok

Merokok dapat menyebabkan perubahan struktur dan fungsi saluran

pernapasan dan jaringan paru. Kebiasaan merokok akan mempercepat

penurunan faal paru. Penurunan volume ekspirasi paksa pertahun adalah 28,7
21

mL untuk non perokok, 38,4mL untuk bekas perokok dan 41,7 mL untuk

perokok aktif. Pengaruh asap rokok dapat lebih besar dari pada pengaruh debu

hanya sekitar sepertiga dari pengaruh buruk rokok (Depkes RI, 2003: 52).

Inhalasi asap tembakau baik primer maupun sekunder dapat menyebabkan

penyakit saluran pernapasan pada orang dewasa. Asap rokok mengiritasi paru-

paru dan masuk ke dalam aliran darah. Merokok lebih merendahkan kapasitas

vital paru dibandingkan beberapa bahaya kesehatan akibat kerja( joko Suyono,

2001: 218).

2.4.6 Kebiasaan olah raga

Faal paru dan olahraga mempunyai hubungan yang timbal balik, gangguan

faal paru dapat mempengaruhi kemampuan olahraga. Sebaliknya, latihan fisik

yang teratur atau olahraga dapat meningkatkan faal paru. Seseorng yang aktif

dalam latihan akan mempunyai kapasitas aerobik yang lebih besar dan

kebugaran yang lebih tinggi serta kapasitas paru yang meningkat (Syukri

Sahab, 1997: 25).

Kapasitas vital paru dapat dipengaruhi oleh kebiasaan seseorang

melakukan olahraga. Olah raga dapat meningkatkan aliran darah melalui paru-

paru sehingga menyebabkan oksigen dapat berdifusi ke dalam kapiler paru

dengan volume yang lebih besar atau maksimum. Kapasitas vital pada seorang

atletis lebih besar daripada orang yang tidak pernah berolahraga (Guyton dan

Hall, 1997: 605).

Menurut Guyton (1997), kebiasaan olah raga akan meningkatkan

kapasitas paru dan akan meningkat 30 – 40 %.


22

2.4.7 Status gizi

Tanpa makan dan minum yang cukup kebutuhan energi untuk bekerja

akan diambil dari cadangan sel tubuh. Kekurangan makanan yang terus

menerus akan menyebabkan susunan fisiologis terganggu (Depkes RI, 1990).

Status gizi diukur menggunakan Indeks Massa Tubuh (IMT)

BB(kg )
IMT =
TB 2 (m)

Tabel 2.3
Kategori Ambang Batas IMT untuk Indonesia
Kategori IMT IMT
Kurus Kakurangan BB tk berat < 17
Kekurangan BB tk rendah 17,0 – 18,5
Normal > 18,5 – 25,00
Gemuk Kelebihan BB tk ringan 25,00 – 27,0
Kelebihan BB tk berat > 27,0
(I Dewa Nyoman Supariasa, 2001 : 32)

2.4.8 Alat Pelindung Pernafasan (masker)

Alat pelindung diri adalah seperangkat alat yang digunakan tenaga kerja

untuk melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya dari adanya potensi bahaya

atau kecelakaan. Alat ini digunakan seseorang dalam melakukan

pekerjaannya, yang dimaksud untuk melindungi dirinya dari sumber bahaya

tertentu baik yang berasal dari pekerjaan maupun dari lingkungan kerja. Alat

pelindung diri ini tidaklah secara sempurna dapat melindungi tubuhnya tetapi
23

akan dapat mengurangi tingkat keparahan yang mungkin terjadi (Sugeng

Budiono, 2003 : 239).

Perlindungan tenaga kerja melalui usaha-usaha teknis pengaman tempat,

peralatan dan lingkungan kerja adalah sangat perlu diutamakan. Namun

kadang-kadang keadaan bahaya masih belum dapat dikendalikan sepenuhnya,

sehingga digunakan alat-alat pelindung diri. Alat pelindung diri haruslah enak

dipakai, tidak mengganggu kerja dan memberikan perlindungan yang efektif

(Suma’mur, 1996: 217).

Pilihan peralatan di bidang ini amat luas, mulai dari masker debu sekali

pakai biasa sampai ke alat pernapasan isi sendiri dan banyak kebingungan

kapan alat itu dipakai dan untuk bahaya apa. Jika pilihan keliru, dapat

membahayakan pemakai dan dapat menyebabkan apiksia. Pelatihan pemakian

juga diperlukan, tak tergantung pada alat apa yang dipakai, demikian juga

harus tersedia fasilitas pemeliharaan dan pembersihan (JM Harrington & FS

Gill, 2005: 254).

Jenis Alat Pelindung Pernafasan

1. Masker

Masker berguna untuk melindungi masuknya debu atau partikel-partikel

yang lebih besar ke dalam saluran pernafasan, dapat terbuat dari kain dengan

ukuran pori-pori tertentu.

1) Masker penyaring debu

Masker ini berguna untuk melindungi pernafasan dari asap pembakaran,

abu hasil pembakaran dan debu.


24

2) Masker berhidung

Masker ini dapat menyaring debu atau benda sampai ukuran 0,5 mikron.

3) Masker bertabung

Masker ini punya filter yang lebih baik daripada masker barhidung.

Masker ini tepat digunakan untuk melindungi pernafasan dari gas tertentu.

2. Respirator

1) Respirator sekali pakai, dari bahan filter cocok bagi debu pernapasan.

Bagian muka alat bertekanan negatif karena paru menjadi penggeraknya.

2) Respirator separuh masker, yang dibuat dari karet atau plastik dan

dirancang menutupi hidung dan mulut. Alat ini memiliki cartridge yang

sesuai, alat ini cocok untuk debu, gas serta uap. Bagian muka bertekanan

negatif, karena hisapan dari paru.

3) Respirator seluruh muka, dibuat dari karet atau plastik dan dirancang

untuk menutupi mulut, hidung dan mata. Medium filter dipasang didalam

kanister yang langsung disambung dengan sambungan lentur. Dengan kanister

yang sesuai, alat ini cocok untuk debu, gas dan uap. Bagian muka mempunyai

tekanan negatif, karena paru menghisap disana.

4) Respirator berdaya, dengan separuh masker atau seluruh muka, dibuat

dari karet atau plastik yang dipertahankan dalam tekanan positif dengan jalan

mengalirkan udara melalui filter, dengan bantuan kipas baterai. Kipas itu,

filter dan baterainya biasa dipasang disabuk pinggang, dengan pipa lentuk

yang disambung untuk membersihkan udara sampai ke muka.


25

5) Respirator topeng muka berdaya mempunyai kipas dan filter yang

dipasang pada helm, dengan udara ditiupkan ke arah bawah, diatas muka

pekerja di dalam topeng yang menggantung. Topeng dapat dipasang bersama

tameng-tameng pinggir, yang dapat diukur untuk mencocokkan dengan muka

pekerja. Baterai biasanya dipasang pada sabuk. Sedangkan filter dan adsorbent

tersedia dan jenis untuk pengelas juga tersedia (JM Harrington & FS Gill,

2005: 255).

2.4.9 Masa Kerja

Masa kerja adalah jangka waktu orang sudah bekerja ( pada suatu kantor,

badan dan sebagainya )(Tim penyusun KBBI,2001: 201).

Menurut Siti M (2006), masa kerja adalah lamanya seorang tenaga kerja

bekerja dalam (tahun) dalam satu lingkungan perusahaan, dihitung mulai saat

bekerja sampai penelitian berlangsung. Dalam peneiltian Yuli S (2005), dalam

lingkungan kerja yang berdebu, masa kerja dapat mempengaruhi dan

menurunkan kapasitas fungsi paru pada karyawan .

Menurut Umar Fahmi Ahmadi (1990:76) yang dikutip oleh Muhammad

Solech (2001:40), menyebutkan bahwa masa kerja dapat dikategorikan

menjadi

1. masa kerja baru ( < 5 tahun )

2. masa kerja lama ( ≥ 5 tahun )

Semakin lama seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia telah

terpapar bahaya yang ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut (Suma’mur,

1996 : 70).
26

2.5 Kerangka Teori

Teori yang mendukung dari rancangan penelitian ini adalah sebagai

berikut :

Paparan debu Riwayat penyakit

Umur
Masa Kerja

Jenis kelamin Kebiasaan


merokok

Penggunaan
masker Kebiasaan OR

Riwayat
Status gizi
pekerjaan

Kapasitas Vital Paru

Sumber : Modifikasi dari (Depkes RI, 2003; Guyton,1997; I dewa Nyoman, 2001;

Joko Suyono, 2002; Sugeng Budiono, 2002; Suma’mur, 1996; Syaifudin, 1997;

Srikandi F, 1992)
27

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 KERANGKA KONSEP

Variabel yang akan diteliti adalah variabel bebas ( masa kerja, penggunaan

masker, umur, jenis kelamin, riwayat penyakit, status gizi, kebiasaan olah

raga, dan kebiasaan merokok). Variabel terikatnya adalah kapasitas vital paru

karyawan. Sedangkan variabel yang tidak diteliti adalah paparan debu (karena

variasi debu yang sama) dan riwayat pekerjaan (hasil survey pendahuluan

didapat riwayat pekerjaan sama), seperti terlihat pada bagan di bawah.

Variabel Bebas Paparan debu Variabel Bebas

Riwayat penyakit
Umur

Masa Kerja

Jenis kelamin
Kebiasaan
merokok
Penggunaan
masker

Kebiasaan OR
Riwayat
pekerjaan

Status gizi

Kapasitas Vital Paru

Variabel Terikat
28

3.2 Hipotesis

Hipotesis yang peneliti ajukan dari landasan teori tersebut adalah :

3.2.1 Ada hubungan antara masa kerja dengan KVP karyawan perusahaan

genteng Malindo Sokka Kebumen.

3.2.2 Ada hubungan antara penggunaan masker dengan KVP karyawan

perusahaan genteng Malindo Sokka Kebumen.

3.2.3 Ada hubungan antara umur dengan KVP karyawan perusahaan genteng

Malindo Sokka Kebumen

3.2.4 Ada hubungan antara jenis kelamin dengan KVP karyawan perusahaan

genteng Malindo Sokka Kebumen

3.2.5 Ada hubungan antara riwayat penyakit dengan KVP karyawan

perusahaan genteng Malindo Sokka Kebumen

3.2.6 Ada hubungan antara kebiasaan olah raga dengan KVP karyawan

perusahaan genteng Malindo Sokka Kebumen

3.2.7 Ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan KVP karyawan

perusahaan genteng Malindo Sokka Kebumen

3.2.8 Ada hubungan antara status gizi dengan KVP karyawan perusahaan

genteng Malindo Sokka Kebumen

3.3 Definisi Operasional dan Skala Pengukuran

No. Variabel Definisi Cara Kriteria Skala


Pengukuran
1. Masa kerja Lama karyawan bekerja Kuesioner • Baru ( < 5 th ) Ordinal
(tahun) sejak mulai • Lama ( ≥ 5 th )
bekerja sampai penelitian
ini berlangsung.
29

2. Masker APD yang dipakai Observasi • Pakai Ordinal


sebagai penutup hidung (selama • Tidak pakai
guna melindungi paparan 4 jam)
debu saat bekerja.

3. Umur Usia karyawan (dalam Kuesioner • Dewasa muda Ordinal


tahun) sejak lahir sampai ( 18 – 40 th )
penelitian berlangsung • Dewasa tua
( > 40 th)

4. Jenis Jenis kelamin yang Kuesioner • Laki-laki Nominal


kelamin dimiliki karyawan • Perempuan

5. Riwayat Keadaan dimana Kuesioner • Pernah sakit Ordinal


penyakit karyawan pernah / tidak • Tidak pernah
mengalami penyakit sakit
saluran pernapasan akut,
kronis

6. Kebiasaan Kebiasaan karyawan Kuesioner • OR Ordinal


OR melakukan kegiatan OR • Tidak OR

Jenis OR Jenis OR yang biasa Kuesioner • Aerobik Ordinal


dilakukan karyawan • An aerobik
Frekuensi Dalam waktu seminggu

OR karyawan memanfaatkan Kuesioner • < 3 kali/minggu Ordinal


min. 3 hari untuk • > 3 kali/minggu
melakukan kegiatan OR

7. Kebiiasaan Kebiasaan karyawan tiap Kuesioner • Merokok Ordinal


merokok hari mengkonsumsi rokok • Tidak merokok

Jenis rokok yang Kuesioner • Filter Nominal


dikonsumsi karyawan • Kretek
• Lintingan
• lainnya
30

Jumlah rokok (dalam Kuesioner ------------- Ratio


batang) yang dikonsumsi
karyawan setiap hari

8. Status gizi Hasil dari BB/TB Pengukuran • Kurus Ordinal


karyawan BB/TB ( 17,0 – 18,5 )
• Normal
( >18,5– 25,0 )
• Gemuk
( >25,0 )

9. Kapasitas Volume cadangan Spirometer • Normal Ordinal


vital paru inspirasi + volume alun > 80%
napas + volume cadangan • Restriksi ringan
ekspirasi. Atau jumlah 60 – 70%
udara maksimum yang • Restriksi sedang
dapat dikeluarkan seorang 51 – 59%
dari paru, setelah terlebih • Restriksi berat
dahulu mengisi paru < 50%
secara maksimum dan
dikeluarkan sebanyak-
banyaknya (kira-kira
4600mL).

3.4 Jenis dan Rancangan Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Explanatory Research (penelitian penjelasan)

yaitu menjelaskan hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat melalui

pengujian hipotesis. Metode yang digunakan cross sectional yaitu peneliti

mempelajari hubungan antara variabel bebas (faktor risiko) dengan variabel

bergantung (efek) dengan melakukan pengukuran sesaat (Sudigdo

Sastroasmoro dan Sofyan Ismael, 1995: 67).


31

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian

3.5.1 Populasi

Populasi rujukan dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan perusahaan

genteng, sedangkan populasi studi dalam penelitian ini adalah seluruh

karyawan perusahaan genteng Malindo Sokka Kebumen sebanyak 65 orang.

3.5.2 Sampel

Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian dari populasi, yaitu sebagian

karyawan perusahaan genteng Malindo Sokka Kebumen. Dalam menentukan

jumlah sampel, dilakukan penghitungan jumlah sampel mininamal.

Jumlah sampel dalam penelitian ini dihitung menggunakan rumus :

Z 12−α / 2 p.q
n=
d2

Ket :

n = besar sampel

p = prakiraan proporsi (prevalensi) penyakit (atau paparan) pada populasi

(40%)

q = 1 – p (1 – 40% = 60%)

Z1-α/2 = Statistik Z pada distribusi normal, pada tingkat kemaknaan α (1,96)

d = presisi absolut yang diinginkan pada kedua sisi proporsi populasi (0,15)

(Bhismamurti, 2002: 94)

Jumlah sampel yang didapat dari perhitungan rumus adalah 41 orang.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

simple random sampling.


32

Variabel bebas ( independen )

Dalam penelitian ini, yang menjadi variabel bebas adalah masa kerja,

penggunaan masker, umur, jenis kelamin, riwayat penyakit, kebiasaan

merokok, kebiasaan olah ragadan status gizi karyawan perusahaan genteng

Malindo Sokka Kebumen.

Variabel terikat ( dependen )

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah kapasitas vital

paru karyawan perusahaan genteng Malindo Sokka Kebumen.

3.6 Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

spirometer hutchinson, timbangan injak, microtoise dan kuesioner.

3.6.1 Spirometer Hutchinson

Spirometer Hutchinson digunakan untuk mengukur kapasitas vital paru

karyawan.

3.6.2 Timbangan injak

Timbangan injak digunakan untuk mengukur berat badan karyawan.

3.6.3 Microtoise

Microtoise digunakan untuk mengukur tinggi badan karyawan.

3.6.4 Kuesioner

Kuesioner digunakan untuk mendapatkan data pribadi karyawan berupa

nama, umur, dan jenis kelamin.


33

3.7 Teknik Pengambilan Data

Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder.

3.7.1 Data primer diperoleh langsung dari responden, melalui

3.7.1.1 Wawancara

Wawancara adalah cara pengumpulan data dengan jalan tanya jawab

sepihak yang dikerjakan dengan sistematik dan berlandaskan kepada tujuan

penelitian (Marzuki,2002:56). Dalam hal ini dilakukan tanya jawab atau

wawancara secara langsung kepada karyawan Malindo Sokka Kebumen.

3.7.1.2 Pengukuran kapasitas vital paru

Metode ini dilakukan dengan cara pengukuran paru karyawan

menggunakan alat spirometer hutchinson secara langsung terhadap responden.

Adapun cara pengukuran kapasitas paru karyawan adalah sebagai berikut :

1) Masukkan air pada tabung hutchinson sebatas garis merah

2) Sesuaikan kleb batas dengan suhu air yang terbaca pada termometer

3) Lakukan inspirasi maksimal

4) Masukkan udara melalui selang karet secara maksimal, maka tabung

akan naik.

5) Baca hasilnya pada skala penunjuk

3.7.1.3 Pengukuran tinggi dan berat badan

Metode ini dilakukan dengan cara pengukuran tinggi badan menggunakan

microtise, dan pengukuran berat badan menggunakan timbangan injak.


34

3.7.2 Data sekunder

Data sekunder berupa gambaran umum perusahaan diperoleh peneliti

melalui bagian personalia perusahaan dan lainnya.

3.8 Teknik Analisis Data

3.8.1 Analisa Univariat

Yaitu analisa yang digunakan terhadap tiap variabel dari hasil penelitian.

Pada umumnya dalam analisa ini hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan

persentase dari tiap variabel.

3.8.2 Analisa Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk mencari hubungan variabel bebas dan

variabel terikat dengan uji statistik yang sesuai dengan skala data yang ada.

Uji statistik yang digunakan adalah Chi Square atau chi kuadrat. Taraf

signifikasi yang digunakan adalah 95 % dengan nilai kemaknaan 5 %.

Syarat uji Chi Square adalah tidak ada sel yang nilai obsserved-nya

bernilai 0, dan sel yang mempunyai expected kurang dari 5 maksimal 20%

dari jumlah sel, dan menggunakan tabel 2x2. Jika syarat uji Chi Square tidak

terpenuhi maka dilakukan penggabungan dan dilanjutkan uji alternatifnya

yaitu uji Fisher (Sopiyudin Dahlan, 2001: 18).

Kriteria hubungan berdasarkan nilai p value (probabilitas) yang

dihasilkan dibandingkan dengan nilai kemaknaan, dengan kriteria :

1) jika p value > 0,05 maka Ho diterima

2) jika p value < 0,05 maka Ho ditolak (Sofiudin Dahlan, 2000:236)


35

Untuk mengetahui tingkat keeratan hubungan antara variabel bebas

dengan variabel terikat, maka digunakan koefisien kontingensi.

Kriteria keeratan dengan menggunakan koefisien korelasi yaitu sebagai

berikut :

1) 0,00 – 0,199 maka hubungan sangat rendah

2) 0,20 – 0,399 maka hubungan rendah

3) 0,40 – 0,599 maka hubungan cukup kuat

4) 0,60 – 0,799 maka hubungan kuat

5) 0,80 – 1,00 maka hubungan sangat kuat (M. Sofiudin , 2001: 216)
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan Genteng Malindo Sokka Kebumen

Perusahaan genteng Malindo Sokka Kebumen merupakan salah satu dari

puluhan perusahaan genteng yang terletak di daerah Sokka Kebumen.

Perusahaan genteng Malindo Sokka dipimpin oleh seorang direktur, dan dalam

proses produksinya dipimpin oleh seorang mandor, serta beberapa karyawan dari

beberapa bagian dalam proses produksinya.

Adapun jumlah karyawan dalam tiap bagiannya adalah sebagai berikut :

1) Bagian pengambilan bahan 10 orang

2) Bagian pembuatan bahan 8 orang

3) Bagian produksi 31 orang

4) Bagian lapangan 26 orang

5) Bagian pengantar barang 2 orang

6) Sopir 3 orang

Perusahaan genteng Malindo Sokka ini mempunyai 5 tempat bagian

produksi (pabrik), dengan 5 mesin dan menghasilkan 6 jenis genteng. Adapun

dalam proses produksi genteng terdapat 7 proses dari pengambilan bahan sampai

genteng siap dipasarkan. 7 proses tersebut adalah : pengambilan bahan,

pembuatan keweh, penjiringan keweh, pencetakan genteng, penjemuran genteng,

pembakaran (masuk tobong) dan pembongkaran disertai penyeleksian.

36
37

Proses pembuatan genteng dapat dilihat dalam bagan di bawah ini.

Pengambilan bahan

Pembuatan keweh

Pengeringan keweh

Pencetakan genteng

Penjemuran genteng

Pembakaran genteng

Pembongkaran + seleksi
Gambar 4.1

Proses pembuatan genteng seperti bagan diatas, diawali dengan

pengambilan bahan berupa tanah liat lalu diangkut ke pabrik. Kemudian bahan

dicampur dengan pasir laut dengan menggunakan mesin sehingga menjadi keweh

berupa segi empat. Setelah jadi, keweh kemudian diangin-anginkan selama 2 hari

hingga kering. Keweh yang sudah kering ditipiskan, kemudian dimasukkan

dalam mesin cetak. Genteng hasil cetakan kemudian diangin-anginkan selama 10

hari diatas rak. Setelah kering kemudian proses penjemuran dilakukan selama 1

hari. Genteng yang kering kemudian dimasukkan ruang bakar untuk proses

pembakaran selama 2 hari. Setelah dibakar, genteng dibongkar disertai dengan

penyeleksian genteng sesuai kualitas, dan genteng siap untuk dipasarkan.


38

4.2 Analisis Data

4.2.1 Analisis Univariat

Analisa univariat dimaksudkan untuk menggambarkan hasil penelitian

yang diperoleh. Analisis dalam penelitian ini adalah masa kerja, penggunaan

masker, umur, jenis kelamin, riwayat penyakit, kebiasaan olah raga (jenis dan

frekuensi), kebiasaan merokok (jenis dan jumlah rokok), status gizi dan kapasitas

vital paru.

4.2.1.1 Masa Kerja

Masa kerja karyawan dikategorikan menjadi masa kerja baru (< 5 tahun)

dan masa kerja lama (≥ 5 tahun). Dari data masa kerja diketahui nilai mean

sebesar 6, median = 6, dan standar deviasi = 3,6.Lebih jelasnya dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 4.1
Masa Kerja Karyawan

Masa kerja Frekuensi Persentase (%)


Baru ( < 5 tahun) 17 41,5
Lama ( ≥ 5 tahun) 24 58,5
Total 41 100

Terlihat dari tabel di atas, karyawan yang mempunyai masa kerja lama

yaitu 24 orang karyawan atau 58,5%.

4.2.1.2 Penggunaan Masker

Penggunaan masker pada karyawan dikategorikan dengan kategori pakai

dan tidak pakai. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
39

Tabel 4.2
Penggunaan Masker Pada Karyawan

Kriteria Frekuensi Persentase (%)


Pakai 11 26,8
Tidak pakai 30 73,2
Total 41 100

Terlihat dari tabel diatas, sebagian besar karyawan tidak menggunakan

masker yaitu sebanyak 30 karyawan atau 73,2%.

4.2.1.3 Umur

Umur karyawan dapat dibagi menjadi 5 kelas yaitu, umur 16-24 tahun,

25-33 tahun, 34-42 tahun, 43-51 tahun, dan 52-61 tahun.

Dari data umur didapat nilai mean sebesar 33, median sebesar 30, dan standar

deviasi sebesar 10,3

Tabel 4.3
Umur Karyawan

Umur (tahun) Frekuensi Persentase (%)


16 – 25 10 24,3
25 – 33 11 26,8
34 – 42 13 31,7
43 – 51 5 12,1
52 – 61 2 4,8
Total 41 100

Terlihat dari tabel di atas, karyawan yang paling banyak adalah

mempunyai umur 34-42 tahun, yaitu sebesar 13 orang atau 31,7%

4.2.1.4 Jenis Kelamin

Jenis kelamin karyawan dikelompkkan menjadi laki-laki dan perempuan.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.


40

Tabel 4.4
Jenis Kelamin Karyawan

Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%)


Laki-laki 20 48,8
Perempuan 21 51,2
Total 41 100

Terlihat dari tabel di atas, sebagian besar karyawan mempunyai jenis

kelamin perempuan, yaitu sebanyak 21 orang atau 51,2 %.

4.2.1.5 Riwayat Penyakit

Riwayat penyakit karyawan dapat dikategorikan pernah sakit dan tidak

pernah sakit. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.5
Riwayat Penyakit Karyawan

Kriteria Frekuensi Persentase (%)


Tidak pernah sakit 40 97,6
Pernah sakit 1 2,4
Total 41 100

Terlihat dari tabel diatas, sebagian besar karyawan tidak mempunyai

riwayat penyakit pernafasan yaitu sebanyak 40 karyawan atau 97,6%.

4.2.1.6 Kebiasaan Olah Raga

1.) Kebiasaan Olah Raga

Kebiasaan olah raga dikategorikan menjadi biasa dan tidak biasa olah raga,

jenis olah raga dan frekuensi olah raga. Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

berikut.
41

Tabel 4.6
Kebiasaan Olah Raga Karyawan

Kriteria Frekuensi Persentase (%)


Olah raga 33 80,5
Tidak olah raga 8 19,5
Total 41 100

Terlihat dari tabel diatas, sebagian besar karyawan yaitu sebanyak 33

orang atau 80,5% biasa melakukan kegiatan olah raga.

2). Jenis Olah Raga

Dari 33 orang karyawan mempunyai kebiasaan olah raga, jenis olah

raganya dapat dikategorikan menjadi joging, bersepeda, dan lainnya (jalan kaki).

Lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.7
Jenis Olah Raga Karyawan

Kriteria Frekuensi Persentase (%)


Aerobik 8 19,5
An aerobik 33 80,5
Total 41 100

Tabel diatas menunjukkan, sebagian besar karyawan mempunyai kebiasaan

olah raga aerobik sebanyak 33 orang karyawan atau %.

3). Frekuensi Olah Raga

Frekuensi olah raga karyawan dapat dikategorikan menjadi 3-6 kali

seminggu dan > 6 kali seminggu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel

berikut.
42

Tabel 4.8
Frekuensi Olah Raga Karyawan

Kriteria Frekuensi Persentase (%)


3 – 6 kali seminggu 4 9,8
> 6 kali seminggu 29 90,2
Total 33 100

Tabel diatas menunjukkan, sebagian besar karyawan yaitu 29 orang

karyawan atau 90,2% mempunyai frekuensi olah raga > 6 kali seminggu.

4.2.1.7 Kebiasaan Merokok

1). Kebiasaan merokok

Kebiasaan merokok dikategorikan menjadi mrokok dan tidak merokok,

serta jenis rokok dan jumlah rokok yang dikonsumsi tiap hari. Lebih jelasnya

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.9
Kebiasaan Merokok Karyawan

Kriteria Frekuensi Persentase (%)


Merokok 11 26,8
Tidak merokok 30 73,2
Total 41 100

Terlihat dari tabel diatas, sebagian besar karyawan yaitu 30 orang

karyawan atau 73,2% mempunyai kebiasaan tidak merokok.

2). Jenis rokok

Jenis rokok yang dikonsumsi karyawan dapat dikategorikan menjadi filter,

kretek, dan lintingan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut
43

Tabel 4.10
Jenis Rokok Karyawan

Kriteria Frekuensi Persentase (%)


Filter 8 72,7
Kretek 3 27,3
Lintingan 0 0
Total 11 100

Terlihat dari tabel diatas, dari 11 orang karyawan yang mempunyai

kebiasaan merokok, sebagian besar yaitu 8 orang karyawan atau 72,7%

diantaranya mengkonsumsi rokok jenis filter.

3.) Jumlah rokok

Jumlah rokok yang dikonsumsi karyawan tiap hari dapat dikategorikan

menjadi < 6 batang sehari dan > 6 batang sehari. Untuk lebih jelasnya dapat

dilihat pada tabel berikut.

Tabel 4.11
Jumlah Rokok Karyawan

Kriteria Frekuensi Persentase (%)


< 6 batang sehari 5 45,5
> 6 batang sehari 6 54,4
Total 11 100

Terlihat dari tabel diatas, dari 11 orang karyawan yang mempunyai

kebiasaan merokok, 6 orang karyawan atau 54,5% mengkonsumsi rokok > 6

batang sehari.

4.2.1.8 Status Gizi

Status gizi karyawan dapat dikategorikan menjadi Berat Badan Kurang

(17,0 – 18,5), Normal (>18,5 – 25,0) dan Berat Badan Lebih (> 25,0).
44

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.12
Status Gizi Karyawan

Kriteria Frekuensi Persentase (%)


Berat Badan Kurang 16 39,0
Normal 25 61,0
Berat Badan Lebih 0 0
Total 41 100

Terlihat dari tabel diatas, sebagian karyawan yaitu 25 karyawan atau

61,0% mempunyai berat badan kurang.

4.2.1.9 Kapasitas Vital Paru Karyawan

Kapasitas vital paru karyawan dapat diketahui melalui pengukuran

kapasitas vital paru dengan menggunakan spirometer. Kapasitas vital paru

karyawan dikategorikan menjadi Normal (>80%), Restriksi Ringan (60-79%),

Restriksi Sedang (51-59%) dan Restriksi Berat (<50%).

Tabel 4.13
Kapasitas Vital Paru Karyawan

Kriteria Frekuensi Persentase (%)


Normal (>80%) 6 14,6
Restriksi ringan (60-79%) 26 63,4
Restriksi sedang (51-59%) 7 17,1
Restriksi berat (<50%) 2 4,9
Total 41 100

Dari tabel diatas dapat dilihat, sebaagian besar karyawan yaitu 26 orang

atau 63,4% mengalami restriksi ringan.


45

4.2.2 Analisis Bivariat

4.2.2.1 Hubungan Masa Kerja dengan Kapasitas Vital Paru

Hasil pengujian hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara masa

kerja dengan kapasitas vital paru setelah dilakukan penggabungan dapat dilihat

pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.14
Hubungan Masa Kerja Dengan Kapasitas Vital Paru

Kapasitas Vital Paru


Normal dan Restriksi
Masa Kerja Restriksi Sedang dan Total
Ringan berat
F % f % F %
Baru 14 82,4 3 17,6 17 100
Lama 18 75,0 6 25,0 24 100
Total 32 78,0 9 22,0 41 100

Terlihat pada tabel di atas bahwa karyawan yang mempunyai masa kerja

lama sebanyak 32 orang. Sebagian besar yaitu 18 karyawan atau 75% mengalami

restriksi ringan. Dan dari 17 karyawan dengan masa kerja baru, 3 karyawan atau

17,6% mengalami restriksi sedang dan berat.

Berdasarkan hasil uji Fisher, maka didapat p value sebesar 0,43. Maka p

value lebih besar dari 0,05 (0,43 > 0,05) sehingga Ha ditolak yang menyatakan

bahwa tidak ada hubungan antara masa kerja dengan kapasitas vital paru

karyawan perusahaan genteng Malindo Sokka Kebumen.

4.2.2.2 Hubungan Penggunaan Masker Dengan Kapasitas Vital Paru

Hasil pengujian hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara

penggunaan masker dengan kapasitas vital paru setelah dilakukan penggabungan

dapat dilihat pada tabel dibawah ini.


46

Tabel 4.15
Hubungan Penggunaan Masker dengan Kapasitas Vital Paru

Kapasitas Vital Paru


Penggunaan Restriksi
Normal dan
Masker Sedang dan Total
Restriksi Ringan
berat
f % f % F %
Pakai 11 100 0 0 11 100
Tidak pakai 21 70 9 30 30 100
Total 32 78 9 22 41 100

Terlihat pada tabel di atas, dari 30 karyawan yang tidak menggunakan

masker sebanyak 21 orang atau 70% mengalami restriksi sedang dan berat.

Berdasarkan hasil uji Fisher, maka didapat p value adalah 0,04. Maka p

value lebih kecil dari 0,05 (0,04 < 0,05) sehingga Ha diterima yang menyatakan

bahwa ada hubungan antara penggunaan masker dengan kapasitas vital paru

karyawan perusahaan genteng Malindo Sokka Kebumen.

4.2.2.3 Hubungan Umur Dengan Kapasitas Vital Paru

Hasil pengujian hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara umur

dengan kapasitas vital paru setelah dilakukan penggabungan dapat dilihat pada

tabel dibawah ini.

Tabel 4.16
Hubungan Umur dengan Kapasitas Vital Paru

Kapasitas Vital Paru


Restriksi
Umur Normal dan
Sedang dan Total
Restriksi Ringan
berat
f % f % f %
Dewasa Muda 16 72,7 6 27,3 22 100
Dewasa Tua 16 84,2 3 18,8 19 100
Total 32 78,0 9 22,0 41 100
47

Terlihat pada tabel di atas, dari 19 karyawan dengan umur dewasa tua

sebanyak 3 orang atau % mengalami restriksi sedang dan berat.

Berdasarkan hasil uji Fisher, maka didapat p value adalah 0,37. Maka

p value lebih besar dari 0,05 (0,37 > 0,05), sehingga Ha ditolak yang menyatakan

bahwa tidak ada hubungan antara umur dengan kapasitas vital paru karyawan

perusahaan genteng Malindo Sokka Kebumen.

4.2.2.4 Hubungan Jenis Kelamin Dengan Kapasitas Vital Paru

Hasil pengujian hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara jenis

kelamin dengan kapasitas vital paru setelah dilakukan penggabungan dapat dilihat

pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.17
Hubungan Jenis Kelamin dengan Kapasitas Vital Paru

Kapasitas Vital Paru


Restriksi
Jenis Kelamin Normal dan
Sedang dan Total
Restriksi Ringan
berat
f % F % F %
Laki-laki 17 85,0 3 15,0 20 100
Perempuan 15 71,0 6 29,0 21 100
Total 32 78,0 9 22,0 41 100

Terlihat pada tabel di atas, dari 20 karyawan dengan jenis kelamin laki-

laki sebanyak 17 orang atau 85% mempunyai KVP normal dan mengalami

restriksi ringan.

Berdasarkan hasil uji Fisher, maka didapat p value adalah 0,29. Maka

p value lebih besar dari 0,05 (0,29 > 0,05), sehingga Ha ditolak yang menyatakan

bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kapasitas vital paru

karyawan perusahaan genteng Malindo Sokka Kebumen.


48

4.2.2.5 Hubungan Riwayat Penyakit Dengan Kapasitas Vital Paru

Hasil pengujian hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara riwayat

penyakit dengan kapasitas vital paru setelah dilakukan penggabungan dapat dilihat

pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.18
Hubungan Riwayat Penyakit dengan Kapasitas Vital Paru

Kapasitas Vital Paru


Restriksi
Riwayat Penyakit Normal dan
Sedang dan Total
Restriksi Ringan
berat
f % f % F %
Tidak pernah sakit 32 80 8 20 40 100
Pernah sakit 0 0 1 100 1 100
Total 32 78 9 22 41 100

Terlihat pada tabel di atas, dari 40 karyawan yang tidak punya riwayat

penyakit pernapasan, sebanyak 32 orang punya KVP normal dan mengalami

restriksi ringan. Dan 1 orang yang sakit mengalami restriksi sedang dan berat.

Berdasarkan hasil uji Fisher, maka didapat p value adalah 0,22. Maka

p value lebih besar dari 0,05 (0,22 > 0,05), sehingga Ha ditolak yang menyatakan

bahwa tidak ada hubungan antara riwayat penyakit dengan kapasitas vital paru

karyawan perusahaan genteng Malindo Sokka Kebumen.

4.2.2.6 Hubungan Kebiasaan Olah Raga Dengan Kapasitas Vital Paru

Hasil pengujian hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara

kebiasaan olah raga dengan kapasitas vital paru setelah dilakukan penggabungan

dapat dilihat pada tabel dibawah ini


49

Tabel 4.19
Hubungan Kebiasaan Olah Raga dengan Kapasitas Vital Paru

Kapasitas Vital Paru


Kebiasaan Olah Restriksi
Normal dan
raga Sedang dan Total
Restriksi Ringan
berat
f % f % F %
Tidak biasa 4 50 4 50 8 100
Biasa 28 84 5 16 33 100
Total 32 78 9 22 41 100

Terlihat pada tabel di atas, dari 8 orang yang tidak biasa olah raga, terdapat

4 orang atau 50% mengalami restriksi sedang dan berat. Sedangkan dari 33 orang

yang biasa olah raga, ada 28 (84%) mempunyai KVP normal dan restriksi ringan.

Berdasarkan hasil uji Fisher, maka didapat p value adalah 0,04. Maka

p value lebih kecil dari 0,05 (0,04 < 0,05) sehingga Ha diterima yang menyatakan

bahwa ada hubungan antara kebiasaan olah raga dengan kapasitas vital paru

karyawan perusahaan genteng Malindo Sokka Kebumen.

4.2.2.7 Hubungan Kebiasaan Merokok Dengan Kapasitas Vital Paru

Hasil pengujian hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara

kebiasaan merokok dengan kapasitas vital paru setelah dilakukan penggabungan

dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.20
Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kapasitas Vital Paru

Kapasitas Vital Paru


Kebiasaan Restriksi
Normal dan
Merokok Sedang dan Total
Restriksi Ringan
berat
f % f % F %
Tidak merokok 22 73,3 8 26,7 30 100
Merokok 10 90,9 1 9,1 11 100
Total 32 78,0 9 78,0 41 100
50

Terlihat pada tabel di atas, dari 30 karyawan yang tidak merokok

sebanyak 22 orang atau 73,3% normal dan restriksi ringan. Sedangkan dari 11

orang yang merokok sebanyak 1 orang atau 9,1% mengalami restriksi sedang dan

berat.

Berdasarkan hasil uji Fisher, maka didapat p value adalah 0,22. Maka

p value lebih besar dari 0,05 (0,22 > 0,05), sehingga Ha ditolak yang menyatakan

bahwa tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kapasitas vital paru

karyawan perusahaan genteng Malindo Sokka Kebumen.

4.2.2.8 Hubungan Status Gizi Dengan Kapasitas Vital Paru

Hasil pengujian hipotesis yang menyatakan ada hubungan antara status

gizi dengan kapasitas vital paru setelah dilakukan penggabungan dapat dilihat

pada tabel dibawah ini.

Tabel 4.21
Hubungan Status Gizi dengan Kapasitas Vital Paru

Kapasitas Vital Paru


Restriksi
Status Gizi Normal dan
Sedang dan Total
Restriksi Ringan
berat
f % f % F %
BB kurang 11 68,8 5 31,3 16 100
Normal 21 84,0 4 26,0 25 100
Total 32 78,0 9 22,0 41 100

Terlihat pada tabel di atas, dari 25 karyawan dengan berat bdan normal,

terdapat 4 orang atau 16% mengalami restriksi sedang dan berat. Dan 21 orang

atau 84% punya KVP normal dan restriksi ringan.


51

Berdasarkan hasil uji Fisher, maka didapat p value adalah 0,27. Maka

p value lebih besar dari 0,05 (0,27 > 0,05), sehingga Ha ditolak yang menyatakan

bahwa tidak ada hubungan antara status gizi dengan kapasitas vital paru karyawan

perusahaan genteng Malindo Sokka Kebumen.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Hubungan Masa Kerja Dengan Kapasitas Vital Paru

Berdasarkan hasil uji Fisher diperoleh p value = 0,435 > 0,05 yang berarti

tidak ada hubungan antara masa kerja dengan kapasitas vital paru karyawan

perusahaan genteng Malindo Sokka Kebumen.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan olah Yuli

Setiyani Zaenal (2004: 85), yang menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara

masa kerja dengan kapasitas fungsi paru (FVC). Hal ini juga sesuai dengan hasil

penelitian yang dilakukan oleh Muhammad Solech (2001: 79), yang

menyebutkan bahwa tidak ada hubungan antara lama pemaparan debu kapur tulis

dengan kapasitas vital fungsi paru (FVC & FEV1). Hal ini menunjukkan bahwa

tidak ada bukti signifikan antara masa kerja dengan kapasitas vital paru. Jumlah

total suatu zat yang diabsorbsi paru-paru bukan hanya tergantung pada lamanya

paparan debu pembakaran genteng saja, kadar debu dalam ruangan kerja, serta

sifat-sifat kimia dan fisik debu genteng tersebut juga perlu diperhitungkan.

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori dari Joko Suyono (2001: 14),

yang menyatakan bahwa hubungan paparan efek bergantung pada lamanya

paparan. Teori yang dinyatakan oleh Suma’mur (1994: 70), bahwa semakin lama
52

seseorang dalam bekerja maka semakin banyak dia telah terpapar bahaya yang

ditimbulkan oleh lingkungan kerja tersebut juga tidak sesuai dengan hasil

penelitian. Dalam kondisi kerja tertentu yaitu dengan tingkat paparan yang

biasanya berlaku di negara-negara industri, maka penyakit paru akan timbul

bertahun-tahun setelah paparan.

Karyawan dengan masa kerja lama sebanyak 24 orang, 6 orang mengalami

restriksi sedang dan berat akan semakin berisiko mengalami penurunan fungsi

paru, namun juga bisa sebaliknya. Apabila kondisi paru terpapar dengan berbagai

komponen pencemar, fungsi fisiologis paru sebagai organ utama pernafasan akan

mengalami beberapa gangguan sebagai akibat dari pemaparan secara terus

menerus dari berbagai komponen pencemar. Fungsi paru dapat berubah-ubah

akibat sejumlah faktor non pekerjaan seperti usia, jenis kelamin, kebiasaan

merokok, kondisi kesehatan dan sebagainya (Harrington & Gill, 2003: 84).

4.3.2 Hubungan Penggunaan Masker dengan Kapasitas Vital Paru

Berdasarkan hasil uji Fisher diperoleh p value = 0,04 < 0,05 yang berarti

ada hubungan antara penggunaan masker dengan kapasitas vital paru karyawan

perusahaan genteng Malindo Sokka Kebumen. Diperoleh nilai CC ( coefficient

contingency) sebesar 0,306 yang berarti tingkat hubungan lemah.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang telah dilakukan

oleh Siti Muslikatul Mila (2006), yang menyatakan bahwa ada hubungan antara

pemakaian APD dengan kapasitas vital paru tenaga kerja bagian pengamplasan.

Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan

oleh Lambang Satria (2006), ada pengaruh antara pemakaian alat pelindung
53

pernafasan dengan kapasitas fungsi paru petani sayuran pengguna pestisida

semprot. Dari hasil penelitian yang telah banyak dilakukan, kebiasaan tidak

memakai alat pelindung pernapasan akan menjadi salah satu penyebab penurunan

kapasitas vital paru, selain itu pengetahuan karyawan juga akan sedikit banyak

mempengaruhinya.

Teori dari Suma’mur (1996, 217), juga sesuai dengan hasil penelitian ini.

Dinyatakan bahwa penggunaan APD berkaitan dengan banyaknya partikulat yang

tertimbun di dalam organ paru akibat pencemaran yang dapat mengurangi

kemampuan fungsi paru. Sehingga dengan digunakannya APD maka akan dapat

mencegah menumpuknya partikulat pencemar dalam organ paru, sehingga akan

mengurangi terjadinya penurunan fungsi organ paru.

Alat pelindung diri ini tidaklah secara sempurna dapat melindungi

tubuhnya tetapi akan dapat mengurangi tingkat keparahan yang mungkin terjadi

(Sugeng Budiono, 2003 : 239). Data penelitian yang didapat dari 41 orang

karyawan, hanya 11 orang yang menggunakan masker dan 5 orang mengalami

restriksi ringan. Sedangkan dari 30 orang karyawan yang tidak menggunakan

masker, terdapat 9 orang mengalami restriksi sedang dan berat. Dampak yang

timbul pada saluran pernapasan akan dapat terlihat setelah terjadinya paparan

debu secara terus menerus tanpa menggunakan masker saat bekerja.

4.3.3 Hubungan Umur dengan Kapasitas Vital Paru

Berdasarkan hasil uji Fisher diperoleh p value = 0,37 > 0,05 yang berarti

tidak ada hubungan antara umur dengan kapasitas vital paru karyawan perusahaan

genteng Malindo Sokka Kebumen.


54

Hasil penelitian didapat 19 orang dengan kategori tua (> 30tahun),

diantaranya 3 orang mengalami restriksi sedang dan berat, serta 16 orang

mempunyai KVP normal dan restriksi ringan. Hal ini tidak sesuai dengan teori

dari Adriana P (2003: 147) yang menyatakan bahwa kekuatan otot maksimal pada

usia 20-40 tahun dan akan berkurang sebanyak 20% setelah usia 40 tahun. Teori

dari Joko Suyono (2001:218), yang menyatakan bahwa semakin tua umur

seseorang maka semakin besar kemungkinan terjadi penurunan fungsi paru. Hal

ini juga tidak sejalan dengan hasil penelitian dari Siti M (2006), bahwa semakin

bertambah usia maka akan dapat menurunkan kapasitas vital paru seseorang.

Penurunan kapasitas vital paru dapat terjadi setelah usia 30 tahun, tatapi

penurunan kapasitas vital paru akan cepat setelah umur 40 tahun. Faal paru sejak

masa kanak-kanak bertambah volumenya dan akan mencapai nilai maksimum

pada usia 19 sampai 21 tahun. Setelah usia tersebut nilai faal paru akan terus

menurun sesuai dengan pertambahan usia.

4.3.4 Hubungan Jenis Kelamin dengan Kapasitas Vital Paru

Berdasarkan hasil uji Fisher diperoleh p value = 0,29 > 0,05 yang berarti

tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan kapasitas vital paru karyawan

perusahaan genteng Malindo Sokka Kebumen.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori Guyton (1997: 605), yang

menyatakan bahwa pria mempunyai peluang lebih besar dibanding wanita.

Volume dan kapasitas vital paru pada wanita kira-kira 20-25% lebih kecil

daripada pria.
55

Berdasarkan hasil penelitian, terdapat 20 oarng laki-laki dengan 3 orang

mengalami restriksi sedang dan berat, dan 21 orang perempuan dengan 6 orang

mengalami restriksi sedang dan berat. Hal ini menunjukkan bahwa jenis kelamin

mempengaruhi penurunan kapasitas vital paru karyawan, tidak sesuai dengan hasil

penelitian.

4.3.5 Hubungan Riwayat Penyakit dengan Kapasitas Vital Paru

Berdasarkan hasil uji Fisher diperoleh p value = 0,22 > 0,05 yang berarti

tidak ada hubungan antara riwayat penyakit dengan kapasitas vital paru karyawan

perusahaan genteng Malindo Sokka Kebumen.

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori dari Suma’mur (1996), yang

menyatakan bahwa pneumonokiosis yang disebabkan oleh lingkungan kerja yang

berdebu dikarenakan tidak menggunakan masker saat bekerja. Hasil ini juga tidak

sesuai dengan teori dari Guyton dan Hall (1997: 348) yang menyatakan bahwa

keadaan seperti tuberculosis , emfisema, asma, kanker paru dan pleuritis fibrosa

semuanya dapat menurunkan kapasitas vital paru.

Hal ini disebabkan karena dari seluruh sampel penelitian yang didapat,

hanya terdapat 1 orang karyawan yang mempunyai riwayat penyakit paru saat

dilakukan penelitian. Untuk menghindari penyakit paru pada karyawan, salah satu

cara pencegahannya adalah dengan menghindari dari debu dengan cara memakai

masker saat bekerja.


56

4.3.6 Hubungan Kebiasaan Olah Raga dengan Kapasitas Vital Paru

Berdasarkan hasil uji Fisher diperoleh p value = 0,04 < 0,05 yang berarti

ada hubungan antara kebiasaan olah raga dengan kapasitas vital paru karyawan

perusahaan genteng Malindo Sokka Kebumen.

Hasil penelitian ini sesuai dengan teori Guyton (1997: 605), yang

menyatakan bahwa kapasitas vital paru dapat dipengaruhi oleh kebiasaan

seseorang melakukan olah raga dan kapasitas vital paru pada seorang atletis lebih

besar daripada orang yang tidak pernah berolah raga.

Kapasitas vital paru dipengaruhi oleh kebiasaan seseorang menjalankan

olahraga. Olahraga secara rutin dapat meningkatkan kesegaran dan ketahanan

fisik yang optimal. Saat melakukan olah raga, otot dada bergerak lebih maksimal

sehingga kapasitas paru semakin meningkat. Kapasitas vital paru dan olahraga

mempunyai hubungan timbal balik. Gangguan kapasitas vital paru dapat

mempengaruhi kemampuan olahraga. Sebaliknya latihan fisik yang teratur atau

olahraga dapat meningkatkan kapasitas vital paru (Hadi E, 2001: 45).

Berdasarkan hasil penelitian, dari 8 orang yang tidak biasa olahraga

terdapat 4 orang mengalami restriksi sedang dan berat. Hal ini menunjukkan

bahwa kebiasaan olahraga dapat mempengaruhi kapasitas vital paru seseorang,

dan sebaliknya kapasitas vital paru akan mempengaruhi kemampuan olahraga.

4.3.7 Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kapasitas Vital Paru

Berdasarkan hasil uji Fisher diperoleh p value = 0,22 > 0,05 yang berarti

tidak ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kapasitas vital paru

karyawan perusahaan genteng Malindo Sokka Kebumen.


57

Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang dikemukakan Joko

Suyono (2001:218), yang menyatakan bahwa merokok lebih merendahkan

kapasitas vital paru dibandingkan beberapa bahaya kesehatan akibat kerja. Hal ini

juga tidak sesuai dengan teori bahwa pengaruh asap rokok dapat lebih besar dari

pada pengaruh debu hanya sekitar sepertiga dari pengaruh buruk rokok (Depkes

RI, 2003: 52). Penurunan fungsi paru pada orang dewasa normal bukan perokok

sekitar 28,7 mL pertahun, 38,4 mL pertahun untuk bekas perokok, dan sekitar

41,7 mL pertahun untuk perokok aktif.

Merokok diketahui mengganggu efektifitas sebagian mekanisme respirasi.

Produk-produk asap rokok diketahui merangsang sebagian pembentukan mucus

dan peningkatan risiko pertumbuhan bakteri. Batuk yang terjadi pada perokok

adalah usaha untuk mengeluarkan mucus kental yang sulit didorong keluar saluran

pernapasan. Infeksi saluran pernapasan bawah sering terjadi pada perokok aktif

dan pasif.

Berdasarkan hasil penelitian, dari 11 orang yang mempunyai kebiasaan

merokok, terdapat 1 orang yang mengalami restriksi sedang dan berat dan 10

orang dengan kapasitas vital paru normal dan restriksi ringan. Hal ini

menunjukkan bahwa kebiasaan merokok pada karyawan tidak menurunkan

kapasitas vital paru karyawan secara signifikan.

4.3 8 Hubungan Status Gizi dengan Kapasitas Vital Paru

Berdasarkan hasil uji Fisher diperoleh p value = 0,27 > 0,05 yang berarti

tidak ada hubungan antara status gizi dengan kapasitas vital paru karyawan

perusahaan genteng Malindo Sokka Kebumen.


58

Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan teori bahwa kekurangan makanan

yang terus menerus akan menyebabkan susunan fisiologis terganggu dan dapat

mengganggu kapasitas vital seseorang (Depkes RI, 1990: 43).

Status gizi seseorang dapat mempengaruhi kapasitas vital paru. Orang

kurus panjang biasanya kapasitasnya lebih dari orang gemuk pendek (I Dewa

Nyoman, 2001: 60), juga tidak sejalan dengan hasil penelitian yang didapat.

Masalah kekurangan dan kelebihan gizi orang dewasa merupakan masalah penting

karena selain mempunyai risiko penyakit tertentu dapat pula produktivitas kerja.

Status gizi yang berlebihan dengan adanya timbunan lemak dapat menurunkan

compliance dinding dada dan paru sehingga ventilasi paru akan terganggu

akibatnya kapasitas vital paru akan menurun.

Berdasarkan hasil penelitian, dari 16 orang yang mempunyai berat badan

kurang, hanya 5 orang yang mengalami restriksi sedang dan berat. Hal ini

menunjukkan bahwa status gizi tidak mempengaruhi kapasitas vital paru

karyawan pada penelitian ini.

4.4 Hambatan dan Kelemahan Penelitian

Penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kapasitas vital

paru karyawan perusahaan genteng Malindo Sokka Kebumen ini tidak lepas dari

beberapa hambatan dan kelemahan, yaitu:

1) Penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan pendekatan cross

sectional dimana data yang diambil pada waktu yang sesaat dan
59

bersamaan sehingga hanya menggambarkan keadaan waktu

dilaksanakannya penelitian.

2) Tidak dilakukannya pengukuran debu yang dihirup pada lingkungan kerja

karena keterbatasan dana, sehingga peneliti tidak tahu secara pasti

seberapa besar paparan debu dalam perusahaan genteng


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

5.1.1 Tidak ada hubungan antara faktor masa kerja ( p = 0,43 ) dengan kapasitas vital

paru karyawan perusahaan genteng Malindo Sokka Kebumen

5.1.2 Ada hubungan antara faktor penggunaan masker ( p = 0,04 ) dengan kapasitas

vital paru karyawan perusahaan genteng Malindo Sokka Kebumen

5.1.3 Tidak ada hubungan antara faktor umur ( p = 0,37 ) dengan kapasitas vital paru

karyawan perusahaan genteng Malindo Sokka Kebumen

5.1.4 Tidak ada hubungan antara faktor jenis kelamin ( p = 0,29 ) dengan kapasitas

vital paru karyawan perusahaan genteng Malindo Sokka Kebumen

5.1.5 Tidak ada hubungan antara faktor riwayat penyakit ( p = 0,22 ) dengan

kapasitas vital paru karyawan perusahaan genteng Malindo Sokka Kebumen

5.1.6 Ada hubungan antara faktor kebiasaan olah raga ( p = 0,04 ) dengan kapasitas

vital paru karyawan perusahaan genteng Malindo Sokka Kebumen

5.1.7 Tidak ada hubungan antara faktor kebiasaan merokok ( p = 0,22 ) dengan

kapasitas vital paru karyawan perusahaan genteng Malindo Sokka Kebumen

5.1.8 Tidak ada hubungan antara faktor status gizi ( p = 0,27 ) dengan kapasitas vital

paru karyawan perusahaan genteng Malindo Sokka Kebumen.

60
61

5.2 Saran

Adapun saran yang dianjurkan berkaitan dengan faktor-faktor yang

berhubungan dengan kapasitas vital paru karyawan diantaranya adalah :

5.2.1 Bagi karyawan dan perusahaan genteng Malindo Sokka Kebumen

Perlunya penggunaan masker saat bekerja dan peningkatan kebiasaan olah raga

bagi karyawan guna menghindari gangguan kesehatan pada sistem pernapasan

5.2.2 Bagi Civitas Akademika

Hendaknya perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai paparan debu

pada karyawan perusahaan genteng dengan menggunakan variabel yang lain misalnya

dengan kadar debu.


62

DAFTAR PUSTAKA

AM Sugeng Budiono dkk. 2002. Bunga Rampai Hiperkes dan Kaesehatan.


Semarang: Badan Penerbit UNDIP

Arthur C Guyton, John E Hall . 1997. Fisiologi Kedokteran. Terjemahan Irawati


Setiawan . Jakarta: EGC

Bhismamurti. 2002. Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi. Yogyakarta: Gadjah


Mada University Press

Corwin J, Elizabeth. 2000. Buku Saku Patofisologi. Jakarta: EGC

Depkes RI. 1999. Keputusan Menteri Kesehatan RI dan Keputusan Dirjen


PPM&PLP tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja. Jakarta: Depes
RI

Depnaker RI . 1997 . Surat Edaran MenNaKer No SE 01/MEN/1997 NAB Faktor


Kimia di Udara Lingkungan Kerja . Jakarta

Harrington,Gill . 2003 . Buku Saku Kesehatan Kerja . Jakarta : EGC

Herry Koesyanto dan Eram Tunggul Pawenang. 2005. Panduan Praktikum


Laboratorium Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Semarang: UPT UNNES
Press

I Dewa Nyoman Supariasa, dkk. 2001. Penentuan Status Gizi. Jakarta: EGC

Jan Tambayong. 2001. Anatomi Fisiologi untuk Keperawatan. Jakarta: Rineka Cipta

Joko Suyono . Deteksi Dini Penyakit Akibat Kerja . Jakarta : EGC

Mukhtar Ikhsan. 2002. Penatalaksanaan Penyakit Paru Akibat Kerja. Jakarta: UI


Press

Muhammad Solech. 2001. Hubungan Lama Pemaparan Debu Kapur Tulis dengan
Kapasitas Vital Fungsi Paru (FVC & FEV1) Guru SLTPN 1 Grobogan Juni
2001. Skripsi. Semarang: UNDIP

M. Sopiyudin Dahlan. 2004. Statistika untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta: PT


Arkans
63

Pearce, Evelyn C . 1991 . Anatomi Fisiologi Untuk Paramedis . Jakarta : PT


Gramedia Pusat Utama

Siti Muslikatul Mila. 2006. Hubungan Antara Masa Kerja, Pemakaian APD
Pernafasan (Masker) Pada Tenaga Kerja Pengamplasan Dengan Kapasitas
Fungsi Paru PT Ascent House Pecangaan Jepara. Skripsi. UNNES

Srikandi Fardiaz. 1999. Polusi air dan udara. Yogyakarta: Kanisius

Sudigdo Sastroasmoro dan Sofyan Ismael. 1995. Dasar Metodologi Penelitian Klinis.
Jakarta: Rineka Cipta

Suma’mur PK. 1996. Higene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: PT Gunung
Agung

Syaifudin. 1997. Anatomi Fisiologi Untuk Siswa Perawat. Jakarta: EGC

Tim penyusun KBBI. 2001. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Wiwiek Pudjiastuti. 2003. Modul Pelatihan bagi Fasilitator Kesehatan Kerja. Jakarta
: Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI

Yuli Setiyani Zaenal. 2004. Hubungan antara Amsa Kerja dengan Kapasitas Fungsi
Paru pada Pengemudi Bus DAMRI Unit Kota Semarang Jalur Terboyo-
Mangkang 2004. Skripsi. UNNES

Anda mungkin juga menyukai