Anda di halaman 1dari 10

CONTOH PRESEPTORSHIP DAN MENTORSHIP DALAM

MANAJEMEN KEBIDANAN

OLEH

SUMI RAHAYU
1801032199
KELAS B EKSTENSI

DOSEN : NURRAHMATON, SST,M.Kes

PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN


FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2019
1. PENGERTIAN PRESEPTORSHIP, TUGAS DAN PERAN SERTA

TANGGUNG JAWAB PRESEPTOR

Preseptorsip adalah bentuk dari pembelajaran klinik individu yang

membantu individu tersebut menjadi lebih ahli di dalam struktur organisasi dan

profesional (kitchen, 1993). Pengertian lain dari metode preseptorsip adalah suatu

program pembelajaran yang terorganisasi dan terencana yang mana staf perawat

preseptor meningkatkan keterlibatan perawat baru (Craven, 1996). Metode

preseptorsip adalah memberikan kesempatan kepada mahasiswa (preseptee) untuk

belajar, memperoleh pengalaman & praktek keperawatan/kebidanan dalam

lingkungan yg aman bagi pasien dan mahasiswa tersebut.

a. Tugas dari seorang preseptor adalah:

1. memberi support

2. supervise

3. memonitor proses belajar

4. menilai penampilan mahasiswa

b. Peran dari seorang preseptor adalah:

1. Menyakinkan bahwa mahasiswa dapat mencapai tujuan belajar .

2. Mahasiswa dapat dievaluasi secara proporsional.

3. Tercapai 3 partnersip antara mahasiswa, akademi dan preseptor.

c. Tanggung jawab preseptor adalah:

1. Mengorientasikan mahasiswa ke unit keperawatan/kebidanan dan klien

2. Meriview tujuan belajar dan menyediakan anjuran bagi berlangsungnya

pengalaman belajar
3. Melakukan supervise

4. Bertanya kepada mahasiswa dan membawa mahasiswa pada situasi yang

menantang sesuai dengan tujuan belajar

5. Memfasilitasi belajar

6. Bersikap role mode

7. Mengidentifikasi kebutuhan

8. Meriview tugas belajar

2. PENGERTIAN MENTORSIP, PERAN DAN TAHAPAN MENTORING

Mentorsip adalah suatu metode pembelajaran klinik dimana seorang

pembimbing klinik membimbing 1 orang mahasiswa semester akhir atau

pegawai baru dalam mengintegrasikan semua keterampilan, attitude, pengetahuan

kebidanan/keperawatan termasuk memahami peran bidan/perawat secara

komprehensif. Individu yang berperan sebagai pembimbing disebut mentor,

sementara individu yang dibimbing disebut mentee.

a. Peran mentor adalah sebagai:

1. Coach

2. Konselor

3. Guide

4. Role model

5. Sponsor

6. teacher

b. Kriteria seorang mentor adalah:


1. Interest

2. Komitmen

3. bersedia memfasilitasi proses pembelajaran

4. melaksanakan praktek ANC,KB, BBL,dll

c. Kegitan pembelajaran mentoring meliputi:

1. Pertemuan pra klinik

2. Melakukan asuhan kebidanan

3. Berpartisipasi dalam melakukan pelayanan

d. Pendekatan Mentoring menurut Morton-Cooper & Palmer :

1. Classical mentoring, yaitu suatu hubungan informal, dimana secara

alamiah seseorang individu memiliki kemampuan membimbing.

2. Contract mentoring, yaitu suatu hubungan organisasional biasanya

berfokus pada fungsi spesifik yang membantu.

3. Pseudomentoring, yaitu mentoring dalam pencapaian yang spesifik,

tujuan yang sempit. Bisa disebut juga sebagai mentor yang subspesialis,

membimbing di area pelayanan tertentu.

e. Tipe dukungan profesional dalam mentoring

1. Adalah fungsi seseorang untuk…

2. Menunjukan kepada saya untuk melakukan sesuatu yang saya tidak tahu

3. Berada dipihak saya bila saya dalam masalah saat kerja

4. Membuka pintu untuk karir saya

5. Membuat saya merasa lebih baik saat saya lemah

6. Berdiskusi dengan saya saat bekerja


f. Tahap-tahap mentoring menurut Dalton/Thompson Career Development

model:

1. Tahap 1 Dependence / Ketergantungan

Profesional baru masih tergantung pada mentor dan mengambil peran

subordinat dimana memerlukan supervisi yang dekat

2. Tahap 2 Independence / Mandiri

Profesional dan mentor mengembangkan hubungan yang lebih seimbang.

Profesional mengubah dari “apprentice” ke “kolega” dan membutuhkan

sedikit supervisi.

3. Tahap 3 Supervising others/supervisi orang lain

Menjadi mentor bagi dirinya sendiri dan mendemostrasikan kualitas

profesional sebagai mentor

4. Tahap 4 Managing and supervising others/memanajemen dan

mensupervisi org lain

Menjadi responsibel untuk penampilan yang lain dikarakteristikan dengan

merubah peran dari manajer atau supervisor menjadi responsibel terhadap

klien peserta didik dan personel.

Kompetensi seorang mentor antara lain:

a. memiliki pengetahuan dan pengalaman

b. membangun kekuatan mentee dan memberikan umpan balik yang

konstruktif

c. memiliki keterampilan untuk berkomunikasi, konseling, dan

pemberian instruksi
d. memberikan informasi dan ketersediaan sumber (informasi)

e. memiliki kemampuan yang baik untuk memberikan penilaian atau

evaluasi.

f. memiliki pengetahuan dan pengalaman

g. membangun kekuatan mentee dan memberikan umpan balik yang

konstruktif

h. memiliki keterampilan untuk berkomunikasi, konseling, dan

pemberian instruksi

i. memberikan informasi dan ketersediaan sumber (informasi)

j. memiliki kemampuan yang baik untuk memberikan penilaian atau

evaluasi.

k. memiliki pengetahuan dan pengalaman

l. membangun kekuatan mentee dan memberikan umpan balik yang

konstruktif

m. memiliki keterampilan untuk berkomunikasi, konseling, dan

pemberian instruksi

n. memberikan informasi dan ketersediaan sumber (informasi)

o. memiliki kemampuan yang baik untuk memberikan penilaian atau

evaluasi.
PERBEDAAN PERSEPTORSIP DAN MENTORSIP DI KLINIK

PERBEDAAN
No PRESEPTORSIP MENTORSIP
1 Sasaran mahasiswa di semester awal, Mahasiswa semester

namun dapat dilakukan akhir atau karyawan

kepada mahasiswa semester baru.

akhir yang belum mampu

menguasai konsep materi.

2 Metode Preseptor Mentor

mencontohkan/memperagakan mengobservasi,

prasat dari satu SPO, mahasiswa melakukan

mahasiswa mengamati. prasat dari satu SPO.

Bila ada langkah yang

tidak tepat, mentor

mengambil alih prasat

yang sedang

dilakukan.
3 Istilah Pembimbing dalam metode Pembimbing dalam

preseptorsip disebut preseptor. metode mentorsip

Individu yang dibimbing disebut mentor,

disebut preseptee. individu yang

dibimbing disebut

mentee.
FAKTA-FAKTA DI LAHAN PRAKTEK

Sejauh ini pelaksanaan kegitan pembelajaran klinik di Indonesia masih

perlu mendapatkan perhatian khusus. Metode pembelajaran klinik secara

preseptorsip dan mentorsip belum dilaksanakan secara maksimal. Beberapa

masalah yang masih terjadi di dalam proses pembelajaran klinik seperti

diantaranya:

1. Perbandingan rasio antara preseptor atau mentor dengan jumlah mahasiswa

yang praktek. Perbandingan antara mentor atau perseptor dengan mahasiswa

adalah 1:1. Namun bila dilihat kenyataan di lapangan, dengan banyaknya

mahasiswa yang praktek di lapangan metode tersebut sering tidak dapat

dijalankan dengan maksimal. Akibatnya tujuan pembelajaranpun tidak

berkualitas karena bimbingan bagi mahasiswa menjadi kurang efektif oleh

karena terlalu banyaknya peserta didik yang praktek.

2. Job description seorang pembimbing klinik yang masih tumpang tindih

dengan tugas fungsional di tempat kerjanya. Seorang pembimibing klinik

bertanggung jawab terhadap semua tindakan mahasiswa selama pembelajaran

di lahan praktek namun pada kenyataannya di lapangan seorang pembimbing

klinik juga berfungsi penuh di dalam tim di ruang pelayanannya selain juga

membimbing mahasiswa. Hal ini mengakibatkan berkurangnya waktu yang

efektif serta perhatian untuk membimbing mahasiswa.

3. Pelatihan-pelatihan yang kurang bagi seorang pembimbing klinik. Pada

kenyataannya seseorang bisa saja sudah lama menjadi seorang pembimbing

klinik namun informasi dan kompetensinya tidak diperbaharui lagi setelah


sekian lama, sehingga ilmu,attitude dan keterampilan tidak sejalan dengan

kebutuhan para peserta didik. Menurut Rika (2009) seorang pembimbing

klinik seharusnya memiliki kemapuan mengikuti perkembangan pengetahuan

dan keterampilan klinis terbaru, menganalisa teori dari berbagai sumber,

menekankan pemahaman konseptual kepada mahasiswa dan membantu

mahasiswa dalam menghubungkan teeori yang mendasari prakteknya.

Disamping itu pembimbing klinik juga dituntun untuk dapat menstransferkan

pengetahuan memperlihatkan kompetensi klinis, keahlian, serta nilai-nilai

yang harus dikembangkan oleh peserta didiknya. Menurut atkins dan williams

1995 menyebutkan bahwa pembimbing harus mendaptkan pelatihan.

Pelatihan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kulaitas seorang

pembimibing klinik baik yang berasal dari rumah sakit ataupun dari

pembimbing akademik. Pelatihan dapat menigkatkan pengetahuan

pembimbing, bisa bertukar pikir dengan pembimbing lain dan melakukan

refleksi bersama (waters, 2003). Penelitian lain membuktikan bahwa proses

bimbingan mahasiswa oleh pembimbing akademik yang mendapatkan

pelatihan mentoring lebih efektif dibandingakan dengan yang tidak

mendaptkan pelatihan ( tri dan yuni 2012).

4. Kolaborasi pembimbing akademik dan klinik yang belum singkron turut

mempengaruhi kualitas dari proses pembimbingan klinik. Hal ini

menyebabkan di lapangan sering ditemui mahasiswa tidak dapat mencapai

target kompetensi sesuai yang diharapkan dari tempat pendidikan mahasiswa

(anton 2012). Contohnya jumlah peserta didik yang tidak sesuai dengan
jumlah pasien rata-rata di lahan praktek yang akan dijadikan tempat

pembelajaran. Sering juga ditemui dilapangan pada saat mahasiswa akan

mencapai sebuah target kompetensi ternyata ada perbedaan antara metode

yang diajarkan oleh pembimbing akademik dan pembiming klinik sehingga

mahsiswa menjadi bingung.

5. Mahasiswa kurang mendapatkan bimibingan yang maksimal melalui bed side

teaching misalkan tentang anamnesa, pemeriksaan fisik, atau dalam hal

mengevaluasi laporan praktik mahasiswa, beberapa pembimbing

cenderung ,mengevaluasi, secara formalitas, tidak mengobservai secara

langsung tentang kebenaran tindakan keperwatan yang dilakukan mahasiswa

terhadap pasien. Dalam hal melakukan responsi pembimbing cenderung tidak

menilai penguasaan teori dan keterampilan mahasiswa dalam bertindak

melainkan hanya megevaluasi tentang pengetahuan mahasiswa saja.

6. Kualifikasi pendidikian seorang pembimbing klinik belum ada standirasasi

apakah dilakukan oleh bimbingan klinik dengan pendidikan diploma 1,

diploma 3, diploma 4,atau S1.

Peran pembimbing klinik sangat penting dalam pencapaian target

kompetensi mahasiswa dimana mentee yang tadinya tergantung oleh pembimbing

menjadi mandiri oleh kegiatan belajar yang diharapakn, mengalami sendiri dan

menemukan sendiri fenomena di lahan praktek dan dapat membangun

kepercayaan diri mahasiswa serta mendorong mahasiswa untuk mencapai target

kompetensinya.

Anda mungkin juga menyukai