Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

PERAN SEKERTARIS DESA DALAM PELAYANAN ADMINISTRASI


PEMERINTAH DESA

Diajukan untuk memenuhi salahsatu syarat memperoleh jabatan


Sekertaris Desa

Disusun Oleh:

Nama : Rouf Saefurizal

PEMERINTAH KABUPATEN BATANG

KECAMATAN BAWANG

DESA PURBO

TAHUN 2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan rahmatnya kepada kita semua, sehingga peneliti dapat
menyelesaikan penyusunan Makalah dengan judul “PERAN SEKERTARIS
DESA DALAM PELAYANAN ADMINISTRASI PEMERINTAH DESA”.
Makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi syarat pencalonan Perangkat Desa
Purbo.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tulus
kepada Bapak Ahmad Samsul Huda S.Sos.i selaku Kepala Desa Purbo yang sudah
mendukung dan membantu terselesaikannya makalah ini.

Disamping itu, penulis juga mengucapkan terima kasih yang besar kepada
seluruh pihak yang terlibat dalam pembuatan makalah ini, baik yang terlibat
secara langsung maupun tidak langsung sehingga penyusunan makalah ini dapat
terselesaikan, meskipun penulis menyadari makalah ini masih banyak
kekurangannya.

Akhir kata, semoga seluruh isi makalah ini dapat menambah wawasan dari
para pembaca mengenai Peran Sekertaris Desa Dalam Pelayanan Administrasi
Desa Purbo Kecamatan Bawang Kabupaten Batang dan mohon maaf apabila
terdapat kesalahan dalam penulisan kata maupun dalam penyajian informasi –
informasi yang ada di dalam makalah ini. Jika terdapat saran dan kritik mengenai
apa yang dibahas dalam makalah ini, penulis terbuka untuk menerimanya.

Bawang, 18 September 2020

Rouf saefurizal

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................................ i
KATA PENGANTAR.................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah....................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................................2
1.3. Tujuan Penelitian..............................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Sistem Administrasi Masyarakat di Tingkat Desa............................................3
2.2. Hak, Wewenang, dan Kewajiban Perangkat Desa............................................4
2.3. Sumber Keuangan Desa....................................................................................8
2.4. Kondisi yang diharapkan.................................................................................10

BAB III PENUTUP


3.1. Kesimpulan.....................................................................................................14
3.2. Saran................................................................................................................14

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................16

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang memiliki banyak penduduk
dan wilayah kekuasaan yang luas. Luasnya wilayah Indonesia menjadi salah satu
alasan adanya penataan administrasi di kompleks wilayah terkecil atau yang
disebut dengan desa. Berdasarkan Undang-Undang no.5 tahun 1979, pasal 1 desa
merupakan suatu wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai
kesatuan masyarakat, termasuk di dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang
memiliki organisasi pemerintahan langsung dibawah camat dan berhak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan
Republik Indonesia. Menurut R.Bintarto desa adalah merupakan perwujudan
geografis yang ditimbulkan oleh unsur-unsur fisiografis, sosial, ekonomis politik,
kultural setempat dalam hubungan dan pengaruh timbal balik dengan daerah lain.
Sedangkan Kartohadikusumo yang mengatakan bahwa desa merupakan kesatuan
hukum tempat tinggal suatu masyarakat yang berhak menyelenggarakan
rumahtangganya sendiri merupakan pemerintahan terendah di bawah camat.
Sejauh ini administrasi pemerintahan desa telah terselenggara cukup lama, namun
hal ini masih terdapat banyak kekurangan dalam kinerjanya. Hal ini dapat dilihat
dari banyaknya perangkat desa yang menjadikan kepentingan warga sebagai
keuntungan individu, seperti dalam pengurusan Kartu Tanda Penduduk (KTP)
yang pada dasarnya warga tidak dikenakan biaya sama sekali, namun masih
banyak perangkat desa yang memungut biaya dalam pengurusan Kartu Tanda
Penduduk (KTP) tersebut dengan alasan sebagai biaya pengganti sarana dan
prasana yang telah digunakan. Selain itu, banyak perangkat desa yang masih
melakukan korupsi terhadap dana warga desanya, namun dibalik sisi negatif itu
pula masih ada beberapa desa yang menerapkan kejujuran dan keadilan bagi
warga desanya. Hampir tidak ada sama sekali kecurangan yang dilakukan oleh
perangkat desa terhadap warga desanya.
Selama ini, masyarakat menganggap bahwa administrasi dihubungkan dengan tata
usaha dan keuangan, namun sebenarnya administrasi tidak hanya mencakup
mengenai hal itu saja. Sebagai warga negara Indonesia dianggap penting
mengetahui pelayanan administrasi yang ada di pemerintahan terutama pelayanan

1
administrasi yang terdapat pada masyarakat desa. Oleh karena itu, penulis
menyusun makalah ini dengan tujuan untuk memberikan informasi kepada
pembaca akan pentingnya administrasi pemerintahan di tingkat desa.

1.2 Rumusan Masalah


(1) Bagaimana sistem administrasi masyarakat di tingkat desa?
(2) Apa sajakah hak, wewenang, dan kewajiban perangkat desa?
(3) Dari manakah sumber keuangan desa?

1.3 Tujuan Penelitian


(1) Untuk mengetahui sistem administrasi masyarakat di tingkat desa.
(2) Untuk mengetahui hak, wewenang, dan kewajiban perangkat desa.
(3) Untuk mengetahui sumber keuangan desa.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Sistem Administrasi Masyarakat di Tingkat Desa


Syafiie (1997) mengemukakan bahwa desa merupakan suatu wilayah yang
ditempati oleh sejumlah penduduk sebagai kesatuan masyarakat, termasuk di
dalamnya kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai organisasi pemerintahan
langsung di bawah camat dan berhak menyelenggarakan rumah tangganya sendiri
dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Perkembangan
perkotaan, beberapa wilayah desa yang berada di perkotaan dijadikan kelurahan,
kepala kelurahan tidak dipilih, tidak dapat secara otonom membuat keputusan
sendiri, tidak dapat menetapkan Anggaran Penerimaan dan Pengeluaran Keuangan
Desa (APPKD) sendiri, sehingga tidak perlu dibentuk Lembaga Musyawarah
Desa (LMD).
Lurah sebagai kepala kelurahan diangkat diangkat secara vertikal sebagai
kepala wilayah dalam waktu yang tidak ditentukan, tetapi tetap sebagai
penyelenggara dan penanggungjawab pemerintahan, pembangunan, dan
kemasyarakatan di wilayahnya masing-masing. Keberadaannya diambil dari
pegawai negeri yang diangkat bupati/walikota madya ataupun walikota
administratif. Dengan demikian kelurahan dapat didefinisikan sebagai suatu
wilayah yang ditempati oleh sejumlah penduduk, yang mempunyai organisasi
pemerintahan terendah, langsung di bawah camat, tetapi tidak berhak
menyelenggarakan rumah tangganya sendiri.
Untuk membantu kepala desa dalam menjalankan hak, wewenang, dan kewajiban
selaku pimpinan pemerintahan desa, maka dibentuklah Sekretariat Desa selaku
unsur staf, dikepalai sekretaris desa yang membawahi kepala-kepala urusan
seperti:
1.) Kepala Urusan Administratif (TU).
2.) Kepala Urusan Keamanan.
3.) Kepala Urusan Ekonomi.
4.) Kepala Urusan Kesejahteraan Rakyat.
5.) Kepala Urusan Keuangan.
Apabila kepala desa berhalangan maka sekretaris desa menjalankan tugas dan
wewenang sehari-hari kepala desa. Apabila kepala desa dipilih secara langsung
oleh penduduk desa kemudian diangkat (dilantik) oleh bupati/walikota madya
KDH Tk II atas nama gurbernur KDKH Tk I dari calon yang terpilih, maka
sekretaris desa diangkat/diberhentikan oleh bupati/walikota madya KDH Tk II
setelah mendengar pertimbangan camat dan atas usul kepala desa sesudah
mendengar pertimbangan LMD.
Kepala-kepala urusan diangkat dan diberhentikan camat atas nama
bupati/walikota juga atas usul kepala desa. Syarat-syarat pengankatan dan
pemberhentian semua yang telah diuraikan tersebut diatur dalam peraturan daerah
sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan oleh Menteri Dalam Negeri RI.
Dalam UU No.5 Tahun 1979 ditetapkan syarat-syarat kepala desa sebagai berikut:
1.) Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
2.) Setia dan taat kepada Pancasila dan UUD 1945.
3.) Berkelakuan baik, jujur, adil, cerdas, dan berwibawa.
4.) Tidak terlibat G30S/PKI dan organisasi terlarang lainnya.
5.) Tidak dicabut hak pilihnya oleh pengadilan.
6.) Tidak sedang menjalani pidana penjara.
7.) Putra desa atau terdaftar 2 tahun sebagai penduduk desa tanpa terputus.
8.) Sehat jasmani dan rohani.
9.) Ijazah minimal SLTP sederajat.
Jadi, sistem administrasi masyarakat di tingkat desa di Indonesia sudah memiliki
tata struktur yang baik dari mulai adanya kepala desa sampai staf-staf pembantu
kepala desa. Hampir di seluruh desa dalam wilayah Indonesia menerapkan sistem
pemerintahan desa yang sama antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain,
dan antara desa yang satu dengan desa yang lain, sehingga tatanan pemerintahan
di tingkat desa bisa berjalan dengan baik dan tersistem.

2.2 Hak, Wewenang, dan Kewajiban Perangkat Desa


Perangkat desa merupakan seperangkat warga desa yang bekerja di balai
desa. Ada berbagai macam jabatan di dalam perangkat desa yaitu; kepala desa,
sekretaris desa, bendahara desa, Badan Permusyawaratan Desa (BPD), ketua
RT/RW, dan sebagainya.
2.1.1 Kepala Desa
Hak, wewenang, dan kewajiban kepala desa dibagi dua jenis golongan
besar yaitu hak, wewenang, dan kewajiban kepala desa di bidang penyelenggaraan
rumah tangga desa dan hak, wewenang, dan kewajiban kepala desa di bidang
tugas pembantuan.
2.2.1. Hak, wewenang, dan kewajiban kepala desa di bidang penyelenggaraan
rumah tangga desa meliputi yaitu:
1. Bidang pemerintahan
a. Menetapkan keputusan desa bersama LMD.
b. Menetapkan keputusan kepala desa.
c. Membina LMD.
d. Melaksanakan Anggaran Penerimaan dan Pengeluaran Keuangan Desa
(APPKD).
e. Mengusulkan calon sekretaris desa.
f. Mengusulkan calon kepala urusan.
g. Membina perangkat desa.
h. Menyelenggarakan rapat-rapat desa.
i. Mengendalikan jumlah penduduk desa.
j. Melayani tamu desa (pemerintah dan masyarakat).
k. Membina RT dan RK.
l. Pertanggung jawaban terhadap LMD.
m. Mendata kekayaan desa.
n. Mengawasi pertanahan desa (perkuburan, mutasi).
o. Berkonsultasi dengan bidangnya mengenai hal-hal teknis yang menyangkut
pembangunan dan pengembangan desa.

2. Bidang pembangunan
a. Memelihara pekerjaan umum desa, misalnya:
– Jalan
– Jembatan
– Kegotongroyongan
– Pasar
– Air bersih
– Rumah ibadah dan lain-lain.
b. Peningkatan tahap desa.
c. Pembinaan rumah jompo dan yatim piatu.
d. Membina partisipasi pembangunan LMD.
e. Mebina kerukunan beragama.
f. Peningkatan kecerdasan warga desa.
g. Membina pengembangan berbagai kegiatan, misalnya:
– Pramuka
– Karang taruna
– PKK
– Majelis taklim dan lain-lain.
h. Membina potensi ekonomi desa.
i. Membina perkoperasian.
j. Memonitor perkembangan harga.
k. Menjaga kelancaran hasil produksi.
l. Memanfaatkan sumber daya alam.
m. Melestarikan lingkungan hidup serasi.
n. Meningkatkan keterampilan warga desa, misalnya:
– Kelompok Tani
– Mitra Cai
– Kelompok Pendengar
– Perindustrian dan lain-lain.
o. Menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat.

2.2.2. Hak, wewenang, dan kewajiban kepala desa di bidang tugas pembantuan
meliputi yaitu:

1. Bidang Pembantuan Program Pemerintah Pusat


a. Pelaksanaan KB.
b. Pelaksanaan Bimas.
c. Pelaksanaan inpres SD dan madrasah.
d. Pelaksanaan kesehatan.
e. Pelaksanaan santunan fakir miskin.
f. Pelaksanaan koperasi.
g. Pelaksanaan Koran Masuk Desa.
h. Pelaksanaan penghijauan.
i. Pelaksanaan Inpres bantuan desa.
j. Pelaksanaan bantuan presiden.
k. Pelaksanaan MTQ.
l. Pelaksanaan wajib belajar.
m. Pelaksanaan transmigrasi.
n. Pelaksanaan padat karya.
o. Pelaksanaan pembinaan generasi muda.
p. Pelaksanaan pembinaan peranan wanita.
q. Pelaksanaan permukiman kembali.
2. Membina persatuan, kesatuan, dan kerukunan bangsa, misalnya kerukunan
umat beragama, meliputi:
a. Umat beragama dengan pemerintah.
b. Antar umat beragama (Islam, Kristen, Budha, Hindu).
c. Sesama umat beragama dalam satu aqidah.
Untuk memperlancar jalannya pemerintahan desa dalam setiap desa dibentuklah
dusun yang dikepalai oleh kepala dusun sesuai dengan pedoman yang ditetapkan
Menteri Dalam Negeri. Jadi, kepala dusun adalah unsure pelaksana tugas kepala
desa dengan wilayah kerja tertentu. Sedangkan dalam wilayah kelurahan dibentuk
lingkungan yang dikepalai oleh kepala lingkungan sebagai unsur pelaksana tugas
kepala kelurahan (lurah) dengan wilayah kerja tertentu pula.

2.1.2. Sekretaris Desa


Sekretaris desa bertugas membantu kepala desa di bidang pembinaan
administrasi dan memberikan pelayanan teknis administrasi kepala seluruh
perangkat desa. Pada umumnya, tugas sekretaris desa adalah menulis surat dan
mengatur dan menyimpan dokumen penting dari surat yang dikeluarkan oleh
kelurahan dan surat yang diterima kelurahan atas persetujuan kepala desa.
Sekretaris desa selalu menggantikan posisi kepala desa secara sementara apabila
kepala desa sedang ada tugas keluar kota atau tuntutan yang lain yang
mengharuskan kepala desa tidak berada di tempat (kelurahan), sehingga kapan
saja warga desa membutuhkan surat atau keterangan apapun dari desa atau
kelurahan setempat, bisa secara langsung ditangani oleh sekretaris desa. Hal itu
dapat disimpulkan bahwa dengan adanya sekretaris desa, maka jalannya perangkat
desa tetap berjalan dengan lancar walaupun kepala desa sedang tidak ada ditempat
(balai desa).

2.1.3. Bendahara Desa


Bendahara desa diarahkan pada upaya mewujudkan pengelolaan keuangan
desa yang tertib dan dapat dipertanggungjawabkan serta mengacu pada Pedoman
Administrasi Keuangan Desa. Tugas dan wewenang bendahara desa yaitu:
a.) Memimpin dan menyelenggarakan kegiatan pengelolaan keuangan desa
yang meliputi penerimaan, pengeluaran dan pembukuan
b.) Mengeluarkan uang atas persetujuan Kepala Desa
c.) Membagi tugas diantaraa wakil bendahara dan anggota pengurus bendahara
lainnya.
d.) Mengkoordinasikan pelaksanaan tugas yang dilakukan oleh wakil bendahara
e.) Memberikan saran dan pertimbangan yang dipandang perlu kepada ketua/
wakil ketua baik diminta maupun tidak diminta
f.) Menyiapkan bukti-bukti penerimaan dan pengeluaran yang sah sesuai
dengan ketentuan ysng berlaku. Untuk diverifikasi satu kali dalam satu tahun atau
sewaktu-waktu diperlukan.

2.1.4. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)


Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan lembaga perwujudan
demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Anggota BPD adalah wakil
dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah. BPD
mempunyai tugas dan wewenang yaitu:
a.) Membahas rancangan Peraturan Desa bersama Kepala Desa
b.) Melaksanakan pengawasan terhadap pelaksanaan Peraturan Desa dan
Peraturan Kepala Desa
c.) Mengusulkan pengangkatan dan pemberhentian Kepala Desa
d.) Membentuk panitia pemilihan Kepala Desa
e.) Menggali, menampung, menghimpun, merumuskan dan menyalurkan aspirasi
masyarakat
f.) Member persetujuan pemberhentian/ pemberhentian sementara perangkat
desa
g.) Menyusun tata tertib BDP
BPD juga mempunyai hak yaitu:
a.) Meminta keterangan kepada Pemerintah Desa
b.) Menyatakan pendapat
Sedangkan anggota BPD mempunyai hak yaitu:
a.) Mengajukan rancangan Peraturan Desa
b.) Mengajukan pertanyaan
c.) Menyampaikan usul dan pendapat
d.) Memilih dan dipilih
e.) Memperoleh tunjangan

2.1.5. Ketua RT dan RW


RT/RW mempunyai tugas membantu pemerintah desa dan lurah dalam
penyelenggaraan urusan Pemerintah. RT/RW dalam melaksanakan tugasnya
mempunyai fungsi yaitu:
a.) Pendataan kependudukan dan pelayanan administrasi pemerintahan lainnya
b.) Pemeliharaan keamanan, ketertiban dan kerukunan hidup antar warga
c.) Pembuatan gagasan dalam pelaksanaan pembangunan dengan
mengembangkan aspirasi dan swadaya murni masyarakat
d.) Penggerak swadaya gotomg royong dan partisipasi rakyat masyarakat di
wilayah lainnya.
Jadi, hak, wewenang, dan kewajiban dari perangkat desa sudah dibagi sedemikian
rupa sesuai dengan kedudukan jabatan masing-masing agar pelaksanaan tatanan
administrasi di tingkat desa berjalan dengan baik, tertata, dan tidak menyimpang
dari hukum yang berlaku.

2.3 Sumber Keuangan Desa


Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana secara
optimal apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti dengan pemberian
sumber-sumber penerimaan yang cukup kepada daerah, dengan mengacu kepada
Undang-Undang yang mengatur Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat
dan Pemerintahan Daerah, dimana besarnya disesuaikan dan diselaraskan dengan
pembagian kewenangan antara Pemerintah dan Daerah. Semua sumber keuangan
yang melekat pada setiap urusan pemerintah yang diserahkan kepada daerah
menjadi sumber keuangan daerah.
Daerah diberikan hak untuk mendapatkan sumber keuangan yang antara
lain berupa kepastian tersedianya pendanaan dari Pemerintah sesuai dengan
urusan pemerintah yang diserahkan. Kewenangan memungut dan
mendayagunakan pajak dan retribusi daerah dan hak untuk mendapatkan bagi
hasil dari sumber-sumber daya nasional yang berada di daerah dan dana
perimbangan lainnya. Hak untuk mengelola kekayaan daerah dan mendapatkan
sumber-sumber pendapatan lain yang sah serta sumber-sumber pembiayaan. B
Dengan pengaturan tersebut, dalam hal ini pada dasarnya pemerintah menerapkan
prinsip uang mengikuti fungsi. Di dalam Undang-Undang yang mengatur
Keuangan Negara, terdapat penegasan di bidang pengelolaan keuangan, yaitu
bahwa kekuasaan pengelolaan keuangan negara adalah sebagai bagian dari
kekuasaan pemerintahan, dan kekuasaan pengelolaan keuangan negara dari
presiden sebagian diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala
pemerintah daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah
daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan.
Ketentuan tersebut berimplikasi pada pengaturan pengelolaan keuangan daerah,
yaitu bahwa Kepala daerah (gubernur/bupati/walikota) adalah pemegang
kekuasaan pengelolaan keuangan daerah dan bertanggungjawab atas pengelolaan
keuangan daerah sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan daerah. Dalam
melaksanakan kekuasaannya, kepala daerah melimpahkan sebagian atau seluruh
kekuasaan keuangan daerah kepada para pejabat perangkat daerah. Dengan
demikian pengaturan pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan daerah
melekat dan menjadi satu dengan pengaturan pemerintahan daerah, yaitu dalam
Undang-Undang mengenai pemerintahan daerah. Sumber pendapatan desa antara
lain:
1.) Pendapatan Asli Daerah (PAD), yang meliputi: (a) hasil pajak daerah; (b) hasil
retribusi daerah; (c) hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan (d)
lain-lain PAD yang sah.
2.) Dana perimbangan yang meliputi: Dana bagi hasil, dana alokasi umum, dan
dana alokasi khusus
3.) Hibah dan sumbangan dari pihak ke tiga yang tidak mengikat. APB Desa
terdiri atas bagian pendapatan desa, belanja desa dan pembiayaan. Rancangan
APB Desa dibahas dalam musyawarah perencanaan pembangunan desa. Kepala
desa bersama BPD menetapkan APB Desa setiap tahun dengan peraturan desa
4.) Bantuan keuangan dari pemerintah, pemerintah provinsi, dan pemerintah
kabupaten/kota dalam rangka pelaksanaan urusan pemerintahan.
Pemerintah daerah dapat melakukan pinjaman yang berasal dari penerusan
pinjaman hutang luar negeri dari Menteri Keuangan atas nama Pemerintah pusat
setelah memperoleh pertimbangan Menteri Dalam Negeri. Pemerintah daerah
dapat melakukan penyertaan modal pada suatu Badan Usaha Milik Pemerintah
dan/atau milik swasta. Pemerintah daerah dapat memiliki BUMD yang
pembentukan, penggabungan, pelepasan kepemilikan, dan/atau pembubarannya
ditetapkan dengan Perda yang berpedoman pada peraturan perundangundangan.
Anggaran pendapatan dan belanja daerah ( APBD) adalah rencana keuangan
tahunan pemerintahan daerah yang ditetapkan dengan peraturan daerah. APBD
merupakan dasar pengelolaan keuangan daerah dalam masa 1 (satu) tahun
anggaran terhitung mulai 1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember. Kepala
daerah mengajukan rancangan Perda tentang APBD disertai penjelasan dan
dokumen-dokumen pendukungnya kepada DPRD untuk memperoleh persetujuan
bersama. Rancangan Perda provinsi tentang APBD yang telah disetujui bersama
dan rancangan Peraturan Gubernur tentang penjabaran APBD sebelum ditetapkan
oleh Gubernur paling lambat 3 (tiga) hari disampaikan kepada Menteri Dalam
Negeri untuk dievaluasi. Rancangan Perda kabupaten/kota tentang APBD yang
telah disetujui bersama dan rancangan Peraturan Bupati/Walikota tentang
Penjabaran APBD sebelum ditetapkan oleh Bupati/Walikota paling lama 3 (tiga)
hari disampaikan kepada Gubernur untuk dievaluasi.
Semua penerimaan dan pengeluaran pemerintahan daerah dianggarkan dalam
APBD dan dilakukan melalui rekening kas daerah yang dikelola oleh Bendahara
Umum Daerah. Penyusunan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pengawasan
dan pertanggungjawaban keuangan daerah diatur lebih lanjut dengan Perda yang
berpedoman pada Peraturan Pemerintah.
Jadi, sumber keuangan desa tidak hanya didapat dari iuran warga desa setempat
melainkan sumber keuangan desa juga mendapat sumbangan dari Pendapatan Asli
Daerah (PAD), dana perimbangan, dana hibah, bantuan keuangan dari pemerintah,
dan lain-lain.

2.4 Kondisi yang diharapkan


Dilihat dari perkembangan Negara kita Republik Indonesia sejak Proklamasi
kemerdekaan sampai sekarang ini tergambar bahwa hubungan pemerintahan pusat
dan pemerintahan daerah telah mengalami Perubahan- perubahan, baik ditinjau
dari segi keuangan maupun ditinjau dari segi pengawasan dan pembangunan.
Suatu kenyataan bahwa pemberian sebagai kewenangan atas pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah merupakan langkah awal dalam rangka mempercepat
pembangunan daerah. Hal ini terjadi karena kedekatan pemerintah daerah dengan
masyarakat yang merupakan suatu faktor yang menunjang dalam pembangunan
daerah. Pemerintahan daerah diberi kewenangan yang cukup besar dalam
kerangka Otonomi Daerah, sebagaimana yang diatur dalam Undan-undang Nomor
22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan diperbaharui oleh Undang-
undang Nomor 32 tahun 2004. Adapun tujuan pemberian otonomi daerah kepada
daerah adalah untuk memungkinkan daerah yang bersangkutan mengatur dan
mengurus rumah tangganya sendiri untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna
penyelenggaraan pemerintahan daerah dalam rangka pelayanan kepada
masyarakat dan pelaksanaan pembangunan. Untuk melaksanakan tujuan tersebut
makakepala daerah diberi kewenangan untuk melaksanakan berbagai urusan
pemerintah sebagai urusan rumah tangga sendiri.
Dalam melaksanakan pemerintahan daerah yang dititik beratkan pada daerah
kabupaten dan kota bahwa desa merupakan pemerintahan terendah dibawah
Camat yang mempunyai hak penyelenggaraan rumah tangganya sendiri dalam
ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) yang sangat menentukan
keberhasilan pelaksanaan pemerintahan daerah tersebut, karena desa memiliki hak
Otonomi asli yang berdasarkan asal usul desa sebagaimana yang tercantum dalam
Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 dan kep. Mendagri Nomor 634 Tahun
2004 tentang penyelenggaraan pemerintah desa. Dalam melaksanakan tugas
pokok, fungsi dan tanggung jawabnya, maka pemerintahan daerah harus
memperhatikan pelaksanaan administrasi pemerintahan daerah itu sendiri, yang
dilaksanakan untuk mengelola segenap kegiatan pemerintah, pembangunan dan
pelayanan kepada Masyarakat Desa, karena keberhasilan pembagunan pedesaan
akan sangat ditentukan oleh terciptanya tertib administrasi pemerintahan desa
yang baik. Terdapat dalam pasal 3 Peraturan Daerah Kabupaten Pelalawan Nomor
38 Tahun 2002, menjelaskan bahwa :
1. Pelaksanaan pembinaan masyarakat desa
2. Pelaksanaan pembinaan perekonomian desa
3. Pemeliharaan ketentraman dan ketertiban masyarakat di desa
4. Pelaksanaan musawarah penyelesaian perselisihan masyarakat di desa
5. Penyusunan dan pengajuan rancangan peraturan desa dan menetapkannya
sebagai peraturan desa dengan persetujuan badan permusyawaratan desa (BPD)

Administrasi pemerintahan desa harus dilaksanakan dengan baik sehingga mampu


mendukung pelaksanaan kegiatan penbangunan dan pelayanan kepada masyarakat
desa. Pengelolaan dan peningkatan serta pembangunan administrasi pemerintahan
desa diharapkan dapat menunjang kelancaran pelaksanaan Tugastugas
administrasi yang dibebankan kepada pemerintahan desa. Dalam struktur
pemerintahan desa terdapat seperangkat aparat yang memiliki tugas untuk
melaksanakan administrasi pemerintahan sebagai suatu komponen
penyelenggaraan Tugas-tugas pemerintah desa. Dalam rangka mempercepat
pertumbuhan dan pembangunan masyarakat desa dan pada gilirannya dapat
menunjang keberhasilan pelaksanaan pemerintahan desa. Perangkat pemerintahan
desa dalam organisasi dan tata kerja pemerintah desa yang dimaksud adalah :
1. Badan Permusyawaratan Desa
2. Kepala Desa
3. Sekretaris Desa
4. Kepala Urusan Sebagai pemimpin pemerintah desa.
Kepala desa mempunyai tugas dan kewajiban sesuai dengan peraturan Pemerintah
Nomor 76 Tahun 2001 Yaitu :
1. Memimpin Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
2. Membina kehidupan Masyarakat Desa
3. Membina Perekonomian Desa
4. Memelihara ketentraman dan ketertiban Masyarakat Desa
5. Mendamaikan perselisihan Masyarakat Desa
6. Mewakili desa didalam dan diluar pengadilan dan dapat menunjuk kuasa
hukumnya. Berhubung pemerintahan desa beserta perangkatnya menjadi penentu
dan merupakan barisan terdepan dalam melaksanakan dan mensukseskan program
pemerintah, pembangunan dan pelayanan pada masyarakat desa maka diharapkan
perangkat desa tersebut memiliki kemampuan dan berperan aktif dalam
melaksanakan administrasi pemerintahan desa, maka administrasi pemerintahan
desa ini harus semakin meningkat agar pembangunan sistim administrasi
pemerintahan desa semakin baik pula, khususnya dalam upaya mewujudkan desa
yang mampu berfungsi sebagai sumber data dan informasi bagi semua kegiatan
pemerintah dan pembangunan. Mengingat administrasi pemerintahan tersebut
mempunyai arti yang sangat penting sebagai sumber data statistik dan informasi
mengenai masalah kependudukan dan masalah sosial ekonomi masyarakat desa,
yang kemudian menjadi segala sumber data dan informasi pula bagi
penyelengaraan kegiatan pemerintah dan pembangunan nasional, maka penataan
desa sudah selayaknya mendapat perhatian utama terutama data yang termuat
dalam buku registrasi desa
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
(1) Sistem administrasi masyarakat di tingkat desa di Indonesia sudah memiliki
tata struktur yang baik dari mulai adanya kepala desa sampai staff-staff pembantu
kepala desa. Hampir di seluruh desa dalam wilayah Indonesia menerapkan sistem
pemerintahan desa yang sama antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain,
dan antara desa yang satu dengan desa yang lain, sehingga tatanan pemerintahan
di tingkat desa bisa berjalan dengan baik dan tersistem.
(2) Hak, wewenang, dan kewajiban dari perangkat desa sudah dibagi sedemikian
rupa sesuai dengan kedudukan jabatan masing-masing agar pelaksanaan tatanan
administrasi di tingkat desa berjalan dengan baik, tertata, dan tidak menyimpang
dari hukum yang berlaku.
(3) Sumber keuangan desa tidak hanya didapat dari iuran warga desa setempat
melainkan sumber keuangan desa juga mendapat sumbangan dari Pendapatan Asli
Daerah (PAD), dana perimbangan, dana hibah, bantuan keuangan dari pemerintah,
dan lain-lain.

3.2 Saran
(1) Untuk kepala desa
Bagi kepala desa disarankan untuk menjadi pemimpin yang baik (tidak
menyalahgunakan jabatan) dan dapat mengayomi bawahannya serta ikut berperan
aktif dalam pembangunan desa demi terwujudnya kemajuan desa.
(2) Untuk sekretaris desa
Bagi sekretaris desa disarankan untuk menjadi sekretaris yang jujur, dan tidak
memanfaatkan jabatannya ketika kepala desa sedang tidak ditempat.
(3) Untuk bendahara desa
Bagi bendahara desa disarankan untuk menjadi bendahara yang adil dalam
mengatur keuangan dan tidak menyalahgunakan pembuatan laporan dengan
unsur-unsur Kolusi Korupsi Nepotisme (KKN).
(4) Untuk Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Bagi Badan Permusyawaratan Desa (BPD) disarankan untuk tidak membeda-
bedakan lapisan elemen masyarakat sehingga, dituntut adil dalam member
pelayanan kepada warga desa setempat.
(5) Untuk ketua RT dan RW
Bagi ketua RT dan RW disarankan agar bisa mengatur warga desanya dengan
baik dalam hal kegiatan desa sehingga diharapkan untuk mengaktifkan kembalai
adanya karang taruna.
(6) Untuk warga desa
Bagi warga desa disarankan untuk kiat berpartisipasi dalam setiap kegiatan yang
ada di desa dan senantiasa ikut serta dalam memelihara keamanan dan
menciptakan kerukunan antar warga.

DAFTAR PUSTAKA

Syafiie, Inu Kencana. 1997. Ilmu administrasi publik. Jakarta: Rineka cipta.
http://id.m.wikipedia.org/wiki/Desa, diakses 23 November 2011
http://dwpprovjatim.blogspot.com/2009/06/bendahara.html, diakses 23 November
2011
http://desapurwa.blogspot.com/2011/05/kedudukan-fungsi-tugas-dan-wewenang
bpd.html, diakses 23 November 2011
http://desapurwa.blogspot.com/2011/05/tugas-dan-fungsi-lembaga
kemasyarakatan.html, diakses 23 November 2011

Anda mungkin juga menyukai