Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH REPRODUKSI

NIFAS

Disusun guna memenuhi tugas sistem Reproduksi

Disusun oleh :

1. Moman Sari Sejasa ( 06.0092.S )


2. A’ang jatmiko ( 07.0140.S )
3. Adnan Anung Pramudito ( 07. 0144.S )
4. Zuhrotun Niswah ( 07. 0229.S )

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH

PEKAJANGAN – PEKALONGAN

2010
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Masa nifas adalah suatu masa dimana tubuh menyesuaikan baik fisik
maupun psikologis terhadap proses melahirkan yang lamanya kurang lebih 6
minggu. Selain itu pengertian masa nifas adalah masa mulainya persalinan
sampai pulihnya alat-alat dan anggota badan yang berhubungan dengan
kehamilan/persalinan (Ahmad Ramli. 1989).

Dari dua pengertian di atas kelompok meyimpulkan bahwa masa nifas


adalah masa sejak selesainya persalinan hingga pulihnya alat-alat kandungan dan
anggota badan serta psikososial yang berhubungan dengan kehamilan/persalinan
selama 6 minggu.

B. Tujuan
Tujuan asuhan masa nifas yaitu :

1. Menjaga Kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun psikologik


2. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah,
mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,
nutrisi keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi pada bayinya
dan perawatan bayi sehat.
4. Memberikan pelayanan keluarga berencana.  
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian Nifas

1. Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta
sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003).

2. Masa nifas dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung kira-
kira 6 minggu. (Abdul Bari,2000:122).

3. Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah


kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran
reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. (F.Gary
cunningham,Mac Donald,1995:281).

4. Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang
dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya
memerlukan waktu 6- 12 minggu. ( Ibrahim C, 1998).

B. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas untuk :

1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis.


2. Melaksanakan skrinning secara komprehensif, deteksi dini, mengobati
atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.

3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,


nutrisi, KB, cara dan manfaat menyusui, pemberian imunisasi serta
perawatan bayi sehari-hari.
4. Memberikan pelayanan keluarga berencana.

5. Mendapatkan kesehatan emosi.

C. Tahapan Masa Nifas

Masa nifas terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu :

1. Puerperium dini

Suatu masa kepulihan dimana ibu diperbolehkan untuk berdiri dan


berjalan-jalan.

2. Puerperium intermedial

Suatu masa dimana kepulihan dari organ-organ reproduksi selama kurang


lebih enam minggu.

3. Remote puerperium

Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dlam keadaan
sempurna terutama ibu bila ibu selama hamil atau waktu persalinan
mengalami komplikasi.

D. Proses Laktase

Untuk menghadapii masalah laktasi, sejak darikehamilan, telah


terjadi perubahan – perubahan pada kelenjar mamae, yaitu :

 Poliferasi jaringan pada kelenjar – kelenjar, alveoli, dan jaringan


lemak terutama.

 Keluaran cairan susu jolong dari ductus lactiferus disebut


colostrum, berwarna ptuih susu.
 Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam, dimana
vena – vena berdilatasi, sehingga tampak jelas.

 Setelah persalinan, pengaruh sekresi estrogen dan progesteron


hilang. Maka timbul pengaruh hormon lactogenik atau progenik
yang akan merangsang air susu. Disamping itu, pengaruh oksitosin
menyebabkan mioepitel kelenjar susu berkontraksi. Sehingga air
susu keluar. Produksi akan bertambah setelah 2 – 3 hari paska
persalinan.

Bila bayi mulai disusui, isapan pada puting susu merupakan


rangsangan psikis yang secara reflektoris mengakibatkan oksitosin
dikeluarkan oleh hipofise. Produksi ASI akan lebih banyak. Sebagai efek
positif adalah involusi uteri akan lebih sempurna. Disamping ASI
merupkan makana utama bagi bayi yang tidak ada bandingannya,
menyusukan bayi sangat baik untuk menjelmakan rasa kasih sayang antra
ibu dan anak – anaknya. ASI adalah untuk anak ibu. Ibu dan bayi dapat
ditempatkan dalam satu kamar ( rooming in ) atau dalam tempat yang
terpisah. Keuntungan Rooming In :

 Muudah menyusukan bayi

 Setiap saat ada kontak antara ibu dan bayi

 Sedini mungkin ibu telah dapat mengurusi bayinya.

E. Proses involusi

1. Uterus secara berangsur – angsur menjadi kecil, sehingga akhirnya


kembali seperti sebelum hamil.
2. Bekas implantasi uri : Plasenta bed mengecil karena kontraksi dan
menonjol ke cavum uteri, dengan diameter 7,5 cm. Setelah 2 minggu
menjadi 3,5 cm, pada minggu ke enam 2,4 cm dan akhirnya pulih.

3. Luka – luka pada jalan lahir bila tidak disertai infeksi akan sembuh
dalam 6 - 7 hari

4. Rasa sakit yang disebut after pains ( mules – mules ) disebabkan


kkontraksi rahim. Biasanya berlangsung 2 – 4 Hari pasca persalinan.
Perlu diberi pengertian pada ibu mengenai hal ini. Dan bila mengganggu,
bisa diberikan obat – obat anti sakit.

5. Servik : setalah persalinan, bentuk servik agak menganga seperti corong


merah kehitaman. Konsistensinya lunak. Kadang – kadang terdapat
perlukaan – perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa masuk
rongga rahim, setelah dua jam dapat dilalui oleh 2 – 3 jari. Dan setelah 7
hari, hanya dapat dilalui 1 jari.

6. Ligamen – ligamen : ligamen, fasia, dan diagfragma pelvis yang


meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur –
angsur

F. Perubahan Fisiologi pada Masa Nifas

Pada masa nifas ini akan terjadi perubahan fisiologi, yaitu:

1. Alat genitalia

Alat-alat genitalia interna maupun eksterna akan berangsur-angsur


pulih kembali seperti keadaan sebelum hamil atau sering disebut involusi,
selain itu juga perubahan-perubahan penting lain, yakni hemokonsentrasi
dan timbulnya laktasi karena lactogenik hormone dari kelenjar hipofisis
terhadap kelenjar mammae.

2. Fundus uteri
Setelah janin lahir fundus uteri kira-kira setinggi pusat, segera
setelah plasenta lahir, TFU kurang lebih 2 jari di bawah pusat. Pada hari ke-
5 post partum uterus kurang lebih setinggi 7 cm di atas symfisis pusat,
sesudah 12 hari uterus tidak dapat diraba lagi di atas symfisis.

Dinding uterus sendiri kurang lebih 5 cm, sedangkan pada bekas


implantasi plasenta lebih tipis dari bagian lain. Bagian bekas implantasi
plasenta merupakan Penanganan suatu luka yang kasar dan menonjol ke
dalam kavum uteri, segera setelah persalinan.

Otot-otot uterus berkontraksi setelah post partum. Pembuluh-


pembuluh darah yang berada di antara anyaman otot uterus akan terjepit.
Proses ini akan menghentikan perdarahan setelah plasenta dilahirkan.

3. Serviks

Segera setelah post partum bentuk servik agak menganga seperti


corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan
kontraksi, sedangkan servik uteri tidak berkontraksi, sehingga seolah-olah
pada perbatasan antara korpus dan servik uteri terbentuk semacam cincin.

4. Ligamen

Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang


selama kehamilan dan partus, setelah jalan lahir, berangsur-angsur ciut
kembali seperti sediakala. Tidak jarang ligamentum rotundum menjadi
kendor yang mengakibatkan uterus jatuh ke belakang. Tidak jarang pula
wanita mengeluh “kandungannya turun” setelah melahirkan karena
ligamenta, fasia, jaringan alat penunjang genetalia menjadi menjadi agak
kendor. Untuk memulihkan kembali jaringan-jaringan penunjang alat
genitalia tersebut, juga otot-otot dinding perut dan dasar panggul dianjurkan
untuk melakukan latihan-latihan tertentu.Pada 2 hari post partum sudah
dapat diberikan fisioterapi. Keuntungan lain ialah dicegahnya pula stasis
darah yang dapat mengakibatkan trombosis masa nifas.
G. Penanganan

Tindakan yang baik untuk asuhan masa nifas normal pada ibu, yaitu:

1. Kebersihan Diri

a) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh

b) Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin dengan


sanun dan air. Pastikan bahwa ia mengerti untuk membersihkan
daerah di sekitar vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang baru
kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasehatkan ubu untuk
membersihkan diri setiap kali selesai buang air kecil atau besar.

c) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut


setidaknya dua kali sehari. Kain dapat digunakan ulang jika telah
dicuci dengan baik, dan dikeringkan di bawah matahari atau disetrika.

d) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum dan
sesudah membersihkan daerah kelaminnya.

e) Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, sarankan kepada


ibu untuk menghindari menyentuh daerah luka.

2. Istirahat

a) Anjurkan ibu untuk istirahat cukup untuk mencegah kelelahan yang


berlebihan

b) Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan-kagiatan rumah tangga biasa


secara perlahan-lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi
bayi tidur.

c) Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam berbagai hal :

 Mengurangi jumlah ASI yang diproduksi

 Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak


perdarahan
 Menyebabkan depresi dan ketidakmampuan untuk merawat bayi
dan dirinya sendiri.

3. Latihan

a) Diskusikan pentingnya mengembalikan otot-otot perut dan panggul


kembali normal. Ibu akan merasakan lebih kuat dan ini
menyebabkan otot perutnya

b) Menjadi kuat sehingga mengurangi rasa sakit pada punggung.

c) Jelaskan bahwa latuhan-latihan tertentu beberapa menit setiap hari


dapat membantu mempercepat mengembalikan otot-otot perut dsan
panggul kembali normal, seperti:

 Tidur telentang dengan lengan di samping, menarik otot perut


selagi menarik nafas, tahan nafas ke dalam dan angkat dagu ke
dada, tahan satu hitungan sampai lima. Rileks dan ulangi 10 kali.

 Untuk memperkuat otot vagina, berdiri dengan tungkai dirapatkan.


Kencangkan otot-otot pantat dan dan panggul tahan sampai 5 kali
hitungan. Kendurkan dan ulangi latihan sebsnyak 5 kali.

 Mulai dengan mengerjakan 5 kali latihan untuk setiap gerakan.


Setiap minggu naikkan jumlah latihan 5 kali lebih banyak. Pada
minggu ke-6 setelah persalinan ibu harus mengerjakan latihan
sebanyak 30 kali.

4. Gizi

Ibu menyusui harus:

a) Mengkonsumsi tambahan 500 kalori setiap hari


b) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatkan protein, mineral
dan vitamin yang cukup

c) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari (anjurkan ibu untuk minum
setiap kali menyusui)

d) Minum kapsul vit. A (200.000 unit) agar bias memberikan vitamin A


kepada bayinya melalui ASInya.

5. Perawatan Payudara

a) Menjaga payudara tetap bersih dan kering

b) Mengenakan BH yang menyokong payudara

c) Apabila putting susus lecet oleskan colostrums atau ASI yang keluar
pada sekitar putting susu setiap kali seleswai menyusui. Menyusu
tetap dilakukan dari putting susu yang tidak lecet.

d) Apabila lecet sangat berat dapat diistirahatkan selama 24 jam. ASI


dikeluarkan dan diminumkan dengan sendok.

e) Apabila payudara bengkak akibat bendungan ASI, lakukan:

 Pengompresan payudara dengan menggunakan kain basah dan


hangat selama 5 menit.

 Urut payudara dari arah pangkal menuju putting atau gunakan


sisir untuk mengurut payudara dengan arah “Z” menuju
putting.

 Keluarkan ASI sebagian dari nagian depan payudara sehingga


putting susu menjadi lunak.

 Susukan bayi setiap 2-3 jam sekali. Apabila tidak dapat


menghisap seluruh ASI keluakan dengan tangan

 Letakkan kain dingin pada payudara setelah menyusui.


 Payudara dikeringkan.

6. Hubungan Perkawinan atau Rumah Tangga

Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri begitu darah
merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya ke dalam
vagina tanpa rasa nyeri. Begitu darah merah berhenti dan tidak merasakan
ketidaknyamanan, aman untuk memulai melakukan hubungan suami istri
kapan saja ibu siap

Banyak budaya mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri


sampai masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu
setelah persalinan. Keputusan tergantung pada pasangan yang
bersangkutan.

7. Keluarga Berencana

Idealnya pasangan harus menunggu sekurang-kurangnya 2 tahun


sebelum ibu hamil kembali. Setiap pasangan harus menentukan sendiri
kapan dan bagaimana mereka ingin merencanakan tentang keluarganya.
Namun, petugas kesehatan dapat mem,Bantu merencanakan
keluarganyadengan mengajarkan kepada mereka cara mencegah kehamilan
yang tidak diinginkan.

Biasanya wanita tidak menghasilkan telur (ovulasi) sebelum ia


mendapatkan lagi haidnya selama menyusui. Oleh karena itu, metode
amenore laktasi dapat dipakai sebelum haid pertamakembali
untukmencegah terjadinya kehamilan baru. Resiko cara ini adalah 2 %
kehamilan.

Meskipun beberapa metode KB mengandung resiko, menggunakan


kontrasepsi tetap lebih aman, terutama apabila ibu telah haid lagi.

8. Perubahan Psikologi

Pada ibu nifas juga ter jadi perubahan psikologi, seperti:


a) Taking in : focus perhatian ibu terutama pada dirinya sendiri,
pengalaman waktu melahirkan diceritakannya, kelelahan membuat
ibu cukup istirahat untuk mencegah gejala kurang tidur.

b) Taking hold : ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa


tanggungjawab merawat bayi, perasaan sangat sensitive sehingga
mudah tersinggung jadi komunikasi kurang hati-hati, ibu butuh
dukungan untuk merawat diri dan bayinya.

c) Letting go : ibu sudah mulai menerima tanggung jawab akan peran


barunya, ibu sudah menyesuaikan diri dengan ketergantungan
bayinya, keinginan untuk merawat bayinya sudah meningkat pada
fase ini.

H. Proses pengeluaran lokea

Lochia atau lokea adalah cairan sekret yang berasal dari cavum uteri
dan vagina dalam masa nifas. Macam – macam lochia antara lain :

1. Lochia Lubra ( Cruenta )

Berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban, sel – sel desidua,
verniks caseosa, lanugo, dan mekoneum selama dua hari pasca persalinan.

2. Lochia Sanguinolenta

Berwarna m,erah kuning berisi darah dan lendir, hari ketiga dan ketujuh
pasca persalinan.

3. Lochia serosa

Berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7 – 14 pasca


persalinan.

4. Lochia alba

Cairan berwarna putih setelah dua minggu.


5. Lochia Purulenta

Terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanh, berbau busuk

6. Lochiostatis

Lochia yang tidak lancar keluarnya.

I. Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

Riwayat ibu nifas mencakup :

 Kebiasaan
 Makanan dan cairan

 Perubahan barat badan

 Pola istirahat dan tidur

 Toleransi istirahat

 Pengkajian psikologi,meliputi: Status emosional, Pola koping,


Persepsi terhadap keadaan passien

 Pengkajian fisik : Personal higiene, Status nutrisi, Nyeri, Tanda-tanda


vital, Keadaan fisik pada ibu nifas adalah :

 Payudara : Kekenyalan,Puting susu

 Abdomen: Diastasis recti abdominis, Striae

 Gastro intestinal: Peristaltik

 Uterus : Tinggi fundus uteri, Kontraksi

 Perkemihan: Frekuensi dalam 24 jam pertama

 Lochea : Warna, Encer \ kental, Bau, Jumlah


2. Diagnosa Keperawatan

a) Nyeri berhubungan dengan : Involusi uterus, trauma perineum, episiotomi,


perdarahan, pembengkakan payudara

b) Kurangnya volume cairan berhubungan dengan perdarahan post partum

c) Konstipasi dan retensio urine sehubungan dengan ketidak nyamanan post


partum, trauma jaringan atau otot-otot spincter karena persalinan

d) Resiko cedera berhubungan dengan perdarahan postpartum, efek anestesi

e) Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan setelah


melahirkan

f) Gangguan tidur berhubungan dengan ketidak nyamanan postpartum proses


persalinan yang lemah, merawat bayi

g) Tidak efektifnya memberikan makan pada bayi berhubungan dengan


gangguan rasa nyaman, respon normal fisiologis

h) Menurunnya harga diri berhubungan dengan pengalaman persalinan yang


lalu

i) Gangguan menjadi orang tua berhubungan dengan kurangnya pengetahuan


dalam merawat bayi

j) Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan tentang perawatan


mandiri
BAB III

PEMBAHASAN

Kasus :

Ny. Eti 25 tahun, P I A0 post partum hari kedua. Klien menyatakan masih
mengeluarkan cairan berwarna merah. Klien masih merasakan nyeri pada perut.
Nyeri semakin dirasakn apabila bayinya menetek. Tingggi fundus uetri setinggi 1
jari di bawah pusat, teraba keras. Klien menyatakan belum buang air besar sejak
melahirkan.

A. Terminologi

P I: Partus ( Melahirkan )

A0: Abortus ( keguguran )

Verniks kaseosa : lemak yang melekat di tubuh bayi

Lanogu: rambut halus yang ada di tubuh bayi


Mekoneum : kotoran pertama yang keluar dari bayi, berwarna hitam.

B. Pengertian nifas

Masa nifas atau masa puerpursium adalah masa setelah partus selesai
dan berakhir setelah kira kira 6 minggu (mansjoer, 2001)

Masa nifas ( puerpursium ) adalah masa puliih kembali, mulai dari


persalinan selesai sampai alat – alat kandungan kembali seperti pra hamil.
Lama masa nifas 6 – 8 minggu.

C. Permasalahan

1. Klien masih merasa nyeri pada perut.


Perasaan nyeri perut ( mulas ) post partum akibat kontraksi uterus
kadang sangat mengganggu selama 2 – 3 hari pasca persalinan, dan biasanya
lebih sering pada multi para daripada primipara.
Perasaan mulas ( nyeri )lebih terasa saat menyusui, dapat pula timbul
apabila masih ada sisa selaput ketuban, sisa plasenta, atau gumpalan darah
dalam cavum uteri. Kontraksi ini dipicu karena adanya peningkatan produksi
hormon oksitosin. Karena hormon ini akan meningkat pada saat persalinan,
sehingga mempengaruhi kontraksi uterus.

2. Klien menyatakan masih mengeluarkan cairan berwarna merah.


Lokia dalah sekret dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas.
Hari pertama dan kedua terdapat lokia rubra atau lokia kroental, terdiri dari
darah segar bercampur sisa selaput ketuban, sel desidua, sisa verniks kasiosa,
lanugo dan mekoneom. Hari berikutna keluar lokia sanguinolenta berupa
darah bercampur lendir. Setelah satu minggu keluar lokia sarosa berwarna
kuning dan tidak mengandung darah. Setelah dua minggu keluar lokia alba
yang hanya berupa cairan putih. Biasanya lokia berbau agak amis, bila berbau
busuk mungkin terjadi lokia stasis (lokia yang tidak lancar keluar) dan
infeksi.

3. Nyeri semakin dirasakan apabila bayinya menetek.


Saat stimulasi pengeluaran ASI, maka produksi hormon oksitosin
akan meningkat. Produksi hormon oksitosin yang meningkat, akan
menimbulkan kontraksi pada uterus. Sehingga klien akan merasakan nyeri
pada perut terutama saat menyusui.

4. Tinggi fundus uteri setinggi satu jari bawah pusat.


Alat – alat genitalia interna dan eksterna akan berangsur pulih kembali
seperti keadaan sebelum hamil, yang disebut involusi. Setelah janin
dilahirkan fundus uteri setinggi pusat. Segera setelah plasenta lahir maka
tinggi fundus uteri 2 jari bawah pusat. Pada hari ke 5 pasca persalinan, kurang
lebh setinggi 7 cm atas simphisis atau setengah simphisis pusat, sesudah 12
hari, uterus tidak dapat diraba lagi di atas simphisis.

5. Teraba keras
Karena adanya kontraksi uterus tersebut maka perut akan teraba keras.

6. Klien menyetakan belum buang air besar sejak melahirkan.


Defekasi harus ada dalam 3 hari pasca persalinan.bila terjadi obstipasi
dan timbul koprostase hingga skibala tertimbun di rektum,mungkin terjadi
febris.lakukan klisma atau berikan laksan per oral.dengan melakukan
mobilisasi sedini mungkin 6jam pasca persalinan,tidak jarang kesulitan
defekasi dapat diatasi.
Dalam kasus ini, klien masih dalam keadaan normal. Namun tetap
diusahakan hari ketiga sudah bisa defekasi.

D. Rencana Keperawatan
1. Diagnosa Dan Intervensi Keperawatan

a) Nyeri sehubungan dengan Involusi uterus

Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3X24 jam klien


melaporkan nyeri berkurang atau hilang.

Kriteria hasil:

 Klien mengatan nyeri berkurang atau hilang dg skala nyeri 0-3


 Ekspresi wajah klien nampak rileks.

Intervensi;

a) Kaji nyeri(PQRST)

Rasional : mengetahui kondisi nyeri klien dan menentukan


intervensi

b) Jelaskan pada klien tentang penyebab nyeri

Rasional : ketidaktahuan klien tentang penyebab nyeri dapat


menimbulkan kecemasan yang dapat meningkankan derajat nyeri.

c) Ajarkan management nyeri seperti relaksasi dan distraksi

Rasional: membantu mengurangi nyeri

d) Beri lingkungan yang nyaman

Rasional: lingkungan yang nyaman lingkungan yang nyaman dapat


mengalihkan perhatian klien terhadap nyeri.
e) Kolaborasi pemberian analgesik

Rasional: menghilangkan nyeri langsung kepusat nyeri.

b) Resiko tinggi infeksi sehubungan dengan trauma jaringan setelah


melahirkan

Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24jam klien


tidak mengalami infeksi.

Kriteria hasil:

 Tidak terdapat tanda –tanda infeksi


 TTV dalam rentang normal

 Klien mempertahankan lingkungan tetap bersih

 Klien menunjukan aktifitas higiene yang baik.

Intervensi:

a. Kaji tanda-tanda infeksi

Rasional: mengetahui kondisi dan membantu menentukan intervensi

b. Pantau tanda - tanda vital

Rasional: Perubahan tanda vital ( suhu ) merupakan indikasi


terjadinya infeksi

c. Anjurkan klien dan keluarga untuk tetap menjaga kebersihan


lingkungan sekitar klien

Rasional: mancegah invasi mikroorganisme

d. Ajarkan dan anjurkan klien tentang personal higiene


Rasional:higiene yang baik dapat mencegah terjadinya infeksi.

e. Kolaborasi dalam pemberian antibiotik.

Rasional:antibiotik dapat membunuh mikroorganisme.

DAFTAR PUSTAKA

 Mochtar, Rustam. 1998. Sinopsis Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : EGC

 Khaidir.2009. askep nifas pada gangguan psikososial.¶ http:


//khaidirmuhaj.blogspot.com/2009/01/askep-nifas-pada-gangguan-
psikososial.html

 Prawirohardjo, Sarwono EdiWiknjosastro H .1997. lmu Kandungan. Jakarta :


Gramedia.

 RSUD Dr. Soetomo (2001), Perawatan Kegawat daruratan Pada Ibu Hamil, FK.
UNAIR, Surabaya

Anda mungkin juga menyukai