Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH BUDAYA ANTI KORUPSI

PENGGELAPAN DANA DESA OLEH PERANGKAT DESA DI DUSUN JETIS BANTUL

Disusun oleh :
Anggraeni Sulistyaningrum (23010003)

DIII KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN UMMI KHASANAH
Jl. Pemuda Gandekan Bantul Yogyakarta,
2024
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan hidayah serta karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
Makalah “” ini dengan baik tanpa ada halangan. Terselesaikannya Makalah ini tentu tidak
lepas dari bantuan banyak pihak. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Yudis Asfar Khafid selaku dosen mata kuliah Konsep Dasar Anti Korupsi.

2. Orang tua yang telah memberi dukungan dan material.

Saya sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Saya juga menyadari bahwa dalam penulisan ini masih ada
kekurangan dan kesalahan. Oleh karena itu, saya harapkan saran dan kritik dari semua
pihak, khususnya para pembaca agar dapat membangun dan dapat menjadikan makalah ini
jauh lebih baik. Saya mohon maaf atas masih adanya kesalahan dalam penyusunan
makalah ini.

Waalaikumsalam Warahmatullahi Wabarakatuh

Bantul, 9 Januari 2024

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL................................................................................................................... i

KATA PENGANTAR................................................................................................................ ii

DAFTAR ISI............................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1

A. Latar Belakang........................................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah......................................................................................................2
C. Tujuan..........................................................................................................................2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA................................................................................................ 3

A. Korupsi........................................................................................................................3
B. Dana Desa................................................................................................................... 4
C. Perangkat Desa.......................................................................................................... 5

BAB III PEMBAHASAN......................................................................................................... 6

A. Kronologi Kasus Penggelapan Dana Desa Oleh Perangkat Desa Di Dusun Jetis
Bantul.......................................................................................................................... 6
B. Penyelesaian Kasus Kasus Penggelapan Dana Desa Oleh Perangkat Desa Di
Dusun Jetis Bantul.....................................................................................................7
C. Faktor-Faktor Tindakan korupsi............................................................................... 7
D. Dampak Tindakan Korupsi........................................................................................ 9
E. Upaya Melawan Tindakan Korupsi........................................................................ 11

BAB IV PENUTUP.................................................................................................................13

A. Kesimpulan............................................................................................................... 13
B. Saran......................................................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................. 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dana desa merupakan dana yang bersumber dari APBD yang ditujukan
kepada desa dan di transfer melalui APBD kabupaten. Dana desa ini digunakan
untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pembinaan kemasyarakatan,
pelaksanaan pembangunan dan digunakan untuk pemberdayaan masyarakat.
Pemerintah memberikan dana desa untuk membangun kapasitas dalam
pembangunan dan pemberdayaan melalui dana desa dengan tujuan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat desa, peningkatan kualitas hidup manusia dan
penanggulangan kemiskinan serta dituangkan dalam Rencana Kerja Pemerintah
Desa.
Maka dari itu, untuk mewujudkan tujuan dari Dana desa, pemerintah desa
harus memiliki kinerja yang baik dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat
desa. Tetapi pada kenyataannya masih banyak perangkat desa yang
menyalahgunakan dana desa. Masih terdapat perangkat desa dan tokoh masyarakat
yang menggunakan dana desa untuk kepentingan pribadi. Hal tersebut menunjukkan
bahwa kinerja pengelolaan keuangan desa belum maksimal. Tindakan tersebut
sering disebut dengan korupsi atau penggelapan dana. Korupsi merupakan tindakan
yang bertentangan. Korupsi bisa diartikan sebagai penyalahgunaan kekuasaan
publik untuk keuntungan pribadi. Korupsi merupakan tindakan yang melanggar
hukum dan melanggar HAM.
Hal ini seperti halnya yang terjadi di Dusun Jetis Sendangsari Pajangan
Bantul. Kinerja pengelolaan keuangan desa di dusun Jetis belum maksimal.
Dikarenakan terdapat perangkat desa dan tokoh masyarakat yang menggelapkan
dana desa. Tindakan tersebut dilakukan oleh Dukuh Jetis (), Ketua RT 03 (), dan
Ketua RT (). Ketiga tokoh tersebut melakukan penggelapan dana untuk
pembangunan jalan. Dana yang dikorupsi oleh mereka sebanyak 27 juta. Walaupun
dana yang digelapkan tidak begitu banyak, tindakan tersebut merupakan awal mula
atau bibit terjadinya tindakan korupsi. Jika tindakan tersebut dibiarkan saja dan tidak
diatasi hal tersebut akan memberikan dampak buruk bagi kedepannya. Tindakan
ketiga tokoh tersebut mencerminkan bagaimana perangkat desa dan tokoh di desa
tidak menjalankan amanatnya dengan baik. Maka dari itu, makalah ini disusun untuk
mengetahui bagaimana kronologi kasus dan penyelesaian kasus penggelapan dana
desa oleh perangkat desa, untuk mengetahui dampak-dampak yang ditimbulkan dari
tindakan korupsi dan untuk mengetahui bagaimana cara agar terhindar dari tindakan
korupsi.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kronologi kasus penggelapan dana desa daerah oleh aparat desa
di dusun Jetis ?
2. Bagaimana penyelesaian kasus penggelapan dana desa daerah oleh aparat
desa di dusun Jetis ?
3. Apa saja faktor-faktor tindakan korupsi ?
4. Apa saja dampak tindakan korupsi ?
5. Bagaimana cara untuk menghindari tindakan korupsi ?
C. Tujuan
1. Mengetahui kronologi kasus pelanggaran dana desa daerah oleh aparat
dusun Jetis.
2. Mengetahui penyelesaian kasus penggelapan dana desa daerah oleh aparat
dusun jetis.
3. Mengetahui faktor-faktor tindakan korupsi.
4. Mengetahui dampak tindakan korupsi.
5. Mengetahui cara menghindari tindakan korupsi.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Korupsi
Korupsi merupakan istilah yang berasal dari bahasa latin yaitu corruptio dari
kata kerja corrumpere yang diartikan sebagai mencuri, menyogok, menggoyahkan,
dan memutarbalik. Menurut hukum, Korupsi merupakan tindakan yang melawan
hukum dengan tujuan memperkaya diri sendiri atau orang lain, baik perorangan atau
korporasi, yang merugikan perekonomian negara. Korupsi adalah penyalahgunaan
jabatan  resmi untuk keuntungan pribadi (Putri, D. (2021)). Menurut KBBI, korupsi
merupakan tindakan penyelewengan atau penyalahgunaan uang negara untuk
keuntungan pribadi atau orang lain. Korupsi diartikan sebagai perbuatan yang busuk,
bejat, dan tak bermoral karena korupsi dapat merugikan rakyat dan beban negara
akibat korupsi harus ditanggung rakyat (Kristianto, J., & MM, M. (2022)). Selain
merugikan rakyat, korupsi dapat mengakibatkan kerugian bagi negara atau daerah.
Menurut Undang-Undang No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dan
Undang-Undang No. 15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksaan Keuangan,
Kerugian Negara/Daerah merupakan kekurangan uang, surat berharga, dan barang
yang nyata dan pasti jumlahnya akibat perbuatan melawan hukum baik sengaja
maupun lalai.
Tindakpidana korupsi telah dijelaskan dalam 13buah pasal dalam UU No. 31
Tahun 1999 jo. UU No. 20 Tahun 2001. Berdasarkan pasal tersebut tindakan korupsi
dirumuskan ke dalam 30 bentuk tindak pidana korupsi. Namun, 30 bentuk pidana
korupsi tersebut dapat dibedakan menjadi 7 kelompok yaitu tindakan korupsi terkait
dengan kerugian keuangan negara, tindakan korupsi terkait dengan suap menyuap,
tindakan korupsi terkait dengan penggelapan dalam jabatan, tindakan korupsi terkait
pemerasan, tindakan korupsi terkait dengan perbuatan curang, tindakan korupsi
terkait dengan benturan kepentingan dalam pengadaan, dan tindakan korupsi terkait
dengan gratifikasi.
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa korupsi merupakan tindakan
penyalahgunaan jabatan dan uang yang melanggar hukum di Indonesia. Korupsi
merupakan tindakan yang memberikan dampak buruk bagi negara maupun bagi
rakyat. Korupsi dapat merusak kepercayaan publik, menghambat pembangunan
ekonomi, merugikan keadilan sosial budaya dan menciptakan ketidaksetaraan dalam
masyarakat yang dapat mengganggu perdamaian di dalam masyarakat. Korupsi
dapat merusak prinsip-prinsip dasar keadilan dan ketidaksetaraan yang merugikan.
Korupsi merupakan salah satu permasalahan yang serius yang dihadapi oleh
Indonesia.

3
B. Dana Desa
Dana desa adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan
belanja negara yang digunakan untuk desa dan di transfer melalui anggaran
pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota. Hal ini sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014, dana desa digunakan untuk membiayai
penyelenggaraan pemerintahan desa, pelaksanaan pembangunan, pembinaan
kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat (Ekasari, R. (2020)).
Alokasi dana desa bertujuan untuk merombak ortodoksi pemerintahan
kabupaten dalam memberikan kewenangan, pelayanan, dan bantuan pada
pemerintahan di bawahnya, yaitu pemerintah desa. Berdasarkan pasal 5 PP
60/2014 menjelaskan terkait dana desa yang dialokasikan oleh pemerintah untuk
desa. Pengalokasiannya dihitung berdasarkan jumlah desa dan dengan
memperhatikan sejumlah hal yaitu jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas
wilayah, dan tingkat kesulitan geografis.
Dalam PP No. 60 Tahun 2014, pada prinsipnya dana desa dialokasikan
APBD untuk membiayai kewenangan yang menjadi tanggung jawab desa. Untuk
mengoptimalkan hal tersebut, penggunaan dana desa diprioritaskan untuk
pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. Dalam konteks pembangunan dapat
berupa pembangunan dasar pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur, serta
pemenuhan kebutuhan pangan, sandang, papan. Prioritas penggunaan dana desa
sesuai pada prinsip-prinsip: keadilan, dengan mengutamakan hak atau kepentingan
seluruh rakyat desa tanpa membeda-bedakan; kebutuhan prioritas, mendahulukan
kepentingan desa yang lebih mendesak, lebih diperlukan dan berafiliasi eksklusif
menggunakan kepentingan sebagian akbar warga desa; dan tipologi desa, dengan
mempertimbangkan keadaan dan kenyataan ciri geografis, sosiologis, antropologis,
ekonomi, serta ekologi desa yang spesial dan perubahan atau perkembangan
kemajuan desa. Sebagian banyak pemerintah desa memanfaatkan dana desa untuk
membangun infrastruktur, sehingga terlihat pencapaian secara fisik terkait dengan
implementasi dana desa.
Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa dana desa merupakan dana
yang diberikan oleh pemerintah yang bersumber dari APBN yang ditransfer melalui
APBD daerah/kota. Tujuan diberikannya dana desa yaitu untuk mendanai
keseluruhan kewenangan desa sesuai dengan kebutuhan dan prioritas dana desa.
Sebagian besar dana desa digunakan untuk pembangunan, seperti infrastruktur dan
pemberdayaan masyarakat. Untuk menciptakan pengelolaan dana desa yang
transparan, tertib, dan berkualitas pemerintah diberi kewenangan untuk memberikan

4
sanksi berupa penundaan penyaluran dana desa dalam hal laporan penggunaan
dana desa yang terlambat/tidak disampaikan.
C. Perangkat Desa
Perangkat Desa merupakan unsur pemerintah desa yang terdiri dari
sekretaris desa dan perangkat desa lainnya yang berada dibawah naungan kepala
desa. Perangkat desa lainnya yang dimaksud jumlah dan sebutannya disesuaikan
dengan kebutuhan dan kondisi sosial budaya masyarakat setempat yang biasa
dikenal dengan sebutan kepala urusan/kepala seksi dan unsur kewilayahan/ kepala
dusun yang terdapat di setiap pemerintahan desa. Perangkat desa adalah unsur
pembantu kepala desa yang bertugas membantu kepala desa tanggung jawab dan
kewajiban desa, namun  demikian, penyelenggaraan pemerintahan  tersebut tetap
harus dipertanggungjawabkan (Badriyah, R. S. (2017)). Menurut PP Nomor 43 Tahun
2014, perangkat desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintah dan kepentingan
masyarakat setempat dalam sistem pemerintahan Negara kesatuan republik
Indonesia. Perangkat desa merupakan lembaga pemerintah yang bertugas
mengelola wilayah tingkat desa dan penyelenggara pemerintahan terdepan dalam
melaksanakan urusan Kabupaten/kota yang diserahkan kepada desa (Galingging, M.
(2022)).
Perangkat desa diartikan sebagai ujung tombak  dari pemerintahan daerah
karena berhubungan langsung dengan masyarakat. Perangkat  desa memberikan
peranan yang sangat penting dalam memberikan  pelayanan kepada masyarakat.
Dengan dinamika yang semakin maju, perangkat desa harus mampu menunjukan
kinerjanya lebih baik, sehingga efektivitas kerja dapat dipertanggungjawabkan.
Seorang Kepala desa dalam menjalankan tugas dan kewajibannya dibantu
perangkat desa untuk melaksanakan roda pemerintah desa. Seorang perangkat
desa harus memiliki rasa disiplin dan tanggung jawab yang tinggi serta sadar akan
tugas dan kewajibannya dalam melayani masyarakat agar tercipta keharmonisan
dalam pemerintah desa (Ahmad, Y. (2021)).
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa perangkat desa merupakan
unsur pemerintah desa yang terdiri dari kepala desa dan beberapa perangkat
dibawah kepala desa. Perangkat desa terdiri atas sekretaris desa, kaur umum dan
tata usaha, kaur perencanaan, kaur keuangan, kasi pemerintahan, kasi pelayanan,
kasi kesejahteraan, dan kepala dusun. Sedangkan untuk RT tidak termasuk dalam
perangkat desa. RT merupakan lembaga kemasyarakatan desa (LKD).

5
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kronologi Kasus Penggelapan Dana Desa oleh Aparat Desa di Dusun Jetis
Bantul
Korupsi merupakan tindakan melanggar hukum. Korupsi merupakan tindakan
penggelapan uang yang digunakan untuk kepentingan pribadi. Tindakan korupsi di
Indonesia sudah terjadi sejak jaman dahulu. Sebelum Indonesia merdeka tindakan
korupsi sudah terjadi. Seperti pada masa pemerintahan kerajaan, pada masa
tersebut tindakan korupsi tiada henti karena motif kekuasaan dan kekayaan.
Tindakan tersebut menghancurkan kerajaan-kerajaan besar seperti Sriwijaya,
Majapahit, dan Mataram. Hal ini membuktikan bahwa korupsi sudah menjadi tradisi
bangsa Indonesia. Sejak jaman sebelum merdeka hingga sekarang tindakan korupsi
masih terjadi dan terus meningkat. Bahkan sebagian besar pelaku korupsi berasal
dari aparat pemerintahan, baik dari pusat maupun di daerah. Pemerintah telah
melakukan berbagai cara untuk mengatasi tindakan korupsi, seperti pembentukkan
lembaga KPK tetapi tetap saja sampai sekarang tindakan korupsi tetap masih
terjadi.
Seperti kasus penggelapan atau korupsi yang dilakukan oleh aparat desa
yaitu kepala dusun (dukuh) dan lembaga kemasyarakatan desa yaitu RT. Kasus
tersebut terjadi di Dusun Jetis Sendangsari Pajangan Bantul. Pelaku penggelapan
tersebut sebanyak 3 orang, yaitu Dukuh dusun Jetis, Ketua RT 03, dan Ketua RT 04.
Kasus tersebut terjadi pada tahun 2023 awal. Dusun Jetis mendapatkan bantuan
dana desa untuk pembangunan jalan atau cor jalan. Pembangunan jalan terjadi di
tiga titik. Proses pembangunan jalan berjalan dengan lancar. Tiga titik jalan sudah
dicor oleh masyarakat. Namun, ternyata dana yang digunakan dalam pembangunan
jalan tersebut terdapat sisa. Sisa tersebut yang digelapkan oleh ketiga pelaku
tersebut. Ketua RT 03 menjadi provokasi untuk menggelapkan sisa dana tersebut.
Karena hasutan Ketua RT 03 maka Dukuh dan Ketua RT 04 setuju untuk melakukan
penggelapan dana sisa pembangunan tersebut. Dana yang digelapkan sebanyak 27
juta. Dana tersebut dibagi menjadi tiga. Sehingga setiap pelaku mendapatkan 9 juta.
Uang yang digelapkan oleh ketiga pelaku digunakan untuk kepentingan pribadi.
Seperti halnya Ketua RT 03 yang menggunakan dana tersebut untuk membeli
barang kepentingan pribadi.
Masyarakat merasa aneh, karena setelah selesai pengecoran dana
tidak ada pertemuan atau rapat penutup yang membahas tentang keuangan
pembangunan jalan. Masyarakat Jetis pun merasa curiga dengan tindakan yang
dilakukan oleh ketiga pelaku tersebut. Masyarakat Jetis mencari informasi terkait

6
dana desa yang diberikan untuk pembangunan jalan tersebut. Akhirnya masyarakat
jetis mengetahui bahwa masih ada sisa dana pembangunan jalan dan sisa tersebut
ternyata digunakan untuk keperluan pribadi oleh ketika pelaku tersebut.
Dana yang digelapkan tidak sebanyak pelaku koruptor di luar sana. Akan
tetapi, tindakan tersebut merupakan tindakan bibit terjadinya korupsi. Jika tindakan
tersebut tidak segera diselesaikan maka akan membawa pengaruh buruk
kedepannya. Tindakan korupsi tersebut dapat mengakibatkan kurangnya
kepercayaan masyarakat terhadap aparat desa seperti dukuh dan lembaga
kemasyarakatan desa (RT).
B. Penyelesaian Kasus Penggelapan Dana Desa oleh Aparat Desa di Dusun Jetis
Bantul
Kasus penggelapan dana yang dilakukan oleh dukuh Dusun jetis, Ketua RT
03, dan Ketua RT 04 diselesaikan dengan cara kekeluargaan. Masyarakat yang
mengetahui telah terjadi tindakan yang melanggar hukum langsung melaporkan
tindakan tersebut kepada Kepala Desa dan kepada pihak yang berwajib. Setelah
melewati diskusi penyelesaian kasus tersebut dilakukan secara kekeluarga dan
terbuka. Kasus tersebut diselesaikan di gedung Paud Dusun Jetis. Pertemuan
tersebut dihadiri oleh ketiga pelaku, Kepala Desa (Lurah), pihak kepolisian, dan
beberapa tokoh masyarakat Dusun Jetis. Pertemuan tersebut dilakukan secara
terbuka. MAsyarakat dapat melihat dan mendengarkan penyelesaian kasus tersebut.
Ketiga pelaku tersebut mengakui bahwa perbuatan yang mereka lakukan itu
telah melanggar hukum dan merugikan semua pihak. Mereka berjanji tidak akan
melakukan perbuatan yang sama dan perbuatan yang melanggar hukum. Dari
pertemuan tersebut kesepakatan yang didapat yaitu pelaku tidak dimasukkan ke
dalam penjara akan tetapi ketiga pelaku tersebut harus mengembalikan dana yang
sudah disalahgunakan sebanyak 75 juta dibagi menjadi tiga, Jadi untuk satu pelaku
harus mengembalikan uang sebanyak 25 juta. Hal tersebut telah disaksikan oleh
kepala desa, pihak kepolisian, dan tokoh masyarakat serta masyarakat Dusun Jetis.
C. Faktor-Faktor Korupsi
Permasalahan korupsi merupakan penyakit yang tidak dapat sembuh dan
menjadi budaya bagi Indonesia. Korupsi merupakan tindakan yang disebabkan oleh
banyak faktor. Faktor-faktor tersebut berpusat pada toleransi terhadap korupsi.
Koruptor merupakan orang yang tidak puas dengan keadaan dirinya. Sehingga
seorang koruptor mencari cara untuk memuaskan diri dengan cara korupsi. Faktor
korupsi dapat dibagi menjadi dua yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal merupakan faktor penyebab yang datang dari diri pribadi, sedangkan faktor
eksternal merupakan faktor penyebab yang berasal dari dorongan luar.

7
a. Faktor Internal
1. Aspek moral, seperti lemahnya keimanan, kejujuran, dan rasa malu.
2. Aspek sikap/perilaku, seperti pola hidup konsumtif dan tamak.
3. Penghasilan yang kurang mencukupi.
4. kebutuhan hidup yang mendesak.
b. Faktor Eksternal
1. Tekanan sosial dari luar yang mengakibatkan terjadinya pelanggaran
norma-norma.
2. Aspek sosial
- Nilai dan budaya di masyarakat. Contohnya, masyarakat
menghargai seseorang karena kekayaan yang dimiliki.
- Anggapan bahwa korban atau pihak yang merugi akibat
korupsi adalah negara. Padahal, kerugian terbesar dialami
masyarakat sendiri seperti berkurangnya anggaran,
terhambatnya pembangunan, dan lain-lain.
- Masyarakat tidak menyadari dirinya terlibat dalam perkara
korupsi.
- Kurangnya kesadaran bahwa korupsi bisa dicegah jika
masyarakat ikut aktif.
3. Aspek politis
- Politik merupakan sebuah instrumen untuk mencapai cita-cita
bangsa. Dalam instrumen ini, terdapat sejumlah aktor, baik
aktor individu maupun kelompok atau partai, juga lembaga
atau institusi. Menguatnya keyakinan bahwa politik adalah
arena taruhan untuk memperoleh keuntungan yang lebih besar
mendorong perbuatan korupsi.
- Demokrasi sering hanya dimaknai sebagai upaya memperoleh
kekuasaan yang berasal dari rakyat, bukan bagaimana
mengelola kekuasaan untuk rakyat.
- Korupsi dalam politik muncul ketika terjadi instabilitas politik
atau ketika politisi mempunyai hasrat untuk mempertahankan
kekuasaannya.
- Kontrol sosial terhadap pejabat publik merupakan suatu
keharusan. Maka, wajar jika rakyat meminta penjelasan dan
pertanggungjawaban seorang pejabat publik, apalagi
menyangkut penyalahgunaan kekuasaan.
4. Aspek hukum/undang-undang

8
- Penegakan hukum lemah.
- Aturan diskriminatif atau tidak adil.
- Rumusan aturan/hukum tidak jelas sehingga menimbulkan
multitafsir, kontradiksi, dan tumpang tindih dengan aturan
lainnya.
- Memadukan kenyataan dan peraturan secara adil bukan
pekerjaan mudah.
Suatu kenyataan yang (biasanya) bersifat spesifik tidak selalu
bisa dipasang secara tepat dalam bingkai suatu aturan yang
(biasanya sangat umum). Kenyataan yang terjadi acapkali
bukan kenyataan hitam putih. Begitu kompleksnya kenyataan
sehingga hampir mustahil memperoleh keputusan yang adil
hanya dengan mengandalkan pertimbangan dari sisi legal
semata. Dalam konteks Indonesia, kesulitan kian nyata karena
banyak peraturan yang sudah ketinggalan zaman. Banyak
kenyataan dan persoalan yang secara redaksional sulit
ditemukan dalam teks-teks aturan yang ada.
5. Aspek ekonomi
- Ketimpangan penghasilan dan kebutuhan. Contoh: seorang
sopir taksi mencurangi nota pembelian bensin lantaran
penghasilan yang didapatkan tidak cukup untuk membiayai
kebutuhan keluarganya.
- Ketimpangan penghasilan dilihat dari ranah sosial. Contoh:
desakan seorang istri kepada suaminya untuk menghasilkan
lebih banyak uang agar bisa membeli sejumlah barang dengan
harapan tidak ketinggalan dengan teman atau keluarga
lainnya.
6. Aspek organisasi
- Kurangnya sikap keteladanan pemimpin.
- Tidak ada kultur/budaya organisasi yang benar baik berupa
tujuan, fokus, dan standar atau cara mencapai tujuan yang
jelas.
- Sistem akuntabilitas tidak memadai.
- Sistem pengendalian manajemen lemah.
D. Dampak Tindakan Korupsi

9
Korupsi merupakan tindakan melanggar hukum yang memiliki dampak buruk
bagi diri sendiri maupun bagi orang lain. Dampak korupsi dapat menyebar hampir ke
seluruh sendi kehidupan. Berikut adalah dampak-dampak korupsi :
a. Dampak Ekonomi
Aspek ekonomi merupakan faktor terpenting untuk kesejahteraan
masyarakat. Korupsi mengakibatkan terjadinya inefisiensi pembangunan,
meningkatnya biaya barang dan jasa, serta melonjaknya utang negara.
Inefisiensi pembangunan terjadi apabila pemerintah mengeluarkan banyak
kebijakan pembangunan, namun selalu disertai dengan maraknya
praktek korupsi. Praktik korupsi dapat menciptakan kondisi ekonomi
dengan biaya tinggi. Dikarenakan adanya beban yang harus ditanggung oleh
masyarakat akibat korupsi. Harga kebutuhan pokok yang tinggi, jasa dan
pelayanan publik juga yang tinggi merupakan akibat dari korupsi.
b. Dampak Sosial
Korupsi yang mengakibatkan kondisi ekonomi tinggi dan menyebabkan
kemiskinan. Korupsi mengakibatkan rakyat miskin sulit mendapatkan akses
ekonomi, pendidikan, finansial, kesehatan, informasi, hukum dan sebagainya.
Tindakan korupsi juga dapat mengakibatkan bayi atau anak-anak mengalami
kekurangan gizi.
c. Runtuhnya Otoritas Pemerintahan
Korupsi sampai saat ini telah memasuki kehidupan yang paling dasar
dikarenakan berkaitan langsung dengan etika sosial dimana orang yang jujur
justru akan mendapatkan sanksi. Sikap jujur harus berhadapan dengan rasa
takut akan penguasa dan kekuatan politik. Kekuatan politik masih sangat
dominan dan politik dengan mudah dapat melindungi anggotanya dengan
segala cara walaupun anggotanya jelas-jelas melakukan korupsi. Melindungi
seorang koruptor dengan kekuatan politik merupakan salah satu
indikasi besar tentang runtuhnya etika sosial dan politik di negeri
ini.
d. Dampak Pertahanan dan Keamanan
Korupsi dapat berdampak pada bidang pertahanan dan keamanan yaitu
lemahnya garis batas negara, meningkatnya kekerasan dalam masyarakat,
dan kerawanan Hankamnas karena lemahnya alat utama sistem pertahanan.
e. Dampak Ketahanan Budaya dan Religiositas
Korupsi dapat merusak cara berpikir logis, karena orang yang berpikir logis
akan menentang korupsi. Korupsi dapat memudarkan nilai budaya, seperti
budaya malu karena melakukan kesalahan. Akan tetapi karena sikap pesimis

10
tindakan tersebut mulai tergerus. Bergesernya religiositas masyarakat,
korupsi telah merambah wilayah kepercayaan seperti kasus korupsi dana
pengadaan kitab Al Quran.
E. Upaya Melawan Tindakan Korupsi
Pemerintah telah melakukan segala cara untuk mengatasi masalah korupsi di
Indonesia. Mulai dari membentuk lembaga pemberantas korupsi sampai melakukan
pendekatan untuk memberantas korupsi, seperti pendekatan penal dan non penal.
Pendekatan penal merupakan strategi pemerintah melalui jalur hukum, seperti
pembentukan lembaga antikorupsi dan instrumen hukum. Contoh penerapan penal
yaitu Operasi tangkap tangan (OTT), penjara, denda, penghapusan hak politik.
Sedangkan pendekatan non penal merupakan strategi pemerintah melalui jalur non
hukum, seperti upaya perbaikan sistem di sektor publik atau lokakarya anti korupsi
bagi masyarakat. Contoh pendekatan non penal yaitu, transparansi birokrasi melalui
E-Government, E-Budgeting dan E-Procurement, menyediakan akses sarana
pelaporan yang mudah, melakukan kampanye, seminar, diskusi terbuka terkait
korupsi.
Masyarakat Indonesia juga harus melakukan upaya melawan korupsi tidak
hanya pemerintah saja yang melawan korupsi. Untuk melawan tindakan korupsi
dapat dimulai dengan cara menolak membayar suap, masyarakat jangan sampai
untuk melawan dan menolak suap. Selain itu berikut beberapa upaya yang dapat
diambil untuk melawan korupsi :
a. Memperbaiki sistem hukum dan penegak hukum
Hal ini dapat dimulai dengan menguatkan lembaga penegak hukum seperti
kepolisian dan jaksa untuk tidak terpengaruh oleh tindakan korupsi. Selain itu
perlu adanya peningkatan independensi dan efisiensi sistem peradilan agar
pelaku korupsi dapat diadili secara adil.
b. Meningkatkan pendidikan dan kesadaran masyarakat
Untuk melakukan upaya melawan korupsi harus bekerjasama dengan
masyarakat seperti mengedukasi dan mengkampanyekan kesadaran untuk
meningkatkan pemahaman tentang dampak buruk korupsi dan mendorong
masyarakat berpartisipasi aktif dalam pengawasan dan pelaporan tindak
korupsi.
c. Penguatan etika dan nilai kepemimpinan
Hal ini dapat dilakukan dengan memastikan bahwa pemimpin baik di sektor
publik maupun swasta memiliki etika dan moral yang baik serta memiliki
integritas yang tinggi.
d. Transparansi dan Akuntabilitas

11
Meningkatkan transparansi dalam kebijakan pemerintah, proses pengambilan
keputusan, dan penggunaan data publik harus selalu dilakukan agar
masyarakat dapat mengetahui secara terbuka. Selain itu, lembaga
pengawasan dan ombudsman harus diperkuat untuk mengawasi pemerintah
dan melaporkan tindakan korupsi.
e. Whistleblower protection
Membuat undang-undang yang melindungi pengadu sehingga pengadu
merasa aman ketika melaporkan tindakan korupsi dan membangun
mekanisme aman untuk melaporkan pelanggaran tanpa takut represalias.

12
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Korupsi merupakan perbuatan buruk yang melanggar hukum. Korupsi
merupakan penyelewengan jabatan dan uang yang digunakan untuk kepentingan
pribadi. Korupsi memberikan dampak yang sangat buruk bagi pemerintah maupun
bagi diri sendiri. Seperti halnya korupsi yang dilakukan oleh perangkat desa yaitu
dukuh dan lembaga kemasyarakatan desa yaitu RT, ketiga pelaku tersebut hanya
merasakan kesenangan yang sebentar. Mereka harus bertanggung jawab atas apa
yang mereka lakukan. Tindakan korupsi terjadi karena dua faktor yaitu faktor internal
dari dalam diri dan faktor eksternal dari luar. Tindakan korupsi dapat dihindari dengan
melakukan beberapa upaya melawan korupsi. Upaya tersebut dapat dilakukan mulai
dari diri sendiri, seperti menolak suap, mengikuti seminar tentang korupsi dan
sebagainya.
B. Saran
Diharapkan kepada perangkat desa untuk melaksanakan tugasnya dengan
baik dan sesuai dengan amanat yang telah diberikan. Meningkatkan keimanan agar
tidak mudah terhasut oleh hasutan yang buruk yang dapat merugikan diri sendiri
maupun orang lain. Selain itu bagi generasi muda hendaknya menjauhkan diri dari
perilaku koruptif, karena perilaku tersebut awal terjadinya korupsi yang sangat
berbahaya dan berdampak buruk bagi bangsa maupun diri sendiri serta lingkungan
sekitar.

13
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Y. (2021). Fungsi Kepala Desa dalam meningkatkan Kinerja Perangkat
Desa.
Badriyah, R. S. (2017). Pengaruh Rekrutmen Perangkat Desa Terhadap Kinerja
Perangkat Desa Di Desa Andapraja Kecamatan Rajadesa Kabupaten Ciamis.
Dinamika: Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Negara, 4(3), 482-488.
Ekasari, R. (2020). Model Efektivitas Dana Desa untuk Menilai Kinerja Desa Melalui
Pemberdayaan Ekonomi. AE Publishing.
Ekawani, R. (2023). Analisis Terhadap Upaya Penindakan dan Pencegahan Korupsi.
Paradoksal Article, 1(1).
Galingging, M. (2022). PERAN PERANGKAT DESA DALAM PENGELOLAAN DANA
DESA DI DESA MUARA HUTARAJA KECAMATAN MUARA BATANG TORU.
JURNAL MISI, 5(1).
Kristianto, J., & MM, M. (2022). PENGERTIAN KORUPSI. Pengetahuan Dasar Anti
Korupsi dan Integritas, 161.
Medan, D. Y. U. M. N. A. W. (2015). Faktor-Faktor Penyebab Tindak Pidana Korupsi
Meningkat Di Indonesia. Universitas Muslim Nusantara Al Washliyah, 16(1),
5210.
Modul Pendidikan Antikorupsi. Direktorat Pendidikan dan Pelayanan Masyarakat
KPKGedung Merah Putih KP
Putri, D. (2021). Korupsi Dan Perilaku Koruptif. Tarbiyah bil Qalam: Jurnal Pendidikan
Agama dan Sains, 5(2).
Wilhelmus, O. R. (2017). Korupsi: Teori, faktor penyebab, dampak, dan
penanganannya. JPAK: Jurnal Pendidikan Agama Katolik, 17(9), 26-42.
https://kbbi.kemdikbud.go.id/entri/korupsi diakses pada 11 Januari 2024, pukul 15.26.

14

Anda mungkin juga menyukai