Anda di halaman 1dari 5

11

Analisis Lipid Peroksida Hati HASIL DAN PEMBAHASAN


Pengukuran kadar lipid peroksida hati
dilakukan pada akhir perlakuan. Sebanyak 1-2 Histopatologi Pankreas
gram hati disimpan dalam larutan NaCl 0.9% Hasil pemeriksaan histopatologi organ
dingin. Hati segar tersebut dibuat 10% b/v pankreas kelompok normal (kelompok 1)
homogenat hati dalam larutan KCl 1.15% menunjukkan bahwa tidak ada kelainan
dingin. Kemudian diambil sebanyak 0.1 mL nekrosis dan inflamasi yang terjadi. Pulau
homogenat ke dalam tabung reaksi. Tahap Langerhans terlihat normal (Gambar 5a).
selanjutnya ke dalam tiap tabung ditambahkan Jumlah Pulau Langerhans yang terdapat di
0.2 mL SDS 0.8% dan 1.5 mL asam asetat preparat sebanyak 12 buah. Jumlah ini
20%, serta diatur pHnya dari 2.5 menjadi 3.5 merupakan jumlah Pulau Langerhans
oleh penambahan NaOH 1 M dengan terbanyak.
menggunakan pH meter. Selanjutnya Hasil pemeriksaan histopatologi organ
ditambahkan 0.7 mL akuades dan 1.5 mL pankreas kelompok diabetes yang diinduksi
TBA 1.0% dalam pelarut asam asetat 50%, aloksan (kelompok 2) menunjukkan bahwa
kemudian dipanaskan ke dalam penangas air terjadi hiperplasia dibagian duktus pankreas
mendidih pada suhu 95oC selama 60 menit, (Gambar 5b). Jumlah Pulau Langerhans ada 9
selanjutnya didinginkan pada suhu ruang. buah. Jumlah ini lebih sedikit daripada jumlah
Tahap selanjutnya setiap tabung normal. Hal ini membuktikan bahwa induksi
ditambahkan 1 mL akuades dan 5 mL n- aloksan mampu merusak pankreas hewan
butanol:piridin (15:1 v/v). Campuran diaduk coba yang ditunjukkan dengan berkurangnya
dengan vorteks, lalu disentrifugasi pada Pulau Langerhans dan terjadinya hiperplasia.
kecepatan 4000 rpm (888 g) selama 10 menit. Hiperplasia merupakan keadaan
Kemudian lapisan atas pada larutan diambil, meningkatnya jumlah sel secara mitosis
lalu serapannya diukur pada panjang (Underwood 1999) karena sel-sel tersebut
gelombang 532 nm dengan spektrofotometer. tidak dapat beradaptasi terhadap peningkatan
Serapan yang terukur akan dimasukkan pada beban kerja untuk memproduksi insulin
persamaan garis dari kurva standar (y=a+bx) (Corwin 2009) karena beberapa sel β telah
sehingga diperoleh konsentrasi lipid rusak karena pemberian aloksan.
peroksida. Larutan blanko juga disiapkan Hasil analisis histopatologi terhadap
dengan menggunakan akuades yang diberi pankreas tikus kelompok 3 yaitu kelompok
perlakuan seperti larutan sampel. diabetes yang kemudian diberi perlakuan
dengan glibenklamid (obat antidiabetes
Analisis Data (Mattjik & Sumertajaya komersial). Hasil analisis menunjukkan tidak
2000). Rancangan acak lengkap digunakan adanya kelainan nekrosis dan inflamasi
pada rancangan penelitian ini. Analisis data (Gambar 5c). Jumlah Pulau Langerhans ada 9,
yang dilakukan dengan metode ANOVA jumlah ini lebih sedikit dibandingkan dengan
(analysis of variance) pada tingkat jumlah kelompok normal karena Pulau
kepercayaan 95% dan taraf α = 0.05. Jika Langerhans pankreas rusak oleh induksi
terdapat perbedaan dalam perlakuan, maka aloksan. Jumlah Pulau Langerhans kelompok
dilakukan uji Duncan pada selang ini sama dengan jumlah Pulau Langerhans
kepercayaan 90%, taraf α = 0.1. Model kelompok diabetes, tetapi keadaan pankreas
rancangan tersebut menurut Mattjik & lebih baik karena tidak terjadi kelainan
Sumertajaya (2000) adalah Yij = µ + τ +εi dikarenakan adanya induksi glibenklamid
Keterangan : yang merupakan obat antidiabetes komersial.
Hasil analisis hisptopatologi kelompok 4
I = 1,2,......t dan j = 1,2,.......r. yang merupakan kelompok diabetes yang
Yij = Pengamatan pada perlakuan ke-i diberi perlakuan ekstrak etanol 70% daun
dan ulangan ke-j. wungu dengan dosis 25 mg/kgBB
menunjukkan adanya inflamasi berupa
peradangan ringan dan ditemukannya limfosit
µ = Pengaruh rataan umum. (Gambar 5d). Jumlah Pulau Langerhans
sebanyak 8 buah. Hasil ini menunjukkan
Τ = Pengaruh perlakuan ke-i, i = 1, bahwa ekstrak dengan dosis 25 mg/kgBB
2, 3, 4, 5. belum dapat memperbaiki pankreas yang
εi = Pengaruh galat acak perlakuan rusak oleh aloksan karena masih
ke-i dan ulangan ke-j, j = 1, 2, 3, ditemukannya inflamasi pada pankreas dan
4, 5. jumlah Pulau Langerhans juga lebih sedikit
12

dibandingkan dengan kelompok normal. Dosis memberikan perlindungan dan memperbaiki


25mg/kgBB masih terlalu kecil sehingga pankreas yang telah dirusak aloksan tetapi
belum memberikan perlindungan terhadap jumlah Pulau Langerhans masih lebih sedikit
pankeas. Selain itu ditemukannya limfosit dibandingkan kelompok normal.
yang menunjukkan adanya benda asing yang Hasil analisis histopatologi kelompok 7
terdapat di pankreas sehingga limfosit (sel merupakan kelompok tikus diabetes yang
darah putih) terdeteksi di pankreas. diberikan perlakuan ekstrak dosis 200
Hasil analisis histopatologi kelompok 5 mg/kgBB menunjukkan tidak ada kelainan
yang diberi perlakuan ekstrak etanol 70% nekrosis dan inflamasi yang terjadi dan
daun wungu dengan dosis 50 mg/kgBB terdapat 7 buah Pulau Langerhans (Gambar
menunjukkan tidak ada kelainan nekrosis dan 5g). Dosis ekstrak 200 mg/kgBB telah mampu
inflamasi (Gambar 5e). Jumlah Pulau memperbaiki pankreas yang rusak akibat
Langerhans sebanyak 4 buah. Dosis 50 diabetes mellitus tipe 1 tetapi jumlah Pulau
mg/kgBB sudah dapat memperbaiki pankreas Langerhans masih lebih sedikit dibandingkan
yang rusak akibat aloksan karena tidak adanya dengan kelompok normal. Hasil analisis
kelainan yang ditemukan, tetapi jumlah Pulau histopatologis ini ditunjukkan pada Tabel 1.
Langerhans sangat sedikit dibandingkan Perbaikan pankreas pada kelompok
jumlah normal. perlakuan yang diberikan ekstrak etanol 70%
Sel β Pulau Langerhans manusia akan daun wungu disebabkan oleh senyawa
mengalami penurunan 10% dibandingkan flavonoid dan alkaloid yang dikandung daun
dengan normal setelah terjadi diabetes wungu yang mempunyai potensi antidiabetes
mellitus tipe 1, sedangkan penurunan sel β (Andayani et al. 2008). Hasil pengujian
akan mencapai 50%-60% pada penderita histopatologi telah menunjukkan bahwa masih
diabetes mellitus tipe 2 (Gepts 1981). terdapat kelainan dan inflamasi pada
Penurunan jumlah Pulau Langerhans pada kelompok diabetes dan kelompok yang
penelitian ini disebabkan oleh kondisi diabetes diberikan ekstrak 25 mg/kgBB. Hasil ini
mellitus tipe 1 pada hewan coba yang belum cukup memberikan informasi tentang
diinduksi aloksan. kemampuan daun wungu dalam memperbaiki
Hasil analisis histopatologi kelompok 6 keadaan Pulau Langerhans dan tingkat sekresi
merupakan kelompok tikus diabetes yang insulin, sehingga diperlukan pengujian
diberikan perlakuan ekstrak dosis 100 selanjutnya. Pengujian yang dapat dilakukan
mg/kgBB menunjukkan bahwa tidak ada adalah teknik pewarnaan imunohistokimia
kelainan nekrosis dan inflamasi pada pankreas yang dapat mendeteksi kemampuan sel β
(Gambar 5f) dan terdapat 7 Pulau Langerhans. Pulau Langerhans untuk mensekresikan
Dosis 100 mg/kgBB telah mampu insulin.

Keterangan: tanda panah () = menunjukkan Pulau Langerhans.

Gambar 5 Histopatologi pankreas tikus. (a) kelompok normal, (b) kontrol negatif, (c)
kontrol positif, (d) dosis 25 mg/kgBB, (e) dosis 50 mg/kgBB, (f) dosis 100
mg/kgBB, (g) dosis 200 mg/kgBB.
13

Tabel 1 Gambaran histopatologi pankreas hewan coba


Jumlah Pulau
Kelompok percobaan Keterangan
Langerhans
Normal 12 T.D.K.N.I
Diabetes 9 Terjadi hiperplasia dibagian duktus pankreas
Glibenklamid 9 T.D.K.N.I
Ada inflamasi (peradangan ringan) dan
Dosis 25 mg/kgBB 8
ditemukannya limfosit
Dosis 50 mg/kgBB 4 T.D.K.N.I
Dosis 100 mg/kgBB 7 T.D.K.N.I
Dosis 200 mg/kgBB 7 T.D.K.N.I
Keterangan: TDKNI= Tidak ditemukan kelainan nekrosis dan inflamasi

Imunohistokimia Pankreas Hasil analisis imunohistokimia kelompok


Pengujian histopatologi telah 3 yang merupakan kelompok kontrol negatif
menunjukkan jumlah Pulau Langerhans dan menunjukkan dari 9 Pulau Langerhans
kondisi patologis pankreas secara umum. terdapat 7 Pulau Langerhans yang
Untuk mendeteksi insulin yang diekspresikan mengekspresikan insulin dengan kuat, dan 2
oleh sel β Pulau Langerhans maka dilakukan Pulau Langerhans mengekspresikan insulin
pewarnaan imunohistokimia. dengan sedang (Gambar 6c). Jumlah Pulau
Hasil analisis imunohistokimia kelompok Langerhans kelompok 3 yang terdeteksi sama
normal (kelompok 1) menunjukkan dari 12 dengan kelompok 2 yaitu 9 buah tetapi
Pulau Langerhans yang terdeteksi semuanya kemampuan produksi insulin kelompok 3 jauh
mengekspresikan insulin dengan kuat. Pulau lebih tinggi karena Pulau Langerhans yang
Langerhans dari kelompok normal masih telah rusak oleh aloksan berhasil diobati oleh
dalam keadaan baik karena jumlahnya paling glibenklamid yang merupakan obat
banyak dan semua Pulau Langerhans antidiabetes komersial.
mengekspresikan insulin dengan kuat Glibenklamid merupakan obat diabetes
(Gambar 6a). mellitus yang bekerja dengan cara
Hasil analisis pada kelompok diabetes meningkatkan sekresi insulin (Bailey &
(kelompok 2) menunjukkan bahwa dari 9 Krentz 2010). Glibenklamid merupakan obat
Pulau Langerhans yang terdeteksi hanya 2 oral dari turunan sulfonilurea. Pengobatan
Pulau Langerhans yang mengekspresikan dengan menggunakan glibenklamid secara
insulin dengan kuat, 4 Pulau Langerhans oral disarankan bagi penderita diabetes akibat
mengekspersikan insulin dengan sedang, dan kerusakan sel β pankreas (Jones & Hattersley
3 Pulau Langerhans lainnya lemah 2010). Hasil ini sesuai teori bahwa pemberian
mengekspresikan insulin (Gambar 6b). glibenklamid pada kelompok 3 mampu
Aloksan telah merusak pankreas tikus meningkatkan produksi insulin sel β pankreas.
sehingga mengurangi kemampuan sel β Hasil analisis imunohistokimia kelompok
pankreas untuk menghasilkan insulin. 4 yang diberi perlakuan ekstrak daun wungu
Aloksan dapat menghancurkan sel β dengan dosis 25 mg/kgBB menunjukkan dari
pankreas setelah 24 jam pemberian. Aloksan 8 Pulau Langerhans terdapat 7 Pulau
akan bereaksi dengan agen-agen pereduksi Langerhans yang mengekspresikan insulin
seperti sistein, asam askobat sehingga dengan kuat, dan 1 Pulau Langerhans lainnya
menghasilkan radikal bebas anion superoksida mengekspresikan insulin dengan lemah
dan hidrogen peroksida. Hidrogen peroksida (Gambar 6d). Dosis 25 mg/kgBB ekstrak daun
kemudian dengan cepat berdifusi masuk ke wungu telah mampu meningkatkan sekresi
dalam membran sel dan mencapai lisosom insulin tetapi dosis ini masih belum mampu
bila tidak didegenerasi oleh sistem antioksidan memperbaiki pankreas seutuhnya karena
tubuh (Dunn 1943 dalam Magdalena 2002). masih terdapat inflamasi di pankreas
Kelompok 2 merupakan kelompok kontrol berdasarkan hasil pembacaaan histopatologi.
negatif yang hewan coba diinduksi aloksan. Hasil pembacaan imunohistokimia
Aloksan menyebabkan keadaan diabetes kelompok 5 yang diberi perlakuan ekstrak
mellitus dan menyebabkan berkurangnya etanol 70% menunjukkan bahwa dari 4 Pulau
kemampuan sel β pankreas menghasilkan Langerhans yang terdeteksi semuanya
insulin. Hasil yang menunjukkan lemahnya mengekspresikan insulin dengan kuat
sekresi insulin sesuai dengan teori yang ada. (Gambar 6e). Sedangkan hasil pembacaan
14

imunohistokimia untuk kelompok 6 yang daun wungu dosis 50 mg/kgBB merupakan


diberi perlakuan ekstrak daun wungu dosis dosis yang memberikan hasil terbaik dalam
100 mg/kgBB menunjukkan dari 7 Pulau memperbaiki pankreas tikus yang diinduksi
Langerhans hanya 3 Pulau Langerhans yang aloksan karena semua Pulau Langerhans
mengekspresikan insulin dengan kuat, 2 Pulau kelompok 5 mengekspresikan insulin dengan
Langerhans mengekspresikan insulin dengan kuat dan tidak ada ditemukan kelainan
sedang, dan 2 Pulau Langerhans lemah nekrosis dan inflamasi pada pankreas.
mengekspresikan insulin (Gambar 6f). Meskipun dengan dosis 25 mg/kgBB
Hasil pewarnaaan imunohistokimia (kelompok 4) lebih banyak Pulau Langerhans
terhadap pankreas tikus kelompok 7 yang yang mampu mengekspresikan insulin dengan
diberi perlakuan ekstrak daun wungu dengan kuat tetapi masih ditemukannya inflamasi dan
dosis 200 mg/kgBB menunjukkan bahwa 3 limfosit pada pankreas. Sedangkan jumlah
dari 7 Pulau Langerhans mengekspresikan Pulau Langerhans yang mengekspresikan
insulin dengan kuat, 2 Pulau Langerhans insulin dengan kuat lebih sedikit pada
mengekspresikan insulin dengan tingkat kelompok 6 (dosis 100 mg/kgBB) dan
sedang, 1 Pulau Langerhans tidak kelompok 7 (dosis 200 mg/kgBB). Hasil
mengekspresikan insulin (Gambar 6g). analisis ini terdapat pada Gambar 6 dan Tabel
Hasil pemeriksaan patologi pankreas 2. Ekspresi insulin tingkat kuat, sedang, dan
dengan pewarnaan histopatologi dan lemah dinilai berdasarkan intensitas warna
imunohistokimia menunjukkan bahwa ekstrak yang dipancarkan.

Tabel 2 Gambaran ekspresi insulin pankreas hewan coba


Jumlah
Kelompok
Pulau Ekspresi insulin % Ekspresi insulin
percobaan
Langerhans
Normal 12 12 kuat 100
Diabetes 9 2 kuat, 4 sedang, 3 lemah 22.22
Glibenklamid 9 7 kuat, 2 sedang 77.78
Dosis 25 mg/kgBB 8 7 kuat, 1 lemah 87.5
Dosis 50 mg/kgBB 4 4 kuat 100
Dosis 100
7 3 kuat, 2 sedang, 2 lemah 42.8
mg/kgBB
Dosis 200 3 kuat, 2 sedang, 1 lemah, 1 tidak 42.8
7
mg/kgBB mengekspresikan insulin

Keterangan: tanda panah () = menunjukkan ekspresi pewarnaan insulin Pulau Langerhans.

Gambar 6 Ekspresi insulin pankreas dengan pewarnaan imunohistokimia. (a) kelompok


normal, (b) kontrol negatif, (c) kontrol positif, (d) dosis 25 mg/kgBB, (e) dosis 50
mg/kgBB, (f) dosis 100 mg/kgBB, (g) dosis 200 mg/kgBB.
15

Lipid Peroksida lipid peroksida di berbagai sistem biologis


Pengukuran kadar lipid peroksida hati (Letan 1996) seperti mitokondria, mikrosom
dilakukan untuk mengetahui kerusakan sel (Bindoli et al.1977; Cavallini et al. 1978) dan
hati. Kadar lipid peroksida merupakan kloloplast (Takahama 1983). Beberapa
parameter awal kerusakan hati yang penelitian yang dilakukan oleh Videla et al.
disebabkan oleh adanya radikal bebas dalam (1981), Younes dan Siegers (1981), Muller
tubuh. Pengukuran lipid peroksida dilakukan dan Sies (1982), (Valenzuela & Guerra 1986)
pada semua tikus kelompok percobaan. Hasil melaporkan bahwa efek penghambatan oleh
analisis menunjukkan bahwa kadar lipid katekin, kuersetin, dan flavonoid pada lipid
peroksida tertinggi terjadi di kelompok peroksida diukur secara in vitro dengan
diabetes (kelompok 2) yaitu 5.43976 µg/mL metode kolorimetri terhadap pembentukan
± 1.46, sedangkan kadar lipid peroksida asam tiobarbiturat.
paling rendah pada kelompok yang diberi Bindoli et al. (1977) melaporkan bahwa
ekstrak etanol 70% daun wungu dengan dosis silimarin (turunan flavonoid) melindungi
200 mg/kgBB yaitu sebesar 3.2786 µg/mL ± mitokondria dan mikrosom hati tikus dari
2.78. pembentukan lipid peroksida yang diinduksi
Kadar lipid peroksida semua kelompok oleh Fe2+-askorbat dan NADPH-Fe3+-ADP.
(Tabel 12) yaitu kelompok 1 (kelompok Pengurangan kadar lipid peroksida secara
normal) sebesar 3.8553 µg/mL ± 0.97, enzimatis oleh flavonoid melibatkan sistem
kelompok 3 (kontrol positif) sebesar 3.55042 sitokrom p450 yang terdapat di hati (Bindoli
µg/mL ± 1.97, kelompok 4 (dosis 25 et al.1977; Cavallini et al. 1978).
mg/kgBB) sebesar 4.1349 µg/mL ± 2.52, Tahap enzimatis (proses biotransformasi)
kelompok 5 (dosis 50 mg/kgBB) sebesar runtuk membuang zat asing (xenobiotik)
5.2222 µg/mL ± 1.58, dan kelompok 6 (dosis terjadi di hati dengan 2 fase yaitu fase I dan
100 mg/kgBB) sebesar 3.80286 µg/mL ± fase II. Fase I merupakan fase penambahan
2.72. gugus fungsi seperti –OH, –SH, –NH2, dan –
Kadar lipid peroksida kelompok diabetes COOH. Fase II merupakan tahap konjugasi
(kelompok 2) paling tinggi karena banyaknya zat asing untuk menigkatkan kelarutan zat
radikal bebas yang terbentuk akibat pemberian asing dalam air. Sitokrom p450 merupakan
aloksan dan tidak adanya obat atau sumber coupled-enzyme yang terdiri dari dua enzim
antioksidan yang diberikan. Aloksan yaitu NADPH-sitokrom p450-reduktase dan
merupakan agen pengoksidasi yang kuat. enzyme yang memiliki gugus heme (Casarett
Aloksan akan tereduksi menjadi asam dialurat dan Doull 1986). Penghambatan nonenzimatis
dan menghasilkan radikal bebas. Radikal terhadap lipid peroksida merupakan interaksi
bebas inilah yang merusak sel β pankreas lansung senyawa silimarin (flavonoid) dengan
sehingga mengurangi/menghilangkan radikal bebas penyebab lipid peroksida
kemampuan untuk memproduksi insulin. (Bindoli et al.1977; Cavallini et al. 1978).
Pemberian ekstrak daun wungu pada Senyawa flavonoid yang berperan sebagai
kelompok dapat menurukan kadar lipid antioksidan dalam penelitian ini belum
peroksida. Pemberian dengan dosis terbesar diketahui, sehingga masih diperlukan
(200 mg/kgBB) dapat menurunkan kadar lipid penelitian lanjutan untuk memurnikan dan
peroksida dan kadar yang diperoleh lebih mengkarakterisasi senyawa flavonoid di
kecil dibandingkan dengan kadar lipid ekstrak etanol daun wungu. Penelitian
peroksida pada kelompok 3 yang diberi lanjutan untuk mengetahui mekanisme kerja
perlakuan glibenklamid. Hal ini disebabkan flavonoid sebagai antioksidan juga diperlukan.
oleh kemampuan senyawa flavonoid dan Ekstrak daun wungu pada semua dosis yang
alkaloid ekstrak daun wungu sebagai dilakukan dalam penelitian ini dapat
antioksidan. menurunkan kadar lipid peroksida jika
Senyawa yang mampu menetralisir atau dibandingkan dengan kadar lipid peroksida
mengurangi efek degeneratif lipid peroksida kontrol negatif, tetapi setelah dilakukan uji
secara umum dikenal sebagai antioksidan. ANOVA terhadap nilai penurunan lipid
Antioksidan biasanya tersebar pada bagian peroksida oleh ekstrak diperoleh bahwa
sitosol, mitokondria untuk melindungi organel penurunan oleh ekstrak daun wungu belum
sel (Özbay & Dűlger 2002). Beberapa memberikan pengaruh secara signifikan pada
flavonoid dilaporkan dapat menghambat lipid tingkat kepercayaan 95% dan taraf α = 0.05
peroksida secara enzimatis atau nonenzimatis. dan diperlukannya penggulangan pengukuran
Flavonoid seperti kuersetin dapat mengurangi kurva standar (Tabel 3 dan Gambar 7).

Anda mungkin juga menyukai