Anda di halaman 1dari 100

PROPOSAL PENELITIAN

HUBUNGAN MEKANISME KOPING DENGAN STRES PADA


GURU PERTEMUAN TATAP MUKA DI SD NEGERI
PERUMNAS CONDONGCATUR

Disusun Sebagai Acuan Untuk Melaksanakan Penelitian

Disusun Oleh
Nama : Ziana Utari
NIM : 18130163

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA
2022
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal dengan judul

“Hubungan Mekanisme koping Dengan Stres Pada Guru Pertemuan Tatap


Muka Di Sd Negeri Perumnas Condongcatur”

Proposal ini dipersiapkan dan disusun oleh

Nama : Ziana Utari

Nim : 18130163

Telah diperiksa, disetujui, dan siap untuk dipertahankan di hadapan Tim


Penguji Proposal FIKES Universitas Respati Yogyakarta, pada:

Hari :

Tanggal :

Waktu :

Tempat :

Pembimbing I Pembimbing II

Paulinus Deny Krisnanto., S.Kep., Ns., M.Kep Endang Nurul Syafitri., S.Kep., Ns., MSN

NIK NIK
LEMBAR PENGESAHAN

Proposal dengan judul


“HUBUNGAN MEKANISME KOPING DENGAN STRES PADA GURU
PERTEMUAN TATAP MUKA DI SD NEGERI PERUMNAS
CONDONGCATUR”

Disusun Oleh
Nama : Ziana Utari
Nim : 18130163

telah dipertahankan di hadapan Dewan Penguji pada tanggal……………


Susunan Dewan Penguji
Penguji I : Paulinus Deny Krisnanto., S.Kep., Ns., M.Kep
NIK. (………………………..)
Penguji II : Endang Nurul Syafitri., S.Kep., Ns., MSN
NIK. (………………………..)
Penguji III :
NIK. (………………………..)

Mengetahui,

Ketua Program Studi Keperawatan Program Sarjana

Listyana Natalia R, S.Kep., Ns., MSN


Nik : 450305003
PERNYATAAN TIDAK MELAKUKAN PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Ziana Utari

NIM : 18130163

Judul Proposal : “Hubungan Mekanisme koping Dengan Stres Pada Guru

Pertemuan Tatap Muka Di Sd Negeri Perumnas Condongcatur”

Diajukan untuk diuji pada hari dan tanggal :

Dengan ini saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa di dalam Skripsi/KTI ini:

(1) tidak terdapat keseluruhan atau sebagaian tulisan orang lain yang saya ambil

dengan cara menyalin, atau meniru dalam bentuk rangkaian kalimat atau simbol yang

menunjukkan gagasan atau pendapat atau pemikiran dari penulis lain, yang saya akui

sebagai tulisan saya sendiri; (2) tidak terdapat bagian atau keseluruhan tulisan yang

saya salin, tiru atau yang saya ambil dari tulisan orang lain tanpa memberikan

pengakuan kepada penulis aslinya; (3) tidak terdapat proses rekayasa data dan atau

melakukan perubahan data penelitian orang lain yang saya akui sebagai data hasil

penelitian saya.

Apabila di kemudian hari, terbukti bahwa saya melakukan plagiat pada naskah ini

baik sengaja ataupun tidak, saya menyatakan menarik Skripsi yang telah saya ajukan

sebagai hasil karya saya dan berarti gelar dan izasah yang telah diberikan oleh

Universitas Respati Yogyakarta dinyatakan BATAL dan segala konsekuensi hukum

yang ada melekat pada saya menjadi tanggung jawab Saya.


Yogyakarta.....2022

Ziana Utari
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjakatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

karunia dan berkat-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal penelitian

dengan judul “Hubungan Mekanisme koping Dengan Stress PTM (Pertemuan Tatap

Muka) Pada Guru Sd Negeri Perumnas Condongcatur”.

Penyusunan proposal penelitian ini dapat diselesaikan atas bimbingan, arahan

dan bantuan dari berbagai pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Kesempatan ini penulis dengan rendah hati dan rasa hormat mengucapkan terima

kasih dengan setulus-tulusnya:

1. Prof. Dr. dr. Santoso, MS, Sp.Ok selaku Rektor Universitas Respati Yogyakarta.

2. Wahyu Rochdiat M., S.Kep, Ns, M.kep, Sp.Kep.J selaku Dekan Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta.

3. Listyana Natalia R, S.Kep, Ns, MSN selaku Ketua Program Studi Keperawatan

Program Sarjana Universitas Respati Yogyakarta

4. Paulinus Deny Krisnanto, S.Kep.,Ns.M.Kep selaku pembimbing I yang telah

memberikan bimbingan dan arahan, serta motivasi dalam penyelesaian proposal

penelitian ini.

5. Endang Nurul Syafitri, S.Kep.,Ns.,MSN selaku pembimbing II yang telah

memberikan bimbingan dan arahan, serta motivasi dalam penyelesaian proposal

penelitian ini.
6. (Dosen Penguji) selaku penguji yang telah memberikan bimbingan dan arahan,

serta motivasi dalam penyelesaian proposal penelitian ini.

7. Kepala Sekolah SDN Negeri Condongcatur yang telah mengizinkan untuk

melakukan penelitian.

8. Bapak, Ibu, keluarga, sahabat, dan orang-orang yang memberikan dukungan dan

motivasi, sehingga semua dapat berjalan dengan baik dan lancar

9. Semua pihak yang telah membantu kelancaran pembuatan proposal penelitian ini.

Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberikan berkat yang melimpah kepada

semuanya, sebagai imbalan atas kebaikan dan bantuannya. Harapan penulis

semoga rancangan proposal ini dapat disetujui oleh tim penguji, sehingga penulis

dapat melanjukan proposal penelitian ini. Penulis menyadari bahwa dalam

penyusunan proposal penelitian ini banyak kekurangan oleh karena itu, penulis

mengharapkan kritik dan saran yang membangun agar dalam penulisan proposal

penelitian selanjutnya dapat menjadi lebih baik.

Yogyakarta, Agustus 2022

Penulis

Ziana Utari
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian…………………………………………..

Tabel 2.3 Penghitungan Skor Dengan Skala Likert…………………….

Tabel 3.1 Definisi Operasional Hubungan Mekanisme Koping Dengan Stress PTM

(Pembelajaran Tatap Muka)…………………………………………….

Tabel 3.1 Tabel Instrumen DASS-42……………………………………

Tabel 3.2 Tabel Kisi-kisi Instrumen DASS-14.…………………………

Tabel 3.3 Tabel Kisi-kisi Instrumen Mekanisme Koping……………….


DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori ………………..….…..……………………………

Gambar 2.2 Kerangka Konsep ...................……….....…………………………..


DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Pendahuluan Dinas Pendidikan Sleman

Lampiran 2. Surat Izin Pendahuluan SD Negeri PerumnasCondongcatur

Lampiran 3. Lembar Penjelasan Penelitian

Lampiran 4. Lembar Persetujuan Responden

Lampiran 5. Instrumen Penelitian

Lampiran 6. Rencana Anggaran Penelitian

Lampiran 7. Surat Permohonan Menjadi Enumerator

Lampiran 8. Jadwal Kegiatan Penelitian

Lampiran 9. Curriculum Vitae Peneliti


DAFTAR SINGKATAN

WHO : World Health Organitazation

COVID-19 : Coronavirus 2019

BDR : Belajar Dari Rumah

PTM : Pembelajaran Tatap Muka

SD : Sekolah Dasar

KBM : Kegiatan Belajar Mengajar

PAS : Penilaian Akhir Semester

PHK : Pemutus Hubungan Kerja

DM : Diabetus Melitus

DASS : Depression Anxiety Stress Scale


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Wabah Coronavirus 2019 (Covid-19) sangat mengguncang masyarakat

dunia. Menurut World Health Organitazation (WHO), hingga saat ini

terkonfirmasi 200 Negara di Dunia terjangkit wabah Covid-19 termasuk

Indonesia. Hampir seluruh sektor kehidupan terkena dampak dari wabah Covid-

19, tidak terkecuali di sektor pendidikan (P. Ayu Suci et al., 2020). Dalam siaran

pers (137/sipres/A6/VI/2020), pemerintah melalui Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan (Kemendikbud) telah menerapkan kebijakan learning from home

atau belajar dari rumah (BDR) untuk satuan pendidikan yang berada di wilayah

zona kuning, oranye, dan merah. Sedangkan bagi satuan pendidikan yang berada

di zona hijau, dapat melaksanakan pembelajaran tatap muka dengan tetap

memperhatikan protokol Kesehatan (Nissa & Haryanto, 2020). Hampir 2 tahun

pandemi Covid-19 melanda, dan seiring dengan perubahan dan percepatan

pemerintah dalam penanganan kasus Covid-19 di Indonesia, kini perlahan mulai

diberlakukan kehidupan ‘new normal’ dengan kondisi tetap menjaga protokol

kesehatan. Direktur Jenderal PAUD, Pendidikan Dasar dan Pendidikan

Menengah, Kemendikbudristek, Jumari, S.T.P., M.Si menegaskan, yang akan

dilaksanakan pada Juli nanti adalah pembelajaran tatap muka (PTM) secara

terbatas (Kasih, 2022). Alih-alih pemerintah telah menyelesaikan vaksinasi


terhadap pendidik dan tenaga pendidikan maka pembelajaran tatap muka terbatas

ini dapat dilangsungkan.

Pembelajaran Tatap Muka (PTM) terbatas merupakan kebijakan yang

dilaksakan pada satuan pendidikan yang tertuang dalam SKB Empat Menteri

tentang Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran di Masa Pandemi Covid-19

yang akan dilaksanakan melalui 2 (dua) fase yaitu masa transisi dan masa

kebiasaan baru. PTM pada masa transisi akan berlangsung selama 2 (dua) bulan

sejak dimulainya PTM di satuan pendidikan. Setelah masa transisi selesai maka

PTM memasuki masa kebiasaan baru. Pada prosesnya, tentu saja pelaksaan PTM

tidak mudah. Akan banyak bermunculan masalah-masalah yang dihadapi, salah

satunya adalah tidak tersedianya sarana dan prasarana yang mendukung layanan

kesehatan, keselamatan warga satuan pendidikan, pengaturan fasilitas tempat

belajar, pengaturan jumlah peserta didik, dan durasi waktu setiap mata pelajaran

per hari. Satuan Pendidikan dapat menyiapkan beberapa alternatif PTM, yang

pada akhirnya akan terpilih satu bentuk PTM yang sesuai dengan kondisi

lingkungan sekolah dan tetap menerapkan protokol kesehatan. Namun demikian,

tidak semudah yang dibayangkkan, dalam pelaksaan PTM dinamika dan polemik

di masyarakat bermunculan, terutama pada siswa, orang tua, dan guru. Ini

merupakan masalah baru yang timbul, di mana kebiasaan yang selama ini

dijalankan secara online, dan kini beralih kepada offline membuat siswa, orang

tua, dan guru perlu penyesuaian kembali (Kependidikan et al., 2022).


Berdasarkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan bahwa

perencanaan pembelajaran tatap muka perlu memperhatikan beberapa hal

diantaranya: Melakukan vaksinasi kepada seluruh pendidik dan tenaga

kependidikan. Meningkatkan imun peserta didik, pendidik dan tenaga

kependidikan. Mempersiapkan sarana dan prasarana yang sesuai protokol

kesehatan. Namun demikian, sebelum diterapkannya pelaksanaan pembelajaran

tatap muka terbatas, Kemdikbud telah mensosialisasikan dan menerbitkan buku

panduan pembelajaran masa pandemi. Dalam pelaksanaan pembelajaran tatap

muka terbatas ini juga perlu menerapkan prinsip kehati-hatian karena berkaitan

dengan kesehatan dan keselamatan warga di sekolah, sehingga penggunaan

protokol kesehatan wajib diterapkan secara ketat sesuai dengan aturan

pelaksanaan tatap muka terbatas. Pembelajaran tatap muka terbatas merupakan

pembatasan jumlah peserta didik dalam satu kelas, sehingga perlu mengatur

jumlah dengan sistem rotasi dan kapasitas 50% dari jumlah siswa pada

normalnya, persetujuan orang tua siswa, penerapan protokol kesehatan yang

ketat, tenaga kependidikan telah melakukan vaksinasi, hingga sarana dan

prasaran pendukung pelaksanaan protokol kesehatan tersedia dan memadai

(Kependidikan et al., 2022).

Kemendikbud mengatakan tentang pelaksanaan pembelajaran tatap muka

memutuskan bahwa proses kegiatan belajar mengajar (KBM) pada satuan

pendidikan tingkat SD mulai menggunakan metode pembelajaran tatap muka

(PTM). Pembelajaran tatap muka merupakan pembelajaran klasikal dimana guru


dan siswa bertemu secara langsung face-to-face dalam suatu ruangan atau forum

ditempat yang sama. SD Negeri melakukan kegiatan belajar mengajar secara

tatap muka (Fathonah & Renhoran, 2021).

Stress merupakan keadaan tidak menyenangkan dari seseorang atau individu.

Kondisi stress berkepanjangan akan menyebabkan terganggunya kesehatan

mental. Mengenai hasil yang didapatkan dari penelitian (Fathonah & Renhoran,

2021), didapatkan rata – rata skor Perceived Stres Scale sebesar 15,6. Sebagian

besar responden tergolong ke dalam kategori stress sedang yaitu sebanyak 88

orang (59,9%), disusul dengan kategori stress ringan sebanyak 54 orang (36,7%)

dan terakhir adalah kategori stress berat sebanyak 5 orang (3,4%) (Fathonah &

Renhoran, 2021). Stress yang dialami oleh guru selama pandemi ini dapat

diakibatkan beberapa faktor seperti tekanan kerja dan ketakutan terjangkit wabah

penyakit. Muhbar dan Rochmawati mengemukan beban kerja menghasilkan

stress di lingkungan kerja. yang menunjukkan korelasi lemah dengan arah

korelasi negatif, yang berarti semakin berat beban kerja guru maka tingkat stress

akan makin berat (Rifai, 2021).

Menurut Lazzarus dan Folkman, coping stress merupakan suatu proses di

mana individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutan-tuntutan

(baik itu tuntutan yang berasal dari individu maupun tuntutan yang berasal dari

lingkungan) dengan sumber-sumber daya yang mereka gunakan dalam

menghadapi situasi penuh tekanan. Secara umum, stress dapat diatasi dengan

melakukan transaksi dengan lingkungan di mana hubungan transaksi ini


merupakan suatu proses yang dinamis (Moh Muslim, 2020). Stress dapat

mempengaruhi kondisi fisik, mental dan emosi seseorang. Maka dari itu penting

bagi setiap orang untuk memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam mengatasi

stress. Dengan memahami teori dan konsep stress, seseorang dapat memiliki

kuasa penuh dalam mengontrol diri dan emosinya sehingga ia dapat

mengoptimalkan kemampuan dan kekuatan yang dimilikinya (In The

Know:2014). Yang perlu ditekankan juga dalam mengatasi stress ialah bahwa

kita tidak memiliki kendali terkait penyebab stress, tetapi kita mampu mengontrol

bagaimana kita bereaksi terhadap stress tersebut (U.S. Department of Veterant

Affairs,: 2014).

Tidak ada satu metode pun yang dapat digunakan untuk semua situasi stress.

Tidak ada strategi coping yang paling berhasil. Strategi coping yang paling

efektif adalah strategi yang sesuai dengan jenis stress dan situasi. Keberhasilan

coping lebih tergantung pada penggabungan strategi coping yang sesuai dengan

ciri masing-masing kejadian yang penuh stress, daripada mencoba menemukan

satu strategi coping yang paling berhasil. Penyesuaian yang sifatnya problem

solving terhadap stress, merupakan jenis penyesuaian terhadap stress yang

bersifat disadari, berupaya menghilangkan sumber stres, tidak tergesa-gesa atau

lebih terarah, ada strategi tertentu, dan lebih efektif. Ini dapat dilakukan dengan

memodifikasi diri agar lebih toleran terhadap stress atau memodifikasi situasi

yang menimbulkan stress (Moh Muslim, 2020).


Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada tanggal 22 Agustus

2022 di SD Perumnas Condongcatur melalui wawancara dengan 5 guru

mendapatkan hasil bahwa guru SD Perumnas Condongcatur mengalami stress. 4

guru mengalami stres dengan gejala seperti menjadi mudah marah karena hal-hal

sepele, cenderung bereaksi berlebihan terhadap situasi, menjadi mudah kesal,

merasa telah menghabiskan banyak energi untuk merasa cemas, menemukan

dirinya menjadi tidak sabar ketika mengalami penundaan, mudah tersinggung,

sulit untuk beristirahat, mudah marah, merasa sulit sabar dalam menghadapi

gangguan terhadap hal yang sedang dilakukan, merasa mudah gelisah. 1 guru

tidak mengalami stress. Lalu mengenai mekanisme koping yang dilakukan SD

Perumnas Condongcatur dengan 5 guru mendapatkan hasil adalah 5 guru

melakukan mekanisme koping dengan pernyataan mengubah hambatan menjadi

pengalaman positif, menyukai tantangan dengan mengalahkan peluang, setelah

mencapai tujuan kemudian mencari tujuan lain yang lebih menantang,

memvisualisasikan impiannya serta mencoba untuk mencapainya,dan mencoba

menentukan apa yang dibutuhkan untuk berhasil, selalu berusaha mencari cara

untuk mengatasi rintangan, Ketika menghadapi masalah berinisiatif untuk

menyelesaikannya.

Berdasarkan studi pendahualan yang telah dilakukan di SD Negeri Perumnas

Condongcatur terdapat berbagai kendala dalam melaksanakan PTM (Pertemuan

Tatap Muka) bagi anak didik diantaranya penurunan prestasi belajar, sikap anak

yang sulit dikendalikan, kurangnya kedisiplinan, emosi anak yang tidak


terkontrol, kurangnya konsentrasi belajar dalam kelas, dan tidak betah dikelas.

Dalam pelaksannya, guru SD menghadapi beberapa masalah yang dialamai

diantaranya: sulitnya mendisiplinkan anak didik, teknis pelaksanaan

pembelajaran yang masih rancu dan perubahan kurikulum. Kegiatan

pembelajaran tatap muka dimusim pandemi Covid-19 ini, Guru harus benar-

benar memperhatikan protokol kesehatan bagi siswanya, guru harus bisa

menyampaikan materi pembelajaran secara tepat agar pada saat Penilaian Akhir

Semester (PAS), materi yang diajarkan dapat terselesaikan sesuai tema. Dengan

keadaan seperti itu dapat memicu terjadinya stres pada guru SD Perumnas

Condongcatur.memang berbeda dengan tatap muka seperti biasanya sesuai

dengan aturan dan arahan dari pemerintah

Dari latar belakang tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti apakah ada

Hubungan Mekanisme koping dengan stress PTM (Pertemuan Tatap Muka) Pada

Guru SD Negeri Perumnas Condongcatur.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian tersebut maka rumusan masalah penelitian ini adalah

“Bagaimana Hubungan Mekanisme Koping dengan Tingkat Stress pada PTM

(Pertemuan Tatap Muka) Guru SD Wilayah Kerja Kecamatan Condongcatur Di

Masa Pandemi Covid-19?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Hubungan Mekanisme Koping

dengan Tingkat Stress pada PTM (Pertemuan Tatap Muka) Guru SD Wilayah

Kerja Kecamatan Condongcatur.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya karakteristik guru SD Negeri pada PTM (Pertemuan Tatap

Muka) Di Wilayah Kerja Kecamatan Condongcatur.

b. Diketahuinya mekanisme koping guru SD Negeri pada PTM (Pertemuan

Tatap Muka) Di Wilayah Kerja Kecamatan Condongcatur.

c. Diketahuinya Tingkat Stress Guru SD pada PTM (Pertemuan Tatap

Muka) Di Wilayah Kerja Kecamatan Condongcatur.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan

kepustakaan bagi ilmu keperawatan jiwa mengenai hubungan antara

mekanisme koping dengan tingkat stress pada PTM (Pertemuan Tatap Muka)

guru SD di wilayah kerja kecamatan condongcatur di masa pandemi Covid-

19.

2. Manfaat Praktis

a. Universitas Respati Yogyakarta

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada instansi

pendidikan tentang hubungan mekanisme koping dengan tingkat stres


yang terjadi pada guru sekolah dasar selama akan dilakukan PTM

(Pertemuan Tatap Muka) pada masa pandemi COVID-19 di wilayah kerja

Kecamatan Condongcatur sehingga dapat mengupayakan program untuk

mengurangi stres yang dialami tenaga pendidik.

b. Bagi Guru Sekolah Dasar

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang hubungan

mekanisme koping dengan tingkat stres yang dirasakan guru sekolah

dasar selama akan dilakukan pembelajaran tatap muka (PTM) pada masa

pandemi COVID-19.

c. Bagi peneliti selanjutnya

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan menjadi acuan

untuk mengembangkan penelitian selanjutnya

E. Keaslian Penelitian

Penelitian tentang Hubungan Mekanisme Koping dengan Tingkat Stress pada

PTM (Pertemuan Tatap Muka) Guru SD Wilayah Kerja Kecamatan

Condongcatur Di Masa Pandemi Covid-19 belum pernah dilakukan, adapun

penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini pernah dilakukan oleh:


Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Nama Peneliti Judul Metode Penelitian Persamaan Perbedaan


1. Darsini: 2021 Implementasi Desain Penelitian: Analisa Data: Desain Penelitian:
Guru Dalam Desain penelitian yang Analisis data peneliti 1. Peneliti sebelumnya:
Pembelajaran digunakan adalah menggunakan 3 Desain penelitian
Daring, Luring deskriptif kualitatif tahap yaitu: reduksi yang digunakan
Dan Tatap Teknik sampling: data, display data, adalah deskriptif
Muka Pada Penggunaan sampel dan penarikan kualitatif.
Masa Covid-19 menggunakan teknik kesimpulan 2. Peneliti:
purpose sampling 1. Variabel desain penelitian
Analisa Data: dependen deskriptif
Teknik analisa data yang yang korelasional dengan
digunakan: reduksi data, digunakan menggunakan
display data, dan adalah pendekatan cross-
penarikan kesimpulan Implementasi sectional design,
guru dalam Teknik analisa data
pembelajaran yang digunakan
PTM adalah anlisis
diskriptif kualitatif
Teknik Sampling:
1. Peneliti sebelumnya:
Penggunaan sampel
menggunakan teknik
purpose sampling.
2. Peneliti:
Teknik sampling
yang digunakan
dalam penelitian ini
adalah menggunakan
total sampling
Variabel:
1. Peneliti Sebelumnya:
Variabel dependen
yang digunakan
adalah Implementasi
guru dalam
pembelajaran PTM
2. Peneliti:
-Variabel
Independen:
Variabel independen
dalam penelitian ini
adalah mekanisme
koping yang diterima
Guru SDN di wilayah
kerja kecamatan
Condongcatur
-Variabel Dependen:
Variabel dependen
dalam penelitian ini
adalah stress
(Pertemuan Tatap
Muka) Guru SDN di
wilayah kerja
kecamatan
Condongcatur.
2. Fathonah: Gambaran Desain Penelitian: Analisa Data: Desain Penelitian:
2021 Tingkat Stress Desain penelitian ini Analisa data 1. Peneliti sebelumnya:
Guru Madrasah menggunakan metode univariat dan Desain penelitian ini
Aliyah Di kuantitatif dengan disain bivariate menggunakan metode
Jakarta Selatan cross sectional. 1. variabel kuantitatif dengan
Selama Masa Teknik Sampling: dependen disain cross
Pandemi Pengambilan sampel yang sectional.
menggunakan teknik digunakan 2. Peneliti:
purposive sampling adalah Desain penelitian ini
Analisa Data: persepsi stres menggunakan desain
Analisa data univariat dan guru, penelitian deskriptif
bivariate 2. variabel korelasional dengan
independen menggunakan
yang pendekatan cross-
digunakan sectional design
adalah usia, Teknik Sampling:
jenis 1. Peneliti sebelumnya:
kelamin, Pengambilan sampel
jenis menggunakan teknik
institusi, purposive sampling
status, lama 2. Peneliti:
mengajar, Teknik sampling
serta jumlah yang digunakan
jam dalam penelitian ini
mengajar adalah menggunakan
tiap pekan. total sampling
3. Klapproth et Teachers' Desain Penelitian: Analisa Data: Desain Penelitian:
al, 2020 Experiences of Desain penelitian yang Analisa data 3. Peneliti sebelumnya:
Stress and digunakan adalah cross univariat dan Desain penelitian ini
Their Coping sectional bivariate menggunakan metode
Strategies Teknik Sampling: 1.variabel dependen kuantitatif dengan
during COVID- Menggunakan ad hoc yang digunakan desain cross
19 Induced strategi sampling adalah Teachers' sectional.
Distance Analisa Data: Experiences 4. Peneliti:
Teaching analisis data dilakukan 2.variabel Desain penelitian ini
dengan Chi-Square tests independen yang menggunakan desain
atau Spearman rank digunakan adalah penelitian deskriptif
correlations. Coping Strategies korelasional dengan
menggunakan
pendekatan cross-
sectional design
Teknik Sampling:
1. Peneliti sebelumnya:
Pengambilan sampel
menggunakan teknik
purposive sampling
2. Peneliti:
Teknik sampling
yang digunakan
dalam penelitian ini
adalah menggunakan
total sampling
BABA II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Pertemuan Tatap Muka (PTM)

a. Definisi Pertemuan Tatap Muka (PTM)

Pembelajaran tatap muka menurut Dimyati dan Mudjiono

(dalam Sagala, 2009), pembelajaran merupakan kegiatan pendidik

atau pengajar secara terprogram dalam desain instruksional buat

menghasilkan siswa belajar secara aktif yang menekankan pada

penyediaan bahan ajar dan asal belajar. sementara pengertian

pembelajaran sesuai UUSPN No. 20 tahun 2003 menyatakan

pembelajaran merupakan proses interaksi peserta didik dengan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

menggunakan demikian dapat pada simplukan Pembelajaran tatap

muka merupakan aktivitas proses hubungan antara peserta didik

dengan pendidik menggunakan sumber belajar yang terjadi secara

pribadi di waktu yang sama serta kawasan yang sama. karakteristik

pembelajaran tatap muka artinya kegiatan yang terencana

berorientasi pada kawasan, dan interaksi sosial dalam ruang kelas

(Pattanang et al., 2021).

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk

memberikan bimbingan dan pertolongan dalam mengembangkan

potensi anak baik jasmani ataupun rohani yang dimana di berikan


oleh orang dewasa kepada anak untuk mencapai kedewasaannya

serta mencapai tujuan anak menjadi manusia yang beriman,

berakhlak mulia, berilmu, kreatif dan mandiri yang dapat di terima di

dalam masyarakat. .Pendidikan akan memberikan pengalaman-

pengalaman belajar di dalam program-program pendidikan formal,

nonformal atau informal di sekolah. Sesuai yang diamanatkan dalam

Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003

pasal 3 menyatakan bahwa tujuan Pendidikan nasional adalah untuk

mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang

beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak

mulia sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga

negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pada saat sekarang

ini, pendidikan sedang diuji dengan suatu cobaan yang sangat berat.

Dimana pada saat sekarang ini telah hadir wabah baru yang

menghebohkan dunia, yaitu wabah dan penularan Covid-19. Dengan

kondisi ini tentunya memberi dampak yang sangat fatal dalam

keberlangsungan pendidikan terutama di negara kita Indonesia.

Walaupun demikian kita berharap dapat melewati ujian ini dengan

adanya kebersamaan dalam mengikuti aturan pemerintah dan kita

harus melaksanakan aturan tersebut agar kita, keluarga kita dan

orang-orang yang ada disekitar kita terhindar wabah dan penularan

Covid-19 tersebut. (Maharani et al., 2021).


Di Indonesia, dampak pandemi Covid 19 membuat dunia

pendidikan harus berubah total, yang awalnya belajar dengan tatap

muka berubah menjadi pembelajaran dari rumah. Agar proses

pembelajaran dapat tetap terlaksana dan tujuan pendidikan dapat

tercapai, maka Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik

Indonesia mengeluarkan surat edaran yang menjelaskan mengenai

proses belajar dan mengajar agar dapat dilakukan secara online atau

daring dari tempat tinggal masing-masing, yang bertujuan untuk

mencegah dan memutus rantai penyebaran covid 19. Pada awal

pandemi, pemerintah menerapkan prinsip memprioritaskan

kesehatan dan keselamatan dalam penyelenggaraan pendidikan

dengan mempertimbangkan tumbuh kembang anak dan hak anak

selama pandemi. Kebijakan pembelajaran tatap muka terbatas secara

bertahap mulai dilakukan untuk kembali meningkatkan kualitas

belajar agar maksimal dan lebih terukur hasilnya. PTM Tebatas ini

diyakini sebagai langkah penting dalam rangka menjaga kualitas

pembelajaran anak indonesia dan sekaligus menjaga mental anak

indonesia untuk kembali belajar luring. Apabila sekolah akan

melakukan PTM Terbatas maka pihak sekolah harus maksimal

dalam mempersipakan segala sesuatunya agar protokol kesehatan

dalam PTM terbatas terpenuhi sebagai syarat utamanya. (Maharani et

al., 2021).
b. Perencanaan pembelajaran tatap muka perlu memperhatikan beberapa hal

yang dapat di lakukan sekolah anatara lain:

1). Melakukan vaksinasi kepada seluruh pendidik dan tenaga

kependidikan yang ada di sekolah

2). Meningkatkan imun peserta didik, pendidik dan tenaga kependidikan

3). Mempersiapkan sarana dan prasarana yang sesuai protokol

kesehatan. Sebelum diterapkannya pembelajaran tatap muka

terbatas, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan telah

mensosialisasikan dan menerbitkan buku panduan pembelajaran

masa pandemic. (Kemdikbud 2020).

c. Peran tim pembelajaran:

1). Melakukan pembagian kelompok belajar dan pengaturan jadwal

pelajaran untuk setiap kelompok.

2). Melakukan pengaturan tata letak ruangan.

3). Memberikan batas pemisah dan penanda arah jalur koridor dan

tangga.

4). Menerapkan mekanisme pencegahan perundungan bagi warga satuan

pendidikan yang terstigma covid-19.

5). Menyiapkan seluruh peralatan penerapan protokol kesehatan.

d. Dampak PTM

Dalam pelaksanaanya, guru SD N Suniarsih menghadapi beberapa

masalah yang dialamai diantaranya: keterbatasan waktu pembelajaran, dan

teknis pelaksanaan pembelajaran yang masih rancu. Kegiatan pembelajaran


tatap muka dimusim pandemi Covid-19 ini, memang berbeda dengan tatap

muka seperti biasanya sesuai dengan aturan dan arahan dari pemerintah.

(Nissa & Haryanto, 2020). Kendala yang dialami guru adalah guru harus

benar-benar memperhatikan protokol kesehatan bagi siswanya, guru harus

bisa menyampaikan materi pembelajaran secara tepat, agar pada saat

Penilaian Akhir Semester (PAS), materi yang diajarkan dapat terselesaikan

sesuai tema (Wana & Supriyanto, 2021).

Faktor peningkatan stres guru selama pembelajaran tatap muka terbatas

diperberat dengan peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor

04/KB/2020, Menteri Agama Nomor 737 tahun 2020, Menteri Kesehatan

Nomor HK. 01.08.Menkes/ 7093/2020, dan Menteri Dalam Negeri Nomor

420-3987 tahun 2020 tentang Panduan Pembelajaran pada Tahun Ajaran

2020/2021 di Masa Pandemi Covid-19 dimana guru harus memandu seluruh

siswa dari awal masuk sekolah hingga pulang sekolah. Guru melakukan

pengecekan suhu, melakukan pengecekan perlengkapan siswa, memandu

mencuci tangan siswa, dan selama di area sekolah dan di dalam kelas siswa

menjaga jarak dan memakai alat pelindung diri dengan dipandu oleh guru.

Sehingga, beban kerja guru meningkat tidak hanya mengajar tetapi

mengawasi, mengatur dan memandu seluruh siswa dari mulai masuk sampai

dengan pulang. Guru mengalami kelelahan dan dapat memicu peningkatan

stres guru (Sari et al., 2022).

Setelah dilaksanakan pembelajaran daring, luring dan tatap muka peneliti

menemukan kedisiplinan guru meningkat, semangat guru meningkat dan


kesiapan guru dalam pembelajaran menjadi meningkat. Kedisiplinan guru

dimana guru datang pagi atau lebih awal yaitu sebelum pukul 07.00 WIB,

disiplin masuk mengajar dan mengakhiri pembelajaran tepat waktu.

Semangat guru menjadi meningkat, dimana guru selalu memotivasi siswanya,

sehingga siswa menjadi kreatif dan inovatif, guru juga berusaha semaksimal

mungkin memberikan pelayanan yang baik kepada siswa dan orang tua atau

wali murid sehingga siswa dan orang tua puas dengan pelaksanaan

pembelajaran daring, luring dan tatap muka di kelas IV SDIT Ummul Qurro’

Gondang. Kesiapan guru dalam pembelajaran, hal ini terbukti dengan adanya

kesiapan administrasi guru, baik dalam pembuatan RPP, daftar kelas, jurnal

pembelajaran, daftar penilaian. Sebelum mulai pelajaran guru sudah

mempersiapkan RPP, daftar kelas sudah diisi sesuai dengan kehadiran siswa,

jurnal pembelajaran sudah diisi sesuai jadwal pelajaran setap hari dan daftar

penilaian sudah diisi setiap guru melakukan penilaian, baik nilai Ulangan

Harian (UH), Penilaian Tengah Semestr (PTS) dan Penilaian Akhir Semester

(PAS). (Wana & Supriyanto, 2021).

2. Guru

a. Definisi guru

Guru merupakan komponen yang sangat menentukan dalam implemenasi

suatu strategi pembelajaran. Selain itu guru juga sebagai sumber belajar,

pengelola, demonstrans, penasehat, fasilitator dan inovator bagi siswanya.

(Wana & Supriyanto, 2021).


b. Klasifikasi guru

Ragam fenomena yang terjadi pada guru maka Prof. Dr. H.

Muhaimin mengklasifikasikan guru menjadi 4 kriteria.

1). Guru yang pintar ilmu dan pintar mengajar (teacher who his

knowledge and good teaching). Tipe ini merupakan kriteria guru yang

exelent, perfect dan sempurna, penguasaan materi dan metode

pembelajarannya bisa di pertanggung jawabkan.

2). Guru yang pintar ilmu tetapi tidak pintar mengajar (teacher who his

knowledge, but good not teaching). Pada tipe ini guru hanya

memenuhi unsur kompetensi profesionalnya saja tanpa kompetensi

pedagogik. Pada tipe ini guru cenderung individualis, (teacher

center) hanya gurunya sendiri yang menguasai materinya tanpa ada

transpormasi pengetahuan kepada anak didik.(Klapproth et al., 2020)

3). Guru yang tidak pintar ilmu tetapi pintar mengajar (teacher who his not

knowledge, but good teaching). Pada tipe ini guru hanya memenuhi

unsur kompetensi pedagogiknya saja tanpa kompetensi profesional.

Pada tipe ini guru cenderung memberikan informasi dan wawasan

yang keliru dan fatal pada peserta didik.

4). Guru yang tidak pintar ilmu dan tidak pintar mengajar (teacher

who his not knowledge, and good not teaching). Pada tipe ini guru

hanya sebagai simbolis semata. Pada tipe ini guru cenderung sesat

dan menyesatkan. (Moh. Wardi, 2021)

c. Tugas dan tanggung jawab guru


Tanggungjawab guru dan unsur pendidikan lainnya bukan hanya

sekedar dalam hal mengajar atau memajukan dunia pendidikan di sekolah di

tempatnya bertugas, tetapi juga bertangggung jawab untuk mengajak

masyarakat di sekitarnya untuk ikut berpartisipasi dalam memajukan

pendidikan di wilayahnya. Tanggung jawab seorang Guru (professional)

antara lain:

1). Tanggungjawab intelektual diwujudkan dalam bentuk penguasaan materi

pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan

materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang

menaungi materinya, serta penguasaan terhadap stuktur dan metodologi

keilmuannya.

2). Tanggung jawab profesi/pendidikan: Diwujudkan melalui pemahaman

guru terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran,

evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk

mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya.

3). Tanggung jawab sosial diwujudkan melalui kemampuan guru

berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama

kolega pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan

masyarakat sekitar.

4). Tanggung jawab spiritual dan moral: Diwujudkan melalui penampilan

guru sebagai insan beragama yang perilakunya senantiasa berpedoman

pada ajaran agama dan kepercayaan yang dianutnya serta tidak

menyimpang dari norma agama dan moral.


5). Tanggung jawab pribadi diwujudkan melalui kemampuan guru

memahami dirinya, mengelola dirinya, mengendalikan dirinya, dan

menghargai serta mengembangkan dirinya dalam bentuk moral spiritual.

(Darmadi, 2015).

d. Peran guru dalam proses pembelajaran

1). Peran guru sebagai inspirator, menuntut kemampuan guru

memberikan inspirasi bagi kemajuan belajar peserta didik.

2). Peran guru sebagai informator guru harus dapat memberikan

informasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, selain

sejumlah bahan pelajaran untuk setiap mata pelajaran yang telah

diprogramkan dalam kurikulum.

3). Peranan guru sebagai motivator dapat memberikan motivasi pada

peserta didik untuk lebih bergairah dan bersemangat belajar. Peranan

guru sebagai motivator sangat penting dalam interaksi edukatif,

karena menyangkut esensi pekerjaan mendidik yang membutuhkan

kemahiran social, menyangkut performance dalam personalisasi dan

sosialisasi diri.

4). Peran guru sebagai korektor menuntut guru bisa membedakan mana

nilai yang baik, dan mana nilai yang buruk, mana nilai positif dan

mana nilai negatif.

5). Peran guru sebagai inisiator, artinya guru harus dapat menjadi

pencetus ide-ide kemajuan pendidikan dan pengajaran. Proses


interaksi edukatif yang ada sekarang harus diperbaiki susuai

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang pendidikan.

6). Peran guru sebagai evaluator, artinya seseorang guru dituntut untuk

menjadi seorang penilaian yang baik dan jujur, dengan memberikan

penilaian yang menyentuh asfek ekstrinsik dan intrinsik, penilaian

pada asfek intrinsik lebih diarahkanpada asfek kepribadian peserta

didik, yakni aspek nilai (values).

7). Sebagai supervisor, guru hendaknya dapat membentu, memperbaiki,

dan menilai secara kritis terhadap proses pembelajaran. Teknik-teknik

supervisi harus dikuasai dengan baik agar dapat melakukan perbaikan

terhadap situasi pembelajaran menjadi lebih baik.

8). Sebagai kulminator, guru adalah orang yang mengarahkan proses

belajar secara bertahap dari awal hingga akhir (kulminasi). Dengan

rancangannya peserta didik akan melewati tahap kulminasi, suatu

tahap yang memungkinkan setiap peserta didik bisa mengetahui

kemajuan belajarnya. Disini peran kulminator terpadu dengan peran

sebagai evaluator.

9). Peran guru sebagai mediator, dimana guru hendaknya memiliki

pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan,

karena media pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih

mengefektifkan proses belajar-mengajar. (Darmadi, 2015).

3. Stres

a. Definisi Stres
Robbins (2017:429) menyatakan bahwa stress merupakan suatu

kondisi yang dinamis dimana individu berkonfrontasi dengan peluang,

tuntutan, atau sumber daya yang terkait dengan apakah yang individu

inginkan dan yang mana hasil yang dipandang menjadi tidak pasti dan

penting. Colquitt (2009:142) mengungkapkan bahwa stres merupakan

bentuk respon psikologis terhadap suatu tuntutan yang terdapat pada

sesuatu dan yang dihadapi oleh seseorang sangat melebihi kapasitasnya

atau sumber daya yang tersedia. (Hidayati & Suryadi, 2020).

b. Klasifikasi Stres

Menurut Selye (1975) stress terbagi atas 2(dua) jenis, yaitu :

eustress dan distress. Eustress merupakan stres yang baik dan berimbas

positif bagi individu, menantang individu untuk menjadi lebih baik dan

menantang Distress merupakan stres yang buruk dimana membuat

individu terganggu baik fisik mauapun psikologis. (Fathonah &

Renhoran, 2021).

c. Manifestasi Klinis

Stress pada diri seseorang terjadi akibat terganggunya

kesimbangan antara kemampuan dan kekuatan. Kondisi terganggunya

keseimbangan seseorang ditunjukkan dengan beberapa gejala seperti

meningkatnya laju detak jantung dan nafas, sakit kepala, tekanan darah

dan serangan jantung. Gejala-gejala demikian menjadikan seseorang

akan mengalami sulit tidur, sakit kepala, sulit buang air besar, leher

tegang, berubahnya selera makan, keringat yang berlebihan dan


gangguan pencernaan. Rusmana mengutip pendapat Robbins tentang

gejala stress secara psikologis meliputi kecemasan, ketegangan,

kebosanan, ketidakpuasaan dalam bekerja, iritabilitas dan menunda-

nunda pekerjaan. Beberapa gejala psikologis lainnya mudah

tersinggung, gelisah, suasana hati sering berubah, mudah menangis dan

depresi. (Rifai, 2021).

d. Tingkat Stres

1). Stres tingkat I

Tahapan stress ini merupakan tingkat stress yang paling ringan yang

ditandai dengan persaan sebagai berikut:

a). Semangat yang besar

b). Penglihatan tajam tidak sebagaimana biasanya

c). Energy dan gugup secara berlebihan, kemampuan menyelesaikan

yang lebih dari biasanya

Tahapan ini biasanya menyenangkan dan kemudian menjadikan

orang bersemangatdengan tanpa disadari bahwa sebenarnya

cadangan energinya sudah menipis.

2). Stres tingkat II

Tahapan kedua ini merupakan dampak stress yang menyenangkan mulai

hilang dan timbul keluhan-keluhan karena cadangan energy tidak lagi

cukup untuk sepanjang hari. Keluhan-keluhan yang sering dirasakan

antara lain:

a). Merasa letih pada saat bangun pagi


b). Merasa lelah saat menjelang sore

c). Merasa lelah sesudah makan

d). Gangguan dalam system pencernaan (gangguan usus, perut

kembung). Kadang disertai jantung berdebar

e). Perasaan tegang pada otot-otot punggung dan tengkuk (belakang

leher)

f). Perasaan tidak bias santai

3). Stress tingkat III

Pada tahap tiga, keluhan semakin tampak dengan gejala sebagai berikut:

a). Gangguan usus semakin terasa (sakit perut, mules, seringin ingin ke

belakang)

b). Otot-otot terasa tegang

c). Perasaan yang tegang semakin meningkat

d). Gangguan tidur (sulit tidur, suka terbangun pada malam hari dan

sulit tidur kembali, bangun terlalu pagi)

e). Badan terasa oyong, rasa-rasa mau pingsan (tidak sampai jatuh

pingsan)

4). Stress tingkat IV

Gejala dalam tahap keempat semakin lebih berat dengan gejala sebagai

beirkut:

a). Untuk bias bertahan sepanjang hari terasa sangat sulit

b). Kegiatan yang semula menyenangkan menjadi terasa sulit


c). Kehilangan kemampuan untuk menagnggapi situasi, pergaulam sosial,

dan kegiatan-kegiatan rutin lainnya terasa berat

d). Tidur semakin sulit, mimpi-mimpi menegangkan dan seringkali

terbangun pada dini hari

e). Perasaan negatif

f). Kemampuan berkonsentrasi menurun tajam

g). Persaan takut yang tidak dapat dijelaskan, tidak mengerti mengapa.

5). Stress tingkat V

Tahapan ini merupakan keadaan yang lebih mendalam dari tahapan 4

yaitu:

a). Keletihan yang mendalam (physical and psychological exhaustion)

b). Kurang mampu menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan yang sederhana

c). Gangguan system pencernaan (sakit maag dan usus) lebih sering, sulit

buang air besar atau sebaliknya feses encer dan sering ke belakang

d). Perasaan takut yang semakin menjadi, mirip panic

6). Stress tingkat VI

Tahapan ini merupakan tahapan puncak/gawat darurat. Tidak jarang

penderita dalam tahapan ini dibawa ke ICCU. Gejala pada tahapan ini

adalah sebagai berikut:

a). Debaran jantung terasa amat keras, hal ini disebabkan karena zat

adrenalin yang dikeluarkan karena stress tersebut cukup tinggi dalam

peredaran darah

b). Sesak nafas


c). Badan gemetar, tubuh dingin, keringat bercucuran

d). Untuk melakukan hal-hal yang ringan sekalipun tenaganya tidak

mampu

e). Pingsan atau collaps (Yesserie, 2015).

e. Penyebab Stress

Stressor merupakan tuntutan-tuntutan untuk menyesuaikan diri.

Strain adalah tegangan yang terjadi pada diri seseorang akibat adanya

sumber ketegangan. Dengan kata lain stressor adalah segala sesuatu yang

menyebabkab stress. Stressor bisa terjadi secara akut, kronis, dari dalam

atau luar, baik secara jasmani atau rohani, nyata atau hanya suatu

khayalan. Menurut Coleman terdapat tiga sumber yang dapat dimasukkan

dalam kategori stressor yaitu frustasi, konflik dan tekanan (pressure).

1). Berikut beberapa faktor yang menyebabkan stress:

a). Stressor fisik/jasmani: Suhu dingin/panas, suara bising, rasa sakit,

kelelahan fisik, polusi udara, tempat tinggal tidak memadai.

b). Stressor psikologik: Rasa takut, kesepian, patah hati, marah,

kesal/jengkel, cemburu, iri hati.

c). Stressor sosial-budaya: Hubungan sosial, kesulitan pekerjaan,

menganggur, pension, PHK, perpisahan, perceraian, ketersaingan,

konfliuk rumah tangga.

2). Ada banyak hal yang dapat memicu stres dalam hidup kita (stressor)

yaitu:

a). Stres besar, ancaman terbesar bagi seseorang


b). Masalah kesehatan seperti penyakit degenerative antara lain jantung,

stroke, hipertensi, hipertensi, gula darah (DM), kanker dan lain-lain.

c). Trauma kecelakaan lalu lintas yang berat dan fatal

d). Ketidakmampuan untuk mengatasi stress setelah stressornya hilang

e). Kelaparan yang hebat

f). Faktor-faktor psikologis seperti kemarahan, kegelisahan, depresi,

rasa takut, kekalahan sosial, penghinaan, rasa kecewa, khawatir yang

berlebihan

g). Faktor-faktor fisik seperti pengerahan tenaga yang terlalu besar,

udara panas, dingin, trauma, infeksi, kelebihan beban kerja dan

kurang waktu istirahat.

h). Lingkungan yang tidak sehat seperti ancaman terhadap rasa aman,

hubungan sosial yang buruk, konflik, kekerasan, kekjaman.

i). Stress atau kejengkelan kecil (stress yang biasa kita alami) sesperti

kemacetan lalu lintas, tugas-tugas yang harus diselesaikan,

kebisingan, keramaian dan sebagainya.

j). Suatu perubahan penting, yang bersifat positif/negative

k). Karakter/sifat bawaan seperti seorang dengan karakter perfeksionis

dan kolerik/pekerja keras.

l). Sifat tamak dan ambisius

m). Sikap tidak menerima dirinya sendiri apa adanya, selalu

membandingkan dirinya dengan orang lain, menilai dirinya negative,

penuh kekurangan, tidak dapat melihat kelebihan yang dimiliki.


n). Hidup yang penuh dengan kepura-puraan, tidak jujur, menjalani

hidup lain yang tidak sesuai dengan kondisnya

o). Iri hati, dengki, tidak suka melihat orang lain berhasil.

p). Pendendam, tidak suka dan sulit memaafkan, selalu mengingat

kesalahan orang lain.

q). Rasa tidak berdaya karena mengalami peristiwa yang tidak dapat

dikendalikan, seperti meninggalnya anggota keluarga, kesehatan

yang memburuk, anak-anak yang memberontak perceraian yang

tidak dikehendaki, atau diberhentikan dari pekerjaan.

r). Rasa panic karena merasa tidak mempunyai banyak harapan untuk

memulihkan kebahagiaan yang hilang.

s). Masalah karier.

t). Pertambahan usia, kegagalan, dan ketidak puasan keuangan

(Iskandar Junaidi, 2006: 111-113, (Yesserie, 2015).

f. Dampak Stres

Stress berdampak terhadap keadaan jasmani dan kejiwaan seseorang:

1). Reaksi yang bersifat jasmani: Jantung berdrebar-debar, otot tegang,

sakit kepala, sakit perut/diare, lelah, gangguan makan, eksim.

2). Reaksi yang bersifat kejiwaan: Sulit konsentrasi, sulit tidur,

cenderung menyalahkan orang lain, cemas, menarik diri, menyerang

dan mudah tersinggung.


3). Pada tahap yang berat, stress dapat menimbulkan penyakit fisik

seperti: Hipertensi, asma berat, serangan jantung dan sebagainya)

(Yesserie, 2015).

g. Penatalaksanaan Stres

Manajemen stress adalah usaha yang melibatkan kemampuan

kognitif dan perilaku untuk meningkatkan keterampilan individu dalam

rangka menghadapi dan mengelola sumber stress sehingga mampu untuk

mereduksi tingkat stress yang dimiliki. Teknik stress manajemen selain

bisa digunakan untuk mengantisipasi stress, juga bisa diberikan untuk

mengatasi stress. Terdapat beberapa tahapan dalam pelaksanaan pelatihan

teknik manajemen stres (Hakim et al., 2017) antara lain:

1). Pada awal kegiatan, para partisipan akan diajak untuk mengidentifikasi

gejala stres dan bagaimana mengenali penyebab stres pada diri.

Pendekatan yang digunakan dalam tahapan ini adalah psikoedukasi,

intervensi life span dan keterampilan komunikasi.

2). Pada tahapan selanjutnya, partisipan dibarikan kesempatan untuk

mempraktekkan keterampilan coping dengan menggunakan teknik

restrukturisasi kognitif, manajemen stres, pemecahan masalah, serta

relaksasi.

3). Setelah partisipan dinyatakan mampu menerapkan tindakan pada tahap

sebelumnya, maka kegiatan selanjutnya adalah mempraktekkan teknik

manajemen stres pada suatu peristiwa dan dilihat keefektifannya.


Materi dalam kegiatan manajemen stres sendiri adalah beberapa strategi

yang bisa diaplikasikan individu dalam menghadapi situasi stres (Wade &

Tavris, 2009) antara lain:

1). Strategi fisik

Metode yang paling efektif dalam rangka mengatasi tekanan fisiologis dari

stres adalah mencoba menenangkan diri dan mengurangi rangsangan fisik

tubuh. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah meditasi atau relaksasi

sehingga otot-otot dan syaraf akan menjadi lebih santai, tekanan darah

normal, atau dengan mencoba menstabilkan ritme pernapasan.

2). Strategi Emosional

Strategi ini fokus pada pengendalian emosi yang muncul dari masalah yang

dihadapi seperti rasa marah, cemas, atau kesedihan yang mendalam.

Perasaan negatif seperti duka, marah, atau sedih merupakan reaksi yang

wajar bagi individu apabila mengalami situasi yang tidak nyaman atau

tertekan. Individu mebutuhkan kesempatan untuk membahas kejadian

tersebut secara terus-menerus agar menjadi lebih mampu menerima,

memahami, dan memutuskan akan melakukan hal apa selanjutnya.

3). Strategi kognitif

Rasa stres pada umumnya akan menyerang dan ada pada ranah kognitif.

Fokus utama dalam menangani stress adalah memperbaiki keadaan

kognitif. Salah satu pendekatan yang bisa dilakukan adalah afirmasi positif.

Metode ini dilakukan dengan mengatakan kalimat pendek yang positif


disusun baik dituangkan kedalam tulisan, diucapkan dengan cara berulang-

ulang untuk mempengaruhi keadaan pikiran bawah sadar.

4). Strategi sosial

Salah satu upaya mereduksi stres yang dialami oleh individu adalah

mencari dukungan kelompok. Kondisi kelompok yang tepat akan

memberikan kesempatan bagi individu untuk saling berbagi beban. Mereka

dapat membantu seseorang menilai suatu masalah dan merencanakan hal-

hal yang dapat dilakukan untuk mengatasinya. (Rochani, 2020).

h. Pencegahan stress

Upaya pencegahan stres yang dapat dilakukan adalah dengan

manajemen stres. Manajemen stres yaitu tentang bagaimana seseorang

melakukan suatu tindakan dengan melibatkan aktivitas berpikir, emosi,

rencana atau jadwal pelaksanaan, dan cara penyelesaian masalah.

Manajemen stres diawali dengan mengidentifikasikan sumber-sumber

stres yang terjadi dalam kehidupan. Langkah selanjutnya dari manajamen

stres adalah memilih strategi penyelesaian masalah yang efektif. Secara

umum ada dua cara, yakni:

1). Mengubah situasi (hindari sumber masalah)

2). Mengubah reaksi seseorang terhadap sumber stress tersebut.

(Arismunandar et al., 2020).

i. Instrument Pengukuran Stres Kerja

Untuk mengukur tingkat stres, Instrumen yang digunakan

instrumen stres kerja dari kuisioner DASS-21 (Depression Anxiety Stress


Scale – 21).dengan menggunakan skala likert, dengan penilaian Skor 3

untuk jawaban Selalu, Skor 2 untuk jawaban Sering,Skor 1 untuk

jawaban Kadang-kadang dan 0 untuk jawaban Tidak pernah.(Miadinar,

2021). Atau bisa dengan mudah menggunakan Selalu (SL) (setiap hari

dalam seminggu), Sering (SR) (4 kali dalam 1 minggu), Kadang-kadang

(KD) (2 kali dalam seminggu), Tidak Pernah (TP) (tidak pernah

melakukan dalam seminggu) (Suwardiman,2011).

4. Coping

a. Definisi Coping

Dalam pandangan Haber dan Runyon (1984), coping merupakan

semua bentuk perilaku dan pikiran (negatif atau positif) yang dapat

mengurangi kondisi yang membebani individu agar tidak menimbulkan

stress (Maryam, 2017). Koping merupakan suatu proses dalam rangka

menghadapi kondisi stressfull yang harus dilalui oleh seseorang, sebagai

bentuk respon terhadap situsi yang mengancam dirinya baik fisik maupun

psikologis. (Arismunandar et al., 2020).

b. Strategi coping

Strategi coping sering dipengaruhi oleh latar belakang budaya,

pengalaman dalam menghadapi masalah, faktor lingkungan, kepribadian,

konsep diri, faktor sosial dan lainlain sangat berpengaruh pada

kemampuan individu dalam menyelesaikan masalahnya. Strategi coping

bertujuan untuk mengatasi situasi dan tuntutan yang dirasa menekan,

menantang, membebani dan melebihi sumberdaya (resources) yang


dimiliki. Sumber daya coping yang dimiliki seseorang akan

mempengaruhi strategi coping yang akan dilakukan dalam menyelesaikan

berbagai permasalahan.

Jenis-jenis Strategi Coping menurut Stuart dan Sundeen (1991)

terdapat dua jenis mekanisme coping yang dilakukan individu yaitu

coping yang berpusat pada masalah (problem focused form of coping

mechanism/direct action) dan coping yang berpusat pada emosi (emotion

focused of coping/palliatif form).

1). Strategi Coping Menurut Lazarus dan Folkman (1984). Lazarus dan

Folkman (1984) juga secara umum membagi strategi coping menjadi

dua macam yakni:

a). Strategi coping berfokus pada masalah. Strategi coping berfokus

pada masalah adalah suatu tindakan yang diarahkan kepada

pemecahan masalah. Individu akan cenderung menggunakan

perilaku ini bila dirinya menilai masalah yang dihadapinya masih

dapat dikontrol dan dapat diselesaikan. Perilaku coping yang

berpusat pada masalah cenderung dilakukan jika individu merasa

bahwa sesuatu yang kontruktif dapat dilakukan terhadap situasi

tersebut atau ia yakin bahwa sumberdaya yang dimiliki dapat

mengubah situasi, contoh penelitian yang dilakukan oleh Ninno et

al. (1998), Yang termasuk strategi coping berfokus pada masalah

adalah:
(1) Planful problem solving yaitu bereaksi dengan melakukan

usaha-usaha tertentu yang bertujuan untuk mengubah keadaan,

diikuti pendekatan analitis dalam menyelesaikan masalah.

Contohnya, seseorang yang melakukan planful problem solving

akan bekerja dengan penuh konsentrasi dan perencanaan yang

cukup baik serta mau merubah gaya hidupnya agar masalah

yang dihadapi secara berlahan-lahan dapat terselesaikan.

(2) Confrontative coping yaitu bereaksi untuk mengubah keadaan

yang dapat menggambarkan tingkat risiko yang harus diambil.

Contohnya, seseorang yang melakukan confrontative coping

akan menyelesaikan masalah dengan melakukan hal-hal yang

bertentangan dengan aturan yang berlaku walaupun kadang

kala mengalami resiko yang cukup besar.

(3) Seeking social support yaitu bereaksi dengan mencari

dukungan dari pihak luar, baik berupa informasi, bantuan

nyata, maupun dukungan emosional. Contohnya, seseorang

yang melakukan seeking social support akan selalu berusaha

menyelesaikan masalah dengan cara mencari bantuan dari

orang lain di luar keluarga seperti teman, tetangga, pengambil

kebijakan dan profesional, bantuan tersebut bisa berbentuk fisik

dan non fisik.

b). Strategi coping berfokus pada emosi adalah melakukan usaha-

usaha yang bertujuan untuk memodifikasi fungsi emosi tanpa


melakukan usaha mengubah stressor secara langsung. Perilaku

coping yang berpusat pada emosi cenderung dilakukan bila

individu merasa tidak dapat mengubah situasi yang menekan dan

hanya dapat menerima situasi tersebut karena sumberdaya yang

dimiliki tidak mampu mengatasi situasi tersebut, contohnya masih

dalam penelitian yang dilakukan oleh Ninno et al. (1998), Yang

termasuk strategi coping berfokus pada emosi adalah:

(1) Positive reappraisal (memberi penilaian positif) adalah bereaksi

dengan menciptakan makna positif yang bertujuan untuk

mengembangkan diri termasuk melibatkan diri dalam hal-hal

yang religius. Contohnya, seseorang yang melakukan positive

reappraisal akan selalu berfikir positif dan mengambil

hikmahnya atas segala sesuatu yang terjadi dan tidak pernah

menyalahkan orang lain serta bersyukur dengan apa yang masih

dimilikinya.

(2) Accepting responsibility (penekanan pada tanggung jawab) yaitu

bereaksi dengan menumbuhkan kesadaran akan peran diri dalam

permasalahan yang dihadapi, dan berusaha mendudukkan segala

sesuatu sebagaimana mestinya. Contohnya, seseorang yang

melakukan accepting responsibility akan menerima segala

sesuatu yang terjadi saat ini sebagai nama mestinya dan mampu

menyesuaikan diri dengan kondisi yang sedang dialaminya.


(3) Self controlling (pengendalian diri) yaitu bereaksi dengan

melakukan regulasi baik dalam perasaan maupun tindakan.

Contohnya, seseorang yang melakukan coping ini untuk

penyelesaian masalah akan selalu berfikir sebelum berbuat

sesuatu dan menghindari untuk melakukan sesuatu tindakan

secara tergesa-gesa.

(4) Distancing (menjaga jarak) agar tidak terbelenggu oleh

permasalahan. Contohnya, seseorang yang melakukan coping ini

dalam penyelesaian masalah, terlihat dari sikapnya yang kurang

peduli terhadap persoalan yang sedang dihadapi bahkan

mencoba melupakannya seolaholah tidak pernah terjadi apa-apa.

(5) Escape avoidance (menghindarkan diri) yaitu menghindar dari

masalah yang dihadapi. Contohnya, seseorang yang melakukan

coping ini untuk penyelesaian masalah, terlihat dari sikapnya

yang selalu menghindar dan bahkan sering kali melibatkan diri

kedalam perbuatan yang negatif seperti tidur terlalu lama,

minum obat-obatan terlarang dan tidak mau bersosialisasi

dengan orang lain.

2). Strategi Coping Menurut Friedman. Menurut Friedman (1998),

terdapat dua tipe strategi coping keluarga, yaitu internal atau

intrafamilial dan eksternal atau ekstrafamilial. Ada tujuh strategi

coping internal, yaitu


a). Mengandalkan kemampuan sendiri dari keluarga. Untuk

mengatasi berbagai masalah yang dihadapinya, keluarga

seringkali melakukan upaya untuk menggali dan mengandalkan

sumberdaya yang dimiliki. Keluarga melakukan strategi ini

dengan membuat struktur dan organisasi dalam keluarga, yakni

dengan membuat jadwal dan tugas rutinitas yang dipikul oleh

setiap anggota keluarga yang lebih ketat. Hal ini diharapkan setiap

anggota keluarga dapat lebih disiplin dan patuh, mereka harus

memelihara ketenangan dan dapat memecahkan masalah, karena

mereka yang bertanggung jawab terhadap diri mereka sendiri.

b). Penggunaan humor. Menurut Hott (dalam Friedman, 1998),

perasaan humor merupakan aset yang penting dalam keluarga

karena dapat memberikan perubahan sikap keluarga terhadap

masalah yang dihadapi. Humor juga diakui sebagai suatu cara

bagi seseorang untuk menghilangkan rasa cemas dan stres.

c). Musyawarah bersama (memelihara ikatan keluarga). Cara untuk

mengatasi masalah dalam keluarga adalah: adanya waktu untuk

bersama-sama dalam keluarga, saling mengenal, membahas

masalah bersama, makan malam bersama, adanya kegiatan

bersama keluarga, beribadah bersama, bermain bersama, bercerita

pada anak sebelum tidur, menceritakan pengalaman pekerjaan

maupun sekolah, tidak ada jarak diantara anggota keluarga. Cara

seperti ini dapat membawa keluarga lebih dekat satu sama lain
dan memelihara serta dapat mengatasi tingkat stres, ikut serta

dengan aktivitas setiap anggota keluarga merupakan cara untuk

menghasilkan suatu ikatan yang kuat dalam sebuah keluarga.

d). Memahami suatu masalah. Salah satu cara untuk menemukan

coping yang efektif adalah menggunakan mekanisme mental

dengan memahami masalah yang dapat mengurangi atau

menetralisir secara kognitif terhadap bahaya yang dialami.

Menambah pengetahuan keluarga merupakan cara yang paling

efektif untuk mengatasi stresor yaitu dengan keyakinan yang

optimis dan penilaian yang positif. Menurut Folkman et al.

(Friedman, 1998), keluarga yang menggunakan strategi ini

cenderung melihat segi positif dari suatu kejadian yang penyebab

stres.

e). Pemecahan masalah bersama. Pemecahan masalah bersama dapat

digambarkan sebagai suatu situasi dimana setiap anggota keluarga

dapat mendiskusikan masalah yang dihadapi secara bersama-sama

dengan mengupayakan solusi atas dasar logika, petunjuk, persepsi

dan usulan dari anggota keluarga yang berbeda untuk mencapai

suatu kesepakatan.

f). Fleksibilitas peran. Fleksibilitas peran merupakan suatu strategi

coping yang kokoh untuk mengatasi suatu masalah dalam

keluarga. Pada keluarga yang berduka, fleksibilitas peran adalah


sebuah strategi coping fungsional yang penting untuk

membedakan tingkat berfungsinya sebuah keluarga.

g). Normalisasi. Salah satu strategi coping keluarga yang biasa

dilakukan untuk menormalkan keadaan sehingga keluarga dapat

melakukan coping terhadap sebuah stressor jangka panjang yang

dapat merusak kehidupan dan kegiatan keluarga. Knafl dan

Deatrick (dalam Friedman, 1998) mengatakan bahwa normalisasi

merupakan cara untuk mengkonseptualisasikan bagaimana

keluarga mengelola ketidakmampuan seorang anggota keluarga,

sehingga dapat menggambarkan respons keluarga terhadap stres.

3). Sedangkan strategi coping eksternal ada empat yaitu:

a). Mencari informasi. Keluarga yang mengalami masalah rnemberikan

respons secara kognitif dengan mencari pengetahuan dan informasi

yang berubungan dengan stresor. Hal ini berfungsi untuk mengontrol

situasi dan mengurangi perasaan takut terhadap orang yang tidak

dikenal dan membantu keluarga menilai stresor secara lebih akurat.

b). Memelihara hubungan aktif dengan komunitas. Coping berbeda

dengan coping yang menggunakan sistem dukungan sosial. Coping ini

merupakan suatu coping keluarga yang berkesinambungan, jangka

panjang dan bersifat umum, bukan sebuah coping yang dapat

meningkatkan stresor spesifik tertentu. Dalam hal ini anggota keluarga

adalah pemimpin keluarga dalam suatu kelompok, organisasi dan

kelompok komunitas.
c). Mencari pendukung sosial. Mencari pendukung sosial dalam jaringan

kerja sosial keluarga merupakan strategi coping keluarga eksternal

yang utama. Pendukung sosial ini dapat diperoleh dari sistem

kekerabatan keluarga, kelompok profesional, para tokoh masyarakat

dan lain-lain yang didasarkan pada kepentingan bersama. Menurut

Caplan (dalam Friedman, 1998), terdapat tiga sumber umum dukungan

sosial yaitu penggunaan jaringan dukungan sosial informal,

penggunaan sistem sosial formal, dan penggunaan kelompok-

kelompok mandiri. Penggunaan jaringan sistem dukungan sosial

informal yang biasanya diberikan oleh kerabat dekat dan tokoh

masyarakat. Penggunaan sistem sosial formal dilakukan oleh keluarga

ketika keluarga gagal untuk menangani masalahnya sendiri, maka

keluarga harus dipersiapkan untuk beralih kepada profesional bayaran

untuk memecahkan masalah. Penggunaan kelompok mandiri sebagai

bentuk dukungan sosial dilakukan melalui organisasi.

Mencari dukungan spiritual. Beberapa studi mengatakan keluarga berusaha


mencari dukungan spiritual anggota keluarga untuk mengatasi masalah.
Kepercayaan kepada Tuhan dan berdoa merupakan cara paling penting bagi
keluarga dalam mengatasi stress. (Maryam, 2017).

c. Kategori mekanisme Coping

Startegi koping yang tepat dapat membantu menangani kecemasan.

Koping yang tepat dapat membantu meningkatkan efikasi diri yang dapat

mengurangi kecemasan. Salah satu konsep yang paling lazim digunakan

adalah mekanisme koping adaptif menggunakan pendekatan (approach) dan

maladaptive secara penghindaran (avoidance). Dlam kebanyakan kasus,


strategi pendekatan akan meringankan gejala kecemasan jika dibandingkan

dengan strtategi penghindaran. Adapun kategori mekanisme coping dapat dibagi

menjadi dua yaitu mekanismen coping adaptif dan mekanisme coping maladaptive

menurut Sinaga (2019) dapat dijelaskan sebagai berikut :

1. Mekanismen Coping adaptif merupakan mekanisme yang mendukung fungsi

integrase pertumbuhan, belajar, dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah

berbicara dengan orang lain, memecahkan maslah secara efektif, teknik relaksasi,

laithan seimbang dan aktivitas konstruktif.

2. Mekanisne Coping maladaptive merupakan mekanisme coping yang menghambat

fungsi integrase, memecahkan pertumbuhan, menurunkan otonomi dan

cenderung menguasai lingkungan.

d. Alat ukur Coping

Skala pengukuran yang digunakan untuk mengetahui strategi coping

stress di dalam penelitian ini adalah skal alikert dengan model 4 jenis

jawaban yaitu sangat tidak setuju (STS), tidak setuju (TS), setuju (S), dan

sangat setuju (SS). Skala likert merupakan skala yang digunakan untuk

mengukur perilaku , sikap, persepsi, pendapat seseorang terhadap suatu

fenomena sosial (Sugiyono, 2011).

e. Pengukuran mekanisme koping

Mekanisme koping diukur dengan menggunakan sebuah kuesioner

atau butir-butir pertanyaan yang sesuai dengan jenis - jenis mekanisme

koping menurut Moos dalam Brunner dan suddarth (2002) dan Siswanto

(2007) dengan empat tipe pilihan sesuai dengan skala likert yaitu Sangat
Setuju (SS), Setuju (S), Tidak Setuju (TS), Sangat Tidak Setuju (STS),

masing-masing diberi nilai 1 sampai 4.

Tabel 2.1 Penghitungan Skor dengan Skala Likert

Favorable Unfavorable
Jawaban Skor Jawaban Skor
Sangat Setuju (SS) 4 Sangat Setuju (SS) 1
Setuju (S) 3 Setuju (S) 2
Tidak Setuju (TS) 2 Tidak Setuju (TS) 3
Sangat Tidak Setuju (STS) 1 Sangat Tidak Setuju 4
(STS)

Selanjutnya dibedakan menjadi 2 kategori yaitu adaptif dan maladaptif, yaitu

koping adaptif jika skor > 50 dan koping maladaptif jika skor ≤ 50 (Azwar,2011).

Adapun indikator mekanisme koping antara lain :

1) Meminta dukungan pada individu lain

Merupakan usaha individu dalam mencari dukungan sosial sebagai bantuan

yang berasal dari orang lain seperti teman, tetangga, teman kerja dan orang –

orang lainnya. Bentuk dukungan ini dapat berupa informasi, tingkah laku

tertentu, ataupun materi yang dapat menjadikan individu yang menerima

bantuan merasa disayangi, diperhatikan dan bernilai.

2) Melihat sesuatu dari segi positifnya

Memahami masalah dengan mengembangkan cara berpikir positif yaitu

berpikir, menduga, dan berharap hanya yang baik tentang suatu keadaan atau

tentang seseorang. Sikap positif dapat tercermin dalam bertakwa terhadap

Tuhan yang Maha Esa dan selalu memohon pertolongan Tuhan setiap
mengalami kesulitan, disiplin, jujur, setia kawan, kekeluargaan, selalu

menyelesaikan tanggung jawab dengan baik, dan sebagainya.

3) Cendrung realistic

Sifat seseorang yang cenderung untuk berpikir yang penuh perhitungan dan

sesuai dengan kemampuan, sehingga gagasan yang akan diajukan bukan

hanya angan – angan atau mimpi belaka tetapi sebuah kenyataan.

4) Menjauhi permasalahan dengan menyibukkan diri pada aktivitas lain

Menjauhi permasalahan merupakan suatu ketidakmampuan seseorang dalam

mengendalikan diri. Tawuran antar pelajar, mengambil hak milik orang lain

(mencuri, merampok, korupsi), penyalahgunaan obat terlarang, dan seks bebas

merupakan contoh perilaku yang timbul karena ketidakmampuan dalam

mengendalikan diri dalam menyelesaikan suatu permasalahan.

5) Menarik diri

Merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain,

menghindari hubungan dengan orang lain karena suatu kondisi yang dialami,

ditandai dengan adanya usaha pembatasan hubungan dengan dunia luar dan

reaksi terbatas terhadap rangsang luar.

6) Cendrung bersifat emosional

Sikap seseorang dalam menyelesaikan suatu permasalahan dengan reaksi

berlebihan, perilaku yang kurang berkenan, marah, kecewa, atau dengan

melampiaskan kemarahan kepada orang – orang di sekitarnya.


f. Instrument mekanisme Coping

Adapaun instrument yang digunakan untuk mengukur mekanisme coping

itu sendiri ada dua macam yaitu Way of Coping dan Joloweic Coping Scale.

Pada penelitian ini menggunakan instrument mekanisme Coping dengan Way

of Coping. Way of Coping merupakan mekanisme coping seseorang dapat

diukur dengan menggunakan instrument Way of Coping. Instrumen ini

dikembangkan oleh Folkman & Lazarus (1980) dimana instrument ini

berfokus pada penilaian respon atau tindakan seseorang dalam menangani

proses tertentu yang dilakukan seseorang dalam menangani proses tertentu

yang menengangkan, bukan pada gaya atau sifat penanggulangan.

Tabel : Sebaran Item Skala The Ways of Coping Questionnaire

Variabel Strategi Aspek Item

Coping Strategy Problem Foccused Confrontive Coping 6

Coping Seeking Social Support 6

Planful Problem Solving 6

Emotion Focused Distancing 6

Coping Escape – Avoidance 8

Accepting Responbility 4

Positive Reappraisal 7

Self-Control 7

Total Aspek yang Diukur 50


Skala The Way of Coping terdiri dari 66 item, dan terdapat 50 item

yang diukur dan terdiri dari 3 aspek Problem Focused Coping (PFC) dan 5

aspek dari Eemotion Focused Coping (EFC). 3 aspek pada Problem

Focused Coping adalah Confrontive Coping, Seeking Social Support,

Planful Problem Solving. Sedangkan 5 aspek dari Emotion Focused

Coping adalah Distancing, Escape-Avoidance, Accepting RFesponbility,

Self-Control dan Positive Reappraisal. Menurut I Gede (2018), pernataan

yang sesuai dengan instrument ini adalah menggunakan jawaban tidak

pernah, Jarang, Kadang – kadang dan sering.

Tabel : Skor Respon pada Variabel Strategi Coping

Respon Skor Respon

Tidak Pernah 0

Jarang 1

Kadang – Kadang 2

Sering 3

Tabel diatas menunjukkan tingginya skor respon pada sakla ini

menunjukkan tingginya nilai Strategi Coping pada Subjek.


B. Kerangka teori

Guru SD

Dampak Positif PTM Faktor yang mempengaruhi stres

Tugas Guru 1. Kedisiplinan guru meningkat 1. Stressor fisik/jasmani


2. Semangat guru meningkat 2. Stressor psikologik
1. Sebagai inspirator 3. Kesiapan guru dalam pembelajaran 3. Stressor sosial
2. Sebagai informator meningkat
3. Sebagai motivator 4. Memotivasi siswa agar menjadi siswa
4. Sebagai korektor yang kreatif dan inovatif
5. Sebagai inisiator
6. Sebagai evaluator
STRESS
7. Sebagai supervisor
8. Sebagai kulminator
Dampak Negatif PTM:
Mekanisme Koping
1. Keterbatasan waktu 1. Mekanisme koping menurut Lazarus
PTM 2. Teknis pelaksanaan pembelajaran yang dan Folkman (1984)
masih rancu a. Coping berfokus pada masalah
b. Coping berfokus pada emosi
3. Tekanan beban kerja
2. Mekanisme koping menurut
4. Ketakutan terjangkit wabah Covid-19 Friedman (1998)
5. Beban kerja guru meningkat, guru a. Internal: Mengandalkan
mengalami kelelahan sehingga dapat kemampuan sendiri dari keluarga,
penggunaan humor, musyawarah
memicu peningkatan stres guru
Bersama (memelihara ikatan
keluarga), memahami suatu
Gambar 2.1 Kerangka Teori masalah, pemecahan masalah
Sumber : (Darmadi, 2015). (Wana & Supriyanto, 2021). (Nissa & Haryanto, 2020). (Sari et al., 2022). bersama,fleksibilitas peran,
normalisasi.
b. Eksternal: mencari informasi,
memelihara hubungan aktif dengan
komunitas, mencari pendukung
sosial, dan mecari dukungan
spiritual
(Yesserie, 2015). (Maryam, 2017)
C. Kerangka Konsep

Variabel Independent Variabel Dependent

Mekanisme Koping Stres Guru SD

Variabel Luar:

1. Stressor Fisik
2. Stressor Psikologik
3. Stressor Sosial Budaya

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

Gambar 2.2 Kerangka Konsep Penelitia


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Desain penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif

korelasional dengan menggunakan pendekatan cross-sectional design yaitu

jenis penelitian yang menekankan pada waktu pengukuran atau observasi

data variabel independen dan dependen hanya satu kali saja, pada satu

waktu. Melalui pendekatan tersebut dimaksudkan untuk mengetahui

hubungan antara mekanisme koping dengan stress PTM (Pertemuan Tatap

Muka) Guru SDN di wilayah kerja kecamatan Condongcatur yang

dilakukan dengan mengambil data satu kali saja menggunakan kuisioner.

B. Tempat danWaktu penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di SD Negeri Perumnas Condongcatur.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai……….. 2022

C. Populasi, Sampel dan Sampling Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah jumlah keseluruhan yang diteliti atau objek dalam

penelitian (Notoadmodjo,2013). Populasi dalam penelitian ini adalah

semua Guru SD Neheri Perumnas Condongcatur yang berjumlah 35

Guru.
2. Sampel

Sampel adalah jumlah sebagian dari keseluruhan obyek yang akan

diteliti dan dianggap mewakili populasi dalam penelitian (Notoadmojo,

2013). Dalam penelitian ini, sampel yang diambil adalah seluruh Guru

SD Negeri Perumnas Condongcatur yang berjumlah 35 Guru.

3. Sampling

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

menggunakan purposive sampling. Purposive sampling adalah

pemilihan sampel berdasarkan pada karakteristik tertentu dalam suatu

populasi yang memiliki hubungan dominan sehingga dapat digunakan

untuk mencapai tujuan penelitian, sedangkan subyeknya adalah Guru

SD Negeri Perumnas Condongcatur.

a. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah:

1) Bersedia menjadi responden

b. Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:

1) Responden mengundurkan diri saat penelitian telah berlangsung

atau dilakukan.

D. Variabel dan Definisi Operasional Penelitian

1. Variabel Independen

Variabel independen yaitu yang menentukan variabel yang lain

( variabel dependen). Suatu stimulus yang dimanipulasi oleh peneliti

untuk menciptakan suatu dampak pada variabel dependen, dalam

penelitian ini adalah mekanisme koping yang dilakukan Guru SD


Negeri Perumnas Condongcatur.

2. Variabel Dependen

Variabel dependen yang nilainya ditentukan oleh variabel yang lain

( variabel independen). Variabel dependen merupakan faktor yang

diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya hubungan atau

pengaruh dari variabel bebas (nursalam 2008). Dalam peneltian ini

adalah Stres Guru Pada Pertemuan Tatap Muka Guru SD N Perumnas

Condongcatur.
3. Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi operasional hubungan mekanisme koping dengan stress PTM (Pembelajaran Tatap Muka)

No Variabel Definisi Operasional Alat ukur Parameter Skala


1 Mekanisme koping Bentuk perilaku dan pikiran negatatif Kuesioner The Way 1. Tidak Pernah : 0 Ordinal
atau positif yang dapat mengurangi of Coping 2. Jarang : 1
atau menambah beban individu 3. Kadang : 2
terhadap stress 4. Sering : 3
(I Gede, 2018)

2 Stres PTM pada guru Bentuk respon Guru SD terhadap DASS 1. Normal : 0- 14 Ordinal
SD pelaksanaan pertemuan tatap muka (Depression 2. Ringan : 15-
pada anak SD Anxiety Stres 18
Scale) 3. Sedang : 19-
25
4. Berat : 26- 33
5. Sangat
Berat : 34+
(Ulfa Sari, 2018)
E. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subyek dan

proses pengumpulan karakteristik subyek yang diperlukan dalam suatu

penelitian (Nursalam, 2013). Dalam penelitian ini, terdapat beberapa tahap

pengumpulan data yang akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Meminta surat permohonan ijin penelitian dari Ketua Universitas

Respati Yogyakarta untuk selanjutnya diserahkan ke Wilayah Kerja

Kecamatan Condongcatur dengan menjelaskan maksud dan tujuan

penelitian yang akan dilakukan.

2. Menentukan sampel dengan teknik penentuan sampel dengan

menggunakan seluruh jumlah populasi sebagai sampel, subyeknya

adalah seluruh Guru di SD Negeri Perumnas Condongcatur.

3. Selanjutnya peneliti melakukan pendekatan kepada responden,

menjelaskan maksud dan tujuan penelitian.

4. Apabila responden bersedia berperan serta dalam penelitian, maka

peneliti meminta pasien untuk menandatangani informed consent.

5. Untuk Pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuisioner

kepada guru secara offline. Kuisioner ini merupakan cara pengumpulan

data yang terdiri dari beberapa pertanyaan tentang mekanisme koping

dan stress PTM dimana guru diharapkan memberikan tanda centang (√)

pada pilihan jawaban yang telah tersedia.

6. Responden mengisi kuesioner mekanisme koping dan stress PTM yang

sudah disiapkan oleh peneliti


7. Peneliti kemudian melakukan pengumpulan data dan memeriksa

kelengkapan data yang telah diperoleh. Selanjutnya data yang telah

terkumpul akan dianalisa oleh peneliti

8. Setelah penelitian berakhir responden diberikan reward/bingkisan

berupa souvenir/snack

F. Instrumen Penelitian

1. Instrumen Stres PTM

Menurut Sri Kusumadewi (2018), tingkat stres adalah hasil

penilaian terhadap berat ringannya stres yang dialami seseorang.

Tingkatan stres ini diukur dengan menggunakan Depression Anxiety

Stress Scale 42 (DASS 42). DASS adalah seperangkat sekala subjektif

yang dibentuk untuk mengukur status sosial emosional negative dari

depresi, kecemasan dan stres. DASS dibentuk tidak hanya untuk

mengukur konvensional mengenai status emosional, tetapi untuk proses

yang lebih lanjut untuk pemahaman, pengertian, dan pengukuran yang

berlaku di manapun dari status emosional, secara signifikan biasanya

digambarkan sebagai stres. DASS dapat digunakan baik untuk kelompok

ataupun individu. Pada standar DASS-42, pembagian item/gejala yang

mempengaruhi gangguan tertentu dapat dilihat pada tabel 3.2

Tabel 3.2 Instrument DASS-42

No Item/gejala
1 Menjadi marah karena hal-hal kecil/sepele
2 Mulut terasa kering
3 Tidak dapat melihat hal yang positif dari suatu kejadian

4 Merasakan gangguan dalam bernafas (nafas cepat, sulit bernafas)

5 Merasa tidak kuat lagi untuk melakukan kegiatan

6 Cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi

7 Kelemahan pada anggota tubuh

8 Kesulitan untuk berelaksasi/bersantai

9 Cemas berlebihan dalam suatu situasi namun bisa lega bila


situasi/hal itu berakhir
10 Pesimis

11 Mudah merasa kesal

12 Merasa banyak menghasilkan energi karena cemas

13 Merasa sedih dan depresi

14 Tidak sabaran

15 Kelelahan

16 Kehilangan minat pada banyak hal (missal makan, ambulasi,


sosialisasi)
17 Merasa diri tidak layak

18 Mudah tersinggung

19 Berkeringat

20 Ketakutan tanpa alasan yang jelas

21 Merasa hidup tidak berharga

22 Sulit untuk beristirahat

23 Kesulitan dalam menelan

24 Tidak dapat menikmati hal-hal yang dilakukan

25 Perubahan kegiatan jantung dan denyut nadi tanpa stimulasi oleh


latihan fisik
26 Merasa hilang harapan dan putus asa

27 Mudah marah

28 Mudah panic

29 Kesulitan untuk tenang setelah sesuatu menganggu

30 Takut diri terhampat oleh tugas-tugas yang tidak bisa dilakukan

31 Sulit untuk antusias pada banyak hal

32 Sulit mentoleransi gangguan-gangguan terhadap hal-hal lain

33 Berada pada keadaan tegang

34 Berasa tidak berharga

35 Tidak dapat memaklumi hal apapun yang menghalangi untuk


menyelesaikan hal yang sedang dilakukan
36 Ketakutan

37 Tidak ada harapan untuk masa depan

38 Merasa hidup tidak berarti

39 Mudah gelisah

40 Khawatir dengan situasi diri anda mungkin menjadi panik dan


mempermalukan diri anda sendiri
41 Gemetar

42 Sulit untuk meningkatkan inisiatif dalam melakukan sesuatu

Dalam Tabel 3.2 tersebut item untuk mengukur tingkat stres adalah

1, 6, 8, 11, 12, 14, 18, 22, 27, 29, 32, 33, 35, 39. Dan untuk jumlah skor

dari pertanyaan tersebut memiliki makna:

Normal : 0-14

Ringan : 15-18
Sedang : 19-25

Berat : 26-33

Sangat berat : 34+

Untuk mengukur stress PTM, Instrumen yang digunakan adalah

kuisioner tertutup dengan metode check list yang mengacu pada

instrumen stres dari kuisioner DASS-14 (Depression Anxiety Stress

Scale – 14). Yang terdiri dari 14 pertanyaan tentang stres PTM dengan

menggunakan skala likert, dengan penilaian Skor 3 untuk jawaban

Selalu, Skor 2 untuk jawaban Sering,Skor 1 untuk jawaban Kadang-

kadang dan 0 untuk jawaban Tidak pernah. Dengan rentang stres Normal

: 0-14, Ringan : 15-18, Sedang 19-25, Berat : 26-33.

3.3 Tabel Kisi-Kisi Instrumen DASS

Variabel Indikator Item Pertanyaan


Stres 1.Gejala psikologi (emosi) 1,4,6,7,10,12,14
2.Gejala Fisik(Biologis) 5,8
3.Gejala Perilaku (sosial) 2,3,9,13

2. Instumen Mekanisme Koping

Instrument penelitian adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang

dipergunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti

laporan tentang pribadinya atau hal – hal yang dia ketahui (Artikunto,

2010). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan kuesioner :

1. Data Sosiodemografi

Data sosiodemografi yang digali dari responden berupa

jenis kelamin, usia, status pernikahan, lama tinggal dengan


penderita, waktu onset penderita, frekuensi penderita

dirawat di rumah sakit, dan hubungan dengan penderita.

2. Pengukuran Strategi Koping

Strategi koping pada Guru di ukur menggunakan kuesioner

yang dikembangkan oleh Lazarus dan Folkman (Folkman,

2010). Kuesioner ini terdri dari 66 item pertanyaan yang

sebagian diantaranya mencerminkan FPC dan sebagian lagi

mencerminkan EFC.

Tabel 4.1 Penjelasan Item Kuesioner Strategi Koping

Dimensi Aspek Jumlah No Item


Item
Problem Planful 6 1,2,3,4,5,6
Focused Problem
Coping Solving
Confrontative 6 7,8,9,10,11,12
Cioping
Seeking Social 6 13,14,15,16,17,
Support 18
Emotion Distancing 6 19,20,21,22,23,
Focused 24
Form of Self Control 7 25,26,27,28,29,
Coping 30,31
Escape / 8 32,33,34,35,36,
Advance 37,38,39
Accepting 4 40,41,42,43
Responsibility
Positive 7 44,45,46,47,48,
Reappraisal 49,50

Alat ukur ini disususn dalam skala Likert, Responden

diminta untuk memilih salah satu dari lingkungan jawaban

yang ada pada setiap angketyang paling sesuai dengan

responden. Penilaian item dalam amgket ini didasarkan


pada skala sikap Likert. Setiap item memiliki kemungkinan

jawaban :

1. Tidak Pernah :1

2. Kadang – Kadang : 2

3. Sering :3

4. Selalu :4

Skor yang diperoleh responden dibagi kedalam tiga

kategori, yaitu strategi penanggulangan stress yang

berpusat pada masalah, strategi penganggulangan stress

yang berpusat pada emosi dan strategi koping yang

digunakan gabungan dari keduanya. Cara penyekoran

instrument ini adalah dengan menjumlahkan sebuah skor

jawaban setelah itu dibuat proporsi di antara keduanya

dengan cara

f
P= x 100%
n

Keterangan :

P = Presentase

F = Jumlah skor jawaban

N = Jumlah Skor Maksimal

Kemudian dilihat presentase mana yang paling besar

dengan kategori :

a. Jika presentase PFC > EFC, maka responden

dikatakan tidak cenderung menggunakan problem


focused coping

b. Jika presentase PFC = EFC, maka respondem

dikatakan lebih cederung menggunakan strategi

koping keduanya.

c. Jika presentase PFC < EFC, maka responden

dikatakan lebih cenderung menggunakan emotion

focused coping.

Berdasarkan presentase diatas, makan diinterpretasikan

sebagai berikut :

0% : tidak seorangpun dari responden

1%- 19% : sangat sedikit responden

20% - 39% : sebagian kecil responden

40% - 59% : sebagian/setengah dari responden

60% - 79% : sebagian besar responden

80% - 99% : hamper seluruh responden

100% : seluruh responden

G. Teknik Pengolahan dan Analisa Data

1. Teknik Pengolahan Data

a. Skala Pengukuran

Menurut Nursalam (2013) data yang dihasilkan dari pengukuran

yang bersifat kontinue dan dalam pengukuran itu diasumsikan


terdapat pengukuran yang sama. Keseluruhan indikator yang

digunakan adalah dengan menggunakan skala ordinal.

b. Analisa Data

Setelah proses pengambilan data selesai, data yang didapat diolah

dan disajikan dalam bentuk diagram. Pengelolaan data dilakukan

dengan menggunakan program Statistical Package for the Social

Science (SPSS). Pengolahan data dilakukan melalui tahap sebagai

berikut:

1) Pengkoreksian (editing)

Editing berfungsi untuk meneliti kembali apakah isian

dalam lembar kuesioner sudah lengkap. Editing dilakukan

ditempat pengumpulan data, sehingga Apabila masih terdapat

kuesioner yang pengisian yang tidak sesuai dengan petunjuk,

tidak relevan jawaban dengan pertanyaan data dapat segera

dilengkapi dengan meminta responden untuk mengisi kuesioner

yang masih belum lengkap.

Dalam hal ini peneliti mengkoreksi data kuesioner

mengenai kuisioner yang masih belum diisi, atau pengisian

yang tidak sesuai dengan petunjuk, serta kelengkapan identitas

responden jenis kelamin, usia, pendidikan terakhir, status

pernikahan, lama kerja dan ruang.

2) Skoring

Skoring ini adalah proses penentuan skor atas jawaban


responden yang dilakukan dengan membuat klasifikasi dan

kategori yang cocok tergantung pada anggapan atau opini

responden.

3) Pengkodean (Coding)

Pengkodean / coding adalah klarifikasi bentuk jawaban-

jawaban yang ada didasarkan dengan jenis-jenisnya, kemudian

diberi kode sesuai dengan karakter masing- masing yang berupa

angka untuk memudahkan dalam pengolahan data ( Arikunto,

2006 ). Penulis mengubah identitas responden dengan

memberikan pengkodean berupa angka.

Data-data yang telah didapat kemudian diberi kode sesuai dengan

kategori yang tekah disediakan.

a) Usia

(1) < 20 tahun =1

(2) 20-35 tahun = 2

(3) > 35 tahun =3

b) Kode Pendidikan

(1) SD =1

(2) SMP =2

(3) SMA = 3

(4) Perguruan Tinggi = 4

c) Mekanisme Koping

(2) Ringan = 1
(3) Sedang = 2

(4) Berat =3

d) Stress PTM

(1) Ringan = 1

(2) Sedang = 2

(3) Berat =3

4) Pemindahan data ke komputer (data entering)

Jawaban dari masing-masing responden yang dalam bentuk kode (angka

atau huruf) dimasukkan ke dalam program atau software computer. Dalam

proses ini juga dituntut ketelitian dari orang yang melakukan data entry ini.

Apabila tidak makan akan terjadi bias, meskipun hanya memasukkan data

(S.Notoadmodjo, 2012).

5) Pembersihan data (data cleaning)

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkinan-

kemungkinan adanya kesalahan kode, ketidak lengkapan, dan

sebagainya, kemudian dilakukan pembetulan atau koreksi. Proses ini

disebut pembersihan data (data cleaning) (S.Notoadmodjo, 2012).

2. Analisa Data

1. Univariat

Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan kumpulan data

yang berupa frekuensi, nilai dengan frekuensi terbanyak,nilai minimum

dan nilai maksimum dari variabel penelitian. Analisis Univariat adalah


deskriptif dilakukan dengan menghitung proporsi gambaran karakteristik

responden. Hasil analisa akan disajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekuensi.

Rumus yang digunakan :

Keterangan :

N : nilai yang didapat

Sp : skor yang didapat

Sm : skor maksimal

2. Bivariat

Dilakukan untuk mencari mengetahui hubungan antara mekanisme

koping dengan stress PTM, dilakukan uji statistik menggunakan Chi Square

data dan analisis statistik menggunakan alat bantu komputer SPSS for

Windows. Dengan level signifikan α = 0,05 dan untuk mengetahui derajat

hubungan atau kekuatan antar variabel diukur dengan koefisien korelasi

dengan derajat kemaknaan p < 0,05. Bila p > 0,05 maka H0 diterima, berarti

tidak terdapat hubungan antara mekanisme koping dan stress PTM pada

guru. Jika p <0,05 maka H0 ditolak, berarti terdapat hubungan antara

mekanisme koping dan stress PTM pada guru.

H. Rencana Jalannya Penelitian

Jalannya penelitian adalah penjelasan mengenai proses penulis

melakukan penelitian dari pengumpulan dokumen, pembuatan kuesioner,

penyebaran kuesioner, pengelolaan data kuesioner dan hasil akhir kuesioner.


Penulis menjelaskan jalannya penelitian agar mempermudah pembaca untuk

mengetahui jalannya penelitian Tugas Akhir.

1. Pengumpulan dokumen (mengkaji penelitian terdahulu yang

mempunyai kesamaan)

2. Merumuskan masalah yang akan dibuat dalam penelitian

3. Menyusun sesuai panduan

4. Mengajukan seminar proposal

5. Membuat instrument penelitian dan alat penelitian (kuesioner)

6. Menentukan sampel dengan teknik penentuan sampel dengan

menggunakan seluruh jumlah populasi sebagai sampel,subyeknya

adalah seluruh guru SD Negeri Perumnas Condongcatur

7. Mengurus perizinan penelitian

8. Melakukan persetujuan dengan responden

9. Apabila responden bersedia berperan serta dalam penelitian, maka

peneliti meminta pasien untuk menandatangani informed consent.

10. Untuk Pengumpulan data dilakukan dengan membagikan kuisioner

kepada guru. Kuisioner ini merupakan cara pengumpulan data yang

terdiri dari beberapa pertanyaan tentang stres dan mekanisme koping

guru dengan memberikan tanda centang (√) pada pilihan jawaban yang

telah tersedia.

11. Responden mengisi kuesioner stress dan mekanisme koping yang

sudah disiapkan oleh peneliti


12. Peneliti kemudian melakukan pengumpulan data dan memeriksa

kelengkapan data yang telah diperoleh. Selanjutnya data yang telah

terkumpul akan dianalisa oleh peneliti

13. Setelah penelitian berakhir responden diberikan reward/bingkisan

berupa souvenir/snack

I. Etika Penelitian

Peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian. Apabila

responden menyetujui untuk mengikuti penelitian, maka responden harus

menandatangi lembar persetujuan. Apabila responden menolak untuk

diteliti, maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak-hak

responden.

1. Consent (Informed consent)

Peneliti menjelaskan proses penelitian dan haknya,termasuk hak untuk

menolak jika tidak bersedia menjadi responden atau responden yang setuju

untuk berpartisipasi menandatangi informed consent

2. Tanpa nama (Anonimity)

Nama responden tidak dicantumkan pada lembar pengumpulan data, hal ini

bertujan untuk menjaga kerahasiaan responden.Untuk mengetahui

keikutsertaan responden, peneliti cukup menggunakan kode-kode pada

masing-masing lembar pengumpulan data.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)
Informasi yang telah diperoleh dari responden akah dijamin kerahasiaannya

oleh peneliti. Hanya pada sekelompok tertentu saja yang akan peneliti sajikan,

terutama dilaporkan pada hasil riset.

4. Prinsip berbuat baik (beneficienci )

Peneliti bersikap baik terhadap semua responden ,menjelaskan manfaat dari

penelitian dan memeberikan informasi lebih lanjut tentang pencegahan

penularan penyakit dan menjawab pertanyaan dari responden dengan baik.

5. Keadilan (justice)

Peneliti berperilaku adil terhadap semua responden tidak membeda bedakan

responden segi ras, suku, agama dan budaya.


DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
Lampiran 1. Surat Izin Pendahuluan Dinas Pendidikan Sleman
Lampiran 2. Surat Izin Pendahuluan SD Negeri Condongcatur
Lampiran 3. Lembar Penjelasan Penelitian

LEMBAR PENJELASAN PENELITIAN

Kepada Yth,

Calon Responden

di wilayah kerja puskesmas Gondokusuman I

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah Mahasiswa Prodi Keperawatan
Program Sarjana Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati Yogyakarta:

Nama : Ziana Utari

Nim : 18130163

Alamat : Jl. Kaliurang km.7, jl. Kayen 1, Condongcatur, Depok,


Sleman, Yogyakarta.

No. Hp : 0895336207816

Akan mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Mekanisme koping


Dengan Stress PTM (Pertemuan Tatap Muka) Pada Guru Sd Negeri
Perumnas Condongcatur”.
Dengan ini saya minta kesediaan Saudara untuk menjadi responden dalam
penelitian tersebut. Untuk keperluan tersebut saya mengharapkan kesedian
Saudara untuk turut serta tanpa ada paksaan dalam penelitian saya, dimana
penelitian ini tidak akan memberi dampak yang membahayakan. Keikutsertaan
Saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela, sehingga berhak untuk
membebaskan diri setiap saat tanpa ada sanksi apapun. Beberapa poin di bawah
ini menjelaskan terkait penelitian yang akan dilakukan antara lain:
⦁ Identitas pribadi dan semua informasi yang didapat akan dirahasikan,
hanya digunakan untuk keperluan penelitian ini. Oleh karenanya, peneliti berharap
Saudara menjawab dengan benar sesuai hati nurani masing-masing. Saudara
diminta untuk berpartisipasi dalam penelitian.

⦁ Peneliti (Saya) akan memberikan lembar persetujuan, dan menjelaskan


bahwa keterlibatan Saudara dalam penelitian ini atas dasar sukarela.

⦁ Penelitian ini akan dilakukan sebanyak 1 sesi. Penelitian ini akan


dilakukan pagi hari, saudara akan diberikan perlakuan pendidikan kesehatan serta
Peneliti memberikan reward berupa masker dan handsanitizer sebagai kompensasi
atas waktu yang telah diluangkan oleh saudara untuk mengikuti penelitian ini dan
reward diberikan saat saudara selesai mengikuti jalannya penelitian.

⦁ Tidak ada efek samping yang dapat muncul pada penelitian ini maka
Apabila Saudara memutuskan berpartisipasi, Saudara bebas untuk
mengundurkan diri dari penelitian kapan pun.

⦁ Saya akan mejaga kerahasiaan semua informasi yang Saudara berikan


dalam penelitian ini. Nama Saudara tidak akan dicatat dimanapun. Semua
data hanya akan diberikan nomor kode yang tidak bisa digunakan untuk
mengidentifikasi Saudara.

⦁ Apabila hasil penelitian ini dipublikasikan, tidak ada satupun identitas


yang berkaitan dengan Saudara akan ditampilkan dalam publikasi tersebut. Siapa
pun yang bertanya tentang keterlibatan Saudara dan apa yang saudara jawab di
penelitian ini, Saudara berhak untuk tidak menjawabnya.

⦁ Keterlibatan dalam penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi Saudara


dan penelitian ini dapat bermanfaat bagi banyak orang yang ikut membaca hasil
penelitian ini nantinya.

Apabila setelah terlibat penelitian ini Saudara masih memiliki pertanyaan atau
ingin menyampaikan pengunduran diri, saudara dapat menghubungi saya di
nomor Hp 0895336207816

Yogyakartaa,

Peneliti

Ziana Utari
Lampiran 4. Lembar Persetujuan Responden

INFORMED KONSENT

(Lembar persetujuan menjadi responden)

Saya yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama :

Umur :

Menyatakan bahwa saya bersedia menjadi responden dalam penelitian yang


berjudul “Hubungan Mekanisme koping Dengan Stress PTM (Pertemuan
Tatap Muka) Pada Guru Sd Negeri Perumnas Condongcatur”. Saya akan
menuntut terhadap segala kemungkinan yang akan terjadi pada penelitian ini
antara lain:
⦁ Saya berhak untuk mengundurkan diri jika ada hal lain yang mengganggu
saya pada saat jalannya penelitian
⦁ Kerahasiaan identitas saya tidak dicantumkan dalam pendokumentasian
hasil penelitian yang didapat dan kepentingan dokumentasian seperti foto dan
identitas saya dapat disamarkan.
⦁ Peneliti akan memperlakukan saya secara adil dalam jalannya penelitian
⦁ Peneliti melakukan penelitian sesuai prosedur agar tidak membahayakan
saya selaku responden selama jalannya penelitian

Berdasarakan pada penjelasan tersebut saya menyatakan bersedia untuk menjadi


responden.

Yogyakarta, ………………2022

(Responden)
Lampiran 5. Instrumen Penelitian

KUESIONER PENELITIAN KUESIONER DASS PADA STRES

Nama Responden :

Umur :

Jenis Kelamin :

Petunjuk : Jawablah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan keadaan anda saat ini, serta
beri tanda () pada kolom yang telah disediakan!

Terdapat empat pilihan jawaban yang disediakan untuk setiap pertanyaan yaitu :

0 : Tidak sesuai dengan saya sama sekali atau tidak pernah

1 : Sesuai dengan saya sampai tingkat tertentu atau kadang-kadang

2 : Sesuai dengan saya sampai batas yang dapat dipertimbangkan atau lumayan sering

3 : Sangat sesuai dengan saya atau Sering sekali

No Pernyataan Jawaban

0 1 2 3

1 Saya merasa bahwa diri saya menjadi marah karena hal-hal


sepele.

2 Saya cenderung bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi

3 Saya merasa sulit untuk bersantai

4 Saya menemukan diri saya mudah kesal

5 Saya merasa telah menghabiskan banyak energi untuk merasa


cemas
6 Saya menemukan diri saya mejadi tidak sabar ketika
mengalami penundaan

7 Saya merasa bahwa saya mudah tersinggung

8 Saya merasa sulit untuk beristirahat

9 Saya merasa bahwa saya mudah marah

10 Saya merasa sulit untuk tenang setelah sesuatu membuat


saya kesal

11 Saya sulit untuk sabar dalam menghadapi gangguan terhadap


hal yang sedang saya lakukan

12 Saya sedang merasa gelisah

13 Saya tidak dapat memaklumi hal apapun yang menghalangi


saya untuk menyelesaikan hal yang sedang saya lakukan

14 Saya menemukan diri saya mudah gelisah


KUESIONER MEKANISME KOPING

Petunjuk : Pilihlah jawaban pada kolom berikut sesuai dengan apa yang anda

lakukan jika menghadapi masalah, serta beri tanda () pada kolom

yang telah disediakan!

Keterangan :
SS : Sangat Setuju
S : Setuju
TS : Tidak Setuju
STS : Sangat Tidak setuju

NO Pernyataan SS S TS STS

1 Sayalah yang "mengambil alih".


2 Saya mencoba untuk membiarkan hal-hal berjalan
dengan sendirinya
3 Setelah mencapai suatu tujuan, saya mencari tujuan lain
yang lebih menantang
4 Saya menyukai tantangan dan mengalahkan peluang
5 Saya memvisualisasikan impian saya dan mencoba untuk
mencapainya

6 Meskipun banyak kemunduran, saya biasanya berhasil


mendapatkan apa yang saya inginkan
7 Saya mencoba menentukan apa yang saya butuhkan
untuk berhasil
8 Saya selalu berusaha mencari cara untuk mengatasi
rintangan; tidak ada yang benar-benar menghentikan
saya
9 Saya sering melihat diri saya gagal sehingga saya tidak
berharap terlalu tinggi
10 Ketika saya melamar suatu posisi, saya membayangkan
diri saya mengisinya
11 Saya mengubah hambatan menjadi pengalaman positif.

12 Jika seseorang memberi tahu saya bahwa saya tidak


dapat melakukan sesuatu, Anda dapat yakin bahwa saya
akan melakukannya
13 Ketika saya menghadapi masalah, saya berinisiatif untuk
menyelesaikannya
14 Ketika saya memiliki masalah, saya biasanya melihat diri
saya dalam situasi yang tidak menguntungkan
Lampiran 6 Rencana Anggaran Penelitian

RENCANA ANGGARAN PENELITIAN

No Kegiatan Bahan dan Alat Biaya (Rp)


1 Penyusunan proposal Kertas, tinta, kuota 200.000
internet
2 Studi pendahuluan Bensin, kertas, balpoint 55.000
3 Seminar Proposal Pengetikan, Print, Jilid 50.000
4 Revisi Proposal Pengetikan, Print 50.000
5 Persiapan Penelitian Lembar kuesioner 50.000
(kertas dan tinta)
6 Pelaksanaan Penelitian Transport, akomodasi 300.000
7 Pengolahan Data Data Entri, 100.000
Pembersihan Data
8 Laporan Skripsi Pengetikan, penjilidan 100.000
9 Sidang Skripsi Pengetikan, penjilidan, 100.000
penggandaan
10 Perbaikan Laporan Pengetikan, penjilidan 100.000
11 Reword untuk Alat tulis 100.000
responden
Jumlah 1.405.000
Lampiran 7. Surat Permohonan Menjadi Enumerator

SURAT PERMOHONAN MENJADI ENUMERATOR

Yth. Saudara/Saudari Calon Asisten Responden


Dengan hormat, dengan surat permohonan menjadi asisten penelitian ini, saya :
Nama : Ziana Utari
Nim : 18130163
Mahasiswa program studi Keperawatan Program Sarjana, Fakultas Ilmu
Kesehatan, Universitas Respati Yogyakarta, yang akan melakukan penelitian yang
berkaitan dengan tugas akhir yang berjudul “ Pengaruh Pendidikan Kesehatan
Media Audiovisual Terhadap Pengetahuan dan sikap keluarga tentang status gizi
pada anak prasekolah di wilayah kerja puskesmas Gondokusuman I Yogyakarta”.
Besar harapan saya agar saudara/saudari bersedia menjadi asisten penelitian saya
dalam penelitian ini. Atas perhatian dan kesediaan menjadi asisten penelitian, saya
ucapkan terima kasih.

Yogyakarta,…………2022
Peneliti

(…………………….)
Lampiran 8. Jadwal Kegiatan Penelitian
Lampiran 9. Curriculum Vitae Peneliti

CV PENELITI
 Identitas Diri
1. Nama Ziana utari
2. Jenis kelamin Perempuan
3. Program studi Keperawatan Program Sarjana
4. NIM 18130163
5. Tempat, tanggal lahir Wonosobo, 14 Februari 1995
6. e-mail 18130163@respati.ac.id
7. No Telepon/ Hp 0895336207816
 Kegiatan Kemahasiswaan Yang Sedang/Pernah Diikuti
No Jenis Kegiatan Status dalam Waktu dan Tempat
Kegiatan
1.
2.
Semua data yang saya isikan dan tercantum dalam biodata adalah benar dapat
dipertanggung jawabkan secara hukum. Apabila dikemudian hari ternyata
dijumpai ketidak sesuaian dengan kenyataan, saya sanggup menerima sanksi.
Demikian biodata ini saya buat dengan sebenarnya untuk memenuhi salah satu
persyaratan dalam pengajuan ETHICAL CLEARANCE.

Yogyakarta................... 2022
Peneliti

Anda mungkin juga menyukai