Anda di halaman 1dari 16

1

UJI TOKSISITAS PADA PANKREAS MENCIT HIPERGLIKEMIA


YANG DIBERI EKSTRAK ETANOL KULIT BUAH RAMBAI
(Baccaurea motleyana Muell. Arg.)

Ria Ceriana1, Rini Suryati2


1
Jurusan Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ubudiyah Indonesia
2
Mahasiswa Program Sarjana Farmasi, Fakultas Ilmu Kesehatan UUI
Universitas Ubudiyah Indonesia
Jl. Alue Naga, Tibang, Kec. Syiah Kuala, Banda Aceh
Email: cherry4n4@yahoo.com
No Telp: 0651-7555566

ABSTRAK

Hiperglikemia adalah kondisi kadar gula darah (glukosa) yang tinggi. Kondisi
hiperglikemia secara terus-menerus dan dalam waktu yang lama dapat menyebabkan
penyakit diabetes melitus. Kulit buah rambai (Baccaurea motleyana) merupakan salah
satu bagian tumbuhan yang dapat digunakan untuk menurunkan kadar glukosa darah
pada mencit yang telah dinduksi aloksan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
keamanan dalam penggunaan tumbuhan sebagai obat herbal agar tidak menimbulkan
efek berbahaya yang tidak diinginkan, maka perlu dilakukan uji toksisitas pada
pankreas mencit. Pankreas merupakan organ penting dalam mengatur kadar glukosa
darah karena terdapat sel alfa yang mensekresi insulin. Rancangan penelitian yang
digunakan dalam penelitian ini ialah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 6
perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan terdiri kontrol negatif (akuades), kontrol positif
(Glibenklamid), dan ekstrak etanol kulit buah rambai dengan dosis bertingkat 200
mg/kgBB, 400 mg/kgBB, 800 mg/kgBB, 1600 mg/kgBB yang diberikan secara oral.
Parameter yang diukur dalam penelitian ini yaitu sel degenerasi, sel nekrosis, hiperemi,
hemoragi dan peradangan jaringan. Data dianalisis menggunakan analisis varians
(ANAVA) dan apabila perlakuan berpengaruh maka diuji lanjut menggunakan uji jarak
berganda Duncan dengan taraf kepercayaan 5%. Hasil pengamatan menunjukkan
pemberian ekstrak etanol kulit buah rambai berpengaruh nyata terhadap kerusakan
pada sel-sel pankreas mencit hiperglikemia. Kerusakan yang disebabkan berupa
hiperemi, hemoragi, sel radang, degenerasi dan nekrosis. Dosis aman ekstrak etanol
kulit buah rambai ialah 1600 mg/kg BB yang dapat dijadikan obat antidiabetes
dikarenakan rerata sel degenerasi dan nekrosis sel hati lebih rendah dibandingkan
kontrol positif (glibenklamid).

Kata Kunci: Hiperglikemia, diabetes melitus, Baccaurea motleyana, pankreas,


mikroskopis.
2

ABSTRACT

Hyperglycemia was a condition of high blood sugar (glucose). Conditions of


hyperglycemia continuously and in a long time can cause diabetes mellitus. The peel
of rambai fruit (Baccaurea motleyana) was one part of the plant that can be used to
lower blood glucose levels in mice that have been induced alloxan. The purpose of this
study to determine the safety in the use of plants as herbal medicine in order not to
cause undesirable harmful effects, it is necessary to test the toxicity in the pancreas
mice. Pancreas was an important organ in regulating blood glucose levels because there
were alpha cells that secrete insulin. The research design used in this research is
Completely Randomized Design (CRD) with 6 treatments and 4 replications. The
treatments consisted of negative controls (aquadest), positive controls (Glibenclamide),
and rambai peel ethanol extracts with 200 mg / kgBW, 400 mg / kgBW, 800 mg /
kgBW, 1600 mg / kgBW doses administered orally. Parameters measured in this study
were cell degeneration, necrosis cells, hyperemia, and haemorrhage and tissue
inflammation. The data were analyzed using variance analysis (ANAVA) and if the
treatment had effect then tested continued using Duncan multiple-range test with 5%
confidence level. The results showed that the extract of ethanol peel of rambai had
significant effect on damage to pancreatic cells of hyperglycemia mice. Damage caused
in the form of hyperemia, hemorrhage, inflammatory, degeneration and necrosis. The
safe dose of rambai peel ethanol extract was 1600 mg / kg BW which can be used as
an antidiabetic drug due to the average of cell degeneration and liver cell necrosis was
lower than positive control (glibenclamide).

Keywords: Hyperglycemia, diabetes mellitus, Baccaurea motleyana, pancreas,


microscopic.

PENDAHULUAN produksi insulin makin berkurang.

Hiperglikemia adalah kondisi Insulin adalah hormon yang disekresi

kadar gula darah (glukosa) yang tinggi. dari pankreas dan dibutuhkan dalam

Hal yang mendasari semua krisis proses metabolisme glukosa. Saat

hiperglikemia ialah defisiensi insulin, insulin tidak bekerja sebagaimana

relatif ataupun absolut. Hiperglikemia fungsinya maka terjadi penumpukan

selanjutnya dapat melemahkan glukosa di sirkulasi darah (Price dan

kapasitas sekresi insulin sehingga Wilson, 2006).


3

Pankreas ialah organ yang organ inilah yang berperan dalam

terletak di belakang dan di bawah memproduksi insulin.

lambung, yaitu di atas lengkung METODE PENELITIAN

pertama duodenum. Pankreas


Jenis penelitian ini ialah
merupakan kelenjar campuran yang
penelitian dengan rancangan
tersusun dari jaringan eksokrin dan
eksperimental laboratorium. Penelitian
endokrin. Bagian eksokrin yang
ini menggunakan mencit hiperglikemia
predominan terdiri dari kelompok-
sebagai hewan coba yang sengaja diberi
kelompok sel sekretorik seperti anggur
perlakuan berupa ekstrak etanol kulit
yang membentuk kantung-kantung atau
buah rambai (Baccaurea motleyana).
asinus, yang berhubungan dengan
Selanjutnya peneliti mengamati efek
duktus yang bermuara ke duodenum.
toksik pada struktur mikroskopis
Bagian endokrin yang lebih kecil terdiri
pankreas akibat perlakuan tersebut.
dari pulau-pulau jaringan endokrin

yang disebut pulau-pulau Langerhans HASIL DAN PEMBAHASAN

(islets of Langherhans). Hormon Hasil Ekstraksi


Pembuatan ekstrak etanol kulit
terpenting yang di sekresikan oleh sel-
buah rambai (Baccaurea motleyana)
sel pulau Langerhans ialah insulin dan
dibuat dari kulit buah segar sebanyak
glukagon (Sherwood, 2009). Oleh
2000 g. Simplisia kulit buah rambai
karena itu, uji toksisitas penting
(Baccaurea motleyana) didapat
dilakukan pada organ pankreas karena
sebanyak 1000 g. Simplisia dimaserasi
4

menggunakan pelarut etanol 85% variasi yang sama (sig≥0,05). Data

selama 2x24 jam. Hasil maserasi selanjutnya dianalisis menggunakan uji

dipekatkan menggunakan rotary analisis varian (ANAVA)

vacuum evaporator (Hei- VAP Value Berdasarkan hasil dari ANAVA

2000) sehingga didapatkan rendemen menunjukkan bahwa adanya pengaruh

5,38 %. perlakuan kontrol negatif (aquades),

kontrol positif (glibenklamid) dan


Degenerasi dan Nekrosis Sel β
ekstrak etanol kulit buah rambai
Pankreas Mencit Hiperglikemia
(Baccaurea motleyana) terdapat
Hasil pengamatan dalam
perubahan mikroskopis sel β pankreas
penelitian ini yaitu data degenerasi dan
mencit hiperglikemia. Pengaruh
nekrosis sel β pankreas mencit
perlakuan berupa degenerasi dan
hiperglikemia. Data diperoleh dari
nekrosis. Hal ini ditunjukkan dari nilai
pengamatan mikroskopis
sig < 0,05. Selanjutnya data di uji lanjut
menggunakan mikroskop cahaya
dengan uji lanjut Duncan yang dapat
binokuler. Data yang diperoleh diuji
dilihat pada Tabel 4.1.
normalitas dan homogenitasnya. Hasil
Tabel 4.1. Rataan proporsi jumlah
uji normalitas menunjukkan bahwa
degenerasi dan nekrosis sel
data terdistribusi normal (sig≥0,05). pancreas mencit
hiperglikemia setelah
Selanjutnya dilakukan uji homogenitas, pemberian ekstrak etanol
kulit buah rambai
hasil uji ini memperlihatkan data (Baccaurea motleyana =
BM).
berasal dari populasi yang memiliki
5

Perlakuan Rerata Jumlah Degenerasi Rerata Jumlah Nekrosis Sel


Sel pankreas (x̄±SD) pankreas (x̄±SD)
K- (Akuades) 0,34 ± 0,09a 0,44 ± 0,03a
K+ (Glibenklamid) 1,33 ± 0,16e 1,81 ± 0,13d
BM 200 mg/kgBB 0,51 ± 0,04b 0,58 ± 0,10ab
BM 400 mg/kgBB 0,69 ± 0,05b 0,59 ± 0,21ab
BM 800 mg/kgBB 0,73 ± 0,06c 0,88 ± 0,23c
BM 1600 mg/kgBB 0,87 ± 0,07d 0,84 ± 0,21bc
Ket: aAngka- angka pada kolom yang sama yang diikuti superskrip huruf berbeda menunjukkan
perbedaan nyata pada taraf uji 5% (uji Duncan). K- (mencit hiperglikemia + akuades; K+ (mencit
hiperglikemia + Glibenklamid); BM 200 mg/kgBB (mencit hiperglikemia + 200 mg/kgBB); BM
400 mg/kgBB (mencit Hiperglikemia + 400 mg/kgBB); BM 800 mg/kgBB (mencit
hiperglikemia + 800 mg/kgBB); BM 1600 mg/kgBB (mencit hiperglikemia + 1600 mg/kgBB).

meningkatkan jumlah sel yang


Tabel 4.1 menunjukkan bahwa
mengalami degenerasi dan nekrosis.
pemberian berbagai dosis ekstrak
Kontrol negatif atau perlakuan mencit
etanol kulit buah rambai menyebabkan
hiperglikemia yang hanya diberi
terjadinya peningkatan jumlah sel
akuades menunjukkan rerata jumlah sel
pankreas yang mengalami degenerasi
hati degenerasi dan nekrosis yang
dan nekrosis secara nyata. Hasil
paling rendah daripada perlakuan
analisis terhadap rerata jumlah
lainnya. Perlakuan ekstrak etanol kulit
degenerasi dan nekrosis sel pankreas
buah rambai dosis 1600 mg/kgBB
menunjukkan terdapat perbedaan nyata
dapat menyebabkan degenerasi dan
(Sig<0,05) antar perlakuan. Semakin
nekrosis pada sel pamkreas paling
tinggi dosis ekstrak etanol kulit buah
tinggi dibandingkan perlakuan ekstrak
rambai yang diberikan maka akan
etanol kulit buah rambai dosis 200

mg/kgBB, 400 mg/kgBB dan 800


6

mg/kgBB. Hal ini dikarenakan semakin dihentikan. Menurut Pringgoutomo et

tinggi dosis yang diberikan maka al. (2002) degenerasi merupakan

tingkat toksik dalam ekstrak tersebut keadaan terjadinya perubahan biokimia

semakin tinggi sehingga menyebabkan intraseluler yang disertai perubahan

lebih banyak kerusakan sel. Namun, morfologi akibat cedera non fatal pada

perlakuan kontrol positif yang diberi sel yang merupakan cedera ringan

obat Glibenklamid dapat menyebabkan sehingga sel dapat kembali normal.

degenerasi dan nekrosis pada sel Sebaliknya, sel yang mengalami

pankreas lebih tinggi dibandingkan nekrosis lebih banyak dibandingkan

perlakuan ekstrak etanol kulit buah degenerasi karena kerusakan yang

rambai. Hal tersebut menunjukkan diakibatkan oleh zat toksik biasanya

bahwa penggunaan ekstrak tumbuhan akan langsung menyebabkan kematian

lebih aman dibandingkan obat sintesis. sel sehingga sel tidak mampu lagi

berdegenerasi kembali. Menurut


Berdasarkan hasil penelitian
Damjanov (2000) nekrosis merupakan
diketahui bahwa jumlah sel yang
perubahan irreversible yang terjadi
mengalami degenerasi lebih sedikit
sebagai respon terhadap cedera sel yang
dibandingkan dengan jumlah sel yang
tidak dapat diperbaiki. Kumar et al.
mengalami nekrosis. Hal ini
(2007) mengatakan nekrosis terjadi
dikarenakan degenerasi bersifat
setelah terpajan toksik dan ditandai
reversible sehingga sel dapat kembali
dengan pembengkakan sel dan
normal apabila kerusakan selnya dapat
kerusakan organel. Gambaran
7

mikroskopis sel Pankreas mecit

diabetes dapat dilihat pada Gambar 4.1

Gambar 4.1 Gambaran mikroskopis jaringan pankreas (A) Kontrol negatif, (B)
Kontrol positif, (C) BM 200 mg/kgBB, (F) BM 1600 mg/kgBB
(D) BM 400 mg/kgBB, (PL: Pulau Langerhans,
(E) BM 800 mg/kg BB, A: Sel Asinus).
8

Pewarnaan HE; Bar: 200 kontrol negatif tetapi lebih sedikit


µm.
dibandingkan kontrol positif.

Gambar 4.1 memperlihatkan Sel pankreas yang mengalami


struktur mikroskopis pankreas mencit degenerasi ditandai dengan
kontrol negatif, kontrol positif dan pembengkakan sel dan inti terdesak ke
diberi perlakuan ekstrak etanol kulit tepi. Menurut Rubin dan Reisner
buah rambai. Berdasarkan struktur (2014), sel mengalami pembengkakan
mikroskopis pankreas mencit kontrol atau degenerasi disebabkan oleh zat
negatif dimana mencit hiperglikemia toksik yang mengakibatkan.
hanya diberi perlakuan akuades Permiabilitas membran sel terganggu
menunjukkan sedikit sel pankreas yang sehingga tidak mampu memompa ion
mengalami kerusakan, sedangkan pada Na+ keluar dari sel, mengganggu proses
mencit perlakuan kontrol positif yang transportasi, mengganggu sintesis ATP
diberi perlakuan Glibenklamid banyak pada mitokondria sehingga aktivitas
sel pankreas yang mengalami transpotasi membran terganggu.
degenerasi maupun nekrosis. Sel Pembengkakan sel terjadi
pankreas yang mengalami degenerasi akibat sel kehilangan kemampuannya
dan nekrosis pada perlakuan ekstrak dalam mengatur keseimbangan antara
etanol kulit buah rambai juga cairan yang masuk yaitu ion sodium
mengalami peningkatan dibandingkan (Na+) dan air dengan cairan keluar yaitu

ion potassium (K+). Pembengkakan sel


9

mencerminkan bahwa ATPase pada berubah posisi dan kehilangan

membran tidak aktif dan komunikasi interseluler yang

mengakibatkan perubahan transportasi mengakibatkan peningkatan cairan sel

Na+ untuk K+. Apabila gradient osmosis dan sel kehilangan bentuk normalnya

optimum hilang, maka air akan (Wallig, et al., 2018).

menyeimbangkan konsentrasi ion Na+ Sel akan mengalami kematian

dengan masuk ke dalam sitoplasma sel. apabila kondisi degenerasi tidak dapat

Pembengkakan sel dapat menyebabkan kembali normal. Sel nekrosis

kerusakan langsung pada pompa ATP- memperlihatkan perubahan pada inti

dependent yang mensuplai substrat sel berupa inti yang memadat

ATP atau memompa masuk ion Na+ (kariopiknotis), pecah (varioreksis) dan

setelah kerusakan langsung pada hilang (kariolisis) (Mugera, 2000).

membran plasma. Vakuola-vakuola Pori-pori membran inti rusak sehingga

pada sitoplasma terbentuk dari RE jika transportasi dan komunikasi antar inti

ATPases Na+/K+ di membran RE dan sitoplasma tidak berjalan normal.

mengeluarkan Na+ dari sitoplasma Setelah membran inti hancur,

melalui cisterna RE. Perubahan komponen inti menyusut dan memadat

morfologi sel akibat pembengkakan sehingga terlihat sebagai nekrosis

juga mempengaruhi influx kalsium (piknotis). Pada kondisi tersebut sitosol

(Ca2+) melalui fungsi pompa sel menjadi keruh dan sel

pertukaran Na+/ Ca2+ ATP-dependent. membengkak. Akhirnya membran inti

Komponen-konponen sitoskeleton menjadi hancur sempurna sehingga


10

nukleoplasma yang tersisa berkurang mampu kembali ke keadaan semula

dan degradasi kromatin menyebabkan menyebabkan terbentuknya ruang

fragmen-fragmen membran yang kosong sehingga sinusoid melebar.

disebut karioreksis. Selanjutnya semua Pelebaran pembuluh darah dalam hal

kromatin, nukleoplasma dan membran ini vena sentralis merupakan gangguan

inti hancur dengan sempurna yang sirkulasi yang disebut hiperemia.

disebut juga kariolisis (Wallig, et al., Selanjutnya jaringan mengalami

2018). hemoragi dan akhirnya terjadi

4.3 Hiperemi, Hemoragi dan peradangan. Hasil pengamatan melalui

Inflamasi mikroskop cahaya dapat dilihat pada

Degenerasi sel dan nekrosis Tabel 4.2.

menyebabkan terjadinya perubahan Tabel 4.2. Pengaruh Perlakuan


Pemberian Ekstrak Etanol
susunan sel, karena sel yang tidak Kulit Buah Rambai
Terhadap Mencit
Hiperglikemia
Perlakuan Peradangan Hemoragi Hiperemi
K- (Akuades) + + +
K+ (Glibenklamid) + + +
BM 200 mg/kgBB + + +
BM 400 mg/kgBB + + +
BM 800 mg/kgBB + + +
BM 1600 mg/kgBB + + +

Ket: + = positif terdapat di dalam jaringan Tabel 4.2 menunjukkan bahwa

pemberian berbagai dosis ekstrak


11

etanol kulit buah rambai menyebabkan infiltrasi sel radang pada masing-

terjadinya hiperemi, hemoragi dan masing perlakuan. Gambaran

peradangan. Hasil pemeriksaan secara mikroskopis jaringan pankreas yang

histologi pankreas mencit yang mengalami degenerasi, nekrosis,

diberikan ekstrak etanol kulit buah hiperemi, hemoragi dan peradangan

rambai menunjukkan beberapa bagian dapat dilihat pada Gambar 4.2.

mengalami hiperemi, hemoragi dan

A B

C D

D: Degenerasi dan
Nekrosis) R: Radang, HP:
Gambar 4.2 Gambaran mikroskopis
Hiperemi, D: Degenerasi,
pankreas akibat perlakuan
N: Nekrosis, HM:
(A: Peradangan, B:
Hiperemi, C: Hemoragi,
12

Hemoragi. Pewarnaan Adanya infiltrasi sel radang


HE; Bar: 200 µm
pada sayatan histologi pankreas

Hiperemia diduga terjadi karena kelompok perlakuan kemungkinan

adanya penyumbatan dalam suatu merupakan respon sel terhadap suatu

pembuluh sehingga aliran darah agen patogen seperti bakteri.

terhambat akibatnya vena sentralis Pernyataan ini didukung oleh

melebar. Hiperemia dapat berlanjut Lukistyowati (2012), bahwa infiltrasi

menjadi hemoragi yaitu pecahnya sel radang merupakan pertahanan sel

pembuluh darah sehingga darah keluar terhadap patogen yang dapat

dari pembuluh dan menyebar ke membahayakan sel. Hal ini didukung

jaringan di sekitarnya. Hemoragi juga oleh pendapat Thomson, (1984)

merupakan kondisi dimana keluarnya bahwa infiltrasi sel radang merupakan

darah dari pembuluh darah akibat respon terhadap penyakit atau agen

rusaknya dinding pembuluh darah yang toksik. Lebih jauh Baratawijaya (2002),

disebabkan oleh karena trauma juga melaporkan bahwa infiltrasi sel

(kerusakan fisik jaringan yang radang juga merupakan suatu respon

diakibatkan oleh benturan), infeksi protektif untuk mempertahankan

virus dan zat toksik yang menyebabkan struktur dan memperbaiki fungsi

dinding vaskula rentan bocor (Mugera, jaringan. Data hasil pengamatan

2000). struktur mikroanatomi hepar

ditunjukkan oleh adanya butir-butir


13

eritrosit pada vena sentralis dan yang terkandung dalam ekstrak etanol

sinusoid. kulit buah rambai. Senyawa saponin

Pembengkakan jaringan pada dapat menggangu permeabilitas

degenerasi juga disebabkan oleh membran plasma dan membran organel

kerusakan organel mitokondria intraseluler pada sel hepatosit.

homeostasis kalsium di dalam sel juga Konsentrasi saponin yang lebih tinggi

terganggu. Hal tersebut menyebabkan juga dapat mengeluarkan protein di

masuknya kalsium ekstrasel melintasi dalam organel sel, misalnya retikulum

membran plasma. Peningkatan kalsium endoplasma dan kompleks Golgi.

sitosol mengaktifkan bermacam- Berdasarkan laporan Sung et al., (2017)

macam fosfolipase yang merupakan saponin yang terkandung di dalam

enzim stimulasi kerusakan membran. Asparagus cochinchinensis juga

Gangguan homeostatis sel juga terbukti bersifat toksik pada sel

mengakibatkan sel tidak mampu pankreas.

memompa ion natrium yang cukup Senyawa lain yang diduga

keluar dari sel. Akibat peningkatan berperan dalam perubahan struktur

kadar ion natrium dalam sel, mikroskopis pancreas ialah fenolik.

menyebabkan air masuk ke dalam sel Senyawa fenolik yang masuk melalui

(Robbins, et al., 2004). permeabilitas membran, fenol akan

Semua kerusakan yang terjadi mengalami transformasi aktif pada

pada sel dan jaringan pankreas diduga oksigen oleh oksigenase di Cytochrome

akibat senyawa metabolit sekunder p450 yang merupakan komponen


14

utama dalam rantai transportasi khususnya membran retikulum

elektron (Michalwicz dan Duda, 2007). endoplasma (Bugel, et al., 2016). Jadi,

Senyawa beracun yang mungkin pemberian ekstrak etanol kulit buah

terbentuk ialah radikal fenoksi yang rambai pada mencit hiperglikemia

mampu mengikat dan merusak DNA menyebabkan kerusakan pada jaringan

atau protein di dalam sel (Basha, dkk., pankreas tetapi masih di bawah batas

2010). kontrol fositif.

Flavonoid juga ikut andil dalam

mengakibatkan kerusakan pada SIMPULAN DAN SARAN

membran sel. Flavonoid menghasilkan Simpulan

radikal fenoksil prooksidan yang Berdasarkan hasil dan

menyebabkan toksik pada mitokondria, pembahasan yang telah diuraikan,

dimana terjadi koleps pada mitokondria maka kesimpulan penelitian ini ialah:

(Tang dan Porter, 1996). Hal tersebut 1. Pemberian ekstrak etanol kulit

menyebabkan terbukanya pori-pori buah rambai (Baccaurea

transisi permeabilitas mitokondria dan motleyana) berpengaruh nyata

sinyal permeabilitas mitokondria yang pada struktur mikroskopis

menyebabkan pengeluaran faktor organ pankreas mencit

apoptosis seperti Cytocrom C pada hiperglikemia.

mitokondria (Goldstein, et al., 2000). 2. Perubahan struktur mikroskopis

Flavonoid juga menghambat kerja berupa degenerasi, nekrosis,

organel retikulum endoplasma


15

hiperemi, hemoragi dan pemberian ekstrak etanol kulit

peradangan. buah rambai.

3. Perlakuan kontrol positif atau 2. Perlu dilakukan penelitian

perlakuan mencit hiperglikemia mengenai batas optimum dosis

yang diberi Glibenklamid ialah ekstrak etanol kulit buah

perlakuan yang paling berat rambai dalam mempengaruhi

dalam merusak jaringan struktur mikroskopis pankreas.

pankreas. 3. Penelitian lanjut yang dapat

4. Dosis aman yang dapat dilakukan yaitu pengujian

digunakan sebagai obat toksisitas pada organ lainnya

antidiabetes ialah dosis 1600 seperti ginjal, otak, jantung,

mg/kgBB karena belum limpa dan lain-lain.

melebihi kerusakan akibat 4. Potensi esktrak kulit buah

kontrol positif. rambai perlu digali lebih dalam

untuk melihat potensinya


Saran
dalam memperbaiki kondisi sel
Adapaun saran-saran yang perlu
beta pada pulau Langerhans
dilakukan untuk penelitian selanjutnya
pankreas.
yaitu:

1. Perlu adanya penelitian lebih

lanjut mengenai uji toksisitas

subkronis dan kronis terhadap


16

DAFTAR PUSTAKA Rubin, E dan Reisner, H.M. 2014.


Essentials of Rubins Pathology
Sixth Edition. China: Lippincott
Baratawijaya, K.G.2002. Imunologi Williams and Wilkins.
Dasar Edisi 5. Jakarta: Penerbit
FKUI. Tang, D.G dan Porter, A.T. 1996.
Apoptosis: a current molecular
Bugel, S.M; Josephine A. Bonventre; analysis. Pathol Oncol Res. 2:
dan Robert L. 2016. 117-131.
Comparative Developmental
Toxicity of Flavonoids. Thomson, R.G. 1984. Special
Toxicological sciences. 154(1): Veterinary Pathology.
55-68. Department of Pathology and
Microbiology Atlantic
Goldstein, J.C; Waterhouse, P; Juin, P; Veterinary College.B.C Decker
Evan, G.I; dan Green, D.R. Inc.Philadelphia.
2000. The coordinate release of
cytochrome c is rapid, Wallig, M.A; Haschek, W.M;
complete, and kinetically Rousseaux, C.G ; Bolon, B; dan
invariant. Nat Cell Biol. 2: 156- Mahler, B.W.2018. Fun
162. Damjanov entals of Toxicologic
Pathology. Third Edition. USA;
Kumar V, Contran RS, Robbins SL. Academic Press.
Buku Ajar Patologi. 7th ed.
Hartanto H, editor. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran
EGC: 2007.
Lukistyowati, I. 2012. Studi Efektifitas
Sambiloto (Andrographis
paniculata Ness) Untuk
Mencegah Penyakit
Edwardsiellosis pada Ikan Patin
(Pangius hypopthalmus).
Jurnal Berkala Perikanan.
40(2): 56-74.
Mugera, G.H. 2000. Veterinary
Pathology In The Tropics: For
Students and Practitioners.
Kenya: Nairabi University
Press. New Age International
Publisher.

Anda mungkin juga menyukai