Anda di halaman 1dari 13

GADAR PSIKIATRI

“TINDAK KEKERASAN”
KELOMPOK 2
Ahmad Yusuf P07220118061
Diella Mirabel A. P07220118062
Amalia P07220118063
Amelia Putri Atmaja P07220118064
Andriano Tuwaidan P07220118065
Miftahurrahmah P07220117059
Ulpah P07220118107
Wahyuni Dina R. P07220118108
Windani Dwi U. P07220118109
Zhakia Nabila M. P07220118110
Perilaku kekerasan
suatu keadaan hilangnya kendali perilaku seseorang yang
diarahkan pada diri sendiri, orang lain, atau lingkungan. Perilaku
kekerasan pada diri sendiri dapat berbentuk melukai diri untuk
bunuh diri atau membiarkan diri dalam bentuk penelantaran diri.
Perilaku kekerasan pada orang adalah tindakan agresif yang
ditujukan untuk melukai atau membunuh orang lain.
Perilaku kekerasan pada lingkungan dapat berupa perilaku
merusak lingkungan, melempar kaca, genting, dan semua yang
ada di lingkungan.
Pasien yang dibawa ke rumah sakit jiwa sebagian besar akibat
melakukan kekerasan di rumah.
Tindak kekerasan (violence)

Violence atau tindak kekrasan adalah


agresi fisik yang dilakukan oleh seseorang
terhadap orang lain. Jika hal itu diarahkan
kepada dirinya sendiri, disebut mutilasi
diri atau tingkah laku bunuh diri (suicidal
behavior).
Gambaran klinis dan diagnosis
Gangguanpsikiatrikyangseringberkaitandengantindakkekerasanadalah:

a) Gangguan psikotik, seperti skizofrenia dan manik, terutama bila paranoid


dan mengalami halusinasi yang bersifat suruhan (commanding
hallucination),
b) Intoksikasi alkohol atau zat lain,
c) Gejala putus zat akibat alkohol atau obat-obat hipnotik-seddatif
d) Katatonik furor
e) Depresi agitatif
f) Gangguan kepribadian yang ditandai dengan kemarahan dan gangguan
pengendalian impuls (misalnya gangguan kepribadian ambang dan
antisosial),
g) Gangguan mental organik, terutama yang mengenai lobus frontalis dan
temporalis otak.
Rentang Respons Marah

ADAPTIF MALADAPTIF

Asertif Frustasi Pasif Agresif Amuk

Keterangan: Asertif : Kemarahan yang diungkapkan tanpa menyakiti orang lain.


Frustasi : Kegagalan mencapai tujuan, tidak realitas/terhambat.
Pasif : Respons lanjutan yang pasien tidak mampu mengungkapkan perasaan
Agresif : Perilaku destruktif tapi masih terkontrol.
Amuk : Perilaku destruktif yang tidak terkontrol.
Karakteristik Pasertif Asertif Amuk
Nada Bicara • Negatif • Positif • Berlebihan
• Menghina diri • Menghargai diri sendiri • Menghina orang lain • Anda
selalu/tidak pernah?
• Dapatkah saya lakukan? • Saya dapat/akan lakukan
• Dapatkah ia lakukan?
Nada Suara • Diam Diatur  Tinggi
 Menuntut
• Lemah
• Merengek
Sikap Tubuh • Melorot • Menundukan kepala Tegak • Tegang
• Relaks • Bersandar ke depan
Personal space • Orang lain dapat masuk pada Menjaga jarak yang menyenangkan • Memiliki teritorial orang lain
teritorial pribadinya
• Mempertahankan hak
tempat/teritorial

Gerakan • Minimal • Memperlihatkan gerakan yang • Memperlihatkan gerakan yang


sesuai sesuai
• Lemah
• Resah
Kontak Mata Sedikit/tidak ada • Sekali-sekali (intermiten) Melotot
sesuai dengan kebutuhan
interaksi
Gejala atau Tanda Marah

1.Emosi 3.Fisik
a. Muka merah
a. Tidak adekuat b. Pandangan tajam
b. Tidak aman c. Napas pendek
c. Rasa terganggu d. Keringat
d. Marah (dendam) e. Sakit fisik 5.Sosial
e. Jengkel
f. Penyalahgunaan zat a. Menarik diri
g. Tekanan darah meningkat
b. Pengasingan
c. Penolakan
2.Intelektual 4.Spiritual
a. Kemahakuasaan d. Kekerasan
a. Mendominasi b. Kebijakan/kebenaran diri e. Ejekan
b. Bawel c. Keraguan f. Humor
c. Sarkasme d. Tidak bermoral
e. Kebejatan
d. Berdebat f. Kreativitas terlambat
e. Meremehkan
Proses Terjadinya Marah
Proses Terjadinya Amuk
Amuk adalah respons marah terhadap adanya stres, rasa cemas,
harga diri rendah, rasa bersalah, putus asa, dan
ketidakberdayaan.
Respons marah dapat diekspresikan secara internal atau
eksternal.

Respons marah dapat diungkapkan melalui tiga cara yaitu :


1. mengungkapkan secara verbal
2. Menekan
3. menantang.
Asuhan keperawatan kegawatdaruratan
psikiatri tindak kekerasan.
• Pengkajian
• Faktor Predisposisi
• Konsep Diri
• Hubungan Sosial
• Aktivitas Motorik
• Daftar Masalah Keperawatan
1. Risiko perilaku kekerasan.
2. Harga diri rendah.
3. Isolasi sosial.
4. Risiko tinggi cidera.

• Data Fokus
• Diagnosa Keperawatan
1. Risiko bunuh diri berhubungan dengan ganguan perilaku mencari
senjata berbahaya di buktikan dengan penyalahgunaan zat
2. Harga diri rendah kronis berhubungan dengan terpapar situasi
traumatis dibuktikan dengan merasa malu / bersalah
• Intervensi dan Implementasi
1. Dari diagnosa resiko bunuh diri berhubungan dengan ganguan
perilaku mencari senjata berbahaya di buktikan dengan
penyalahgunaan zat intervensi :
Identifikasi mood, identifikasi risiko keselamatan diri atau orang
lain ,fasilitasi pengisian kuesioner self-report jika perlu, berikan
kesempatan untuk menyampaikan perasaan dengan cara yang tepat,
jelaskan tentang gangguan mood dan penangannya, anjurkan berperan
aktif dalam pengobatan dan rehabilitasi jika perlu, kolaborasi
pemberian obat jika perlu, rujuk untuk psikoterapi jika perlu.
2. Dari diagnosa kedua Harga diri rendah kronis berhubungan dengan
terpapar situasi traumatis dibuktikan dengan merasa malu / bersalah
intervensi :
Identifikasi kemampuan dan beri penguatan, bina hubunga terapeautik
berdasarkan rasa percaya dan penghargaan,anjurkan ekspresi perasaan.
Evaluasi
Dari diagnosa pertama yaitu resiko menciderai diri, orang lain
dan lingkungan berhubungan dengan perilaku kekerasan.
Kriteria evaluasi semua tercapai karena klien dapat memahami
dan dapat mengulang kembali dari apa yang telah didiskusikan
bersama.
Untuk diagnosa kedua perilaku kekerasan berhubungan dengan
harga diri rendah belum tercapai karena keterbatasan waktu
dalam melakukan perawatan klien dirumah sakit, maka dari itu
diputuskan untuk bekerjasama dengan perawat ruangan untuk
melanjutkan intervensi evaluasi pada klien.

Anda mungkin juga menyukai