Anda di halaman 1dari 12

TINDAK PIDANA KORUPSI

PENGERTIAN DAN AWAL MULA TERJADINYA KORUPSI

Dibuat Oleh:

Gabe Horas Silalahi

Npm : 190710015

PROGRAM ILMU HUKUM

FAKULTAS ILMU SOSIAL & HUMANIORA

UNIVERSITAS PUTERA BATAM

2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI.......................................................................................................................
KATA PENGANTAR........................................................................................................
BAB I...................................................................................................................................
PENDAHULUAN...............................................................................................................
A. Latar Belakang...................................................................................................
B. Rumusan Masalah..............................................................................................
BAB II.................................................................................................................................
PEMBAHASAN.................................................................................................................
A. Pengertian Korupsi............................................................................................
B. Awal Mula Terjadinya Korupsi........................................................................
BAB III...............................................................................................................................
A. Kesimpulan.........................................................................................................
PENUTUP...........................................................................................................................

ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada khadirat tuhan semesta alam yang telah memberikan Kesehatan serta
anugrahnya sehingga penulis dalam hal ini dalam menyelesaikan sebuah karya tulis berjudul
“PENGERTIAN DAN AWLMULA TERJADINYA KORUPSI” Sebagai pemenuhan tugas
mandiri hukum perusahaan.

Penulis tidak lupa berterima kasih kepada pembimbing bapak Moh. Andika Surya
Lebang, S.H, M.H . Yang telah membimbing penulis mengarahkan dan memberikan motivtasi
untuk dapat menyelesaikan karya tulis ini. Serta tidak lupa penulsi meminta kritik dan saran
terkait kelebihan serta kekurangan dari hasil karya tulis ini dengan memaklumi kemampuan diri
penulis agar dapat berkembang menjadi lebih bagi di masa depan.

Batam, 23 Juli 2022

Gabe Horas Silalahi

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latarbelakang
Kemajuan suatu negara sangat ditentukan oleh kemampuan dan keberhasilannya dalam
melaksanakan pembangunan. Indonesia merupakan salah satu negara terkaya di Asia
dilihat dari keanekaragaman kekayaan sumber daya alamnya. Tetapi ironisnya, negara
tercinta ini dibandingkan dengan negara lain di kawasan Asia bukanlah merupakan
sebuah negara yang kaya malahan termasuk negara yang miskin. Itu semua terjadi karena
rapuhnya moral dan rendahnya tingkat kejujuran dari aparat penyelenggara negara
menyebabkan terjadinya korupsi. Korupsi di Indonesia sudah merupakan penyakit social
yang sangat berbahaya yang mengancam semua aspek kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.
Korupsi telah mengakibatkan kerugian materil keuangan negara yang sangat besar.
Namun yang lebih memprihatinkan lagi adalah terjadinya perampasan dan pengurasan
keuangan negara yang dilakukan secara kolektif oleh kalangan anggota legislatif dengan
dalih studi banding, THR, uang pesangon dan lain sebagainya di luar batas kewajaran.
Bentuk perampasan dan pengurasan keuangan negara demikian terjadi hampir di seluruh
wilayah tanah air. Hal itu merupakan cerminan rendahnya moralitas dan rasa malu warga
indonesia, sehingga yang menonjol adalah sikap kerakusan. Maka dari itu korupsi harus
di berantas, jika kita tidak dapat memberantas korupsi, atau paling tidak mengurangi
sampai pada titik nadir yang paling rendah. maka jangan harap Negara ini akan mampu
mengejar ketertinggalannya dibandingkan negara lain untuk menjadi sebuah negara yang
maju, jika korupsi masih kerap terjadi di indonesia. Karena korupsi akan membawa
dampak negatif yang cukup luas dan dapat membawa negara ke jurang kehancuran.
Namun, Pada saat ini ada indikasi terjadinya sikap apatis masyarakat terhadap tindakan
korupsi. Masyarakat seakan telah jenuh dan terbiasa dengan kasus-kasus korupsi yang
mencuat kepermukaan. Tidak ada sanksi moral dari masyarakat terhadap para koruptor.
Bahkan, secara tak langsung budaya korupsi telah merajalela ditengah-tengah kehidupan

iv
masyarakat. Pada setiap aspek kehidupan, selalu ditemui budaya korupsi yang telah
mengakar dan menjadi kebiasaan lumrah setiap orang.
Masyarakat harus sadar bahwa uang yang dikorupsi oleh para koruptor merupakan uang
rakyat. Uang rakyat tersebut seharusnya mampu meningkatkan kesejahteraan rakyat,
membiayai pendidikan, kesehatan, membuka lapangan pekerjaan dan pembangunan
infrastruktur seperti jalan, jembatan, listrik, air dan lain-lain. Masyarakat harus
mengetahui besarnya akibat yang ditimbulkan dari perbuatan korupsi tersebut,
pendidikan menjadi mahal, begitu juga dengan pelayanan kesehatan, transportasi menjadi
tidak aman, rusaknya infrastruktur dan yang paling berbahaya adalah meningkatnya
angka pengangguran sehingga berkolerasi kepada angka kriminalitas.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang kami dapatkan yaitu sebagai berikut:

1)      Apa itu korupsi?


2)      Bagaimana gambaran umum korupsi serta jenis-jenisnya?
3)      Dari mana awal mulanya sehingga terjadi korupsi?
4)      Bagaimana persepsi masyarakat tentang korupsi?
5)      Bagaimana fenomena korupsi di indonesia?
6)      Apa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya korupsi?
7)      Bagaimana peran pemerintah dan masyarakat dalam memberantas korupsi?

8)     Upaya apa yang dapat di tempuh dalam pemberantasan korupsi

v
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Korupsi
Kata Korupsi berasal dari bahasa latin, Corruptio-Corrumpere yang artinya busuk, rusak,
menggoyahkan, memutar balik atau menyogok. Arti harfiahnya adalah Kebusukan,
keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat di suap, Tidak bermoral, penyimpangan dari
kesucian. Maka dapat disimpulkan korupsi merupakan perbuatan curang yang merugikan
Negara dan masyarakat luas dengan berbagai macam modus. [1]
Banyak para ahli yang mencoba merumuskan korupsi, yang jika dilihat dari struktur
bahasa dan cara penyampaiannya yang berbeda, tetapi pada hakekatnya mempunyai
makna yang sama. Kartono (1983) memberi batasan korupsi sebagai tingkah laku
individu yang menggunakan wewenang dan jabatan guna mengeduk keuntungan pribadi,
merugikan kepentingan umum dan negara. Jadi korupsi merupakan gejala salah pakai dan
salah urus dari kekuasaan, demi keuntungan pribadi, salah urus terhadap sumber-sumber
kekayaan negara dengan menggunakan wewenang dan kekuatan-kekuatan formal untuk
memperkaya diri sendiri.
Wertheim dalam Lubis, 1970 menyatakan bahwa seorang pejabat dikatakan melakukan
tindakan korupsi bila ia menerima hadiah dari seseorang yang bertujuan
mempengaruhinya agar ia mengambil keputusan yang menguntungkan kepentingan si
pemberi hadiah. Kadang-kadang orang yang menawarkan hadiah dalam bentuk balas jasa
juga termasuk dalam korupsi. Selanjutnya, Wertheim menambahkan bahwa balas jasa
dari pihak ketiga yang diterima atau diminta oleh seorang pejabat untuk diteruskan
kepada keluarganya atau kelompoknya atau orang-orang yang mempunyai hubungan
pribadi dengannya, juga dapat dianggap sebagai korupsi. Dalam keadaan yang demikian,
jelas bahwa ciri yang paling menonjol di dalam korupsi adalah tingkah laku pejabat yang
melanggar azas pemisahan antara kepentingan pribadi dengan kepentingan masyarakat,
pemisaham keuangan pribadi dengan masyarakat.

vi
Menurut perspektif hukum, definisi korupsi di jelaskan dalam 13 pasal ( UU No.31
Tahun 1999 jo. UU No 20 Tahun 2001 ) Merumuskan 30 bentuk / Jenis tindak pidana
korupsi, yang di kelompokkan SBB :

1. Kerugian keuangan negara


2. Suap menyuap
3. Penggelapan dalam jabatan
4. Pemerasan
5. Perbuatan curang
6. Benturan kepentingan dalam pengadaan
7. Gratifikasi

Korupsi adalah penyalahgunaan amanah untuk kepentingan pribadi (Anwar, 2006:10).


Masyarakat pada umumnya menggunakan istilah korupsi untuk merujuk kepada
serangkaian tindakan-tindakan terlarang atau melawan hukum dalam rangka
mendapatkan keuntungan dengan merugikan orang lain. Hal yang paling mengidentikkan
perilaku korupsi bagi masyarakat umum adalah penekanan pada penyalahgunaan
kekuasaan atau jabatan publik untuk keuntungan pribadi.

Dalam mewujudkan keseriusan pemerintah dalam upaya memberantas korupsi, Telah di


keluarkan berbagai kebijakan. Di awali dengan penetapan anti korupsi sedunia oleh PBB
pada tanggal 9 Desember 2004, Presiden susilo Budiyono telah mengeluarkan instruksi
Presiden Nomor 5 tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, yang
menginstruksikan secara khusus Kepada Jaksa Agung Dan kapolri:

1. Mengoptimalkan upaya–upaya penyidikan/Penuntutan terhadap tindak pidana korupsi


untuk menghukum pelaku dan menelamatkan uang negara.
2. Mencegah & memberikan sanksi tegas terhadap penyalah gunaan wewenang yg di
lakukan oleh jaksa (Penuntut Umum)/ Anggota polri dalam rangka penegakan hukum.
3. Meningkatkan Kerjasama antara kejaksaan dgn kepolisian Negara RI, selain denagan
BPKP,PPATK,dan intitusi Negara yang terkait denagn upaya penegakan hukum dan
pengembalian kerugian keuangan negara akibat tindak pidana korupsi

vii
Kebijakan selanjutnya adalah menetapkan Rencana aksi nasional Pemberantasan Korupsi
(RAN-PK) 2004-2009. Langkah – langkah pencegahan dalam RAN-PK di prioritaskan
pada :

1. Mendesain ulang layanan publik .


2. Memperkuat transparasi, pengawasan, dan sanksi pada kegiatan pemerintah yg
berhubungan Ekonomi dan sumber daya manusia.
3. Meningkatkan pemberdayaan pangkat–pangkat pendukung dalam pencegahan korupsi.

B. Awal Mula Terjadinya Korupsi

Korupsi di Indonsia dimulai sejak era Orde Lama sekitar tahun 1960-an bahkan sangat
mungkin pada tahun-tahun sebelumnya. Pemerintah melalui Undang-Undang Nomor 24
Prp 1960 yang diikuti dengan dilaksanakannya “Operasi Budhi” dan Pembentukan Tim
Pemberantasan Korupsi berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 228 Tahun 1967 yang
dipimpin langsung oleh Jaksa Agung, belum membuahkan hasil nyata.

Pada era Orde Baru, muncul Undang-Undang Nomor3 Tahun 1971 dengan Operasi
Tertib yang dilakukan Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban
(Kopkamtib), namun dengan kemajuan iptek, modus operandi korupsi semakin canggih
dan rumit sehingga Undang-Undang tersebut gagal dilaksanakan. Selanjutnya
dikeluarkan kembali Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999.

Upaya-upaya hukum yang telah dilakukan pemerintah sebenarnya sudah cukup banyak
dan sistematis. Namun korupsi di Indonesia semakin banyak sejak akhir 1997 saat negara
mengalami krisis politik, sosial, kepemimpinan, dan kepercayaan yang pada akhirnya
menjadi krisis multidimensi. Gerakan reformasi yang menumbangkan rezim Orde Baru
menuntut antara lain ditegakkannya supremasi hukum dan pemberantasan Korupsi,
Kolusi & Nepotisme (KKN). Tuntutan tersebut akhirnya dituangkan di dalam Ketetapan
MPR Nomor IV/MPR/1999 & Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penye-
lenggaraan Negara yang Bersih & Bebas dari KKN.

vii
Jenis korupsi yang lebih operasional juga diklasifikasikan oleh tokoh reformasi, M.
Amien Rais yang menyatakan sedikitnya ada empat jenis korupsi, yaitu:

1. Korupsi ekstortif, yakni berupa sogokan atau suap yang dilakukan pengusaha
kepada penguasa.

2. Korupsi manipulatif, seperti permintaan seseorang yang memiliki kepentingan


ekonomi kepada eksekutif atau legislatif untuk membuat peraturan atau UU yang
menguntungkan bagi usaha ekonominya.

3. Korupsi nepotistik, yaitu terjadinya korupsi karena ada ikatan kekeluargaan,


pertemanan, dan sebagainya.

4. Korupsi subversif, yakni mereka yang merampok kekayaan negara secara


sewenang-wenang untuk dialihkan ke pihak asing dengan sejumlah keuntungan pribadi.

Diantara model-model korupsi yang sering terjadi secara praktis adalah: pungutan liar,
penyuapan, pemerasan, penggelapan, penyelundupan, pemberian (hadiah atau hibah)
yang berkaitan dengan jabatan atau profesi seseorang.

Jeremy Pope (2007: xxvi) mengutip dari Gerald E. Caiden dalam Toward a General
Theory of Official Corruption menguraikan secara rinci bentuk-bentuk korupsi yang
umum dikenal, yaitu:

1. Berkhianat, subversif, transaksi luar negeri ilegal, penyelundupan.

2. Penggelapan barang milik lembaga, swastanisasi anggaran pemerintah, menipu


dan mencuri.

3. Penggunaan uang yang tidak tepat, pemalsuan dokumen dan penggelapan uang,
mengalirkan uang lembaga ke rekening pribadi, menggelapkan pajak, menyalahgunakan
dana.

ix
4. Penyalahgunaan wewenang, intimidasi, menyiksa, penganiayaan, memberi ampun
dan grasi tidak pada tempatnya.

5. Menipu dan mengecoh, memberi kesan yang salah, mencurangi dan memperdaya,
memeras.

Korupsi dalam sejarah manusia bukanlah hal baru. Ia lahir berbarengan dengan umur
manusia itu sendiri. Ketika manusia mulai hidup bermasyarakat, di sanalah awal mula
terjadinya korupsi. Penguasaan atas suatu wilayah dan sumber daya alam oleh segelintir
kalangan mendorong manusia untuk saling berebut dan menguasai. Berbagai taktik dan
strategi pun dilaksanakan. Perebutan manusia atas sumber daya alam dan politik inilah
awal mula terjadinya ketidakadilan. Padahal kebutuhan untuk bertahan hidup kian
menanjak, tapi kesempatan untuk memenuhinya semakin terbatas. Sejak saat itu
moralitas dikesampingkan. Orientasi hidup yang mengarah pada keadilan berubah
menjadi kehidupan saling menguasai dan mengekploitasi. Di dalam sejarah, kita dapat
menemukan banyak catatan yang terkait dengan kondisi tersebut.
Di India korupsi sudah menjadi permasalahan serius sejak 2300 tahun yang lalu, hal ini
terbukti dengan adanya tulisan seorang perdana menteri Chandragupta tentang 40 cara
untuk mencuri kekayaan negara. Kerajaan China, pada ribuan tahun yang lalu telah
menerapkan kebijakan yang disebut Yang-lien yaitu hadiah untuk pejabat negara yang
bersih, sebagai insentif untuk menekan korupsi. Tujuh abad silam, Dante menyebutkan
bahwa para koruptor akan tinggal di kerak neraka dan Shakespeare mengangkat tema-
tema korupsi dalam berbagai karyanya.
Pada abad ke-14 Abdul Rahman berpendapat bahwa akar korupsi adalah keinginan hidup
bermewah-mewah dikalangan elit pemegang kekuasaan, sehingga mereka menghalalkan
berbagai cara untuk membiayai gaya hidup mereka.
Di Indonesia, korupsi mulai terjadi sejak jaman kerajaan. Bahkan VOC bangkrut pada
awal abad 20 akibat korupsi yang merajalela di tubuhnya. Setelah proklamasi
kemerdekaan, banyak petinggi  Belanda yang kembali ke tanah airnya, posisi kosong
mereka kemudian  diisi oleh kaum pribumi pegawai pemerintah Hindia Belanda yang
tumbuh dan berkembang di lingkungan  koruptor. Kultur korupsi tersebut berlanjut

x
hingga   masa pemerintah Orde Lama. Di awal pemerintahan Orde Baru, Presiden
Soeharto melakukan berbagai upaya untuk memberantas korupsi. Terlepas dari upaya
tersebut, Presiden Soeharto tumbang karena isu korupsi. Perjalanan panjang korupsi telah
membuat berbagai kalangan pesimis akan prospek pemberantasan korupsi, baik di
Indonesia maupun  di berbagai belahan dunia.

Dalam dua dekade terakhir, dunia mulai memandang korupsi sebagai isu penting. 
Berbagai inisiatif untuk memerangi korupsi dilakukan mulai dari  tingkat nasional,
regional hingga level internasional. Pandangan bahwa korupsi mendorong pertumbuhan
ekonomi mulai ditinggalkan banyak kalangan. Korupsi dipandang bukan hanya sebagai
permasalahan moral semata, tetapi sebagai permasalahan multidimensional (politik,
ekonomi, social dan budaya).Perubahan cara pandang dan pendekatan terhadap korupsi,
yang diikuti dengan menjamurnya kerjasama antar bangsa dalam isu ini menyemai
optimisme bahwa perang melawan korupsi adalah perang yang bisa kita menangkan.

xi
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
korupsi merupakan perbuatan curang yang merugikan Negara dan masyarakat
luas dengan berbagai macam modus.
Rakyat kecil yang tidak memiliki alat pemukul guna melakukan koreksi dan
memberikan sanksi pada umumnya bersikap acuh tak acuh. Namun yang paling
menyedihkan adalah sikap rakyat menjadi apatis dengan semakin meluasnya
praktik-praktik korupsi oleh beberapa oknum pejabat lokal, maupun nasional.
Fenomena umum yang biasanya terjadi di negara berkembang contohnya
Indonesia ialah: Proses modernisasi belum ditunjang oleh kemampuan sumber
daya manusia pada lembaga-lembaga politik yang ada. Selalu muncul kelompok
sosial baru yang ingin berpolitik, namun sebenarnya banyak di antara mereka
yang tidak mampu. Mereka hanya ingin memuaskan ambisi dan kepentingan
pribadinya dengan dalih kepentingan rakyat.

xii

Anda mungkin juga menyukai