Anda di halaman 1dari 10

Perbedaan Preseptorship dan Mentorship di Klinik

PERBEDAAN PRESEPTORSIP DAN MENTORSIP


DI KLINIK

A. LATAR BELAKANG

Salah satu cara untuk mengembangkan mutu pembelajaran klinik adalah

dengan menerapkan metode preseptorship dan mentorship yang baik. Pengalaman praktek

yang maksimal selama di lapangan praktek akan dapat mengintegrasikan semua pengetahuan,

keterampilan dan sikap mahasiswa yang akan menjadi bekal bagi mahasiswa setelah selesai dari

institusi pendidikan.

Preseptorsip adalah suatu metode pengajaran dimana seorang praktisi yang memiliki

pengalaman di bidangnya yang mampu memberikan dukungan kepada mahasiswa dalam

memahami perannya dan hubungan kesejawatan. Preseptorsip bersifat formal, disampaikan

secara perseorangan dan individu dalam waktu yang sudah ditentukan sebelumnya antara

perawat yang berpengalaman (preseptor) dengan perawat baru (preseptee) yang didesain untuk

membantu perawat baru untuk menyesuaikan diri dengan baik dan menjalankan tugas yang baru

sebagai seorang perawat atau bidan. Menurut CAN (2004) program preseptorsip dalam

pembelajaran bertujuan untuk membentuk peran dan tanggung jawab mahasiswa untuk menjadi

perawat yang profesional dan berpengetahuan tinggi, dengan menunjukan sebuah pencapaian

berupa memberikan perawatan yang aman, menunjukan akuntabilitas kerja, dapat dipercaya,

menunjukan kemampuan dalam mengorganisasi perawatan pasien dan mampu berkomunikasi

dengan baik terhadap pasien dan staf lainnya .


Mentorsip adalah suatu metode dimana seorang pembimbing klinik yang lebih terampil

atau berpengalaman membimbing 1 orang mahasiswa semester akhir atau karyawan baru dalam

mengintegrasikan semua ilmu, sikap dan keterampilan kebidanan/keperawatan termasuk

memahami peran bidan/perawat secara komprehensif. Pembimbing klinik yang berpengalaman

disebut mentor, sementara individu yang dibimbing adalah mentee.

Mentorsip bertujuan agar individu yang memiliki pengalaman lebih sedikit (mentee)

dapat menambahkan atau mengembangkan kompetensinya yang sudah dimilikinya. Seorang

mentor harus mempunyai pengetahuan yang cukup banyak untuk memberikan saran agar

memastikan mentee mendapatkan kemajuan maksimum. Namun seringkali kita melihat keadaan

yang berbeda dimana seorang pembimbing klinik tidak maksimal dalam menunjukkan

kemampuannya membimbing peserta didik, baik dikarenakan beban kerja fungsional yang

banyak dalam pelayanan kepada pasien, komunikasi yang tidak jelas dengan institusi pendidikan,

atau bahkan kurangnya kepercayaan diri dari pembimbing klinik tersebut. Hal ini yang

mendorong pentingnya pembahasan tentang metode preseptorsip dan mentorsip di klinik agar

proses bimbingan di lapangan dapat maksimal dan peserta didik dapat mencapai

target pembelajaran serta kompetensi yang diharapkan.

B. PENGERTIAN PRESEPTORSHIP, TUGAS DAN PERAN SERTA

TANGGUNG JAWAB PRESEPTOR

Preseptorsip adalah bentuk dari pembelajaran klinik individu yang membantu individu

tersebut menjadi lebih ahli di dalam struktur organisasi dan profesional (kitchen, 1993).

Pengertian lain dari metode preseptorsip adalah suatu program pembelajaran yang terorganisasi

dan terencana yang mana staf perawat preseptor meningkatkan keterlibatan perawat

baru (Craven, 1996). Metode preseptorsip adalah memberikan kesempatan kepada mahasiswa
(preseptee) untuk belajar, memperoleh pengalaman & praktek keperawatan/kebidanan dalam

lingkungan yg aman bagi pasien dan mahasiswa tersebut.

Tugas dari seorang preseptor adalah:

a. memberi suport

b. supervisi

c. memonitor proses belajar

d. menilai penampilan mahasiswa

Peran dari seorang preseptor adalah:

a. Menyakinkan bahwa mahasiswa dapat mencapai tujuan belajar .

b. Mahasiswa dapat dievaluasi secara proporsional.

c. Tercapai 3 partnersip antara mahasiswa, akademi dan preseptor.

Tanggung jawab preseptor adalah:

a. Mengorientasikan mahasiswa ke unit keperawatan/kebidanan dan klien

b. Meriview tujuan belajar dan menyediakan anjuran bagi berlangsungnya pengalaman belajar

c. Melakukan supervisi

d. Bertanya kepada mahasiswa dan membawa mahasiswa pada situasi yang menantang sesuai

dengan tujuan belajar

e. Memfasilitasi belajar

f. Bersikap role mode

g. Mengidentifikasi kebutuhan

h. Meriview tugas belajar

C.PENGERTIAN MENTORSIP, PERAN DAN TAHAPAN MENTORING


Mentorsip adalah suatu metode pembelajaran klinik dimana seorang pembimbing klinik

membimbing 1 orang mahasiswa semester akhir atau pegawai baru dalam mengintegrasikan

semua keterampilan, attitude, pengetahuan kebidanan/keperawatan termasuk memahami peran

bidan/perawat secara komprehensif. Individu yang berperan sebagai pembimbing disebut

mentor, sementara individu yang dibimbing disebut mentee.

Peran mentor adalah sebagai:

a. Coach

b. Konselor

c. Guide

d. Role model

e. Sponsor

f. teacher

Kriteria seorang mentor adalah:

a. interest

b. komitmen

c. bersedia memfasilitasi proses pembelajaran

d. melaksanakan praktek ANC,KB, BBL,dll

Kegitan pembelajaran mentoring meliputi:

a. Pertemuan pra klinik

b. Melakukan asuhan kebidanan

c. Berpartisipasi dalam melakukan pelayanan

Pendekatan Mentoring menurut Morton-Cooper & Palmer :


• Classical mentoring, yaitu suatu hubungan informal, dimana secara alamiah seseorang individu

memiliki kemampuan membimbing.

• Contract mentoring, yaitu suatu hubungan organisasional biasanya berfokus pada fungsi spesifik

yang membantu.

• Pseudomentoring, yaitu mentoring dalam pencapaian yang spesifik, tujuan yang sempit. Bisa

disebut juga sebagai mentor yang subspesialis, membimbing di area pelayanan tertentu.

Tipe dukungan profesional dalam mentoring :

 Adalah fungsi seseorang untuk…

 Menunjukan kepada saya untuk melakukan sesuatu yang saya tidak tahu

 Berada dipihak saya bila saya dalam masalah saat kerja

 Membuka pintu untuk karir saya

 Membuat saya merasa lebih baik saat saya lemah

 Berdiskusi dengan saya saat bekerja

Tahap-tahap mentoring menurut Dalton/Thompson Career Development model:

 Tahap 1 Dependence / Ketergantungan

Profesional baru masih tergantung pada mentor dan mengambil peran subordinat dimana

memerlukan supervisi yang dekat

 Tahap 2 Independence / Mandiri

Profesional dan mentor mengembangkan hubungan yang lebih seimbang. Profesional mengubah

dari “apprentice” ke “kolega” dan membutuhkan sedikit supervisi.


 Tahap 3 Supervising others/supervisi orang lain

Menjadi mentor bagi dirinya sendiri dan mendemostrasikan kualitas profesional sebagai mentor

 Tahap 4 Managing and supervising others/memanajemen dan mensupervisi org lain

Menjadi responsibel untuk penampilan yang lain dikarakteristikan dengan merubah peran dari

manajer atau supervisor menjadi responsibel terhadap klien peserta didik dan personel.

Kompetensi seorang mentor antara lain:

 memiliki pengetahuan dan pengalaman

 membangun kekuatan mentee dan memberikan umpan balik yang konstruktif

 memiliki keterampilan untuk berkomunikasi, konseling, dan pemberian instruksi

 memberikan informasi dan ketersediaan sumber (informasi)

 memiliki kemampuan yang baik untuk memberikan penilaian atau evaluasi.

 memiliki pengetahuan dan pengalaman

 membangun kekuatan mentee dan memberikan umpan balik yang konstruktif

 memiliki keterampilan untuk berkomunikasi, konseling, dan pemberian instruksi

 memberikan informasi dan ketersediaan sumber (informasi)

 memiliki kemampuan yang baik untuk memberikan penilaian atau evaluasi.

 memiliki pengetahuan dan pengalaman

 membangun kekuatan mentee dan memberikan umpan balik yang konstruktif

 memiliki keterampilan untuk berkomunikasi, konseling, dan pemberian instruksi

 memberikan informasi dan ketersediaan sumber (informasi)

 memiliki kemampuan yang baik untuk memberikan penilaian atau evaluasi.


2.3 PERBEDAAN PERSEPTORSIP DAN MENTORSIP DI KLINIK

No PERBEDAAN PRESEPTORSIP MENTORSIP

1 Sasaran mahasiswa di semester awal, Mahasiswa semester akhir

namun dapat dilakukan kepada atau karyawan baru.

mahasiswa semester akhir yang

belum mampu menguasai konsep

materi.

2 Metode Preseptor Mentor mengobservasi,

mencontohkan/memperagakan mahasiswa melakukan prasat

prasat dari satu SPO, mahasiswa dari satu SPO. Bila ada

mengamati. langkah yang tidak tepat,

mentor mengambil alih prasat

yang sedang dilakukan.

3 Istilah Pembimbing dalam metode Pembimbing dalam metode

preseptorsip disebut preseptor. mentorsip disebut mentor,

Individu yang dibimbing disebut individu yang dibimbing

preseptee. disebut mentee.

D.FAKTA-FAKTA DI LAHAN PRAKTEK

Sejauh ini pelaksanaan kegitan pembelajaran klinik di Indonesia masih perlu

mendapatkan perhatian khusus. Metode pembelajaran klinik secara preseptorsip dan mentorsip
belum dilaksanakan secara maksimal. Beberapa masalah yang masih terjadi di dalam proses

pembelajaran klinik seperti diantaranya:

1.Perbandingan rasio antara preseptor atau mentor dengan jumlah mahasiswa yang

praktek. Perbandingan antara mentor atau perseptor dengan mahasiswa adalah 1:1. Namun bila

dilihat kenyataan di lapangan, dengan banyaknya mahasiswa yang praktek di lapangan

metode tersebut sering tidak dapat dijalankan dengan maksimal. Akibatnya tujuan

pembelajaranpun tidak berkualitas karena bimbingan bagi mahasiswa menjadi kurang efektif

oleh karena terlalu banyaknya peserta didik yang praktek.

2.Job description seorang pembimbing klinik yang masih tumpang tindih dengan tugas

fungsional di tempat kerjanya. Seorang pembimibing klinik bertanggung jawab terhadap semua

tindakan mahasiswa selama pembelajaran di lahan praktek namun pada kenyataannya di

lapangan seorang pembimbing klinik juga berfungsi penuh di dalam tim di ruang pelayanannya

selain juga membimbing mahasiswa. Hal ini mengakibatkan berkurangnya waktu yang efektif

serta perhatian untuk membimbing mahasiswa.

3.Pelatihan-pelatihan yang kurang bagi seorang pembimbing klinik. Pada kenyataannya

seseorang bisa saja sudah lama menjadi seorang pembimbing klinik namun informasi dan

kompetensinya tidak diperbaharui lagi setelah sekian lama, sehingga ilmu, attitude dan

keterampilan tidak sejalan dengan kebutuhan para peserta didik. Menurut Rika (2009) seorang

pembimbing klinik seharusnya memiliki kemapuan mengikuti perkembangan pengetahuan dan

keterampilan klinis terbaru, menganalisa teori dari berbagai sumber, menekankan pemahaman

konseptual kepada mahasiswa dan membantu mahasiswa dalam menghubungkan teeori yang

mendasari prakteknya. Disamping itu pembimbing klinik juga dituntun untuk dapat

menstransferkan pengetahuan memperlihatkan kompetensi klinis, keahlian, serta nilai-nilai yang


harus dikembangkan oleh peserta didiknya. Menurut atkins dan williams 1995 menyebutkan

bahwa pembimbing harus mendaptkan pelatihan. Pelatihan tersebut bertujuan untuk

meningkatkan kulaitas seorang pembimibing klinik baik yang berasal dari rumah sakit ataupun

dari pembimbing akademik. Pelatihan dapat menigkatkan pengetahuan pembimbing, bisa

bertukar pikir dengan pembimbing lain dan melakukan refleksi bersama (waters, 2003).

Penelitian lain membuktikan bahwa proses bimbingan mahasiswa oleh pembimbing akademik

yang mendapatkan pelatihan mentoring lebih efektif dibandingakan dengan yang tidak

mendaptkan pelatihan ( tri dan yuni 2012).

4. Kolaborasi pembimbing akademik dan klinik yang belum singkron turut

mempengaruhi kualitas dari proses pembimbingan klinik. Hal ini menyebabkan di lapangan

sering ditemui mahasiswa tidak dapat mencapai target kompetensi sesuai yang diharapkan dari

tempat pendidikan mahasiswa (anton 2012). Contohnya jumlah peserta didik yang tidak sesuai

dengan jumlah pasien rata-rata di lahan praktek yang akan dijadikan tempat pembelajaran.

Sering juga ditemui dilapangan pada saat mahasiswa akan mencapai sebuah target kompetensi

ternyata ada perbedaan antara metode yang diajarkan oleh pembimbing akademik dan

pembiming klinik sehingga mahsiswa menjadi bingung.

5.Mahasiswa kurang mendapatkan bimibingan yang maksimal melalui bed side teaching

misalkan tentang anamnesa, pemeriksaan fisik, atau dalam hal mengevaluasi laporan praktik

mahasiswa, beberapa pembimbing cenderung ,mengevaluasi, secara formalitas, tidak

mengobservai secara langsung tentang kebenaran tindakan keperwatan yang dilakukan

mahasiswa terhadap pasien. Dalam hal melakukan responsi pembimbing cenderung tidak menilai
penguasaan teori dan keterampilan mahasiswa dalam bertindak melainkan hanya megevaluasi

tentang pengetahuan mahasiswa saja.

6. Kualifikasi pendidikian seorang pembimbing klinik belum ada standirasasi apakah

dilakukan oleh bimbingan klinik dengan pendidikan diploma 1, diploma 3, diploma 4,atau S1.

Peran pembimbing klinik sangat penting dalam pencapaian target kompetensi mahasiswa

dimana mentee yang tadinya tergantung oleh pembimbing menjadi mandiri oleh kegiatan belajar

yang diharapakn, mengalami sendiri dan menemukan sendiri fenomena di lahan praktek dan

dapat membangun kepercayaan diri mahasiswa serta mendorong mahasiswa untuk mencapai

target kompetensinya.

DAFTAR PUSTAKA

Sunarto, 2013 bahan ajar Metode Pembimbingan dan Pembelajaran Klinik, Semarang

Wulandari, Ika subekti 2013. Analisa Masalah Pembelajaran Keperawatan Klinik di Indonesia. [

diunduh tanggal 20 November 2013 jam 11.00 WIB ]

Anda mungkin juga menyukai