Anda di halaman 1dari 112

MODUL PEMBELAJARAN KEPERAWATAN MATERNITAS

INTERVENSI KEPERAWATAN PADA WANITA DALAM MASA


POST PARTUM DAN PERAWATAN BAYI : TEKNIK MENYUSUI
MELAKUKAN PERAWATAN PERINEAL, MANAJEMEN LAKTASI,
MEMANDIKAN BAYI BARU LAHIR DAN MERAWAT TALI PUSAT

TUJUAN PEMBELAJARAN:
Setelah mempelajari pokok bahasan ini, mahasiswa dapat Melakukan intervensi
keperawatan pada wanita post partum dan perawatan bayi :
1. Teknik menyusui
2. Melakukan perawatan perineal,
3. Manajemen laktasi,
4. Memandikan bayi baru lahir dan merawat tali pusat

1. TEKNIK MENYUSUI

Teknik Menyusui Yang Benar adalah cara memberikan ASI kepada bayi dengan perlekatan dan posisi ibu dan
bayi dengan benar (Perinasia, 1994).

Posisi dan perlekatan menyusui

Terdapat berbagai macam posisi menyusui. Cara menyusui yang tergolong biasa dilakukan adalah dengan
duduk, berdiri atau berbaring.

Gambar 1. Posisi menyusui sambil berdiri yang benar

Gambar 2. Posisi menyusui sambil duduk yang benar


Gambar 3. Posisi menyusui sambil rebahan yang benar

Ada posisi khusus yang berkaitan dengan situasi tertentu seperti ibu pasca operasi sesar. Bayi diletakkan
disamping kepala ibu dengan  posisi kaki diatas. Menyusui bayi kembar dilakukan dengan cara seperti
memegang bola bila disusui bersamaan, dipayudara kiri dan kanan. Pada ASI yang memancar (penuh), bayi
ditengkurapkan diatas dada ibu, tangan ibu sedikit menahan kepala bayi, dengan posisi ini bayi tidak
tersedak.

Gambar 4. Posisi menyusui balita pada kondisi normal (Perinasia, 1994)

Gambar 5. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di ruang perawatan

Gambar 6. Posisi menyusui bayi baru lahir yang benar di rumah

Gambar 7. Posisi menyusui bayi bila ASI penuh


Gambar 8. Posisi menyusui bayi kembar secara bersamaan

Langkah-langkah menyusui yang benar

Cuci tangan yang bersih dengan sabun, perah sedikit ASI dan oleskan disekitar putting, duduk dan berbaring
dengan santai.

Gambar 9. Cara meletakan bayi

Gambar 10. Cara memegang payudara

Bayi diletakkan menghadap ke ibu dengan posisi sanggah seluruh tubuh bayi, jangan hanya leher dan
bahunya saja, kepala dan tubuh bayi lurus, hadapkan bayi ke dada ibu, sehingga hidung bayi berhadapan
dengan puting susu, dekatkan badan bayi ke badan ibu, menyetuh bibir bayi ke puting susunya dan
menunggu sampai mulut bayi terbuka lebar.

Gambar 11. Cara merangsang mulut bayi

Segera dekatkan bayi ke payudara sedemikian rupa sehingga bibir bawah bayi terletak di bawah puting susu.
Cara melekatkan mulut bayi dengan benar yaitu dagu menempel pada payudara ibu, mulut bayi terbuka lebar
dan bibir bawah bayi membuka lebar.
Gambar 12. Perlekatan benar

Gambar 13. Perlekatan salah (Perinasia, 2004)

Cara pengamatan teknik menyusui yang benar

Menyusui dengan teknik yang tidak benar dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet, ASI tidak keluar
optimal sehingga mempengaruhi produksi ASI selanjutnya atau bayi enggan menyusu. Apabila bayi telah
menyusui dengan benar maka akan memperlihatkan tanda-tanda sebagai berikut :

1. Bayi tampak tenang.


2. Badan bayi menempel pada perut ibu.
3. Mulut bayi terbuka lebar.
4. Dagu bayi menmpel pada payudara ibu.
5. Sebagian areola masuk kedalam mulut bayi, areola bawah lebih banyak yang masuk.
6. Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan.
7. Puting susu tidak terasa nyeri.
8. Telinga dan lengan bayi terletak pada satu garis lurus.
9. Kepala bayi agak menengadah.

Gambar 14. Teknik menyusui yang benar (Perinasia, 2004)

2. MELAKUKAN PERAWATAN PERINEAL

Perawatan perineal/ Vulva hygiene adalah membersihkan vulva dan daerah sekitarnya pada pasien wanita
yang sedang nifas atau tidak dapat melakukannya sendiri pasien yang harus istirahat di tempat tidur
"misalnya karena hipertensi pemberian infus.
TUJUAN

 Untuk mencegah infeksi


 Untuk penyembuhan luka &ahitanperineum
 Untuk kebersihan perineum# vulva &ugamemberikan rasa nyaman bagi klien

Alat dan Bahan

1. Duk bolong / pengalas


2. Botol cebok berisi larutan desinfektan sesuai dengan kebutuhan
3. Betadine dan kain kasa
4. Bengkok
5. Kapas
6. Sarung tangan steril
Prosedur
1. Memperkenalkan diri
2. Identifikasi data pasien
3. Mencuci tangan
4. Informed concent
5. Pintu dan & jendela ditutup dan & jika perlupasanglah sampiran
6. Alat'alat didekatkan pada pasien dan pasiendiberitahu tentang hal yang akan dilakukan
7. Perawat / bidan mencuci tangan
8. Pakaian pasien bagian bawah dikeataskan atau dibuka
9. Pengalas dipasang dibawa bokong pasien sikap pasien dorsal recumbent
10. Perawat / bidan memakai sarung tangan
11. siram vulva dengan air cebok yang berisi larutan desinfektan
12. kemudian ambil kapas DTT untuk membuka labia minora- vulva dibersihkan mulai dari
labia minora kiri , labia minora kanan , labia mayora kiri , labia mayora kanan,
vestibulum , perineum
13. cara mengusap dari atas ke bawa bila masih kotor diusap lagi dengan kapas sublimat yang
baru hingga bersih
14. keadaan perineum diperhatikan jahitannya , bagaimana jahitannya apakah masih basah,
apakah ada pembengkakan , iritasi dan sebagainya
15. Jahitan perineum dikompres dengan betadin
16. Setelah selesai, pasien dirapikan dan posisinya diatur kembali
17. Peralatan dibereskan , dibersihkan dan dikembalikan ke tempat semula
18. Mencuci tangan
19. Mengevaluasi keadaan pasien setelah tindakan
20. Mendokumentasikan tindakan

3. MANAJEMEN LAKTASI

A. Definisi

Laktasi atau menyusui merupakan bagian dari fisiologi reproduksi yang meliputi
produksi ASI, pengeluaran ASI dan pemberian ASI. Laktasi mempunyai sistem pengaturan
yang sangat kompleks meliputi koordinasi antara hipotalamus, hipofise dan payudara
(Machfuddin, 2004)

Menyusui didefinisikan sebagai wanita yang melakukan pemberian ASI kepada


bayinya setidaknya 6 minggu setelah postpartum (Black, et al., 2001). Menyusui
merupakan
hubungan timbal balik yang saling berkaitan antara ibu dan anak (Riordan &
Auerbach,
2010).

B. Fisiologi laktasi

Proses laktasi tidak hanya ditinjau dari fungsi glandula mammae dalam memproduksi
air susu, tetapi juga melibatkan proses pertumbuhan glandula mammae dari saat fetus
sampai usia dewasa. Adanya gangguan pada setiap fase pertumbuhan payudara akan
mengurangi atau bahkan meniadakan kapasitas fungsional glandula mammae
(Machfuddin, 2004).

Pengaturan hormon terhadap pengeluaran ASI dibagi 3 bagian yaitu pembentukan


kelenjar payudara, pembentukan air susu dan pemeliharaan pengeluaran air susu.

Payudara mulai berkembang saat pubertas. Estrogen merangsang perkembangan


kelenjar mammaria, dengan adanya deposit lemak akan menjadi massa payudara.
Perkembangan yang lebih besar lagi akan terjadi saat kehamilan dimana jaringan kelenjar
berkembang sempurna untuk pembentukan air susu (Guyton & Hall, 2008). .

Perkembangan akhir payudara menjadi organ yang mampu mengeluarkan air susu
dipengaruhi pula oleh progesteron. Progesteron bekerja secara sinergis dengan estrogen
membentuk lobulus dan alveolus serta mengembangkan fungsi sekresi dari sel alveoli
(Guyton & Hall, 2008).

Pembentukan air susu sangat dipengaruhi oleh aktivitas hormon prolaktin, kontrol
laktasi serta penekanan fungsi laktasi. Pada ibu menyusui dikenal 2 refleks yang masing
- masing berperan sebagai pembentukan dan pengeluaran air susu yaitu refleks prolaktin
dan refleks “let down” (Machfuddin, 2004).

Fungsi estrogen dan progesteron yang berperan dalam pembentukan fisik kelenjar
payudara selama kehamilan, sebenarnya juga berpengaruh dalam pencegahan sekresi air
susu selama kehamilan. Namun, ada aktivitas hormon prolaktin yang bekerja sebaliknya.
Prolaktin disekresikan oleh kelenjar hipofise ibu dan konsentrasinya dalam darah akan
meningkat sejak usia kehamilan 5 minggu sampai saat kelahiran dengan kadar mencapai
10-
20 kali lipat dibandingkan kadarnya sebelum hamil. Selain itu, plasenta juga
mensekresikan
sejumlah besar hormon human chorionic somatomammotropine yang juga mempunyai efek
laktogenik ringan. Namun karena ada efek supresi dari estrogen dan prolaktin selama
kehamilan, air susu yang dikeluarkan hanya menetes beberapa mililiter saja setiap harinya.
Segera setelah bayi lahir, sekresi estrogen dan progesteron hilang secara tiba-tiba bersama
dengan lepasnya plasenta dan kurang berfungsinya korpus luteum, hal ini menyebabkan
efek laktogenik prolaktin oleh kelenjar hipofise mengambil peran dalam memproduksi air
susu. Dalam 1-7 hari kemudian, kelenjar payudara secara progresif dapat menghasilkan air
susu dalam jumlah besar. Sekresi air susu ini memerlukan sekresi yang adekuat dari
hormon-hormon lain yaitu hormon pertumbuhan, kortisol, paratiroid dan insulin (Guyton
& Hall, 2008).
Setelah beberapa minggu kelahiran bayi, kadar basal prolaktin kembali seperti
keadaan sebelum hamil. Akan tetapi sinyal syaraf dari puting susu merangsang ujung-
ujung saraf sensoris (yang befungsi sebagai reseptor mekanik) ke hipotalamus sehingga
akan menyebabkan lonjakan sekresi prolaktin sebesar 10 sampai 20 kali lipat tiap kali ibu
menyusui bayinya yang berlangsung kurang lebih 1 jam. Rangsangan ini dilanjutkan ke
hipotalamus melalui medula spinalis dan mesensefalon. Hipotalamus akan menekan
pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi prolaktin dan sebaliknya merangsang
pengeluaran faktor-faktor yang memacu sekresi prolaktin. Faktor-faktor yang memacu
sekresi prolaktin akan merangsang adenohipofise (hipofise anterior) sehingga keluar
prolaktin (Machfuddin, 2004). Hormon ini merangsang sel-sel alveoli yang berfungsi untuk
membuat air susu. Prolaktin selanjutnya akan bekerja untuk mempertahankan kelenjar
mammaria untuk mensekresikan air susu kedalam alveoli saat periode menyusui
berikutnya. Bila lonjakan prolaktin ini tidak ada atau dihambat karena kerusakan
hipotalamus atau hipofise, atau bila ibu tidak menyusui lagi maka payudara akan
kehilangan kemampuannya untuk memproduksi air susu dalam waktu 1 minggu atau lebih.
Sebaliknya, produksi air susu dapat berlangsung selama bertahun - tahun jika anak tetap
menghisap meskipun kecepatan pembentukannya mulai berkurang setelah 7 - 9 bulan
(Guyton & Hall, 2008).

Air susu disekresikan ke alveoli secara kontinyu namun tidak dapat mengalir
dengan mudah dari alveoli ke dalam sistem duktus padahal air susu harus dikeluarkan dari
alveoli ke duktus sebelum bayi dapat menghisapnya. Proses ini disebut “let down” air susu
yang merupakan gabungan dari refleks neurogenik dan hormonal yang melibatkan hormon
oksitosin yang diproduksi di hipofise posterior. Ketika bayi menghisap pertama kali, bayi
sebenarnya tidak mendapat aliran susu. Impuls sensorik pertama ditransmisikan melalui
syaraf somatik dari puting susu ke medulla spinalis dan kemudian ke hipotalamus yang
kemudian mensekresikan oksitosin (Guyton & Hall, 2008). Refleks let down (milk ejection
reflex) terjadi bersamaan dengan pembentukan prolaktin oleh adenohipofise, rangsangan
yang berasal dari isapan bayi ini dilanjutkan ke neurohipofise (hipofise posterior) yang
kemudian direspon dengan dikeluarkannya oksitosin. Melalui aliran darah, hormon ini
diangkut menuju uterus yang dapat menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadi
involusi dari organ tersebut. Oksitosin yang sampai pada alveoli akan mempengaruhi sel
mioepitelium. Kontraksi dari sel akan memeras air susu yang telah diproduksi di alveoli
dan masuk ke sistem duktulus yang untuk selanjutnya mengalir melalui duktus laktiferus
masuk ke mulut bayi (Machfuddin, 2004).

Faktor - faktor yang dapat meningkatkan refleks let down adalah melihat bayi,
mendengarkan suara bayi, mencium bayi dan memikirkan untuk menyusui bayi. Sementara
faktor - faktor yang dapat menghambat refleks let down adalah stress seperti keadaan
bingung/ pikiran kacau, takut ataupun cemas (Machfuddin, 2004).
C. Volume Produksi ASI

Pada minggu bulan terakhir kehamilan, kelenjar-kelenjar pembuat ASI mulai


menghasilkan ASI. Apabila tidak ada kelainan, pada hari pertama sejak bayi lahir akan
dapat menghasilkan 50 - 100 ml sehari dari jumlah ini akan terus bertambah sehingga
mencapai sekitar 400 - 450 ml pada waktu bayi mencapai usia minggu kedua.
Jumlah tersebut dapat dicapai dengan menyusui bayinya selama 4 – 6 bulan pertama,
karena itu selama kurun waktu tersebut ASI mampu memenuhi kebutuhan gizi bayi.
Setelah 6 bulan volume pengeluaran air susu menjadi menurun dan sejak saat itu
kebutuhan gizi tidak lagi dapat dipenuhi oleh ASI saja dan harus mendapat makanan
tambahan (Siregar, 2004).

Dalam keadaan produksi ASI telah normal, volume susu terbanyak yang dapat
diperoleh adalah 5 menit pertama. Penyedotan/ penghisapan oleh bayi biasanya
berlangsung selama 15 - 25 menit. Selama beberapa bulan berikutnya bayi yang sehat akan
mengkonsumsi sekitar 700 - 800 ml ASI setiap hari. Akan tetapi penelitian yang
dilakukan pada beberapa kelompok ibu dan bayi menunjukkan terdapatnya variasi dimana
seseorang bayi dapat mengkonsumsi sampai 1 liter selama 24 jam, meskipun kedua anak
tersebut tumbuh dengan kecepatan yang sama (Siregar, 2004).

Konsumsi ASI selama satu kali menyusui atau jumlahnya selama sehari penuh sangat
bervariasi. Ukuran payudara tidak ada hubungannya dengan volume air susu yang
diproduksi, meskipun umumnya payudara yang berukuran sangat kecil, terutama yang
ukurannya tidak berubah selama masa kehamilan hanya memproduksi sejumlah kecil ASI.
Pada ibu-ibu yang mengalami kekurangan gizi, jumlah air susunya dalam sehari sekitar 500
- 700 ml selama 6 bulan pertama, 400 - 600 ml dalam 6 bulan kedua, dan 300 - 500 ml
dalam
tahun kedua kehidupan bayi. Penyebabnya mungkin dapat ditelusuri pada masa kehamilan
dimana jumlah pangan yang dikonsumsi ibu tidak memungkinkan untuk menyimpan
cadangan lemak dalam tubuhnya, yang kelak akan digunakan sebagai salah satu komponen
ASI dan sebagai sumber energi selama menyusui. Akan tetapi kadang-kadang terjadi bahwa
peningkatan jumlah produksi konsumsi pangan ibu tidak selalu dapat meningkatkan
produksi air susunya. Produksi ASI dari ibu yang kekurangan gizi seringkali menurun
jumlahnya dan akhirnya berhenti, dengan akibat yang fatal bagi bayi yang masih sangat
muda. (Siregar, 2004).

D. Faktor yang mempengaruhi laktasi

Laktasi dipengaruhi oleh berbagai macam faktor baik langsung maupun tidak
langsung yang akan menimbulkan efek pada pengeluaran ASI. Faktor yang secara tidak
langsung dapat mempengaruhi laktasi adalah

1) Sosiokultural: meliputi tingkat pendidikan, latar belakang etnis dan budaya,


geografi, agama, dukungan teman dan keluarga, dukungan pelayan kesehatan.

2) Keterbatasan waktu ibu: jadwal menyusui di rumah sakit, tanggungjawab


rumahtangga, permintaan keluarga, pekerjaan ibu.
3) Kenyamanan ibu: puting lecet, nyeri insisi (post sectio caesar), pembengkakan
payudara, rasa nyaman saat menyusui berkaitan dengan kesopanan (ibu harus
membuka baju).

4) Faktor bayi: berat badan bayi saat lahir, temperamen bayi, status kesehatan bayi.
Prentice (1984) mengamati hubungan berat lahir bayi dengan volume ASI. Hal ini
berkaitan dengan kekuatan untuk menghisap, frekuensi, dan lama penyusuan
dibanding bayi yang lebih besar. Berat bayi pada hari kedua dan usia 1 bulan sangat
erat berhubungan dengan kekuatan mengisap yang mengakibatkan perbedaan intake
yang besar dibanding bayi yang mendapat formula.

Sedangkan faktor yang secara langsung dapat mempengaruhi proses pengeluaran ASI
adalah

1) Perilaku menyusui: waktu inisiasi, frekuensi, durasi, perilaku menghisap bayi,


pemberian ASI saat malam hari. Sebuah studi yang dilakukan pada ibu dengan bayi
cukup bulan menunjukkan bahwa frekuensi penyusuan 10 ± 3 kali perhari selama 2
minggu pertama setelah melahirkan berhubungan dengan produksi ASI yang cukup.
Berdasarkan hal ini direkomendasikan penyusuan paling sedikit 8 kali perhari pada
periode awal setelah melahirkan. Frekuensi penyusuan ini berkaitan dengan
kemampuan stimulasi hormon dalam kelenjar payudara.
2) Psikologis ibu: persepsi ibu mengenai keuntungan dan kerugian menyusui,
personalitas ibu, tingkah laku, pengetahuan tentang menyusui. Ibu yang cemas dan
stres dapat mengganggu laktasi sehingga mempengaruhi produksi ASI karena
menghambat pengeluaran ASI. Pengeluaran ASI akan berlangsung baik pada ibu yang
merasa rileks dan nyaman.
3) Fisiologis: status kesehatan ibu, nutrisi, intake cairan, penggunaan obat-obatan, usia,
rokok, kontrasepsi oral. Merokok dapat mengurangi volume ASI karena akan
mengganggu hormon prolaktin dan oksitosin untuk produksi ASI. Merokok akan
menstimulasi pelepasan adrenalin dimana adrenalin akan menghambat pelepasan
oksitosin (Biancuzzo, 2003).

Beberapa penyebab kegagalan menyusui juga telah diidentifikasi dari beberapa


penelitian, yaitu kurangnya dukungan sosial, kontak yang kurang intensif antara ibu dan
bayi, pengaruh sosial yang permisif terhadap pemberian susu formula atau penghentian
menyusui, praktik komersil dari pabrik susu formula, pengenalan dini makanan pengganti
ASI, pengetahuan yang kurang tentang menyusui pada ibu dan petugas kesehatan,
kecemasan dan stress ibu, kurang percaya diri pada ibu untuk menyusui, berat badan bayi
yang kurang, ibu malnutrisi, multi atau primipara, kontrasepsi hormonal dan temperamen
bayi (Millan, et al., 2008).
E. Manajemen laktasi

Manajemen laktasi adalah upaya-upaya yang dilakukan untuk menunjang


keberhasilan menyusui. Dalam pelaksanaannya terutama dimulai pada masa kehamilan,
segera setelah persalinan dan pada masa menyusui selanjutnya. Adapun upaya-upaya yang
dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Pada masa kehamilan (antenatal)


(1) Memberikan penerangan dan penyuluhan tentang manfaat dan keunggulan ASI,
manfaat menyusui baik bagi ibu maupun bayinya, disamping bahaya pemberian
susu botol.
(2) Pemeriksaan kesehatan, kehamilan dan payudara/ keadaan puting susu, apakah
ada kelainan atau tidak. Disamping itu perlu dipantau kenaikan berat badan ibu
hamil.
(3) Perawatan payudara mulai kehamilan umur enam bulan agar ibu mampu
memproduksi dan memberikan ASI yang cukup.
(4) Memperhatikan gizi/ makanan ditambah mulai dari kehamilan trimester kedua
sebanyak 1½ kali dari makanan pada saat belum hamil.
(5) Menciptakan suasana keluarga yang menyenangkan. Dalam hal ini perlu
diperhatikan keluarga terutama suami kepada istri yang sedang hamil untuk
memberikan dukungan dan membesarkan hatinya.

b. Pada masa segera setelah persalinan


(1) Ibu dibantu menyusui 30 menit setelah kelahiran dan ditunjukkan cara menyusui
yang baik dan benar, yakni: tentang posisi dan cara melekatkan bayi pada
payudara ibu.
(2) Membantu terjadinya kontak langsung antara bayi-ibu selama 24 jam sehari agar
menyusui dapat dilakukan tanpa jadwal.
(3) Ibu nifas diberikan kapsul vitamin A dosis tinggi (200.000 IUs) dalam waktu dua
minggu setelah melahirkan.

c. Pada masa menyusui selanjutnya (post-natal)


(1) Menyusui dilanjutkan secara eksklusif selama 6 bulan pertama usia bayi, yaitu
hanya memberikan ASI saja tanpa makanan/ minuman lainnya.
(2) Perhatikan gizi/ makanan ibu menyusui, perlu makanan 1½ kali lebih banyak dari
biasa dan minum minimal 8 gelas sehari.
(3) Ibu menyusui harus cukup istirahat dan menjaga ketenangan pikiran dan
menghindarkan kelelahan yang berlebihan agar produksi ASI tidak terhambat.
(4) Pengertian dan dukungan keluarga terutama suami penting untuk menunjang
keberhasilan menyusui.
(5) Rujuk ke Posyandu atau Puskesmas atau petugas kesehatan apabila ada
permasalahan menyusui seperti payudara banyak bengkak disertai demam.
(6) Hubungi kelompok pendukung ASI terdekat untuk meminta pengalaman dari
ibu-ibu lain yang sukses menyusui bagi mereka.
(7) Memperhatikan gizi/ makanan anak, terutama mulai bayi 6 bulan, berikan MPASI
yang cukup baik kuantitas maupun kualitas (Siregar, 2004).

F. Program Dukungan untuk Laktasi

Dukungan untuk ibu menyusui yang dilakukan baik secara langsung pada ibu
maupun yang dilakukan secara tidak langsung melalui kebijakan legislasi pemerintah dan
peraturan rumah sakit, telah terbukti berkontribusi secara signifikan terhadap tingkat
keberhasilan menyusui. Kebutuhan ibu berupa akses informasi yang lebih jelas dari
profesional kesehatan sejak periode antenatal sampai postnatal juga berpengaruh besar
terhadap keberhasilan laktasi. Untuk mencapai inisiasi menyusui yang baik, ibu harus
menerima bantuan profesional untuk cara menyusui selama jam-jam pertama kelahiran,
dan pembelajaran praktis selama tinggal di rumah sakit (Kervin, et al., 2010).

Pengawasan terhadap program pemerintah pada rumah sakit sayang bayi juga
penting untuk meningkatkan praktik menyusui (Soekarjo & Zehner, 2011). Di Indonesia,
legislasi mengenai pemberian ASI telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia Nomor 33 Tahun 2012 tentang pemberian air susu ibu eksklusif.

Tanggung jawab Pemerintah dalam program pemberian ASI Eksklusif meliputi:

1) Menetapkan kebijakan nasional terkait program pemberian ASI Eksklusif;


2) Melaksanakan advokasi dan sosialisasi program pemberian ASI Eksklusif;
3) Memberikan pelatihan mengenai program pemberian ASI Eksklusif dan penyediaan
tenaga konselor menyusui di fasilitas pelayanan kesehatan dan tempat sarana umum
lainnya;
4) Mengintegrasikan materi mengenai ASI Eksklusif pada kurikulum pendidikan formal
dan nonformal bagi tenaga kesehatan;
5) Membina, mengawasi, serta mengevaluasi pelaksanaan dan pencapaian program
pemberian ASI Eksklusif di fasilitas pelayanan kesehatan, satuan pendidikan
kesehatan, tempat kerja, tempat sarana umum, dan kegiatan di masyarakat;
6) Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkaitan dengan ASI
Eksklusif;
7) Mengembangkan kerja sama mengenai program ASI Eksklusif dengan pihak lain di
dalam dan/atau luar negeri; dan
8) Menyediakan ketersediaan akses terhadap informasi dan edukasi atas
penyelenggaraan program pemberian ASI Eksklusif (Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia, 2012)

Dalam pasal 13 PP tersebut, juga disebutkan bahwa untuk mencapai pemanfaatan


pemberian ASI Eksklusif secara optimal, tenaga kesehatan dan penyelenggara fasilitas
pelayanan kesehatan wajib memberikan informasi dan edukasi ASI Eksklusif kepada ibu
dan/ atau anggota keluarga dari bayi yang bersangkutan sejak pemeriksaan kehamilan
sampai dengan periode pemberian ASI Eksklusif selesai. Informasi dan edukasi ASI
Eksklusif paling sedikit mengenai:

1) Keuntungan dan keunggulan pemberian ASI;


2) Gizi ibu, persiapan dan mempertahankan menyusui;
3) Akibat negatif dari pemberian makanan botol secara parsial terhadap pemberian ASI;
dan,
4) Kesulitan untuk mengubah keputusan untuk tidak memberikan ASI.

Pemberian informasi dan edukasi ASI Eksklusif dapat dilakukan melalui penyuluhan,
konseling dan pendampingan yang dapat dilakukan oleh tenaga terlatih (Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia, 2012).

Strategi lain yang dapat diberikan untuk dukungan laktasi adalah berupa kolaborasi
dengan komunitas dan anggota keluarga, pembentukan rasa percaya diri, rasio yang cukup
antara perawat dan pasien, pengembangan keterampilan berkomunikasi, dan
meminimalkan kesenjangan dalam konflik antar petugas kesehatan demi menjaga kualitas
pelayanan. Melalui manajemen rumah sakit yang baik, ibu dapat diuntungkan dari keadaan
tersebut sehingga proses menyusui dapat didukung dari peningkatan self-efficacy ibu,
perasaan mampu dan memiliki kekuatan untuk menyusui (Demirtas, 2012).

Beberapa program yang dapat dilakukan oleh instansi pelayanan kesehatan untuk
program dukungan laktasi adalah membuat jargon yang jelas bahwa rumah sakit tersebut
mendukung laktasi, hal ini dapat dilakukan dengan cara menempel stiker dukungan
menyusui di tempat yang terlihat jelas oleh pengunjung, memasang kebijakan tentang
menyusui, menyediakan tempat yang nyaman dan menjaga privasi untuk ibu menyusui.
Dari segi ketenagaan, harus dipastikan bahwa semua staf peduli pada ibu menyusui dan
dapat menjawab semua pertanyaan ibu tentang menyusui (Condon & Ingram, 2011).

Program dukungan untuk menyusui juga diberlakukan secara internasional berupa


sepuluh langkah menuju keberhasilan menyusui, yaitu:

1) Sarana pelayanan kesehatan mempunyai kebijakan tentang penerapan 10 langkah


menuju keberhasilan menyusui dan melarang promosi PASI
2) Sarana pelayanan kesehatan melakukan pelatihan untuk staf sendiri atau lainnya
3) Menyiapkan ibu hamil untuk mengetahui manfaat ASI dan langkah
keberhasilan menyusui. Memberikan konseling apabila ibu penderita infeksi HIV
positif
4) Melakukan kontak dan menyusui dini bayi baru lahir (½ - 1 jam setelah lahir)
5) Membantu ibu melakukan teknik menyusui yang benar (posisi peletakan tubuh bayi
dan pelekatan mulut bayi pada payudara)
6) Hanya memberikan ASI saja tanpa minuman pralaktal sejak bayi lahir
7) Melaksanakan rawat gabung ibu dan bayi
8) Melaksanakan pemberian ASI sesering dan semau bayi
9) Tidak memberikan dot/ kempeng
10) Menindak lanjuti ibu-bayi setelah pulang dari sarana pelayanan kesehatan
(WHO,
2003)
Pemberdayaan komunitas untuk program dukungan menyusui juga dapat
dilakukan dengan cara mengembangkan breastfeeding support group, melatih
lebih banyak lagi ibu untuk saling mendukung dalam keberhasilan laktasi,
menyediakan persewaan breastpump untuk ibu yang membutuhkan, memperkuat
jaringan dengan petugas kesehatan yang ada di komunitas seperti bidan untuk
penyediaan rujukan tentang kelas antenatal dan konselor laktasi (Condon & Ingram,
2011).
Masyarakat harus mendukung keberhasilan program pemberian ASI Eksklusif
baik secara perorangan, kelompok, maupun organisasi. Dukungan masyarakat dapat
dilaksanakan melalui :
1) Pemberian sumbangan pemikiran terkait dengan penentuan kebijakan
dan/atau pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif;
2) Penyebarluasan informasi kepada masyarakat luas terkait dengan
pemberian ASI
Eksklusif;
3) Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan program pemberian ASI Eksklusif;
dan/atau
4) Penyediaan waktu dan tempat bagi ibu dalam pemberian ASI Eksklusif
(Peraturan
Pemerintah Republik Indonesia, 2012).
Keterlibatan ayah juga merupakan bagian yang penting untuk program dukungan
menyusui. Pastikan bahwa ayah turut menghadiri kelas antenatal dan terlibat
didalamnya. Libatkan staf pria untuk diskusi tentang laktasi dan turut memberi
dukungan pada ayah. Sediakan leaflet untuk menunjukkan bagaimana ayah dapat
membantu jika terdapat masalah menyusui

4. MEMANDIKAN BAYI DAN MERAWAT TALI PUSAT

Cara Memandikan Bayi Baru Lahir


Memandikan bayi adalah membersihkan kotoran yang menempel pada tubuh bayi.
Tujuan memandikan bayi :
1. Memberikan rasa nyaman.
2. Memperlancar sirkulasi darah
3. Mencegah infeksi
4. Meningkatkan daya tahan tubuh
5. Menjaga dan merawat integritas kulit
Hal-hal yang harus diperhatikan ketika memandikan bayi :
1. Jaga bayi agar tidak kedinginan
2. Bila mata bayi terasa lengket, bersihkan dulu dengan kapas yang dibasahi
boorwater atau aquabidest.
3. Saat membersihkan tali pusat, perhatikan kemungkinan adanya perdarahan,
kemerahan, atau kelainan lain.
4. Memandikan dilakukan sebelum makan atau minum danbukan segera setelah
makan karena lambung yang penuh dapat terganggu oleh gerakan pelaksanaan
memandikan

Persiapan Alat Untuk Memandikan Bayi :


1. Perlengkapan umum
a. Ruangan yang cukup hangat
b. Tempat cuci tangan dengan air mengalir
c. Meja bayi
d. Handuk pengering cuci tangan
e. Keranjang tempat pakaian kotor
2. Alat-alat medis
a. Larutan boorwater
b. Timbangan bayi
c. Bengkok
d. Termometer air
e. Kaps bersih
f. Kasa bersih
3. Alat mandi
a. Bak mandi
b. Termos berisi air panas
c. Handuk besar
d. Waslap 2 buah
e. Sabun bayi pada tempatnya
f. Sampo bayi
g. Cotton bud
h. Baby oil
i. Bedak bayi
j. Sisir
k. Pakaian bayi (popok/celana bayi, gurita, baju, bedong)

Pelaksanaan Memandikan Bayi:


1. Jelaskan kepada ibu tentang tujuan dan prosedur pelaksanaannya
2. Cuci tangan dibawah air mengalir
3. Dekatkan alat-alat dan perkenankan ibu untuk melihat pelaksanaannya
4. Pasang handuk besar, dapat dilipat menjadi dua bagian untuk alas
5. Siapkan baju, popok, diatas kain bedong, lipat rapi agar mudah dibuka (gurita bagi bayi
yang belum lepas tali pusatnya)
6.Siapkan air hangat dengan menuangkan air dingin terlebih dahulu, lalu air panas dalam
bak mandi
7. Buka baju bayi seluruhnya, lalu bayi ditimbang berat badannya
8. Selimuti dengan handuk bersih atau kain pembedongnya
9. Pertama, bersihkan mata dengan menggunakan kapas yang dibasahi dengan air
aquabidest atau larutan boorwater
10. Ambil waslap yang sudah dibasahi air hangat diusapkan ke wajah, hidung, telinga,
kemudian wajah dikeringkan dengan handuk
11. Ambil catton buddibasahi baby oil untuk membersihkan lubang hidung dan telinga,
perlahan jangan sampai masuk terlalu dalam ke liang telinga dan hidung
12. Bersihkan kepala dan rambut dengan meratakan larutan sampo bayi ke telapak tangan
kita, usapkan ke seluruh kepala bayi
13. Buka kain pembedong bayi, usapkan waslap yang sudah dibasahi dengan sabun pada
badan bayi
14. Perhatian khusus harus diberikan pada lipatan kulit daerah aksila dan paha
15. Angakat kaki dengan kuat, masukkan ke dalam bak mandi, bilas rambut dan kepala
sampai bersih, lalu bilas dengan waslap bersih yang sudah dibasahi mulai dari dada,
lipatan paha, genital sampai ekstremitas. Sambil mengangkat bayi, jepit handuk
pengalas bayi dengan kedua jari tangan kiri kita dan memasukan kekeranjang yang
sudah disiapkan
16.Telungkupkan bayi atau miringkan ke kanan dan ke kiri untuk membersihkan
punggung dan lipatan bokong sampai bersih. Sambil dibilas, biarkan bayi telungkup di
atas telapak tangan ibu agar dapat mengapung dengan anggota gerak terendam didalam
air.
17.Balik posisi bayi sedemikian rupa untuk dibilas badan depan atau dadanya, lalu
diangkat dari bak mandi untuk diletakkan diatas handuk kering.
18. Keringkan seluruh tubuh bayi dengan handuk kering
19. Bersihkan tunggul tali pusat yang belum lepas dengan kapas, aquabidest.
20. Bungkus tali pusat dengan kassa bersih dan kering
21. Kenakan pakaian bayi dan bungkus dengan kain pembedong
22. Usap tipis-tipis bedak bayi pada daerah wajah
23. Sisir rambut bayi secara perlahan
INTERVENSI KEPERAWATAN PADA WANITA USIA SUBUR

(USIA REPRODUKSI), PASANGAN USIA SUBUR, DENGAN

MEMPERHATIKAN ASPEK LEGAL DAN ETIS

A.Pendahuluan

Keperawatan maternitas merupakan pelayanan keperawatan profesional yang ditujukan kepada wanita
usia subur yang berkaitan dengan masa diluar kehamilan, masa kehamilan, masa melahirkan, masa nifas
sampai enam minggu, dan bayi yang dilahirkan sampai berusia 40 hari beserta keluarganya.

Pelayanan berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar dalam melakukan adaptasi fisik dan psikososial
dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan. Keperawatan Maternitas merupakan sub
system dari pelayanan kesehatan dimana perawat berkolaborasi dengan keluarga dan lainnya untuk
membantu beradaptasi pada masa prenatal, intranatal, postnatal, dan masa intranatal.

Tujuan keperawatan maternitas adalah Membantu wanita usia subur & keluarga dalam masalah
produksi & menghadapi kehamilan, Membantu PUS untuk memahami kehamilan, persalinan, & nifas
adalah normal, Memberi dukungan agar ibu memandang kehamilan, persalinan, & nifas adalah
pengalaman positif & menyenangkan, Membantu mendeteksi penyimpangan secara dini, Memberi
informasi tentang kebutuhan calon orang tua, Memahami keadaan social & ekonomi ibu.

B. PENCAPAIAN PEMBELAJARAN

Mahasiswa mampu mendemonstrasikan Manuver Leopold

Mahasiswa mampu melakukan penghitungan denyut jantung janin,

Mahasiswa mampu Mengukur tinggi fundus uteri kehamilan

Mahasiswa mampu mendemonstrasikan menentukan usia kehamilan.


MANUVER LEOPOLD

Pemeriksaan Leopold adalah pemeriksaan dengan metode perabaan yang berfungsi untuk
memperkirakan posisi bayi dalam rahim. Pemeriksaan ini umumnya dilakukan saat menjalani
pemeriksaan kandungan rutin di trimester tiga kehamilan atau saat kontraksi sebelum persalinan.
Pemeriksaan Leopold dilakukan untuk membantu menyarankan cara persalinan yang tepat.
Pemeriksaan ini dapat membantu memperkirakan usia kehamilan serta ukuran dan berat bayi dalam
kandungan.

Melakukan pemeriksaan Leopold I untuk menentukan bagian janin yang ada di fundus.

a. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan ibu, menghadap ke arah kepala ibu

b. Kedua telapak tangan pemeriksa diletakkan pada puncak fundus uteri

c. Rasakan bagian janin yang berada pada bagian fundus (bokong atau kepala atau kosong)

d. Hasilnya adalah jika kepala janin yang berada di fundus, maka palpasi akan teraba bulat, keras dan
dapat digerakkan (Ballotement). Jika bokong yg terletak difundus, maka pemeriksa akan meraba suatu
bentuk yang tidak spesifik, lebih besar dan lebih lunak dari kepala, tidak dapat digerakkan, serta
fundus terasa penuh. Pada letak lintang, palpasi di daerah fundus akan terasa kosong.

e. Tentukan tinggi fundus uteri untuk menentukan usia kehamilan


Perkiraaan tinggi fundus uteri berdasarkan usia kehamilan :

 20 minggu : ± 20 cm

 24 minggu : ± 28 cm

 32 minggu : ± 32 cm

 36 minggu : ± 34 – 36 minggu

f.Pada kunjungan pertama, tinggi fundus dicocokkan dengan perhitungan usia kehamilan, dimana hal ini
hanya dapat diperkirakan dari hari pertama haid (HPHT). Bila HPHT tidak diketahui, maka usia kehamilan
hanya dapat diperkirakan dari tingginya fundus uteri.

Melakukan pemeriksaan Leopold II

a. Kedua telapak tangan diletakkan pada kedua sisi perut, dan lakukan tekanan yang lembut
tetapi cukup dalam untuk meraba dari kedua sisi

b. Pemeriksa berdiri di sebelah kanan ibu, menghadap kepala ibu

c. Kedua telapak tangan pemeriksa bergeser turun ke bawah sampai di samping kiri dan kanan
umbilikus

d. Secara berlahan geser jari –jari dari satu sisi ke sisi lain untuk menentukan pada sisi mana terletak
punggung, lengan dan kaki

e. Tentukan bagian punggung janin untuk menentukan lokasi auskultasi DJJ nantinya.

f. Hasilnya adalah bagian bokong janin akan teraba sebagai suatu benda yang keras pada beberapa
bagian lunak dengan bentuk teratur, sedangkan bila teraba adanya bagian – bagian kecil yang teratur
dan mempunyai banyak tonjolan serta dapat bergerak dan menendang, maka bagian tersebut adalah
kaki, lengan dan lutut. Bila punggung janin tidak terabadi kedua sisi mungkin punggung janin berada
pada sisi yang sama dengan punggung ibu (posisi posterior)
Melakukan pemeriksaan Leopold III untuk menentukan bagian janin yang berada pada bagian
terbawah.

Cara melakukannya adalah :

a. Lutut ibu dalam keadaan fleksi

b. Pemeriksaan ini dilakukan dengan hati – hati oleh karena dapat menyebabkan perasaan tak nyaman
bagi ibu. Coba untuk menilai bagian janin apa yang berada di sana.

c. Bagian terendah janin dicekap diantara ibu jari dan telunjuk tangan kanan

d. Tentukan apa yang menjadi bagian terendah janin dan apakah bagian tersebut sudah mengalami
engagement atau belum

e. Hasilnya adalah apabila bagian janin dapat digerakkan ke arah kranial ibu, maka bagian terbawah dari
janin belum melewati pintu atas panggul. Bila kepala yang berada di bagian terbawah, coba untuk
menggerakkan kepala . bila kepala tidak dapat digerakkan lagi, maka kepala sudah engaged dan bila
tidak dapat diraba adanya kepala atau bokong, maka letak janin adalah melintang.
Melakukan leopold IV untuk menentukan presentasi dan engagement(sampai berapa jauh derajat
desensus janin dan mengetahui seberapa bagian kepala janin masuk ke pintu atas panggul).

Cara melakukannya sebagai berikut :

a. Pemeriksa menghadap ke kaki ibu. Kedua lutut ibu masih pada posisi fleksi

b. Letakkan kedua telapak tangan pada bagian bawah abdomen dan coba untuk menekan ke arah
pintu atas panggul

c. Hasil yang didapat pada dasarnya sama dengan pemeriksaan Leopold III, menilai bagian

janin terbawah yang berada di dalam panggul dan menilai seberapa jauh bagian tersebut masuk melalui
pintu atas panggul.

PEMERIKSAAN DENYUT JANTUNG JANIN

Denyut jantung janin menunjukkan status kesehatan dan posisi janin terhadap ibu. Dengarkan
denyut jantung janin sejak kehamilan 20 minggu.jantung janin biasanya berdenyut 120 – 160
kali per menit.

Mendengarkan denyut jantung janin bisa dilakukan dengan menggunakan doppler elektrik.

Peletakan dopler ini disesuaikan dengan letak punggung janin, apakah pungung kanan (puka) atau
punggung kiri (Puki)

Cara melakukannya adalah sebagai berikut :

a. Auskultasi detak jantung janin dengan menggunakan fetoskpo

b. Detak jantung janin terdengar paling keras di daerah punggung


c. Detak jantung janin dihitung selama 5 detk dilakukan sebanyak 3 kali secara berurutan dan berselang
5 detik

d. Hasil pemeriksaan detak jantung janin 10 – 12 – 10 berarti frekuensi detak jantung janin

32 x 4 = 128 kali per menit

e. Mendengarkan denyut jantung janin menggunakan stetoscop leanec/dopler detak jantung janin
normal 120 – 160 kali per menit.

MENGUKUR TINGGI FUNDUS UTERI KEHAMILAN

Fundus uteri adalah puncak tertinggi dari rahim. Tinggi fundus uteri adalah jarak antara tulang kemaluan
atau tulang panggul menuju perut ibu hamil bagian teratas.Pada kondisi normal, ukuran tinggi fundus
biasanya akan sesuai dengan usia kehamilan dan walaupun berbeda, umumnya tidak akan terlalu
jauh.Sebagai contoh, pada usia kehamilan 20 minggu, tinggi fundus yang normal berkisar antara 17-23
cm.

Tinggi fundus normal sesuai usia kehamilan

Tinggi fundus normal pada ibu hamil adalah sesuai dengan usia kehamilan.Misalnya, bila Anda
memasuki usia kehamilan 22-28 minggu, maka tinggi fundus normal sesuai kehamilan adalah 24-25
cm.Sementara, bila Anda hamil 30 minggu, maka tinggi fundus yang normal adalah 29,5 cm.Saat hamil
34 minggu, maka tinggi fundus uteri sesuai kehamilan sebesar 31 cm.Intinya, peningkatan ideal dari
tinggi fundus ini akan tercapai bila berat badan ibu hamil bertambah 0,5 kg per minggu.Bila kurang,
berisiko melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah.Sementara, bila berat badan bertambah lebih
dari 0,5 minggu, dikhawatirkan mengidap diabetes gestasional, air ketuban terlalu banyak, hingga bayi
lahir terlalu besar (makrosomia).

Cara mengukur tinggi fundus uteri

Untuk mengetahui tinggi pada fundus uteri, Diukur jarak antara tulang pubis yang berada sedikit di atas
tumbuhnya rambut kemaluan, ke bagian atas dari rahim.Pengukuran dilakukan menggunakan tali
meteran dan dicatat dalam satuan sentimeter. Cara mengukur tinggi fundus uteri adalah sebagai
berikut:

menjelaskan secara rinci tahapan pemeriksaan yang akan dilakukan dan meminta persetujuan.
tempatkan di tempat tidur pemeriksa dengan posisi setengah bersandar.

memastikan bahwa perut sedang dalam keadaan rileks dan tidak sedang kontraksi.

meraba area perut dan sekitarnya, untuk menentukan titik pengukuran yang tepat.

Lalu, dengan menggunakan meteran yang fleksibel, mengukur jarak antara rahim bagian atas hingga ke
atas tulang pubis.

Meteran harus diletakkan hingga menyentuh kulit.

Pengukuran hanya dilakukan satu kali untuk menghindari bias.

Dokumentasikan

Tinggi fundus uteri terlalu kecil

Tinggi fundus uteri terlalu kecil menggambarkan janin yang berukuran kecil

Tinggi fungsi uteri dikatakan terlalu kecil apabila ukurannya setidaknya 3 cm lebih kecil dari ukuran
normal. Misalnya, usia kandungan adalah 20 minggu, tapi tinggi pada fundus uteri adalah 15 cm. Saat
fundus uteri terlalu pendek, dokter akan melakukan pemeriksaan USG untuk memastikan usia
kandungan.

Bisa jadi, usia kandungan yang selama ini diprediksi, ternyata lebih muda dari yang
sebenarnya.Pemeriksaan USG juga akan dilakukan agar dokter dapat memeriksa kemungkinan adanya
pertumbuhan janin terhambat atau intrauterine growth restriction, maupun cairan amniotik (air
ketuban) yang terlalu sedikit.Selain itu, beberapa kondisi di bawah ini juga bisa menjadi alasan
pendeknya jarak fundus uteri:

Postur tubuh kecil

Otot perut yang kencang

Posisi bayi sudah turun ke arah pelvis

Bayi sehat dan tidak mengalami gangguan apapun, tapi berukuran kecil

Apabila melihat ada gangguan yang menyebabkan ukuran fundus uteri kecil, maka pasien diminta untuk
datang tiga minggu setelah pemeriksaan awal, untuk melihat perkembangannya.Selanjutnya akan
disarankan untuk lebih sering kontrol.
Tinggi fundus uteri terlalu besar

Tinggi fundus uteri terlalu besar bisa jadi menandakan bayi sungsang. Tinggi fundus dikatakan terlalu
besar apabila panjangya lebih dari 3 cm, jika dibandingkan dengan ukuran yang seharusnya.Misalnya
pada usia kehamilan 20 minggu, tinggi pada fundus uteri adalah 25 cm. Beberapa hal yang bisa
menyebabkan tinggi fundus menjadi berlebihan adalah:

Usia kandungan sudah melewati hari perkiraan lahir (HPL)

Otot perut yang lebih kendur dari wanita kebanyakan, misalnya karena proses kehamilan sebelumnya

Ibu punya berat badan berlebih atau obesitas

Cairan ketuban terlalu banyak

Bayi sungsang

Panggul yang kecil

Anda hamil anak kembar

Bayi makrosomia

Bayi sehat, hanya saja memang berukuran sedikit lebih besar

Hasil pengukuran tinggi fundus uteri tidak selalu akurat

Hasil pengukuran tinggi fundus bukanlah satu-satunya patokan untuk mengetahui perkembangan janin.
Sebab, pada kondisi-kondisi tertentu, hasil pemeriksaan ini bisa menjadi tidak akurat.  Beberapa hal
yang berpotensi memengaruhi keakuratan tinggi fundus, antara lain:

Kondisi ibu hamil yang obesitas sehingga menurut riset dari Scientific Reports, hal ini menimbulkan risiko
makrosomia

Memiliki riwayat menderita fibroid

Mengandung anak kembar dua atau lebih

Menderita diabetes gestasional serta hipertensi dalam kehamilan

Mengalami intrauterine growth restriction atau makrosomia di kehamilan sebelumnya.

MENENTUKAN USIA KEHAMILAN


Ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk menghitung usia kehamilan.

Hari pertama haid terakhir (HPHT)

Metode ini membutuhkan pengetahuan tentang siklus menstruasi. Berdasarkan siklus, bisa
memperkirakan usia kehamilan dan tanggal kelahiran yang dihitung berdasarkan rumus Naegele.

Cara menghitungnya:

Tentukan hari pertama menstruasi terakhir. Angka ini dihitung dari hari pertama menstruasi terakhir
(LMP = Last Menstrual Periode). Jika HPHT Ibu ada pada bulan Januari – Maret Rumusnya: (Tanggal + 7
hari), (bulan + 9), (tahun + 0). Contoh: HPHT 10 Januari 2010, maka perkiraan lahir (10+7), (1+9), (2010 +
0) = 17-10-2010 atau 17 Oktober 2010.

Jika HPHT Ibu ada pada bulan April – Desember

Rumusnya: (Tanggal + 7 hari), (bulan – 3),(Tahun + 1).

Misal, HPHT 10 Oktober 2010, maka perkiraan lahir  (10 + 7), (10 – 3), (2010 + 1) = 17-7-2011 atau 17 Juli
2011.

Catatan:

Rumus ini hanya bisa diterapkan pada wanita yang siklus haidnya teratur, yakni antara 28-30 hari.

Perkiraan tanggal persalinan sering meleset antara 7 hari sebelum atau setelahnya. Hanya sekitar 5%
bayi yang akan lahir sesuai perhitungan ini.

Untuk mengurangi kemungkinan terlalu melesetnya perhitungan pada wanita yang daur haidnya
pendek, akan ditambahkan beberapa hari dari hari-H. Sedang yang daur haidnya panjang, akan dikurangi
beberapa hari.

Menghitung Usia Kehamilan Gerakan janin

Perlu untuk diketahui bahwa pada kehamilan pertama gerakan janin mulai terasa setelah kehamilan
memasuki usia 18-20 minggu. Sedangkan pada kehamilan kedua dan seterusnya, gerakan janin sudah
terasa pada usia kehamilan 16-18 minggu.

Menghitung Usia Kehamilan Tinggi puncak rahim

Dengan meraba puncak rahim (Fundus uteri) yang menonjol di dinding perut dan penghitungan dimulai
dari tulang kemaluan. Jika jarak dari tulang kemaluan sampai puncak rahim sekitar 28 cm, ini berarti usia
kehamilan sudah mencapai 28 minggu. Tinggi maksimal puncak rahim adalah 36 cm, ini menunjukkan
usia kehamilan sudah mencapai 36 minggu.
Perlu dietahui, ukuran maksimal adalah 36 cm dan tidak akan bertambah lagi meskipun usia kehamilan
mencapai 40 minggu. Kalaupun tingginya bertambah, kemungkinan yang akan dialami adalah janin Anda
besar, kembar, atau cairan tubuh Anda berlebih.

Menghitung Usia Kehamilan Menggunakan 2 jari tangan

Pengukuran dengan menggunakan 2 jari tangan ini hanya bisa dilakukan jika ibu hamil tidak memiliki
berat badan yang berlebih. Caranya; letakkan dua jari Anda diantara tulang kemaluan dan perut. Jika
jarak antara tulang kemaluan dengan puncak rahim masih di bawah pusar, maka setiap penambahan 2
jari berarti penambahan usia kehamilan sebanyak 2 minggu.

Menghitung Usia Kehamilan Menggunakan ultrasonografi (USG)

Cara ini paling mudah dan paling sering dilakukan oleh dokter. Tingkat akurasinya cukup tinggi, yakni
sekitar 95%. Dengan USG maka usia kehamilan dan perkiraan waktu kelahiran si kecil bisa dilihat dengan
jelas melalui “gambar” janin yang muncul pada layar monitor.

INTERVENSI KEPERAWATAN PADA WANITA DALAM MASA KEHAMILAN SKILL LAB MENGHITUNG
TAKSIRAN PARTUS, MENGHITUNG TAKSIRAN BERAT JANIN

Pendahuluan

Kehamilan adalah suatu proses reproduksi yang akan berakhir dengan kelahiran bayi. Namun tak jarang
kehamilan sering berakhir dengan keguguran. Umumnya kehamilan merupakan hal yang paling
membahagiakan bagi setiap pasangan suami istri yang telah menikah atau didalam keluarga. Selain itu
juga merupakan ancaman bagi setiap wanita yang disebabkan karena perubahan yang dialami ibu
baik perubahan fisik maupun emosional serta perubahan sosial dalam keluarga. Kehamilan merupakan
sesuatu yang wajar terjadi pada wanita usia produktif, tetapi kurangnya pengetahuan berkaitan dengan
reproduksi dapat menimbulkan kecemasan tersendiri. Untuk mencegah terjadinya masalah pada masa
kehamilan diperlukan peran perawat dalam melakukan intervensi keperawatan.

Peran perawat dengan memberikan asuhan keperawatan pada ibu hamil bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan klien dalam merawat dirinya sendiri dan tidak menempatkan klien pada posisi
ketergantungan, memberikan informasi dan meningkatkan pengetahuan klien tentang penatalaksanaan
yang diberikan sehingga klien diharapkan dapat mematuhi perawatan kehamilan yang diberikan.
TUJUAN PEMBELAJARAN:

Setelah mempelajari pokok bahasan ini, mahasiswa dapat

Intervensi keperawatan pada wanita dalam masa kehamilan.

Menghitung taksiran partus

Menghitung taksiran berat janin

INTERVENSI KEPERAWATAN PADA WANITA DALAM MASA KEHAMILAN.

Kehamilan adalah proses mata rantai yang berkesinambungan terdiri dari ovulasi (pelepasan ovum)
dan terjadi migrasi spermatozoa dari ovum. Pada saat terjadinya konsepsi dan pertumbuhan zigot,
terjadi nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan placenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi
sampai aterm (Bobak, 2004).

Kehamilan adalah masa dimulainya konsepsi sampai lahirnya janin. Lama kehamilan

normal adalah 280 hari atau 40 minggu atau 9 bulan 7 hari, dihitung dari hari pertama haid terakhir
(Manuaba, 2002).
Konsepsi secara formal didefinisikan sebagai persatuan antara sebuah telur dan sebuah sperma
yang menandai awal suatu kehamilan. Kejadian-kejadian itu ialah pembentukan gamet (telur dan
sperma), ovulasi (pelepasan telur), penggabungan gamet dan implantasi embrio di dalam uterus (Bobak,
2004).

Proses kehamilan merupakan mata rantai berkesinambungan yang terdiri dari:

1. Ovum

Meiosis pada wanita menghasilkan sebuah telur atau ovum. Proses ini terjadi di dalam ovarium,
khususnya pada folikel ovarium. Ovum dianggap subur selama 24 jam setelah ovulasi.

2. Sperma

Ejakulasi pada hubungan seksual dalam kondisi normal mengakibatkan pengeluaran satu sendok teh
semen, yang mengandung 200-500 juta sperma, ke dalam vagina. Saat sperma berjalan melalui tuba
uterina, enzim-enzim yang dihasilkan di sana akan membantu kapasitasi sperma. Enzim-enzim ini
dibutuhkan agar sperma dapat menembus lapisan pelindung ovum sebelum fertilisasi.

3. Fertilisasi

Fertilisasi berlangsung di ampula (seperti bagian luar) tuba uterina. Apabila sebuah sperma berhasil
menembus membran yang mengelilingi ovum, baik sperma maupun ovum akan berada di dalam
membran dan membran tidak lagi dapat ditembus oleh sperma lain. Dengan demikian, konsepsi
berlangsung dan terbentuklah zigot.

4. Implantasi

Zona peluzida berdegenerasi dan trofoblas melekatkan dirinya pada endometrium rahim, biasanya pada
daerah fundus anterior atau posterior. Antara 7 sampai 10 hari setelah konsepsi, trofoblas mensekresi
enzim yang membantunya membenamkan diri ke dalam endometrium sampai seluruh bagian blastosis
tertutup.

1.1 Perkembangan Janin

1.2 Gejala, Tanda, Dan Adaptasi Kehamilan


Beberapa perubahan fisiologis yang terjadi selama kehamilan disebut tanda kehamilan.
Menurut Manuaba (1998), tanda dan gejala kehamilan dibagi menjadi 3 yaitu:

1. Tanda dugaan hamil

Amenore (terlambat datang bulan); mual dan muntah: pengaruh esterogen dan progesteron terjadi
pengeluaran asam lambung yang berlebih; ngidam; sinkope atau pingsan: terjadi gangguan sirkulasi ke
daerah kepala; payudara tegang; sering miksi; obstipasi; epulis; pigmentasi kulit; varises atau
penampakan pembuluh darah.

2. Tanda tidak pasti kehamilan.

- Rahim membesar sesuai dengan usia kehamilan

- Pada pemeriksaan dalam dijumpai:

a. Tanda Hegar: melunaknya segmen bawah uterus.

b. Tanda Chadwicks: warna selaput lendir vulva dan vagina menjadi ungu.

c. Tanda Piscaseck: uterus membesar ke salah satu arah sehingga menonjol jelas ke arah pembesaran
tersebut.

d. Kontraksi Broxton Hicks: bila uterus dirangsang mudah berkontraksi.

e. Tanda Ballotement: terjadi pantulan saat uterus diketuk dengan jari, Perut membesar, Pemeriksaan
tes biologis kehamilan positif.

3. Tanda pasti kehamilan.

Gerakan janin dalam rahim: teraba gerakan janin, teraba bagian-bagian janin;

Denyut jantung janin: didengar dengan stetoskop laenec, alat kardiotokografi, alat doppler, USG.

1.3 Anatomi Dan Fisiologis Kehamilan

1. Uterus

Peningkatan ukuran uterus disebabkan oleh peningkatan vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah,
hiperplas dan hipertrofi (pembesaran serabut otot dan jaringan fibroelastis yang sudah ada),
perkembangan desidua. Selain itu, pembesaran uterus pada trimester pertama juga akibat pengaruh
hormon esterogen dan progesteron yang tinggi (Bobak, 2004; Mochtar, 1998).
2. Payudara

Rasa kesemutan nyeri tekan pada payudara yang secara bertahap mengalami pembesaran karena
peningkatan pertumbuhan jaringan alveolar dan suplai darah. Puting susu menjadi lebih menonjol,
keras, lebih erektil, dan pada awal kehamilan keluar cairan jernih (kolostrum). Areola menjadi lebih
gelap/berpigmen terbentuk warna merah muda. Rasa penuh, peningkatan sensitivitas, rasa geli, dan
rasa berat di payudara mulai timbul sejak minggu keenam kehamilan (Bobak, 2004; Sulaiman, 2004;
Hamilton, 1995).

3. Vagina dan vulva

Hormon kehamilan mempersiapkan vagina supaya distensi selama persalinan dengan memproduksi
mukosa vagina yang tebal, jaringan ikat longgar, hipertrofi otot polos, dan pemanjangan vagina.
Peningkatan vaskularisasi menimbulkan warna ungu kebiruan yang disebut tanda Chadwick, suatu tanda
kemungkinan kehamilan yang dapat muncul pada minggu keenam tapi mudah terlihat pada minggu
kedelapan kehamilan (Bobak, 2004; Sulaiman, 2004).

4. Integumen

Perubahan keseimbangan hormon dan peregangan mekanis menimbulkan perubahan pada integumen.
Terdapat bercak hiperpigmentasi kecoklatan pada kulit di daerah tonjolan maksila dan dahi yang disebut
cloasma gravidarum. Linea nigra yaitu garis gelap mengikuti midline (garis tengah) abdomen. Striae
gravidarum merupakan tanda regangan yang menunjukkan pemisahan jaringan ikat di bawah kulit
(Bobak, 2004; Sulaiman, 2004).

5. Pernapasan

Kebutuhan oksigen ibu meningkat sebagai respon terhadap percepatan laju metabolik dan peningkatan
kebutuhan oksigen jaringan uterus dan payudara. Selama masa hamil, perubahan pada pusat
pernapasan menyebabkan penurunan ambang karbondioksida. Selain itu, kesadaran wanita hamil
akan kebutuhan napas meningkat, sehingga beberapa wanita hamil mengeluh mengalami sesak saat
istirahat.

6. Pencernaan

Pada awal kehamilan, sepertiga dari wanita hamil mengalami mual dan muntah, kemudian kehamilan
berlanjut terjadi penurunan asam lambung yang melambatkan pengosongan lambung dan
menyebabkan kembung. Selain itu, menurunya peristaltik menyebabkan mual dan konstipasi. Konstipasi
juga disebabkan karena tekanan uterus pada usus bagian bawah pada awal kehamilan dan kembali pada
akhir kehamilan. Meningkatnya aliran darah ke panggul dan tekanan vena menyebabkan hemoroid pada
akhir kehamilan.

7. Perkemihan

Pada awal kehamilan suplai darah ke kandung kemih meningkat dan pembesaran uterus menekan
kandung kemih, sehingga meningkatkan frekuensi berkemih. Hal ini juga terjadi pada akhir kehamilan
karena janin turun lebih rendah ke pelvis sehingga lebih menekan lagi kandung kemih (Hamilton,
1995; Mochtar, 1998).

8. Volume darah

Volume darah makin meningkat di mana jumlah serum darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah,
sehingga terjadi pengenceran darah (hemodilusi) dengan puncaknya pada usia kehamilan 32
minggu dan kadar Hb turun.

9. Sel darah

Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim,
tetapi penambahan sel darah merah tidak seimbang dengan peningkatan volume darah sehingga
terjadi hemodilusi yang disertai anemia fisiologis (Manuaba, 1998).

10. Metabolisme

Metabolisme tubuh mengalami perubahan yang mendasar, di mana kebutuhan nutrisi makin tinggi
untuk pertumbuhan janin dan persiapan pemberian ASI (Manuaba, 1998).

1.4 Asuhan Keperawatan Pada Ibu Hamil

Menurut Depkes (1995), keluhan pada saat kehamilan adalah suatu keadaan bersifat subjektif di mana
pada individu yang hamil terjadi proses adaptasi terhadap kehamilannya. Keluhan-keluhan tersebut
antara lain:

a. Keluhan pada trimester I umur kehamilan 1-3 bulan.


Mual dan muntah: terutama pada pagi hari dan akan hilang pada siang hari. Terjadi bila mencium bau
yang menyengat, misalnya: minyak rambut dan bawang goreng. Pusing saat akan bangun tidur. Terjadi
karena gangguan keseimbangan atau karena perut kosong. Sering buang air kecil: karena uterus yang
membesar menekan kandung kemih. Perdarahan per vaginam: perlu diwaspadai adanya abortus. Perut
membesar lebih besar dari usia kehamilan: bila pembesaran uterus tidak sesuai dengan usia kehamilan
perlu diwaspadai adanya molahidatidosa.

Keluhan akan menyebabkan rasa tidak nyaman dan antisipasi terhadap kehamilannya. Perasaan
senang dan menerima kehamilan mempengaruhi penerimaan ibu terhadap kelainan yang muncul, hal
sebaliknya akan terjadi jika ibu menolak kehamilan. Pada saat ini sering terjadi konflik karena
pengalaman baru, sehingga ibu hamil perlu mendapat perhatian dan dukungan suami.

b. Keluhan pada trimester II umur kehamilan 4-6 bulan.

Keluhan bersifat subjektif sudah berakhir, sehingga bila ada ibu hamil yang masih memiliki keluhan
seperti trimester I perlu diwaspadai adanya faktor psikologis. Trimester ini sering ditandai adanya
adaptasi ibu terhadap kehamilan di mana perasaan ibu cenderung lebih stabil, karena keluhan
pada trimester I telah terlewati. Ibu merasakan pengalaman baru, mulai merasakan gerakan bayi,
terdengar denyut jantung janin (DJJ) melalui alat doptone atau melihat gambar/posisi melalui
pemeriksaan USG. Trimester ini dikatakan fase aman untuk kehamilan sehingga kegiatan ibu dapat
berjalan tanpa keluhan berarti.

c. Keluhan pada trimester III umur kehamilan 7-9 bulan.

Keluhan pada trimester ini yang sering muncul akan mencerminkan prognosa kehamilan. Keluhan
bersifat subjektif perlu mendapat perhatian karena hal itu menunjukkan keadaan patologis
antara lain: Pusing disertai pandangan berkunang-kunang: dapat menunjukkan terjadinya anemia
dengan Hb < 10 %, Pandangan mata kabur disertai pusing: sebagai rujukan kemungkinan hipertensi,
Kaki oedem: perlu dicurigai sebagai salah satu trias klasik eklamsia, oedem pada kaki, proteinuria,
hipertensi, Sesak napas pada trimester III perlu dicurigai adanya kelainan letak (sungsang), Perdarahan:
perlu dicurigai adanya plasenta previa, Ketuban pecah dini: keluar cairan di tempat tidur pada
siang/malam hari, cairan jernih bukan pada saat kencing, Sering kencing: disebabkan tekanan kepala
bayi pada kandung kemih karena kepala bayi akan masuk PAP pada usia kehamilan 36 minggu.

d. Pemeriksaan Antenatal Care

Menurut Manuaba (2001), jadwal pemeriksaan kehamilan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Trimester I dan II
1. Dilakukan 1 bulan sekali.

2. Diambil data tentang laboratorium.

3. Pemeriksaan USG (ultrasonogarafi).

4. Observasi: penyakit yang dapat mempengaruhi kehamilan, komplikasi kehamilan.

5. Rencana: pengobatan penyakitnya, menghindari terjadinya komplikasi kehamilan, imunisasi tetanus I.

6. Nasihat: makan makanan 4 sehat 5 sempurna.

b. Trimester III

 Dilakukan setiap 2 minggu, seminggu sekali sampai ada tanda kelahiran tiba.

 Evaluasi data laboratorium untuk melihat hasil pengobatan.

 Pemeriksaan USG.

 Imunisasi Tetanus II.

 Diet 4 sehat 5 sempurna.

 Observasi: penyakit yang menyertai kehamilan, komplikasi hamil trimester III, berbagai kelainan
kehamilan trimester III.

MENGHITUNG TAKSIRAN PARTUS

RUMUS PARIKH

Hari perkiraan lahiran = HPHT + 9 bulan + lama siklus menstruasi – 21 hari

Namun, jika siklus menstruasi ternyata 35 hari, dengan rumus Parikh tanggal persalinannya
menjadi:Misalnya, HPHT pada tanggal 1 Januari 2022. Jika siklus menstruasi 28 hari, setelah dihitung
dengan rumus Naegele, HPL-nya adalah 8 Oktober 2022.

HPHT(1 Januari 2022) + 9 bulan + (35-21) hari = 15 Oktober 2022.

Tanggal Ovulasi
Cara menghitung usia kehamilan yang lainnya adalah dengan menghitung dari tanggal ovulasi
(pelepasan sel telur).

Ovulasi biasanya terjadi sekitar 2 minggu setelah hari pertama haid.

cara ini lebih akurat untuk melakukan penghitungan usia kehamilan yang sebenarnya. Salah satu tanda
ovulasi yang bisa diketahui adalah dengan melihat kekentalan lendir serviks.

Menghitung minggu kehamilan

Untuk mengetahui minggu pertama kehamilan, caranya adalah menambahkan 7 hari dari tanggal
menstruasi terakhir.

Minggu pertama kehamilan= HPHT + 7 hari

Sebagai contoh, hari pertama haid terakhir Anda adalah 8 Januari 2022. Maka, perkiraan minggu
pertama kehamilan Anda adalah sebagai berikut.

Tanggal minggu pertama kehamilan: 8 Januari 2022 + 7 hari = 15 Januari 2022. Ini artinya, perkiraan
minggu pertama kehamilan, yaitu pada 15 Januari 2022.

Untuk mengetahui usia kehamilan minggu-minggu setelahnya, hanya perlu terus menambahkan 7 hari
dari tanggal pada minggu sebelumnya.

Minggu ke-(n) kehamilan= minggu ke-(n – 1) + 7 hari

Berdasarkan contoh dan rumus di atas, berarti begini kira-kira skenario untuk mengetahui minggu kedua
kehamilan dan minggu-minggu setelahnya.

Minggu ke-1 kehamilan: 15 Januari 2022

Minggu ke-2 kehamilan: 15 Januari 2022+ 7 hari = 22 Januari 2022

Minggu ke-3 kehamilan: 22 Januari 2022+ 7 hari = 29 Januari 2022

Minggu ke-4 kehamilan: 29 Januari 2022+ 7 hari = 5 Februari 2022

Begitu seterusnya hingga mengetahui minggu ke-40 kehamilan dan HPL bayi. Dengan keterangan di atas,
maka hasil perkiraan lahir bayi dari menghitung usia kehamilan ini akan jatuh pada 15 Oktober 2022.

MENGHITUNG TAKSIRAN BERAT BADAN JANIN

Untuk menghitung taksiran berat janin sesuai usia kehamilan dengan rumus McDonald, Anda
memerlukan pita meteran untuk mengukur tinggi fundus uteri dan lingkar Rahim. Baik tinggi maupun
lingkar rahim dinyatakan dalam centimeter. Tinggi Rahim (Symphysiofundal Height ) (atau SFH) diukur
dari ujung tulang kemaluan hingga puncak rahim (di bawah dada). Lingkar Rahim Abdominal Girth atau
AG diukur dengan melingkarkan pita meteran sejajar dengan pusar ibu hamil. Setelah mengukur,
masukkan angka yang Anda dapatkan ke rumus menghitung perkiraan berat janin sesuai usia
kehamilan  McDonald.  Cara menghitung berat badan janin ini sebagai berikut : Taksiran berat janin (TBJ)
= Symphysiofundal Height (SFH) X Abdominal Girth (AG)

Untuk mendapatkan hasil yang akurat, terdapat dua hal yang harus diperhatikan ketika mengukur SFH
dan AG :

Kandung kemih ibu hamil sebaiknya dalam keadaan kosong ketika diukur, artinya sebaiknya buang air
kecil terlebih dahulu sebelum melakukan pengukuran SFH dan AG,

Angka SFH seharusnya sama dengan usia kandungan (dalam hitungan minggu). Jadi SFH akan
menunjukkan 23 cm ketika usia kehamilan 23 minggu, Nilai SFH yang memiliki selisih lebih dari 3 cm
menandakan adanya masalah dalam kehamilan, misalnya level air ketuban yang abnormal, bayi dalam
posisi horizontal, kehamilan dengan gemeli atau adanya fibroid rahim

1. INTERVENSI KEPERAWATAN PADA WANITA DALAM MASA MELAHIRKAN

A. Definisi

Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Kelahiran seorang bayi juga
merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga menantikannya selama 9 bulan. Selama persalinan
dimulai, peranan ibu adalah untuk melahirkan bayinya. Sedangkan peran petugas kesehatan adalah
memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi, disamping itu bersama keluarga
memberikan bantuan dan dukungan pada ibu berrsalin.

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam jalan lahir.
Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir (Saifuddin. 2002).

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan ari) yang telah cukup bulan atau dapat
hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan
(kekuatan sendiri). Manuaba membagi persalinan menjadi 3 yaitu : persalinan spontan bila perssalinan
berlangsung dengan tenaga sendiri, persalinan buatan bila persalinan dengan rangsangan sehingga
terdapat kekuatan untuk persalinan dan persalinan anjuran (Manuaba. 1998).
Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada kelahiran aterm ( bukan premature atau post
matur), mempunyai onset yyang spontan (tidak diinduksi), selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam
sejak awitannya, mempunyai janin tunggal dengan presentasi verteks dan oksiput pada bagian anterior
pelvis, terlaksana tanpa bantuan artifisial (seperti forsep), tidak mencakup komplikasi dan mencakup
pelahiran plasenta yang normal (Farrer. 1999).

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui
vagina ke dunia luar. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin.

Persalinan dibagi dalam empat kala :

1. Kala I

Dimulai dari saat persalinan sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini terbagi dalam 2 fase, fase
laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam) serviks membuka dari 3 sampai 10 cm.
Menurut Helen durasi rata-rata kala satu persalinan adalah 10 sampai 12 jam pada primigravida dan
sekitar 4-6 jam pada multipara.

2. Kala II

Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada
primi dan 1 jam pada multi.

3. Kala III

Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit

4. Kala IV

Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam postpartum


Masa nifas dimulai pada setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandung kemih kembali
seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.

B. Etiologi

Sebab terjadinya partus sampai kini merupakan teori yang kompleks. Faktor-faktor humoral, pengaruh
prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh syaraf dan nutrisi mengakibatkan partus mulai.
Perubahan dalam biokimia dan biofisika seperti penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron
mengungkapkan mulai dan berlangsungnya partus. Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi
tegang mengakibatkan ischemic otot uterus. Hal ini mungkin merupakan faktor yang dapat mengganggu
sirkulasi uteroplacenter sehingga plasenta mengalami degenerasi. Bila nutrisi pada janin berkurang
maka konsepsi akan segera dikeluarkan. Tekanan pada ganglion servikale dari fleksus frankenhauser
yang terletak dibelakang serviks dapat membangkitkan kontraksi uterus.

C. Mekanisme Persalinan

Mekanisme persalinan adalah cara penyesuaian diri dan lewatnya janin melalui panggul ibu

Ada enam gerakan dengan overlapping yang jelas yaitu :

1. Penurunan

Penurunan Yang Meliputi Engagement Pada Diameter Obliqua Kanan panggul, berlangsung terus selama
persalinan normal pada waktu janin melalui jalan lahir. Serakan-serakan lainnya menyertai penurunan
ini. Pada primigravida sebelum persalinan mulai sudah harus terjadi penurunan kepala yang jelas dalam
proses engagement. Penurunan disebabkan oleh tekanan kontraksi uterus ke bawah dan pada kala II
dibantu oleh daya mengejan dari pasien dan sedikit oleh gaya berat.

2. Fleksi

Sebelum persalinan mulai sudah terjadi fleksi sebagian oleh karena ini merupakan sikap alamiah janin
dalam uterus. Tahanan terhadap penurunan kepala menyebabkan bertambahnya fleksi. Occiput turun
mendahului sinsiput, UUK lebih rendah dari bregma dan dagu janin mendekati dadanya. Biasanya ini
terjadi di PAP, tetapi mungkin pula baru sempurna setelah bagian terendah mencapai dasar panggul.
Efek dari fleksi adalah untuk merubah diameter terendah dari occipitofrontalis (11,0 cm) menjadi
suboccipito bregamatika (9,5 cm) yang lebih kecil dan lebih bulat, oleh karena persesuaian antara kepala
janin dengan panggul ibu mungkin ketat, pengurangan 1,5 cm dalam diameter terendah adalah penting

3. Putar Paksi Dalam

sebagian besar panggul mempunyai PAP berbentuk oval melintang, diameter anteroposterior PTP
sedikit lebih panjang dari pada diameter transversal. PBP berbentuk oval anteroposterior seperti kepala
janin. Sumbu panjang kepala janin harus sesuai dengan sumbu panjang panggul ibu. Karenanya kepala
janin yang masuk PAP pada diameter transversal atau obliqua harus berputar kediameter
anteroposterior supaya dapat lahir. UUK masuk PTP tempat ia berhubungan dengan dasar panggul
(musculus dan fascia levator ani). Disini UUK berputar 450 ke kanan (menuju garis tengah). Sutura
sagitalis pindah dari diameter obbliqua kanan ke diameter anterioposterior panggul : LOA ke OA. UUK
mendekati sympisis pubis dan cinciput mendekati sakrum. Kepala berputar dari diameter obliqua kanan
kediameter anteroposterior panggul. Tetapi bahu tetap pada diameter obliqua kiri. Dengan demikian
hubungan normal antara sumbu panjang kepala dengan sumbu panjang bahu berubah, dan leher
berputar 450. keadaan ini terus berlangsung selama kepala masih berada dalam panggul. Putar paksi
dalam yang awal sering terjadi pada multipara dan pada pasien dengan kontraksi uterus yang efisien.
Umumnya putar paksi dalam terjadi pada kala II.

4. Ekstensi

Ekstensi pada dasarnya disebabkan oleh kedua kekuatan yaitu : kontraksi uterus yang menimbulkan
tekanan ke bawah dan dasar panggul yang memberikan tahanan. Dinding depan panggul (pubis)
panjangnya hanya 4 sampai 5 cm, sedangkan dinding belakang (sakrum) 10 sampai 15 cm. Dengan
demikian sinsiput harus menempuh jarak yang lebih panjang daripada ociput. Dengan semakin turunnya
kepala terjadilah penurunan perineum diikuti dengan kepala membuka pintu (crowing). Ociput lewat
melalui PAP perlahan-lahan dan tengkuk menjadi titik putar di angulus subpubicus. Kemudian dengan
proses ekstensi yang cepat sinsiput menelurus sepanjang sakrum dan berturut-turut lahirlah bregma,
dahi, hidung, mulut dan dagu melalui perineum

5. Restitusi

Pada waktu kepala mencapai dasar panggul, maka bahu memasuki panggul. Oleh karena panggul tetap
berada pada diameter obbliqua sedangkan kepala berputar kedepan, maka leher ikut berputar kembali
dan kepala mengadakan restitusi kembali 450 (OA dan menjadi LOA) sehingga hubungannya dengan
bahu dan kedudukannya dalam panggul menjadi normal kembali
6. Putar paksi luar

Putar paksi luar kepala sebenarnya merupakan manifestasi putar paksi dari dalam dari pada bahu. Pada
waktu bahu mencapai dasar panggul bahu depan yang lebih rendah berputar ke depan di bawah
simpisis dan diameter bisacromialis berputar dari diameter obliqua kiri menjadi diameter
anterioposterior panggul. Dengan demikian maka diameter panjang bahu dapat sesuai dengan diameter
memanjang PBP. Kepala yang telah berputar kembali 450 untuk mengembalikan hubungan normal
dengan bahu, sekarang berputar 450 lagi untuk memprtahankannya : LOA menjadi TOA (Harry, Wiliam.
1986).

D. Proses Keperawatan Pada Persalinan

Pengkajian.

A. Pengumpulan data.

1) Biodata meliputi:

 Nama agar dapat lebih mudah memanggil, mengenali klien antara yang satu dengan yang lain agar
tidak keliru

 Umur mengetahui usia ibu termasuk risiko tinggi / tidak.


 Pendidikan pemberian informasi yang tepat bagi klien.

 Penghasilan mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial ekonomi klien.

2) Keluhan Utama.

Pada umumnya klien mengeluh nyeri pada daerah pinggang menjalar ke perut, adanya his yang makin
sering, teratur, keluarnya lendir dan darah, perasaan selalu ingin buang air kemih, bila buang air kemih
hanya sedikit-sedikit

3) Riwayat penyakit sekarang .

Dalam pengkajian ditemukan ibu hamil dengan usia kehamilan antara 38 –42 minggu.

Tanda-tanda menjelang persalinan:

Nyeri pada daerah pinggang menjalar ke perut, his makin sering, tertaur, kuat, adanya show
(pengeluaran darah campur lendir).kadang ketuban pecah sendirinya.

4) Riwayat penyakit dahulu.

Adanya penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus, TBC, hepatitis, penyakit kelamin, dan
pembedahan yang pernah dialami, dapat memperberat persalinan.

5) Riwayat penyakit keluarga.

Adanya penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus, keturunan hamil kembar pada klien, TBC,
hepatitis, penyakit kelamin, memungkinkan penyakit tersebut ditularkan pada klien.
6) Riwayat Obstetri.

 Riwayat haid

Ditemukan amenorhea (aterm 38-42 minggu), prematur kurang dari 37 minggu.

 Riwayat kebidanan.

Adanya gerakan janin, rasa pusing,mual muntah, dsb. Primigravida persalinan berlangsung 13-14 jam
dengan pembukaan 1cm /jam.

Multigravida berlangsung 8 jam dengan 2 cm / jam

7) Riwayat psikososial, spiritual dan budaya.

Perubahan psikososial Trimester I: ambivalensi, ketakutan dan fantasi .

Trimester II: ketidaknyamanan kehamilan (mual, muntah), narchisitik, pasif dan introvert.
Trimester III: klien merasa tidak feminin lagi karena perubahan tubuhnya, ketakutan akan kelahiran
bayinya.

8) Pola Kebutuhan sehari-hari.

1. Nutrisi: Adanya his berpengaruh terhadap keinginan atau selera makan yang menurun.

2. Istirahat tidur: Klien dapat tidur terlentang,miring ke kanan / kiri tergantung

pada letak punggung anak,klien sulit tidur

3. Aktivitas: Klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas pada aktivitas ringan, tidak
membutuhkan tenaga banyak, tidak membuat klien cepat lelah, capai, lesu. Pada kala I apabila kepala
janin telah masuk sebagian ke dalam PAP serta ketuban pecah, klien dianjurkan duduk / berjalan-jalan
disekitar ruangan / kamar bersalin. Pada kala II kepala janin sudah masuk rongga PAP klien dalam posisi
miring ke kanan / kiri .

4. Eliminasi: Adanya perasaan sering / susah kencing selama kehamilan dan proses persalinan.
Pada akhir trimester III dapat terjadi konstipasi.

5. Personal hygiene: Kebersihan tubuh senantiasa dijaga kebersihannya. Baju hendaknya yang longgar
dan mudah dipakai

6. Seksual: Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan

seksual/fungsi dari seks yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas.
Pemeriksaan.

A. Pemeriksaan umum

 Tinggi badan dan berat badan

Ibu hamil yang tinggi badannya kurang dari 145 cm terlebih pada kehamilan pertama, tergolong risiko
tinggi karena kemungkinan besar memiliki panggul yang sempit. Berat badan ibu perlu dikontrol secara
teratur dengan peningkatan berat badan selama hamil antara 10–12 kg

 Tekanan darah

Tekanan darah diukur pada akhir kala II yaitu setelah anak dilahirkan biasanya tekanan darah akan naik
kira-kira 10 mmHg

 Suhu badan nadi dan pernafasan

Pada penderita dalam keadaan biasa suhu badan antara 360 - 370 C, bila suhu lebih dari 375C dianggap
ada kelainan. Kecuali bagi klien setelah melahirkan suhu
badan 375C- 378C masih dianggap normal karena kelelahan. Keadaan nadi biasanya

mengikuti keadaan suhu, bila suhu naik, keadaan nadi akan bertambah pula dapat disebabkan karena
adanya perdarahan.

Pada klien yang akan bersalin / (sedang) bersalin pernafasannya agak pendek karena kelelahan,
kesakitan dan karena membesarnya perut, pernafasan normal antara 80 – 100 x / menit, kadang
meningkat menjadi normal kembali setelah persalinan, dan diperiksa tiap 4 jam.

B. Pemeriksaan Fisik

 Kepala dan leher

Terdapat adanya cloasma gravidarum, terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata,
konjungtiva kadang pucat, sklera kuning, hiperemis ataupun normal, hidung ada polip atau tidak,
karies pada gigi, stomatitis, atau pembesaran kelenjar.

 Dada

Terdapat adanya pembesaran pada payudara, adanya hiperpigmentasi areola dan papila mamae serta
ditemukan adanya kolustrum.
 Perut

Adanya pembesaran pada perut membujur, hiperpigmentasi linea alba/nigra, terdapat striae
gravidarum.

Palpasi: usia kehamilan aterm 3 jari bawah prosesus xypoideus, usia kehamilan prematur pertengahan
pusat dan prosesus xypoideus, punggung kiri / punggung kanan, letak kepala, sudah masuk PAP atau
belum. Adanya his yang makin lama makin sering dan kuat.

Auskultasi: ada / tidaknya DJJ,frekwensi antara 140 – 160 x / menit .

 Genitalia

Pengeluaran darah campur lendir ataupengeluaran air ketuban. Bila terdapat pengeluaran
mekonium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan, menandakan adannya kelainan letak anak.
Pemeriksaan dalam untuk mengetahui jauhnya dan kemajuan persalinan, keadaan serviks, panggul
serta keadaan jalan lahir
 Ekstremitas

Pemeriksaan oedema untuk melihat kelainan-kelainan karena membesarnya uterus, karena pre
eklamsia atau karena karena penyakit jantung / ginjal. Ada varices pada ekstremitas bagian bawah
karena adanya penekanan dan pembesaran uterus yang menekan vena abdomen

C. Diagnosa Keperawatan

1) Perubahan perfusi jaringan : peredaran darah ke plasenta, sekunder terhadap posisi ibu
selama proses persalinan.

2) Defisit volume cairan berhubungan dengan penurunan intake cairan.

3) Perubahan membran mukosa berhubungan dengan pernafasan mulut.

4) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan pembatasan intake selama proses
persalinan.

5) Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) berhubungan dengan kontraksi uterus .


2. MENOLONG PARTUS NORMAL

A. Pengertian : Membantu ibu yang melahirkan secara normal

B. Tujuan :

1. Membantu agar proses persalinan berjalan lancar

2. Mencegah terjadinya komplikasi saat melahirkan

C. persiapan alat dan bahan:

1. Satu set partus steril yang terdiri dari

 Handscoend 1 pasang

 1 klem ½ kocher

 1 gunting episiotomis

 Suction bayi

 2 arteri klem anatomis

 1 gunting tali pusat


 Lidi kapas/cotton bud

 Kasa seteril dan tampon seteril dalam tempatnya

 Kateter bunggi

 1 Spuit injeksi 3cc

 Jarum hecting

 Nald foulder

 1 pinset anatomis

 1 Gunting jarinan

2. Partus set lain terdiri dari:

 Korentang pada tempatnya

 Perlak

 Duk 4 persegi

 Ember pakaian kotor tertutup

 Nierbekken/bengkok

 Waslap
 Baskom

 Handuk

 Sampiran

 Masker dan barell skort (celemek)

 Gurita

 Duk/camelux

 Cawat/pakaian dalam

 Kasa seteril dan bampon steril dalam tromol tertutup

 Baju ganti

 Larutan lysol 0,5%

 Kapas savlon 1% kapas sublimat

 Jelly

 Benang hecting

 Gelas pengukur darah

 Obat-obatan : lidokain, uterotonika (cynton, metergin), betadine, yodium 2%


D. Persiapan Ibu :

1. Menjelaskan tujuan tindakan

2. Membimbing ibu dalam posisi meneran

3. Menyisihkan kain ibu

4. Membimbing ibu ibu meneran setiap kali his datang

E. Persiapan Penolong :

1. Penolong memakai masker

2. Penolong mencuci tangan

3. Mengunakan sarung tangan steril

4. Membimbing ibu untuk mengatur posisi yang tepat

5. Mengajari ibu melakukan tekni nafas dalam

Prosedur Tindakan

Kala I

i. Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan dan kesakitan ;

1). Berilah dukungan dan yakinkan dirinya


2). Berilah informasi mengenai proses dan kemajuan persalinan

ii. Jika ibu tersebut tampak kesakitan, dukungan atau asuhan yang dapat diberikan :

1). Lakukan perubahan posisi

2). Posisi sesuai dengan keinginan ibu, tetapi jika ibu ingin ditempat tidur sebaiknya dianjurkan
tidur miring ke kiri

3). Sarankan ia untuk berjalan

4). Ajaklah orang yang menemaninya (suami atau ibunya) untuk memijat atau mengosok
punggungnya atau membasuh mukanya diatara kontraksi

5). Ibu diperbolehkan melakukan aktivitas sesuai dengan kesanggupannya

6). Ajarkan kepada ibu teknik bernapas : ibu diminta menarik napas panjang, menahan napasnya
sebentar kemudian dilepaskan dengan cara meniup udara keluar sewaktu terasa kontraksi

7). Jika diperlukan berikan petidin 1 mg/kg BB (tetapi jangan melebihi 100 mg) IM atau IV secara
perlahan atau morfin 0,1 mg/kg BB IM atau tramadol 50 mg/oral atau 100 mg suposutoria atau
metamizol 500 mg/oral

iii. Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan, antara lain menggunakan penutup
atau tirai, tidak menghadirkan orang lain tanpa sepengetahuan dan seizin pasien atau ibu

iv. Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi serta prosedur yang akan
dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaann

v. Memperbolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar kemaluannya setelah buang air kecil
atau besar

vi. Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat, atasi dengan cara :
1). Gunakan kipas angin atau AC dalam kamar

2). Menggunakan kipas biasa

3). Menganjurkan ibu untuk mandi sebelumnya

vii. Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi, berikan cukup minum

viii. Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin

ix. Lakukan pemantauan TTV, DJJ janin, kontraksi, pembukaan seerviks, penurunan

x. Lakukan pemeriksaan dalam setiap 4 jam selama kala I pada persalinan dan setelah selaput
ketuban pecah :

1). Pada setiap pemeriksaan dalam, catatlah hal-hal sebagai berikut :

a). Warna cairan amnion

b). Dilatasi serviks

c). Penurunan kepala

2). Jika serviks belum membuka pada pemeriksaan dalam pertama, mungkin diagnosis in partu
belum dapat ditegakkan

Jika terdapat kontraksi yang menetap, periksa ulang wanita tersebut setelah 4 jam untuk melihat
perubahan pada serviks. Pada tahap ini jika serviks terasa tipis dan terbuka maka wanita tersebut dalam
keadaan in partu, jika tidak terdapat perubahan diagnosisnya adalah persalinan palsu

b. Kala II
Persalinan kala II ditegakkan dengan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan suudah
lengkap atau kepala janin sudah sampai di vulva dengan diameter 5-6 cm.

i. Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu dengan :

1). Mendegarkan ibu agar merasa nyaman

2). Menawarkan minum, mengipasi dan memijat ibu

ii. Menjaga kebersihan diri

1). Ibu tetap dijaga kebersihannya agar terhindar dari infeksi

2). Jika ada darah lendir atau cairan ketuban segera dibersihkan

iii. Mengipasi dan masase untuk menambah kenyamanan ibu

iv. Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau ketakutan ibu, dengan cara :

1). Menjaga privasi ibu

2). Penjelasan tentang proses dan kemajuan persalinan

3). Penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan keterlibatan ibu

v. Mengatur posisi ibu. Dalam membimbing mengedan dalam posisi berikut :

1). Jokok

2). Menungging
3). Tidur miring

4). Setengah duduk

Posisi tegak ada kaitannya dengan berkurangnya rasa nyeri, mudah mengedan, kurangnya trauma
vagina dan perineum dan infeksi.

vi. Menjaga kandung kemih tetap kosong, ibu diajarkan berkemih sesering mungkin

vii. Memberikan cukup minum : memberi tenaga dan mencegah dehidrasi.

Ketika kepala bayi lahir, maka lakukan hal berikut :

a. Mintalah ibu mengedan atau memberikan sedikit dorongan saat kepala bayi lahir

b. Letakkan satu tangan ke kepala bayi agar defleksi tidak terlalu cepat

c. Menahan perineum dengan satu tangan lainnya jika diperlukan

d. Mengusap muka bayi untuk membersihkannya dari kotoran lendir atau darah

e. Periksa tali pusat :

1). Jika tali pusat mengelilingi leher bayi dan terlihat longgar, selipkan tali pusat melalui kepala bayi

2). Jika lilitan tali pusat terlalu ketat, tali pusat diklem pada dua tempat kemudian digunting
diantara kedua klem tersebut, sambil melindungi leher bayi.

Untuk kelahiran bayi dan anggota seluruhnya, maka :

a. Biarkan kepala bayi berputar dengan sendirinya


b. Tempatkan kedua tangan pada sis kepala dan leher bayi

c. Lakukan tarikan lembut ke bawah untuk melahirkan bahu depan

d. Lakukan tarikan lembut ke atas untuk melahirkan bahu belakang

e. Selipkan satu tangan anda ke bahu dan lengan bagian belakang abyi sambil menyangga kepala
dan selipkan satu tangan lainnya ke punggung bayi untuk mengeluarkan tubuh bayi seluruhnya

f. Letakkan bayi tersebut diatas perut ibunya

g. Secara menyeluruh keringkan bayi, bersihkan matanya dan nilai pernapasan bayi

Sebagian besar bayi mulai menangis atau bernapas secara spontan 30 detik setelah lahir, kemudian :

a. Klem atau potong tali pusat

b. Pastikan bahwa bayi tetap hangat dan memiliki kontak kulit dengan kulit dengan dada si ibu.
Bungkus bayi dengan kain yang halus dan kering. Tutup dengan selimut, dan pastikan kepala bayi
terlindung dengan baik untuk menghindari hilangnya panas tubuh

3. MANAJEMEN NYERI PERSALINAN

A. Massage

Massage adalah tindakan penekanan oleh tangan pada jaringan lunak, biasanya otot tendon atau
ligamen, tanpa menyebabkan pergeseran atau perubahan posisi sendi guna menurunkan nyeri,
menghasilkan relaksasi, dan/atau meningkatkan sirkulasi. Gerakan-gerakan dasar meliputi : gerakan
memutar yang dilakukan oleh telapak tangan, gerakan menekan dan mendorong ke depan dan ke
belakang menggunakan tenaga, menepuk- nepuk, memotong-motong, meremas-remas, dan gerakan
meliuk- liuk. Setiap gerakan menghasilkan tekanan, arah, kecepatan, posisi tangan dan gerakan yang
berbeda-beda untuk menghasilkan efek yang diinginkan pada jaringan yang dibawahnya (Henderson,
2006).

1) Metode Massage

Beberapa metode massage yang biasa digunakan untuk merangsang saraf yang berdiameter besar yaitu:

a. Metode Effluerage

Memperlakukan pasien dalam posisi setengah duduk, lalu letakkkan kedua tangan pada perut dan
secara bersamaan digerakkan melingkar kearah pusat simfisis atau

dapat juga menggunakan satu telapak tangan menggunakan gerakan melingkar atau

satu arah.

Ada dua cara dalam melakukan teknik effleurage, yaitu :

1) Secara perlahan sambil menekan dari area pubis atas sampai umbilikus dan keluar mengelilingi
abdomen bawah sampai area pubis, ditekan dengan lembut dan ringan dan tanpa tekanan yang
kuat, tapi usahakan ujung jari tidak lepas dari permukaan kulit. Pijatan dapat dilakukan beberapa kali,
saat memijat harus diperhatikan respon ibu apakah tekanan sudah tepat.

2) Pasien dalam posisi atau setengah duduk, lalu letakkan kedua telapak tangan. Pada perut dan secara
bersamaan digerakkan melingkar kearah pusat ke simpisis atau dapat juga menggunakan satu telapak
tangan dengan gerakan melingkar atau satu arah. Cara ini dapat dilakukan langsung oleh pasien
(Gadysa, 2009).
Gambar Metode massage Effleurage

b. Metode Deep Back Massage

Memperlakukan pasien berbaring miring, kemudian bidan atau keluarga pasien menekan daerah sacrum
secara mantap dengan telapak tangan, lepaskan dan tekan lagi, begitu seterusnya.

c. Metode Firm Counter Pressure

Memperlakukan pasien dalam kondisi duduk kemudian bidan atau keluarga pasien menekan
sacrum secara bergantian dengan tangan yang dikepalkan secara mantap dan beraturan.

d. Metode Abdominal Lifting

Memperlakukan pasien dengan cara membaringkan pasien pada posisi terlentang dengan posisi kepala
agak tinggi. Letakkan kedua telapak tangan pada pinggang belakang pasien, kemudian secara
bersamaan lakukan usapan yang berlawanan kearah puncak perut tanpa menekan kearah dalam,
kemudian ulangi lagi. Begitu seterusnya (Gadysa, 2009).

Metode massage abdominal lifting adalah dengan cara: membaringkan pasien pada

posisi terlentang dengan posisi kepala agak tinggi. Letakkan kedua telapak tangan pada pinggang
belakang pasien, kemudian secara bersamaan lakukan usapan yang berlawanan ke arah puncak perut
tanpa menekan ke arah dalam, kemudian ulangi lagi. Begitu seterusnya (Gadysa, 2009).

Gambar Metode massage Abdominal lifting

B. Relaksasi

Relaksasi adalah membebaskan pikiran dan beban dari ketegangan yang dengan sengaja diupayakakan
dan dipraktikkan. Kemampuan untuk relaksasi secara di- sengaja dan sadar dapat dimanfaatkan sebagai
pedoman mengurangi ketidak- nyamanan yang normal sehubungan dengan kehamilan.

Relaksasi sadar telah ditemukan berkaitan dengan penurunan tegangan otot dan menurunkan laju
metabolisme. Relaksasi sadar terhadap seluruh tubuh selama persalinan tampak meningkatkan
keefektifan kontraksi uterus. Ketika dikombinasikan dengan pernafasan, relaksasi dapat membantu ibu
bersalin mengatasi nyeri lebih efektif pada setiap kontraksi dan istirahat lebih penuh di antara kontraksi.

Rasa nyeri bersalin tidak selalu berarti ada sesuatu yang salah (seperti rasa sakit yang disebabkan oleh
cedera atau penyakit). Nyeri adalah bagian yang normal dari proses melahirkan. Biasanya, itu berarti
bayi dalam kandungan sedang mengikuti waktunya untuk dilahirkan. Mengetahui beberapa metode
mengatasi rasa sakit akan membantu ibu untuk tidak merasa begitu takut. Tidak hanya itu,
menggunakan beberapa keterampilan ini selama persalinan akan membantu ibu merasa lebih kuat.1.
INTERVENSI KEPERAWATAN PADA WANITA DALAM MASA MELAHIRKAN

A. Definisi
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Kelahiran seorang bayi juga
merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga menantikannya selama 9 bulan. Selama persalinan
dimulai, peranan ibu adalah untuk melahirkan bayinya. Sedangkan peran petugas kesehatan adalah
memantau persalinan untuk mendeteksi dini adanya komplikasi, disamping itu bersama keluarga
memberikan bantuan dan dukungan pada ibu berrsalin.

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam jalan lahir.
Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir (Saifuddin. 2002).

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan ari) yang telah cukup bulan atau dapat
hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan
(kekuatan sendiri). Manuaba membagi persalinan menjadi 3 yaitu : persalinan spontan bila perssalinan
berlangsung dengan tenaga sendiri, persalinan buatan bila persalinan dengan rangsangan sehingga
terdapat kekuatan untuk persalinan dan persalinan anjuran (Manuaba. 1998).

Persalinan normal adalah persalinan yang terjadi pada kelahiran aterm ( bukan premature atau post
matur), mempunyai onset yyang spontan (tidak diinduksi), selesai setelah 4 jam dan sebelum 24 jam
sejak awitannya, mempunyai janin tunggal dengan presentasi verteks dan oksiput pada bagian anterior
pelvis, terlaksana tanpa bantuan artifisial (seperti forsep), tidak mencakup komplikasi dan mencakup
pelahiran plasenta yang normal (Farrer. 1999).

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup dari dalam uterus melalui
vagina ke dunia luar. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada
kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang
berlangsung dalam 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun janin.

Persalinan dibagi dalam empat kala :

1. Kala I

Dimulai dari saat persalinan sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini terbagi dalam 2 fase, fase
laten (8 jam) serviks membuka sampai 3 cm dan fase aktif (7 jam) serviks membuka dari 3 sampai 10 cm.
Menurut Helen durasi rata-rata kala satu persalinan adalah 10 sampai 12 jam pada primigravida dan
sekitar 4-6 jam pada multipara.
2. Kala II

Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini biasanya berlangsung 2 jam pada
primi dan 1 jam pada multi.

3. Kala III

Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit

4. Kala IV

Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam postpartum

Masa nifas dimulai pada setelah kelahiran plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandung kemih kembali
seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu.

B. Etiologi

Sebab terjadinya partus sampai kini merupakan teori yang kompleks. Faktor-faktor humoral, pengaruh
prostaglandin, struktur uterus, sirkulasi uterus, pengaruh syaraf dan nutrisi mengakibatkan partus mulai.
Perubahan dalam biokimia dan biofisika seperti penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron
mengungkapkan mulai dan berlangsungnya partus. Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi
tegang mengakibatkan ischemic otot uterus. Hal ini mungkin merupakan faktor yang dapat mengganggu
sirkulasi uteroplacenter sehingga plasenta mengalami degenerasi. Bila nutrisi pada janin berkurang
maka konsepsi akan segera dikeluarkan. Tekanan pada ganglion servikale dari fleksus frankenhauser
yang terletak dibelakang serviks dapat membangkitkan kontraksi uterus.

C. Mekanisme Persalinan

Mekanisme persalinan adalah cara penyesuaian diri dan lewatnya janin melalui panggul ibu

Ada enam gerakan dengan overlapping yang jelas yaitu :


1. Penurunan

Penurunan Yang Meliputi Engagement Pada Diameter Obliqua Kanan panggul, berlangsung terus selama
persalinan normal pada waktu janin melalui jalan lahir. Serakan-serakan lainnya menyertai penurunan
ini. Pada primigravida sebelum persalinan mulai sudah harus terjadi penurunan kepala yang jelas dalam
proses engagement. Penurunan disebabkan oleh tekanan kontraksi uterus ke bawah dan pada kala II
dibantu oleh daya mengejan dari pasien dan sedikit oleh gaya berat.

2. Fleksi

Sebelum persalinan mulai sudah terjadi fleksi sebagian oleh karena ini merupakan sikap alamiah janin
dalam uterus. Tahanan terhadap penurunan kepala menyebabkan bertambahnya fleksi. Occiput turun
mendahului sinsiput, UUK lebih rendah dari bregma dan dagu janin mendekati dadanya. Biasanya ini
terjadi di PAP, tetapi mungkin pula baru sempurna setelah bagian terendah mencapai dasar panggul.
Efek dari fleksi adalah untuk merubah diameter terendah dari occipitofrontalis (11,0 cm) menjadi
suboccipito bregamatika (9,5 cm) yang lebih kecil dan lebih bulat, oleh karena persesuaian antara kepala
janin dengan panggul ibu mungkin ketat, pengurangan 1,5 cm dalam diameter terendah adalah penting

3. Putar Paksi Dalam

sebagian besar panggul mempunyai PAP berbentuk oval melintang, diameter anteroposterior PTP
sedikit lebih panjang dari pada diameter transversal. PBP berbentuk oval anteroposterior seperti kepala
janin. Sumbu panjang kepala janin harus sesuai dengan sumbu panjang panggul ibu. Karenanya kepala
janin yang masuk PAP pada diameter transversal atau obliqua harus berputar kediameter
anteroposterior supaya dapat lahir. UUK masuk PTP tempat ia berhubungan dengan dasar panggul
(musculus dan fascia levator ani). Disini UUK berputar 450 ke kanan (menuju garis tengah). Sutura
sagitalis pindah dari diameter obbliqua kanan ke diameter anterioposterior panggul : LOA ke OA. UUK
mendekati sympisis pubis dan cinciput mendekati sakrum. Kepala berputar dari diameter obliqua kanan
kediameter anteroposterior panggul. Tetapi bahu tetap pada diameter obliqua kiri. Dengan demikian
hubungan normal antara sumbu panjang kepala dengan sumbu panjang bahu berubah, dan leher
berputar 450. keadaan ini terus berlangsung selama kepala masih berada dalam panggul. Putar paksi
dalam yang awal sering terjadi pada multipara dan pada pasien dengan kontraksi uterus yang efisien.
Umumnya putar paksi dalam terjadi pada kala II.

4. Ekstensi
Ekstensi pada dasarnya disebabkan oleh kedua kekuatan yaitu : kontraksi uterus yang menimbulkan
tekanan ke bawah dan dasar panggul yang memberikan tahanan. Dinding depan panggul (pubis)
panjangnya hanya 4 sampai 5 cm, sedangkan dinding belakang (sakrum) 10 sampai 15 cm. Dengan
demikian sinsiput harus menempuh jarak yang lebih panjang daripada ociput. Dengan semakin turunnya
kepala terjadilah penurunan perineum diikuti dengan kepala membuka pintu (crowing). Ociput lewat
melalui PAP perlahan-lahan dan tengkuk menjadi titik putar di angulus subpubicus. Kemudian dengan
proses ekstensi yang cepat sinsiput menelurus sepanjang sakrum dan berturut-turut lahirlah bregma,
dahi, hidung, mulut dan dagu melalui perineum

5. Restitusi

Pada waktu kepala mencapai dasar panggul, maka bahu memasuki panggul. Oleh karena panggul tetap
berada pada diameter obbliqua sedangkan kepala berputar kedepan, maka leher ikut berputar kembali
dan kepala mengadakan restitusi kembali 450 (OA dan menjadi LOA) sehingga hubungannya dengan
bahu dan kedudukannya dalam panggul menjadi normal kembali

6. Putar paksi luar

Putar paksi luar kepala sebenarnya merupakan manifestasi putar paksi dari dalam dari pada bahu. Pada
waktu bahu mencapai dasar panggul bahu depan yang lebih rendah berputar ke depan di bawah
simpisis dan diameter bisacromialis berputar dari diameter obliqua kiri menjadi diameter
anterioposterior panggul. Dengan demikian maka diameter panjang bahu dapat sesuai dengan diameter
memanjang PBP. Kepala yang telah berputar kembali 450 untuk mengembalikan hubungan normal
dengan bahu, sekarang berputar 450 lagi untuk memprtahankannya : LOA menjadi TOA (Harry, Wiliam.
1986).

D. Proses Keperawatan Pada Persalinan

Pengkajian.
A. Pengumpulan data.

1) Biodata meliputi:

 Nama agar dapat lebih mudah memanggil, mengenali klien antara yang satu dengan yang lain agar
tidak keliru

 Umur mengetahui usia ibu termasuk risiko tinggi / tidak.

 Pendidikan pemberian informasi yang tepat bagi klien.

 Penghasilan mengetahui bagaimana taraf hidup dan sosial ekonomi klien.

2) Keluhan Utama.

Pada umumnya klien mengeluh nyeri pada daerah pinggang menjalar ke perut, adanya his yang makin
sering, teratur, keluarnya lendir dan darah, perasaan selalu ingin buang air kemih, bila buang air kemih
hanya sedikit-sedikit

3) Riwayat penyakit sekarang .

Dalam pengkajian ditemukan ibu hamil dengan usia kehamilan antara 38 –42 minggu.

Tanda-tanda menjelang persalinan:


Nyeri pada daerah pinggang menjalar ke perut, his makin sering, tertaur, kuat, adanya show
(pengeluaran darah campur lendir).kadang ketuban pecah sendirinya.

4) Riwayat penyakit dahulu.

Adanya penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus, TBC, hepatitis, penyakit kelamin, dan
pembedahan yang pernah dialami, dapat memperberat persalinan.

5) Riwayat penyakit keluarga.

Adanya penyakit jantung, hipertensi, diabetes melitus, keturunan hamil kembar pada klien, TBC,
hepatitis, penyakit kelamin, memungkinkan penyakit tersebut ditularkan pada klien.

6) Riwayat Obstetri.

 Riwayat haid

Ditemukan amenorhea (aterm 38-42 minggu), prematur kurang dari 37 minggu.

 Riwayat kebidanan.

Adanya gerakan janin, rasa pusing,mual muntah, dsb. Primigravida persalinan berlangsung 13-14 jam
dengan pembukaan 1cm /jam.

Multigravida berlangsung 8 jam dengan 2 cm / jam


7) Riwayat psikososial, spiritual dan budaya.

Perubahan psikososial Trimester I: ambivalensi, ketakutan dan fantasi .

Trimester II: ketidaknyamanan kehamilan (mual, muntah), narchisitik, pasif dan introvert.

Trimester III: klien merasa tidak feminin lagi karena perubahan tubuhnya, ketakutan akan kelahiran
bayinya.

8) Pola Kebutuhan sehari-hari.

1. Nutrisi: Adanya his berpengaruh terhadap keinginan atau selera makan yang menurun.

2. Istirahat tidur: Klien dapat tidur terlentang,miring ke kanan / kiri tergantung

pada letak punggung anak,klien sulit tidur

3. Aktivitas: Klien dapat melakukan aktivitas seperti biasanya, terbatas pada aktivitas ringan, tidak
membutuhkan tenaga banyak, tidak membuat klien cepat lelah, capai, lesu. Pada kala I apabila kepala
janin telah masuk sebagian ke dalam PAP serta ketuban pecah, klien dianjurkan duduk / berjalan-jalan
disekitar ruangan / kamar bersalin. Pada kala II kepala janin sudah masuk rongga PAP klien dalam posisi
miring ke kanan / kiri .
4. Eliminasi: Adanya perasaan sering / susah kencing selama kehamilan dan proses persalinan.
Pada akhir trimester III dapat terjadi konstipasi.

5. Personal hygiene: Kebersihan tubuh senantiasa dijaga kebersihannya. Baju hendaknya yang longgar
dan mudah dipakai

6. Seksual: Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan

seksual/fungsi dari seks yang tidak adekuat karena adanya proses persalinan dan nifas.

Pemeriksaan.

A. Pemeriksaan umum

 Tinggi badan dan berat badan

Ibu hamil yang tinggi badannya kurang dari 145 cm terlebih pada kehamilan pertama, tergolong risiko
tinggi karena kemungkinan besar memiliki panggul yang sempit. Berat badan ibu perlu dikontrol secara
teratur dengan peningkatan berat badan selama hamil antara 10–12 kg

 Tekanan darah

Tekanan darah diukur pada akhir kala II yaitu setelah anak dilahirkan biasanya tekanan darah akan naik
kira-kira 10 mmHg
 Suhu badan nadi dan pernafasan

Pada penderita dalam keadaan biasa suhu badan antara 360 - 370 C, bila suhu lebih dari 375C dianggap
ada kelainan. Kecuali bagi klien setelah melahirkan suhu

badan 375C- 378C masih dianggap normal karena kelelahan. Keadaan nadi biasanya

mengikuti keadaan suhu, bila suhu naik, keadaan nadi akan bertambah pula dapat disebabkan karena
adanya perdarahan.

Pada klien yang akan bersalin / (sedang) bersalin pernafasannya agak pendek karena kelelahan,
kesakitan dan karena membesarnya perut, pernafasan normal antara 80 – 100 x / menit, kadang
meningkat menjadi normal kembali setelah persalinan, dan diperiksa tiap 4 jam.

B. Pemeriksaan Fisik

 Kepala dan leher

Terdapat adanya cloasma gravidarum, terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata,
konjungtiva kadang pucat, sklera kuning, hiperemis ataupun normal, hidung ada polip atau tidak,
karies pada gigi, stomatitis, atau pembesaran kelenjar.

 Dada

Terdapat adanya pembesaran pada payudara, adanya hiperpigmentasi areola dan papila mamae serta
ditemukan adanya kolustrum.

 Perut

Adanya pembesaran pada perut membujur, hiperpigmentasi linea alba/nigra, terdapat striae
gravidarum.

Palpasi: usia kehamilan aterm 3 jari bawah prosesus xypoideus, usia kehamilan prematur pertengahan
pusat dan prosesus xypoideus, punggung kiri / punggung kanan, letak kepala, sudah masuk PAP atau
belum. Adanya his yang makin lama makin sering dan kuat.

Auskultasi: ada / tidaknya DJJ,frekwensi antara 140 – 160 x / menit .


 Genitalia

Pengeluaran darah campur lendir ataupengeluaran air ketuban. Bila terdapat pengeluaran
mekonium yaitu feses yang dibentuk anak dalam kandungan, menandakan adannya kelainan letak anak.
Pemeriksaan dalam untuk mengetahui jauhnya dan kemajuan persalinan, keadaan serviks, panggul
serta keadaan jalan lahir

 Ekstremitas

Pemeriksaan oedema untuk melihat kelainan-kelainan karena membesarnya uterus, karena pre
eklamsia atau karena karena penyakit jantung / ginjal. Ada varices pada ekstremitas bagian bawah
karena adanya penekanan dan pembesaran uterus yang menekan vena abdomen

C. Diagnosa Keperawatan

1) Perubahan perfusi jaringan : peredaran darah ke plasenta, sekunder terhadap posisi ibu
selama proses persalinan.

2) Defisit volume cairan berhubungan dengan penurunan intake cairan.


3) Perubahan membran mukosa berhubungan dengan pernafasan mulut.

4) Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan pembatasan intake selama proses
persalinan.

5) Gangguan rasa nyaman (nyeri akut) berhubungan dengan kontraksi uterus .

2. MENOLONG PARTUS NORMAL

A. Pengertian : Membantu ibu yang melahirkan secara normal

B. Tujuan :

1. Membantu agar proses persalinan berjalan lancar

2. Mencegah terjadinya komplikasi saat melahirkan

C. persiapan alat dan bahan:

1. Satu set partus steril yang terdiri dari


 Handscoend 1 pasang

 1 klem ½ kocher

 1 gunting episiotomis

 Suction bayi

 2 arteri klem anatomis

 1 gunting tali pusat

 Lidi kapas/cotton bud

 Kasa seteril dan tampon seteril dalam tempatnya

 Kateter bunggi

 1 Spuit injeksi 3cc

 Jarum hecting

 Nald foulder

 1 pinset anatomis

 1 Gunting jarinan

2. Partus set lain terdiri dari:


 Korentang pada tempatnya

 Perlak

 Duk 4 persegi

 Ember pakaian kotor tertutup

 Nierbekken/bengkok

 Waslap

 Baskom

 Handuk

 Sampiran

 Masker dan barell skort (celemek)

 Gurita

 Duk/camelux

 Cawat/pakaian dalam

 Kasa seteril dan bampon steril dalam tromol tertutup

 Baju ganti

 Larutan lysol 0,5%


 Kapas savlon 1% kapas sublimat

 Jelly

 Benang hecting

 Gelas pengukur darah

 Obat-obatan : lidokain, uterotonika (cynton, metergin), betadine, yodium 2%

D. Persiapan Ibu :

1. Menjelaskan tujuan tindakan

2. Membimbing ibu dalam posisi meneran

3. Menyisihkan kain ibu

4. Membimbing ibu ibu meneran setiap kali his datang

E. Persiapan Penolong :

1. Penolong memakai masker

2. Penolong mencuci tangan

3. Mengunakan sarung tangan steril

4. Membimbing ibu untuk mengatur posisi yang tepat


5. Mengajari ibu melakukan tekni nafas dalam

Prosedur Tindakan

Kala I

i. Bantulah ibu dalam persalinan jika ia tampak gelisah, ketakutan dan kesakitan ;

1). Berilah dukungan dan yakinkan dirinya

2). Berilah informasi mengenai proses dan kemajuan persalinan

ii. Jika ibu tersebut tampak kesakitan, dukungan atau asuhan yang dapat diberikan :

1). Lakukan perubahan posisi

2). Posisi sesuai dengan keinginan ibu, tetapi jika ibu ingin ditempat tidur sebaiknya dianjurkan
tidur miring ke kiri

3). Sarankan ia untuk berjalan

4). Ajaklah orang yang menemaninya (suami atau ibunya) untuk memijat atau mengosok
punggungnya atau membasuh mukanya diatara kontraksi

5). Ibu diperbolehkan melakukan aktivitas sesuai dengan kesanggupannya

6). Ajarkan kepada ibu teknik bernapas : ibu diminta menarik napas panjang, menahan napasnya
sebentar kemudian dilepaskan dengan cara meniup udara keluar sewaktu terasa kontraksi

7). Jika diperlukan berikan petidin 1 mg/kg BB (tetapi jangan melebihi 100 mg) IM atau IV secara
perlahan atau morfin 0,1 mg/kg BB IM atau tramadol 50 mg/oral atau 100 mg suposutoria atau
metamizol 500 mg/oral

iii. Penolong tetap menjaga hak privasi ibu dalam persalinan, antara lain menggunakan penutup
atau tirai, tidak menghadirkan orang lain tanpa sepengetahuan dan seizin pasien atau ibu

iv. Menjelaskan kemajuan persalinan dan perubahan yang terjadi serta prosedur yang akan
dilaksanakan dan hasil-hasil pemeriksaann

v. Memperbolehkan ibu untuk mandi dan membasuh sekitar kemaluannya setelah buang air kecil
atau besar

vi. Ibu bersalin biasanya merasa panas dan banyak keringat, atasi dengan cara :

1). Gunakan kipas angin atau AC dalam kamar

2). Menggunakan kipas biasa

3). Menganjurkan ibu untuk mandi sebelumnya

vii. Untuk memenuhi kebutuhan energi dan mencegah dehidrasi, berikan cukup minum

viii. Sarankan ibu untuk berkemih sesering mungkin

ix. Lakukan pemantauan TTV, DJJ janin, kontraksi, pembukaan seerviks, penurunan

x. Lakukan pemeriksaan dalam setiap 4 jam selama kala I pada persalinan dan setelah selaput
ketuban pecah :

1). Pada setiap pemeriksaan dalam, catatlah hal-hal sebagai berikut :

a). Warna cairan amnion


b). Dilatasi serviks

c). Penurunan kepala

2). Jika serviks belum membuka pada pemeriksaan dalam pertama, mungkin diagnosis in partu
belum dapat ditegakkan

Jika terdapat kontraksi yang menetap, periksa ulang wanita tersebut setelah 4 jam untuk melihat
perubahan pada serviks. Pada tahap ini jika serviks terasa tipis dan terbuka maka wanita tersebut dalam
keadaan in partu, jika tidak terdapat perubahan diagnosisnya adalah persalinan palsu

b. Kala II

Persalinan kala II ditegakkan dengan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan suudah
lengkap atau kepala janin sudah sampai di vulva dengan diameter 5-6 cm.

i. Memberikan dukungan terus menerus kepada ibu dengan :

1). Mendegarkan ibu agar merasa nyaman

2). Menawarkan minum, mengipasi dan memijat ibu

ii. Menjaga kebersihan diri

1). Ibu tetap dijaga kebersihannya agar terhindar dari infeksi

2). Jika ada darah lendir atau cairan ketuban segera dibersihkan

iii. Mengipasi dan masase untuk menambah kenyamanan ibu

iv. Memberikan dukungan mental untuk mengurangi kecemasan atau ketakutan ibu, dengan cara :
1). Menjaga privasi ibu

2). Penjelasan tentang proses dan kemajuan persalinan

3). Penjelasan tentang prosedur yang akan dilakukan dan keterlibatan ibu

v. Mengatur posisi ibu. Dalam membimbing mengedan dalam posisi berikut :

1). Jokok

2). Menungging

3). Tidur miring

4). Setengah duduk

Posisi tegak ada kaitannya dengan berkurangnya rasa nyeri, mudah mengedan, kurangnya trauma
vagina dan perineum dan infeksi.

vi. Menjaga kandung kemih tetap kosong, ibu diajarkan berkemih sesering mungkin

vii. Memberikan cukup minum : memberi tenaga dan mencegah dehidrasi.

Ketika kepala bayi lahir, maka lakukan hal berikut :

a. Mintalah ibu mengedan atau memberikan sedikit dorongan saat kepala bayi lahir

b. Letakkan satu tangan ke kepala bayi agar defleksi tidak terlalu cepat

c. Menahan perineum dengan satu tangan lainnya jika diperlukan


d. Mengusap muka bayi untuk membersihkannya dari kotoran lendir atau darah

e. Periksa tali pusat :

1). Jika tali pusat mengelilingi leher bayi dan terlihat longgar, selipkan tali pusat melalui kepala bayi

2). Jika lilitan tali pusat terlalu ketat, tali pusat diklem pada dua tempat kemudian digunting
diantara kedua klem tersebut, sambil melindungi leher bayi.

Untuk kelahiran bayi dan anggota seluruhnya, maka :

a. Biarkan kepala bayi berputar dengan sendirinya

b. Tempatkan kedua tangan pada sis kepala dan leher bayi

c. Lakukan tarikan lembut ke bawah untuk melahirkan bahu depan

d. Lakukan tarikan lembut ke atas untuk melahirkan bahu belakang

e. Selipkan satu tangan anda ke bahu dan lengan bagian belakang abyi sambil menyangga kepala
dan selipkan satu tangan lainnya ke punggung bayi untuk mengeluarkan tubuh bayi seluruhnya

f. Letakkan bayi tersebut diatas perut ibunya

g. Secara menyeluruh keringkan bayi, bersihkan matanya dan nilai pernapasan bayi

Sebagian besar bayi mulai menangis atau bernapas secara spontan 30 detik setelah lahir, kemudian :

a. Klem atau potong tali pusat

b. Pastikan bahwa bayi tetap hangat dan memiliki kontak kulit dengan kulit dengan dada si ibu.
Bungkus bayi dengan kain yang halus dan kering. Tutup dengan selimut, dan pastikan kepala bayi
terlindung dengan baik untuk menghindari hilangnya panas tubuh

3. MANAJEMEN NYERI PERSALINAN

A. Massage

Massage adalah tindakan penekanan oleh tangan pada jaringan lunak, biasanya otot tendon atau
ligamen, tanpa menyebabkan pergeseran atau perubahan posisi sendi guna menurunkan nyeri,
menghasilkan relaksasi, dan/atau meningkatkan sirkulasi. Gerakan-gerakan dasar meliputi : gerakan
memutar yang dilakukan oleh telapak tangan, gerakan menekan dan mendorong ke depan dan ke
belakang menggunakan tenaga, menepuk- nepuk, memotong-motong, meremas-remas, dan gerakan
meliuk- liuk. Setiap gerakan menghasilkan tekanan, arah, kecepatan, posisi tangan dan gerakan yang
berbeda-beda untuk menghasilkan efek yang diinginkan pada jaringan yang dibawahnya (Henderson,
2006).

1) Metode Massage

Beberapa metode massage yang biasa digunakan untuk merangsang saraf yang berdiameter besar yaitu:

a. Metode Effluerage

Memperlakukan pasien dalam posisi setengah duduk, lalu letakkkan kedua tangan pada perut dan
secara bersamaan digerakkan melingkar kearah pusat simfisis atau

dapat juga menggunakan satu telapak tangan menggunakan gerakan melingkar atau
satu arah.

Ada dua cara dalam melakukan teknik effleurage, yaitu :

1) Secara perlahan sambil menekan dari area pubis atas sampai umbilikus dan keluar mengelilingi
abdomen bawah sampai area pubis, ditekan dengan lembut dan ringan dan tanpa tekanan yang
kuat, tapi usahakan ujung jari tidak lepas dari permukaan kulit. Pijatan dapat dilakukan beberapa kali,
saat memijat harus diperhatikan respon ibu apakah tekanan sudah tepat.

2) Pasien dalam posisi atau setengah duduk, lalu letakkan kedua telapak tangan. Pada perut dan secara
bersamaan digerakkan melingkar kearah pusat ke simpisis atau dapat juga menggunakan satu telapak
tangan dengan gerakan melingkar atau satu arah. Cara ini dapat dilakukan langsung oleh pasien
(Gadysa, 2009).

Gambar Metode massage Effleurage

b. Metode Deep Back Massage

Memperlakukan pasien berbaring miring, kemudian bidan atau keluarga pasien menekan daerah sacrum
secara mantap dengan telapak tangan, lepaskan dan tekan lagi, begitu seterusnya.

c. Metode Firm Counter Pressure

Memperlakukan pasien dalam kondisi duduk kemudian bidan atau keluarga pasien menekan
sacrum secara bergantian dengan tangan yang dikepalkan secara mantap dan beraturan.

d. Metode Abdominal Lifting


Memperlakukan pasien dengan cara membaringkan pasien pada posisi terlentang dengan posisi kepala
agak tinggi. Letakkan kedua telapak tangan pada pinggang belakang pasien, kemudian secara
bersamaan lakukan usapan yang berlawanan kearah puncak perut tanpa menekan kearah dalam,
kemudian ulangi lagi. Begitu seterusnya (Gadysa, 2009).

Metode massage abdominal lifting adalah dengan cara: membaringkan pasien pada

posisi terlentang dengan posisi kepala agak tinggi. Letakkan kedua telapak tangan pada pinggang
belakang pasien, kemudian secara bersamaan lakukan usapan yang berlawanan ke arah puncak perut
tanpa menekan ke arah dalam, kemudian ulangi lagi. Begitu seterusnya (Gadysa, 2009).

Gambar Metode massage Abdominal lifting

B. Relaksasi

Relaksasi adalah membebaskan pikiran dan beban dari ketegangan yang dengan sengaja diupayakakan
dan dipraktikkan. Kemampuan untuk relaksasi secara di- sengaja dan sadar dapat dimanfaatkan sebagai
pedoman mengurangi ketidak- nyamanan yang normal sehubungan dengan kehamilan.

Relaksasi sadar telah ditemukan berkaitan dengan penurunan tegangan otot dan menurunkan laju
metabolisme. Relaksasi sadar terhadap seluruh tubuh selama persalinan tampak meningkatkan
keefektifan kontraksi uterus. Ketika dikombinasikan dengan pernafasan, relaksasi dapat membantu ibu
bersalin mengatasi nyeri lebih efektif pada setiap kontraksi dan istirahat lebih penuh di antara kontraksi.

Rasa nyeri bersalin tidak selalu berarti ada sesuatu yang salah (seperti rasa sakit yang disebabkan oleh
cedera atau penyakit). Nyeri adalah bagian yang normal dari proses melahirkan. Biasanya, itu berarti
bayi dalam kandungan sedang mengikuti waktunya untuk dilahirkan. Mengetahui beberapa metode
mengatasi rasa sakit akan membantu ibu untuk tidak merasa begitu takut. Tidak hanya itu,
menggunakan beberapa keterampilan ini selama persalinan akan membantu ibu merasa lebih kuat.

[6/11 18:29] Sioni Togatorop: 1. APGAR SCORE

Merupakan alat untuk mengkaji kondisi bayi sesaat setelah lahir meliputi 5

variabel pernafasan,frekuensi jantung, warna, tonus otot dan iritabilitas refleks.Apgar

dilakukan pada :

a. 1 menit kelahiran yaitu untuk memberi kesempatan pada bayi untuk

memulai perubahan

b. Menit ke-5

c. Menit ke-10,penilaian dapat dilakukan lebih sering jika ada nilai yang

rendah dan perlu tindakan resusitasi. Penilaian menit ke- 10

memberikan indikasi morbiditas pada masa mendatang. Nilai yang

rendah berhubungan dengan kondisi neurologis.

Penilaian Apgar skor

1. Activity (tonus otot)


Nilai 0 : Lemah, tidak ada gerakan

Nilai 1 : Sedikit gerakan pada lengan dan kaki

Nilai 2 : Bergerak aktif

2. Pulse (detak jantung)

Nilai 0 : Tidak ada detak jantung

Nilai 1 : Kurang dari 100 kali per menit

Nilai 2 : Setidaknya 100 kali per menit

3. Grimace (refleks terhadap rangsangan)

Nilai 0 : Tidak ada respon terhadap rangsangan

Nilai 1 : Respon selama rangsangan

Nilai 2 : Merespon, batuk, bersin saat stimulasi saluran napas

4. Appearance (warna kulit)

Nilai 0 : Seluruh tubuh bayi kebiruan atau pucat

Nilai 1 : Warna bagus pada tubuh, dengan tangan atau kaki berwarna memar

Nilai 2 : Warna yang baik di keseluruhan tubuh

5. Respiration (usaha napas)


Nilai 0 : Tidak bernapas

Nilai 1 : Menangis lemah, nafas pelan atau tidak teratur

Nilai 2 : Menangis kuat, bernafas normal.

[6/11 18:30] Sioni Togatorop: Asfiksia ringan (apgar skor 7-10)

1) Bayi dibungkus dengan kain hangat.

2) Bersihkan jalan nafas dengan penghisap lendir pada hidung kemudian

mulut.

3) Bersihkan badan dan tali pusat4) Lakukan observasi tanda vital dan

apgar skor dan masukkan ke dalam inkubator.

Pada asfiksia ringan, tanda dan gejala yang sering muncul adalah

3) Rangsang pernafasan dengan menepuk telapak kaki apabila belum

bereaksi, bantu pernafasan dengan masker(sungkup)

4) Bila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis, berikan natrium

bikarbonat 7,5% sebanyak 6 ml. Dektrosan 40% sebanyak 4 ml disuntikan melalui

vena umbilikasi secara perlahan-lahan untuk mencegah tekanan Intra Cranial

meningkat.
Pada asfiksia sedang, tanda dan gejala yang muncul adalah

a. frekuensi jantung kurang dari 100 kali per menit

b. usaha nafas lambat

c. tonus otot biasanya dalam keadaan baik

d. bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan e. bayi

tampak sianosis

f. tidak terjadi kekurangan oksigen yang bermakna selama proses persalinan

c. Asfiksia berat (apgar skor 0-3)

1) Bersihkan jalan napas sambil pompa dengan sungkup.

2) Berikan oksigen 4-5 liter/menit.

3) Bila tidak berhasil lakukan ondotrakeal tube (ETT).

4) Bersihkan jalan napas melalui ETT

Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami asidosis, sehingga memerlukan

perbaikan dan resusitasi aktif dengan segera. Tanda dan gejala pada asfiksia berat

adalah

a. frekuensi jantung kurang dari 100 kali per menit


b. tidak ada usaha nafas

c. tonus otot lemah bahkan tidak ada memberikan reaksi jika diberikan

rangsangan

d. bayi tampak pucat

e. terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau sesudah persalinan.

[6/11 18:31] Sioni Togatorop: KALA III / MELAHIRKAN PLASENTA

Pengertian

Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya

plasenta dan selaput ketuban. Pemisahan plasenta biasanya terjadi dalam

beberapa menit setelah melahirkan. Setelah plasenta terpisah dari dinding

rahim, rahim terus kontraksi sampai plasenta dikeluarkan. Proses ini

biasanya memerlukan waktu 5 sampai 20 menit pasca melahirkan bayi dan

terjadi secara spontan.

Kala III (kala uri)

a. Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya

plasenta.
b. Kontraksi dengan amplitudo sama dengan kala I dan II

c. Terjadi penciutan permukaan kavum uteri (tempat implantasi plasenta)

Pelepasan plasenta

a. Menurut Matthew Duncan : dimulai dari pinggir plasenta (margina)

b. Menurut Schutze : dimulai dari tengah

c. Kombinasi keduanya

Cara Menguji

a. Perasat Kustner

Tangan kanan : tali pusat, tangan kiri → fundus uteri taki pusat masuk kembali →

belum lepas, tetap/tidak masuk → lepas

b. Perasat Klein

[6/11 18:31] Sioni Togatorop: Ibu dimnta mengedan → tali pusat turun kebawah, berhenti mengedan →
tali pusat

tetap → lepas tali pusat mesuk kembali → belum lepas

c. Peerasat Strassinan

Tangan kanan → menarik sedikit tali pusat tangan kiri → mengetok-ngetok fundus

uteri terasa getaran : belum lepas


Pelepasan plasenta

a. Perubahan entuk uterus dan TFU

Setelah bayi dilahirkan dan sebelum meomitrium menyesuaikan dengan perubahan

ukuran rongga uterus, uterus berada dalam bentuk diskoid dan TFU berada dibawah

umbilikus.

Setalah uterus berkontraksi dan plasenta didorong kebawah, bentuk uterus menjadi

globular dan TFU menjadi diatas pusat ( sering kali mengarah kesisi kanan ). Biasanya

plasenta lepas dalam 15 – 30 menit, dapat ditunggu sampai 1 jam.

b. Tali pusat memanjang

Semburan darah yamg tiba – tiba yang diikuti dengan memanjangnya tali pusat

keluar vagina menandakan kelepasan plasenta dari dinding uterus.

c. Semburan darah tiba – tiba

Darah yang terkumpul dibelakang plasenta akan membantu mendorong plasenta

keluar bersama bantuan dari gravitasi. Semburan darah yang tiba – tiba menandakan

bahwa kantung yang terjadi retroplasenta telah robek ketika plasenta memisah.

Hal-Hal yang perlu diperhatikan


a. Perdarahan

b. Kelengkapan plasenta

c. Ada tidaknya plasenta suksenturiata

d. Kontraksi rahim, lakukan massage ringan pada korpus uteri

e. Pengosongan kandung kemih >> mencegah atonia uteri

f. Pemberian uterotunika bila perlu

g. Observasi ruptur perineium atau luka episiotomi yang ada >> hecting

Tertinggalnya sebagian jaringan plasenta

a. Perdarahan peurperium berkepanjangan

b. Bahaya infeksi

c. Polip plasenta

d. Degenerasi gana >> kuriokarsinoma

MEMERIKSA KELENGKAPAN PLASENTA

1) Kaji TTV (TD, nadi, pernafasan, nadi),

2) kaji waktu pengeluaran plasenta,

3) kondisi selaput amnion,


4) kotiledon lengkap atau tidak.

[6/11 18:31] Sioni Togatorop: Kaji kontraksi/HIS,

6) kaji perilaku terhadap nyeri,

7) skala nyeri,

8) tingkat kelelahan,

9) keinginan untuk bonding attachment

GAMBAR 2 Kelengkapan Plasenta

3. KALA IV ( PENGAWASAN /PENCEGAHAN PERDARAHAN

Persalinan kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam

setelahnya.

Adaptasi psikologis

1) Klien berfokus pada bayi.

2) Klien mulai memiliki peran sebagai ibu.

3) Aktivitas primer yaitu mempromosikan bonding ibu dan bayi .

Pengkajian kala IV, dikaji selama 2 jam setelah plasenta lahir. Pada satu jam pertama,

ibu dimonitoring setiap 15 menit sekali, dan jam kedua ibu dimonitoring setiap 30
menit. Adapun yang dimonitoring adalah, tekanan darah, nadi, kontraksi, kondisi

vesika urinaria, jumlah perdarahan per vagina, intake cairan.

Kala IV adalah kala pemulihan masa yang kritis ibu dan anaknya, bukan hanya

proses pemulihan secara fisisk setelah melahirkan tetapi juga mengawali hubungan yang

baru selama satu sampai dua jam. Pada kala IV ibu masih membutuhkan pengawasan

yang intensive karena perdarahan dapat terjadi, misalnya karena atonia uteri, robekan

[6/11 18:32] Sioni Togatorop: pada serviks dan perineum. Rata-rata jumlah perdarahan normal adalah
100 – 300 cc,

bila perdarahan diatas 500 cc maka dianggap patologi. Perlu diingat ibu tidak boleh

ditinggalkan sendiri dan belum boleh dipindahkan ke kamarnya.

Hal – hal yang harus diperhatikan

a. Kontraksi uterus harus baik

b. Tidak ada perdarahan pervagina atau alat genetalia lain

c. Plasenta dan selaput ketuban harus telah lahir lengkap

d. Kandung kemih harus kosong

e. Luka perineum terawat baik, tidak ada hematoma

f. Bayi dalam keadaan baik


g. Ibu dalam keadaan baik[6/11 18:29] Sioni Togatorop: 1. APGAR SCORE

Merupakan alat untuk mengkaji kondisi bayi sesaat setelah lahir meliputi 5

variabel pernafasan,frekuensi jantung, warna, tonus otot dan iritabilitas refleks.Apgar

dilakukan pada :

a. 1 menit kelahiran yaitu untuk memberi kesempatan pada bayi untuk

memulai perubahan

b. Menit ke-5

c. Menit ke-10,penilaian dapat dilakukan lebih sering jika ada nilai yang

rendah dan perlu tindakan resusitasi. Penilaian menit ke- 10

memberikan indikasi morbiditas pada masa mendatang. Nilai yang

rendah berhubungan dengan kondisi neurologis.

Penilaian Apgar skor

1. Activity (tonus otot)

Nilai 0 : Lemah, tidak ada gerakan

Nilai 1 : Sedikit gerakan pada lengan dan kaki

Nilai 2 : Bergerak aktif


2. Pulse (detak jantung)

Nilai 0 : Tidak ada detak jantung

Nilai 1 : Kurang dari 100 kali per menit

Nilai 2 : Setidaknya 100 kali per menit

3. Grimace (refleks terhadap rangsangan)

Nilai 0 : Tidak ada respon terhadap rangsangan

Nilai 1 : Respon selama rangsangan

Nilai 2 : Merespon, batuk, bersin saat stimulasi saluran napas

4. Appearance (warna kulit)

Nilai 0 : Seluruh tubuh bayi kebiruan atau pucat

Nilai 1 : Warna bagus pada tubuh, dengan tangan atau kaki berwarna memar

Nilai 2 : Warna yang baik di keseluruhan tubuh

5. Respiration (usaha napas)

Nilai 0 : Tidak bernapas

Nilai 1 : Menangis lemah, nafas pelan atau tidak teratur

Nilai 2 : Menangis kuat, bernafas normal.


[6/11 18:30] Sioni Togatorop: Asfiksia ringan (apgar skor 7-10)

1) Bayi dibungkus dengan kain hangat.

2) Bersihkan jalan nafas dengan penghisap lendir pada hidung kemudian

mulut.

3) Bersihkan badan dan tali pusat4) Lakukan observasi tanda vital dan

apgar skor dan masukkan ke dalam inkubator.

Pada asfiksia ringan, tanda dan gejala yang sering muncul adalah

3) Rangsang pernafasan dengan menepuk telapak kaki apabila belum

bereaksi, bantu pernafasan dengan masker(sungkup)

4) Bila bayi sudah mulai bernapas tetapi masih sianosis, berikan natrium

bikarbonat 7,5% sebanyak 6 ml. Dektrosan 40% sebanyak 4 ml disuntikan melalui

vena umbilikasi secara perlahan-lahan untuk mencegah tekanan Intra Cranial

meningkat.

Pada asfiksia sedang, tanda dan gejala yang muncul adalah

a. frekuensi jantung kurang dari 100 kali per menit

b. usaha nafas lambat


c. tonus otot biasanya dalam keadaan baik

d. bayi masih bisa bereaksi terhadap rangsangan yang diberikan e. bayi

tampak sianosis

f. tidak terjadi kekurangan oksigen yang bermakna selama proses persalinan

c. Asfiksia berat (apgar skor 0-3)

1) Bersihkan jalan napas sambil pompa dengan sungkup.

2) Berikan oksigen 4-5 liter/menit.

3) Bila tidak berhasil lakukan ondotrakeal tube (ETT).

4) Bersihkan jalan napas melalui ETT

Pada kasus asfiksia berat, bayi akan mengalami asidosis, sehingga memerlukan

perbaikan dan resusitasi aktif dengan segera. Tanda dan gejala pada asfiksia berat

adalah

a. frekuensi jantung kurang dari 100 kali per menit

b. tidak ada usaha nafas

c. tonus otot lemah bahkan tidak ada memberikan reaksi jika diberikan

rangsangan
d. bayi tampak pucat

e. terjadi kekurangan oksigen yang berlanjut sebelum atau sesudah persalinan.

[6/11 18:31] Sioni Togatorop: KALA III / MELAHIRKAN PLASENTA

Pengertian

Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya

plasenta dan selaput ketuban. Pemisahan plasenta biasanya terjadi dalam

beberapa menit setelah melahirkan. Setelah plasenta terpisah dari dinding

rahim, rahim terus kontraksi sampai plasenta dikeluarkan. Proses ini

biasanya memerlukan waktu 5 sampai 20 menit pasca melahirkan bayi dan

terjadi secara spontan.

Kala III (kala uri)

a. Persalinan kala III dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya

plasenta.

b. Kontraksi dengan amplitudo sama dengan kala I dan II

c. Terjadi penciutan permukaan kavum uteri (tempat implantasi plasenta)

Pelepasan plasenta
a. Menurut Matthew Duncan : dimulai dari pinggir plasenta (margina)

b. Menurut Schutze : dimulai dari tengah

c. Kombinasi keduanya

Cara Menguji

a. Perasat Kustner

Tangan kanan : tali pusat, tangan kiri → fundus uteri taki pusat masuk kembali →

belum lepas, tetap/tidak masuk → lepas

b. Perasat Klein

[6/11 18:31] Sioni Togatorop: Ibu dimnta mengedan → tali pusat turun kebawah, berhenti mengedan →
tali pusat

tetap → lepas tali pusat mesuk kembali → belum lepas

c. Peerasat Strassinan

Tangan kanan → menarik sedikit tali pusat tangan kiri → mengetok-ngetok fundus

uteri terasa getaran : belum lepas

Pelepasan plasenta

a. Perubahan entuk uterus dan TFU

Setelah bayi dilahirkan dan sebelum meomitrium menyesuaikan dengan perubahan


ukuran rongga uterus, uterus berada dalam bentuk diskoid dan TFU berada dibawah

umbilikus.

Setalah uterus berkontraksi dan plasenta didorong kebawah, bentuk uterus menjadi

globular dan TFU menjadi diatas pusat ( sering kali mengarah kesisi kanan ). Biasanya

plasenta lepas dalam 15 – 30 menit, dapat ditunggu sampai 1 jam.

b. Tali pusat memanjang

Semburan darah yamg tiba – tiba yang diikuti dengan memanjangnya tali pusat

keluar vagina menandakan kelepasan plasenta dari dinding uterus.

c. Semburan darah tiba – tiba

Darah yang terkumpul dibelakang plasenta akan membantu mendorong plasenta

keluar bersama bantuan dari gravitasi. Semburan darah yang tiba – tiba menandakan

bahwa kantung yang terjadi retroplasenta telah robek ketika plasenta memisah.

Hal-Hal yang perlu diperhatikan

a. Perdarahan

b. Kelengkapan plasenta

c. Ada tidaknya plasenta suksenturiata


d. Kontraksi rahim, lakukan massage ringan pada korpus uteri

e. Pengosongan kandung kemih >> mencegah atonia uteri

f. Pemberian uterotunika bila perlu

g. Observasi ruptur perineium atau luka episiotomi yang ada >> hecting

Tertinggalnya sebagian jaringan plasenta

a. Perdarahan peurperium berkepanjangan

b. Bahaya infeksi

c. Polip plasenta

d. Degenerasi gana >> kuriokarsinoma

MEMERIKSA KELENGKAPAN PLASENTA

1) Kaji TTV (TD, nadi, pernafasan, nadi),

2) kaji waktu pengeluaran plasenta,

3) kondisi selaput amnion,

4) kotiledon lengkap atau tidak.

[6/11 18:31] Sioni Togatorop: Kaji kontraksi/HIS,

6) kaji perilaku terhadap nyeri,


7) skala nyeri,

8) tingkat kelelahan,

9) keinginan untuk bonding attachment

GAMBAR 2 Kelengkapan Plasenta

3. KALA IV ( PENGAWASAN /PENCEGAHAN PERDARAHAN

Persalinan kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam

setelahnya.

Adaptasi psikologis

1) Klien berfokus pada bayi.

2) Klien mulai memiliki peran sebagai ibu.

3) Aktivitas primer yaitu mempromosikan bonding ibu dan bayi .

Pengkajian kala IV, dikaji selama 2 jam setelah plasenta lahir. Pada satu jam pertama,

ibu dimonitoring setiap 15 menit sekali, dan jam kedua ibu dimonitoring setiap 30

menit. Adapun yang dimonitoring adalah, tekanan darah, nadi, kontraksi, kondisi

vesika urinaria, jumlah perdarahan per vagina, intake cairan.

Kala IV adalah kala pemulihan masa yang kritis ibu dan anaknya, bukan hanya
proses pemulihan secara fisisk setelah melahirkan tetapi juga mengawali hubungan yang

baru selama satu sampai dua jam. Pada kala IV ibu masih membutuhkan pengawasan

yang intensive karena perdarahan dapat terjadi, misalnya karena atonia uteri, robekan

[6/11 18:32] Sioni Togatorop: pada serviks dan perineum. Rata-rata jumlah perdarahan normal adalah
100 – 300 cc,

bila perdarahan diatas 500 cc maka dianggap patologi. Perlu diingat ibu tidak boleh

ditinggalkan sendiri dan belum boleh dipindahkan ke kamarnya.

Hal – hal yang harus diperhatikan

a. Kontraksi uterus harus baik

b. Tidak ada perdarahan pervagina atau alat genetalia lain

c. Plasenta dan selaput ketuban harus telah lahir lengkap

d. Kandung kemih harus kosong

e. Luka perineum terawat baik, tidak ada hematoma

f. Bayi dalam keadaan baik

g. Ibu dalam keadaan baik

Bonding dan Attachment Behaviors

Bonding dan Attachment dipengaruhi oleh waktu, kedekatan orangtua dan bayi, apakah kehamilan
direncanakan/diinginkan dan kemampuan orang tua untuk memproses melalui tugas–tugas
perkembangan yang diperlukan orangtua.
Faktor–faktor lain yang mempengaruhi ikatan dan perilaku attachment adalah: dasar

pengetahuan dari pasangan, pengalaman masa lalu dengan anak–anak, kematangan dan tingkat
pendidikan dari pasangan, dukungan diperpanjang, harapan ibu/ayah dari kehamilan ini, harapan
ibu/ayah dari bayi dan harapan budaya.

A. Faktor Risiko Bonding dan/atau Attachment Tertunda:

1) Penyakit ibu selama kehamilan dan/atau periode postpartum dapat mengganggu kemampuan untuk
berinteraksi ibu dengan bayi.

2) Penyakit neonatal seperti prematuritas yang mengharuskan pemisahan bayi dan orang

tua.

3) Proses persalinan yang berkepanjangan atau rumit dan kelahiran yang mengarah ke kelelahan
untuk kedua wanita dan pasangannya.

4) Kelelahan selama periode postpartum berhubungan dengan kurangnya istirahat dan tidur.

5) Ketidaknyamanan fisik yang dialami oleh ibu setelah melahirkan.

6) Ibu dalam usia perkembangan seperti remaja.

7) Stres yang tidak berhubungan dengan kehamilan atau persalinan (misalnya, keprihatinan dengan
keuangan, sistem dukungan sosial yang buruk, atau perlu kembali bekerja segera
setelah melahirkan.

B. Tindakan keperawatan:

1) Meninjau catatan prenatal dan faktor risiko.

2) Kaji faktor risiko yang akan menunda ikatan dan keterikatan.

3) Pantau orang tua yang beresiko memulai intervensi awal untuk mempromosikan ikatan dan
keterikatan.

4) Menilai untuk ikatan dan keterikatan dengan pengamatan interaksi orangtua–bayi.

5) Temuan penilaian yang diharapkan untuk orang tua adalah:

a) memegang erat bayi,


b) memberi bayi dengan nama atau jenis kelamin yang tepat,

c) merespon kebutuhan bayi,

d) berbicara positif tentang bayi,

e) muncul tertarik untuk belajar tentang bayi,

f) mengajukan pertanyaan yang tepat tentang perawatan bayi,

g) trampil nyaman memegang dan merawat bayi.

PEMERIKSAAN FISIK NIFAS

Pemeriksaan Fisik Ibu Nifas

Pemeriksaan fisik merupakan salah satu cara mengetahui gejala atau masalah kesehatan yang dialami
oleh ibu nifas dengan mengumpulkan data objektif dilakukan pemeriksaan terhadap pasien.
Pemeriksaan fisik ibu post partum sangat penting dilakukan untuk dapat mendeteksi keadaan ibu
apakah normal ataukah terdapat abnormalitas yang disebabkan oleh proses persalinan.

B. Langkah – langkah Pemeriksaan Fisik

1. Pengkajian Data Fisik (Pengumpulan Data)

Pengkajian data adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi pasien dan
merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang jelas dan akurat.

Anamnesa dapat dilakukan melalui dua cara yaitu:

i. Auto Anamnesa

Merupakan anamnesa yang dilakukan kepada pasien secara langsung. Jadi data yang diperoleh adalah
data primer karena langsung dari sumbernya.

ii. Allo Anamnesa

Merupakan anamnesa yang dilakukan kepada keluarga pasien untuk memperoleh data tentang pasien.

Pengumpulan data ada dua jenis :

1) Data Subjektif

Untuk memperoleh data subjektif dapat dilkukan dengan cara anamnesa yaitu informasi yang kita
dapatkan bisa langsung dari pasien atau juga bisa dari orang-orang terdekat klien.

Data subjektif ini mencakup :


1. Identitas/Biodata

Nama : ………….. Nama suami : …………………

Umur : ……………. Umur : …………………

Suku/Bangsa : ………….. Suku/Bangsa : …………………

Agama : ………….. Agama : …………………

Pendidikan : ….……….. Pendidikan : …………………

Pekerjaan : ………….. Pekerjaan :………………… Alamat kantor : ………….. Alamat Kantor : …………………

No. Telp : ………….. No. Telp : …………………

Alamat rumah : …………………………………

No. Telp : …………………………………

2. Keluhan utama

Yang dikaji adalah apakah ibu ada merasakan keluhan pada masa nifas.

3. Riwayat kesehatan

Yang dikaji adalah :

1. Riwayat kesehatan yang lalu.

2. Riwayat kesehatan sekarang.

3. Riwayat kesehatan keluarga.

4. Riwayat Perkawinan Yang dikaji adalah menikah sejak umur berapa,lama perkawinan, berapa kali
menikah, status pernikahan (karena status pernikahan sangat mempengaruhui psikologis ibu yang
berhubungan dengan masa nifas.

5. Riwayat obstetric

a. Riwayat Kehamilan,persalinan dan nifas yang lalu : Berapa kali ibu hamil, penolong persalianan,
dimana ia melahirkan, cara persalinan, jumlah anak, apakah pernah abortus dan keadaan nifas yang lalu.

b. Riwayat persalinan sekarang : Tanggal persalinan, jenis persalinan, lama persalinan, jenis kelamin
anak, keadaan bayi. Hal ini sangat penting dikaji untuk mengetahui apakah proses persalinan mengalami
kelainan atau tidak dan ini dapat berpengaruh pada masa nifas.

6. Riwayat KB
Untuk mengetahui apakah klien pernah ikut KB dengan jenis kontrasepsi apa,berapa lama ibu
menggunakan kontrasepsi tersebut,apakah ibu mengalami keluhan dan masalah dalam penggunaan
kontrasepsi tersebut dan setelah masa nifas ini akan memakai kontrasepsi apa.

7. Kehidupan social budaya

Untuk mengetahui klien dan keluarganya yang menganut adat istiadat tertentu dengan budaya yang
akan menguntungkan atau merugikan ibu dalam masa nifas. Hal penting yang biasanya mereka anut
kaitannya dengan masa nifas adalah menu makan ibu nifas ,misalnya ibu nifas harus pantang makanan
yang berasal dari daging,ikan,telur dan goreng-gorengan karena dipercaya akan menghambat
pnyembuhan luka persalinan dan makan ini akan membuat ASI menjadi lebih amis. Adat ini sangat
merugikan sekali bagi ibu nifas karena justru pemulihan kesehatannya akan terhambat. Dengan
banyaknya jenis makanan yang ia pantang maka akan mengurangi juga nafsu makannya sehingga
asupan makanan yang seharusnya lebih banyak dari biasanya malah semakin berkurang. Produksi ASI
juga akan semakin berkurang karena volume ASI sangat dipengaruhi oleh asupan nutrisi yang kualitas
dan kuantitasnya cukup baik.

8. Data psikososial

Untuk mengetahui respon ibu dan keluarganya terhadap bayinya

a) Respon keluarga terhadap ibu dan bayinya

Yang dikaji adalah bagaimana respon keluarga terhadap ibu dan bayinya. Pengkajian respon keluarga
terhadap ibu adalah untuk kenyamanan psikologis ibu.Adanya respon positif dari keluarga terhadap
kelahiran bayi akan mempercepat proses adaptasi ibu menerima perannya.Dalam mengkaji data ini
bidan dapat menanyakan langsung kepada pasien dan keluarga.Eksprei wajah yang mereka tampilkan
juga dapat memberikan petunjuk kepada bidan tentang bagaimana respon mereks terhadap kelahian
ini.

b) Respon ibu terhadap dirinya sendiri

Yang dikaji adalah bagaimana respon ibu terhadap dirinya sendiri,setelah ibu menjalani proses
persalinan.apakah ibu telah siap untuk menerima perannya menjadi seorang ibu yang siap untu
merawat dirinya.

c) Respon ibu terhadap bayinya

Dalam mengkaji data ini bidan dapat menanyakan langsung kepada pasien mengenai bagaimana
perasaannya terhadap kelahiran dari bayinya.Apakah ibu merasa senang atau tidak atas kelahiran dari
bayinya.

9. Data pengetahuan

Untuk mengetahui seberapa jauh pengetahuan ibu tentang perawatan setelah melahirkan.
10. Pola pemenuhan kebutuhan sehari-hari antara lain

1. Nutrisi dan cairan

2. Personal hygiene

3. Eliminasi

4. Istirahat

5. Seksual

6. Aktifitas.

2. Data Objektif

Dalam menghadapi klien dalam masa nifas ini,Bidan harus mengumpulkan data untuk memastikan
apakah klien dalam keadaan normal atau tidak.

Bagian dari pengkajian data objektif yaitu :

1) Keadaan Umum Ibu

Observasi tingkat energy dan keadaan emosi ibu.

2) Tanda-tanda vital

a. Tekanan darah

Tekanan darah normal yaitu < 140/90 mmHg. Tekanan darah tersebut bisa meningkat dari pra
persalinan pada 1-3 hari pos partum..Setelah persalinan sebagian besar wanita mengalami peningkatan
tekananan darah sementara waktu.Keadaan ini akan kembali normal selama beberapa hari.Bila tekanan
darah menjadi rendah menunjukkan adanya perdarahan post partum. Sebaliknya bila tekanan darah
tinggi,merupakan petunjuk kemungkinan adanya pre-eklampsi yang bisa timbul pada masa nifas.Namun
hal ini seperti itu jarang terjadi.

b. Suhu

Suhu tubuh normal yaitu kurang dari 38°C. Pada hari ke 4 setelah persalinan suhu ibu bisa naik sedikit
kemungkinan disebabkan dari aktivitas payudara.Bila kenaikan mencapai lebih dari 38 C pada hari kedua
sampai hari-hari berikutnya, harus diwaspadai adanya infeksi atau sepsis nifas.

c. Nadi

Nadi normal pada ibu nifas adalah 60-100. Denyut Nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60 x/menit
yakni pada waktu habis persalinan karena ibu dalam keadaan istiraha penuh. Ini terjadi utamanya pada
minggu pertama post partum.Pada ibu yang nervus nadinya bisa cepat, kira-kira 110x/mnt.Bisa juga
terjadi gejala shock karena infeksi khususnya bila disertai peningkatan suhu tubuh.
d. Pernafasan

Pernafasan normal yaitu 20-30 x/menit.Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan normal.Mengapa
demikian, tidak lain karena ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi istirahat.Bila ada respirasi
cepat pospartum (> 30 x/mnt) mungkin karena adanya ikutan dari tanda-tanda syok.

3) Payudara

Dalam melakukan pengkajian apakah terdapat benjolan,pembesaran kelenjar,dan bagaimanakah


keadaan putting susu ibu apakah menonjol atau tidak,apakah payudara ibu ada bernanah atau tidak.

4) Uterus

1. Periksa tinggi fundus uteri apakah sesuai dengan involusi uteri

2. Apakah kontraksi uterus baik atau tidak

3. Apakah konsistensinya lunak atau keras

4. Apabila uterus awalnya berkontraksi dengan baik maka pada saat palpasi tidak akan tampak
peningkatan aliran pengeluaran lochea.Bila sebelumnya kontraksi uterus tidak baik dan konsistensinya
lunak,palpasi akan menyebabkan kontraksi yang akan mengeluarkan bekuan darah yang
terakumulasi,aliran ini pada keadaan yang normal akan berkurang dan uterus menjadi keras

5. Diastasis Rectie

Kita melakukan pemerikasaan diastasis rectie yaitu tujuannya adalah untuk mengetahui apakah
pelebaran otot perut normal atau tidak caranya yaitu dengan memasukkan kedua jari kita yaitu jari
telunjuk dan jari tengah ke bagian dari diafragma dari perut ibu.Jika jari kita masuk dua jari berarti
diastasis rectie ibu normal.Jika lebih dari dua jai berarti abnormal.Cara penanganan diastasis rectie
adalah dengan operasi ringan (tometock)

5) Kandung Kemih

Jika kandung kemih ibu penuh,maka bantu ibu untuk mengosongkan kandung kemihnya dan anjurkan
ibu agar tidak menahan apabila terasa BAK.Jika ibu tidak dapat berkemih dalam 6 jam post
partum,bantu ibu dengan cara menyiramkan air hangat dan bersih ke vulva dan perineum ibu.Bila
berbagai cara telah dilakukan namun ibu tetap tidak bisa berkemih,maka mungkin perlu dilakukan
pemasangan kateterisasi.Setelah kandung kemih dikosongkan,maka lakukan massase pada fundus agar
uterus berkontraksi dengan baik.

6) Ekstremitas Bawah

Pada pemeriksaan kaki apakah ada: Varises, oedema, Reflek patella, nyeri tekan atau panas pada
betis.Adanya tanda Homan, caranya dengan meletakkan 1 tangan pada lutut ibu dan di lakukan tekanan
ringan agar lutut tetap lurus. Bila ibu merasakan nyeri pada betis dengan tindakan tersebut, tanda
Homan (+).
7) Genitalia

• Periksa pengeluaran lochea, warna, bau dan jumlahnya

• Hematom vulva (gumpalan darah)

• Gejala yang paling jelas dan dapat diidentifikasi dengan inspeksi vagina dan serviks dengan cermat

• Lihat kebersihan pada genitalia ibu

• Ibu harus selalu menjaga kebersihan pada alat genitalianya karna pada maa nifas ini ibu sangat mudah
sekali untuk terkena infeksi

8) Perineum

Pada pemeriksaan perineum sebaiknya ibu dalam posisi dengan kedua tungkai dilebarkan.saat
melakukan pemeriksaan perineum periksalah:

• Jahitan laserasinya

Sebelum melakukan pemeriksaan jahitan laserasinya,terlebih dahulu bersihkan pada bagian jahitan
laserasi dengan kasa yang dikasih betadine supaya jahitan terlihat tampak lebih jelas.

• Oedema atau tidak

• Hemoroid pada anus

• Hematoma (Pembengkakan jaringan yang isinya darah)

9) Lochea

Mengalami perubuhan karena proses involusi yaitu lochea rubra,serosa dan alba.

2. Pengkajian Psikologis Pada Ibu Nifas

Pada saat masa nifas ini,wanita banyak mengalami perubahan emosional/ psikologis, sementara itu ibu
harus bisa menyesuaikan dirinya menjadi seorang ibu.Penyebab salah satu dari perubahan emosional
ibu adalah karna perubahan hormonal yang cepat dan emosi yang labil yang disebabkan oleh
ketidaknyamanan fisik ibu seperti karna jahitan atau kurang ibu kurang tidur.

Adapun factor penyebab yang paling mempengaruhi perubahan emosi dan psikososial ibu adalah

• Kekecewaan emosional

• Rasa sakit pada tahap nifas awal

• Kecemasan ibu dalam memberikan perawatan kepada bayinya

• Ketakutan akan penampilan dari dirinya yang tidak menarik lagi bagi suami
3. Persiapan Pemeriksaan Fisik Ibu Nifas

1) Persiapan alat dan bahan

Ada beberapa hal yang perlu di persiapkan sebelum melakukan pemeriksaan fisik ibu nifas:

1. Baki beralas, berisi:

• Tensimeter

• Stetoskop

• Termometer

• Jam tangan

• Buku catatan dan alat tulis

2. Kapas DTT dalam kom

3. Bak instrumen berisi hands scoen

4. Larutan klorin 0,5%

5. Air bersih dalam waskom

6. Kain, pembalut dan pakaian dalam ibu yang bersih

2) Langkah Pemeriksaan Fisik Pada Ibu Nifas

A. Pemeriksaan Psikososial Ibu

1. Menyambut ibu dan Memperkenalkan diri, serta menjelaskan tujuan pemeriksaan

2. Menanyakan keluhan dan apa yang dirasakan ibu

3. Menanyakan keluhan-keluhan ibu atau pertanyaan yang ingin diketahui

4. Menanyakan tentang riwayat persalinannya :

• Siapa yang menolong ibu tersebut saat persalinan

• Dimana ia melahirkan

• Apakah ada komplikasi selama kehamilan, persalinan dan sesudah bersalin

• Jenis persalinan (spontan, vacuum, section cesarea)

• Robekan jalan lahir


5. Menanyakan tentang makan dan minum ibu

6. Menanyakan tentang istirahat ibu

7. Menanyakan tentang pemberian ASI yaitu frekuensi dan lamanya.

B. Keadaan Umum Ibu

1) Observasi tingkat energi dan keadaan emosi ibu pada waktu kunjungan.

2) Jelaskan kepada ibu tentang pemeriksaan yang akan di lakukan.

3) Cuci tangan dengan sabun dan air mengalir dengan lembut dan sempurna kemudian keringkan
dengan handuk yang bersih.

4) Periksaa Tanda-Tanda Vital

• Tekanan DaraH

• Nadi

• Suhu

• Pernafasan

5) Melakukan pemeriksaan payudara :

• Ibu tidur terlentang dengan lengan kiri diatas kepala, secara sistematis lakukan perabaan/raba
payudara sampai axila bagian kiri, perhatikan apakah ada benjolan, pembesaran kelenjar,

• Kemudian ulangi prosedur yang sama pada payudara sampai axial bagian kanan

• Inspeksi putting susu apakah menonjol,datar,terbenam atau ada nanah

6) Melakukan pemeriksaan abdomen

• Lihat apakah ada luka bekas operasi

• Palapasi untuk menilai Tinggi fundus uteri,kontaksi dan konsistensi uterus

• Palpasi untuk menentukan distasis rectie

7) Melakukan pemeriksaan Kandung kemih

Pemeriksaan kandung kemih kita palpasi di suprapubis, kandung kemih harus dikosongkang. Karena
kalau kandung kemih tidak dikosongkan maka tidak ada kontraksi sehingga bisa menyebabkan
terjadinya perdarahan.

8) Melakukan pemeriksaan pada kaki


• Apakah ada varises

• Ada warna kemerahan pada betis

• Pada tulang kering kaki untuk melihat apakah ada odema

• Lakukan pemeriksaan(metode Homan) kedua kaki diluruskan,lakukan dorongan pada telapak kaki
untuk melihat adanya nyeri betis

• Kemudian tekukkan kaki secara bergantian ke arah perut untuk menilai adanya nyeri pada pangkal
paha

9) Melakukan pemeriksaan Genetalia/perineum

• Beritahu ibu tentang prosedur pemeriksaan

• Membantu ibu mengatur posisi untuk pemeriksaan perineum

• Mengenakan sarung tangan pemeriksaan yang perineum

• Memeriksa perineum,pemeriksaan perineum 6 jam yaitu ibu dalam posisi dorsal


recumbent,perhatikan warna, bau lokhea, konsistensi, hematom vulva dan kebersihan

• Lakukan vulva Hygiene,perhatikan perdarahan dan sumber darah (menilai luka laserasi atau jahitan
perineum)

10) Meletakkan sarung tangan pada tempat yang telah disediakan atau larutan chlorine 0,5

11) Memberitahukan kepada ibu hasil pemeriksaan

12) Mendokumentasikan hasil pemeriksaan

Anda mungkin juga menyukai