0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
34 tayangan9 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang bendungan ASI, yang terjadi karena penyempitan saluran susu atau kelenjar susu yang tidak kosong dengan sempurna, menyebabkan pembengkakan payudara akibat peningkatan aliran darah dan limfe. Dokumen ini juga menjelaskan etiologi, gejala, patofisiologi, diagnosis, dan pencegahan terjadinya bendungan ASI.
Dokumen tersebut membahas tentang bendungan ASI, yang terjadi karena penyempitan saluran susu atau kelenjar susu yang tidak kosong dengan sempurna, menyebabkan pembengkakan payudara akibat peningkatan aliran darah dan limfe. Dokumen ini juga menjelaskan etiologi, gejala, patofisiologi, diagnosis, dan pencegahan terjadinya bendungan ASI.
Dokumen tersebut membahas tentang bendungan ASI, yang terjadi karena penyempitan saluran susu atau kelenjar susu yang tidak kosong dengan sempurna, menyebabkan pembengkakan payudara akibat peningkatan aliran darah dan limfe. Dokumen ini juga menjelaskan etiologi, gejala, patofisiologi, diagnosis, dan pencegahan terjadinya bendungan ASI.
FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS UBUDIYAH INDONESIA BANDA ACEH TA. 2016/2017 A. BENDUNGAN ASI
Bendungan ASI adalah
pembendungan air susu karena penyempitan duktus laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada putting susu. Bendungan air susu adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri diser tai kenaikan suhu badan B. Etiologi
Bendungan air susu dapat terjadi pada
hari ke dua atau ke tiga ketika payudara telah memproduksi air susu. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusu, produksi meningkat, terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi (bonding) kurang baik dan dapat pula karena adanya pembatasan waktu menyusui Beberapa faktor yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu: 1. Pengosongan mamae yang tidak sempurna (Dalam masa laktasi 2. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif 3. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar 4. Puting susu terbenam 5. Puting susu terlalu panjang C. Tanda dan gejala bendungan ASI
1. Mamae panas serta keras pada saat
perabaan dan nyeri. 2. Puting susu bisa mendatar sehingga bayi sulit menyusu. 3. Pengeluaran air susu kadang terhalang oleh duktus laktifer menyempit. 4. Payudara bengkak,keras,panas. 5. Nyeri bila ditekan. 6. Warnanya kemerahan. 7. Suhu tubuh sampai 38oc D. Patofisiologi Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun dalam 2-3 hari. Dengan ini faktor dari hipotalamus yang menghalangi prolaktin waktu hamil, dan sangat di pengaruhi oleh estrogen tidak dikeluarkan lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolus- alveolus kelenjar mammae terisi dengan air susu, tetapi untuk mengeluarkan dibutuhkan refleks yang menyebabkan kontraksi sel-sel mioepitel yang mengelilingi alveolus dan duktus kecil kelenjar-kelenjar tersebut. E. Diagnosis 1) Cara inspeksi. Hal ini harus dilakukan pertama dengan tangan di samping dan sesudah itu dengan tangan keatas,selagi pasien duduk kita akan melihat dilatasi pembuluh-pembuluh balik di bawah kulit akibat pembesaran tumor jinak atau ganas di bawah kulit.perlu diperhatikan apakah kulit pada suatu tempat menjadi merah. 2) Cara palpasi. Ibu harus tidur dan diperiksa secara sistematis bagian medial lebih dahulu dengan jari-jari yang harus kebagian lateral.palpasi ini harus meliputi seluruh payudara,dari parasternal kearah garis aksila belakang,dan dari subklavikular kearah paling distal.untuk pemeriksaan orang sakit harus duduk F. Pencegahan terjadinya bendungan ASI 1. Gunakan teknik menyusui yang benar 2. Puting susu dan areola mamae harus selalu kering setelah selesai menyusui 3. Jangan pakai Bra yang tidak dapat menyerap keringat 4. Menyusui dini, susui bayi sesegera mungkin (setelah 30 menit) setelah dilahirkan 5. Susui bayi tanpa jadwal atau ( on demand) 6. Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, bila produksi melebihi kebutuhan bayi 7. Perawatan payudara pasca (obserti patologi 169) 8. Menyusui yang sering 9. Hindari tekanan local pada payudara TERIMA KASIH