Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KEPERAWATAN KRITIS

ANALISA SINTESA DAN CLINICAL PATHWAY

Dengan Judul Jurnal : “Asidosis Laktat pada Ketoasidosis Diabetik Berat di


Instalasi Perawatan Intensif”

Dengan dosen pengampu : Bapak Priyanto,M.Kep,Ns.Sp.Kep.MB

Disusun oleh:

Putri Amalia Indah ( 010116A002 )

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

UNIVERSITAS NGUDI WALUYO

2018/2019
ANALISA SINTESA

A. Judul jurnal
Asidosis Laktat pada Ketoasidosis Diabetik Berat di Instalasi Perawatan
Intensif
B. Kasus
An. MY, laki-laki, usia 15 tahun, dengan ketoasidosis diabetikum dan DM
tipe 1.
C. Data yang mendukung
 Data Subjektif : keluhan mual dan muntah, keluhan juga disertai dengan
nafas cepat, lemas, bibir kering, serta pusing sejak 2 hari yang lalu. Pasien
sering merasa lapar, haus, dan ingin buang air kecil serta kesemutan.
Pasien mengeluh sering kencing pada malam hari. Pasien diketahui
memiliki riwayat diabetes mellitus sejak 2 bulan yang lalu.
 Data Objektif : Pemeriksaan fisik yang mendukung diagnosis KAD adalah
ditemukannya penurunan kesadaran, pernafasan Kusmaul, tanda-tanda
dehidrasi. Pemeriksaan penunjang yang mendukung diagnosis yaitu
peningkatan kadar glukosa darah, dan terdapat ketonuria.
D. Dasar pemikiran
Pengenalan tanda-tanda KAD dan tata laksana yang cepat dan tepat dapat
menurunkan mortalitas, morbiditas dan menekan biaya rawat akibat KAD.
Pencegahan dengan suatu program yang komprehensif dan terintegrasi
merupakan suatu langkah terpenting untuk menghindari berulangnya
KAD.
E. Penatalaksanaan yang dilakukan
Ada 5 prinsip penatalaksanaan KAD pada anak. Prinsip tersebut adalah
diagnosis KAD, koreksi cairan, pemberian insulin, koreksi asidosis dan
elektrolit, serta pemantauan. Penatalaksanaan pasien dilakukan dengan
terapi medikamentosa. Terapi medikamentosa yang dilakukan yakni
pemberian Intra Venous Fluid Drip (IVFD) NaCL 0,9% 25 gtt
makro/menit, pemasangan kateter urin, pemberian insulin awal dengan
dosis 10 UI dalam NaCl 100 cc kecepatan 7 cc/jam, injeksi ranitidin 1
amp/12 jam, injeksi ceftriaxon 1 gr/12 jam. Dilakukan pemberian diet DM
3000 kalori, pemantauan kadar GDS/4 jam, perhitungan diuresis, balance
cairan, input, output serta Incisible Water Loss (IWL).
F. Analisa tindakan
Koreksi cairan pada KAD dilakukan untuk mengganti kehilangan cairan.
Kehilangan cairan dapat terjadi akibat dehidrasi karena poliuria,
hiperventilasi, muntah serta diare. Koreksi cairan pada KAD dilakukan
untuk mengganti kehilangan cairan. Kehilangan cairan dapat terjadi akibat
dehidrasi karena poliuria, hiperventilasi, muntah serta diare. Pada pasien
diberikan Intra Venous Fluid Drip (IVFD) NaCL 0,9% 25 gtt
makro/menit. Hal ini sesuai dengan cairan pilihan untuk resusitasi pada
penderita KAD tanpa syok adalah NaCl 0,9%. Pada pasien, pemberian
insulin awal yaitu dengan insulin regular drip dengan dosis 0,1
U/kgBB/jam. Hal ini sesuai dengan teori yaitu jenis insulin yang diberikan
adalah insulin reguler/rapid dengan dosis 0,05-0,1 unit/kgBB/jam (contoh
pengenceran 5 unit insulin reguler dalam 50 mL NaCl 0,9%, 1 mL= 0,1
unit insulin). darah yang diinginkan. Pemberian cairan dan insulin akan
memperbaiki asidosis. Asidosis yang terjadi pada KAD biasanya tidak
memerlukan koreksi, pemberian cairan dan insulin saja akan mengatasi
asidosis yang terjadi. Pada pasien diberikan KCl 10 mEq/kolf di dalam
NaCL 0,9%, 25 gtt makro/menit. Hal ini sesuai dengan tatalaksana kalium
pada KAD yaitu pemberian kalium dilakukan bersamaan dengan
pemberian cairan rehidrasi maka konsentrasi yang digunakan adalah 20
mEq/L. Diet pada KAD terdiri dari komposisi kalori 50-60% dari
karbohidrat, 10-15% dari protein dan 30% dari lemak. Jenis karbohidrat
yang dianjurkan adalah yang berserat tinggi, indeks glikemik dan glycemic
load yang rendah seperti golongan buah-buahan, sayuran dan sereal.
G. Kesimpulan
Agar tata laksana KAD dapat berjalan dengan baik maka diperlukan
pemantauan yang ketat. Selama fase akut pemantauan tanda vital
dilakukan setiap jam. Pemeriksaan gula darah sewaktu dilakukan setiap
jam dan bisa dikonfirmasi dengan pemeriksaan gula darah vena jika
terdapat penurunan gula darah yang terlalu drastis. Pemeriksaan analisis
gas darah dilakukan setiap 2 jam dalam 12 jam pertama dan selanjutnya
dilakukan setiap 4 jam. Keton darah (β-hidroksibutirat) atau keton urin
dilakukan setiap 2 jam. Pemeriksaan status neurologis dilakukan setiap
jam dan jika diperlukan tiap 20-30 menit terutama jika didapatkan edema
serebri. Jumlah insulin yang diberikan dan jumlah cairan yang masuk serta
keluar perlu dipantau untuk menghindari pemberian cairan yang
berlebihan. Pemeriksaan elektrolit darah seperti natrium, kalium, klorida,
magnesium dan fosfat dilakukan setiap 24 jam. Jika ditemukan kelainan
elektrolit maka dilakukan koreksi. Jika tidak memungkinkan untuk
melakukan pemeriksaan kalium darah maka pemantauan kadar kalium
selama terapi dapat dilakukan melalui pemeriksaan EKG. Mencegah
terjadinya KAD merupakan suatu langkah yang sangat penting bagi
penderita DM. Tata laksana DMT1 yang komprehensif akan menurunkan
kejadian berulangnya KAD.
CLINICAL PATHWAY

Kasus An. MY, laki-laki, usia 15 tahun, dengan


ketoasidosis diabetikum dan DM tipe 1.
Hal ini sesuai dengan gejala klinis
KAD, penderita biasanya
mengalami nyeri perut, mual,
muntah, dehidrasi, dan hiperpnea. Ds: keluhan mual dan muntah, keluhan juga disertai dengan
Pada penderita baru, berdasarkan nafas cepat, lemas, bibir kering, sering merasa lapar, haus,
anamnesis sering didapatkan dan ingin buang air kecil serta kesemutan.
polidipsi, poliuri, nokturia,
enuresis serta penurunan berat Do: Pemeriksaan fisik yang mendukung diagnosis KAD
badan yang cepat dalam beberapa adalah ditemukannya penurunan kesadaran, pernafasan
waktu terakhir. Pernapasan Kusmaul, tanda-tanda dehidrasi. Pemeriksaan penunjang yang
Kussmaul tampak pada asidosis. mendukung diagnosis yaitu peningkatan kadar glukosa darah,
Pada KAD sering juga didapatkan dan terdapat ketonuria.
napas berbau keton.

Pemeriksaan Fisik: KU: tampak sakit,


kesadaran gelisah, suhu 35,4 °C, nadi 64
Pemeriksaan Penunjang: didapatkan Gula Darah Sewaktu
x/menit, RR: 28 x/menit. BB: 68 kg. TB:
(GDS) 408 mg/dl, leukosit 10.500/uL. Pada pemeriksaan
pasien 158 cm. IMT: 27,2. turgor kulit
urinalisis ditemukan, glukosa 250 mg/dL, keton 300
baik. Pada pemeriksaan abdomen
mg/dL. Pada pasien tersebut ditemukan hasil glukosuria,
ditemukan striae berwarna putih di
ketonuria, hematuria mikroskopik, dan proteinuria. Pada
sekitar umbilikus dan nyeri perut. Pada
pemeriksaan kimia urin ditemukan kalium 2,6 mEq/L
pemeriksaan urin ditemukan urin berbau
atau hipokalemia. Pada pemeriksaan HbA1c hasil yang
khas (aseton). Pada ekstremitas inferior
didapatkan 12% atau terjadi peningkatan kadar gula darah
kanan ditemukan bekas luka operasi
pasien 3 bulan terakhir tinggi.
kelenjar lemak.Pada pemeriksaan
neurologi ditemukan baal pada ibu jari
kaki kanan.

Penatalaksanaan:
Monitoring :
 pasien diberikan Intra Venous Fluid Drip (IVFD) NaCL
Selama fase akut pemantauan tanda vital 0,9% 25 gtt makro/menit.
dilakukan setiap jam. Pemeriksaan gula darah  Pada pasien diberikan KCl 10 mEq/kolf didalam NaCL
sewaktu dilakukan setiap. Pemeriksaan 0,9%, 25 gtt makro/menit.
analisis gas darah dilakukan setiap 2 jam  pemasangan kateter urin, pemberian insulin awal
dalam 12 jam pertama dan selanjutnya dengan dosis 10UI dalam NaCl 100 cc kecepatan 7
dilakukan setiap 4 jam. Keton darah (β- cc/jam,
hidroksibutirat) atau keton urin dilakukan  injeksi ranitidin 1 amp/12 jam, injeksi ceftriaxon 1 gr/12
setiap 2 jam. Pemeriksaan status neurologis jam.
dilakukan setiap jam dan jika diperlukan tiap
 pemberian diet DM 3000 kalori, pemantauan kadar
20-30 menit terutama jika didapatkan edema
GDS/4jam,
serebri. Pantau jumlah dan jumlah cairan yang
 perhitungan diuresis, balance cairan, input, output serta
masuk, Pemeriksaan elektrolit darah dilakukan
Incisible Water Loss (IWL).
setiap 24 jam. Jika ditemukan kelainan
elektrolit maka dilakukan koreksi.

Anda mungkin juga menyukai