Anda di halaman 1dari 21

MODUL APOCIL

(APOTEKER CILIK)

APOTEKER CILIK
(APOCIL JABAR)
MENGENAL OBAT SEJAK DINI

IKATAN APOTEKER INDONESIA


DAERAH JAWA BARAT
2019
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan Puji Syukur Kehadirat Allah SWT dan atas Rahmat serta
HidayahNya, pada akhirnya kami dapat menyusun Modul Apoteker Cilik (APOCIL) Jawa
Barat dengan maksud untuk membakukan kegiatan Apoteker Cilik di wilayah Jawa Barat.
Terimakasih diucapkan kepada seluruh pihak terkait yang telah berperan dalam
membantu penyusunan Modul Apoteker Cilik (APOCIL) Jawa Barat khususnya PC IAI Kota
Sukabumi.
Permohonan maaf disampaikan kepada semua pihak terutama kepada Ketua Pusat
Ikatan Apoteker Indonesia apabila dalam penyusunan Modul Apoteker Cilik (APOCIL)
Jawa Barat ini masih terdapat kekurangan dan kekeliruan. Mudah-mudahan semua pihak
dapat memaklumi serta dapat memberikan masukan untuk perbaikan dan kesempurnaan di
masa yang akan datang.
Demikian kata pengantar ini kami sampaikan, semoga Modul Apoteker Cilik
(APOCIL) Jawa Barat ini dapat berguna dalam upaya meningkatkan kualitas pelayanan
Apoteker di Jawa Barat dan mengenalkan Profesi Apoteker dan informasi obat sejak dini
kepada anak-anak di seluruh wilayah Jawa Barat.

Jawa Barat, 06 Oktober 2019


Tim Penyusun

PD IAI Jabar dan PC IAI Kota Sukabumi


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Obat merupakan komponen yang penting dan tidak tergantikan dalam pelayanan
kesehatan. Obat menjadi sarana atau komoditi kesehatan yang dapat memberikan
manfaat apabila digunakan dengan baik benar dan tepat. Namun dapat menjadi racun
bagi manusia apabila kurangnya pengatahuan dan kesadaran dalam menggunakan
obat.
Dalam undang-undang no 36 tahun 2009 tentang kesehatan disebutkan obat
merupakan bahan atau paduan bahan termasuk produk biologi, yang digunakan untuk
mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka
penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan
dan kontrasepsi untuk manusia. Dalam keadaan tidak sehat ( sakit secara fisik ) obat
menjadi konsumsi sebagai upaya untuk menyembuhkan rasa sakit agar dapat hidup
produktif karena kesehatan sejatinya adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif
secara sosial dan ekonomis.

Setidaknya ada dua jenis obat yang beredar di Indonesia yakni obat tradisional dan
obat sintesis. Obat tradisional adalah obat dari alam berupa bahan atau ramuan bahan
bahan tumbuhan, bahan hewan, bahan mineral, sediaan sarian (galenik), atau
campuran dari bahan tersebut yang secara turun-temurun telah digunakan untuk
pengobatan. Sedangkan obat sintesis merupakan obat yang sering dikenal seperti obat
generik, obat generik bermerek, obat keras, psikotropika dan narkotika. Kurangnya
pengetahuan dan kesadaran mengenai obat menimbulkan penyalahgunaan dan
penggunaan tidak tepat.
Dari kedua jenis obat tersebut, obat sintesislah dengan prevelensi penyalahgunaannya
relatif tinggi. Obat-obat psikotropika dan narkotik paling umum disalahgunakan.
Penyitaan barang bukti narkoba pada tahun 2017 sebanyak 4,7 ton mengalami
peningkatan jika dibandingkan pada tahun 2016 sebanyak 3,6 ton. Berdasarkan data
BNN tahun 2017 menyebutkan sebanyak 58.365 orang tersangka akibat terjerat
penyalahgunaan narkoba.
Menurut data pusat penelitian kesehatan Universits Indonesia sebanyak 27,32 persen
penyalahgunaan narkoba di Indonesia berasal dari kalangan pelajar dan mahasiswa.
Kurangnya pengetahuan berakibat pada penggunaan salah, penggunaan irasional,
sumber memperoleh obat dan presepsi yang salah mengenai obat. Hal ini tentu saja
akan berdampak buruk bagi masyarakat, obat yang seharusnya dapat menyembuhkan
malah justru dapat bersifat toksik bagi tubuh bahkan mematikan. Opini yang
berkembang di masyarakat saat ini, apabila sakit cukup dengan membeli obat di
apotek atau toko obat, serta tidak perlu ke dokter. Hal ini sudah dianggap biasa dan
membudaya. Sehingga implikasi kesalahan penggunaan pun cukup besar. Kesalahan
penggunaan obat di masyarakat umumnya terletak pada penggunaan dosis, 2 kali
dosis (dosis belebih), waktu meminum obat, dan kesalahan penyimpanan obat.

Menurut penelitian Pictogram, Unit Drug Tools & Parent Medication Erorr
menyebutkan 80 persen orangtua memberikan kesalahan dosis obat pada anaknya, 12
persen memberikan kesalahan dengan memberikan dosis berlebih dan 8 persen
kesalahan pada jadwal waktu minum obat. Pengetahuan masyarakat tentang
penyimpanan obat secara umum juga masih belum baik, terbukti sebanyak 35,2
persen rumah tangga menyimpan obat; 36 persen menyimpan obat keras; 28 persen
menyimpan antibiotik yang didapat tanpa adanya resep dokter dan 45 persen
menyimpan obat sisa (Riskesdas 2013). Kurangnya pemahaman masyarakat
menyebabkan menggunakan antibiotik tanpa supervisi tenaga kesehatan.

Pengetahuan yang keliru pada masyarakat dan banyaknya masyarakat yang membeli
antibiotik secara bebas tanpa resep dokter memicu terjadinya masalah resistensi
antibiotik. Adanya obat keras dan antibiotika untuk swamedikasi (tanpa resep) juga
mengindikasikan penggunaan obat yang irasional. Seharusnya obat sisa resep (obat
keras/antibiotik) secara umum tidak boleh disimpan karena dapat menyebabkan
penggunaan salah atau disalah gunakan atau rusak/kadaluarsa.

Persepsi masyarakat mengenai obat juga masih rendah khususnya terhadap obat
generik. Sebanyak 32 persen rumah tangga di Indonesia mengetahui obat generik hal
ini menunjukan sebanyak 68 persen tidak mengetahui obat generik. Dari 32 persen
hanya 43 persen mempunyai persepsi yang benar tehadap obat generik (obat generik
mempunyai berkhasiat sama dengan obat bermerek). Sangat ironi karena Jaminan
Kesehatan Nasional merujuk pada penggunaan obat generik. Promosi mengenai obat
menjadi urgen karena hanya 60 persen mengetahui obat generik yang diperoleh dari
tenaga kesehatan (Riskesdas 2013). Latar belakang penyebab terjadinya masalah
penggunaan obat bersifat kompleks karena berbagai faktor ikut berperan.
Berdasarkan data SLOAD 2001 36% anak usia 10-14 tahun di Amerika Serikat
menggunakan obat secara independen, dan menurut data Geissler tahun 2000 19%
anak di Kenya bisa melakukan swamedikasi tanpa sepengetahuan orang tua. Dan di
Indonesia sendiri prilaku anak dalam menyimpan obat sebanyak 14,7% pernah
menyimpan obat sebagai alat permainan, 10,1% pernah menyimpan obat dirumah
tanpa sepengetahuan orang tua dan dalam hal mendapatkan obat sebanyak 11,5%
pernah membeli obat bebas tanpa sepengetahuan orang tua, 31,4% pernah mengambil
obat tanpa disuruh orang tua. Dalam hal membuang obat, sebanyak 35,6% pernah
membuang obat sembarangan serta dalam hal menggunakan obat sebanyak 47,1%
tidak selalu menunggu orang tua saat akan minum obat, 47,5% pernah minum obat
tanpa didampingi orang tua.

Penyalahgunaan obat pada anak menurut data BNN tahun 2015 umur terendah
menggunakan pada umur 10 tahun dan rata rata 13 tahun. dari tahun 2011 sampai
tahun 2016 anak bermasalah narkoba sebanyak 0,83% - 1,5% sesuai data KPAI tahun
2017.
Permasalahan seputar penggunaan obat pada dasarnya merupakan tugas utama dari
dunia farmasi dengan subjek utamanya adalah apoteker. Apoteker sebagai salah satu
tenaga kesehatan telah diakui eksistensinya di Indonesia melalui Peraturan Pemerintah
No.51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Rendahnya pemahaman
masyarakat tentang penggunaan obat yang benar boleh jadi merupakan implikasi dari
rendahnya distribusi apoteker di masyarakat, terutama di praktek komunitas seperti di
apotek dan Puskesmas. Untuk itu menjadi urgen dan butuh perhatian lebih terkait
informasi seputar obat bagi masyarakat.

Menyikapi pentingnya informasi menganai obat bagi kesehatan masyarakat, tidak


dapat dimungkiri Pemerintah pun sudah mengeluarkan Undang-undang, Peraturan-
peraturan, dan kebijakan strategis guna menjamin keamanan bagi masyarakat dan
penyalahgunaan obat serta penggunaan yang salah. Selain membuat produk hukum
pemerintah juga kerap melakukan kegiatan-kegiatan mengkampanyekan mengenai
obat, salah satunya adalah Gema Cermat yang dicanangkan oleh Kemenkes RI tidak
lain bertujuan meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat mengenai
pentingnya menggunakan obat dengan benar, meningkatkan kemadirian dan
perubahan perilaku yang baik terhadap obat. Tidak ketinggalan pula DaGuSiBu yang
dikampanyekan oleh Ikatan Apoteker Indonesia (IAI). DaGuSiBu yang merupakan
singkatan dari Dapatkan, Gunakan, Simpan dan Buang ini merupakan upaya agar
masyarakat paham di mana tempat yang tepat untuk mendapatkan obat,
menggunakan obat dengan benar tentunya sesuai dengan petunjuk dari tenaga
kefarmasian apoteker, menyimpan obat dengan benar sesuai petunjuk dalam brosur
obat, serta membuang obat dengan cara dan pada tempat yang tepat. Walaupun
belum sepenuhnya efektif seperti yang diharapkan, upaya-upaya tersebut sungguh
sangat kita apresiasi yang setinggi-tingginya.

Selanjutnya apakah pengetahuan mengenai informasi dan kesadaran mengggunakan


obat hanya dilakukan atau mengandalkan pemerintah dan tenaga kesehatan saja?
Tentunya tidak. Sebagai masyarkat yang sehat dan menyehatkan masyarakat, tentunya
perlu kesadaran untuk menyadarkan diri sendiri dan mencari informasi yang benar
serta memberikan pengetahuan dan menyadarkan sesama mengingat masih tingginya
penyalahgunaan obat dan penggunaan salah obat

Sebuah gerakan baru boleh jadi penting untuk membangun pengetahuan dan mindset
sadar obat kepada masyarakat. Melihat kondisi tersebut perlu penyadaran sejak dini
mengenai penggunaan obat salah satunya dengan menanamkan pengetahuan dan
mindset sadar obat yang benar terhadap anak ataupun pelajar karena tidak dimungkiri
pelajar juga menjadi bagian dari penyalahgunaan. Sebab anak adalah aset/generasi
penerus bangsa yang butuh pendidikan yang layak. Menilik peran dan eksistensi
Apoteker di dunia kesehatan, tidak lepas dari upaya pencitraan profesi Apoteker sejak
dini melalui program Apoteker Cilik yang diperkenalkan terutama pada siswa
tingkat dasar.

Atas dasar itulah Apoteker Cilik hadir membawa perubahan mindset mengenai
pengetahuan dan kesadaran tentang obat ke arah yang lebih maju. Langkah ini juga
dapat menekan penyalahgunaan obat di kalangan pelajar bahkan menghilangkan. Hal
ini senada dengan harapan Menteri Kesehatan RI yang menyatakan perlunya
dilakukan upaya kesehatan berbasis masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat di
berbagai bidang guna peningkatan penggunaan obat rasional. Secara tidak langsung
Apoteker Cilik akan bersinergi dengan Dokter Kecil sehingga dapat mengenalkan
profesi apoteker. Mindset masyarakat mengenaitanya obat tanya Apoteker dapat
terwujud.

Apoteker Cilik ini dapat membantu peran Apoteker dan pemerintah mengingat masih
rendahnya rasio apoteker yang masih rendah. Pendidikan tentang obat kepada anak
melalui Apoteker Cilik dirasa pun sangat baik diterapkan untuk menjadi bekal
pengetahuan. Ke depannya jika dilaksanakan secara holistik terintegrasi akan menjadi
investasi bagi bangsa dan negara Indonesia dalam menyongsong bonus demografi di
tahun 2030-an. Melalui apoteker cilik yang diajarkan tentang obat sehingga dapat
menjadi pusat informasi bagi masyarakat yang selama ini kurang memahami tentang
peran apoteker dalam penggunaan obat.

1.2 Definisi
Apoteker Cilik adalah siswa dan / atau anak usia Sekolah Dasar yang telah
mendapatkan edukasi, pengenalan dan pelatihan kefarmasian dasar dari tenaga Profesi
Apoteker.

1.3 Tujuan Kegiatan


1. Memberikan pemahaman kewaspadaan obat kepada anak usia Sekolah Dasar.
2. Memperkenalkan Profesi Apoteker sejak dini khususnya di kalangan siswa
Sekolah Dasar dan Membangkitkan eksistensi Profesi Apoteker.
3. Memberikan informasi kesehatan dasar lainnya kepada anak usia Sekolah Dasar.
4. Mendukung program Usaha Kesehatan Sekolah (UKS) dan membantu
mengurangi penyalahgunaan obat pada usia remaja.

1.4 Manfaat Kegiatan


1. Meningkatkan kewaspadaan obat pada anak usia Sekolah Dasar.
2. Apoteker Cilik menjadi duta memperkenalkan Profesi Apoteker dan Fungsi
Apoteker sebagai profesi tenaga kesehatan lebih dirasakan oleh masyarakat luas.
3. Meningkatkan pengetahuan kesehatan lainnya pada anak usia Sekolah Dasar.
4. Menjadi program yang mendukung kegiatan Usaha Kesehatan Sekolah dalam
penggunaan obat yang baik dan benar.
BAB II
LANDASAN HUKUM

1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional


2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,
 bahwa kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur
kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945;
 bahwa setiap kegiatan dalam upaya untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dilaksanakan berdasarkan prinsip
nondiskriminatif, partisipatif, dan berkelanjutan dalam rangka pembentukan
sumber daya manusia Indonesia, serta peningkatan ketahanan dan daya saing
bangsa bagi pembangunan nasional;
 Sumber daya di bidang kesehatan adalah segala bentuk dana, tenaga, perbekalan
kesehatan, sediaan farmasi dan alat kesehatan serta fasilitas pelayanan kesehatan
dan teknologi yang dimanfaatkan untuk menyelenggarakan upaya kesehatan yang
dilakukan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian,
 Apoteker adalah sarjana farmasi yang telah lulus sebagai Apoteker dan telah
mengucapkan sumpah jabatan Apoteker;
 Standar Profesi adalah pedoman untuk menjalankan praktik profesi kefarmasian
secara baik;
 Organisasi Profesi Ikatan Apoteker Indonesia adalah organisasi tempat
berhimpun para Apoteker di Indonesia.
4. Surat Keputusan Bersama, Mendiknas, Menkes, Menag dan Mendagri Nomor :
2/P/SKB/2003, Nomor : MA/230B/2003, Nomor : 445-404 Tahun 2003 Tanggal 23
Juli 2003 Tentang Tim Pembina Usaha Kesehatan Sekolah.
5. Program Kerja Bidang Pengabdian Masyarakat Pengurus Daerah Ikatan Apoteker
Indonesia Jawa Barat Tahun 2018-2022 tentang Branding Apoteker yaitu Program
Apoteker Cilik untuk anak usia Sekolah Dasar yang kemudian menjadi salah satu
Program Kerja Pengurus Cabang Kota/Kabupaten se Jawa Barat.
BAB III
METODE KEGIATAN

3.1 Pembimbing Kegiatan (Tutor)


Tutor pelaksana kegiatan adalah seorang Apoteker yang telah mendapatkan
bimbingan pelaksanaan Apoteker Cilik (Apocil) dari Organisasi Ikatan Apoteker
Indonesia (IAI). Adapun rasio yang digunakan adalah 1 (satu) orang tutor pelaksana
membimbing 5-10 orang (atau disesuaikan dengan jumlah peserta).

3.2 Peserta Kegiatan


Anak usia dini, siswa kelas 4 (empat) dan 5 (lima) Sekolah Dasar atau sederajat

3.3 Metode Kegiatan


1. Pemberian Materi
2. Branding Apoteker
3. Aplikasi Kefarmasian
4. Kesenian / Games Kefarmasian
5. Workshop-workshop Kegiatan
6. Pelantikan Apoteker Cilik
7. Penyerahan piagam penghargaan kepada sekolah yang menjadi sarana edukasi
8. Evaluasi pelaksanaan kegiatan Apoteker Cilik
9. Pemilihan Apoteker Cilik terbaik di Kota/Kabupaten
10. Pemilihan Apoteker Cilik terbaik se Jawa Barat

3.4 Materi Kegiatan


Materi kegiatan mengacu pada petunjuk teknis kegiatan Apoteker Cilik yang
diterbitkan oleh PP IAI dengan tema “ Bersama Apoteker Mengenali Obat Sejak Usia
Dini”. Materi yang diberikan :
A. Tahap I (satu), diperuntukan bagi seluruh siswa/i kelas 4/5 sekolah dasar tanpa
ada kriteria khusus.
1. Pengenalan profesi apoteker
2. Pengenalan Dasar Sediaan Obat (Aplikasi Kefarmasian)
3. Manfaat obat
4. Bahaya obat
5. Permainan
B. Tahap 2 (dua), diperuntukan bagi perwakilan terpilih Apoteker Cilik
1. DAGUSIBU (Dapatkan, Gunakan, Simpan dan Buang)
2. Bahan Tanaman Obat
3. Pengenalan Makanan Sehat
4. Identifikasi Pengolahan Makanan Sehat
5. Pengolahan Makanan Sehat
6. Kemasan Makanan
7. Pengenalan Jamu
8. Apocil Vertikultur

3.5 Pokok Bahasan


No Materi Pokok Bahasan
TAHAP 1 (SATU)
1. Pengenalan Profesi Apoteker  Pengenalan Profesi Apoteker,
jenjang sekolah Profesi Apoteker
 Pengenalan lambang farmasi, dress
code Apoteker
 Pengenalan ruang lingkup pekerjaan
farmasi
2. Pengenalan Dasar Sediaan  Penggolongan Obat berdasarkan
Obat (Aplikasi Kefarmasian) jenis
 Penggolongan obat berdasarkan cara
pakai
 Pengenalan sediaan-sediaan obat
(tablet, kapsul, sirup, salep, dsb)
 Pengenalan alat2 kefarmasian
(mortir,stamper, cawan, gelas ukur,
dsb)
3. Medication Safety Patrol  Minum obat bila sakit saja
 Menggunakan/ meminum obat
hanya dengan izin orangtua atau
wali. (Minum Obat harus
didampingi orangtua/wali)
 Jangan pernah membagikan/
meminum obat yang diberikan/
dimaksudkan untuk orang lain.
(Jangan minum obat dari orang yang
tak dikenal)
 Simpan obat-obatan di kemasan
aslinya untuk menghindari
kebingungan dengan permen atau
obat lain. (Obat bukan permen)
 Selalu simpan obat-obatan di tempat
aman, seperti lemari terkunci atau
lemari tinggi yang tidak terjangkau
anak-anak.
TAHAP 2 (DUA)
4. DAGUSIBU (Dapatkan,  Mendapatkan, menggunakan,
Gunakan, Simpan dan menyimpan, dan membuang obat
Buang) dengan benar (materi Gema Cermat)

5. Tanya 5 O  Obat ini apa nama dan


kandungannya
 Obat ini apa khasiatnya
 Obat ini berapa dosisnya
 Obat ini bagaimana cara
menggunakannya
 Obat ini apa efek sampingnya
6. Bahan Tanaman Obat  Pengenalan tanaman obat di sekitar
kita
 Khasiat tanaman obat di sekitar kita
7. Pengenalan Makanan Sehat  Definisi makanan sehat
 Pengenalan dan identifikasi
makanan gizi seimbang
8. Identifikasi Pengolahan  Identifikasi makanan berdasarkan
Makanan Sehat kemasan
 Definisi makanan kemasan
 Tujuan pengemasan makanan
 Syarat kemasan yang baik untuk
mengemas makanan
9. Pengolahahan Makanan  Definisi makanan sehat
Sehat  Pengaruh cara pengolahan terhadap
kandungan gizi dalam makanan
 Cara pengolahan bahan makanan
yang baik dan benar
10. Kemasan Makanan  Mengenal bahan kemasan makanan
 Mengenal kemasan yang baik
 Mengecek informasi dan tanggal
kadaluarsa yang tertera dalam
kemasan
11. Pengenalan Jamu  Mengenal bahan tanaman jamu
 Mengenal khasiatnya
 Membuat jamu sederhana
12 Apocil Vertikultur  Pengenalan metode tanam
vertikultur
 Kelebihan metode vertikultur
 Jenis tanaman penghasil makanan
sehat yang dapat dibudidaya secara
vertikultur

3.6 Atribut
1. Jas praktik Apoteker : dikenakan oleh Apoteker fasilitator dan anggota yang telah
mengikuti pelatihan sebagai tutor
2. Pin “Apoteker Cilik” dikenakan oleh siswa SD yang sudah disiapkan oleh PC IAI
3. Spanduk/banner dipasang disekitar lokasi kegiatan dengan design sebagaimana
terlampir
4. Alat peraga dan permainan yang disiapkan oleh PD/PC sesuai kebutuhan dan
kondisi yang ada
5. Lagu jingle Apoteker Cilik
a. Lagu apoteker cilik ciptaan Umy Qalsum S.Si., Apt kepala seksi
kefarmasian dinas kesehatan kabupaten polewali mandar, Sulawesi Barat

b. Lagu “Obat siap sedia”


c. Lagu “Mengenal obat”

6. Yel yel Apoteker Cilik Jawa Barat “tepuk minum obat”


 baca doa
 ambil obat
 baca label
 kocok dahulu
 tuang ke sendok
 lalu diminum
 teguk air
 aamin

3.7 Tempat Pelaksanaan Kegiatan


Sekolah dasar yang direkomendasikan oleh Dinas Kesehatan dan Dinas Pendidikan di
masing masing kota/kabupaten di Jawa Barat.

3.8 Durasi / Time Schedule Workshop


a. Tahap 1 (120 menit)
Waktu Kegiatan Pembicara/ Penanggung
Jawab
07.30 – 07.45 Persiapan Panitia Kegiatan Panitia
07.45 – 08.00 Peserta memasuki ruangan Panitia
08.00 – 08.15 Pembukaan dan Menyanyikan Panitia
Lagu Indonesia Raya
08.15 – 08.45 Materi Branding Apoteker dan Tutor
Pengenalan Obat
08.45 – 09.10 Seni dan Lagu Tutor
09.10 – 09.15 Pembagiann Snack Panitia
09.15 – 09.45 Games Tutor
09.45 – 10.00 Penutup (Penyematan PIN, Panitia
Pemberian Hadiah dan Foto
Bersama)

b. Tahap 2 ; Bila dengan beberapa materi (contoh dengan 4-5 materi) :


1. Branding Apoteker
2. DaGuSiBu dan 5-O
3. Materi Kesehatan Anak (materi tambahan* disesuaikan dengan pelaksana
kegiatan)
*contoh :
Waktu Topik Kegiatan Pembicara Penanggung Jawab
30 menit Registrasi Peserta panitia
30 menit Pembukaan Acara / Sambutan panitia
15 menit Pretest Menggali Fasilitator panitia
pengetahuan awal
siswa terhadap
apoteker
15 menit Coffee Break panitia
15 menit Materi 1 DaGuSiBu dan 5-O Fasilitator panitia
dibantu oleh
tutor
30 menit Materi 2 TOGA Fasilitator panitia
dibantu oleh
tutor
15 menit Materi 3 Kesenian/ Games Tutor Apoteker
Kefarmasian
15 menit Materi 4 Workshop materi- Tutor Apoteker panitia
materi Kefarmasian
15 menit Post Test panitia
15 menit Penyematan Pin dan Pelantikan Tutor Apoteker panitia
Apoteker Cilik serta Foto bersama

3.9 Evaluasi
Evaluasi dilakukan dengan menggunakan pre-test dan post-test pada saat kegiatan,
serta memberikan kuesioner yang diisi oleh Guru atau Orang Tua.

3.10 Study Banding


Apoteker di Kota/ Kabupaten wilayah Jawa Barat dan Seluruh Indonesia dapat
melakukan Study Banding Kegiatan Apoteker Cilik ke PC IAI Kota Sukabumi dan
berkoordinasi dengan PD IAI Jawa Barat.

3.11 Pihak Terkait


1. Pemerintah Daerah setempat
2. Dinas Kesehatan
3. Dinas Pendidikan
4. Pengurus Daerah Ikatan Apoteker Indonesia.
5. Pengurus Cabang Ikatan Apoteker Indonesia.
BAB IV
PENUTUP

4.1 Simpulan
Program Kegiatan Apoteker Cilik dapat memberikan pengetahuan kefarmasian dan
pengetahuan kesehatan dasar lainnya kepada anak Usia Sekolah Dasar sehingga mampu
meningkatkan kewaspadaan anak usia sekolah dasar terhadap penggunaan obat yang baik
dan benar.

4.2 Saran
Program kegiatan Apoteker Cilik (Apocil) dapat dilaksanakan di seluruh Sekolah Dasar
di seluruh wilayah Jawa Barat dengan dukungan pihak-pihak terkait.

Penyusun

PD IAI Jabar dan PC IAI Kota Sukabumi


DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI, Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional

Departemen Kesehatan RI, Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian,

Surat Keputusan Bersama, Mendiknas, Menkes, Menag dan Mendagri Nomor :


2/P/SKB/2003, Nomor : MA/230B/2003, Nomor : 445-404 Tahun 2003 Tanggal 23
Juli 2003 Tentang Tim Pembina Usaha Kesehatan Sekolah
Lampiran 1.
Pembimbing Apoteker Cilik Ikatan Apoteker Indonesia Kota Sukabumi

Penasehat Kegiatan : Sukir Satrija Djati, S.Farm.,M.PH.,Apt


Pembimbing Utama : Fachrizal, S.Si.,Apt
Pembimbing Kegiatan : 1. Tanti Oktriana, S.Farm.,Apt.,M.Farm
2. Aldimas Wisnuvidya, S.Farm.,Apt
3. Yusra Hidayah N, S.Si.,Apt
4. Riska Rachmawati, S.Si.,Apt
5. Faras Sopia Rahmah, S.Farm.,Apt
6. Maria Ulfah, S.Farm.,Apt
7. Laduna Aniq, S.Farm.,Apt
8. Wulan Nur Aprilia, S.Far.,Apt
9. Raditya Rizky A, S.Farm.,Apt
10. Aprianti Kamaludin, S.Farm.,Apt
11. Bambang Nurhidayat Susilo, S.Farm.,Apt

CP.
Fachrizal, Ssi.,Apt (08129400367)
Tanti Oktriana, S.Farm.,Apt.,M.Farm (081321053544)
Lampiran 2.
Lirik lagu
5 – O (versi Sunda)
By. Catleya Febrinella, S.Si.,MM.,Apt (Ketua PD IAI Jawa Barat 2018-2022)

Urang kedah naros mun bade meser obat/


Aya 5 langkah nu kedah diemutan/
Nyaeta 5-O nu kedah diregepkeun/
Nami sareng eusi 5-O nu kahiji

Khasiat manfaat 5-O nu kadua/


Sabaraha dosis 5-O nu katilu/
Kumaha cara nganggo 5-O nu kaopat/
Naon efek samping 5-O nu kalima

Eta 5-O janten perhatosan/


Hayu baraya urang sasarengan/
Ngarojong program Gema Cermat ieu/
Masyarakat sehat urang bahagia
------------
Lampiran 3.
Lirik lagu
Obat Bukan Permen
By. Bambang Nurhidayat Susilo, S.Farm.,Apt (IAI Kab.Bangka Barat)

Dengarlah kakak ingin bercerita/


lagu singkat sederhana tentang obat/
Jangan ragu untuk bernyanyi bersama/
Senandungkan belajar yg menyenangkan

ingatlah selalu pesan lagu ini/


Smakin sering kita ulang/
semakin cepat kita menjadi paham/

Minumlah obat kalau sakit saja/


jangan minum bila tak diperlukan/
Harus selalu didampingi orng tua/
jangan sembarangan tuk menerima/
Obat dari orng yang tak dikenal/
ingat selalu kalau obat bukan permen

Jgn takut akan obat/


krn obat menyembuhkan sakit kita/
dan kembali sehat

------------
Lampiran 4.
Lirik lagu
DaGuSiBu
By. Bambang Nurhidayat Susilo, S.Farm.,Apt (IAI Kab.Bangka Barat)

Dapatkan/
Gunakan/
Simpan/
Buang/
Dengan benar

Biasakan tuk dapatkan obat di tempat yang tepat/


Yuk menuntun masyarakat slalu gemar hidup sehat/
Apotek pilihan cerdas, obat pasti berkualitas/
Kandungan kimia dan fisik dipastikan slalu baik/
Slanjutnya gunakan obat, benar sesuai aturan/
Selalu rajin membaca etiket obat dan wadah/
Jangan malu tuk bertanya, bila kita mendapatkan obat yang tidak biasa/
Juga tak pernah sebelumnya

Dapatkan/
Gunakan/
Simpan/
Buang/
Dengan benar
(2x)

Agar obat tidak rusak perhatikan dengan cermat/


Simpan di tempat yang sulit dijangkau anak-anak/
Ada obat yang tak boleh terpapar sinar mentari/
Usahakan tempat kering dan slalu tertutup rapat/
Bila obat telah rusak ataupun kadaluarsa/
Obat tak layak konsumsi dan harus segera dibuang/
Jangan buang sembarangan, dibuka rendam dan tanam/
Cegah disalahgunakan ataupun didaur ulang/
Dapatkan/
Gunakan/
Simpan/
Buang/
Dengan benar
(4x)
------------

Anda mungkin juga menyukai