Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM DENGAN HIPERTENSI

DALAM KEHAMILAN PADA NY. K DI RUANG PERMATA HATI


RSUD BANYUMAS

DISUSUN OLEH :
RISMA RAHMAWATI
P1337420216019

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO


JURUSAN KEPERAWATAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2018
A. PENGERTIAN POST PARTUM
Postpartum adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi,
plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ
kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu
(Siti Saleha, 2009).
Post partum adalah masa beberapa jam sesuadah lahirna plasenta
sampai minggu keenam setelah melahirkan. Masa post partum dimulai
setelah kelahiran plasenta dan berakhirketika alat alat kandungan kembali
pada masa sebelum hamil yang berlangsung kira kira enam minggu.
(Marmi, 2012)

B. ADAPTASI FISIOLOGI DAN PSIKOLOGI


1. Fisiologi
a. involusi rahim:terjadi karena masing2 sel menjadi lebih kecil,yang
disebabkan karena adanya proses autolysis,dimana zat protein
dinding rahim dipecah diabsorbsi dan kemudian dibuang melalui
air kencing.
b. inovasi tempat plasenta;setelah persalinan tempat plasenta
merupakan tempat permukaan kasar tidak rata kira2 sebesar
telapak tangan,dengan cepat luka ini mengecil pada akhir minggu
kedua,hanya sebesar 3-4cm dan pada akhir nifas 1-2cm.
c. perubahan pada serviks dan vagina;pada serviks terbentuk sel2
otot terbaru,karena adanya kontraksi dan retraksi,vagina teregang
pada waktu persalinan namun lambat laun akan mencapai ukuran
yang normal.
d. perubahan pembuluh darah rahim;dalam kehamilan uterus
mempunyai pembuluh2 darah yang besar,tetapi karena setelah
persalinan tidak diperlukan bagi peredaran darah yang
banyak,maka arteri tersebut harus mengecil lagi saat nifas.
e. dinding perut dan peritoneum;setelah persalinan dinding perut
menjadi longgar karena teregang begitu lama,tetapi biasanya pulih
kembali dalam 6 minggu.
f. saluran kencing;dinding kandung kemih terlihat edema, sehingga
menimbulkan obstruksi dan menyebabkan retensi urine,dilatasi
ureter dan pyelum kembali normal dalam 2minggu.
g. laktasi;keadaan buah dada pada dua hari pertama nifas sama
dengan keadaan dalam kehamilan pada waktu ini .buah dada
belum mengandung susu melainkan colostrum.colostrum adalah
cairan kuning yang mengandung banyak protein dan garam.
2. Psikologis
Menurut Rubin (1977) dalam Palupi (2013),pada masa
postpartum seorang ibu akan melalui tiga periode adaptasi psikologis
yang disebut “Rubin Maternal Phases”,yaitu sebagai berikut:
a. Periode Taking In Fase ini disebut juga fase ketergantungan.
Dimulai setelah persalinan, pada ibu masih berfokus dengan
dirinya sendiri, bersikap pasif dan masih sangat tergantung pada
orang lain di sekitarnya.
b. Periode Taking Hold Fase ini disebut juga fase transisi antara
ketergantungan dan kemandirian. Terjadi antara hari kedua dan
ketiga postpartum, ibu mulai menunjukkan perhatian pada bayinya
dan berminat untuk belajar memenuhi kebutuhan bayinya. Dalam
tenaga ibu pulih kembali secara bertahap, ibu merasa lebih
nyaman, fokus perhatian mulai beralih pada bayi, ibu sangat
antusias dalam merawat bayinya, ibu mulai mandiri dalam
perawatan diri dan terbuka pada pengajaran perawatan. Saat ini
merupakan saat yang tepat untuk memberi informasi tentang
perawatan bayi dan diri sendiri. Pada fase ini juga terdapat
kemungkinan terjadinya postpartum blues.
c. Periode Letting Go Fase ini disebut juga fase mandiri. Pada fase
ini berlangsung antara dua sampai empat minggu setelah
persalinan ketika ibu mulai menerima peran barunya. Ibu melepas
bayangan persalinan dengan harapan yang tidak terpenuhi serta
mampu menerima kenyataan. Pada fase ini tidak semua ibu
postpartum 10 mampu beradaptasi secara psikologis sehingga
muncul gangguan mood yang berkepanjangan ditandai dengan
adanya perasaan sedih, murung, cemas, panik, mudah marah,
kelelahan, disertai gejala depresi seperti gangguan tidur dan selera
makan, sulit berkonsentrasi, perasan tidak berharga, menyalahkan
diri dan tidak mempunyai harapan untuk masa depan. Hal ini juga
merupakan pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi
emosional ringan, hingga ketingkat gangguan jiwa yang berat.

C. ETIOLOGI
Penyebab umum perdarahan postpartum adalah:

1. Atonia Uteri
2. Retensi Plasenta
3. Sisa Plasenta dan selaput ketuban
4. Pelekatan yang abnormal (plasenta akreta dan perkreta).
5. Tidak ada kelainan perlekatan (plasenta seccenturia).
6. Trauma jalan lahir
7. Epiostomi yang lebar
8. Lacerasi perineum, vagina, serviks, forniks dan rahim.
9. Rupture uteri.
10. Penyakit darah

Kelainan pembekuan darah misalnya afibrinogenemia /


hipofibrinogenemia. Tanda yang sering dijumpai yaitu :

1. Perdarahan yang banyak,


2. Solusio Plasenta,
3. Kematian janin yang lama dalam kandungan,
4. Pre eklampsia dan eklampsia.
5. Infeksi, hepatitis dan syok septic.
6. Hematoma
7. Inversi Uterus

D. PERAWATAN MASA NIFAS


1. Mobilisasi
Jelaskan bahwa latihan tertentu sangat membantu seperti :
a. Dengan tidur terlentang dengan lengan disamping, menarik otot perut
selagi menarik nafas, tahan nafas ke dalam dan angkat dagu ke dada :
tahan satu hitungan sampai 5, rileks dan ulangi 10 x.
b. Untuk memperkuat tonus otot vagina (latihan kegel).
c. Berdiri dengan tungkai dirapatkan kencangkan otot-otot, pantat dan
pinggul dan tahan sampai 5 hitungan kendurkan dan ulangi latihan
sebanyak 5 kali.
d. Mulai mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan setiap minggu
naikkan 5 kali. Dan pada 6 minggu setelah persalinan ibu harus
mengerjakan sebanyak 30 kali.
2. Diet
Ibu menyusui harus mengkonsumsi tambahan kalori 500 tiap hari.
Makanan harus diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral dan
vitamin yang cukup. Pil besi harus diminum minimal 40 hari pasca
melahirkan. Minum sedikitnya 3 liter, minum zat besi, minum kapsul
vitamin A dengan dosis 200.000 unit.
3. Miksi hendaknya dapat dilakukan sendiri mungkin karena kandung kemih
yang penuh dapat menyebabkan perdarahan.
4. Defekasi
Buang air besar harus dapat dilakukan 3-4 hari pasca persalinan,
bila tidak bisa maka diberi obat peroral atau perektal atau klisma.
5. Perawatan Payudara
a. Menjaga payudara tetap bersih dan kering terutama puting susu
b. Menggunakan BH yang menyokong payudara
c. Apabila puting susu lecet oleskan kolostrum atau ASI yang keluar
pada sekitar puting susu setiap kali selesai menyusui. Menyusui tetap
dilakukan dari puting susu yang tidak lecet.
d. Apabila lecet berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI
dikeluarkan dan diminum dengan menggunakan sendok.
e. Untuk menghilangkan nyeri ibu dapat minum parasetamol 1 tab
setiap 4-6 jam.
f. Apabila payudara bengkok akibat pembendungan ASI, lakukan :
1) Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan
hangat selama 5 menit.
2) Urut payudara dari arah pangkal menuju puting atau
menggunakan sisir untuk mengurut arah Z pada menuju puting.
3) Keluarkan ASI sebagian dari bagian depan payudara sehingga
puting susu menjadi lunak.
4) Susukan bayi setiap < 3 jam. Apabila tidak dapat menghisap
seluruh ASI sisanya dikeluarkan dengan tangan.
5) Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.
6. Laktasi
ASI mengandung semua bahan yang diperlukan bayi, mudah
dicerna, memberi perlindungan terhadap infeksi, selalu segar, bersih dan
siap untuk diminum.
Tanda ASI cukup :
a. Bayi kencing 6 kali dalam 24 jam.
b. Bayi sering buang air besar berwarna kekuningan
c. Bayi tampak puas, sewaktu-waktu merasa lapar, bangun dan tidur
cukup.
d. Bayi menyusui 10-11 kali dalam 24 jam.
e. Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap kali menyusui.
f. Ibu dapat merasakan geli karena aliran ASI.
g. Bayi bertambah berat badannya.
ASI tidak cukup :
a. Jarang disusui.
b. Bayi diberi makan lain.
c. Payudara tidak dikosongkan setiap kali habis menyusui

E. TANDA BAHAYA NIFAS


1. Perdarahan pervaginam yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak
(lebih dari perdarahan haid biasa atau bila memerlukan pergantian
pembalut-pembalut 2 kali dalam setengah jam).
2. Pengeluaran cairan vagina yang berbau busuk.
3. Rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung.
4. Sakit kepala yang terus menerus, nyeri ulu hati, atau masalah penglihatan.
5. Pembengkakan diwajah atau ditangan.
6. Demam, muntah, rasa sakit sewaktu BAK atau jika merasa tidak enak
badan.
7. Payudara yang bertambah atau berubah menjadi merah panas dan atau
terasa sakit.
8. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.
9. Rasa sakit merah, lunak dan atau pembengkakan dikaki.
10. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri bayinya atau
dirinya sendiri.
11. Merasa sangat letih dan nafas terengah-engah. (Siti Saleha, 2009)

F. PENGERTIAN HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN


Hipertensi dalam kehamilan didefinisikan sebagai tekanan darah
sistolik ≥140 mmHg atau tekanan darah diastolic ≥90 mmHg (Boyce dkk,
2011).
Hipertensi dalam pada kehamilan adalah hipertensi yang terjadi
saat kehamilan berlangsung dan biasanya pada bulan terakhir kehamilan
atau lebih setelah 20 minggu usia kehamilan pada wanita yang sebelumnya
normotensive, tekanan darah mencapai nilai 140/90 mmHg atau kenaikan
sistolik 30 mmHg dan tekanan diastolic 15 mmHg diatas nilai normal
(Junaedi, 2010)

G. ETIOLOGI HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN


Menurut WHO, 2013 Faktor predisposisi
1. Kehamilan kembar
2. Penyakit trofoblas
3. Hidramnion
4. Diabetes melitus
5. Gangguan vaskuler plasenta
6. Faktor herediter
7. Riwayat preeklampsia sebelumnya
8. Obesitas sebelum hamil

H. PATOFISIOLOGI HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN


Penyebab hipertensi dalam kehamilan hingga kini belum diketahui
dengan jelas. Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi
dalam kehamilan, tetapi tidak ada satu pun teori tersebut yang dianggap
mutlak benar. Teori-teori tersebut antara lain:
1. Teori kelainan vaskularisasi plasenta
a. Pada kehamilan normal, dengan alasan yang belum jelas, terjadi invasi
tropoblas ke lapisan otot polos vaskuler, sehingga lapisan otot
beregenerasi dan arteri spiralis dapat berdilatasi.
b. Dilatasi lumen dan matriks di sekitar vaskuler memberi efek
menurunkan tekanan darah, penurunan resistensi vaskuler, dan
peningkatan aliran darah ke jaringan plasenta, dan janin  remodeling
arteri spiralis.
c. Pada HDK tidak terjadi invasi tropoblas ke lapisan otot vaskuler &
matriks sekitarnya  lapisan myoepitel tetap keras dan kaku  tidak
terjadi vasodilatasi/relatif vasokonstriksi  efek remodeling arteri
spiralis yang normal tidak terjadi  peningkatan tekanan darah, aliran
darah uteroplasenta menurun  iskemia plasenta.
2. Teori iskemia plasenta, radikal bebas, dan disfungsi endotel
a. Iskemia plasenta, dan pembentukan oksidan/radikal bebas
 Plasenta yang mengalami iskemia akan menghasilkan radikal
bebas/oksidan, salah satu yang dihasilkan adalah radikal hidroksil,
yang bersifat toksis terhadap membran sel endotel  rusak
membran sel  merubah lemak tak jenuh menjadi lemak peroksida
 merusak membran sel, nukleus, dan protein sel endotel.
b. Peroksida lemak sebagai oksidan pada hipertensi dalam kehamilan
 Peroksida lemak sebagai bahan oksidan akan beredar dalam darah
sebagai bahan toksin, yang paling mudah terpengaruh oleh bahan
ini adalah sel endotel, karena sel endotel adalah yang paling dekat
dengan aliran darah, dan mengandung banyak asam lemak yang
dengan mudah dapat diubah menjadi lemak peroksida oleh oksidan
hidroksil yang dihasilkan plasenta iskemik.
c. Disfungsi sel endotel
 Endotel terpapar peroksida lemak  kerusakan sel endotel,
dimulai dari membran sel  terganggunya fungsi endotel, yang
mengakibatkan:
1) Gangguan metabolisme prostaglandin yang normalnya adalah
vasodilator kuat.
2) Agregasi trombosit ke daerah endotel yang mengalami
kerusakan. Agregasi trombosit memproduksi tromboksan, yang
adalah vasokonstriktor kuat.
3) Peningkatan permeabilitas kapiler
4) Peningkatan produksi bahan-bahan vasopresor, misalnya
endotelin.
5) Peningkatan faktor-faktor koagulasi
3. Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
a. Pada kehamilan normal, tubuh ibu menerima hasil konsepsi, yang
adalah benda asing, dengan baik. Disebabkan oleh adanya HLA-G,
yang memodulasi sistem imun, sehingga tidak bereaksi terhadap hasil
konsepsi.
b. Pada terjadinya hipertensi dalam kehamilan, terjadi penurunan ekspresi
HLA-G. Berkurangnya HLA-G di sel desidua di daerah plasenta,
menghambat invasi tropoblas dalam desidua, yang penting dalam
memudahkan vasodilatasi pembuluh darah dan matriks di sekitarnya.
4. Teori adaptasi kardiovaskular
a. Pada kehamilan normal, pembuluh darah tidak peka terhadap bahan-
bahan vasopressor, akibat adanya perlindungan dari sintesis
prostaglandin oleh sel endotel.
b. Pada hipertensi dalam kehamilan, endotel kehilangan daya
refrakternya terhadap bahan vasopressor, sehingga terjadi peningkatan
kepekaan terhadap rangsangan dari bahan-bahan tersebut, hingga
dalam tahap pembuluh darah menjadi sangat peka terhadap rangsangan
bahan vasopressor.
5. Teori genetik
a. Terdapat penelitian bahwa resiko hipertensi dalam kehamilan
diturunkan dalam gen tunggal pada ibu.

6. Teori defisiensi gizi


a. Penelitian lama menyebutkan bahwa terdapat hubungan adanya
defisiensi gizi terhadap terjadinya hipertensi dalam kehamilan.
b. Penelitian terbaru menyebutkan konsumsi minyak ikan dapat
menurunkan resiko. Penelitian lainnya juga menyebutkan, wanita yang
mengkonsumsi kalsium selama kehamilan, memiliki resiko lebih
rendah mengalami hipertensi dalam kehamilan, dan angka kejadian
preeklamsia lebih rendah pada wanita hamil yang diberi suplemen
kalsium daripada hanya glukosa.
7. Teori stimulus inflamasi
a. Teori ini didasari pada fakta bahwa lepasnya debris fibroblas akan
merangsang terjadinya inflamasi.
b. Pada kehamilan normal, hal ini juga terjadi, namun dalam batas wajar,
sehingga proses inflamasi yang terhadi tidak menimbulkan masalah.
c. Disfungsi endotel  aktivasi leukosit yang sangat tinggi pada aliran
darah ibu  inflamasi yang bersifat sistemik  hipertensi dalam
kehamilan.

I. PATHWAYS
Faktor resiko: Primigravida, riwayat keluarga dengan preeklamsi atau eklamsi,
ibu hamil dengan usia < 20th atau lebih dari >35th , wanita dengan gangguan
fungsi organ /riwayat kesehatan diabetes, penyakit ginjal dan tekanan darah
tinggi, gemelli, hidroamnion, molahidatidosa, obesitas,

Faktor stress dan


pola hidup Merangsang sistem saraf simpatis

Tekanan darah meningkat ≥ 140/90 mmHg

HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN


(hipertensi kronik, hipertensi gistasional, preeklamsi, eklamsi)

Proses kelahiran

Penurunan kadar progesteron

Peningkatan kadar estrogen

Rangsangan uterus pengeluaran energi


untuk kontraksi HIS selama persalinan

Dilatasi serviks kelelahan

Penggunaan maneuver Turunnya kepala


Posisi kaki tidak tepat
Tindakan yang salah Tekanan ocupid pada N spinal
Dari penolong
Cortex cerebri
Resiko cedera pada
Ibu dan janin Nyeri

Kurang pengetahuan atau


pengalaman sebelumnya

Merupakan stresor

Mekanisme koping tidak efektif

Cemas

J. MANIFESTASI KLINIK
Manifestasi klinis untuk Hipertensi ringan dalam kehamilan antara lain :
1. Tekanan darah diastolik < 100 mmHg
2. Proteinuria samar sampai +1
3. Peningkatan enzim hati minimal
Manifestasi klinis untuk Hipertensi berat dalam kehamilan antara lain:
1. Tekanan darah diastolik 110 mmHg atau lebih
2. Proteinuria + 2 persisten atau lebih
3. Nyeri kepala
4. Gangguan penglihatan
5. Nyeri abdomen atas
6. Oliguria
7. Kejang
8. Kreatinin meningkat
9. Trombositopenia
10. Peningkatan enzim hati
11. Pertumbuhan janin terhambat
12. Edema paru
Gejala hipertensi pada ibu hamil :
1. Sakit kepala
2. Mudah lelah
3. Mual, MuntaH
4. Sesak napas
5. Gelisah
6. Perdarahan dari hidung
7. Wajah kemerahan
8. Pandangan menjadi kabur sebab adanya kerusakan pada otak, mata,
jantung dan ginjal.

K. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan pre-eklampsia ringan

1. Dapat dikatakan tidak mempunyai risiko bagi ibu maupun janin


2. Tidak perlu segera diberikan obat antihipertensi atau obat lainnya, tidak
perlu dirawat kecuali tekanan darah meningkat terus (batas aman 140-
150/90-100 mmhg).
3. Istirahat yang cukup (berbaring / tiduran minimal 4 jam pada siang hari
dan minimal 8 jam pada malam hari)
4. Pemberian luminal 1-2 x 30 mg/hari bila tidak bisa tidur
5. Pemberian asam asetilsalisilat (aspirin) 1 x 80 mg/hari.
6. Bila tekanan darah tidak turun, dianjurkan dirawat dan diberi obat
antihipertensi : metildopa 3 x 125 mg/hari (max.1500 mg/hari), atau
nifedipin 3-8 x 5-10 mg/hari, atau nifedipin retard 2-3 x 20 mg/hari, atau
pindolol 1-3 x 5 mg/hari (max.30 mg/hari).
7. Diet rendah garam dan diuretik tidak perlu
8. Jika maturitas janin masih lama, lanjutkan kehamilan, periksa tiap 1
minggu
9. Indikasi rawat : jika ada perburukan, tekanan darah tidak turun setelah 2
minggu rawat jalan, peningkatan berat badan melebihi 1 kg/minggu 2 kali
berturut-turut, atau pasien menunjukkan tanda-tanda pre-eklampsia berat.
Berikan juga obat antihipertensi.
10. Jika dalam perawatan tidak ada perbaikan, tatalaksana sebagai pre-
eklampsia berat. Jika perbaikan, lanjutkan rawat jalan
11. Pengakhiran kehamilan : ditunggu sampai usia 40 minggu, kecuali
ditemukan pertumbuhan janin terhambat, gawat janin, solusio plasenta,
eklampsia, atau indikasi terminasi lainnya. Minimal usia 38 minggu, janin
sudah dinyatakan matur.
12. Persalinan pada pre-eklampsia ringan dapat dilakukan spontan, atau
dengan bantuan ekstraksi untuk mempercepat kala ii.

L. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Uji SMAC
Asam urat meningkat pada preeklamsia, tetapi tidak pada hipertensi
kronik. Temuaan bermakna jika > 6, Peningkatan SGOT menandakan
adanya gangguan pada hati.
2. Hitung darah lengkap
a. Peningkatan hematokrit mungkin disebakana oleh hemokonsentrasi
b. Hitung trombosit bila jumlah nya rendah dapat mengidentifikasikan
adanya gangguan vaskuler.
3. Pemeriksaan kadar protein, kreatinin, BUN, ALT, melijat adanya
kerusakan pada ginjal

M. KOMPLIKASI
Hipertensi yang tidak ditangani dengan baik bisa berdampak negatif
bagi bayi dan Anda sendiri.
1. Aliran darah ke plasenta berkurang. Kondisi ini bisa membuat bayi dalam
kandungan tidak mendapat cukup oksigen dan nutrisi.
2. Pertumbuhan janin terhambat. Janin yang tidak cukup menerima oksigen
dan nutrisi bisa menghambat proses pertumbuhan janin, bayi lahir dengan
berat badan yang rendah, atau lahir secara prematur.
3. Kelahiran prematur. Demi menyelamatkan nyawa Anda dan si Kecil,
kadang dokter akan menyarankan kelahiran bayi secara prematur.
Caranya dengan jalan induksi atau operasi caesar. Hal ini dilakukan untuk
mencegah eklamsia dan komplikasi lainnya.
4. Abrupsio plasenta. Ini adalah kondisi ketika plasenta terpisah dari dinding
dalam rahim sebelum proses persalinan. Jika hal ini terjadi, plasenta Anda
akan rusak. Anda juga akan mengalami pendarahan yang hebat. Kedua
hal ini bisa membahayakan nyawa Anda dan si Kecil.
5. Bayi meninggal dalam kandungan. Kondisi ini bisa saja terjadi pada masa
hamil lima bulan atau lebih. Bayi meninggal dalam kandungan karena
tidak mendapatkan hal-hal yang dibutuhkan, seperti oksigen dan nutrisi,
selayaknya bayi yang dikandung oleh ibu dengan tekanan darah normal.
6. Berkembangnya penyakit kardiovaskular. Jika Anda sudah sampai pada
tahap praeklamsia, maka Anda berisiko terkena penyakit kardiovaskular
setelah melahirkan, khususnya jika Anda melahirkan bayi secara
prematur. Namun Anda bisa meminimalisasi risiko dengan menjalani
gaya hidup sehat usai melahirkan.

N. ASKEP
1. PENGKAJIAN
a. Pengumpulan Data
Data-data yang perlu dikaji adalah berupa
1) Identitas klien
2) Keluhan Utama:
a) Pasien dengan hipertensi pada kehamilan didapatkan keluhan
berupa seperti sakit kepala terutama area kuduk bahkan mata
dapat berkunang-kunang, pandangan mata kabur, proteinuria
(protein dalam urin), peka terhadap cahaya, nyeri ulu hati.
3) Riwayat Penyakit Sekarang:
Pada pasien jantung hipertensi dalam kehamilan, biasanya akan
diawali dengan tanda-tanda mudah letih, nyeri kepala (tidak hilang
dengan analgesik biasa ), diplopia, nyeri abdomen atas
(epigastrium), oliguria (<400 ml/ 24 jam)serta nokturia dan
sebagainya. Perlu juga ditanyakan apakah klien menderita diabetes,
penyakit ginjal, rheumatoid arthritis, lupus atau skleroderma, perlu
ditanyakan juga mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan
yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan
keluhan-keluhan tersebut
4) Riwayat Penyakit Dahulu:
Perlu ditanyakan apakah pasien pernah menderita penyakit seperti
kronis hipertensi (tekanan darah tinggi sebelum hamil), Obesitas,
ansietas, angina, dispnea, ortopnea, hematuria, nokturia dan
sebagainya. Ibu beresiko dua kali lebih besar bila hamil dari
pasangan yang sebelumnya menjadi bapak dari satu kehamilan yang
menderita penyakit ini. Pasangan suami baru mengembalikan resiko
ibu sama seperti primigravida. Hal ini diperlukan untuk mengetahui
kemungkinan adanya faktor predisposisi
5) Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit-penyakit yang disinyalir sebagai penyebab jantung
hipertensi dalam kehamilannya. Ada hubungan genetik yang telah
diteliti. Riwayat keluarga ibu atau saudara perempuan
meningkatkan resiko empat sampai delapan kali
6) Riwayat Psikososial: Meliputi perasaan pasien terhadap
penyakitnya, bagaimana cara mengatasinya serta bagaimana
perilaku pasien terhadap tindakan yang dilakukan terhadap dirinya
b. Pengkajian Sistem Tubuh:
1) B1 (Breathing): Pernafasan meliputi sesak nafas sehabis aktifitas,
batuk dengan atau tanpa sputum, riwayat merokok, penggunaan
obat bantu pernafasan, bunyi nafas tambahan, sianosis
2) B2 (Blood): Gangguan fungsi kardiovaskular pada dasarnya
berkaitan dengan meningkatnya afterload jantung akibat hipertensi.
Selain itu terdapat perubahan hemodinamik, perubahan volume
darah berupa hemokonsentrasi. Pembekuan darah terganggu waktu
trombin menjadi memanjang. Yang paling khas adalah
trombositopenia dan gangguan faktor pembekuan lain seperti
menurunnya kadar antitrombin III. Sirkulasi meliputi adanya
riwayat hipertensi, penyakit jantung coroner, episodepalpitasi,
kenaikan tekanan darah, takhicardi, kadang bunyi jantung terdengar
S2 pada dasar , S3 dan S4, kenaikan TD, nadi denyutan jelas dari
karotis, jugularis, radialis, takikardi, murmur stenosis valvular,
distensi vena jugularis, kulit pucat, sianosis, suhu dingin.
3) B3 (Brain): Lesi ini sering karena pecahnya pembuluh darah otak
akibat hipertensi. Kelainan radiologis otak dapat diperlihatkan
dengan CT-Scan atau MRI. Otak dapat mengalami edema
vasogenik dan hipoperfusi. Pemeriksaan EEG juga memperlihatkan
adanya kelainan EEG terutama setelah kejang yang dapat bertahan
dalam jangka waktu seminggu.Integritas ego meliputi cemas,
depresi, euphoria, mudah marah, otot muka tegang, gelisah,
pernafasan menghela, peningkatan pola bicara. Neurosensori
meliputi keluhan kepala pusing, berdenyut , sakit kepala sub
oksipital, kelemahan pada salah satu sisi tubuh, gangguan
penglihatan (diplopia, pandangan kabur), epitaksis, kenaikan
terkanan pada pembuluh darah cerebral
4) B4 (Bladder): Riwayat penyakit ginjal dan diabetes mellitus,
riwayat penggunaan obat diuretic juga perlu dikaji. Seperti pada
glomerulopati lainnya terdapat peningkatan permeabilitas terhadap
sebagian besar protein dengan berat molekul tinggi. Sebagian besar
penelitian biopsy ginjal menunjukkan pembengkakan endotel
kapiler glomerulus yang disebut endoteliosis kapiler glomerulus.
Nekrosis hemoragik periporta dibagian perifer lobulus hepar
kemungkinan besar merupakan penyebab meningkatnya kadar
enzim hati dalam serum
5) B5 (Bowel): Makanan/cairan meliputi makanan yang disukai
terutama yang mengandung tinggi garam, protein, tinggi lemak,
dan kolesterol, mual, muntah, perubahan berat badan, adanya
edema.
6) B6 (Bone): Nyeri/ketidaknyamanan meliputi nyeri hilang timbul
pada tungkai,sakit kepala sub oksipital berat, nyeri abdomen, nyeri
dada, nyeri ulu hati. Keamanan meliputi gangguan cara berjalan,
parestesia, hipotensi postural

2. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan tekanan mekanik dari bagian
presentasi dan dilatasi serviks. (Nyeri pada kala I-IV)
b. Resiko cedera terhadap janin dan maternal berhubungan dengan
malprestasi/posisi, pencetusan kelahiran disproporsi, CPD, laserasi
jalan lahir.
c. Kelelahan berhubungan dengan pengeluaran energi selama persalinan.
d. Cemas berhubungan dengan kris
is situasional
3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA NOC NIC


1. Nyeri akut Setelah dilakukan Pain management :
berhubungan tindakan - Observasi isyarat-
dengan persalinan keperawatan selama isyarat non verbal
pervaginam 2 x 24 jam, nyeri dari
terkontrol. ketidaknyamanan
NOC : - Kaji secara
- Pain level komphrehensif
- Pain control tentang nyeri,
- Comfort level meliputi lokasi,
Kriteria hasil : karakteristik dan
- Mampu onset, durasi,
mengontrol nyeri frekuensi, kualitas,
(mengetahui dan pola kontraksi
penyebab nyeri, uterus setiap 30
mampu menit
menggunakan - Evaluasi pengalaman
teknik nyeri masa lampau
nonfarmakologi - Bantu klien dan
untuk mengurangi keluarga untuk
nyeri, mencari mencari dan
bantuan) menemukan
- Melaporkan bahwa dukungan.
nyeri berkurang - Kontrol lingkungan
dengan yang mempengaruhi
menggunakan nyeri seperti suhu
manajemen nyeri ruangan,
- Mampu mengenali pencahayaan dan
nyeri (skala, kebisingan
intensitas, - Pilih dan lakukan
frekuensi dan penanganan nyeri
tanda nyeri) (farmakologis/ non
- Menyatakan rasa farmakologis).
nyaman setelah - Ajarkan teknik non
nyeri berkurang farmakologi
Skala :
5 : Tidak pernah
4 : Jarang
3 : Kadang-kadang
2 : Sering
1 : Konsisten
menunjukkan
2. Resiko cedera Klien menunjukkan - Pantau kulit dari
terhadap janin pengendalian resiko adanya ruam/lecet,
dan maternal cedera dengan skala warna dan
berhubungan 4 dalam waktu 2 x suhu,kelembaban,are
dengan 24 jam, dimana skala a kemerahan dan
malprestasi/posisi tersebut adalah : rusak.
, pencetusan 1. ekstrim - Kaji luka meliputi
kelahiran 2. berat lokasi, luas dan
3. sedang
disproporsi, CPD, kedalaman luka.
4. ringan
laserasi jalan 5. tidak ada - Jelaskan klien tentang
lahir. gangguan tanda kerusakan
kulit.
yang dibuktikan
- Kolaborasi dengan
dengan indikator
ahli gizi tentang
sebagai berikut :
makanan tinggi
- Adanya lesi
protein, kalori,
jaringan yang
mineral, dan vitamin.
minimal (hanya
epidermis)
- Warna dan suhu
jaringan normal
- Tidak ada
perdarahan
3. Keletihan b.d Setelah dilakukan Manajemen energi
pengeluaran tindakan  Kaji siklus fisiologi
energi selama keperawatan selama pasien yang
persalinan 2 x 24 jam menyebabkan
diharapkan kelelahan
kelelahanteratasi.  Tentukan jenis
danbanyaknya
aktivitas yang
dibutuhkan
 Monitor
intake/asupan
nutrisi untuk
mengetahui sumber
energi yang adekuat
 Anjurkan periodei
stirahat dan
kegiatan secara
bergantian
 Rencanakan
kegiatan
setelahpasien
memiliki banyak
energi.
4. Cemas Klien menunjukkan - Kaji tingkat
berhubungan perilaku kontrol kecemasan klien.
dengan krisis ansietas dalam - Anjurkan klien untuk
situasional waktu 2x24 jam, menggunakan teknik
dengan skala : 5 relaksasi, sediakan
dimana skala tsb pengalihan melalui
adalah : TV, radio, terapi
1 : tidak pernah. okupasi untuk
2 : jarang mengurangi ansietas
3 : kadang-kadang dan memperluas
4 : sering fokus.
5 : konsisten - Berikan informasi
Dibuktikan dengan faktual menyangkut
indikator sebagai diagnosis, perawatan
berikut : dan prognosis.
- Menggunakan - Jelaskan semua
strategi koping prosedur termasuk
yang efektif. sensasi yang
- Menggunakan biasanya dirasakan
teknik relaksasi selama prosedur.
untuk mengurangi - Kurangi rangsangan
kecemasan. yang berlebihan
- Tidak ada dengan menyediakan
manifestasi lingkungan yang
kecemasan secara tenang, kontak yang
fisik. terbatas dengan
- Mengidentifikasi orang lain.
gejala yang - Yakinkan klien
merupakan kembali dengan
indikator ansietas menyentuh, saling
pasien sendiri. memberi empati
secara verbal, dan
non verbal.

4. Implementasi Keperawatan

Implementasi adalah pengelolaan dan perwujudan dari rencana


keperawatan yang telah disusun pada tahap perencanaan (Setiadi, 2012).
Penulis melakukan implementasi berdasarkan dari intervensi yang telah
direncanakan. Implementasi yang dapat dilakukan adalah konseling laktasi
tentang koreksi ketidaktepatan mengenai menyusui, berikan materi
pendidikan sesuai kebutuhan, atasi nyeri ibu, serta lakukan perawatan
payudara dan pijat oksitoksin untuk memperlancar produksi ASI.

5. Evaluasi Keperawatan

Tahap penilaian dan evaluasi adalah perbandingan yang sistematis


danterencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan,
dilakukan dengan cara berkesinambungan dengan melibatkan klien,
keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya (Setiadi, 2012). Evaluasi dari
tindakan keperawatan sesuai dengan tujuan yang diharapkan.

DAFTAR PUSTAKA
JunaidiI. 2010 . Hipertensi, Pengenalan, Pencegahan, dan Pengobatan. Jakarta :
BIP Kelompok Gramedia.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Buku Saku Pelayanan
Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan. Jakarta : WHO
country office for Indonesia
Mansur, Herawati.2009.Psikologi Ibu dan Anak untuk Kebidanan. Jakarta :

Salemba Medika.

Suherni. (2009). Perawatan Masa Nifas. Yogyakart: Penerbit Fitramaya.

Varney, Hellen, dkk.2007.Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4

Volume1.Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai