Anda di halaman 1dari 97

SKRIPSI

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN USIA MENARCHE PADA REMAJA


PUTRI DI UPT SMP NEGERI 13 GRESIK

Oleh:
MAULIDIATUL KHAMIDAH
201701212

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2021
SKRIPSI

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN USIA MENARCHE PADA REMAJA


PUTRI DI UPT SMP NEGERI 13 GRESIK
Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan Pada Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Bina Sehat PPNI Kabupaten Mojokerto

Oleh:
MAULIDIATUL KHAMIDAH
201701212

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
BINA SEHAT PPNI
MOJOKERTO
2021

ii
LEMBAR PERSETUJUAN

Proposal ini telah disetujui untuk diajukan dalam upaya Sidang Skripsi Program Studi

S1 Keperawatan

Judul : Hubungan Status Gizi dengan Usia Menarche Pada Remaja Putri
Di UPT SMP Negeri 13 Gresik
Nama : Maulidiatul Khamidah
NIM : 201701212
Pada Tanggal :

Oleh :

Pembimbing II
I

Dr. Indah
Catur Prasasti
Lestari,
LD,S.kep.,
S.Kep.,Ns.,
Ns.,M.Kes
M.Kes
NIK.162
NIK. 162601
601097
021

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Telah dipertahankan di depan Tim Penguji Seminar Proposal Skripsi pada Program
Studi S1 Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Sehat PPNI Kabupaten
Mojokerto.

Nama : Maulidiatul Khamidah


NIM : 201701212
Judul : Hubungan Status Gizi dengan Usia Menarche Pada Remaja Putri Di UPT
SMP Negeri 13 Gresik
Pada Tanggal :
Mengesahkan :
Tim Penguji Tanda Tangan

Ketua : Rina Nur Hidayati, M.Kep., Sp.Kep.Kom (……………..)

Anggota : Dr. Indah Lestari, S.kep., Ns., M.Kes (……………..)

Anggota : Catur Prasasti LD, S.Kep., Ns., M.Kes (……………..)

Mengetahui,

Ka. Prodi S1 Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Sehat PPNI

Kab. Mojokerto

Ana Zakiyah, M.Kep


NIK. 162 601 036

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, Karena atas
berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Proposal Skripsi dengan judul
“Hubungan Status Gizi dengan Usia Menarche Pada Remaja Putri Di UPT SMP Negeri 13
Gresik” tepat pada waktunya. Selesainya penulisan Proposal Skripsi ini adalah berkat
bantuan dan dukungan serta bimbingan dari berbagai pihak, maka dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kepala UPT SMP Negeri 13 Gresik yang telah mengijinkan saya melakukan studi
pendahuluan dan penelitian yang akan mendatang.
2. Dr. M. Sajidin, S.Kp., M.Kes selaku Ketua STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto yang
telah memberikan kesempatan dan fasilitas untuk mengikuti pendidikan di Program Studi
S1 Keperawatan di STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto. Dan selaku dosen penguji yeng
telah menguji dan memberikan masukan kepada peneliti.
3. Ana Zakiyah, M.Kep selaku Ka. Prodi Studi S1 Keperawatan STIKes Bina Sehat PPNI
Mojokerto.
4. Rina Nur Hidayati, M.Kep., Sp.Kep.Kom selaku penguji utama yang telah meluangkan
waktu menguji dan memberikan masukan kepada penulis
5. Dr. Indah Lestari, S.kep., Ns., M.Kes selaku dosen pembimbing I yang telah meluangkan
waktu serta memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis
6. Catur Prasasti LD,S.Kep., Ns., M.Kes selaku dosen pembimbing II yang telah
meluangkan waktu serta memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis
7. Staff dosen dan karyawan STIKes Bina sehat PPNI Kabupaten Mojokerto
8. Responden yang telah meluangkan waktu dan bekerja sama untuk memberikan data yang
dibutuhkan oleh peneliti.

Akhirnya penulis menyadari bahwa proposal skripsi ini jauh dari kata sempurna
sehingga memerlukan kritik dan saran untuk menyempurnakan proposal skripsi ini.

Gresik, Maret 2021


Hormat saya
Peneliti

Maulidiatul Khamidah

v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Ubah pikiranmu maka kamu akan merubah duniamu

By: Maulidiatul Khamidah

PERSEMBAHAN

1. Yang utama dari segalanya …. Alhamdulillaah... Puji syukur ke hadirat Allah SWT
yang telah melimpahkan segalanya dan atas segala lindungan dan ridhoNya
2. Kedua orang tuaku, Ayah Nabil Ladli dan Ibu Qurrotul Wahyuni yang telah
memberikan do’a, semangat, dan dukungan yang tiada henti terimakasih ayah dan ibu
ku tercinta,
3. Adik - adik tersayang ku Fastabiqul Khirot dan Muhammad Isyroq Baharuddin
Banin yang telah mendo’akanku dan membantu dalam tugas akhir saya hingga
sampai ke titik ini
4. Sahabat-sahabatku Prodi S1 Keperawatan STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto yang
selalu menemaniku dan memberikan dukungan tak terhingganya untukku hingga ke
titik ini
5. Kepada Ibu Dr. Indah Lestari, S.kep., Ns., M.Kes selaku pembimbing I dan Ibu Catur
Prasasti LD,S.Kep., Ns., M.Kes selaku pembimbing II, saya mengucapkan banyak
terimakasih telah meluangkan waktu untuk membimbing saya dan sudah memberikan
ilmu yang sangat bermanfaat. Semoga allah SWT senantiasa melindungi dan
meninggikan derajat beliau.

vi
ABSTRAK

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN USIA MENARCHE PADA REMAJA PUTRI

DI UPT SMP NEGERI 13 GRESIK

OLEH :

MAULIDIATUL KHAMIDAH

Latar belakang : Menarche merupakan perubahan yang menandakan bahwa remaja

sudah memasuki tahap kematangan organ seksual dalam tubuh. Usia untuk mencapai

fase terjadinya menstruasi pertama kali dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain

adalah suku, genetik, gizi, sosial, ekonomi, dan lain-lain.

Tujuan : Diketahuinya hubungan status gizi dengan usia menarche pada remaja putri

di SMPN 13 Gresik

Metode : Dalam penelitian ini menggunakan desain analisis korelasional dengan

pendekatan cross sectional.

Hasil : Diketahui hasil dari penelitian yang dilakukan di UPT SMPN 13 Gresik

sebagian besar mengalami menarche dini sebanyak 33 responden (49,3%), usia

menarche normal sebanyak 32 responden (47%), usia menarche tarda sebanyak 2

responden (3%). Serta Sebagian besar mengalami status gizi gemuk tingkat ringan

sebanyak 30 responden (44,8%), status gizi dengan kategori kurus tingkat berat

sebanyak 6 responden (9,0%), status gizi dengan kategori kurus tingkat ringan

sebanyak 8 responden (11,9%), status gizi dengan kategori normal sebanyak 23

responden (34,3%), serta 0 responden dengan status gizi gemuk tingkat berat (0%).

Kesimpulan : Ada hubungan antara status gizi dan usia menarche terbukti hasil dari

analisa yang ditunjukkan dari nilai ρ value (0,000) < α (0, 05).

Kata kunci : Statuz Gizi, Usia Menarche, Remaja Putri


vii
DAFTAR ISI

SKRIPSI..........................................................................................................................ii

LEMBAR PERSETUJUAN.........................................................................................iii

LEMBAR PENGESAHAN...........................................................................................iv

KATA PENGANTAR....................................................................................................v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN................................................................................vi

DAFTAR ISI................................................................................................................viii

DAFTAR GAMBAR....................................................................................................xii

DAFTAR TABEL.......................................................................................................xiii

DAFTAR LAMPIRAN...............................................................................................xiv

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................15

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................15

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................18

1.3 Tujuan Penelitian......................................................................................................18

1.3.1 Tujuan Umum.................................................................................................18

1.3.2 Tujuan Khusus................................................................................................18

1.4 Manfaat Penelitian....................................................................................................18

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................20

2.1 Konsep dasar remaja putri........................................................................................20

2.1.1 Pengertian remaja............................................................................................20

2.1.2 Tahapan remaja...............................................................................................20

2.1.3 Remaja putri....................................................................................................21

2.1.4 Ciri perkembangan remaja putri......................................................................22

2.2 Konsep dasar menstruasi..........................................................................................24

viii
2.2.1 Pengertian menstruasi.....................................................................................24

2.2.2 Siklus menstruasi............................................................................................24

2.2.3 Siklus endometrium........................................................................................25

2.2.4 Siklus hipotalamus-hipofisis...........................................................................26

2.2.5 Siklus ovarium................................................................................................27

2.3 Konsep menarche.....................................................................................................27

2.3.1 Pengertian menarche.......................................................................................27

2.3.2 Fisiologi menarche..........................................................................................28

2.3.3 Karakteristik menarche...................................................................................30

2.3.4 Macam - macam menarche.............................................................................30

2.3.5 Gejala yang mempengaruhi menarche............................................................31

2.3.6 Reaksi remaja dalam menghadapi menarche..................................................31

2.3.7 Faktor – faktor yang mempengaruhi menarche..............................................32

2.3.8 Status gizi menghadapi menarche...................................................................34

2.4 Konsep dasar status gizi...........................................................................................36

2.4.1 Pengertian status gizi.......................................................................................36

2.4.2 Gizi Pada Remaja............................................................................................37

2.4.3 Kebutuhan gizi pada remaja............................................................................37

2.4.4 Faktor – faktor yang mempengaruhi status gizi..............................................39

2.4.4.1 Faktor ekternal...............................................................................................39

2.4.4.2 Faktor internal...............................................................................................40

2.4.5 Metode penilaian status gizi............................................................................40

2.5 Konsep hubungan status gizi dengan usia menarche................................................46

2.5.1 Gambaran status gizi remaja...........................................................................48

2.5.2 Gambaran usia menarche remaja....................................................................49

2.5.3 Gambaran status gizi dan usia menarche remaja............................................50

2.6 Kerangka teori..........................................................................................................53

ix
2.7 Kerangka Konsep.....................................................................................................54

2.8 Hipotesis...................................................................................................................55

BAB III METODE PENELITIAN.............................................................................56

3.1 Desain penelitian......................................................................................................56

3.2 Populasi, sampling, dan sampel................................................................................56

3.2.1 Populasi...........................................................................................................56

3.2.2 Sampling.........................................................................................................56

3.2.3 Sampel.............................................................................................................56

3.3 Identifikasi variabel dan definisi operasional...........................................................57

3.3.1 Identifikasi variabel.........................................................................................57

3.3.2 Definisi operasional........................................................................................57

3.3.3 Prosedur penelitian..........................................................................................58

3.3.4 Kerangka kerja................................................................................................61

3.4 Pengumpulan data.....................................................................................................62

3.4.1 Metode pengumpulan data..............................................................................62

3.4.2 Instrumen pnelitian..........................................................................................62

3.4.3 Lokasi dan waktu penelitian............................................................................63

3.5 Pengolahan data........................................................................................................63

3.5.1 Editing.............................................................................................................63

3.5.2 Coding.............................................................................................................63

3.5.3 Tabulating.......................................................................................................64

3.5.4 Analisa data.....................................................................................................64

3.6 Etika penelitian.........................................................................................................64

3.6.1 Inform concent (lembar persetujuan)..............................................................65

3.6.2 Anonimity (tanpa nama)..................................................................................65

3.6.3 Confidentialiy (kerahasiaan)...........................................................................65

3.7 Keterbatasan.............................................................................................................65

x
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN......................................................................66

4.1 Hasil penelitian.........................................................................................................66

4.1.1 Data umum......................................................................................................66

4.1.2 Data khusus.....................................................................................................66

4.2 Pembahasan..............................................................................................................68

4.2.1 Hubungan status gizi dengan usia menarche pada remaja..............................68

BAB V PENUTUP........................................................................................................74

5.1 Kesimpulan...............................................................................................................74

5.2 Saran.........................................................................................................................74

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................76

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Indeks Masa Tubuh Menurut P2PTMKEMENKES Repiblik Indonesia

.....................................................................................................................................44

Gambar 2. 2 Kerangka Teori Hubungan Status Gizi Dengan Usia Menarche............53

Gambar 2. 3 Kerangka Konsep....................................................................................54

Gambar 3. 1 Kerangka Kerja Tentang Hubungan Status Gizi Dengan Usia Menarche

Pada Remaja Putri Di Upt Smp Negeri 13 Gresik.......................................................54

xii
DAFTAR TABEL

Tabel 2. 2 Kategori Imt Menurut Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

2019.........................................................................................................................................43

Tabel 3. 1 Definisi Operasional Hubungan Status Gizi Dengan Usia Menarche PadaRemaja

Putri di SMPN 13 Gresik.........................................................................................................57

Tabel 4. 1 Distribusi Frekuensi Umur Responden di UPT SMPN 13 Gresik.........................66

Tabel 4. 2 Distribusi Frekuensi Usia Menarche Responden di UPT SMPN 13 Gresik..........66

Tabel 4. 3 Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden di UPT SMPN 13 Gresik.................67

Tabel 4. 4 Hubungan Status Gizi dengan Usia Menarche Pada Remaja Putri di UPT SMPN

13 Gresik..................................................................................................................................67

xiii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Lembar Perngajuan Judul Skirpsi............................................................78

Lampiran 2 Lembar Bimbingan Skripsi .....................................................................79

Lampiran 3 Surat Ijin Studi Pendahuluan dan Penelitian............................................85

Lampiran 4 Surat Balasan Persetujuan Studi Pendahuluan dan Penelitian.................86

Lampiran 5 Lembar Permohonan Menjadi Responden...............................................87

Lampiran 6 Lembar Persetujuan Menjadi Responden.................................................88

Lampiran 7 Kuisioner Penelitian.................................................................................89

Lampiran 8 Tabulating Data........................................................................................91

Lampiran 9 Hasil Uji SPSS.........................................................................................94

xiv
BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Masa remaja atau disebut juga dengan masa pubertas merupakan masa peralihan antara

kanak-kanak dan masa dewasa. Tidak ada batas antara akhir masa kanak-kanak dan awal

pubertas, akan tetapi dapat dikatakan bahwa masa pubertas diawali dengan berfungsinya

ovarium dan berakhir pada saat ovarium sudah berfungsi dengan mantap dan teratur. Secara

klinis pubertas mulai dengan timbulnya ciri-ciri kelamin yaitu tumbuh rambut kemaluan,

payudara membesar dan menstruasi (gaudineau, 2010). Menstruasi pertama atau darah yang

pertama kali keluar dari vagina yang dialami remaja puteri disebut sebagai menarche.

Menarche merupakan perdarahan pertama kali dari uterus yang terjadi pada wanita di masa

pubertas sekitar usia 10-16 tahun. Menarche merupakan perubahan yang menandakan bahwa

remaja sudah memasuki tahap kematangan organ seksual dalam tubuh. Dimulainya menarche

membuat organ seks sekunder tumbuh berkembang seperti pembesaran payudara, mulai

tumbuh rambut ketiak, panggul membesar dan juga mulai berkembangnya beberapa organ

vital yang siap untuk dibuahi. Usia untuk mencapai fase terjadinya menstruasi pertama kali

dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain adalah suku, genetik, gizi, sosial, ekonomi, dan

lain-lain (proverawati dan misaroh, 2009). Penurunan usia menarche yang terjadi pada remaja

putri di dunia saat ini sangat berkaitan erat dengan adanya faktor endogen dan eksogen.

Menurut Maestripieri et al (2014) penurunan usia menarche berkaitan dengan status gizi pada

remaja. Usia menarche yang menurun pada remaja puteri ini kemungkinan disebabkan

terjadinya perubahan tempo dalam percepatan pertumbuhan, dan karakterisktik dari kenaikan

berat badan (ong, 2017).

Data demografi menunjukkan bahwa remaja merupakan populasi besar dari penduduk

dunia. Menurut WHO sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja berumur 12-16

15
tahun mengalami perubahan usia menarche. Di Amerika Serikat, Sekitar 95% wanita remaja

mempunyai tanda-tanda pubertas dengan menarche pada umur 12 tahun dan umur rata-rata

12,5 tahun yang diiringi dengan pertumbuhan fisik saat menarche (WHO, 2018). Hasil

Riskesdas (2018) menunjukan bahwa berdasarkan laporan responden yang sudah mengalami

haid rata-rata usia menarche di Indonesia 13 tahun (20%) dengan kejadian lebih awal pada

usia kurang dari 9 tahun. secara nasional rata-rata usia menarche 13- 14 tahun terjadi pada

37,5% anak Indonesia dan ada juga yang baru berusia 8 tahun sudah memulai siklus haid

namun jumlah ini sedikit sekali.

Demikian pula di Indonesia, departemen Kesehatan republik Indonesia melaporkan

terjadi penurunan usia Menarche di Indonesia. Hasil sebuah penelitian menunjukkan bahwa

dari 302 siswi ada 17 siswi yang mengalami peningkatan berat badan, 9 siswi (52,9%)

diantaranya mengalami menarche dini dan 8 (47,1%) tidak mengalami menarche dini

(Sunarto dan Mayasari, 2017).

Menurut data dari sebuah penelitian yang dilakukan di tamale, ghana pada tahun 2016

menunjukkan bahwa 11.26% remaja putri mengalami menarche kurang dari 12 tahun,

57.34% pada usia 12-14 tahun dan 31.4% pada usia 14 tahun ke atas (ameade and garti,

2016). Menurut penelitian pada santri asrama muzamzamah-chosyi’ah pondok pesantren

darul ‘ulum jombang pada 2017, dari 26 responden didapatkan sebanyak 26.92% (7

santriwati) mengalami usia menarche kurang dari 12 tahun, 42.31% (11 santriwati) dengan

usia menarche 12-14 tahun dan 30.77% (8 santriwati) belum mengalami menarche. Di

indonesia umur termuda menarche pada remaja putri adalah 9 tahun dan umur tertua

menarche pada remaja putri adalah 18 tahun. Kebanyakan remaja putri di indonesia

mengalami menarche pada umur 12 tahun (31,33%), umur 13 tahun (31,30%) dan pada umur

14 tahun (18,24%).

16
Berdasarkan data dari hasil studi pendahuluan yang dilakukan di UPT SMPN 13 Gresik

didapatkan 67 siswi yang telah mengalami menstruasi. Dari hasi wawancara siswi smpn 13

gresik ditemukan 20 orang siswi sudah mendapat menstruasi pada usia < 12 tahun, 8 orang

siswi sudah mendapat menstruasi pada usia 12 tahun dan 4 orang siswi belum mendapat

menstruasi sementara usianya sudah 15 tahun dan mengatakan bahwa mereka merasa malu

dan minder karena belum mendapat menstruasi sementara teman lainnya sudah mendapat

menstruasi.

Gizi adalah salah satu faktor yang sangat mempengaruhi usia menarche pada remaja.

Faktor rendahnya asupan serat dan asupan lemak maupun kalsium berdampak pada usia

menarche dini (susanti, 2012). Nutrisi sangat berperan dalam kematangan seksual, sehingga

diperlukan pemantauan nutrisi pada remaja. Pemantauan nutrisi dapat dilihat dari status

gizinya. Status gizi pada anak dapat dilakukan dengan pengukuran indeks massa tubuh

(IMT). Imt merupakan metode sederhana untuk menilai status gizi pada individu

berhubungan dengan kekurangan dan kelebihan status gizi. Imt ditentukan dengan cara

mengukur berat badan dibagi dengan tinggi badan yang hasilnya dalam satuan kg/m²

(situmorang 2015). Menurut kusnia dan damarati (2012) percepatan proses menarche juga di

pengaruhi oleh perubahan hormone steroid, estrogen, dan progesteron yang mempengaruhi

pertumbuhan endometrium, semakin baik gizi remaja maka semakin cepat remaja akan

mengalami menarche.

Pola makan tinggi lemak, protein, dan karbohidrat akan menyebabkan peningkatan

berat badan dan juga menyebabkan status gizi lebih. Siswi dengan imt yang lebih tinggi

cenderung mengalami menarche dini, hal ini berkaitan dengan jumlah lemak yang berlebih di

dalam tubuhnya. Penumpukan lemak di dalam tubuh akan mempengaruhi sekresi hormon

leptin dan merangsang hipotalamus dalam pembentukan GNRH. Gonadotropin releazing

hormone (GNRH) akan merangsang hipofisis anterior untuk menghasilkan fsh dan lh

17
mengirimkan sinyal melalui gonadotropin menuju ovarium untuk menghasilkan hormon

esterogen. Estrogen akan mempengaruhi kematangan organ-organ reproduksi dan perubahan

organ-organ seks sekunder, diantaranya: distribusi rambut, deposit jaringan lemak, dan

akhirnya perkembangan endometrium di dalam uterus. Rangsangan esterogen yang cukup

lama terhadap endometrium akhirnya menyebabkan pendarahan pertama yang disebut

menarche. (gayton, 2009)

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian

dengan judul hubungan status gizi dengan menarche pada remaja putri di UPT SMPN 13

Gresik.

I.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka rumusan masalah yang dapat

dikembangkan oleh peneliti adalah “Apakah Ada Hubungan Status Gizi Dengan Usia

Menarche Dini Pada Remaja Putri Di SMPN 13 Gresik ? ”

I.3 Tujuan Penelitian

I.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan status gizi dengan usia menarche pada remaja

putri di SMPN 13 Gresik

I.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi status gizi pada remaja putri di SMPN 13 Gresik

2. Mengidentifikasi usia menarche pada remaja putri di SMPN 13 Gresik

3. Menganalisis hubungan status gizi dengan usia menarche pada remaja putri

di SMPN 13 Gresik

I.4 Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis
18
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan

tentang status gizi dengan usia menarche.

2. Manfaat aplikatif

a. Bagi institusi/sekolah

Diharapkan supaya informasi dari hasil penelitian ini dapat menjadi

masukan untuk sekolah-sekolah, supaya pihak guru-guru dapat

memberikan ilmu pengetahuan yang lebih mengenai hal yang

bersangkutan dengan menstruasi pertama (menarche) terhadap siswi-

siswi.

b. Bagi remaja putri

Diharapkan supaya dapat menjadi masukan bagi remaja putri khususnya

yang belum mendapatkan menarche untuk meningkatkan status gizi

mereka menjadi lebih baik, agar usia saat mendapatkan menarche dalam

rentang normal, sehingga terhindar dari dampak menarche yang terlalu

cepat dan terlalu lambat.

c. Bagi dinas kesehatan kabupaten

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam

meningkatkan pelayanan kesehatan remaja melalui penyelenggaraan

promosi kesehatan, konseling kesehatan reproduksi dengan status gizi

pada remaja putri khususnya yang belum mendapatkan menarche.

d. Bagi peneliti selanjutnya

Dapat menjadi sumber informasi bagi penelitian sejenis di masa yang

akan datang.

19
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep dasar remaja putri

II.1.1 Pengertian remaja

Remaja atau adolescence adalah periode perkembangan selama di mana

individu mengalami perubahan dari masa kanak – kanak menuju masa dewasa,

biasanya antara usia 13 – 20 tahun. Menurut who (2012) dan pinem (2009) remaja

adalah seseorang yang berusia 10 – 19 tahun, sedangkan menurut soetjiingsih (2004)

remaja berusia 11 – 20 tahun yang dibagi menjadi 3 tahap remaja awal (11 – 13

tahun), remaja tengah (14 – 16 tahun), dan remaja akhir (17 - 20 tahun).

Istilah adolescence biasanya menunjukkan maturasi psikologis individu, ketika

pubertas menunjukkan titik di mana reproduksi mungkin dapat terjadi. Perubahan

hormonal pubertas mengakibatkan perubahan penampilan pada orang muda, dan

perkembangan mental mengakibatkan kemampuan untuk menghipotesis dan

berhadapan dengan abstraksi (potter & perry, 2005).

Remaja adalah masa peralihan dari masa anak-anak menjadi dewasa yang

mengalami perkembangan semua aspek.

II.1.2 Tahapan remaja

Menurut Santrock (2003) masa remaja dibagi menjadi beberapa tahap yaitu:

1. Remaja awal (early adolescent) pada usia 11-14 tahun. Remaja awal

biasanya berada pada tingkat smp, perubahan yang terjadi pada masa

ini sangat cepat, baik pertumbuhan fisik dan kapasitas intelektual.

Pada masa ini tugas perkembangannya lebih dipengaruhi oleh

perubahan fisik dan mental yang cepat, yaitu adaptasi dan

20
penerimaan keadaan tubuh yang berubah.

2. Remaja pertengahan (middle adolescent) pada usia 15-18 tahun,

biasanya duduk di bangku smu. Pada masa ini remaja secara fisik

menjadi percaya diri dan mendapatkan kebebasan secara psikologi

dari orang tua, memperluas pergaulan dengan teman sebaya dan

mulai mengembangkan persahabatan dan keterkaitan dengan lawan

jenis.

3. Remaja akhir (late adolescent) pada usia 18-22 tahun. Umumnya

terjadi pada akhir smu dan universitas sampai individu mencapai

kematangan fisik, emosi dan kesadaran akan keadaan sosialnya,

memiliki identitas personal dalam relasinya dengan orang lain,

mengetahui peran sosial, sistem nilai, dan tujuan dalam hidupnya.

II.1.3 Remaja putri

Remaja merupakan periode yang penting pada pertumbuhan dan kematangan

manusia. Pada periode ini banyak terjadi perubahan unik, serta banyak pula

pemantapan pola-pola dewasa. Dekatnya masa remaja dengan kematangan biologi dan

orang dewasa memberikan peluang untuk melaksanakan kegiatan tertentu yang

dirancang untuk mencegah munculnya rnasalah-masalah kesehatan pada masa dewasa

nanti.

Remaja putri adalah individu yang memilki rentang usia 12 tahun sampai

dengan 21 tahun yang memiliki minat-minat pribadi dimana salah satunya adalah

minat pada penampilan dirinya sendiri khusuanya remaja berusia 16 tahun samapi 19

tahun (riyadi, 2001). Menurut (Hall, 1991) masa remaja merupakan masa dimana

dianggap sebagai masa topan badai danstress (storm andstress). Karena mereka

mereka telah memiliki keinginan bebas untuk menentukan nasib sendiri, kalau terarah

21
dengan baik maka ia akan menjadi seorang individu yang memiliki rasa tanggung

jawab, tetapi kalau tidak terbimbing maka bisa menjadi seorang yang tak memiliki

masa depan dengan baik.

Menurut (Gunarsa Dan Gunarsa, 1991) istilah asing yang sering digunakan

untuk menunjukkan masa remaja antara lain :

a. Puberty (bahasa inggris) berasal dari istilah latin pubertas yang berarti kelaki-

lakian, kedewasaan yang dilandasi oleh sifat dan tanda kelaki-lakian. Pubescence

dari kata pubis (pubic hair) yang berarti rambut (bulu) pada daerah kemaluan

(genetal) maka pubescence berarti perubahan yang dibarengi dengan tumbuhnya

rambut pada daerah kemaluan.

b. Adolescentia berasal dari istilah latin adolescentia yang berarti masa muda yang

terjadi antara 17 – 30 tahun yang merupakan masa transisi atau peralihan dari

masa kanak-kanak menunju masa dewasa yang ditandaidengan adanya perubahan

aspek fisik, psikis dan psikososial. Proses perkembangan psikis remaja dimulai

antara 12 – 22 tahun. Menurut santrock (1998) mendefinisikan pubertas

sebagai masa pertumbuhan tulang-tulang dan kematangan seksual yang terjadi

pada masa awal remaja. Menurut stanley hall (1998) usia remaja antara 12

sampai usia 23 tahun. Masa remaja adalah masa yang akan melalui krisis dimana

remaja berusaha untuk mencari identitas diri (dariyo, 2004).

II.1.4 Ciri perkembangan remaja putri

Ciri-ciri perkembangan remaja putri menurut Hurlock (2001), antara lain :

1. Perubahan tubuh pada masa puber

a. Perubahan ukuran tubuh

22
Perubahan fisik utama pada masa puber adalah perubahan ukuran

tubuh dalam tinggi dan berat badan. Di antara anak-anak perempuan, rata-rata

peningkatan per tahun dalam tahun sebelum haid adalah 3 inci, tetapi

peningkatan itu bisa juga terjadi dari 5 sampai 6 inci. Dua tahun sebelum haid

peningkatan rata-rata adalah 2,5 inci. Jadi peningkatan keseluruhan selama

dua tahun sebelum haid adalah 5,5 inci. Setelah haid, tingkat pertumbuhan

menurun sampai kira-kira 1 inci setahun dan berhenti sekitar delapan belas

tahun. Tinggi badan rata–rata laki–laki dan perempuan umur 12 tahun adalah

sekitar 59 atau 60 inci, sedangkan tinggi rata–rata remaja perempuan hanya 64

inci. Penambahan berat badan + dalam 1 tahun yakni rata-rata sekitar 13kg

bagi anak laki – laki dan 10 kg bagi perempuan (papalia & olds, 2016).

b. Perubahan proporsi tubuh

Perubahan fisik pokok yang kedua adalah perubahan proporsi tubuh.

Daerah-daerah tubuh tertentu yang tadinya terlampau kecil, sekarang menjadi

terlampau besar karena kematangan tercapai lebih cepat dari daerah-daerah

tubuh yang lain. Badan yang kurus dan panjang mulai melebar di bagian

pinggul dan bahu, dan ukuran pinggang tampak tinggi karena kaki menjadi

lebih panjang dari badan

2. Akibat perubahan remaja putri pada masa puber

a. Akibat terhadap keadaan fisik

Pertumbuhan yang pesat dan perubahan-perubahan tubuh cenderung

disertai kelelahan, kelesuan dan gejala-gejala buruk lainnya. Sering terjadi

gangguan pencernaan dan nafsu makan kurang baik. Anak prapuber sering

terganggu oleh perubahan- perubahan kelenjar, besarnya, dan posisi organ-

organ internal. Perubahan-perubahan ini mengganggu fungsi pencernaan yang

23
normal. Anemia sering terjadi pada masa ini, bukan karena adanya perubahan

dalam kimiawi darah tetapi kebiasaan makan yang tidak menentu yang

semakin menambah kelelahan dan kelesuan.

b. Akibat perubahan sikap dan perilaku

Dapat dimengerti bahwa akibat yang luas dari masa puber pada

keadaan fisik anak juga mempengaruhi sikap dan perilaku. Pada umumnya

pengaruh masa puber lebih banyak pada anak perempuan daripada anak laki-

laki, sebagian disebabkan karena anak perempuan biasanya lebih cepat matang

daripada anak laki- laki dan sebagian karena banyak hambatan-hambatan

sosial mulai ditekankan pada perilaku anak perempuan justru pada saat anak

perempuan mencoba untuk membebaskan diri dari berbagai pembatasan.

Karena mencapai masa puber lebih dulu, anak perempuan lebih cepat

menunjukkan tanda-tanda perilaku yang menganggu daripada anak laki-laki.

Tetapi perilaku anak perempuan lebih cepat stabil daripada anak laki-laki, dan

anak perempuan mulai berperilaku seperti sebelum masa puber.

II.2 Konsep dasar menstruasi

II.2.1Pengertian menstruasi

Menstruasi yang terjadi pada saat pertama kali merupakan pertanda bahwa

seorang remaja sedang mengalami pubertas. Menstruasi atau haid adalah

kejadian alamiah yang terjadi pada wanita normal. Hal ini terjadi karena

terlepasnya lapisan endometrium uterus. Haid biasanya terjadi setiap bulan

(dengan siklus setiap orang berbeda, ada yang 28 hari, ada pula yang kurang atau

lebih dari itu) antara usia remaja sampai menopause (andira 2010).

24
II.2.2Siklus menstruasi

Hari pertama terjadinya perdarahan dihitung sebagai awal setiap siklus

menstruasi (hari ke-1). Siklus menstruasi berkisar antara 21 – 40 hari. Hanya 10

–15% wanita yang memiliki siklus 28 hari (nugroho & utama 2014). Pada

awalnya, sebagian anak perempuan mengalami menstruasi tidak regular, tidak

dapat diprediksi, tidak nyeri, dan tidak mengandung telur. Setelah satu tahun atau

lebih, berkembang suatu irama hipofisis-hipotalamus, dan ovarium memproduksi

estrogen siklik yang adekuat untuk mematangkan ovum. Periode ovulasi

cenderung regular, dipantau oleh progesteron. Beberapa wanita saat periode

ovulasi dikaitkan dengan disminore (kram uterus yang menimbulkan nyeri), yang

mungkin merupakan efek progesteron atau prostaglandin atau keduanya.

II.2.3 Siklus endometrium

Menstruasi adalah perdarahan periodik pada uterus yang dimulai sekitar 14

hari setelah ovulasi. Hari pertama keluarnya rabas menstruasi ditetapkan sebagai

hari pertama siklus endometrium. Lama aliran menstruasi rata –rata 5 hari

(dengan rentang 3-6 hari) dan jumlah darah yang hilang rata –rata 50 ml (rentang

20-80 ml). Darah menstruasi membeku di dalam uterus, tetapi biasanya bekuan

mencair sebelum keluar dari uterus. Selain darah, rabas uterus juga mengandung

lendir dan sel epitel. Siklus menstruasi merupakan rangkain peristiwa yang

kompleks dan saling mempengaruhi di endometrium, hipotalamus-hipofisis serta

ovarium. Siklus menstruasi endometrium terdiri dari empat fase, yakni (1) fase

menstruasi, (2) fase proliferasi, (3) fase sekresi, (4) fase iskemi. Fase proliferasi

merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung sekitar hari kelima

hingga ovulasi. Permukaan endometrium secara lengkap kembali normal sekitar

4 hari atau menjelang perdarahan berhenti. Sejak saat ini, terjadi penebalan 8

25
sampai 10 kali lipat, yang berakhir saat ovulasi. Fase proliferasi bergantung pada

stimulasi estrogen yang berasal dari folikel ovarium (graaf).

Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar 3 hari sebelum

periode menstruasi berikutnya. Setelah ovulasi progesteron diproduksi lebih

banyak dan endometrium terlihat edematosa, vaskular dan fungsional. Pada akhir

fase sekresi, endometrium sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai

ketebalan seperti beludru yang tebal dan halus. Endometrium menjadi kaya darah

dan sekresi kelenjar, tempat yang sesuai untuk melindungi dan memberi nutrisi

ovum yang dibuahi. Implantasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7-10 hari

setelah ovulasi, apabila tidak terjadi pembuahan dan implantasi, korpus luteum

yang menyekresi estrogen dan progesteron menyusut. Seiring penurunan kadar

progesteron dan estrogen yang cepat, arteri spiral menjadi spasme. Selama fase

iskemi, suplai darah ke endometrium fungsional berhenti dan terjadi nekrosis.

Lapisan fungsional berpisah dari lapisan tebal dan perdarahan menstruasi dimulai

yang menandai hari pertama siklus berikutnya.

II.2.4 Siklus hipotalamus-hipofisis

Menjelang akhir siklus menstruasi kadar estrogen dan progesteron

menurun. Kadar hormon ovarium yang rendah dalam darah menstimulasi

hipotalamus untuk menyekresi gonadotropin-releasing homone (GNRH). GNRH

menstimulasi sekresi hipofisis anterior fsh, kemudian fsh menstimulasi

perkembangan folikel de graaf ovarium dan produksi estrogennya. Kadar

estrogen mulai menurun dan gn-rh memicu hipofisis anterior mengeluarkan

lutenizing hormone (LH). Lonjakan LH yang menyolok dan kadar estrogen yang

berada dibawah puncak ini mengawali ekspulsi ovum dari folikel de graaf dalam

24-36 jam. LH mencapai puncak pada hari ke-13 atau ke-14 pada siklus 28 hari.

26
Apabila tidak terjadi fertilisasi dan implantasi ovum, korpus luteum akan

menyusut, oleh karena itu kadar progesteron dan estrogen menurun, terjadi

menstruasi, dan hipotalamus sekali lagi distimulasi untuk menyekresi GNRH.

Proses ini disebut siklus hiptalamus-hipofisis.

II.2.5 Siklus ovarium

Folikel primer berisi oosit tidak matur (ovum primordial). Sebelum ovulasi,

1 sampai 30 folikel mulai matur di dalam ovarium di bawah pengaruh FSH dan

estrogen. Lonjakan LH sebelum terjadi ovulasi mempengaruhi folikel yang

terpilih. Di dalam folikel yang terpilih, oosit matur, terjadi ovulasi, dan folikel

yang kosong memulai transformasinya menjadi korpus luteum. Lama fase

folikular (fase preovulasi) bervariasi pada setiap wanita. Setelah ovulasi, kadar

estrogen turun. Pada 90% wanita, pengeluaran darah hanya sedikit, sehingga

tidak disadari. Pada 10% wanita terjadi perdarahan yang cukup sehingga dapat

dilihat dan mengakibatkan peradarahan di pertengahan siklus (midcycle

bleeding). Fase luteal dimulai segera setelah ovulasi dan berakhir pada awal

menstruasi. Fase pascaovulasi pada siklus ovarium ini biasanya berlangsung

selama 14 hari (rentang 13-15 hari). Korpus luteum mencapai puncak aktivitas

fungsional 8 hari setelah ovulasi, menyekresi baik hormon estrogen steroid

maupun progesteron steroid. Bersamaan dengan waktu fungsi luteal puncak ini,

telur yang dibuahi bernidasi di endometrium. Apabila tidak terjadi implantasi,

korpus luteum berkurang dan kadar steroid menurun. Dua minggu setelah

ovulasi, jika tidak terjadi fertilisasi dan implantasi, lapisan fungsional

endometrium uterus tanggal selama menstruasi.

27
II.3 Konsep menarche

II.3.1Pengertian menarche

Menarche adalah haid pertama yang terjadi pada seorang

perempuan.menarche merupakan suatu tanda berakhirnya masa pubertas yaitu

transisi dari masa anak - anak ke masa dewasa. Permulaan pubertas ditandai

dengan perkembangan jaringan payudara, pertumbuhan tinggi badandengan

kecepatan tertinggi yang diamati selama lonjakan pertumbuhan pubertas serta

keluarnyadarah haid (menstruasi) sebagai akhir dari masa pubertas. (karapanou

o,papadimitriou a,2010)

Menstruasi adalah perdarahan secara periodik dan siklik uterus disertai

pelepasan (deskuamasi) endometrium. Menstruasi adalah proses alami yang

terjadi pada perempuan. Menstruasi merupakan perdarahan yang teratur dari

uterus sebagai tanda bahwa organ kandungan telah berfungsi matang.

(wiknjosastro 2009)

II.3.2 Fisiologi menarche

Menarche merupakan puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi pada

seorang gadis yang sedang menginjak dewasa. Perubahan timbul karena

serangkaian interaksi antara beberapa kelenjar didalam tubuh. Pusat

pengendalian yang utama adalah bagian otak, disebut hypothalamus, yang

bekerja sama dengan kelenjar bawah otak untuk mengendalikan urutan-urutan

rangkaian perubahan itu.

Hypothalamus merupakan zat yang disebut faktor pencetus. Faktor

pencetus bergerak melalui pembuluh darah kelenjar bawah otak, dan

menyebabkan kelenjar itu mengeluarkan hormon-hormon tertentu. Salah satu

28
hormon tersebut ialah hormon pertumbuhan yang menyebabkan pertumbuhan

lebih cepat menjelang gadis.

Pertumbuhan yang cepat ini dimulai kira-kira 4 tahun sebelum menarche,

terutama dalam dua tahun pertama, dan melambat saat datangnya menarche.

Sekitar usia 12 tahun, hormon pencetus yang lain, hormon pencetus

gonadotrophin (GNRH) mulai dihasilkan oleh kelenjar pituitary secara

bergelombang, yang terjadi setiap 90 menit. Gelombang gnrh mempunyai efek

sangat besar pada kematangan seksual seorang gadis remaja. Hormon itu

mencapai kelenjar pituitary dan menyebabkan sel-sel istimewa tertentu dan

menghasilkan dua hormon yang mempengaruhi indung telur berisi cairan yang

dinamai folikel. Satu diantara dua hormon itu bertugas mempengaruhi folikel,

dengan merangsang pertumbuhannya, sehingga diberi nama hormon perangsang

folikel (follicle stimulating hormone atau FSH).

Pada mulanya folikel yang tumbuh sedikit. Sementara itu, sel-sel yang

mengelilinginya membuat seorang anak perempuan memiliki sifat wanita setelah

remaja. Folikel-folikel yang terangsang tadi selama sebulan menghasilkan

hormon estrogen, dan kemudian mati. Tetapi pada saat folikel rombongan

pertama mati, sejumlah folikel lain sudah mulai dirangsang FSH dan

memproduksi estrogen. Folikel yang dirangsang oleh FSH dalam tiap bulannya

semakin lama semakin benyak (kira-kira antara 12-20 folikel), sehingga jumlah

estrogen yang terbentuk semakin banyak. Estrogen mempengaruhi pertumbuhan

saluran susu di payudara, sehingga payudara membesar. Selain itu estrogen juga

dapat merangsang pertumbuhan saluran telur, rongga rahim, dan vagina,

sehingga membesar. Di vagina,estrogen membuat dinding semakin tebal dan

cairan vagina bertambah banyak. Estrogen juga dapat mengakibatkan timbulnya

29
lemak di daerah pinggul wanita dan dapat memperlambat pertumbuhan tubuh

yang semula sudah dirangsang oleh kelenjar bawah otak. Itu sebenarnya

mengapa remaja putri tidak setinggi anak laki- laki yang sama umur. Kadar

estrogen yang beredar bersama darah semakin lama semakin banyak. Masa

menarche pun semakin dekat, kenaikan estrogen merangsang lapisan dalam

rongga rahim yang disebut endometrium sehingga menebal.

Selain itu kenaikan estrogen juga menyebabkan kelenjar bawah otak

tertekan sehingga memproduksi FSH berkurang. Dengan kadar hormone

perangsang folikel (FSH) mulai menurun, pertumbuhan folikel melambat.

Akibatnya produksi estrogen pun menurun. Pembuluh darah yang mengaliri

lapisan dalam rahim mengerut dan putus, sehingga terjadi perdarahan di dalam

rahim. Hal tersebut juga menyebabkan endometrium runtuh, berbentuk cairan

berupa darah dan sel-sel endometrium yang terkumpul di rahim kemudian

mengalir melalui vagina dan mulailah terjadi haid pertama, yaitu menarche

(marmi,2013)

II.3.3 Karakteristik menarche

Remaja akan mengalami menarche di usia yang bervariasi yaitu : antara

usia 10-12 tahun, tetapi rata-rata usia 12,5 tahun (wiknjosastro, 2009). Menurut

soetjiningsih, (2004) rata-rata usia menarche yaitu 10,5-15,5 tahun. Usia

menarche adalah menstruasi pertama yang biasanya terjadi pada perempuan

umur 12-13 tahun dengan rentang umur 10-16 tahun. Dalam keadaan normal

menarche diawali dengan pematangan yang dapat memakan waktu 2 tahun

(yanto kadarusma, 2003). Menarche merupakan tanda diawalinya masa pubertas

pada perempuan. (waryana, 2010)

30
II.3.4 Macam - macam menarche

Macam-macam menarche dibedakan menjadi :

1) Menarche dini

Menarche dini merupakan mestruasi pertama yang di alami seorang

wanita subur pada usia dibawah 12 tahun. Kondisi menarche dini karena

mendapat produksi hormon estrogen lebih banyak dibanding wanita lain pada

umumnya. Menarche dini adalah terjadinya menstruasi sebelum umur 10

tahun yang dikarenakan pubertas dini dimana hormon gonadotrophin

diproduksi sebelum anak usia 8 tahun. Hormon ini merangsangovarium yang

memberikan ciri-ciri kelamin sekunder. Disamping itu hormon gonadotrophin

juga mempercepat terjadinya menstruasi dini dan fungsi dari organ reproduksi

itu sendiri (proverawati, 2009).

2) Menarche tarda

Menarche tarda adalah menarche yang baru datang setelah umur 14

tahun yang disebabkan oleh faktor keturunan, gangguan kesehatan, dan kurang

gizi (proverawati, 2009).

II.3.5 Gejala yang mempengaruhi menarche

Gejala yang menyertai menarche adalah rasa tidak nyaman disebabkan

karena selama menstruasi volume air di dalam tubuh kita berkurang. Gejala lain

yang dirasakan, yaitu sakit kepala, pegal-pegal di kaki dan pinggang untuk

beberapa jam, kram perut, dan sakit perut. Sebelum periode ini terjadi biasanya

ada perubahan emosional. Perasaan suntuk, marah, dan sedih yang disebabkan

oleh adanya pelepasan beberapa hormon (proverawati, 2009).

31
II.3.6 Reaksi remaja dalam menghadapi menarche

Reaksi remaja menghadapi menarche dalam sebuah penelitian terhadap 639

anak perempuan, tampil kisaran reaksi yang luas terhadap menarche. Reaksi

remaja menghadapi menarche terdiri dari:

1) Reaksi positif

Reaksi positif paling sering muncul dalam respon anak perempuan

terhadap menarche adalah positif, artinya menarche adalah indeks

kedewasaan mereka. Reaksi positif lain mengindikasikan bahwa anak telah

mampu memiliki anak. Mengalami sesuatu yang membuat mereka menjadi

wanita yang lebih dewasa dan sekarang lebih mirip dengan temantemannya.

2) Reaksi negatif

Reaksi negatif dari menarche yang paling sering dilaporkan oleh anak

perempuan adalah kerepotan (membawa pembalut pengganti) dan merasa

kotor. Sebagian kecil anak perempuan juga mengindikasikan bahwa

menarche menyebabkan ketidaknyamanan fisik yang menyebabkan

keterbatasan tingkah laku dan menciptakan perubahan emosional (santrock,

2012).

II.3.7 Faktor – faktor yang mempengaruhi menarche

Faktor – faktor yang mempengaruhi menarche antara lain :

1) Status gizi

Berdasarkan beberapa penelitian disebutkan bahwa asupan zat gizi

yang meliputi asupan lemak, protein (hewani dan nabati),serat kalsium

berperan penting sebagai penentu usia menarche remaja putri. Konsumsi

makanan tinggi lemak akan berakibat pada penumpukan lemak pada jaringan

32
adiposa yang berkorelasi positif dengan peningkatan kadar leptin ini akan

memicu pengeluaran hormon gnrh yang selanjutnya mempengaruhi

pengeluaran FSH dan LH dalam merangsang pematangan folikel dan

pembentukan estrogen (quennell jh dkk,2009).akan tetapi hal ini bertolak

belakang dengan konsumsi makanan tinggi serat yang dapat menurunkan

jumlah kolesterol. Asupan protein hewani yang lebih juga dikaitkan dengan

penurunan usia menarche. Protein hewani berpengaruh terhadap peningkatan

frekuensi puncak lh dan memperpanjang fase folikuler (gizi reproduksi,2010)

(salirawati d.,2010). Asupan mikronutrien yaitu kalsium,terutama pada susu

yang mempengaruhi jumlah estrogen dan faktor pertumbuhan dalam

mengirimkan sinyal fisiologis untuk regulasi pertumbuhan somatik dan

kematangan reproduksi (anke lbg,2009) (wiley as,2012).

2) Genetik (usia menarche ibu)

Berdasarkan penelitian bagian gen reseptor (era gene) merupakan gen

spesifik penentu usia menarche. Dimana gen era polymorphism ini dapat

mengubah aktivitas biologis pada tingkat sel sehingga mempengaruhi

kematangan pusat hipotalamus-pituitari-gonad untuk memicu awal pubertas.

(Karapanou o,2010)

3) Status Sosial Ekonomi

Perkembangan maturitas anak-anak yang berstatus sosial ekonomi

tinggi akan lebih cepat daripada anak-anak yang bersetatus sosial ekonomi

rendah (goldman dkk, 2012). Menarche terlambat terjadi pada kelompok

sosial ekonomi sedang sampai tinggi yang memiliki selisih sekitar 12 bulan.

Hal tersebut telah diteliti di india berdasarkan pendapatan perkapita. Standar

kehidupan yang semakin maju berhubungan dengan perbaikan nutrisi dan

33
kesehatan. Hal tersebut terlihat dari percepatan pertumbuhan anak-anak.

Namun, hal tersebut tidak sebanding dengan kenaikan tingkat kedewasaan,

pubertas dan kematangan seksual. Kematangan seksual dan usia menarche

anak perempuan lebih cepat. Berkembang daripada pertumbuhannya.

Penelitian menunjukkan anak perempuan india mengalami menarche rata-

rata pada usia 11,6 tahun, saat 1 tahun setelah kemajuan india dan 2-3 tahun

sebeum adanya kelas sosial pada wanita muda. Menarche dini berhubungan

dengan berkurangnya status kedewasaan (goldman dkk, 2012).

4) Rangsangan audiovisual

Faktor penyebab menstruasi dini disebabkan oleh rangsangan

audiovisual, baik berasal dari percakapan maupun tontonan dari film-film

atau internet berlabel dewasa, vulgar, atau mengumbar sensualitas.

Rangsangan dari telinga dan mata tersebut kemudian merangsang sistem

reproduksi dan genetalia untuk lebihcepat matang. Bahkan rangsangan

audiovisual ini merupakan faktor penyebab utama menstruasi dini.

(proverawati,2009).

5) Aktivitas fisik

Fakta menunjukkan anak perempuan yang aktif melakukan aktivitas

fisik mengalami menarche lebih lambat daripada yang tidak aktif. Penelitian

menunjukkan bahwa wanita olahragawan/penari seperti pelari dan pelompat

mengalami menarche pada usia 13,5-14 tahun, atlet senam 13,7-15 tahun,

dan penari balet 15,4 tahun. Fakta tersebut menunjukkan bahwa penari balet

dan beberapa olahragawan seperti atlet senam dan penari mengalami

menarche lebih lambat (goldman dkk, 2012).

34
II.3.8 Status gizi menghadapi menarche

Usia menarche sangat bervariasi dan sangat bergantung pada status gizi.

Status gizi remaja wanita akan sangat mempengaruhi terjadinya menarche baik

dari faktor usia terjadinya menarche, adanya keluhan selama menarche, maupun

lamanya hari menarche. Parameter antropometri merupakan dasar dari penelitian

status gizi. Beberapa indeks antropometri yang sering digunakan untuk menilai

status gizi antara lain:

1) Berat badan menurut umur (BB/U)

Berat badan adalah salah satu parameter yang memberikan gambaran

massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitif terhadap perubahan- perubahan

yang mendadak. Mengingat karakteristik berat badan yang labil, maka indeks

bb/u lebih menggambarkan status gizi seseorang saat ini.

a. Tinggi badan menurut umur (TB/U)

Tinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan

keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan

tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pengaruh defisiensi zat gizi

terhadap tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relative lama.

Indeks TB/U memberikan gambaran status gizi masa lampau dan erat

kaitannya dengan status sosial ekonomi.

b. Lingkar lengan atas menurut umur (LLA/U)

Lingkar lengan atas memberikan gambaran tentang keadaan

jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit. Lingkar lengan atas banyak

digunakan dengan tujuan screening individu.

c. Indeks massa tubuh (IMT)

35
Indeks massa tubuh (IMT) merupakan alat yang sederhana untuk

memantau status gizi orang dewasa khususnya yang berkaitan dengan

kekurangan dan kelebihan berat badan. Penggunaan IMT hanya berlaku

untuk orang dewasa berumur di atas 18 tahun ke atas. IMT tidak dapat

diterapkan pada bayi, anak, remaja, ibu hamil, dan olahragawan

(Supariasa, 2012)

Pengukuran imt dapat dilakukan pada anak-anak, remaja maupun

orang dewasa. Pada anak-anak dan remaja pengukuran imt sangat terkait

dengan umurnya, karena dengan perubahan umur terjadi perubahan

komposisi tubuh dan densitas tubuh. Karena itu, pada anakanak dan

remaja digunakan indikator IMT menurut umur, biasa disimbolkan

dengan imt/u. IMT adalah perbandingan antara berat badan dengan

tinggi badan kuadrat.

Cara pengukurannya adalah pertama-tama ukur berat badan dan tinggi

badannya. Selanjutnya dihitung imt-nya, yaitu :

Imt = Berat badan (Kg)/Tinggi badan (Meter)2

Dimana : berat badan dalam satuan kg, sedangkan tinggi badan dalam

satuan meter.

Untuk menentukan status gizi anak balita (usia 0-60 bulan), nilai imt-

nya harus dibandingkan dengan nilai imt standar who 2005 (who, 2006);

sedangkan pada anak dan remaja usia 5-19 tahun nilai imt-nya harus

dibandingkan dengan referensi who/nchs 2007 (who, 2007). Pada saat ini,

yang paling sering dilakukan untuk menyatakan indeks tersebut adalah

dengan z-skor atau persentil. Z-skor : deviasi nilai seseorang dari nilai

median populasi referensi dibagi dengan simpangan baku populasi referensi.

36
Persentil : tingkatan posisi seseorang pada distribusi (WHO/NCHS), yang

dijelaskan dengan nilai seseorang sama atau lebih besar daripada nilai

persentase kelompok populasi. Z-skor paling sering digunakan.

II.4 Konsep dasar status gizi

II.4.1Pengertian status gizi

Status gizi adalah keadaan tubuh yang merupakan hasil akhir dari

keseimbangan antara zat gizi yang masuk ke dalam tubuh (Waryono, 2010).

Sedangkan menurut (Almatsier, 2009) status gizi adalah keadaan tubuh sebagai

akibat konsumsi makanan dan penggunaan zat-zat gizi. Dibedakan antara status

gizi buruk, kurang, baik, dan lebih. Zat gizi (nutrients) adalah ikatan kimia yang

diperlukan tubuh untuk melakukan fungsinya, yaitu menghasilkan energi,

membangun dan memelihara jaringan, serta mengatur proses-proses

kehidupan.gizi adalah makanan yang dapat memenuhi kesehatan.

Gizi adalah suatu organisme menggunakan makanan yang dikonsumsi

secara normal melalui proses digresi, absorpsi, transportasi, penyimpanan,

metabolisme, dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk

mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ

serta menghasilkan energy (Waryono, 2010).

II.4.2 Gizi Pada Remaja

Remaja mempunyai kebutuhan nutrisi yang spesial, karena pada masa

tersebut pertumbungan yang pesat dan terjadi perubahan kematangan fisiologis

sehubungan dengan munculnya pubertas. Perubahan hormone yang menyertai

pubertas juga menyebabkan banyak perubahan fisiologis yang mempengaruhi

kebutuhan gizi pada remaja. Status gizi memegang peranan penting dalam

menentukan status kematangan fisiologis seseorang, karena pertumbuhan pada

37
masa pubertas remaja tergantung pada berat dan komposisi tubuh orang tersebut.

Remaja laki-laki usia 12-15 tahun kebutuhan gizi yang besar (poltekes depkes

jakarta i 2010)

II.4.3 Kebutuhan gizi pada remaja

Kebutuhan gizi pada remaja perempuan dan laki-laki jelas berbeda. Hal ini

disebabkan karena adanya pertumbuhan yang pesat, kematangan seksual,

perubahan komposisi tubuh, mineralisasi tulang, dan perubahan aktivitas fisik.

Potekes depkes jakarta i (2010) menjelaskan kebutuhan nutrisi yang akan

meningkat pada masa remaja adalah energi, protein, kalsium, dan zinc.

1) Energi

Faktor yang perlu diperhatikan untuk menentukan kebutuhan gizi remaja

adalah aktivitas fisik seperti olahraga. Remaja yang aktif dan banyak berolahraga

memerlukan asupan energi yang lebih besar dibandingkan remaja yang kurang

aktif. Sumber energi dapat diperoleh dari makanan yang mengandung

karbohidrat seperti beras, terigu, umbi-umbian, jagung, sagu, gula, dan lain-lain.

2) Protein

Pada akhir masa remaja, kebutuhan protein pada remaja laki-laki lebih

besar dibandingkan perempuan karena perbedaan komposisi tubuh. Kecukupan

protein harus memenuhi 12-14% dari pemasukan energi. Makanan sumber

protein hewani bernilai biologis lebih tinggi dibandingkan sumber protein nabati,

karena komposisi asam amino esensial yang lebih baik dari segi kuantitas dan

kualitas. Contoh sumber protein adalah : daging merah (sapi, kebau, kambing),

daging putih (ayam, ikan), susu, kedelai, dan lain-lain.

3) Mineral

38
Kebutuhan mineral terutama kalsium, zinc, dan zat besi juga meningkat

pada masa remaja. Kalsium paling untuk kesehatan tulang, khususnya dalam

menambah masa tulang. Keterbatasan masa tulang akan meningkatkan resiko

osteoporosis, khususnya pada wanita. Sumber kalsium yang utama adalah susu,

dan yang lainnya adalah ikan, kacang-kacangan, dan sayuran. Zat besi juga

dibutuhkan untuk membentuk mioglobin dalam jaringan otot yang baru. Remaja

perempuan akan kehilangan zat besi selama menstruasi sehingga perempuan

membutuhkan zat besi lebih banyak dibandingkan laki-laki. Sumber zat besi

adalah hati, daging merah, daging putih, kacang-kacangan, dan sayuran hijau.

Zinc dibutuhkan untuk pertumbuhan serta kematangan seksual remaja, terutama

pada remaja laki-laki. Defisiensi zinc akan menimbulkan resiko retardasi mental

dan hipogonadisme.

4) Vitamin

Kebutuhan vitamin tiamin (thiamin), riboflavin, dan niasin (niacin) akan

meningkat, karena zat-zat tersebut diperlukan untuk membantu proses

metabolisme energi. Folat dan vitamin B12 juga penting untuk sintesis DNA dan

RNA. Vitamin d diperlukan pertumbuhan otot. Vitamin A, C, dan E dibutuhkan

untuk pembentukan dan mendukung fungsi sel baru.

II.4.4 Faktor – faktor yang mempengaruhi status gizi

2.4.4.1 Faktor ekternal

Faktor eksternal yang mempengaruhi status gizi antara lain

(marmi, 2013):

a. Pendapatan.

39
Masalah gizi karena kemiskinan indikatornya adalah taraf

ekonomi keluarga, yang hubungannya dengan daya beli keluarga

tersebut.

b. Pendidikan.

Pendidikan gizi merupakan suatu proses merubah pengetahuan,

sikap dan perilaku orang tua atau masyarakat tentang status gizi yang

baik.

c. Pekerjaan.

Pekerjaan adalah sesuatu yang harus dilakukan terutama untuk

menunjang kehidupan keluarganya. Bekerja bagi ibu-ibu akan

mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.

d. Budaya.

Budaya adalah suatu ciri khas, akan mempengaruhi tingkah laku

dan kebiasaan.

2.4.4.2 Faktor internal

Faktor internal yang mempengaruhi status gizi antara lain

(marmi, 2013) :

a. Usia.

Usia akan mempengaruhi kemampuan atau pengalaman yang

dimiliki orang tua dalam pemberian nutrisi anak.

b. Kondisi fisik.

Mereka yang sakit, yang sedang dalam penyembuhan dan lanjut

usia, semuanya memerlukan pangan khusus karena status kesehatan

mereka yang buruk. Anak-anak yang kesehatannya buruk, adalah

40
sangat rawan, karena pada periode hidup ini kebutuhan zat gizi

digunakan untuk pertumbuhan cepat.

c. Infeksi.

Infeksi dan demam dapat menyebabkan menurutnya nafsu

makan atau menimbulkan kesulitan menelan dan mencerna makanan.

II.4.5 Metode penilaian status gizi

2.4.5.1 Penilaian status gizi secara langsung

1) Secara antropometri

Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Penilaian

secara antropometri adalah suatu pengukuran dimensi tubuh dan

komposisi dari berbagai tingkat umur dan tingkat gizi. Antropometri

digunakan untuk melihat ketidak seimbangan asupan protein dan energy

(proverawati, 2009).

Menurut (proverawati, 2009) antropometri sebagai indicator status

gizi dapat dilakukan dengan mengukur beberapa parameter. Parameter

untuk menentukan status gizi, antara lain :

a. Umur

Faktor umur sangat penting dalam penentuan status gizi. Kesalahan

penentuan umur akan menyebabkan interprestasi status gizi salah.

b. Berat badan

Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air, dan

mineral pada tulang. Pada remaja, lemak cenderung meningkat dan

protein otot menurun.

c. Tinggi badan

41
Merupakan parameter yang penting, jika umur tidak diketahui.

Dengan menghubungkan berat badan terhadap tinggi badan.

d. Lingkar lengan atas

Dilakukan karena mudah, dan tidak memerlukan peralatan yang sulit.

e. Lingkar kepala

Adalah standar prosedur ilmu kedokteran anak, yang biasanya

untuk memriksa keadaan patologi dari besarnya kepala.

f. Lingkar Dada

Biasanya dilakukan pada anak usia 2-3 tahun. Sebagian indicator

penentuan kep (kekurangan energi protein).

g. Jaringan lunak

Dapat diukur dari jaringan otot maupun lemak.

a. Indeks antropometri

Kombinasi beberapa parameter disebut indeks antropometri. Di

indonesia ukuran baku hasil pengukuran dalam negri belum ada, maka

ukuran berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Beberapa indeks yang

sering digunakan yaitu berat badan menurut umur (BB/U), tinggi badan

menurut umur (TB/U), dan berat badan menurut tinggi badan (BB/TB).

Untuk menentukan status gizi pada anak dan remaja usia 5-19 tahun

nilai imt-nya harusdibandingkan dengan referensi who 2007 (WHO,

2007). Pada saat ini, yang paling sering dilakukan untuk menyatakan

indeks tersebut adalah dengan z-skor atau persentil.

1. Z-Skor : deviasi nilai seseorang dari nilai median populasi referensi

dibagi dengan simpangan baku populasi referensi.

42
2. Persentil : tingkatan posisi seseorang pada distribusi referensi (WHO),

yang dijelaskan dengan nilai seseorang sama atau lebih besar dari pada

nilai persentase kelompok populasi.

BB(Kg)
IMT = 2
TB (TBdalamsatuanmeter)

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode perhitungan

status gizi yang presentil. Klasifikasi status gizi dapat dilakukan menurut

berbagai lembaga. Kategori IMT menurut peraturan menteri kesehatan

Republik Indonesia 2019 Berikut :

Tabel 2. 1 Kategori Imt Menurut Menurut Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia 2019

Indeks IMT Kategori


Indeks Massa Tubuh < 17,0 Kurus tinfkat berat
17,0 - 18,4 Kurus tingkat ringan
18,5 – 25,0 Normal
25,1 – 27,0 Gemuk tingkat ringan
>27,0 Gemuk tingkat berat

43
Gambar 2. 1 Indeks Masa Tubuh Menurut P2PTMKEMENKES Repiblik
Indonesia

44
2) Secara klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai

status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas perubahan-perubahan yang

terjadi dan dihubungkan dengan ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat

pada jaringan epitel seperti kulit, mata, rambut, dan organ-organ yang dekat

dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini

umumnya untuk survei klinis secara cepat. Suvei ini dirancang untuk

mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu

atau lebih zat gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status

gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda dan gejala

atau riwayat penyakit.

3) Secara biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen

yang diuji secara laboratories yang dilakukan pada berbagai macam jaringan

tubuh, antara lain, darah, urine, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh

seperti hati atau otot. Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa

kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi.

4) Secara biofisik

Merupakan metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan

fungsi (khususnya jaringan) dan melihat perubahan struktur dan jaringan.

Umumnya metode ini dapat digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian

buta senja endemik. Cara yang digunakan adalah tes adaptasi gelap.

45
2.4.2.2 Penilaian status gizi secara tidak langsung

Menurut (Marmi, 2013) dibagi menjadi 3 yaitu :

1) Survei konsumsi makanan

Merupakan metode penentuan status gizi secara tidak

langsung dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang

dikonsumsi. Penggunaannya dapat memberikan gambaran tentang

konsumsi berbagai zat gizi pada masyarakat, keluarga, dan

individu. Survei ini dapat mengidentifikasi kelebihan dan

kekurangan zat gizi.

2) Statistik vital

Pengukuran status gizi dengan menganalisis data beberapa

statistic kesehatan seperti angka kematian akibat berdasarkan umur,

angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data

lainnya yang berhubungan dengan gizi. Penggunaannya

dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung

pengukuran status gizi masyarakat.

3) Faktor ekologi

Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi

beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya. Jumlah

makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi

seperti iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain. Penggunaannya untuk

mengetahuipenyebabnya malnutrisi di suatu masyarakat sebagai

dasar untuk melakukan program intervensi gizi.

46
II.5 Konsep hubungan status gizi dengan usia menarche

Menurut Wadsworth (2007), gizi memegang peranan penting dalam kejadian

menarche. Wanita dengan gizi baik pertumbuhan tubuh akan cepat dan normal,

sebaliknya bila keadaan gizi buruk dapat menyebabkan produksi hormon pertumbuhan

berkurang sehingga tidak dapat mencapai tinggi badan dan berat badan ideal. Wanita

yang mempunyai jaringan lemak lebih banyak dapat lebih cepat mengalami menarche.

Kehilangan berat badan sebesar 10% dapat menyebabkan gangguan atau terlambat

menstruasi dan sekresi GNRH (gonadotropin releasing hormone), LH (leuteinizing

hormone) dan FSH (follicle stimulating hormone) berkurang. Menurut soetjiningsih

(2004), tikus percobaan yang mendapat rendah gizi memiliki pituitary gonadotropin

releasing hormone (GNRH) dalam kadar rendah.

Pada wanita ditemukan berat ovariumnya berkurang dan ditemukan fungsi

ovarium kompromis. Keadaan ini akan membaik bila asupan nutrisinya diperbaiki, dan

fungsi hormone menjadi normal kembali serta kematangan seksual dapat berlangsung.

Jadi nutrisi dapat mempengaruhi hormone yang merupakan penggerak utama

kematangan seksual. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian ismawati

(2015), hasilnya menunjukkan adanya hubungan antara indeks masa tubuh dan status

ekonomi dengan usia menarche, semakin tinggi indeks masa tubuh maka semakin cepat

mengalami menarche. Menurut proverawati dan misaroh (2009), indeks masa tubuh

merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya menarche. Nutrisi

mempengaruhi kematangan seksual pada gadis yang mendapat menstruasi pertama

lebih dini, mereka cenderung lebih berat dan lebih tinggi pada saat menstruasi pertama

dibandingkan dengan mereka yang belum menstruasi pada usia yang sama. Sebaliknya

pada remaja yang menstruasinya terlambat, beratnya lebih ringan daripada yang sudah

menstruasi pada usia yang sama, walaupun tinggi badan mereka sama. Pada umumnya

47
mereka yang menjadi matang lebih dini akan mengalami body mass index (indeks masa

tubuh) yang 50 lebih tinggi dan mereka yang matang terlambat memiliki indeks masa

tubuh lebih kecil pada usia yang sama (soetjiningsih, 2004).

II.5.1 Gambaran status gizi remaja

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Yogyakarta pada tahun 2017

menunjukan bahwa dari 81 responden sebanyak 64 siswi (79.0%) dengan gizi

normal. Hal ini sesuai (prayogo, 2008). Dengan status gizi lebih disebabkan

karena kebiasaan makan yang berlebih seperti banyak mengkonsumsi jajanan

yang dijual di lingkungan sekolah, aktivitas fisik yang kurang atau pengaruh

status gizi orang tua (ayah dan ibu). Pertumbuhan normal tubuh memerlukan

nutrisi yang memadai, kecukupan energi, protein, lemak dan suplai semua

nutrient esensial yang menjadi basis pertumbuhan. Ketidak seimbangan antara

asupan kebutuhan atau kecukupan akan menimbulkan masalah gizi, baik itu

berupa masalah gizi lebih maupun gizi kurang. Dari hasil penelitian dapat dilihat

bahwa 64 responden (79,0%) dengan status gizi normal memiliki usia menarche

yang juga normal. Kebutuhan energi dan nutrisi remaja dipengaruhi oleh usia

reproduksi, tingkat aktivitas dan status nutrisi.

Menurut peneliti faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi, yaitu tingkat

pendidikan, pengetahuan dan keterampilan keluarga. Makin tinggi pendidikan,

pengetahuan dan keterampilan keluarga maka makin baik tingkat ketahanan

pangan keluarga. Ketahanan pangan keluarga juga terkait dengan ketersediaan

pangan, harga pangan dan daya beli keluarga, serta pengetahuan tentang gizi dan

kesehatan. Irianto (2014).

48
Menurut adriani (2014) bahwa status gizi remaja dapat dicerminkan oleh

pola makan yang teratur dan aktifitas fisik, agar dapat mencapai pertumbuhan

fisik yang optimal. Pertumbuhan status gizi remaja juga dipengaruhi oleh asupan

protein, kalori, dan energi. Energi yang dibutuhkan oleh remaja sesuai dengan

aktifitas yang mereka lakukan, oleh sebab itu apabila tidak sesuai maka

kebutuhannya belum tercukupi dengan baik. Dengan mengkonsumsi protein dan

kalori sesuai kebutuhan dan cukup maka pertumbuhan badan yang menyangkut

pertambahan berat badan dan tinggi badan akan dicapai dengan baik.

II.5.2 Gambaran usia menarche remaja

Winkjosastro, (2008). Menarche adalah perdarahan pertama dari uterus

yang terjadi pada seorang wanita. Menstruasi pertama (menarche) merupakan

menstruasi awal yang biasa terjadi dalam rentang usia 10-16 tahun, atau pada

awal remaja dan sebelum memasuki masa reproduksi. Cepat lambatnya menarche

tergantung pada faktor lingkungan, sosial, ekonomi, nutrisi, genetik, budaya, dan

psikologis dari remaja tersebut. Sekin cepat datangnya menarche, menopause

semakin lambat artinya masa reproduksi semakin panjang. Usia menarche terjadi

antara umur 10-16 tahun dengan siklus yang terjadi secara periodik antara 21-60

hari. Berdasarkan beberapa penelitian di negara brazil usia menarche rata-rata

12,4 tahun . Menurut fidrin. (2014), menarche dini dapat berpengaruh pada

perubahan secara cepat dan mendadak yang mempengaruhi psikologi karena anak

belum siap menerima kedatangan menstruasi. Masalah fisik yang mungkin timbul

adalah kurangnya kebersihan diri (personal hygiene) sehingga dapat berisiko

terjadinya infeksi saluran kemih (ISK). Sama halnya dengan pendapat swart,

(2011), menarche dini juga dikaitkan dengan faktor resiko terjadinya gangguan

kesehatan. Penurunan usia menarche akan berdampak pada kesehatan reproduksi

49
wanita, khususnya kesehatan reproduksi remaja. Semakin cepat remaja

mendapatkan menarche, maka akan semakin cepat mengenal kehidupan seksual

dimulai dari munculnya ketertarikan pada lawan jenis, dorongan untuk

mengetahui dan melakukan aktivitas seksual. Percepatan usia menarche juga

dapat memperbesar peluang terjadinya hiperplasia endometrium, kanker uterus

dan kanker payudara yang dihubungkan dengan menarche dini dengan alasan

hormonal, dalam hal ini lebih didominasi oleh estrogen.

II.5.3 Gambaran status gizi dan usia menarche remaja

Menurut peneliti tentang status gizi yang normal dan status gizi yang tidak

normal, jika dilihat dari lingkungan sekolah itu sendiri salah satu faktor yang

membuat status gizi baik dikarenakan, di depan sekolah mereka terdapat para

penjual makanan yang cepat saji seperti penjual somai, bakso tusuk, sosis goreng.

Kita ketahui somai, sosis, dan bakso tusuk itu ada yang terbuat dari ikan ataupun

daging sapi. Kandungan protein dan lemak dari ikan dan daging sapi yang tinggi

mengakibatkan pertumbuhan berat badan pada remaja perempuan. Sedangkan

remaja yang mendapatkan status gizi tidak normal dipengaruhi oleh keadaan

status sosial ekonomi dari orang tuanya yang tidak mencukupi kebutuhan

anaknya, atau juga orang tuanya yang tidak dapat memberikan anaknya uang

jajan disekolah untuk sama mengikuti kebiasaan temantemanya membeli

makanan sesuka hati dengan remaja dari kalangan ekonomi tinggi.

Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh laadjim

(2013) mengenai hubungan status gizi dengan usia menarche pada remaja putri di

smpn 8 kota gorontalo, dimana didapatkan adanya hubungan antara status gizi

dengan usia menarche pada remaja putri. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan

penelitian yang dilakukan oleh sylvia (2012) mengenai hubungan status gizi

50
dengan usia menarche pada remaja putri di smp negeri 22 bandar lampung,

dimana didapatkan adanya hubungan bermakna yang signifikan antara status gizi

dengan usia menarche.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian munda, (2012) menyatakan terdapat

hubungan yang sangat bermakna antara status gizi berdasarkan imt dan usia

menarche pada siswi sd dan smp di kota manado, siswi dengan status gizi lebih

cepat mengalami menstruasi dibandingkan siswi yang berstatus gizi normal dan

gizi kurang. Ternyata yang lebih mempengaruhi usia menarche adalah imt

(indeks massatubuh).

Menurut penelitian irianto, (2014), dapat dilihat bahwa status gizi normal

memiliki usia menarche yang juga normal. Kebutuhan energi dan nutrisi remaja

dipengaruhi oleh usia reproduksi, tingkat aktivitas dan status nutrisi. Nutrisi yang

dibutuhkan sedikit lebih tinggi untuk memenuhi kebutuhan pertumbuhan remaja

tersebut. Gizi atau makanan tidak saja diperlukan bagi pertumbuhan,

perkembangan fisik dan mental serta kesehatan, tetapi diperlukan juga untuk

fertilitas hal tersebut sejalan dengan penelitian fidrin (2014) mengenai faktor

yang berhubungan dengan usia menarche pada siswi smp negeri 3 sumbul,

dimana didapatkan hasil bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara status

gizi dengan usia menarche. Status gizi yang normal akan mempengaruhi

tercapainya usia menarche yang juga normal.

Menurut teori proverawati, (2009). Status gizi remaja wanita akan sangat

mempengaruhi terjadinya menarche baik dari faktor terjadinya menarche, adanya

keluhan-keluhan selama menarche maupun lamanya menarche. Remaja secara

psikologi yang pertama kali akan mengeluh rasa nyeri, perutnya terasa pegal dan

51
kurang nyaman. Tetapi ada juga remaja yang tidak merasakan hal itu, dan itu

semua karena asupan gizi yang adekuat. Gizi kurang atau terbatas akan

mempengaruhi pertumbuhan fungsi organ tubuh, yang akan menyebabkan

terganggunya fungsi reproduksi. Hal ini akan mengakibatkan gangguan pada

haid, tetapi akan berangsur baik bila asupan makanan bernutrisi baik. Menurut

winkjosastro, (2009), semakin banyaknya nutrisi mempercepat uisa menarche.

Beberapa ahli mengatakan anak perempuan dengan jaringan lemak yang lebih

banyak, lebih cepat mengalami menarche dari pada anak yang kurus. Remaja

yang lebih dini mengalami menarche akan memiliki indeks massa tubuh (IMT)

yang lebih tinggi, sedangkan remaja yang mengalami menarche terlambat

memiliki imt lebih kecil pada usia yang sama. Selama masa puberitas terjadi

perubahan jumlah jaringan tubuh penambahan lemak tubuh pada remaja putri, di

mulai dari umur 8 tahun sampai awal puperitas. Sel lemak menjadi lebih banyak

sehingga lemak keseluruhan sekitar 25% dari berat badannya. Penimbangan

jaringan lemak subkutan pada remaja putri terdapat di daerah truncal (daerah sub

scapular, suprailiacal, dan abdomen), anggota gerak, tubuh bagian bawah, daan

paha bagian belakang. Jaringan lemak pada remaja putri terus bertambah sampai

dicapai bentuk perempuan dewasa.

Berdasarkan hasil penelitian menganalisis dapat disimpulkan bahwa usia

menarche dapat terjadi pada siswi dengan segala status gizi (obesitas, baik,

sedang, kurang). Selain status gizi yang mempengaruhi usia menarche antara lain

adanya perubahan hormon yang mempengaruhi kematangan sel dan asupan gizi

yang dikonsumsi saat menjelang datangnya menarche. Makanan yang bergizi dan

berlemak tinggi dan berasal dari hewani akan mengakibatkan pertumbuhan berat

badan pada perempuan. Suatu hal yang dapat mempengaruhi pembentukan

52
hormon–hormon yang mempengaruhi datanganya menarche. Serhingga dengan

perbaikan gizi atau asupan gizi yang baik dapat menyebabkan umur haid pertama

menjadi lebih dini.

53
II.6 Kerangka teori

Faktor yang
mempengaruhi status gizi :
1. Faktor langsung Indeks Massa
a. Asupan zat gizi Tubuh :
b. Infeksi a. Berat Gemuk
2. Tidak langsung : Badan
a. Sanitasi lingkungan b. Tinggi
Faktor Menarche :
b. Pola asuh Badan
1. Genetik
c. Pelayanan
2. Status Gizi
kesehatan
3. Keadaan
Peningkatan
Keluarga
pengeluaran
4. Tempat Tinggal
hormon GnRH
5. Gaya Hidup
a. Pola makan
b. Olahraga
c. Istirahat
tidur Pematangan folikel
Menarche
d. Media massa dan pembentukan
dewasa hormon

Gambar 2. 2 Kerangka Teori Hubungan Status Gizi Dengan Usia Menarche

54
II.7 Kerangka Konsep

Faktor yang mempengaruhu


Menarche :
1. Pengetahuan Tentang
Gejala Menarche
2. Pengaruh Genetic
3. Kebiasaan Sehari-
Hari/Aktivitas Fisik
4. Status Gizi :
Anak Remaja
a. Kurus tingkat berat
b. Kurus tingkat ringan
c. Normal
d. Gemuk tingkat
ringan Usia Menarche
e. Gemuk tingkat berat

Menarche dini Normal Menarche Tarda


(usia kurang dari 12 tahun) (usia 13Gambar 3. (usia lebih dari 14 tahun
1 Kerangka Kerja
Gambar 2. 3 Kerangka Konsep

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak di teliti

55
II.8 Hipotesis

Hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang

menunjukkan adanya hubungan antara variabel bebas dan variabel terkait (setiadi, 2013).

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

H1 : ada hubungan antara status gizi dengan usia menarche dini pada remaja putri

karena usia menarche juga dipengaruhi beberapa faktor termasuk status gizi.

56
BAB III

METODE PENELITIAN

III.1 Desain penelitian

Desain atau rancangan penelitian adalah suatu yang sangat penting dalam
penelitian, memungkinkan pengontrolan maksimal beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi akurasi suatu hasil. Selain itu desain juga bisa digunakan sebagai
petunjuk dalam perencanaan dan pelaksanaan penelitian untuk mencapai suatu tujuan
atau menjawab suatu pertanyaan penelitian (nursalam, 2016). Dalam penelitian ini
menggunakan desain analisis korelasional, karena mengkaji hubungan antar variable.
Pendekatan yang digunakan yaitu cross sectional, karena waktu pengukuran/observasi
data variable independent dan variable dependen hanya satu kali. Rancangan cross
sectional dalam penelitian ini untuk menganalisis hubungan status gizi dengan usia
menarche dini pada remaja putri. Penelitian ini mengidentifikasi status gizi dengan
mengukur indeks masa tubuh remaja sehingga didapatkan hubungan dengan kejadian
usia menarche.

III.2 Populasi, sampling, dan sampel

III.2.1Populasi

Populasi adalah kelompok subyek yang hendak dikenai generalisasi hasil


penelitian (hidayat, 2012). Populasi dalam penelitian ini adalah semua siswi
kelas 7 di SMPN 13 Gresik tahun ajaran 2020/2021 yang sudah mengalami
menstruasi yaitu 67 anak.

III.2.2Sampling

Teknik sampling merupakan proses seleksi sampel yang digunakan dalam


penelitian, sehingga sampel tersebut dapat mewakili populasi yang ada. Dalam
penelitian ini pengambilan sampel menggunakan teknik non probability
sampling dengan purposive sampling dimana untuk menetapkan sampel dengan
cara menentukan kriteria-kriteria tertentu dari populasi.

57
III.2.3Sampel

Sampel adalah sebagian dari populasi (notoatmodjo, 2012). Sampel yang


digunakan dalam penelitian ini adalah semua siswi kelas 7 di SMPN 13 Gresik
tahun ajaran 2020/2021 yang sudah menstruasi berjumlah 67 anak.

III.3 Identifikasi variabel dan definisi operasional

III.3.1Identifikasi variabel

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang
dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian
dan berdasarkan hubungan fungsional antara variabel independent (bebas) dan
variabel dependent (tergantung) (notoatmodjo, 2012).
1. Variabel independent
Variabel independent merupakan variabel yang menjadi sebab perubahan
atau timbulnya variabel dependent. Dalam penelitian ini variabel independent
adalah status gizi
2. Variabel dependent
Variabel dependent merupakan variabel yang dipengaruhi atau menjadi
akibat variabel independent. Dalam penelitian ini variabel dependent adalah
menarche

III.3.2 Definisi operasional

definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional


berdasarkan karakteristik yang diamati, sehingga memungkinkan peneliti untuk
melakukan observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau
fenomena (hidayat, 2012).

Tabel 3. 1 Definisi Operasional Hubungan Status Gizi Dengan Usia Menarche


PadaRemaja Putri di SMPN 13 Gresik

Variabel Definisi Indikator Alat Ukur Skala Kriteria


Operasional
Status Suatu Lembar Pengukuran Ordinal 1. Kurus tingkat
Gizi keadaan Kuisioner : Lansung : berat (<17,0)
yang dapat a. Berat a. Bb Diukur 2. Kurus tingkat
dilihat Badan (Bb) Dengan ringan (17,0-

58
dengan b. Tinggi Timbangan 18,4)
pengukuran Badan (Tb) b. Tinggi 3. Normal (18,5-
antropometri Badan (Tb) 25,0)
yang Diukur 4. Gemuk tingkat
meliputi Dengan ringan (25,1-
Berat Badan Micro toise 27,0)
Dan Tinggi 5. Gemuk tingkat
Badan berat (>27,0)
Usia Usia dalam Lembar Kuisioner Ordinal 1. Menarche Dini
Menarche tahun yang di Kuisioner : berdasarkan
2. Normal
hitung dari Usia usia pada saat
3. Menarche Tarda
tahun lahir berapa saat pertama kali
sampai mengalami haid yang di
dengan tahun menstruasi hitung dari
mendapatkan pertama lahir sampai
haid atau kali ? dengan
menstruasi a. 9 Tahun mendapatkan
pertama kali b. 10 Tahun haid atau
c. 11 Tahun menstruasi
d. 12 Tahun pertama kali
e. 13 Tahun
f. 14 Tahun
Atau
Lebih

III.3.3 Prosedur penelitian

1. Penelitian ini dimulai dengan pengajuan fenomena ke dosen pembimbing, agar

mendapatkan sebuah permasalahan untuk diambil sebagai topik penelitian.

2. Setelah mendapatkan permasalahan tersebut dan persetujuan (acc) dari dosen

pembimbing, judul tersebut dikumpulkan di prodi untuk di screening judul.

59
3. Selanjutnya pada bulan desember 2020 peneliti meminta surat izin studi

pendahuluan ke bagian administrasi akademis kemahasiswaan program studi

S1 Keperawatan STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto

4. Kemudian peneliti mengurus perizinan penelitian kepada kepala sekolah di

UPT SMP Negeri 13 Gresik untuk mendapatkan balasan surat rekomendasi

ijin pelaksanaan studi pendahuluan di tempat tersebut.

5. Selanjutnya peneliti meminta semua data jumlah siswi yang ada di UPT SMP

Negeri 13 Gresik

6. Pada tahap awal, peneliti menanyakan kesediaan menjadi responden dan

menjelaskan tujuan dan manfaat dari penelitian dan menawarkan menjadi

responden. Jika bersedia, maka calon responden diberikan surat persetujuan

(inform consent) melalui form yang sudah di sediakan peneliti

7. Sampling yang digunakan dalam penelitian ini teknik total sampling yaitu

sampel yang digunakan dalam penelitian ini semua siswi yang sudah

mengalami menstruasi

8. Peneliti meminta bantuan kepada pihak sekolah yaitu guru BK untuk

dimasukkan ke dalam grup whatsapp di masing masing kelas, karena dalam

masa pandemi jadi pembelajan dilakukan secara daring.

9. Setelah mendapatkan nomor whatsapp salah satu siswi, peneliti kemudian

meminta tolong kepada siswi tersebut untuk memasukkan semua teman

perempuannya ke dalam grup whatsapp yang sudah dibuat oleh peneliti

sebelumnya.

10. Lalu setelah semua siswi (responden) sudah masuk dalam grup whatsapp,

peneliti kemudian menyeleksi responden tersebut dengan memberikan

pernyataan bahwa yang belum mengalami mestruasi bisa keluar dari grup ini,

60
karena dalam penelitian ini hanya membutuhkan responden yang sudah

mengalami menstruasi

11. Kemudian peneliti mengambil data dengan cara membuat kuisioner melalui

google form. Sebelum dilakukan pengambilan data, peneliti meminta

persetujuan kepada responden untuk bersedia menjadi responden melalui link

google form yang sudah di buat oleh peneliti

12. Setelah responden menyetujui, peneliti membagikan link google form kepada

responden untuk segera di isi

13. Peneliti membutuhkan waktu kurang lebih 1 minggu untuk menunggu semua

responden mengisi kuisioner melalui google form

14. Setelah data semua terkumpul, peneliti melakukan koreksi

15. Dan setelah sudah selesai semua, kemudian peneliti melakukan pengolahan

data yaitu editing, coding, scoring, dan tabulating dilanjutkan analisis data.

Usai analisa data dilakukan penyusunan laporan penelitian

16. Kemudian data disajikan dalam bentuk table serta dilakukan dengan

kesimpulan hasil penelitian.

61
III.3.4 Kerangka kerja

Kerangka kerja adalah pertahapan (langkah-langkah dalam aktifitas dan

ilmiah) mulai dari penetapan populasi, sampel, dan seterusnya yaitu kegiatan

sejak awal penelitian dilaksanakn (nursalam, 2016).

Kerangka kerja dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Populasi :
Semua siswi di UPT SMP Negeri 13 Gresik kelas 7 tahun ajaran 2020/2021
yang sudah mengalami menstruasi

Sampling :
Menentukan sampel dengan teknik purposive sampling

Sampel :
Semua siswi di UPT SMP Negeri 13 Gresik kelas 7 tahun ajaran 2020/2021
yang sudah mengalami menstruasi 67 anak

Pengumpulan data :
Mendapatkan data IMT Status Gizi dan Usia Menarche dengan kuisioner

Analisa data :
Data yang telah terkumpul akan dianalisis menggunakan uji spearman rho’
yang ditunjukkan dari nilai ρ value (0,000) < α (0, 05)

Penyajian data :
Disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan prosentase

Desiminasi :
Ada hubungan antara Status Gizi dengan Usia Menarche pada Remaja Putri

Gambar 3. 2 Kerangka Kerja Tentang Hubungan Status Gizi Dengan Usia Menarche Pada Remaja
Putri Di Upt Smp Negeri 13 Gresik

62
III.4 Pengumpulan data

III.4.1 Metode pengumpulan data

Teknik pengumpulan data merupakan suatu hal yang utama dalam sebuah
penelitian, dikarenakan tujuan utamm dari sebuah penetilian adalah mendapatkan
sebuah data. Oleh sebab itu ada beberapa metode pengumpulan data yang dapat
digunakan diantaranya yaitu, observasi (pengamatan), interview (wawancara),
kuisioner (angket), sumber-sumber data sekunder, dokumentasi maupun
gabungan dari semuanya (sugiono, 2019). Pada penelitian ini, metode
pengumpulan data yang digunakan adalah kuisioner.

III.4.2Instrumen pnelitian

Instrumen penelitian merupakan alat bantu bagi peneliti dalam


mengumpulkan data (arikuto, 2012). Dalam penelitian ini instrumen
menggunakan kuisioner dan pengukuran imt :
1. Penilaian status gizi
Indentifikasi status gizi dalam penelitian ini menggunakan pengukuran
imt dengan rumus: berat badan (KG) dibagi dengan tinggi badan (M) kuadrat.
Pengukuran berat badan ditimbang dengan timbangan dan tinggi badan
diukur dengan microtoise. Penentuan status gizi diukur bedasarkan kategori
dan ambang batas z-score berdasarkan world health organization (2007).
Kategori sebagai berikut sangat kurus, kurus, normal, gemuk, obesitas.
Kuisioner Indeks Masa Tubuh (Imt) :
Berat Badan : ………Kg
Tinggi Badan : ……..Cm
2. Kuesioner kejadian menarche dini
Kuesioner ini menggunakan multiple choice, sehingga responden hanya
memilih salah satu jawaban yang sesuai dengan memberikan tanda “x”.
Kuisioner kejadian menarche :
Usia berapa saat mengalami menstruasi pertama kali ?
a. 9 Tahun
b. 10 Tahun
c. 11 Tahun
d. 12 Tahun

63
e. 13 Tahun
f. 14 Tahun Atau Lebih

III.4.3Lokasi dan waktu penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di UPT SMP Negeri 13 Gresik pada bulan

maret 2021 dengan mengajukan surat studi pendahuluan pada bulan januari 2021.

III.5 Pengolahan data

III.5.1Editing

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap pengumpulan

data atau setelah data terkumpul (hidayat, 2012). Peneliti melakukan editing

dengan cara memastikan bahwa kuesioner sudah terisi tanpa ada yang

terlewatkan.

III.5.2Coding

Coding adalah bagaimana mengkode pertanyaan-pertanyaan responden dan

segala hal yang dianggap perlu (setiadi, 2013). Hal ini dimaksudkan untuk

mempermudah dalam melakukan tabulasi dan analisa data. Peneliti memberikan

kode berupa angka untuk mempermudah pengolahan data ke spss. Pada

penelitian ini coding menggunakan kategori.

Usian Menarche Kode

Menarche Dini (Usia < 12 Tahun) 1

Normal (Usia 12-13 Tahun) 2

Menarche Tarda (Usia > 14 Tahun) 3

Status Gizi Kode

64
Kurus tingkat berat (<17,0) 1

Kurus tingkat ringan (17,0-18,4) 2

Normal (18,5-25,0) 3

Gemuk tingkat ringan (25,1-27,0) 4

Gemuk tingkat berat (>27,0) 5

III.5.3Tabulating

Tabulating adalah membuat tabel-tabel data, sesuai dengan tujuan


penelitian atau yang diinginkan oleh peneliti (notoatmodjo, 2012). Setelah
dilakukan tabulating, kemudian dilakukan pembacaan hasil penelitian.

III.5.4Analisa data

Analisa data setelah data terkumpul kemudian diperiksa kembali kebenaran


data yang telah diperoleh atau data yang dikumpulkan. Terdapat dua jenis
analisis yang digunakan yaitu analisis univariate dan analisis bivariat :

a. Analisis univariat
Analisis univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan
karakteristik setiap variabel penelitian. Pada umumnya dalam analisis ini
hanya menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari setiap variabel.
Analisis univariat dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi
frekuensi hubungan status gizi dengan menarche pada remaja putri.
b. Analisis bivariat
Analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel yang diduga
berhubungan atau berkorelasi.

III.6 Etika penelitian

Dalam melakukan penelitian ini peneliti mendapat rekomendasi dari stikes bina
sehat ppni kabupaten mojokerto serta mengajukan permohonan kepada kepala sekolah
SMPN 13 Gresik. Etika yang harus dilakukan dalam penelitian adalah :

65
III.6.1 Inform concent (lembar persetujuan)

Informed concent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan


responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan. Tujuan informed
concent adalah agar subjek mengerti maksud dan tujuan penelitian, mengetahui
dampaknya. Semua responden telah bersedia menandatangani informed consent
sebagai tanda bahwa responden telah menyetujui untuk diteliti.

III.6.2 Anonimity (tanpa nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan


jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara tidak memberikan
atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang
disajikan.

III.6.3 Confidentialiy (kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.

Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiannya oleh peneliti,

hanya kelompok data tertentu yang dilaporkan pada hasil riset.

III.7 Keterbatasan

Keterbatasan adalah masalah-masalah atau hambatan yang di temui peneliti

dalam proses pengumpulan data (nuralam,2015). Keterbatasn peneliti pada penilitian

status gizi ini adalah karena peneliti mengambil data dilakukan secara online jadi

peneliti tidak sepenuhnya mengetahui responden mengisi link google form tersebut

dengan sungguh-sungguh atau hanya sekedar mengisi saja. Serta pengambilan data yng

kurang lengkap, kurangnya data umum pada penelitian ini. Sehingga hal tersebut akan

mengakibatkan hasil dari penelitian yang kurang maksimal.

66
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1Hasil penelitian

IV.1.1 Data umum

Semua responden dalam penelitian ini adalah remaja perempuan yang sudah

mengalami menstruasi sebanyak 67 responden (100%).

IV.1.2 Data khusus

1. Umur

Tabel 4. 1 Distribusi Frekuensi Umur Responden di UPT SMPN 13 Gresik

No Umur Frekuensi Presentase


. (%)
1. 11 tahun 6 9,0
2. 12 tahun 17 25,3
3. 13 tahun 36 53,7
4. 14 tahun 8 12,0
Total 67 100

Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa umur responden Sebagian besar


adalah 13 tahun sebanyak 36 responden (53,7%), umur 12 tahun sebanyak 17
responden (25,3%), umur 14 tahun sebanyak 8 responden (12%), umur 11 tahun
sebanyak 6 responden (9%).

2. Usia Menarche

Tabel 4. 2 Distribusi Frekuensi Usia Menarche Responden di UPT SMPN 13


Gresik

No Usia Menarche Frekuensi Presentase


. (%)
1. Menarche Dini 33 49,3
2. Normal 32 47,7
3. Menarche Tarda 2 3,0
Total 67 100

67
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukan bahwa usia menarche sebagian besar

menarche dini sebanyak 33 responden (49,3%), usia menarche normal sebanyak 32

responden (47%), usia menarche tarda sebanyak 2 responden (3%).

3. Status Gizi
Tabel 4. 3 Distribusi Frekuensi Status Gizi Responden di UPT SMPN 13 Gresik

No. Status Gizi Frekuensi Presentase


(%)
1. Kurus Tingkat Berat 6 9,0
2. Kurus Tingkat Ringan 8 11,9
3. Normal 23 34,3
4. Gemuk Tingkat Ringan 30 44,8
5. Gemuk Tingkat Berat 0 0
Total 67 100

Berdasarkan tabel 4.3 menunjukan status gizi sebagian besar gemuk tingkat

ringan sebanyak 30 responden (44,8%), status gizi dengan kategori kurus tingkat berat

sebanyak 6 responden (9,0%), status gizi dengan kategori kurus tingkat ringan

sebanyak 8 responden (11,9%), status gizi dengan kategori normal sebanyak 23

responden (34,3%), serta 0 responden dengan status gizi gemuk tingkat berat (0%).

4. Hubungan Status Gizi dengan Usia Menarche


Tabel 4. 4 Hubungan Status Gizi dengan Usia Menarche Pada Remaja Putri di
UPT SMPN 13 Gresik

Usia Manarche Status Gizi Total


Kurus Tingkat Kurus Tingkat Normal Gemuk Gemuk
Berat Ringan Tingkat Tingkat
Ringan Berat
F % F % F % F % F % F %
Menarche Dini 3 9,1 1 3.04 2 6.06 27 81,8 0 0 3 100
3
Normal 2 6,3 6 18,8 21 65.6 3 9,3 0 0 3 100
2
Menarche Tarda 1 50 1 50 0 0 0 0 0 0 2 100
Total 6 8,9 8 12 23 34,3 30 44,8 0 0 6 100
7

68
Berdasarkan tabel diatas didapatkan responden dengan usia menarche dini dan

kurus tingkat berat sebanyak 3 responden (9,1%), dengan kurus tingkat ringan

sebanyak 1 responden (3,04%), dengan status gizi normal sebanyak 2 responden

(6,06%), dan dengan gemuk tingkat ringan sebanyak 27 responden (81,8%).

Responden dengan usia menarche normal dan status gizi kurus tingkat berat sebanyak

2 responden (6,3%) dengan kurus tingkat ringan sebanyak 6 responden (18,8) dengan

status gizi normal sebanyak 21 responden (65,6%) dan dengan status gizi gemuk

tingkat ringan sebanyak 3 responden (9,3%). Responden dengan usia menarche tarda

dan kurus tingkat berat sebanyak 1 responden (50%), dengan kurus tingkat ringan

sebanyak 1 responden (50%).

Hasil analisa data spearmen rho menunjukkan H0 ditolak dan H1 diterima

yang artinya ada Hubungan status gizi dengan usia menarche pada remaja putri yang

ditunjukkan dari nilai ρ value (0,000) < α (0, 05), dengan tingkat keeratan hubungan

kuat yang ditunjukan oleh nilai correlation coeficient sebesar - 0, 629. Arah hubungan

antar variabel adalah tidak searah yang ditunjukkan dengan tanda negatif pada

koefisien korelasi artinya semakin tinggi status gizi semakin dini usia menarche pada

remaja putri.

IV.2Pembahasan

IV.2.1 Hubungan status gizi dengan usia menarche pada remaja

Hasil tabulasi silang menunjukkan bawa remaja dengan usia menarche

dini dan kurus tingkat berat sebanyak 3 responden (9,1%), dengan kurus

tingkat ringan sebanyak 1 responden (3,04%), dengan status gizi normal

sebanyak 2 responden (6,06%), dan dengan gemuk tingkat ringan sebanyak 27

responden (81,8%). Responden dengan usia menarche normal dan status gizi

kurus tingkat berat sebanyak 2 responden (6,3%) dengan kurus tingkat ringan

69
sebanyak 6 responden (18,8) dengan status gizi normal sebanyak 21 responden

(65,6%) dan dengan status gizi gemuk tingkat ringan sebanyak 3 responden

(9,3%). Responden dengan usia menarche tarda dan kurus tingkat berat

sebanyak 1 responden (50%), dengan kurus tingkat ringan sebanyak 1

responden (50%).

Status gizi memiliki hubungan dengan kejadian menarche dini pada

remaja di UPT SMP Negeri 13 Gresik. Responden yang mengalami menarche

dini cenderung memiliki status gizi gemuk tingkat ringan, namun ada pula

yang memiliki status gizi normal. Responden yang telah mengalami menarche

dini terjadi pada usia 9 tahun, 10 tahun, dan 11 tahun, dengan kejadian paling

banyak pada usia 11 tahun. Hasil korelasi menunjukkan kekuatan hubungan

tersebut lemah dan arah hubungan negatif artinya semakin tinggi status

gizinya maka semakin rendah usia munculnya menarche. Sesuai pernyataan

Fildza (2018) bahwa siswi dengan status gizi gemuk memiliki resiko 2,42 kali

mengalami menarche dini dibandingkan dengan siswi berstatus gizi normal,

selain itu remaja yang tinggi dan mempunyai berat badan lebih dengan massa

tubuh yang besar akan cenderung mengalami menarche dini. Wanita muda

yang mengalami menarche dini menunjukkan IMT lebih tinggi (Bau et al.

2009). Bratke et al. (2017) juga menyatakan bahwa IMT yang relatif tinggi

ditemukan pada anak dengan menarche awal, dengan menemukan prevalensi

kelebihan berat badan yang lebih tinggi pada anak perempuan dengan

menarche sebelum usia 11 tahun dibandingkan dengan mereka yang menarche

setelah usia 14 tahun.

Dari hasil penelitian didapatkan bawa remaja dengan usia menarche

dini dan kurus tingkat berat sebanyak 3 responden (9,1%), dengan kurus

70
tingkat ringan sebanyak 1 responden (3,04%), dengan status gizi normal

sebanyak 2 responden (6,06%), dan dengan gemuk tingkat ringan sebanyak 27

responden (81,8%). Dilihat dari hasil kuisioner yang sudah di bagika

responden, Sebagian besar responden sering makan makanan yang

mengandung banyak lemak, karbohidrat, protein dan juga vitamin sebanyak

39 responden (57%). Dalam hal ini nutrisi mempengaruhi kematangan seksual

pada remaja yang mendapat menstruasi pertama lebih dini, mereka cenderung

lebih berat dan lebih tinggi pada saat menstruasi pertama dibandingkan dengan

mereka yang belum menstruasi pada usia yang sama. Sebaliknya pada remaja

yang menstruasinya terlambat, beratnya lebih ringan daripada yang sudah

menstruasi pada usia yang sama, walaupun tinggi badan mereka sama. Pada

umumnya mereka yang menjadi matang lebih dini akan mengalami body mass

index (indeks masa tubuh) yang 50 lebih tinggi dan mereka yang matang

terlambat memiliki indeks masa tubuh lebih kecil pada usia yang sama

(Soetjiningsih, 2004).

Status gizi memegang peranan penting dalam menentukan status

kematangan fisiologis seseorang, karena pertumbuhan pada masa pubertas

remaja tergantung pada berat dan komposisi tubuh orang tersebut (Poltekes

Depkes Jakarta I 2010). Status gizi seseorang dipengaruhi oleh asupan gizi

yang dikonsumsi seperti energi, protein, lemak dan karbohidrat. Asupan gizi

merupakan salah satu hal yang dapat mempengaruhi pembentukan hormon,

dengan asupan gizi yang baik dapat mempercepat pembentukan hormon –

hormon yang mempengaruhi datangnya menarche (Fajria & Desi 2014).

Sesuai dengan penelitian ini dihasilkan Responden dengan usia menarche

71
tarda dan kurus tingkat berat sebanyak 1 responden (50%), dengan kurus

tingkat ringan sebanyak 1 responden (50%).

Waryana (2010) menyatakan bahwa makanan yang bergizi tinggi dan

mengandung lemak yang berasal dari hewani akan mengakibatkan

pengingkatan kadar estrogen, sehingga dengan perbaikan gizi atau asupan gizi

yang baik dapat menyebabkan umur menarche menjadi lebih cepat.

Meningkatnya asupan energi berhubungan dengan percepatan usia menarche

karena remaja putri yang mengonsumsi energi ≥ 80% AKG akan lebih cepat

mengalami menarche dibandingkan dengan remaja putri dengan asupan energi

< 80% AKG (Karapanou & Papadimitriou 2010). Asupan protein yang

berlebih juga akan mempengaruhi terjadinya menarche lebih awal, pada

remaja putri yang non vegetarian akan mengalami menarche 6 bulan lebih

awal dan kematangan fisik lebih cepat dari pada orang yang vegetarian

(Rokade & Mane 2009). Sesuai dengan pernyataan Hardiningsih (2013)

menyatakan bahwa asupan protein yang diduga berpengaruh terhadap kejadian

menarche dini adalah asupan protein hewani yang berlebih. Remaja putri yang

memiliki asupan protein hewani tinggi 1,8 kali lebih beresiko untuk

mengalami menarche dini dibandingkan dengan remaja putri yang

mengonsumsi protein hewani tidak lebih (Susanti 2012). Asupan protein

hewani akan meningkatkan fase luteal, akan tetapi jika dikonsumsi berlebih

akan berpengaruh pada peningkatan frekuensi pincak Luteinizing Hormone

(LH) dan mengalami pemanjangan fase folikuler yang dapat mempercepat

remaja putri memasuki awal pubertas (Kondziella et al. 2009).

Penurunan usia menarche atau menarche dini berkaitan dengan

meningkatnya berat badan, karena kadar leptin yang tinggi yang disekresikan

72
oleh kelenjar adiposa, kadar leptin yang tinggi disekresikan dalam darah (Fajria

& Desi 2014). Leptin ini berpengaruh terhadap metabolisme Gonadothropin

Releazing Hormone (GnRH). Pelepasan GnRH ini akan memicu pengeluaran

Folicle Stimulating Hormone (FSH) dan Letuinizing Hormone (LH) di ovarium

sehingga terjadi pematangan folikel (Quennell et al. 2009). Serum LH yang

meningkat juga berimbas kepada peningkatan serum estradiol yang kemudian

berakhir dengan kematangan seksual yang berpengaruh terhadap usia menarche

dini (Uche-nwachi et al. 2007). Frisch dan Revelle menyatakan pada teori

“Critical Weight” bahwa berat badan merupakan onset terhadap kejadian

menarche, kadar lemak subkutan dan BMI tinggi pada usia 5 sampai dengan 9

tahun erat kaitannya dengan usia menarche lebih awal (<11 tahun) (Bratke et

al. 2017). Tubuh memerlukan minimal 17% kadar lemak agar seorang remaja

mengalami menarche, lemak berpengaruh terhadap kadar leptin dan estrogen

dalam tubuh. Selain lemak tubuh yang merupakan determinan yang penting

dalam sistem reproduksi, protein yang tinggi juga dapat mempengaruhi

perkembangan sistem reproduksi dengan meningkatnya kadar IGF-1 yang

berfungsi sebagai p emberi sinyal pada estradiol dan mempercepat masa

pubertas (Fildza 2014).

Dalam penelitian ini didapatkan responden yang telah mengalami

menarche dini dan memiliki status gizi normal sebanyak 21 responden, hal ini

disebabkan karena adanya faktor pembentuk lain seperti gaya hidupnya. Dari

hasil kuisioner yang sudah diisi oleh responden, Sebagian besar responden

sering membeli makanan cepat saji, seperti : mie instan, chiki, gorengan, pop

mie, sosis, dan minuman sejenis soft drink sebanyak 36 responden (52,9%)

73
Status gizi berhubungan dengan kejadian menarche dini pada remaja,

dimana remaja yang memiliki status gizi yang gemuk akan lebih cenderung

mengalami menarche dini atau bisa dikatakan anak yang memiliki nilai IMT

tinggi akan beresiko mengalami menarche dini. Status gizi gemuk atau nilai

IMT yang tinggi bisa disebabkan oleh tidak proposionalnya antara berat badan

dengan tinggi badan, selain itu status gizi juga dapat dipengaruhi oleh asupan

zat gizi. Asupan zat gizi seperti makanan yang mengandung tinggi lemak,

protein dan energi akan menyebabkan menarche lebih awal. Pemantauan status

gizi perlu dimulai sejak awal siklus hidupnya. Peran orang tua sangat

diperlukan dalam hal ini, dapat dimulai dari pemilihan makanan yang berguna

bagi asupan gizinya.

Kondisi menarche dini perlu dicegah, karena dapat menyebabkan

timbulnya sel kanker pada payudara karena adanya stimulus estrogen terhadap

pembelahan sel epitel atau karena estrogen dan metabolitnya secara langsung

bertindak sebagai mutagen (Sandra 2011). Menarche dini dapat menyebabkan

masa menapouse yang lebih dini, semakin cepat menapouse maka akan

semakin beresiko adanya gangguan pada ovarium seperti tumor. Semakin

cepat seorang anak mengalami menarche, semakin cepat terjadi pematangan

folikel di ovarium maka folikelnya akan semakin cepat habis sebab setiap

bulan akan ada yang nekrosis yang mengalami kerusakan. Anak perempuan

yang matang lebih awal menunjukkan tingkat kecemasan yang tinggi karena

belum siap dalam menangani perubahan, tidak tahu cara menghadapi

menarche, tidak tahu cara melakukan personal hygiene dan stress menghadapi

proses kematangan seksual (Hidayati 2012).

74
75
BAB V

PENUTUP

V.1 Kesimpulan

1. Status gizi remaja putri di UPT SMP Negeri 13 gresik sebagian besar adalah dalam

kategori gemuk tingkat ringan

2. Sebagian besar remaja putri di UPT SMP Negeri 13 Gresik telah mengalami

menarche dini pada usia 9 sampai 11 tahun

3. Ada hubungan antara status gizi dan usia menarche terbukti hasil dari analisa yang

ditunjukkan dari nilai ρ value (0,000) < α (0, 05). Selain itu juga ditunjukkan dari

hasil status gizi yang dialami Sebagian besar remaja di UPT SMPN 13 Gresik yaitu

Status gizi dengan kategori gemuk tingkat ringan Sebagian mengalami usia

menarche dini. Remaja yang memiliki status gizi gemuk tingkat ringan atau

memiliki IMT yang tinggi (25,1-27.0) akan cenderung mengalami menarche dini,

karena lemak yang berasal dari hewani akan mengakibatkan peningkatan kadar

estrogen.

V.2 Saran

1. Keluarga atau orang tua

Keluarga atau orang tua harus memperhatikan pemenuhan kebutuhan nutrisi

dan gaya hidup sehari-hari yang dilakukan oleh anak. Orang tua dapat memberikan

asupan gizi yang sesuai dengan prinsip gizi seimbang, memberi makanan yang bergizi

seperti buah, sayur, lauk, susu, serta vitamin yang baik untuk remaja. selain itu

pemenuhan kebutuhan sehari-hari seperti konsumsi makanan di luar rumah, aktivitas

fisik, istirahat tidur serta penggunaan akses internet harus diperhatikan. Sehingga,

status gizi anak tergolong normal dan memiliki gaya hidup yang sehat.

76
2. Remaja

Memperhatikan lagi apa yang harus dikonsumsi untuk memenuhi status gizi

yang normal. Kurangi mengkonsumsi makanan yang cepat saji dan juga yang

mengandung banyak lemak, karena itu akan memicu berat badan meningkat.

Sesungguhnya hidup sehat itu tidaklah susah. Dan juga lebih menggali informasi lagi

tentang kesehatan reproduksi terutama menstruasi agar dapat wawasan yang lebih

banyak.

3. Pihak sekolah

Pihak sekolah harus memberikan Health Education terkait makanan yang

mengandung gizi seimbang dan perilaku-perilaku yang dapat mempengaruhi

kesehatan. Pendidikan seks dan reproduksi juga harus diberikan sejak dini agar anak-

anak mengetahui segala resiko yang akan timbul. Juga bisa dilakukan penyuluhan-

penyuluhan dari puskesmas atau dari orang-orang yang menguasai di bidang

Kesehatan reproduksi misalnya satu bulan sekali atau tiga bulan sekali agar siswa

siswi di sekolah semakin memahami.

4. Peneliti Selanjutnya

Adanya penelitian lebih lanjut tentang faktor lain yang dapat mempengaruhi

kejadian menarche dini, seperti faktor hormon dan faktor genetik. Faktor genetik

dapat dilihat dari keturunan ibu yang dulu pernah mengalami menarche dini. Selain

itu kelengkapan data umum juga sangat diperlukan untuk menghasilkan penelitian

yang maksimal.

77
DAFTAR PUSTAKA

Antono, S. D. (2015). Hubungan Antara Status Gizi (IMT) dengan Usia Menarche pada
Remaja Putri Usia 13-14 Tahun di SMPN 1 Pace Kecamatan Pace Kabupaten
Nganjuk. Jurnal Ilmu Kesehatan.
Arie Nugroho, B. M. (2015). Hubungan Antara Asupan Zat Gizi dan Status Gizi dengan
Kejadian Menarche dini pada Siswi SD Negeri 2 di Kota Bandar Lampung. Jurnal
Kesehatan .
Desi Ratnasari, L. U. (2019). Peer Education untuk Meningkatkan Pengetahuan Remaja
Putri Umur 10-12 Tahun Tentang Menarche dengan Media Ular Tangga di Desa
Sidoharum Sempor Kebumen . Jurnal Kesehatan .
Dita Trimayasari, K. K. (2013). Hubungan Usia Menarche dan Status Gizi Siswi SMP Kelas
2 dengan Kejadian Disminore. Jurnal Obstretika Scientia .
Eka Ratnaningsih, L. R. (2017). Hubungan Status Gizi dengan Usia Menarche pada Siswa
SD Negeri Desa Sidoarum Kecamatan Godean Sleman Yogyakarta. Jurnal
Universitas Aisyiyah Yogyakarta .
Evi Susanti, S. W. (2016). Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Usia Menarche pada
Siswi Kelas VIII MTsN 1 Bukittinggi . Jurnal Kesehatan terpadu .
Fitri Apriyanti, E. H. (2018). Hubungan Status Gizi dan Usia Menarche dengan Kejadian
Disminore pada Remaja Putri di SMAN 1 Bangkinang Kota . Jurnal Maternitas
Kebidanan .
Maulana, A. (2015). Hubungan Antara Status Gizi dan Aktivitas Fisik Dengan Usia
Menarche pada Remaja Puteri di SMP Negeri 21 Padang . Jurnal Keperawatan
Maternitas .
Ni Made Diaris, F. P. (2013). Hubungan Status Gizi dengan Usia Menarche pada Siswi di
SMPN 2 Ungaran Kabupaten Semarang. Jurnal Kesehatan Terpadu.
Sylvia V, F. S. (2012). Hubungan Status Gizi dengan Usia Menarche pada Remaja Putri di
SMP Negeri 22 Bandar Lampung. Jurnal Fakultas Kedokteran Universitas
Lampung.
Adriani, Merryana & Bambang W., 2012, Peranan Gizi dalam Siklus Kehidupan, edisi 1,
Kencana Prenada Media Group, Jakarta.
Aisya, M., 2016, Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Menarche di SMA Negeri 1
Driyorejo Kabupaten Gresik, Skripsi, Universitas Airlangga Surabaya.
Almatsier, S., 2003. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pusaka Utama, Jakarta.
Andira, Dita 2010, Seluk-Beluk Kesehatan Reproduksi Wanita, A*Plus Books, Jogjakarta.
Al-Sahab, B. et al., 2010. Age at menarche in Canada: results from the National
Longitudinal Survey of Children & Youth. BMC public health,

Bau, A.M. et al., 2009. Is there a further acceleration in the age at onset of menarche? A
cross-sectional study in 1840 school children focusing on age and bodyweight at the

78
onset of menarche. European Journal of Endocrinology.

Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004, Buku Ajar Keperawatan Maternitas, edisi 4, EGC,
Jakarta
Braithwaite, D. et al., 2009. Socioeconomic status in relation to early menarche among
black and white girls. Cancer Causes and Control

Bratke, H. et al., 2017. Timing of menarche in Norwegian girls : associations with body
mass index , waist circumference and skinfold thickness. BMC Pediatrics

Brown, J.D., Halpern, C.T. & L’Engle, K.L., 2005. Mass media as a sexual super peer for
early maturing girls. Journal of Adolescent Health, 36(5),

Carwile, J.L. et al., 2015. Sugar-sweetened beverage consumption and age at menarche in a
prospective study of US girls. Human Reproduction,

Fildza, R., 2014. Analisis Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Menarche pada Siswi
di SMP Swasta Harapan 1 dan 2 Medan tahun 2014.

Ginarhayu, 2002. Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan usia menarche remaja
putri ( 9 - 15 tahun ) pada siswi sekolah dasar dan sekolah lanjutan tingkat pertama di
Jakarta Timur pada tahun 2002. Tesis.

Riskesdas, 2018. Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2018. Laporan Nasional 2018,
pp.1–384.

79
LAMPIRAN

Lampiran 1

80
Lampiran 2

81
82
83
84
85
86
Lampiran 3

87
Lampiran 4

88
Lampiran 5

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Dengan hormat,

Saya Maulidiatul Khamidah, mahasiswa S1 Keperawatan STIKes Bina Sehat PPNI

Mojokerto. Saya akan melakukan penelitian yang berjudul : “Hubungan Status Gizi

dengan Usia Menarche pada Remaja Putri di UPT SMP NEGERI 13 Gresik”. Tujuan

dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan status gizi dengan usia menarche

pada anak remaja yang ada di salah satu sekolah negeri gresik. Untuk itu saya mengharapkan

kesediaan anda untuk mengisi kuesioner atau daftar pertanyaan yang telah disiapkan dengan

sejujurnya atau apa adanya sesuai dengan apa yang anda rasakan. Saya akan menjamin

kerahasiaan data serta identitas anda. Informasi yang anda berikan digunakan sebagai data

dari tujuan penelitian, tidak akan dipergunakan untuk maksud lain. Partisipasi anda dalam

mengisi kuesioner ini sangat saya hargai dan sebelumnya saya ucapkan terima kasih.

Gresik,
Hormat saya,

Maulidiatul Khamidah
NIM.201701212

89
Lampiran 6

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI


RESPONDEN PENELITIAN (INFORMED
CONSENT)

Saya yang bertandatangan di bawah ini, menyatakan (*bersedia / tidak bersedia)


menjadi responden atas penelitian yang dilakukan oleh Maulidiatul Khamidah mahasiswa S1
Keperawatan STIKes Bina Sehat PPNI Mojokerto.
Telah mendapat keterangan secara terinci dan jelas mengenai :
1. Penelitian yang berjudul “Hubungan Status Gizi dengan Usia Menarche pada Remaja
Putri di UPT SMP NEGERI 13 Gresik”
2. Perlakuan yang akan diterapkan pada subyek
3. Manfaat ikut sebagai subyek penelitian
4. Prosedur penelitian
Dan subyek penelitian mendapat kesempatan mengajukan
pertanyaan mengenai segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian
tersebut. Oleh karena itu saya bersedia / tidak bersedia*) secara sukarela
untuk menjadi subyek penelitian dengan penuh kesadaran serta tanpa
keterpaksaan.
Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan
dari pihak manapun.
Gresik,
Peneliti, Responden

(Maulidiatul Khamidah) (…..................................)

Saksi,

(……………………)
*)Coret Salah Satu

90
Lampiran 7

LEMBAR KUESIONER

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN USIA

MENARCHE PADA REMAJA PUTRI DI UPT SMP

NEGERI 13 GRESIK

No. Responden (*) :


Inisial Nama :
Usia :

Petunjuk pengisian
1. Bacalah pertanyaan dengan baik sehingga dimengerti.
2. Jawablah pertanyaan dengan sejujur-jujurnya.
3. Berilah tanda (X) pada jawaban yang benar

A. Kuesioner Kejadian Menarche


1. Usia saat mengalami menstruasi/haid pertama kali?
a. 9 tahun
b. 10 tahun
c. 11 tahun
d. 12 tahun
e. 13 tahun
f. 14 tahun atau lebih

B. Indeks Massa Tubuh


Saat Mengalami Menstruasi / Haid Pertama Kali
a. Berat Badan……………..kg
b. Tinggi Badan……………cm
(*) Diisi oleh peneliti

C. Data Umum
Petunjuk pengisian:
1. Beriah tanda “ √ “ pada kolom jawaban yang telah tersedia

91
2. Bagi yang sudah menstruasi/haid, kegiatan dibawah ini
adalah kegiatan yang dilakukan sebelum anda mengalami
menstruasi pertama kali/menarche.
Keterangan :
SS : Sangat Sering bila Anda melakukan tiga atau lebih dalam
sebulan

S : Sering bila Andamelakukan dua kali dalam sebulan


J : Jarang bila Anda melakukan satu kali sebulan
TP : Jika pernyataan tersebut tidak pernah Anda lakukan

No. Pertanyaan SS S J TP

Saya makan dengan menu seimbang (nasi,lauk,


1.
sayur, buah, dan susu) setiap hari.

Saya makan yang mengandung lemak (kuning


telur, bebek, keju), karbohidrat (nasi, jagung,
2.
umbi-umbian), protein (tahu, tempe, susu, telur),
dan vitamin (buah,sayur) setiap hari.

Saya makan secara teratur 3 kali sehari (pagi,


3.
siang, sore/ malam).

Saya makan nasi 1-3 piring/mangkok dalam


4.
sekali makan

Saya suka membeli makanan berlemak


5.
dengan teman dan keluarga di luar rumah

Saya suka membeli ayam goreng atau fried


6.
chicken
Saya membeli mie instan, chiki, gorengan, pop
7.
mie, sosis, dan soft drink
8. Saya suka ngemil pada malam hari.
9. Saya minum susu setiap hari

92
No Umur Usia Menarche Status Gizi
<12 tahun 12-13 tahun >14 Kategori Kode Tinggi Badan Berat Badan IMT Kategori Kode
tahun
1. 12 tahun v Dini 1 137 49 26, Gemuk Tingkat Ringan 4
2
2. 11 tahun v Din 1 139 50 25, Gemuk Tingkat Ringan 4
9
3.Lampiran
12 tahun8 v Dini 1 140 50 25, Gemuk Tingkat Ringan 4
5
4. 12 tahun v Normal 2 149 35 15, Normal 3
7
5. 12 tahun v Normal 2 145 35 16, Normal 3
6
6. 13 tahun v Normal 2 155 40 16, Kurus tingkat berat 2
6
7. 12 tahun v Dini 1 155 60 26, Gemuk Tingkat Ringan 4
6
8. 12 tahun v Dini 1 140 51 26, Gemuk Tingkat Ringan 4
0
9. 12 tahun v Dini 1 158 62 25, Gemuk Tingkat Ringan 4
8
10 13 tahun v Dini 1 149 42 18, Normal 3
. 9
11 13 tahun v Normal 2 150 39 17, Normal 3
. 3
12 13 tahun v Normal 2 139 35 18, Normal 3
. 1
13 12 tahun V Dini 1 145 53 25, Gemuk Tingkat Ringan 4
. 2
14 13 tahun V Normal 2 155 45 18, Normal 3
. 7
15 13 tahun v Dini 1 147 55 25, Gemuk Tingkat Ringan 4
. 4
16 13 tahun V Normal 2 144 38 18, Kurus tingkat ringan 2
. 3
17 14 tahun V Dini 1 147 56 25, Gemuk Tingkat Ringan 4
. 6
18 14 tahun V Dini 1 139 50 25, Gemuk Tingkat Ringan 4
. 9
19 14 tahun V Dini 1 93
137 49 26, Gemuk Tingkat Ringan 4
. 2
20 13 tahun V Dini 1 145 53 25, Gemuk Tingkat Ringan 4
. 2
Keterangan :
Umur :
1. 11 tahun : 6 orang
2. 12 tahun : 17 orang
3. 13 tahun : 36 orang
4. 14 tahun : 8 orang
Usia Menarche :
1. Menarche Dini : 33 orang
2. Menarche Normal : 32 orang
3. Menarche Tarda : 2 orang
Status Gizi :
1. Kurus tingkat berat : 6 orang
2. Kurus tinkat ringan : 8 orang
3. Normal : 23 orang
4. Gemuk tingkat ringan : 30 orang
5. Gemuk tingkat berat : 0 orang

94
Lampiran 9

Statistics

Usia_M Stat
enarche us_Gizi

V
67 67
alid
N
M
0 0
issing

Usia_Menarche

Fre P Valid Cumul


quency ercent Percent ative Percent

Menarch 4
33 49.3 49.3
e Dini 9.3

4
Normal 32 47.7 97.0
V 7.7
alid Menarch 3.
2 3.0 100.0
e Tarda 0

1
Total 67 100.0
00.0

Status_Gizi

Fre P Valid Cumul


quency ercent Percent ative Percent

Kurus tingkat 9.
6 9.0 9.0
berat 0

Kurus tingkat 1
8 11.9 20.9
ringan 1.9

V 3
Normal 23 34.3 55.2
alid 4.3

Gemuk tingkat 4
30 44.8 100.0
ringan 4.8

1
Total 67 100.0
00.0

Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

95
N P N P N P
ercent ercent ercent

Usia_Menarche * 6 1 0. 6 1
0
Status_Gizi 7 00.0% 0% 7 00.0%

Usia_Menarche * Status_Gizi Crosstabulation

Status_Gizi T
otal
Kuru Kuru N Gem
s tingkat berat s tingkat ormal uk tingkat
ringan ringan

3
Count 3 1 2 27
3

% within 6 81.8 1
9.1% 3.0%
Menar Usia_Menarche .1% % 00.0%
che Dini % within 50.0 12.5 8 90.0 4
Status_Gizi % % .7% % 9.3%

3 40.3 4
% of Total 4.5% 1.5%
.0% % 9.3%

2 3
Count 2 6 3
1 2

% within 18.8 6 1
6.2% 9.4%
Usia_ Norma Usia_Menarche % 5.6% 00.0%
Menarche l % within 33.3 75.0 9 10.0 4
Status_Gizi % % 1.3% % 7.8%

3 4
% of Total 3.0% 9.0% 4.5%
1.3% 7.8%

Count 1 1 0 0 2

% within 50.0 50.0 0 1


0.0%
Usia_Menarche % % .0% 00.0%
Menar
che Tarda % within 16.7 12.5 0 3
0.0%
Status_Gizi % % .0% .0%

0 3
% of Total 1.5% 1.5% 0.0%
.0% .0%
Total 2 6
Count 6 8 30
3 7

% within 11.9 3 44.8 1


9.0%
Usia_Menarche % 4.3% % 00.0%

% within 100. 100. 1 100. 1


Status_Gizi 0% 0% 00.0% 0% 00.0%

96
11.9 3 44.8 1
% of Total 9.0%
% 4.3% % 00.0%

Correlations

Usia_M Stat
enarche us_Gizi

Correlation -.62
1.000
Usia_Me Coefficient 9**

narche Sig. (2-tailed) . .000

Spearma N 67 67
n's rho Correlation 1.00
-.629**
Status_G Coefficient 0

izi Sig. (2-tailed) .000 .

N 67 67

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

97

Anda mungkin juga menyukai