HAEMORHAGIC FEVER (DHF)
Posted on September 1, 2018 by samoke2012
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Penyakit virus berat yang ditularkan oleh nyamuk endemic di banyak negara di Asia Tenggara
dan Selatan, Pasifik dan Amerika Latin ditandai dengan meningkatnya permeabilitas pembuluh
darah, hipovolemia dan gangguan mekanisme penggumpalan darah. Terutama menyerang anak-
anak, tetapi juga menyerang orang dewasa. (Kunoli, 2012, p. 103)
Penyakit demam berdarah dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat
di Indonesia yang jumlah penderitanya cenderung meningkat dan penyebarannya semakin luas.
Penyakit DBD merupakan penyakit menular yang terutama menyerang anak-anak. (Kunoli,
2012, p. 103)
Di Indonesia penyakit DBD masih merupakan masalah kesehatan karena masih banyak derah
yang endemic. Daerah endemic pada umumnya merupakan sumber penyebaran penyakit ke
wilayah lain. Setiap kejadian luar biasa (KLB) DBD umumnya di mulai dengan peningkatan
jumlah kasus di wilayah tersebut. Untuk membatasi penyebaran penyakit DBD diperlukan
pengasapan (fogging) secara missal, abatisasi missal, serta penggerakan pemberantasan sarang
nyamuk (PSN) yang terus menerus. (Kunoli, 2012, p. 103)
1. Batasan masalah
Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada asuhan keperawatan pada klien yang mengalami
DHF.
1. Rumusan masalah
2. Apa yang dimaksut dengan DHF ?
3. Apa penyebab dari DHF ?
4. Bagaimana tanda gejala dari DHF ?
5. Bagaimana penyebaran penyakit DHF ?
6. Dibedakan menjadi berapa penyakit dari DHF ?
7. Dapat terjadi komplikasi apa saja dari penyakit DHF ?
1. Tujuan
2. Tujuan umum
Untuk mengetahui, memahami dan menambah pengetahuan atau wawasan tentang asuhan DHF
2. Tujuan khusus
3. Untuk mengetahui apa yang dimaksut dengan DHF
4. Untuk mengetahui apa penyebab dari DHF
5. Untuk mengetahui bagaimana tanda gejala dari DHF
6. Untuk mengetahui bagaimana penyebaran penyakit DHF
7. Untuk mengetahui dibedakan menjadi berapa penyakit dari DHF
8. Untuk mengetahui dapat terjadi komplikasi apa saja dari penyakit DHF
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. KONSEP PENYAKIT
2. Definisi
Demam dengue adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dengue. Virus masuk ke tubuh
manusia melalui gigitan nyamuk aides aegepty betina. Masa inkubasi 13-15 hari dengan gejala
klinis yang bervariasi berdasarkan derajat DHF. (Nugroho, 2011, p. 62)
Demam dengue adalah demam yang disebabkan oleh perkembangan infeksi virus didalam tubuh
yang disebabkan oleh nyamuk aides aegepty dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan
atau nyeri sendi yang disertai leukopenia, ruam, limfadenopati, trombositopenia dan ditesis
hemoragik.
2. Etiologi
Virus dengue, termasuk genus Flavvirus, keluarga flaviridae. Flavivirus merupakan virus dengan
diameter 30nm terdiri dari asam ribonukleat rantai tunggal dengan berat molekul 4 x 106.
Terdapat 4 serotipe virus yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4. Keempatnya ditemukan di
Indonesia dengan den-3 serotype terbanyak. Infeksi salah satu serotype akan menimbulkan
antibody terhadap serotype yang bersangkutan, sedangkan antibody yang terbentuk terhadap
serotype lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan perlindungan yang memadai
terhadap serotype lain tersebut. Seseorang yag tinggal di daerah endemis dengue dapat terinfeksi
oleh 3 atau 4 serotype selama hidupnya. Keempat serotype virus dengue dapat ditemukan
diberbagai daerah di Indonesia. (Nurarif, 2015, p. 171)
3. Tanda dan gejala
4. Demam Dengue
Merupakan penyakit demam akut selama 2-7 hari, ditandai dengan 2 atau lebih manifestasi klinis
sebagai berikut :
1. Nyeri kepala
Nyeri kepala pasien terjadi akibat rilis mediator proinflamasi sebagai mekanisme respon imun.
Mediator proinflamasi ini kemudian menekan ujung-ujung saraf sehingga kemudian menekan
ujung-ujung saraf sehingga kemudian disampaikan sebagai rasa nyeri pada otak. Hal inilah yang
menyebabkan penderita merasakan nyeri kepala
Hal ini terjadi karena salah satu mediator inflamasi, yaitu serotonin, yang dilepaskan pada proses
radang, yitu iritasi mukosa, mempunyai mekanisme menekan nafsu makan dengan menekan
pusat pengatur rasa kenyang dan rasa lapar.
3. Ruam kulit
Terjadi akibat gangguan hemostasis primer sebagai konsekuensi dari keadaan trombositopenia.
Trombositopenia sendiri yang terjadi pada kasis ini timbul akibat supresi sumsung tulang dan
destruksi serta pemendekan masa hidup eritrosit oleh virus dengue. Kapiler yang sering
mengalami reptur dalam keadaan normal mudah diperbaiki, namun dalam keadaan
trombositopenia, kapiler tersebut tidak dapat diperbaiki dengan cepat, sehingga timbul bintik
kemerahan atau petekie. Selain itu, bintik kemerahan juga dapat timbul akibat permeabilitas
kapiler yang meningkat.
4. Mual
Terjadi akibat timbulnya rangsangan terhadap pusat mual, sehingga kemudian menimbulkan
gerakan antiperistaltik sehingga terjadi gerakan muntah, yang sebelumnya diawali dengan rasa
ual. Intinya, dalam kasus ini, kerusakan traktus gastrointestinal adalah penyebab rilis berbagai
mediator proinflamasi yang akan menimbulkan rangsangan tersebut. (Nurarif, 2015, p. 171)
Berdasarkan criteria WHO 1997 diagnosis DBD ditegakkan bila semua hal dibawah ini
dipenuhi :
1. Demam atau riwayat demam akut antara 2-7 hari, biasanya bersifat bifasik. Bifasik
sendiri adalah jenis demam yang memiliki kurva suhu menyerupai pelana kuda dan
memiliki periode apireksia diantara 2 periode demam.
2. Trombositopenia <100.00/ul
Trombositonia adalah penurunan jumlah trombosit dibawah batas minimal.
Peningkatan nilai hematrokit ≥ 20% dari nilai baku sesuai umur dan jenis kelamin
Penurunan nilai hematokrit ≥ 20% setelah pemberian cairan yang adekuat
Sindrom syok dengue adalah sindrom syok yang terjadi pada penderita DHF.
Seluruh criteria DBD diatas disertai dengan tanda kegagalan sirkulasi yaitu :
Hipotensi adalah keadaan ketika tekanan darah di dalam arteri lebih rendah diandingkan normal
dan biasa disebut tekanan darah rendah.
4. Patofisiologi
5. Klasifikasi
6. Derajat I
1. Derajat II
Disertai perdarahan spontan pada kulit dan ditempat lain.
1. Derajat III
Kegagalan sirkulasi : nadi cepat dan lemah, hipotensi, gelisah, kulit dingin dan lembab, sianosis
(tanda dini renjatan).
1. Derajat IV
6. Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami demam berdarah dengue yaitu perdarahan
massif dan dengue shock syndrome (DSS) atau sindrom syok dengue (SSD). Syok sering terjadi
pada anak berusia kurang dari 10 tahun. Syok ditandai dengan nadi yang lemah dan cepat sampai
tidak teraba, tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau sampai nol, tekanan darah menurun
dibawah 80 mmHg atau sampai nol, terjadi penurunan kesadaran, sianosis di sekitar mulut dan
kulit ujung jari, hidung, telinga, dan kaki teraba dingin dan lembab, pucat dan oliguria atau
anuria. (Marni, 2016, p. 3)
Nama, umur (pada DHF sering menyerang pada anak-anak dengan usia kurang dari 15 tahun)
namun juga bisa menyerang dewasa. (Susilaningrum, 2013, p. 161)
Keluhan utama
Alasan/keluhan yang meninjol pada pasien DHF adalah panas tinggi dan anak
lemah. (Manurung, 2011, p. 86)
Keluhan karena demam tinggi, batuk, mual, pusing dan badan terasa lemas. (Manurung, 2011, p.
86)
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada Dengue Haemorrjagic Fever, anak bisa mengalami
serangan ulang Dengue Haemorrjagic Fever dengan tipe virus yang lain (Susilaningrum, 2013, p.
161)
Adanya riwayat dari keluarga yang sebelumnya menderita Dengue Haemorrjagic Fever
(DHF). (Susilaningrum, 2013, p. 161)
Riwayat Pengobatan
Perawat perlu mengklarifikasi pengobatan masa lalu dan riwayat alergi,catat adanya efek
samping yang ada di masalalu. (Susilaningrum, 2013, p. 161)
1. Pemeriksaan fisik
Keadaaan umum
1. Kesadaran
Pada penderita DHF biasanya sering mengalami penurunan kesadaran. (Manurung, 2011, p. 90)
1. Tanda-tanda vital
Pada penderita Dengue Haemorrjagic Fever (DHF) harus dilakukan pemeriksaan tanda-tanda
vital seperti suhu, denyut nadi dan pernafasan. (Manurung, 2011, p. 90)
Body system
1. System pernafasan
Biasanya pada kadang mengeluh sesak, terdapat cairan tertimbun di paru-paru (effuse
pleura). (Manurung, 2011, p. 89)
1. System kardiovaskuler
Frekuensi denyut nadi irama teratur dan kuat, tidak odem, tidak teraba pembesaran vena
jugularis, tidak terdapat kelainan pada bunyi jantung, nyeri dada tidak ada. (Manurung, 2011, p.
90)
1. System persarafan
1. System perkemihan
Warna urine kuning jernih, tidak keruh dengan volume BAK 1000cc/hari. (Manurung, 2011, p.
90)
1. System pencernaan
Pada penderita DHF biasanya akan mengalami nyeri tekan pada abdomen, asites, penurunan
nafsu makan karena terjadi iritasi mukosa yang mempunyai mekanisme menekan nafsu makan
dengan menekan pusat pengatur rasa kenyang dan rasa lapar dihipotalamus. (Manurung, 2011, p.
90)
1. System integument
Pada penderita terdapat petekie, turgor kulit menurun, keringat dingin, lembab. (Manurung,
2011, p. 90)
1. System musculoskeletal
Pada penderita ini biasanya menderita nyeri, baik nyeri myalgia atau atralgia (Manurung, 2011,
p. 91).
1. System endokrin
Tidak ada pemeriksaan yang berkaitaan dengan system endokrin. (Manurung, 2011, p. 90)
1. Sistem reproduksi
Tidak ada pemeriksaan yang berkaitan dengan system reproduksi. (Manurung, 2011, p. 90)
1. System pengindraan
1. System penglihatan
Pergerakan bola mata normal, konjungtiva serta kornea normal, sclera tidak icterik, pupil isokor,
fungsi penglihatan baik. (Manurung, 2011, p. 89)
2. System pendengaran
Tidak mengeluarkan cairan dari telinga, tidak ada perasaan penuh dalam telinga, tidak ditemukan
tinnitus. (Manurung, 2011, p. 89)
3. System wicara
1. System imun
Pada penderita ini system imun menurun diakibatkan inveksi virus dengue. (Manurung, 2011, p.
90)
1. Pemeriksaan penunjang
Trombositopeni (100.000/mm3)
Trombositopenia didefinisikan sebagai jumlah trombosit yang kurang dari 100.000/mm3. Jumlah
trombosit rendah ini dapat merupakan akibat berkurangnya produksi atau meningkatnya
penghancuran trombosit.
Leukopenia adalah rendahnya jumlah total sel darah putih (leukosit) disbanding nilai normal.
Jadi jika kekurangan sel darah putih maka system pertahanan tubuh menurun dan mudah terkena
infeksi virus ini.
Pada renjatan yang berat, periksa : Hb, PCV berulang kali (setiap jam atau 4-6 jam
apabila sudah menunjukkan tanda perbaikan)(Nurarif, 2015, p. 172)
1. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan Medis
Kriteria Diagnosa :
Terapi :
1. Tanpa rejatan :
2. Minum banyak 1,2-2 liter/hari
3. Bila muntah terus dipasang IVFD
IVFD adalah memasukkan cairan atau obat langsung kedalam pembuluh darah vena dalam
jumlah banyak dan dalam waktu tertentu dengan menggunakan infuse set.
Antipiretik adalah obat yang berkhasiat menurunkan suhu tubuh, dari suhu tinggi menjadi
normal. Biasanya menekan gejala-gejala yang biasanya menyertai demam seperti kedinginan,
nyeri kepala, dan lain-lain.
2. Dengan renjatan :
3. IVFD
IVFD adalah memasukkan cairan atau obat langsung kedalam pembuluh darah vena dalam
jumlah banyak dan dalam waktu tertentu dengan menggunakan infuse set.
Penyuluhan :
2. Diagnose keperawatan
o Bersihan jalan nafas tidak efektif
1. Definisi
Ketidakmampuan membersihkan secret atau obstruksi jalan napas untuk mempertahankan jalan
napas tetap paten. (PPNI, 2016, p. 18)
1. Penyebab
1. Fisiologis
2. Situasional
Merokok aktif
Merokok pasif
Terpajan polutan(PPNI, 2016, p. 18)
1. Gejala tanda mayor
Subjektif
(tidak tersedia)
Objektif
1. Batuk tidak efektif
2. Tidak mampu batuk
3. Sputum berlebih
4. Mengi, wheezing dan atau ronkhi kering
5. Mekonium di jalan napas (pada neonates)(PPNI, 2016, p. 18)
1. Subjektif
1. Dispnea
2. Sulit bicara
3. Ortopnea
2. Objektif
1. Gelisah
2. Sianosis
3. Bunyi napas menurun
4. Frekuensi napas berubah
5. Pola napas berubah (PPNI, 2016, p. 18)
Nyeri
1. Definisi
Pengalaman sensorik atau emosional yang berkaitan dengan kerusakan jaringan actual atau
fungsional, dengan onset mendadak atau lambat dan berintensitas ringan hingga berat yang
bertanggungjawab dari 3 bulan. (PPNI, 2016, p. 172)
1. Penyebab
1. Agen pencedera ffisiologis (mis. Inflamasi, iskemia, neoplasma)
2. Agen pencedera kimiawi (mis. Terbakar, bahan kimia iritan)
3. Agen pencedera fisik (mis. Abses, amputasi, terbakar, terpotong, mengangkat
berat, prosedur operasi, trauma, latihan fisik berlebihan).(PPNI, 2016, p. 172)
2. Gejala tanda mayor
1. Subjektif
2. Mengeluh nyeri
3. Objektif
4. Tampak meringis
5. Bersikap protektif (mis. Waspada, posisi menghindar nyeri)
6. Gelisah
7. Frekuensi nadi meningkat
8. Sulit tidur(PPNI, 2016, p. 172)
3. Gejala tanda minor
1. Subjektif
1. Tidak tersedia
2. Objektif
1. Tekanan darah meningkat
2. Pola napas berubah
3. Nafsu makan berubah
4. Proses berpikir terganggu
5. Menarik diri
6. Berfokus pada diri sendiri
7. Diaphoresis (PPNI, 2016, p. 172)
3. Kondisi klinis terkait
1. Kondisi pembedahan
2. Cedera traumatis
3. Infeksi
4. Sindrom koroner akut
5. glaukoma(PPNI, 2016, p. 172)
Hipertermi
1. Definisi
1. Penyebab
1. Dehidrasi
2. Terpapar lingkungan panas
3. Proses penyakit (mis. Infeksi, kanker)
4. Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
5. Peningkatan laju metabolisme
6. Respon trauma
7. Aktivitas berlebihan
8. Penggunaan inkubator(PPNI, 2016, p. 284)
2. Gejala dan tanda mayor
1. Subjektif
(tidak tersedia)
2. Objektif
1. Suhu tubuh diatas normal(PPNI, 2016, p. 284)
3. Gejala dan tanda minor
1. Subjektif
(tidak tersedia)
2. Objektif
1. Kulit merah
2. Kejang
3. Takikardi
4. Takipnea
5. Kulit terasa hangat(PPNI, 2016, p. 284)
o Hipertermi
2. Tujuan / criteria evaluasi
1. Pasien akan menunjukkan Termoregulasi, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut
(sebutkan 1-5 gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada gangguan) :
Bayi akan :
2. Intervensi NIC
Terapi demam : menangani pasien yang mengalami hiperpireksia akibat factor selain
lingkungan
Kewaspadaan Hipertermia Maligna : mencegah atau menurunkan respons hipermetabolik
terhadap obat-obat farmakologis yang digunakan selama pembedahan
Perawatan Bayi Baru Lahir : melakukan penatalaksanaan neonatus selama transisi dari
kehidupan diluar rahim dan periode stabilisasi selanjutnya
Pemantauan Bayi baru lahir : mengukur dan menginterpretasi status fisiologi bayi baru
lahir dalam 24 jam pertma setelah pelahiran
Regulasi suhu : mencaoai atau mempertahankan suhu tubuh dalam rentang normal
Pemantauan tanda-tanda vital : mengumpulkan dan menganalisis data kardiovaskuler,
pernapasan, dan suhu tubuh untuk menentukan mencegah komplikasi.(Wilkinson, 2016,
p. 217)
3. Aktivitas keperawatan
Pengkajian :
Dapatkan riwayat hipertermia maligna, kematian akibat anestesi, atau demam pasca bedah pada
individu dn keluarga
Pantau tanda hipertermia maligna (misalnya demam, takipnea, aritmia, perubahan tekanan darah,
bercak pada kulit, kelakuan, dan berkeringat banyak) (Wilkinson, 2016, p. 217)
Ajarkan pasien/keluarga dalam mengukur suhu untuk mencegah dan mengenali secara dini
hipertermia (misalnya stroke bahang dan keletihan akibat panas).
Regulasi suhu (NIC) : ajarkan indikasi keletihan akibat panas dan tindakan kedaruratan yang
diperlukan, jika perlu
Aktivitas kolaboratif
Regulasi suhu (NIC) : berikan obat antipiretik, jika perlu gunakan matras dingin dan mandi air
hangat untuk mangatasi gangguan suhu tubuh, jika perlu. (Wilkinson, 2016, p. 217)
Nyeri
1. Tujuan/criteria evaluasi
2. Menunjukkan nyeri : efek merusak, yang dibukukan oleh indicator sebagai berikut
(sebutkan 1-5 gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada gangguan) :
1. Gangguan performa peran atau gangguan hubungan interpersonal
2. Gangguan konsentrasi
3. Gangguan perawatan diri
4. Gangguan pola tidur
5. Kehilangan selera makan
3. Memperlihatkan tingkat nyeri, yang dibuktikan oleh indicator sebagai berikut (sebutkan
1-5 gangguan ekstrem, berat, sedang, ringan, atau tidak ada gangguan) :
1. Ekspresi nyeri pada wajah
2. Gelisah atau tidak tenang
3. Ketegangan otot
4. Kehilangan selera makan
5. Episode nyeri yang lama(Wilkinson, 2016, p. 300)
Contoh lain
Pasien akan :
1. Menyatakan secara verbal pengetahuan tentang cara alternative untuk redakan nyeri
2. Tetap produktif ditempat kerja atau sekolah
3. Melaporkan menikmati aktivitas senggang
4. Melaporkan kesejahteraan fisik dan psikologis
5. Mengenali factor-faktor yang meningkatkan nyeri dan melakukan tindakan pencegahan
nyeri
6. Menggunakan pereda nyeri analgesic dan nonanalgesik secara tepat(Wilkinson, 2016, p.
300)
2. Intervensi NIC
3. Aktivitas keperawatan
Pengkajian
Pantau tingkat kepuasan pasien terhadap manajemen nyeri pada interval tertentu, tentukan
dampak pengalaman nyeri pada kualitas hidup (misalnya tidur, selera makan, aktivitas, kognisi,
alam perasaan, hubungan, kinerja, dan tanggungjawab peran) (Wilkinson, 2016, p. 301)
1. Beritahu pasien bahwa peredaan nyeri secara total tidak akan dapat dicapai.(Wilkinson,
2016, p. 301)
Aktivitas kolaboratif
DAFTAR PUSTAKA
Amin Huda Nurarif, H. K. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis
& Nanda Nic-Noc. Jogjakarta: MediAction.
Susilningrum, R. (2013). Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta: Salemba Medika.
Translate
Oleh
Tika Permatasari Saputri
1201300001
***
LAPORAN PENDAHULUAN
DENGUE HEAMORRHAGIC FEVER
****
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN DENGUE HEAMORRHAGIC FEVER
A. Pengkajian
1. Identitas Pasien
Nama, umur (pada DHF paling sering menyerang anak-anak dengan usia kurang dari 15 tahun),
jenis kelamin, alamat, pendidikan, nama orang tua, pendidkan orang tua, dan pekerjaan orang
tua.
2. Keluhan Utama
Alasan/keluhan yang menonjol pada pasien DHF untuk datang ke rumah sakit adalah panas
tinggi dan anak lemah.
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Didapatkan adanya keluhan panas mendadak yang disertai menggigil dan saat demam kesadaran
kompos mentis.Turunnya panas terjadi antara hari ke-3 dan ke-7, dan anak semakin
lemah.Kadang-kadang disertai dengan keluhan batuk, pilek, nyeri telan, mual, muntah anoreksia,
diare/konstipasi, sakit kepala, nyeri otot dan persendian, nyeri ulu hati dan pergerakan bola mata
terasa pegal, serta adanya manifestasi perdarahan pada kulit, gusi (grade III, IV), melena atau
hematemesis.
4. Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita
Penyakit apa saja yang pernah diderita. Pada DHF, anak bias mengalami serangan ulangan DHF
dengan tipe virus yang lain.
5. Riwayat Imunisasi
Apabila anak mempunyai kekebalan yang baik, maka kemungkinan akan timbulnya komplikasi
dapat dihindarkan.
6. Riwayat Gizi
Status gizi anak yang menderita DHF dapat bervariasi.Semua anak dengan status gizi baik
maupun buruk dapat berisiko, apabila terdapat factor prediposisinya.Anak yang menderita DHF
sering mengalami keluhan mual, muntah, dan nafsu makan menurun.Apabila kondisi ini
berlanjut dan tidak disertai dengan pemenuhan nutrisi yang mencukupi, maka anak dapat
mengalami penurunan berat badan sehingga status gizinya menjadi kurang.
7. Kondisi Lingkungan
Sering terjadi di daerah yang padat penduduknya dan lingkungan yang kurang bersih (seperti air
yang menggenang dan gantungan baju di kamar).
8. Pola Kebiasaan
a. Nutrisi dan metabolisme: frekuensi, jenis, pantangan, nafsu makn berkurang, dan nafsu makan
menurun.
b. Eliminasi alvi (buang air besar). Kadang-kadang anak mengalami diare/konstipasi. Sementara
DHF pada grade III-IV bias terjadi melena.
c. Eliminasi Urine (buang air kecil): perlu dikaji apakah sering kencng, sedikit/banyak, sakit/tidak.
Pada DHF grade IV sering terjadi hematuria.
d. Tidur dan Istirahat. Anak sering mengalami kurang tidur karena mengalami sakit/nyeri otot dan
persendian sehingga kuantitas dan kualitas tidur maupun istirahatnya kurang.
e. Kebersihan. Upaya keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan lingkungan cenderung kurang
terutam untuk membersihkan tempat sarang nyamuk aedes aegypti.
f. Perilaku dan tanggapan bila ada keluarga yang sakit serta upaya untuk menjaga kesehatan.
9. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputi inspeksi, palpasi, auskultasi, dan perkusi dari ujung rambut sampai
ujung kaki. Berdasarkan tingkatan (grade) DHF, keadaan fisik anak adalah sebagai berikut:
a. Grade I: kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, tanda-tanda vital dan andi lemah.
b. Grade II: kesadaran kompos mentis, keadaan umum lemah, ada perdarahan spontan petekia,
perdarahan gusi dan telinga, serta nadi lemah, kecil, dan tidak teratur.
c. Grade III: kesadaran apatis, somnolen, keadaan umum lemah, nadi lemah, kecil, dan tidak
teratur, serta tensi menurun.
d. Grade IV: kesadaran koma, tanda-tanda vital: nadi tidak teraba, tensi tidak terukur, pernapasan
tidak teratur, ekstremitas dingin, berkeringat, dan kulit tampak biru.
10. Sistem Integumen
a. Adanya petekia pada kulit, turgor kulit menurun, dan muncul keringat dingin, dan lembab.
b. Kuku sianosis/tidak.
c. Kepala dan leher. Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan karena demam (flusy), mata
anemis, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis) pada grade II, III, IV. Pada mulut
didapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi perdarhan gusi, dan nyeri telan. Sementara
tenggorokan mengalami hyperemia pharing dan terjadi perdarahan telinga (pada grade II, III,
IV).
d. Dada. Bentuk simetris dan kadang-kadang terasa sesak. Pada foto thorax terdapat adanya cairan
yang tertimbun pada paru sebelah kanan (efusi pleura), rales (+), ronchi (+) yang biasanya
terdapat pada grade III dan IV.
e. Abdomen. Mengalami nyeri tekan, pembesaran hati (hepatomegaly), dan asites.
f. Ekstremitas. Akral dingin, serta terjadi nyeri otot, sendi serta tulang.
11. Pemeriksaan Laboratorium
Pada pemeriksaan darah pasien DHF akan dijumpai:
a. Hb dan PCV meningkat (lebih dari sama dengan 20%).
b. Trobositopenia kurang dari sama dengan 100.000/ml).
c. Leukopenia (mungkin normal atau lekositosis).
d. Ig. D. dengue positif.
e. Hasil pemeriksaan kimia darah menunjukkan: hipoproteinemia, hipokloremia, dan hiponatremia.
f. Urium dan pH darah mungkin meningkat.
g. Asidosis metabolic: pCO2 < 35-40 mmHg dan HCO3 rendah.
h. SGOT/SGPT mungkin meningkat.
B. Masalah/ Diagnosis
1. Diagnose medis: dugaan (suspect) DHF.
2. Adapun diagnosa keperawatan yang sering dijumpai pada pasien DHF:
a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan infeksi virus dengue.
b. Defisit volume cairan tubuh berhubungan dengan ketidakseimbangan input dan output cairan.
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.
d. Resiko tinggi terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan hebat, penurunan
tekanan osmotik.
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
f. Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia.
g. Kecemasan orang tua atau keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan, dan kurang
informasi.
(sumber: perawatan pasien DHF, Christiantie efendy).
C. Perencanaan
Untuk mengatasi permasalahannya, perencanaan yang diperlukan adalah:
a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi) berhubungan dengan infeksi virus dengue.
Tujuan keperawatan:
Peningkatan suhu tubuh dapat teratasi, dengan kriteria:
- Suhu tubuh normal (35°C- 37,5°C).
- Pasien bebas dari demam .
Rencana intervensi:
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji saat timbulnya demam. 1. Untuk mengidentifikasi pola
demam pasien.
2. Observasi tanda-tanda vital tiap 3 2. Tanda-tanda vital merupakan acuan
jam. untuk mengetahui keadaan umum
pasien.
3. Beri kompres hangat pada dahi. 3. Kompres hangat dapat
mengembalikan suhu normal
memperlancar sirkulasi.
4. Beri banyak minum (± 1-1,5 4. Mengurangi panas secara konveksi
liter/hari) sedikit tapi sering. (panas terbuang bersama urine dan
keringat sekaligus mengganti cairan
tubuh karena penguapan).
5. Pakaian yang tipis menyerap
5. Ganti pakaian klien dengan bahan keringat dan membantu mengurangi
tipis menyerap keringat. penguapan tubuh akibat dari
peningkatan suhu dan dapat terjadi
konduksi.
6. Penjelasan yang diberikan pada
6. Beri penjelasan pada keluarga keluarga klien bisa mengerti dan
klien tentang penyebab kooperatif dalam memberikan
meningkatnya suhu tubuh. tindakan keperawatan.
7. Dapat menurunkan demam.
7. Kolaborasi pemberian obat anti
piretik.
b. Defisit volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan (defisit volume cairan) tubuh
berhubungan dengan ketidakseimbangan input dan output cairan.
Tujuan intervensi:
Volume cairan tubuh seimbang, dengan kriteria:
- Turgor kulit baik
- Tanda-tanda vital dalam batas normal
Rencana intervensi:
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji keadaan umum klien dan 1. Mengetahui dengan cepat
tanda-tanda vital. penyimpangan dari keadaan
normalnya.
2. Kaji input dan output cairan. 2. Mengetahui balance cairan dan
elektrolit dalam tubuh atau
homeostatis.
3. Observasi adanya tanda-tanda syok. 3. Agar dapat segera dilakukan
4. Anjurkan klien untuk banyak tindakan jika terjadi syok.
minum. 4. Asupan cairan sangat diperlukan
untuk menambah volume cairan
5. Kolaborasi dengan dokter dalam tubuh.
pemberian cairan I.V. 5. Pemberian cairan IV sangat penting
bagi klien yang mengalami defisit
volume cairan untuk memenuhi
kebutuhan cairan klien.
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, dan anoreksia.
Tujuan intervensi:
Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, dengan kriteria:
- Porsi makan yang disajikan dihabiskan.
Rencana intervensi :
INTERVENSI RASIONAL
1. Kaji keadaan umum klien. 1. Memudahkan untuk intervensi
selanjutnya.
2. Beri makanan sesuai kebutuhan tubuh 2. Merangsang nafsu makan klien sehingga
klien. klien mau makan.
3. Anjurkan orang tua klien untuk memberi 3. Makanan dalam porsi kecil tapi sering
makanan sedikit tapi sering. memudahkan organ pencernaan dalam
4. Anjurkan orang tua klien memberi metabolisme.
makanan TKTP dalam bentuk lunak. 4. Makanan dengan komposisi TKTP
berfungsi membantu mempercepat proses
5. Timbang berat badan klien tiap hari. penyembuhan.
5. Berat badan merupakan salah satu
6. Kolaborasi pemberian obat reborantia. indikator pemenuhan nutrisi berhasil.
6. Menambah nafsu makan.
d. Resiko tinggi terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan hebat, penurunan
tekanan osmotik.
Tujuan:
Tidak terjadi syok hipovolemik, dengan kriteria:
- Keadaan umum membaik.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal.
Rencana intervensi:
INTERVENSI RASIONAL
1. Monitor keadaan umum klien 1. Memantau kondisi klien selama masa
perawatan terutama saat terjadi
perdarahan sehingga tanda prasyok, syok
dapat ditangani.
2. Observasi tanda-tanda vital. 2. Tanda vital dalam batas normal
menandakan keadaan umum klien baik.
3. Perdarahan yang cepat diketahui dapat
3. Monitor tanda-tanda perdarahan teratasi sehingga klien tidak sampai pada
tahap syok hipovolemik akibat
perdarahan yang hebat.
4. Keterlibatan keluarga untuk segera
melaporkan jika terjadi perdarahan
4. Anjurkan pada pasien atau keluarga untuk terhadap pasien sangat membantu tim
segera melapor jika ada tanda-tanda perawatan untuk segera melakukan
perdarahan. tindakan yang tepat.
5. Untuk mengetahui tingkat kebocoran
pembuluh darah yang dialami klien dan
untuk acuan melakukan tindak lanjut
5. Cek hemoglobin, hematokrit, dan terhadap perdarahan.
trombosit
Behrman, R.E., Kliegman, R.M. & Arvin, A.M. 1999.Ilmu Kesehatan Anak Nelson Volume 2Edisi 15.
Jakarta: EGC.
Behrman, R.E.,& Vaughan, V.C. 1992. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta: EGC.
Chin Ling, W.Y. & Sin Hock, J.T 1993.Kedaruratan pada Anak.Jakarta: Binarupa Aksara.
Indrawati, E. Februari, 2012.Demam Berdarah Dengue.Warta RSUD, hlm 7.
Nursalam, Susilaningrum, R. & Utami, S. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak (untuk Perawat
dan Bidan). Jakarta: Salemba Medika.
Rampengan, T. H. 1993. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Jakarta: EGC.
Soedarmo, S. S. P. 1988. Demam Berdarah (Dengue) pada Anak. Jakarta: Penerbit Universitas
Indonesia.
Soegijanto, S. 2002. Ilmu Penyakit Anak, Diagnosa & Penatalaksanaan. Jakarta: Salemba Medika.
WHO. 2004. Pencegahan dan Pengendalian Dengue dan Demam Berdarah Dengue. Jakarta: EGC.
Diposting oleh Tika Permatasari Saputri di 21.11
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
2 komentar:
1.
SEO BACKLINKS24 Desember 2018 19.35
website bagus. Butuh motor hubungi kami. Jika mas mau beli motor baru dan tinggal di
area Tulungagung,Kediri dan Trenggalek. Bisa wa kami 085 872 760 350
BalasHapus
Balasan
Balas
2.
Good information
BalasHapus
Balasan
Balas
Tambahkan komentar
Muat yang lain...
Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda
Langganan: Posting Komentar (Atom)
Mengenai Saya
Arsip Blog
► 2018 (1)
o ► Maret (1)
▼ 2015 (21)
o ► Desember (5)
o ► April (1)
o ▼ Januari (15)