TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh Arbovirus (arthro podborn
virus) dan ditularkan melalui gigitan nyamuk aedes (aedes albopictus
dan aedes aegepty)
B. ETIOLOGI
Penyebab DHF adalah Arbovirus (Arthropodborn Virus) melalui
gigitan nyamuk Aedes (Aedes Albopictus dn Aedes Aegepty)
C. MANIFESTASI KLINIS
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan 2 atau lebih
manifestasi klinis sebagai berikut :
1. Nyeri kepala
Nyeri kepala pasien terjadi akibat rilis mediator proinflamasi sebagai mekanisme
respon imun. Mediator proinflamasi ini kemudian menekan ujung-ujung saraf
sehingga kemudian menekan ujung-ujung saraf sehingga kemudian disampaikan
sebagai rasa nyeri pada otak. Hal inilah yang menyebabkan penderita merasakan
nyeri kepala
Hal ini terjadi karena salah satu mediator inflamasi, yaitu serotonin, yang
dilepaskan pada proses radang, yaitu iritasi mukosa, mempunyai mekanisme
menekan nafsu makan dengan menekan pusat pengatur rasa kenyang dan rasa
lapar.
3. Ruam kulit
Terjadi akibat gangguan hemostasis primer sebagai konsekuensi dari keadaan
trombositopenia. Trombositopenia sendiri yang terjadi pada kasis ini timbul akibat
supresi sumsung tulang dan destruksi serta pemendekan masa hidup eritrosit oleh
virus dengue. Kapiler yang sering mengalami reptur dalam keadaan normal
mudah diperbaiki, namun dalam keadaan trombositopenia, kapiler tersebut tidak
dapat diperbaiki dengan cepat, sehingga timbul bintik kemerahan atau petekie.
Selain itu, bintik kemerahan juga dapat timbul akibat permeabilitas kapiler yang
meningkat.
4. Mual
D. PATOFISIOLOGI
menurut
(Herdman , 2012), yang utama pada
penderita DHF adalah meningkatnya permeabilitas dinding kapiler yang
mengakibatkan terjadinya perembesan atau kebocoran plasma, peningkatan
permeabilitas dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma
yang secara
otomatis jumlah trombosit berkurang, terjadinya hipotensi
(tekanan darah rendah) yang dikarenakan kekurangan haemoglobin,
terjadinya hemokonsentrasi (peningkatan hematocrit > 20%) dan renjatan
(syok). Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk ke dalam
tubuh
penderita adalah penderita mengalami demam, sakit kepala, mual, nyeri otot,
pegal
-
pegal di seluruh tubuh, ruam atau bitnik
-
bintik merah pada kulit
(petekie), sakit tenggorokan dan hal lain yang mungkin terjadi seperti
pembesaran limpa (splenomegali).
Hemokonsentrasi menunjukkan atau menggambarkan adanya
kebocoran atau perembesan plasma ke ruang ekstra seluler sehingga nilai
hematocrit menjadi penting untuk patokan pemberian cairan intravena. Oleh
karena itu, pada penderita DHF sangat dianjurkan untuk
memantau
22
hematocrit darah berkala untuk mengetahuinya. Setelah pemberian cairan
intravena peningkatan jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma
telah teratasi sehingga pemberian cairan intravena harus dikurangi kecepatan
dan jumlahnya untuk mencegah t
erjadinya edema paru dan gagal jantung.
Sebaliknya jika tidak mendapatkan cairan yang cukup, penderita akan
mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan kondisi yang buruk
bahkan bisa mengalami renjatan dan apabila tidak segera ditangani dengan
bai
k maka akan mengakibatkan kematian. Sebelumnya terjadinya kematian
biasanya dilakukan pemberian transfusi guna menambah semua komponen
-
komponen di dalam darah yang telah hilang.
E. PATHWAYS
Virus Dengue
Viremia
Manifestasi
Kehilangan plasma
Resiko syok
hipovolemia
Syok
Kematian
F. KOMPLIKASI
G. PENATALAKSANAAN
1. Pengawasan tanda – tanda Vital secara kontinue tiap jam
- Pemeriksaan Hb, Ht, Trombocyt tiap 4 Jam
- Observasi intik output
- Pada pasienDHF derajat I : Pasien diistirahatkan, observasi tanda vital
tiap 3 jam , periksa Hb, Ht, Thrombosit tiap 4 jam beri minum 1 ½
liter – 2 liter per hari, beri kompres
- Pada pasien DHF derajat II : pengawasan tanda vital, pemeriksaan Hb,
Ht, Thrombocyt, perhatikan gejala seperti nadi lemah, kecil dan cepat,
tekanan darah menurun, anuria dan sakit perut, beri infus.
- Pada pasien DHF derajat III : Infus guyur, posisi semi fowler, beri o2
pengawasan tanda – tanda vital tiap 15 menit, pasang cateter, obsrvasi
productie urin tiap jam, periksa Hb, Ht dan thrombocyt.
2. Resiko Perdarahan
- Obsevasi perdarahan : Pteckie, Epistaksis, Hematomesis dan melena
- Catat banyak, warna dari perdarahan
- Pasang NGT pada pasien dengan perdarahan tractus Gastro Intestinal