Anda di halaman 1dari 35

Asuhan Keperawatan pada Lansia

dengan Gangguan Kognitif Demensia

Amelia Putri Atmaja P07220118064


Bunga Tang P07220118071
Dinda Eka Syafitri P07220118078
Indah Nurul Kamilia P07220118088
Mardiyana P07220118082
Putry Cahayaty P07220118099
Ulpah P07220118107
Perubahan Kognitif
Definisi fungsi kognitif
Fungsi kognitif adalah kemampuan untuk
memberikan alasan, megingat, persepsi,
orientasi, memperhatikan, serta memberikan
keputusan. Sehingga gangguan kognitif
merupakan respon maladaptive yang ditandai
dengan adanya gangguan daya ingat,
disorientasi, inkoheren, salah persepsi,
penurunan perhatian serta sukar berpikir logis.
Gangguan ini membuat individu berada dalam
kebingungan, tidak mampu menghubungkan
kejadian saat ini dengan kejadian yang lampau.
Klasifikasi
 Demensia
adalah gangguan fungsi kognitif yang ditandai oleh penurunan
fungsi intelektual yang berat yang disertai kerusakan daya ingat;
pemikiran abstrak dan daya nilai; emosi dan kepribadian
 Delirium

fungsi kognitif yang kacau, ditandai dengan kekacauan kesadaran


yang meliputi salah persepsi dan perubahan proses piker.
 Amnestik

gangguan kognitif yang dicirikan dengan kerusakan memori yang


parah dan ketidakmampuan untuk mempelajari materi baru,
dapat terjadi konfabulasi dan apatisme.
Etiologi
Demensia Delirium

1. Penyakit vaskuler seperti hipertensi, arterosklerosis. 1. Penyakit akut atau kronis seperti jantung

2. Penyakit Parkinson congestive, pneumonia, penyakti ginjal dan hati,

3. Gangguan genetika; korea Huntington atau penyakit kanker dan stoke.

pick 2. Faktor hormonal dannutrisiseperti diabetes,

4.  Infeksi virus HIV yang menyerang system saraf pusat ketidakseimbangan adrenal atautiroid,

5.  Gangguan struktur jaringan otak seperti tekanan malnutrisi dan dehidrasi.

normal hidrosefalus dan trauma kepala 3. Kehilangan penglihatan dan pendengaran

¨     Obat-obatan anti psikotik, anti histamin, anti

depresan, dan anti parkinson


Deminsia dan Pengenalan Diri
Deminsia
Demensia adalah sindrom penurunan fungsi
intelektual dibanding sebelumnya yang cukup
berat sehingga mengganggu aktivitas sosial
dan profesional yang tercermin dalam aktivitas
hidup keseharian, biasanya ditemukan juga
perubahan perilaku dan tidak disebabkan oleh
delirium maupun gangguan psikiatri
mayor(Guidline for Dimentia, 2013).
Latihan Kognitif Pada Lansia
 Menurunkan cemas
 Tehnik relaksasi
 Systematic desenzatization. Dirancang untuk

menurunkan perilaku yang berhubungan dengan


stimulus spesifik misalnya karena ketinggian atau
perjalanan melalui pesawat. Tehnik ini meliputi
relaksasi otot dengan membayangkan situasi yang
menyebabkan cemas.
 Flooding. Klien segera diekspose pada stimuli yang

paling memicu cemas (tidak dilakukan secara


berangsur – angsur) dengan menggunakan
bayangan/imajinasi
 Latihan kemampuan social meliputi :
menanyakan pertanyaan, memberikan salam,
berbicara dengan suara jelas, menghindari
kiritik diri atau orang lain
 Pencegahan respon klien. Klien didukung

untuk menghadapi situasi tanpa melakukan


respon yang biasanya dilakukan.
Demensia
Kognitif Demensia
Definisi
Demensia adalah sindroma klinis yang meliputi
hilangnya fungsi intelektual dan memori yang
sedemikian berat sehingga menyebabkan
disfungsi hidup sehari-hari. Demensia
merupakan keadaan ketika seseorang
mengalami penurunan daya ingat dan daya
pikir lain yang secara nyata mengganggu
aktivitas kehidupan sehari hari.
Etiologi
1. Syndrome demensia dengan etiologi yang dikenal tetapi
belum dapat diobati, penyebab utama dalam golongan ini
diantaranya:
◦ Penyakit degenerasi spino-selebelar
◦ Subakut leuko-esefalitis sklerotik fan bogaert
◦ Khorea hungtington

2. Syndrome demensia denga etiologi penyakit yang dapat


diobati, dalam golongan ini diantaranya:
 Penyakit kardiovaskuler
 Penyakit- penyakit metabolic
 Gangguan nutrisi
 Akibat intoksikasi menahun
Gejala Deminsia
dikutip dari Kemenkes RI, 2019:
 Gangguan daya ingat
 Sulit focus
 Sulit melakukan kegiatan yang biasa dilakukan
 Bingung (disorentasi), seperti tanggal penting, dll
 Kesulitan memahami ciri dan posisi benda tertentu
 Ganguan berkomunikasi
 Menaruh barang tidak pada tempatnya
 Salah membuat keputusan
 Menarik diri dari pergaulan
 Menurunnya daya ingat yang terjadi. Pada penderita demensia,
lupa menjadi bagian keseharian yang tidak bisa lepas
 Gangguan orientasi waktu dan tempat, misalnya: lupa hari,
minggu, bulan, tahun, tempat penderita demensia berada.
 Penurunan ketidak mampuan menyusun kata menjadi kalimat
yang benar, menggunakan kata yang tidak tepat untuk sebuah
kondisi, mengulang kata atau cerita yang sma berkali-kali.
 Ekspresi ang berlebihan, misalnya menangis berlebuhan saat
melihat drama televise, marah besar pada kesalahan kecil yang
dilakukan orang lain, rasa takut dan gugup yang tak beralasan.
Penderita demensia tidak mengerti mengapa perasan-perasan
tersebut muncul.
 Adanya perubahan perilaku seperti: acuh tak acuh, menarik diri
dan gelisah.
Patofisiologi

 Proses menua tidak dengan sendirinya


menyebabkan terjadinya demensia. Penuaan
menyebabkan terjadinya perubahan anatomi
dan biokimiawi di susunan saraf pusat yaitu
berat otak akan menurun sebanyak sekitar
10% pada penuaan antara umur 30 -70 tahun
Penatalaksanaan
Farmakoterapi

1. Untuk mengobati demensia alzheimer digunakan obat-obatan antikoliesterase


seperti Donepezil, Rivastigmine, Glantamine, Memantine
2. Demensia vaskuler membutuhkan obat-obatan anti platelet seperti Aspirin,
Ticlopidine, Clopidogrel untuk melancarkan aliran darah ke otak sehingga
memperbaiki gagguan kognitif
3. Demensia karena stroke yang berturut-urut tidak dapat diobati, tetapi
perkembangannya bisa diperlambat atau bahkan dihentikan dengan mengobati
tekanan darah tinggi atau kencing manis yang berhubungan dengan stroke
4. Jika hilangnya ingatan disebabkan oleh depresi, diberikan obat anti- depresi
seperti Sertraline dan Citalopram
5. Untuk mengendaliakn agitasi dan perilaku yang meledak-ledak, yang bisa
menyertai demensia stadium lanjut, sering digunakan antipsikotik (misalnya
Haloperidol, Quetiaoine dan Risperidone)
6. Dukungan atau peran keluarga
7. Mempertahankan lingkungan yang familiar akam membantu penderita tetap
memiliki orientasi. Kalender yang besar, cahaya yang terang, jam dinding
dengan angka angka
 Terapi simtomatik

Menurut Erwanto & Kurniasih (2018) Penderita penyakit


demensia dapat diberikan terapi simtomatika yaitu terapi
rekreasional dan aktifitas dimana upaya yang dapat dilakukan
dengan memberikan terapi brain gym. Brain gym ini berupa
senam otak dengan melibatkan petugas untuk mengajarkan
gerakan-gerakan mudah pada pasien demensia. Senam otak ini
bertujuan untuk membuktikan pernyataan menurut Pratiwi
(2016) bahwa apabila senam otak dilakukan secara rutin 1 kali
dalam sehari maka dapat menjaga fungsi daya ingat pada
lansia sehingga lansia dapat memenuhi aktivitas sehari-hari,
hal ini dibuktikan dengan peningkatan presentase pengkajian
Indeks KATZ. Sesuai penelitian yang dilakukan oleh Chancellor,
Duncan, & Chatterjee (2014) bahwa senam otak mampu
meningkatkan fungsi kognitif pada lansia yang mengalami
demensia.
Pencegahan Diminsia
Hal yang dapat kita lakukan untuk menurunkan resiko
terjasinya demensia diantaranya adalah menjaga ketajaman
daya ingat dan senantiasa mengoptimalkan fungsi otak
seperti:
 Mencegah masuknya zat zat yang dapat merusak sel sel

otak seperti alcohol dan zat adiktif yang berlebihan


 Melakukan kegiatan yang membuat mental kita sehat dan

aktif: Kegiatan rohani & memperdalam ilmu agama


 Tetep berinteraksi dengan lingkungan, berkumpul dengan

teman yang memiliki persamaan minat atau hobi


 Mengurangi stress dalam pekerjaan dan berusaha untuk

tetap relaks dalam kehidupan sehari hari dapat membuat


otak kita tetap sehat
Konsep Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Identitas klien meliputi nama, umur, jenis
kelamin, suku bangsa/latar belakang
kebudayaan, status sipil, pendidikan, pekerjaan
dan alamat. Pada pengkajian umur didapatkan
data umur pasien memasuki usia lanjut
 Keluhan Utama
Keluhan Utama yang sering ditemukan pada
klien dengan masalah psikososial. Pemeriksaan
fungsi kognitif awal bisa menggunakan
Minimental-state examination (MMSE) dari
folstein dengan skor/ angka maksimal 30. Jika
mempunyai skor dibawah 24, pasien patut
dicurigai mengalami demensia. (Aspiani, 2014)
Mini Mental State Exam (MMSE)

Nilai Pasien Pertanyaan

Max

Orientasi

5   (tahun) (musim) (tanggal) (hari) (bulan) apa sekarang?

5   Dimana kita: (Negara bagian) (wilayah) (kota) (rumah sakit) (lantai)

Registrasi

3   Nama 3 objek: 1 detik untuk mengatakan masing-masing. Kemudian tanyakan klien ketiga objek

setelah anda telah mengatakannya. Beri 1 poin untuk setiap jawaban yang benar. Kemudian

ulangi sampai ia mempelajari ketiganya. Jumlahkan percobaan dan catat. Percobaan:

.......................................

Perhatian dan Kalkulasi

5   Kurangi 100 dengan 7 secara menurun, 1 poin untuk setiap kebenaran.

    Berhenti setelah 5 jawaban.

Mengingat

3   Minta untuk mengulang ketiga objek di atas Berikan 1 poin untuk setiap kebenaran

Bahasa    

9   Nama pensil, dan melihat (2 poin)

Mengulang hal berikut: "tak ada jika, dan,atau tetapi" (1 poin)

Ikuti perintah 3-langkah: "ambil kertas di tangan kanan anda, lipat dua, dan taruh di lantai" (3
Analisa hasil:
 Nilai 24-30 : Normal
 Nilai 17-23 : gangguan kognitif ringan
 Nilai 0-16 : gangguan kognitif berat
Pemeriksaan Fisik
 Keadaan umum : Keadaan umum klien lansia

yang mengalami masalah psikososial


demensia biasanya lemah.
 Kesadaran : Biasanya Composmentis
 Tanda-tanda Vital : Suhu dalam batas normal

(37°.C), Nadi normal (N: 70-82x/mnt),


Tekanan darah kadang meningkat atau
menurun.
Pemeriksaan Review Of System (ROS)

 Sistem pernafasan (B1: Breathing), Dapat


ditemukan peningkatan frekuensi nafas atau
masih dalam batas normal
 Sistem sirkulasi (B2: Bledding), Tidak

ditemukan adanya kelainan, frekuensi nadi


masih dalam batas normal.
 Sistem persyarafan (B3: Brain), Klien

mengalami ganguan memori, kehilangan


ingatan,gangguan konsentrasi,
 Sistem Perkemihan (B4: Bledder), Tidak ada
keluhan terkait dengan pola berkemih.
 Sistem pencernaan (B5: Bowel), Klien makan

berkurang atau berlebih karena kadang lupa


apakah sudah makan atau belum, penurunan
berat badan kadang juga konstipasi.
 Sistem muskuloskeletal (B6: Bone), Klien

mengalami gangguan dalam pemenuhan


aktivitas.
Diagnose keperwatan
 Gangguan Memori b.d Ketidak akuatan

stimulus intelektual
 Gangguan komunikasi Verbal bd. gangguan

neuromuskuler
 Defisit perawatan diri b.d Gangguan

neuromuskuler
 Resiko cidera bd. Perubahan fungsi kognitif
Gangguan memori b.d Ketidak akuatan stimulus intelektual
(D. 006 )
Tujuan : setelah di lakuakan asuhan keperawatan selama 1x24
jam di harapakan gangguan memori b.d teratasi
 Ekspetasi : meningkat

Kriteria Hasil
 Melakukan tindakan untuk mengurungi factor resiko

meningkat 5
 Menerapkan program perawatan meningkat 5
 Aktivitas hidup sehari hari efektif memenuhi tujuan

kesehatan meningkat 5
 Verbalisisasi kesulitan dalam menjalani program perawatan

meningkat 1
Intervensi
Observasi
1. Identifikasi masalah memorinyang dialami
2. Identifikasi kesalahan terhadap orientasi
3. Monitor perilaku dan perubahan memori selama terapi

Terapeutik
4. Rencakan metode stimulasi sensori mengajar sesuai kemampuan pasien
5. Stimulasi memori dengan mebgulang pikiran yang terakhir di ucapkan
6. Koreksi kesalahan orientasi
7. Fasilitasi mengingat kembali pehaman masa lalu,jika perlu
8. Stimulasi menggunakan memori pada peristiwa yang baru terjadi

9. Edukasi
10. Jelaskan tujuan dan prosedur latihan
11. Ajarakan teknik memori yang tepat sepertiimaginsi, visual, permaianan memori,
isyarat memori, teknik asosiasi.

Kolaborasi
Rujuk pada terapi okupasi, jika perlu
Gangguan komunikasi verbal b.d gangguan
neuromuskuler
Tujuan Setelah di lakuakan Asuhan keperawatan
keluarga selama 1x24 jam diharapkan
Gangguan komunikasi verbal bd. gangguan
neuromuskuler Teratasi
Ekspetasi : Meningkat
Kriteria Hasil
Kemampuan Berbicara meningkat 5
Kemampuan mendengar 5
Kesesuaian Ekspresi wajah dan tubuh
meningkat 5
Intervensi
 Observasi

Monitor kecepatan,tekanan, kuantitas, volume, dan diksi bicara


Monitor proses kognitif, anatomis, dan fisiologi yang berkaitan denagan bicara
Monitor frustasi marah depresi atau hal yang menganggu bicara
Identifikasi perilaku emosionaldan fisik sebagai bentuk komunikasi

 Terapeutik
Gunakan metode komunikasi alternative misalnya menulis, mata berkedip dan sebagainya
Sesuaikangaya komunikasi dengan kebutuhan misalnyaberdiri depan pasien, dengarkan
dengan seksama, tunjukan gagasan atau pemikiran sekaligus
Modifikasi lingkungan untuk meminimalkan bantuan
Gunakan juru bicara, jika perlu
 
 Edukasi

Anjurkan berbicara perlahan


Ajarkan pasien dan keluarga kognitif, anatomis,dan fisiologis yang berhubungan dengan
kemampuan

 Kolaborasi
Rujuk ke patologi bicara atau terapis
Defisit Perawatan diri b.d Gangguan Neuromuskuler
Tujuan
 Setelah di lakukan asuhan keperawatan selama 1x24

jam di harapkan defisit b.d gangguan neuromuskuler


teratasi dengan
 Ekspetasi : Meningkat

Kriteria Hasil
 Kemampuan mandi meningkat 5
 Kemampuan mengenakan pakaian 5
 Kemampuan makan meningkat 5
 Mempertahankan kebersihan diri meningkat 5
 Minat melakukan perawatan diri meningkat 5
Dukungan perawatan diri (I. 11348)
 Observasi

Identifikasi kebiasaan aktivitas perawatan diri sesuai usia


Monitor tingkat kmandirian
Identifikasi kebutuhan alat bantu kebersihan diri, berpakaian, berhias
dan makan
 
 Teraupeutik

Sediakan lingkungan yang teraupeutik


Siapakan keperluan pribadi
Damping dalam melakukan perawatan diri sampai mandiri
Fasilitasi kemandirian, bantu jika tidak mampu melakukan perawatan diri
 
 Edukasi

Anjurkan melakukan perawatan diri secara konsisten sesuai kemampuan


Resiko cidera bd. Perubahan fungsi kognitif
Tujuan
 Setelah di lakuakan Asuhan keperawatan

keluarga selama 1x24 jam diharapkan resiko


cidera bd. Perbahan fungsi kognitif Teratasi
 Ekspetasi : menurun

Kriteria Hasul
 Gangguan mobilitas menurun 5
 Toleransi aktiviats menurun 1
INTERVENSI
 Observasi

Identifikasi area lingkungan yang berpotensi menyebabkan cidera


Idenyifikasi obat yang berpotensi menyebabkan cidera
 Terapeutik

Sedikan pencahayaan yang memadai


Gunakan alas lantai jika berisiko mengalami cidera serius
Tingkatkan frekuensi observasi dan pengawasan pasien, sesuai
kebutuhan
 Edukasi

Jelaskan alasan intervensi pencegahan jatuh kepasien dan


keluarga
Anjurkan berganti posisi secara perlahan dan duduk selsma
beberapa menit sebelum bediri
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai