Anda di halaman 1dari 38

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS SPASIAL KEJADIAN TUBERKULOSIS


(studi di puskesmas kedungmundu semarang)

Disusun oleh :
Jessi prasnowo adhi
A2A016051

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2020

i
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berbagai

macam nikmat, sehingga aktivitas hidup yang saya jalani akan selalu membawa

keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini maupun kehidupan akhirat kelak,

sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin saya capai menjadi lebih mudah

dan penuh manfaat.

Terima kasih sebelum dan sesudahnya saya ucapkan kepada dosen serta

teman-teman sekalian yang telah membantu, baik bantuan berupa moril maupun

materil, sehingga Proposal ini dapat terselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan.

saya menyadari di dalam penyusunan Proposal ini masih jauh dari

kesempurnaan serta banyak kekurangannya baik dari segi tata bahasa maupun dalam

hal yang pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian, untuk

itu besar harapan saya jika ada kritik maupun saran dari dosen maupun teman-teman

sekalian yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makalah kami.

Semarang, 3 Juni 2020

Penulis

ii
27 maret 2021 27 maret 2021

iii
HALAMAN PERSETUJUAN

Proposal Penelitian

ANALISIS SPASIAL KEJADIAN TUBERKULOSIS


(studi di puskesmas kedungmundu semarang)

Disusun Oleh :
Jessi Prasnowo Adhi A2A016051

Telah disetujui untuk diseminarkan

Tim Pembimbing

Pembimbing II

Tri Dewi Kristini. SKM, M.Kes (Epid)


NIK 140.219.853
Tanggal………………….

iv
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini menyatakan dengan sungguh-sungguh bahwa
skripsi ini adalah hasil karya sendiri, bukan merupakan karya orang lain yang saya
akui sebagai karya saya dan disusun tanpa tindakan plagiarism sesuai dengan
peraturan yang berlakau di Universitas Muhammadiyah Semarang.

Nama : Jessi Prasnowo Adhi


NIM : A2A016051
Fakultas : Kesehatan Masyarakat
Program studi : S1 Kesehatan Masyarakat
Judul : Analisis Spasial Kejadian Tuberkulosis (studi di puskesmas
kedungmundu semarang)

Jika dikemudian hari ternyata saya terbukti bersalah maka saya akan bertanggung
jawab sepenuhnya dan menerima sanksi yang dijatuhkan oleh Universitas
Muhammadiyah Semarang kepada saya.

Semarang,

……………………

v
DAFTAR ISI

Kata pengantar ................................................................................................................. ii


Daftar isi .......................................................................................................................... iii

Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang ...................................................................................................... 1
B. Perumusan Masalah .............................................................................................. 4
C. Tujuan Penelitian .................................................................................................. 4
D. Manfaat Penelitian ................................................................................................ 5
E. Keaslian Penelitian ................................................................................................ 5

Bab II Tinjauan Pustaka


A. Tuberculosis paru .................................................................................................. 7
B. Faktor Faktor yang beresiko TB Paru .................................................................... 9
C. Sistem Informasi Geografis ................................................................................... 12
D. Analisis Spasial .................................................................................................... 14
E. Surveilans TB Paru................................................................................................ 15
F. Kerangka Teori...................................................................................................... 17

Bab III Metode Penelitian


A. Jenis dan Rancangan penelitian ............................................................................. 18
B. Populasi ,sampel,dan teknik pemilihan sampel ...................................................... 18
C. Variabel dan definisi operasional........................................................................... 19
D. Metode pengumpulan data .................................................................................... 20
E. Pengolahan dan analisis data ................................................................................. 23

Daftar pustaka ........................................................................................................... 28

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Gambar 3.1 Gambar GPS ......................................................................................... 23

vii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tuberculosis (TBC) paru adalah penyakit yang dapat menular dari
penderita TB paru ke orang yang sehat yang disebapkan karena bakteri
basil Mycobacterium tuberculosis(1). Pada umumnya bakteri tersebut ditularkan
melalui droplet atau sering disebut dengan percikan dahak yang dikeluarkan oleh
penderita TBC ketika penderita tersebut berbicara,batuk dan bersin selanjutnya
bakteri tersebut tersebut akan ditularkan kepada orang yang sehat (1).Timbulnya
penyakit Tuberculosis terus meningkat di Negara Asia Tenggara khususnya
Indonesia pada tahun 2014 hingga 2019(2).
Pada tahun 2016 hingga 2019 terjadi peningkatan penemuan penderita TBC
di Jawa Tengah. Pada tahun 2016 angka penemuan penderita TBC sebanyak
39.982(2). Pada tahun 2017 angka penemuan penderita TBC meningkat sebanyak
45.527(2).Pada tahun 2018 angka penemuan penderita TBC meningkat sebanyak
49.616 dan meningkat kembali tahun 2019 sebanyak 68.321(2).
Angka penemuan penderita TBC di Kota Semarang tahun 2016 sebanyak
3186 , 2017 sebanyak 3882 , tahun 2018 sebesar 4252 dan tahun 2019 sebanyak
4020 , dari data tersebut menunjukan angka penemuan penderita tahun 2018
mengalami peningkatan sebesar 370 dibandingkan tahun 2017 lalu mengalami
penurunan sebesar 232 pada tahun 2019(3).
TBC yaitu penyakit menular yang berbasis lingkungan. Perilaku
masyarakat dan kondisi lingkungan menjadi salah satu faktor risiko penularan.
Kondisi lingkungan yang lembab, rumah yang tidak sehat , sedikitnya cahaya
matahari yang masuk ke dalam rumah,buruknya sistem sirkulasi udara dalam
rumah menjadi faktor resiko penularan TBC(4).

1
Berbagai program kebijakan dan implementasi berdasarkan Kebijakan
Nasional program pengendalian penyakit TBC sesuai Kepmenkes No.
67/MENKES/SK/2016(5), tentang penanggulangan tuberculosis paru. Kebijakan
ini memuat berbagai program pokok kegiatan meliputi penyampaian informasi
untuk penanggulan Tuberkulosis dengan cara penyuluhan atau pengkampanyean
yang dilakukan oleh puskesmas langsung kepada masyarakat, penambahan
puskesmas mandiri yang dapat melakukan tindakan langsung, pengobatan dan
memastikan pasien TBC mendapatkan fasyankes.Peran serta masyarakat yang
bertugas untuk melaksanakan deteksi dini TBC dan menjadi pendamping menelan
obat (PMO) hingga memberikan dukungan psikososial kepada pasien TBC(5).
Surveilans epidemiologi merupakan kegiatan pengamatan pola penyakit
dan riwayat penyakit pada suatu populasi sebagai upaya pengendalian dan
penanggulangan penyakit(6). Kegiatan surveilans TBC mencakup dua aspek yaitu
Surveilans TB berbasis indikator dan Surveilans TB berbasis kejadian(6).Sistem
Informasi Geografis (SIG) dapat membantu dalam surveilans penyakit TBC yaitu
dapat mengetahui informasi perkembangan penyakit TBC, output yang berupa
angka dan grafik memudahkan untuk mengambil keputusan dalam
penanggulangan(6).
SIG merupakan suatu sistem informasi yang menampilkan informasi
berbentuk geografis(6). Penelitian sebelumnya yang menggunakan SIG dapat
memetakan kasus TBC dengan berdasarkan ketinggian wilayah,kriteria rumah
sehat dan jumlah kasus per wilayah(6).SIG mempunyai kemampuan mengolah
data secara spasial dan non spasial. SIG dapat dimanfaatkan dalam surveilans
epidemiologi TBC dalam bentuk spasial berupa peta wilayah, sedangkan data
dalam bentuk non spasial diperoleh survei yang nantinya diolah menjadi peta
faktor resiko. Dalam data spasial dapat menjelaskan bahwa distribusi penyakit
dengan wilayah yang beresiko tinggi, faktor resiko penyakit,penemuan sumber
penularan dari pnyakit dengan mlaksanakan analisis spasial data vektor atau raster

2
yang terintegrasi, sehingga dapat dilakukan pencegahan dan penanggulangan
penyakit degan cepat dan tepat (6).
Penelitian di puskesmas Rasau Jaya,Kabupaten Kubu Raya,Kalimantan
Barat dengan Analisis spasial sebaran dan faktor resiko kasus TBC paru
menunjukan bahwa terdapat hubungan signifikan kasus TBC dengan usia
produktif,kondisi rumah sehat,jenis kelamin(7). Penelitian lain di Puskesmas
Sungai Durian,kabupaten Kubu Raya,Kalimantan Barat menunjukan distribusi
Spasial kejadian TBC pada rumah yang tidak memenuhi standar rumah sehat
sebanyak 61,4% dan rumah yang memenuhi standar rumah sehat sebanyak
38,6%(10) .Penelitian di BBKPM ,Surakarta menunjukkan bahwa terdapat
hubungan signifikat antara usia produktif (16-55 tahun) dengan kejadian TBC
(86%)(9).
Wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu Semarang meliputi
sendangguwo ,Tandang ,Kedungmundu ,sambiroto ,Jangli ,Mangunharjo
,Sendangmulyo (11).Kecamatan Kedungmundu memiliki kondisi wilayah yang
didominasi perumahan dan kurangnya ruang terbuka hijau, ketinggian wilayah
Kecamatan Kedungmundu berkisar 20 mdpl – 150 mdpl. Angka kejadian TBC di
Puskesmas Kedungmundu sebanyak 99 pada bulan Januari 2020 hingga
Desember 2020 dengan rentang usia pendeita terendah 1 tahun sampai tertinggi
80 tahun,dengan rentang usia 1 sampai 14 tahun sebanyak 28 orang ,usia 15
sampai 60 tahun sebanyak 60 orang ,usia 61 sampai 80 tahun sebanyak 11 orang .
Distribusi kejadian TB paru di setiap wilayah sendangguwo sebanyak 12
orang,Tandang sebanyak 23 orang,Kedungmundu sebanyak 5 orang ,sambiroto
sebanyak 13 orang,Jangli sebanyak 3 orang,Mangunharjo sebanyak 6
orang,Sendangmulyo sebanyak 37 orang .Distribusi spasial terkait penyakit TBC
berupa data yang di tulis di buku dan hanya berupa nama penderita TBC,jenis
kelamin,usia,alamat tempat tinggal,lama pengobatan. Oleh karena itu, perlu
dilakukan penelitian untuk mengetahui distribusi spasial kasus TBC baru

3
berdasarkan ketinggian wilayah, kebiasaan merokok,pendidikan terakhir,kondisi
rumah sehat di Puskesmas Kedungmundu Kecamatan Tembalang.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah Bagaimana “distribusi spasial kasus tuberkulosis paru di wilayah kerja
Puskesmas Kedungmundu Semarang?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui distribusi spasial kasus Tuberkulosis paru di Puskesmas
Kedungmundu Semarang
2. Tujuan Khusus
a. Memperoleh peta spasial penyebaran kasus Tuberkulosis paru berdasarkan
umur dan jenis kelamin.
b. Memperoleh peta spasial kejadian Tuberkulosis paru baru berdasarkan
pendidikan terakhir.
c. Memperoleh peta spasial kejadian Tuberkulosis paru baru ,berdasarkan
kebiasaan merokok
d. Memperoleh peta spasial kejadian Tuberkulosis paru baru berdasarkan
kondisi rumah sehat
e. Memperoleh peta spasial kejadian Tuberkulosis paru baru berdasarkan
ketinggian wilayah

D. Manfaat penelitian
1. Manfaat praktis
Dapat menjadi tambahan ilmu, wawasan dan pengetahuan yang luas dalam
pencegahan serta penanggulangan penyakit tuberkulosis paru.Hasil

4
penelitian ini bisa digunakan sebagai pertimbangan saat pengambilan
kebijakan dan memperoleh cara yang intervensi didalam integrasi program
pengendalian penyebaran kasus penyakit tuberkulosis paru

2. Manfaat teoritis
Menambah informasi yang di dapat tentang penyakit TB paru seta
pengembangan pengetahuan faktor faktor penyebab TB paru sehingga dapat
digunakan oleh masyarakat dalam membantu progam pemerintah
membasmi penyakit TB paru.

E. Keaslian Penelitian Penelitian tentang TB paru :


Table 1. 1Daftar publikasi yang menjadi rujukan
No Penelitian Judul Jenis Variable bebas Hasil
(th) Penelitian dan terikat
1 Prihan Analisis Spasial Deskriptif - Usia Diperoleh kelompok
Fakri persebaran tb di - Kondisi usia masih produktif 15-
(2017)36 wilayah Rasau rumah 55 tahun kelompok laki
jaya,pontianak - Jenis kelamin laki paling banyak
kalimantan barat - persebaran tb terkena tuberculosis
dan Faktor Resiko paru di setiap ,kondisi rumah yang
kondisi rumah ,jenis wilayah tidak memenuhi syarat
kelamin pada Kasus rumah sehat sebanyak
TB Paru di Wilayah 561 rumah dari 1697
Kerja Puskesmas rumah
Rasau Jaya

2 David Analisis spasial Deskriptif - pendidikan Didaapatkan penderita


Simbolon persebaran tb di - umur tuberculosis laki laki
(2018)37 wilayah sikadang - jenis kelamin paling banyak,usia
,Sumatra utara dan - status gizi reproduktif 16-55 tahun
faktor risiko jenis - status paling banyak,status gizi
kelamin ,status gizi merokok rendah paling
,status merokok, - kepadatan banyak,status merokok
kepadatan hunian hunian
pendidikan,umur
,terhadap TBC di
Kecamatan

5
Sidikalang,
Kabupaten Dairi -
Sumatera Utara
tahun 2018

3 Vita Mila Analisis spasial Deskriptif - umur penderita tuberk


Kurniawati persebaran kasus - jenis kelamin ulosis terbanyak
(2014)38 baru tb paru BTA - kondisi
positif di wilayah rumah sehat dengan pendapatan
Surakarta yang di atas 2 juta
diobati di BBKPM ,penderita
tuberculosis
terbanyak dengan
kondisi rumah tidak
sehat

4 Andi Dwi Analisis spasial Deskriptif - Suhu kamar Penderita


Hernawan sebaran kasus baru - Kelembapan tuberkulosis
(2016)39 dan lingkungan - Pencahayaan
berpotensi penularan - Ventilasi
terbanyak dengan
tuberkulosis paru di - Kepadatan konsisi rumah yang
wilayah Puskesmas hunian yang tidak sehat
sungai Durian sebanyak 61,4%
,kabupaten
kuburaya,Kalimanta
n barat

5 Tri Dewi Faktor yang Deskriptif - Kepatuhan Tidak ada hubungan


Aslamiyati Berhubungan minum obat antara kepatuhan minum
(2019) dengan - Status obat, PMO, status gizi
Keberhasilan merokok dan merokok dengan
Pengobatan - Pengawas keberhasilan pengobatan
Tuberkulosis minum obat tuberkulosis paru di
Paru (Studi di - Status gizi Puksesmas
Puskesmas Kedungmundu Kota
Kedungmundu Semarang.
Kota Semarang)

6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tuberculosis Paru
1. Pengertian Tuberkulosis paru
Tuberkulosis paru merupakan penyakit yang dapat menular diakibatkan oleh
kuman TBC (Mycobacterium tuberculosis), dan menyerang paru paru
sehingga dinamakan tuberkulosis paru(2). Kuman TB akan masuk melalui
saluran pernafasan menuju ke paru paru, setelah masuk ke paru paru kuman
akan menyebar dari paru paru ke bagian tubuh lain melalui sistem peredaran
darah, sistem saluran limfa, melalui saluran pernapasan (bronchus) atau
penyebaran langsung ke bagian-bagian tubuh lainnya(4).

2. Penularan Tuberkulosis paru


Tuberkulosis paru ditularkan melalui (droplet) atau sering disebut dengan
percikan dahak yang berasal dari penderita tuberkulosis paru BTA(+), pada
saat penderita tuberkulosis paru bersin dan batuk sehingga mengeluarkan
percikan dahak(2). Penularan dapat terjadi di dalam ruangan yang terdapat
percikan dahak, percikan dahak bisa ada di dalam ruangan selama beberapa
jam dan dengan kondisi ruangan yang redup atau gelap serta lembap.
Seseorang bisa terinfeksi jika droplet itu terhirup dan masuk ke pernafasan(2).
Pada saat kuman TB masuk ke saluran pernafasan dan menuju ke paru
paru,kuman TB dapat menginfeksi ke bagian tubuh yang lain dengan
melewati sistem saluran limfe,saluran nafas,peredaran darah(2).

7
3. Diagnosis kuman Tuberculosis paru
1. Keluhan berdasarkan laporan yang disampaikan oleh pasien dan keluhan
pasien yang didapat dari wawancara yang meliputi:
a. Gejala yang dirasakan pasien pertama kali adalah batuk disertai dahak
lebih dari 2 minggu(12). Batuk pasien TB paru dapat disertai dengan
gejala gejala yang lain seperti badan terasa lemas, batuk berdahak
disertai darah,sesak nafas,tidak nafsu untuk makan,turunya berat
badan,meriang dan demam selama satu bulan lebih (12).

b. Gejala gejala yang disebutkan di atas bisa ditemui pada penyakit yang
menyerang paru paru seperti asma, bronkitis, kanker paru paru, dan
lainya(12).Setiap orang yang akan memeriksakan diri ke pelayanan
kesehatan disertai dengan gejala di atas akan di anggap sebagai pasien
terduga TB paru dan akan dilakukan pemeriksaan miskrokopis
dahak(12).

2. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pemeriksaan dahak mikroskopis langsung Pemeriksaan dilakukan
dengan mengumpulkan 2 contoh uji dahak yang dikumpulkan berupa
dahak Sewaktu-Pagi (SP)(12).
b. Pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM) TB dapat mempercepat
diagnosis terduga TB dan TB resisten obat (TB RO) sehingga pasien
dapat didiagnosis dan diobati sedini mungkin. TCM memiliki
sensitivitas untuk diagnosis TB yang jauh lebih baik dibandingkan
pemeriksaan dengan metode mikroskopis dan mendekati kualitas
diagnosis dengan pemeriksaan biakan (12).

8
3. Pemeriksaan Penunjang Lainnya
a. Pemeriksaan foto toraks
b. Pemeriksaan histopatologi pada kasus yang dicurigai TB ekstraparu.
c. Pemeriksaan uji kepekaan obat
Uji kepekaan obat dengan tujuan untuk mengidentifikasi ada tidaknya
resistensi kuman TB paru terhadap OAT(12).

B. Faktor Resiko Yang Berhubungan Dengan Kejadian Tuberkulosis paru (TB


paru)
Faktor penyebab terjadinya dapat dijelaskan dengan segitiga
epidemologi yaitu Agen, Host, dan Environment(14). Yaitu :

HOST

ENVIRONMENT AGENT

a. Host
Faktor hostmerupakan kerentanan respon imun seseorang terhadap penyakit
TB paru. Imunitas merupakan suatu keadaan dimana agen infektif tidak
dapat menyebar pada sekelompok orang. Imunitas memiliki peran penting
sebagai faktor penentu penyebarn suatu penyakit (15).

9
1. Umur
Umur merupakan faktor yang berpengaruh dalam perkembangan
penyakit TB paru yaitu kelompok umur 15-55 tahun. Hal tersebut
dikarenakan usia produktif lebih banyak beraktifitas untuk bekerja di
dalam maupun di luar rumah. Penelitian di kabupaten Kubu Raya
,Kalimantan Barat diperoleh hubungan umur dengan kejadian TB paru,
hal ini disebapkan karena jumlah penderita terbanyak usia 15-55 tahun
(66,7 %) daripada penderita dengan umur di atas 55 tahun (33,3%)(7).
2. Jenis Kelamin
Secara keseluruhan penderita TB paru didominasi dengan jenis kelamin
laki laki . Hal tersebut dikarenakan jenis kelamin laki laki banyak yang
merokok dan kurangnya menerapkan hidup sehat .Meskipun tidak
memiliki dampak yang langsung tetapi hal tersebut bisa menyebapkan
penurunan imun pada tubuh dan akan berdampak pada tubuh menjadi
lebih rentan terserang kuman TB paru. Penelitian di kabupaten Kubu Raya
,Kalimantan Barat diperoleh hubungan usia dengan kejadian TB paru ,hal
ini disebapkan karena jumlah penderita terbanyak jenis kelamin laki laki
(76,2 %) daripada penderita dengan jenis kelamin perempuan (23,8 %) (7).

b. Enviroment
1. Kondisi Rumah sehat
Rumah sehat adalah bangunan tempat tinggal yang memenuhi syarat
kesehatan, yaitu rumah yang mempunyai ventilasi rumah yang baik,
memiliki luas ruangan yang sesuai,adanya cahaya matahari yang masuk ke
dalam rumah dan mempunyai lantai yang tidak terbuat dari tanah. Rumah
merupakan tempat aktifitas dan tempat berlindung keluarga, sehingga
diperlukan kondisi rumah yang tidak menyebapkan penghuni rumah
menjadi sakit(13).Ventilasi sangat penting bagi suatu rumah. Berfungsi

10
sebagai tempat masuknya udara segar ke dalam rumah sehingga udara
dalam rumah dapat bersirkulasi dengan baik dan rumah terbebas dari
bakteri patogen Tuberculosis ,ventilasi rumah untuk standar rumah sehat
harus memiliki ukuran minimal 10% dari luas lantai(6).Rumah yang sehat
memerlukan cahaya yang cukup, setiap ruangan yang ada di rumah harus
mendapatkan sinar matahari terutama di pagi hari. Kurangnya cahaya
yang masuk ke dalam rumah, akan menyebabkan beberapa gangguan
kesehatan seperti tumbuh dan berkembangnya bakteri sebagai bibit
penyakit seperti bakteri Tuberculosis(16).Sinar matahari sangat penting
karena dapat membunuh bakteri-bakteri patogen yang ada di dalam
rumah, misalnya basil Tuberculosis. Lantai merupakan penutup ruangan
bagian bawah rumah harus rapat serta kedap air sehingga tidak ada celah
yang memungkinkan masuknya air dan selalu kering agar mudah
dibersihkan dari kotoran dan debu, jika lantai terbuat dari bahan yang
tidak kedap air atau memiliki celah dapat menyebabkan meningkatnya
kelembaban dalam ruangan(6). Rumah sehat harus mempunyai lantai yang
baik dan bersifat kedap air serta mudah dibersihkan yaitu lantai keramik,
ubin, atau semen. Lantai juga harus sering dibersihkan karena lantai yang
basah dan berdebu menimbulkan sarang penyakit. Lantai tanah dapat
menimbulkan kelembaban dan menyebabkan bakteri tuberkulosis dapat
bertahan hidup.. Rumah sehat harus memiliki luas ruangan 2,5 m x 3 m/
8m2 untuk setiap anggota keluarga(6).Penelitian sebelumnya di kabupaten
Kubu Raya,Kalimantan Barat terdapat hubungan antara rumah yang
memenuhi kireteria rumah sehat dengan kejadian TB paru ,sebanyak
1697 rumah penduduk hanya 561 rumah (36,4%) yang sesuai dengan
kireteria rumah sehat (7).
2. Kebiasaan merokok
Kejadian TB paru erat kaitanya dengan kebiasaan merokok seseorang.
Seseorang yang lebih sering merokok akan memiliki paru pau yang tidak

11
sehat dan mudah tertular TB paru .seseorang perokok juga memiliki
respon kekebalan yang kurang sehingga meningkatkan resiko TB.
Penelitian sebelumnya di kecamatan sidikalang, kabupaten Dairi,
Sumatra Utara diperoleh hubungan kebiasaan seseorang merokok dengan
kejadian TB paru ,sebanyak 78 orang yang diperiksa 55 orang (71,4%)
merupakan perokok berat dan sedang(8).
3. Ketinggian wilayah
Ketinggian wilayah menjadi salah satu faktor penularan
TBC.kelembapan dan suhu udara pada ketinggian tertentu
mempengaruhi kuman TBC untuk bertahan hidup lama . Ketinggian
wilayah akan mempengaruhi suhu, udara, dan kelembaban di dalam rumah
sehingga mampu mempengaruhi kehidupan kuman TB paru .semakin
tinggi suatu wilayah maka kelembapan wilayah tersebut juga akan
semakin meningkat .Penelitian sebelumnya di Kubu Raya,Kalimantan
barat. terdapat hubungan yang antara ketinggian tempat dengan kejadian
TBC(10).
4. Kelembaban
Kelembaban merupakan salah satu faktor yang beresiko TB paru karena
tidak adanya atau kurangnya cahaya matahari yang masuk ke dalam
rumah sehingga menjadikan rumah lembab dan gelap sehingga kuman TB
(17)
paru bisa hidup di dalam rumah hingga berbulan-bulan .Buruknya
sistem sirkulasi udara dan ventilasi yang tidak memenuhi standar rumah
sehat dapat mempengaruhi kelembaban dan suhu ruangan sehingga bakteri
TB bisa bertahan hidup di tempat yang lembab dan gelap. Penelitian
sebelumnya di Kubu Raya,Kalimantan barat. diperoleh hubungan
kelembaban tempat dengan kejadian TB paru(10).
5. Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor yang beresiko TB paru karena semakin
rendah suhu dalam rumah akan mengakibatkan kuman kuman termasuk

12
bakteri TB paru bisa bertahan hidup .Rentang suhu optimal bakteri TB
paru untuk hidup adalah pada suhu 25°C – 37°C,(17).Penelitian
sebelumnya di Kubu Raya,Kalimantan barat. terdapat hubungan yang
antara Suhu tempat dengan kejadian TBC (10).

c. Faktor Agent
Agent penyebab penyakit TB paru yaitu mycrobacterium Tuberculosis.
Penyakit TB paru merupakan penyakit yang berlangsung lama selama
bertahun tahun dan dapat mengakibatkan nekrosis jaringan. Mikobakterium
Tuburkulosis ini ditularkan dari penderita TB paru melalui percikan dahak
atau droplet yang ada di udara(12).

C. Sistem Informasi Geografis (SIG)


1. Pengertian Sistem Informasi Geografis (SIG)
Sistem Informasi Geografis (SIG) merupakan sebuah teknologi maupun
sistem terdiri dari perangkat lunak, perangkat keras, data, manusia yang
dibentuk dengan tujuan mengumpulkan, menyimpan, mengolah, menganalisis
dan menyajikan data serta informasi dari objek dengan keberadaannya di
permukaan bumi. Sistem Informasi Geografis (SIG) dapat menjawab beberapa
pertanyaan contohnya kondisi, lokasi, pola tren kasus dan pemodelan (22).
2. Manfaat
Manfaat Sistem Informasi Geografis yaitu memudahkan dalam melihat
fenomena kebumian dilihat dari perspektif yang baik. Sistem Informasi
Geografis (SIG) dapat menyimpan, memproses serta menyajikan data spasial
digital bahkan integrase data yang beragam, dari satelit, fotonudara, peta
bahkan data statistic(23).
3. Komponen Sistem Informasi Geografis (SIG)
A. Hardware (perangkat keras)

13
B. Perangkat keras memiliki beberapa komponen yaitu PC (Personal
Computer), mouse, monitor, digitized, plotter, reciver GPS dan scanner
untuk digunakan dalam menjalankan aplikasi SIG(24).
C. Software (perangkat lunak)
Software terdiri dari sistem operasi seperti windows,UNIX,Linux,Sun
Solaris dan program aplikasi untuk menjalankan SIG seperti Mapinfo,
Arcview, Arcinfo, ArcGIS, dan QGIS(24).
4. Data Informasi Geografis
Informasi sera data didapat melalui cara mengimport dari perangkat lunak
SIG yang ada atau dibuat secara langsung atau mendigitasi data spasial dari
peta menggunakan keyboard atau data titik-titik yang diperoleh dari GPS
Global Positioning System)(24).
Model data dalam SIG dibagi menjadi 2 yaitu :
1. Data spasial, adalah jenisndata yang merepresentasikan aspek keruangan
dari suatu keadaan yang ada di dunia nyata serta disimpan dalam bentuk
koordinat x,y (vector) atau keruangan dengan format digital.
2. Jenis data yang mempresentasikan aspek deskriptif dari yang dimodelkan,
aspek deskriptif mencakup item dari fenomena yang saling berdangkutan
dan berintegrasi dengan data spasial merupakan pengertian dari data non
apasial.
5. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia sebagai system yang menganalisis dan menerjemahkan
permasalahan dengan menggunakan Bahasa SIG(24).
6. Buffer
Buffer merupakan fasilitas yang terdapat pada aplikasi SIG termasuk
ArcView, digunakan dalam pekerjaan analisis yang berkaitan dengan
lingkungan, secara anatomis Buffer merupakan sebuah bentuk zona yang
menjukan arah keluar dari sebuah objek pemetaan baik dari sebuah titik, garis
maupun polygon(24).

14
7. Overlay
Overlay merupakan bagian penting dalam analisis SIG memiliki fungsi untuk
menempatkan suatu gambar satu peta diatas gambar peta lainnya yang
ditampilkan di layer computer atau pada plot. Overlay juga sebagai proses
penyatuan data dari beberapa data dari beberapa lapisan layer yang
berbeda(24).

D. Analisis Spasial
1. Pengertian
Analisis spasial adalah data SIG (Sistem Informasi Geografis) yang di kelola
dari sekumpulan teknik yang akan digunakan. Lokasi objek dapat menentukan
hasil dari analisis data spasial. Teknik yang digunakan untuk meneliti serta
mengekplorasi data dari sudut pandang keruangan adalah arti dari analisis
spasial(25).

2. Sumber Data Spasial


Sumber data spasial berasal dari informasi lokasi atau spasial dan attribute
(informasi deskriptif). Lintang dan bujur (koordinat geografi) dan koordinat
x,y,z, termasuk informasi datum dan proyeksi berkaitan dengan Informasi
lokasi(21).

3. Manfaat Analisis Spasial Bagi Informasi Kesehatan


Mengetahui dari distribusi penyakit, wilayah dengan resiko tinggi,faktor
risiko penyakit, penemuan sumber penularan dari penyakit dengan
melaksanakan analisis spasial data vektor/raster yang terintegrasi, sehingga
pencegahan serta pemberantasan penyakit dapat dilakukan dengan cepat dan
tepat dilihat dari karakteristik wilayah dan sumber daya(21).Analisis spasial
dapat juga bermanfaat untuk program penanggulangan penyakit tuberculosis ,

15
memetakan pola wilayah mana yang menjadi resiko tinggi maupun resiko
yang rendah serta dapat mengetahui lokasi daerah yang terdapat banyak kasus
tuberculosis agar terpantau oleh kader, puskemas maupun dinas kesehatan(21).

E. Surveilans TBC
1. Pengertian Surveilans
Surveilans merupakan proses dari pengumpulan, pengolahan, analisis dan
interpretasi dari data secara terus menerus terhadap kesehatan serta kondisi
yang dapat mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan serta
penyebaran informasi untuk dapat dilakukan pengambilan tindakan kepada
penyelenggara kesehatan(26).
2. Kegiatan Surveilans
a. Perencaan Surveilans
Perencanaan kegiatan surveilans dimulai dengan menentukan tujuan
surveilans, definisi kasus, konsep perolehan data, teknik pengumpulan
data, pengolahan data dan teknik menyebarkan informasi(26).
b. Pengumpulan data
Pengumpulan data berupa informasi epidemiologis yang dilakukan
secara terus menerus. Pengumpulan data yang bersifat pasif bersumber
dari rumah sakit, puskesmas dan sektor lainnya, data yang aktif
diperoleh dari survey lapangan(26).
c. Pengolahan dan penyajian data
Data yang diperoleh kemudian diolah dan disajikan kedalam bentuk
tabel, grafik (histrogram, poligon frekuensi), chart (bar chart, peta/map
area). Data diolah dengan menggunakan program (software) seperti epi
info, SPSS, excel dan lainnya (26).
d. Analisis data
Analisis data adalah tahap penting dalam surveilans epidemiologi karena
digunakan sebagai perencanaan, monitoring dan evaluasi serta upaya

16
pencegahan dan pengendalian penyakit. Hasil dari kegiatan ini adalah
rate, proporsi, rasio dan ukuran epidemiologi lainnyasesuai dengan
situasi, estimasi dan mendapatkan prediksi penyakit yang disurvey(26).
e. Penyebarluasan informasi
Penyebarluasan inforamasi dapat dilakukan ke tingkat atas maupun
tingkat bawah. Dalam rangka kerja sama lintas sectoral instansi-instansi
lain yang terkait dan masyarakat juga menjadi sasaran kegiatan ini.
Untuk diperlukan informasi yang informative agar mudah dipahami
terutama bagi instansi diluar bidang kesehatan(26).

F. Kerangka teori

Survailans TB Sistem Informasi


paru Geografis

Jumlah dan
Jenis
sebaran kasus
kelamin Umur
TB paru

Kebiasaan Kejadian TB Kondisi rumah


Merokok
kelembapan

Suhu

Ketinggian
wilayah

17
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Rancangan penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif, bertujuan untuk membuat
pemetaan distribusi kasus TBC menurut umur ,jenis kelamin,kebiasaan merokok,
kondisi rumah,kelembaban,suhu ,ketinggian wilayah. metode pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini melalui crossectional, mengambil data
berdasarkan kuisioner yang telah di isi oleh penderita tuberculosis paru lalu di
olah menggunakan GIS

B. Populasi dan teknik pengambilan sampel


1.Populasi
Populasi dalam penelitian ini pasien dengan riwayat penyakit TBC dan
memeriksakan diri di puskesmas Kedungmundu,Semarang dari bulan januari
2020 hingga bulan desember 2020 sebanyak 99 orang.
2.Sampel
Sampel penelitian ini adalah seluruh populasi penderita TBC dari usia 15 tahun
sampai 60 tahun,tinggal di wilayah kerja Puskesmas Kedungmundu Semarang
(Tandang, Kedungmundu ,Sedangguwo, Jangli, Sambiroto, Mangunharjo,
Sendangmulyo) dan bersedia untuk menjadi sampel penelitian. Pengambilan
sampel dengan memperhatikan kriteria menyebabkan tidak semua anggota
populasi memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih secara acak sebagai
sampel

18
C.Variabel dan definisi operasional
NO Variabel Definisi alat Hasil Ukur Skala
Umur responden
dihitung sejak
tanggal lahir
1 Umur sampai waktu kuesioner Tahun Rasio
penelitian yang
dinyatakan
dalam Tahun
fisiologis dan
anatomis yang
Jenis 1. laki laki
2 membedakan kuesioner Nominal
Kelamin 2. perempuan
antara laki-laki
dan perempuan
Pendidikan yang
ditempuh oleh 0. tidak sekolah
responden saat 1. SD
3 Pendidikan penelitian yang kuesioner 2. SMP Ordinal
dikelompokan 3. SMA
menjadi SD, 4. Perguruan tinggi /PT
SMP,SMA,PT

Kebiasaan
4 Kebiasaan 1. Ya
menghisap rokok kuesioner Nominal
Merokok 2.Tidak
oleh responden

Kondisi
bangunan rumah
yang dinilai Sehat ( Bila memenuhi
dengan kriteria skor ≥70%)
Kondisi
5 Rumah Sehat kuesioner Interval
Rumah
terdiri dari Tidak Sehat ( Bila
tembok,lantai, memenuhi skor <70%)
pencahayaan,
ventilasi udara

19
NO Variabel Definisi alat Hasil Ukur Skala
Tingginya suatu
tempat yang
Ketinggian Menggunak
6 dihitung dari mdpl Rasio
Wilayah an GPS
batas permukaan
air laut (mdpl)
Titik koordinat
alamat rumah
Kejadian penderita TB
7 GPS Titik koordinat Rasio
TB yang di ukur
menggunakan
GPS

D.Metode pengumpulan data


1. Sumber data
a) Data primer adalah data yang diperoleh dengan melakukan survei langsung
kepada responden menggunakan kuisoner.
b) Data sekunder merupakan data yang berasal dari dokumen pencatatan dan
laporan pengobatan TB di Puskesmas Kedungmundu

2. Instrumen penelitian
Instrument penelitian adalah perangkat yang dipakai dalam pengumpulan data dan
berupa
a) Kuisioner
Mengumpulkan informasi berupa data tertulis berupa pengamatan dan
pertanyaan yang akan diberikan dan diisi oleh responden .Pengamatan dan
pertanyaan berupa nama responden ,jenis kelamin ,usia ,pendidikan terakhir
,kebiasaan merokok ,kondisi rumah responden
b) GPS
sistem navigasi yang menyediakan informasi wilayah ,ketinggian wilayah,
kondisi suhu dan kelembaban di wilayah tersebut .

20
3. Prosedur penelitian
a. Perencanaan
1. Peneliti mengurus surat izin untuk studiBpendahuluanBdari
UniversitasgMuhammadiyahgSemarang untuk diserahkan ke
DinasgKesehatan Kota Semarang.
2. Peneliti mengurus surat perizinan pengambilan data ke Dinas Kesehatan
Kota Semarang.
3. Peneliti mengurus surat perizinan pengambilan data ke Puskesmas
Kedungmundu kecamatan tembalang Kota Semarang.
4. Menyusun instrumen penelitian.
5. Mengajukan etical clereance ke FKM Universitas Muhammadiyah
Semarang.
6. Peneliti mengurus surat izin untuk penelitian dari Universitas
Muhammadiyah Semarang untuk diserahkan ke Badan Kesatuan Bangsa
dan Politik (KESBANGPOL).
7. Peneliti mengajukan izin penelitian ke Badan Kesatuan Bangsa dan Politik
(KESBANGPOL).
8. Peneliti mengurus surat perizinan pengambilan data ke Dinas Kesehatan
Kota Semarang.
9. Peneliti mengurus surat perizinan pengambilan data ke Puskesmas
Kedungmundu Kecamatan Tembalang Kota Semarang.
b. Pelaksanaan
1. Menentukan responden penelitian yaitu penderita TBC di Puskesmas
Kedungmundu.
2. Melakukan penelitian dengan mencari alamat responden dari data
puskesmas.
3. Menunjukan dan memberi informed concent sebagai syarat persetujuan
menjadi subjek penelitian

21
4. Penggunaan SIG dengan menentukkan titik koordinat dengan GPS untuk
pemetaan.
Cara menggunakan GPS:
a. Aktifkan GPS kemudian tunggu hingga halaman GPS mencari sinyal
satelit. Selama “Unit” sedang dicari, di layar GPS akan terlihat berita
“Acquiring Satellities” lalu akan muncul satelit 3D.
b. Dari “Map Page” lalu tekan tombol MARK POSITION.
c. Titik koordinat dimana kita berada akan muncul, untuk menyimpannya
pindahkan kursor SAVE kemudian tekan ENTER

Gambar 3. 1 Alat GPS

E. Metode Pengolahan dan analisis data


Metode pengolahan data
1. Editing(Penyuntingan)
Editing dilakukan dengan melakukan pemeriksaan terhadap semua isian item
pertanyaan yang ada pada kuesioner guna mengetahui data usia,jenis
kelamin,pekerjaan,lama kerja,riwayat merokok pasien TB paru sudah
memenuhi kelengkapan data dan sudah terisi semua tanpa ada yang kosong hal
tersebut bertujuan agar data dapat diolah dengan baik dan mudah.

22
2. Scoring
Pada tahap ini dilakukan penilaian kondisi fisik rumah apakah rumah
memenuhi syarat rumah sehat. Penilaian rumah sehat dengan cara (Skor x
Bobot)
a. Ventilasi
(Tidak ada) (Skor 1).
(Ada, luas lubang ventilasi kurang dari 10% luas lantai) (Skor 2).
(Ada, luas lubang ventilasi minimal 10% luas lantai) (Skor 3).
b. Lantai
(Tidak kedap air dan sulit dibersihkan) (Skor 1).
(Tidak Kedap air dan mudah dibersihkan) (Skor 2).
(Kedap air dan mudah dibersihkan) (Skor 3).
c. Dinding
(Bukan tembok/anyaman bambu/ilalang) (Skor 1).
(Setengah tembok /pasangan bata /batu yang tidak (Skor 2).
diplester / papan yang tidak kedap air)
(Tembok/pasangan batu/bata yang diplester/papan (Skor 3).
kedap air)
d. Pencahayaan
(Tidak terang tidak dapat dipergunakan untuk membaca)(Skor 1).
(Kurang terang,sehingga kurang jelas untuk membaca (Skor 2).
dengan normal)
(Terang dan tidak silau sehingga dapat dipergunakan (Skor 3).
untuk membaca dengan normal (60 Lux)
e. Kepadatan hunian
(Luas ruangan tidur < 8m2 /orang) (Skor 1).
(Minimal 8m2 /orang) (Skor 2).
(Luas ruangan tidur >8m2 /orang) (Skor 3).

23
3. Coding(Penyajian)
Coding adalah melakukan kegiatan berupa mengubah informasi menggunakan
kunci jawaban dan disusun dalam kategori yang telah di tetapkan untuk
memudahkan proses pengolahan selanjutnya mengenai isi kuesioner atau
dilakukan dengan cara memberikan kode atau tanda pada masing masing
jawaban.
a. Umur
1. Anak anak umur < 15 Tahun (Kode 1).
2. Dewasa umur ≥ 15 Tahun (Kode 2).
b.Jenis Kelamin
1. laki laki (Kode 1).
2. perempuan (Kode 2).
4.Pendidikan
a. tidak sekolah (Kode 0).
b. Tamat SD (Kode 1).
c. Tamat SMP (Kode 2).
d. Tamat SMA (Kode 3).
e. Tamat Perguruan tinggi (Kode 4).
5.Kebiasaan merokok
Merokok
a. Ringan (1-10 batang) (Kode 1).
b. Sedang (11-20 batang) (Kode 2).
c. Berat (> 20 batang ) (Kode 3).
Tidak merokok (Kode 0).
6.Kondisi rumah
1. ≥ 70% dari nilai maksimum
(Memenuhi syarat rumah sehat) (Kode 1).
2. < 70% dari nilai maksimum
(Tidak memenuhi syarat rumah sehat ) (Kode 2).

24
7.Ketinggian wilayah
1. Rendah ≤ 300 mdpl (Kode 1).
2. Tinggi > 300 mdpl (Kode 2).
8.Kejadian TB
1. Sendangguwo (Kode 1).
2. Tandang (Kode 2).
3. Kedungmundu (Kode 3).
4. Jangli (Kode 4).
5. Sambiroto (Kode 5).
6. Mangunharjo (Kode 6).
7. Sendangmulyo (Kode 7).

4. Entry data(memasukan data)


Mengisi kolom lembar kode sesuai dengan jawaban masing masing pertanyaan

5. Cleaning
Merupakan tahap terakhir yaitu dengan kembali melihat data agar tidak ada
yang salah pada saat analisis data. Jika belum sesuai dengan standar penilaian
ataupun ada data yang tidak perlu akan dibersihkan.

Metode analisis data


a. Analisis Univariat
Analisa deskriptif dilakukan untuk menggambarkan karakteristik setiap
variable penelitian.pada penelitian ini analisis univariat dilakukan untuk
mengetahui distribusi frekuensi umur,pekerjaan,pendidikan,lama kerja,jenis
kelamin,kebiasaan merokok

25
b. Analisis Spasial
Analisa dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi yang sering
digunakan dengan istilah analisa spasial , tidak seperti sistem informasi yang
lain yaitu dengan menambahkan dimensi ‘ruang (space)’ atau geografi.Cara
yang paling utama untuk membuat serta mengenali hubungan spasial melalui
proses operasi join dan menampilkan secara bersama sekumpulan data yang
dipakai secara bersama atau berada dibagian area yang sama hal ini
dinamakan overlay spasial. Overlay dapat menggabungkan beberapa unsur
spasial menjadi unsur spasial yang baru,hasil kombinasi merupakan
sekumpulan data yang baru yang mengidentifikasikan hubungan spasial baru.
c. Tahap Pelaporan
Data yang telah diperoleh melalui pengukuran dan observasi pengisian
Checklist selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisis untuk melihat
distribusi frekuensi variabel. Hasil penelitian tersebut kemudian dilaporkan
sesuai dengan buku panduan penyusunan skripsi Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Muahmmadiyah Semarang.

F. Jadwal Penelitian
Kegiatan Desember Januari Februari Maret April Mei Juli
Penyusunan
Proposal
Seminar
Proposal
Perijinan
Penelitian
Pelaksanaan
penelitian
Penyusunan

Sidang

26
Daftar Pustaka

1. World Health Organization,2018.Global Tuberculosis Control A short update to


the 2018 report

2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2016. Pedoman Nasional


Pengendalian Tuberkulosis Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Direktorat Jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan 2016 .

3. Dinas Kesehatan Kota Semarang.2020. Profil kesehatan Semarang 2014-2018.


Semarang : Kementrian Kesehatan Kota Semarang https:// dinkes.
semarangkota.go.id/asset/upload/Profil/Profil/Profil%20Kesehatan%202019.pdf

4. Ayomi AC, O. Setiani, and T. Joko, "Faktor Risiko Lingkungan Fisik Rumah dan
Karakteristik Wilayah Sebagai Determinan Kejadian Penyakit Tuberkulosis Paru
di Wilayah Kerja Puskesmas Sentani Kabupaten Jayapura Provinsi Papua," Jurnal
Kesehatan Lingkungan Indonesia, vol. 11, no. 1, pp. 1-8, Nov. 2012

5. Kementrian Kesehatan RI. 2020. Profil Kesehatan Indonesia 2017. Jakarta:


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. https:// www.kemkes. go.id/
resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/Data-dan-Informasi
_Profil-Kesehatan-Indonesia-2017.pdf Diakses pada tanggal 31 Januari 2020

6. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, 2020, Profil Kesehatan Indonesia


2018, Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
https://www.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-indonesia/Data-
dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-2018.pdf Diakses pada tanggal 31 Januari
2020

27
7. Prihan F,Agus F,Muhammad P, 2017, Analisis Spasial sebaran dan Faktor
Resiko Lingkungan pada Kasus TB Paru di Wilayah Kerja Puskesmas Rasau
Jaya, Jurnal Mahasiswa PSPD FK Universitas Tanjungpura Vol 5, No 2, Tahun
2019

8. David S,Erna M,Rahayu L , 2018, Analisis spasial dan faktor risiko tuberkulosis
paru di Kecamatan Sidikalang, Kabupaten Dairi - Sumatera Utara,
Jurnal Kesehatan Komunitas FKM Universitas Sumatra Utara Vol 35,No 2,Tahun
2019

9. Vita MK, 2014, Analisis Spasial Persebaran Kasus Baru TB Paru BTA Positif
Domisili Surakarta yang diobati di BBKPM Surakarta,Skripsi,FKM Universitas
Muhammadiyah Surakarta,Solo.

10. Selviana, Andri DH, Irvan K, 2016, Analisis Spasial Sebaran Kasus Dan Lingkungan
Berpotensi Penularan Tuberkulosis Paru. Jurnal vokasi Kesehatan, Volume 2 ,No,
2 ,Tahun 2016

11. Dinas Kesehatan Kota Semarang, 2013, Profil Kesehatan Kota Semarang Tahun
2013, Semarang : Dinas Kesehatan Kota Semarang

12. Aditama, T.Y ,2006, Tuberculosis Diagnose Terapi dan Masalahnya.2006. Edisi
IV. Jakarta : Yayasan penerbit ikatan Dokter Indonesia

13. Departemen Kesehatan Republik Indonesia Ditjen PPM danPL, 2000, Pedoman
Umum Promosi PenanggulanganTuberkulosis, Jakarta : Departemen Kesehatan
Republik Indonesia

28
14. Kristiawan K, 2008, Intisari epidemologi. Jogjakarta: Mitra Cindikia Pres.

15. Riset Kesehatan Dasar, 2013, Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan
Kementrian Kesehatan RI Tahun 2010.Jakarta RI.

16. Hiswani, 2004, Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular dan


Lingkungan Pemukiman, Jakarta: Departemen Kesehatan RI.

17. Gould, D. & Brooker, C,2003, Mikrobiologi Terapan untuk perawat, halaman
252, cetakan pertama, Jakarta, penerbit buku kedokteran EGC.

18. Resmiyati, 2011, Beberapa masalah klinis dan penyakit ISPA pada bayi dan
anak. Kumpulan makalah pada lokakarya nasional ke 1, Cipanas

19. Amin, Z dan Bahar, A, 2007, Pengobatan TB Paru. Jakarta: EGC.

20. World Health Organization, 2018, WHO Global Tuberculosis Report 2018.
Switzerland: WHO Press

21. Kunoli FJ, 2013, Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta: CV.Trans
Info Media;

22. Ekadinata A, Dewi S. Hadi, 2008, Sistem Informasi Geografis dan Penginderaan
Jauh Menggunakan ILWIS Open Source.

23. Prahasta E, 2002, Sistem Informasi Geografis: Konsep-Konsep Dasar Informasi


Goegrafis. Bandung: Informatika Bandung.

24. Riyanto, dkk. 2009. Pengembangan Aplikasi Sistem Informasi Geografis Berbasis

29
Desktob dan Web. Yogyakarta : Gava Media.

25. Adam S, 2012 , Penggunaan Quantum GIS dalam Sistem Informasi Geografis,
Informatika, Bandung.

26. Amiruddin, 2012, Surveilans Kesehatan Masyarakat, IPB Press, Bogor.

27. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2002. Pedoman Nasional


Penanggulangan Tuberkulosis, Cetakan ke 8. Jakarta. 2002. p 1-37

28. Crofton J, Horne N, Miller F.2002. Tuberkulosis Klinis, Edisi 2. Jakarta: Penerbit;
Widya Medika 2002.

29. Abebel G, Deribew A, Apers L, Abdissal A, Deribiel F, Woldemichael K,


dkk.2012. Tuberculosis lymphadenitis in Southwest Ethiopia: a community based
cross-sectional study. BMC Pub. H. 2012;12(504):1-7.

30. World Health Organization, 2017. Global Tuberculosis Report 2017, Jenewa.

31. Widoyono.2011.Penyakit Tropis. Semarang: Erlangga; 2011

32. Kementrian Riset dan Tekhnologi Republik Indonesia. 2013. Modul 3 Analisis
Spasial,Jakarta. Kemenristek

33. Muslimah DDL.2018.Keadaan Lingkungan Fisik Dan Dampaknya Pada


Keberadaan Mycobacterium Tuberculosis: Studi Di Wilayah Kerja Puskesmas
Perak Timur Surabaya. Jurnal Kesehatan Lingkungan. 2019;11(1):26.

30
34. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2020. Profil Kesehatan Indonesia
2016. Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.
https://www.kemkes.go.id/ resources/download/ pusdatin/profil-kesehatan-
indonesia/Data-dan-Informasi_Profil-Kesehatan-Indonesia-2016.pdf Diakses pada
tanggal 31 Januari 2020

35. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2012. Pedoman Nasional


Penanggulangan Tuberculosis. Jakarta: Depkes RI

36. World Health Organization, 2018.Global tuberculosis report 2018. Geneva;


World Health Organization Press; 2018

37. Alsagafi, H; Mukty, H.A. 2010. Dasar-Sasar Ilmu Penyakit Paru, Surabaya:
Airlangga University Press

38. Notoatmodjo S. 2007. Promosi Kesehatan & Ilmu Perilaku. PT. Rineka Cipta:
Jakarta

39. Soedarto. (2009). Penyakit Menular Di Indonesia. Jakarta: SagungSeto

40. Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2008.Pedoman Nasional Penanggulangan


Tuberkulosis. Edisi 2:cetakan II, Jakarta, 2008

41. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. (2007). Keputusan Menteri


Kesehatan RI tentang persyaratan Kesehatan Perumahan. Jakarta: Depkes RI.

42. Aslamiyati N. 2019 . Faktor yang Berhubungan dengan Keberhasilan Pengobatan


Tuberkulosis Paru (Studi di Puskesmas Kedungmundu Kota Semarang). Seminar
Nasional. Universitas Muhammadiyah Semarang . Vol 2

31

Anda mungkin juga menyukai