Anda di halaman 1dari 55

PENERAPAN SAK EMKM SEBAGAI DASAR ANALISA PROFITABILITAS PADA

UMKM USAHA TELUR BAPAK KETUT DANTIK

HALAMAN SAMPUL
OLEH :

NI KETUT DENY SUANTARI

NIM. 1817051148

JURUSAN EKONOMI DAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2022
PENERAPAN SAK EMKM SEBAGAI DASAR ANALISA PROFITABILITAS PADA

UMKM USAHA TELUR BAPAK KETUT DANTIK

Halaman Judul
PROPOSAL

Diajukan kepada

Universitas Pendidikan Ganesha

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan

Program Sarjana Ekonomi

Oleh

Ni Ketut Deny Suantari

NIM 1817051148

PRODI S1 AKUNTANSI

JURUSAN EKONOMI DAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

SINGARAJA

2022

ii
SURAT KETERANGAN PERSETUJUAN UJIAN PROPOSAL

Lembar Persetujuan Pembimbing


Yang bertandatangan di bawah ini adalah para Pembimbing Utama/Pembimbing Pendamping
Mahasiswa, dengan ini menerangkan sebagai berikut :

Nama Mahasiswa : Ni Ketut Deny Suantari


NIM : 1817051148
Program Studi : S1 Akuntansi

Telah selesai menjalani proses bimbingan penulisan Rancangan Proposal sehingga yang
bersangkutan berhak mendaftarkan diri untuk Ujian Proposal.

Demikian surat keterangan ini dibuat untuk dipergunakan sebagaimana mestinya

Pembimbing Utama, Pembimbing Pendamping,

Putu Riesty Madiantini, S. E.,M. Si. I Putu Julianto, S.E., M.Si., Ak.
NIP. 199103302019032015 NIP.198207062014041001

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL.....................................................................................................................i
Halaman Judul.................................................................................................................................ii
Lembar Persetujuan Pembimbing..................................................................................................iii
DAFTAR ISI..................................................................................................................................iv
DAFTAR TABEL...........................................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................................vi
A. Latar Belakang.........................................................................................................................1
B. Identifikasi Masalah..................................................................................................................10
C. Pembatasan Masalah.................................................................................................................10
D. Rumusan Masalah.....................................................................................................................11
E. Tujuan Penelitian.......................................................................................................................11
F. Manfaat Penelitian.....................................................................................................................12
G. Kajian Pustaka..........................................................................................................................12
1. Kajian Teori...........................................................................................................................12
a. Teori Sinyal (Signalling Theory).......................................................................................12
b. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah..................................................................................13
c. Laporan Keuangan.............................................................................................................17
d. Standar Akuntansi..............................................................................................................22
e. Standar Akuntansi Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK EMKM).........................22
f. Profitabilitas.......................................................................................................................27
2. Kajian Penelitian yang Relevan..........................................................................................28
3. Kerangka Berpikir.................................................................................................................35
H. Rancangan Penelitian................................................................................................................37
I. Lokasi Penelitian........................................................................................................................38
J. Jenis dan Sumber Data...............................................................................................................38
K. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data................................................................................40
L. Teknik Analisis Data.................................................................................................................41
M. Uji Keabsahan Data..................................................................................................................43

iv
N. Daftar Rujukan..........................................................................................................................43
Lampiran........................................................................................................................................48

DAFTAR TABEL

Tabel 1...………………………………………………………………………………………….3
Tabel 2……………………………………………………………………………………………4
Tabel 3………………………………………………………………………………………......28

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1..……………………………………………………………………………………….36

vi
A. Latar Belakang

UMKM merupakan bentuk usaha yang tidak dapat dipisahkan dari aktivitas ekonomi

masyarakat. Perdagangan didalamnya merupakan sumber pencaharian bagi banyak orang.

UMKM terus berkembang pesat di Indonesia. Pertumbuhan yang cepat tersebut menjadikan

UMKM sebagai sektor yang memiliki peranan yang penting serta strategis dalam pembangunan

ekonomi. Hal tersebut dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Indonesia sehingga

memilih menggantungkan hidupnya dari UMKM, baik UMKM tradisional maupun modern.

Selain itu adanya UMKM juga dapat menyerap tenaga kerja baik di wilayah desa maupun

perkotaan (Nurul Hidayati, 2016). Kristiyanti dalam (Nurul Hidayati, 2016) mengemukakan

bahwa ketahanan UMKM sudah teruji. Saat terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1998, UMKM

dapat bertahan ditengah guncangan krisis, sementara sektor usaha yang lebih besar sulit bertahan

dan cenderung tumbang karena krisis. Kuatnya pertahanan UMKM disebabkan oleh permodalan

dalam usahanya yang relative kecil dan tidak bergantung pada mata uang asing sehingga UMKM

tidak terpengaruh oleh kondisi fluktuasi mata uang asing seperti perusahaan-perusahaan besar.

Hal tersebut juga menjadi faktor masyarakat hingga kini terus melakukan upaya untuk berinovasi

dalam menciptakan produk UMKM guna bersaing dipasaran. Berdasarkan data kementrian

Koperasi dan UMKM jumlah UMKM pada tahun 2021 mencapai 64,2 juta. Dengan jumlah yang

tinggi tersebut UMKM memberikan sumbangan PDB sebesar 61,07% atau senilai dengan

8.573,89 triliun rupiah. Secara persentase kemampuan UMKM dalam menyerap tenaga kerja

aadalah sebesar 97% dan dapat menghimpun hingga 60,4% dari total keseluruhan investasi

(Limanseto, 2021).

1
UMKM tercipta dalam berbagai sektor usaha, berkembang dan berinovasi sesuai dengan

perkembangan zaman serta kebutuhan masyarakat. Terlebih pada saat situasi pandemi dimana

masyarakat sangat mengutamakan kebutuhan pangan daripada kebutuhan lainnya. Akibat adanya

virus Covid-19 memberikan dampak pada berbagai sektor terutama sektor ekonomi. Pemulihan

ekonomi tentu sangat dibutuhkan dan menjadi sebuah tantangan besar bagi pemerintah.

Pemulihan ekonomi dikatakan dapat dilakukan dengan menjaga ketahanan dan keberlangsungan

pada sektor riil (Pamela, 2020). Hal tersebut disebabkan karena ditengah pandemi Covid-19

masyarakat hanya terfokus dalam pemenuhan pangan maka dengan demikian sektor riil menjadi

kunci pemulihan perekonomian nasional. Sektor riil pangan terdiri dari peternakan, perkebunan,

makanan dasar dan lain sebagainya. Salah satu sub sektor dengan penghasil PDB yang tinggi

adalah peternakan. Menurut (Ermansyah, 2021) dalam Statistik dan Kesehatan Hewan Produk

Domestik Bruto subsektor peternakan tahun 2020 sebesar Rp167,1 Triliun. Angka tersebut

tentunya bukan angka yang kecil. Selain kontribusi PDB nilai ekspor produk peternakan tahun

2020 sebesar US$964,5 juta, angka tersebut meningkat 29,61% dibandingkan tahun sebelumnya

yakni tahun 2019 (Ermansyah, 2021). Badan Pusat Statistik melansir data produksi hasil

peternakan paling tinggi adalah pada perunggasan yaitu produksi telur yang berjumlah 7.309 di

tahun 2020 (Direktorat Statistik Peternakan, 2021). Selain pemeliharaan yang mudah ayam

petelur juga memiliki omset usaha yang cukup tinggi dengan modal yang relative rendah. Namun

usaha peternakan unggas petelur juga memiliki resiko yang cukup tinggi dikarenakan peternak

ayam petelur mesti menyesuaikan harga telur sesuai dengan yang beredar di pasaran. Telur juga

merupakan salah satu makanan pokok masyarakat Indonesia sehingga konsumi yang tinggi juga

menuntut produksi yang tinggi pula.

2
Perkembangan perunggasan di seluruh Indonesia kian berkembang pesat,

pertumbuhannya juga dipengaruhi oleh kondisi perekonomian serta sektor-sektor lainnya. Sebab

pendapatan pada sebuah daerah akan mempengaruhi konsumsi pada daerah tersebut. Seperti

halnya pada provinsi Bali, sektor pariwisata yang terus tumbuh juga memberikan pengaruh pada

sektor lainnya yaitu peternakan. Hal tersebut dikarenakan sektor pariwisata tidak dapat

dipisahkan dengan konsumsi, turis domestik dan mancanegara tentu akan membeli makanan

serta mengkonsumsi makanan ketika mereka berwisata. Terlebih daging dan telur adalah hasil

peternakan yang mudah diolah. Produk ternak unggas juga bias dijadikan beragam olahan

makanan yang bervariasi, masyarakat kelas bawah hingga retoran bintang lima sudah tentu

menyediakan menu makanan berbahan dasar daging ayam dan telur. Peternakan unggas di Bali

sudah muncul sejak sekitar tahun 1975. Bisnis ternak ayam terus berkembang dan menarik minat

masyarakat lokal (Poultry, 2021). Berikut adalah data produksi telur unggas di Provinsi Bali

Tabel 1

Produksi Telur Unggas Provinsi Bali Menurut Kabupaten/Kota (Ton)

Produksi Telur Unggas Provinsi Bali Menurut Kabupaten/Kota (Ton)


Telur Ayam Ras Telur Ayam Buras Telur Itik
Kabupaten/Kota 2018 2019 2020 2018 2019 2020 2018 2019 2020
Kab. Jembrana 301.77 234.37 353.37 110.26 54.44 110.51 298.11 177.90 201.68
10712.8
Kab. Tabanan 4 6018.90 7187.56 267.42 120.13 217.23 418.34 192.26 372.26
Kab. Badung 1112.81 808.92 1546.76 186.78 90.30 172.53 357.27 215.36 446.72
Kab. Gianyar 2462.46 1694.28 2445.12 367.45 184.31 360.64 881.33 463.46 915.52
Kab. Klungkung 473.42 296.00 449.00 93.87 49.21 93.82 250.63 210.64 409.00
17577.8 13947.6 21434.2
Kab. Bangli 4 0 8 237.67 132.15 214.10 207.23 103.93 187.14
Kab. Karangasem 8690.51 3498.72 5186.79 326.74 145.28 283.10 223.21 97.92 192.31
Kab. Buleleng 462.92 291.67 583.35 547.97 273.54 525.20 430.64 237.39 358.37
Kota Denpasar 0.00 0.00 26.04 56.48 30.36 58.02 23.45 14.24 33.79
Provinsi Bali 41794.5 26790.4 39212.2 2194.6 1079.7 2035.1 3090.2 1713.1 3116.7

3
7 6 7 4 2 5 1 0 9
Sumber: Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali (BPS, 2021)

Terlihat pada tabel tersebut terdapat 4 kabupaten dengan produksi telur ayam ras tertinggi

yaitu Kabupaten Bangli, Badung, Tabanan dan Karangasem. Kabupaten Karangasem menempati

posisi keempat dalam data tersebut. Peternakan telur di Kabupaten Karangasem juga didorong

oleh tingkat pendidikan masyarakatnya yang masih rendah sehingga memilih untuk membuka

usaha peternakan yang mudah serta memberikan keuntungan yang cukup untuk memenuhi

kebutuhan ekonomi. Sektor peternakan masuk ke dalam potensi investasi Kabupaten

Karangasem dengan jumlah keseluruhan ternak ayam ras petelur yaitu 1.029.500 ekor dan ternak

ayam ras pedaging sejumlah 1.070.452 ekor (RPI, 2020). Populasi ternak unggas menurut jenis

ternak di setiap kecamatan tahun 2020 adalah sebagai berikut:

Tabel 2
Populasi Ternak Unggas menurut Jenis Ternak di Setiap Kecamatan Tahun 2020

Kecamatan Ayam Ayam Ras Itik


Kampung
Petelor Pedaging
Rendang 47.238 - 160.405 5.356
Sidemen 38.241 - 99.737 9.398
Manggis 62.113 806.000 122.750 1.685
Karangasem 57.024 173.132 67.202 8.775
Abang 97.884 5.555 316 3.403
Bebandem 80.566 10.000 159.850 14.040
Selat 30.456 7.525 38.325 5.488
Kubu 168.359 50 1.329 503
Jumlah 582.021 1.002.262 649.914 48.628
Sumber : Buku Saku Data Potensi Kabupaten Karangasem Tahun 2020 (BPPD Kabupaten

Karangasem, 2021)

4
Kecamatan Manggis menempati urutan teratas pada populasi ayam ras petelur dengan

jumlah 806.000. Yang kemudian kembali tersebar ke dalam masing-masing desa di Kecamatan

Manggis. Potensi yang sangat berharga ini terus berkembang seiring dengan munculnya peluang

serta kebutuhan konsumsi pangan masyarakat kecamatan Manggis. Desa Nyuhtebel merupakan

salah satu desa yang berada di Manggis dengan produksi telur yang tinggi. Desa Nyuhtebel

memiliki populasi warga 2.866 jiwa yang dimana mata pencaharian dominan pada sektor primer

dan sekunder yakni sebagai peternak, buruh tani ternak, dan buruh bangunan mencapai 68% dan

pegawai negeri mencapai 32%. Hal tersebut tentu menjadi faktor utama sektor peternakan sangat

berkembang pesat di desa Nyuhtebel (nyuhtebel.desa.id, 2022). Potensi tersebut kemudian

menumbuhkan UMKM usaha telur yang dimana para peternak kemudian menjualbelikan hasil

ternaknya sendiri. Melakukan distribusi, merawat, serta mengelola secara mandiri. Hal ini juga

dilakukan oleh Bapak Ketut Dantik bersama sang istri Ibu Nirawati. Bapak Ketut Dantik

merupakan peternak ayam ras petelur sejak tahun 2004. Dari observasi awal yang dilakukan

beliau memilih untuk beternak ayam ras petelur dikarenakan modal awal serta resikonya dirasa

lebih rendah dibanding dengan ternak lainnya. Bapak Ketut Dantik memiliki 10.000 ekor ayam

ras petelur yang dapat menghasilkan 8000 butir telur dalam satu hari. Dengan perkiraan

pendapatan sebesar 10 juta rupiah. Pendapatan hanya bias dikira-kira oleh beliau sebab beliau

tidak melakukan pencatatan sama sekali pada tiap-tiap transaksi yang dilakukan.

Beliau juga memaparkan bahwa usahanya tidak berjalan mulus begitu saja. Ternak beliau

sempat diserang virus yang menyebabkan setengah dari ayam yang beliau pelihara mati. Untuk

menghadapi permasalahan usaha tersebut Bapak Ketut Dantik menggunakan dana cadangan

yang sempat dikumpulkan untuk membangkitkan kembali usahanya. Semenjak saat itu beliau

tidak dapat lagi mengumpulkan dana cadangan dikarenakan harga telur yang rendah sementara

5
harga pakan kian meningkat. Hal inilah yang seharusnya diwaspadai. Pengelolaan keuangan

yang sama sekali tidak menggunakan pencatatan membuat Bapak Ketut Dantik tidak dapat

mengetahui secara pasti biaya-biaya serta pendapatan bersih yang ia peroleh dari usahanya.

Terlebih beliau tidak memiliki dana cadangan jika dimasa mendatang mengalami kerugian. Oleh

karena itu pembuatan laporan keuangan sangat dibutuhkan. Laporan keuangan tidak hanya dapat

membantu untuk dapat mengetahui laju profitabilitas usaha tetapi juga dapat digunakan sebagai

dasar serta memberikan gambaran apabila dimasa mendatang memerlukan pinjaman modal dari

pihak ketiga atau pihak eksternal. Oleh karena fungsinya yang digunakan untuk kepentingan

pihak eksternal maka penyusunannya perlu disesuaikan dengan aturan penyusunan laporan

keuangan yang berlaku. Menurut (Wiradnyani, 2021) terdapat pernyataan mengenai tujuan

laporan keuangan pada Exposure Draft Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil dan

Menengah yaitu adalah untuk menyediakan informasi mengenai posisi keuangan serta kinerja

keuangan sebuah entitas yang dapat memberikan manfaat dalam pengambilan keputusan. Terkait

tujuan yang penting tersebut pada tahun 2016 Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan

Akuntan Indonesia melakukan penegsahan Exposure Draft SAK EMKM yang kemudian

dimaksudkan untuk dapat digunakan oleh pelaku UMKM ataupun pemilik entitas tanpa

akuntabilitas publik yang signifikan namun melakukan penerbitan laporan keuangan yang

bertujuan untuk umum bagi penggunanya (Wiradnyani, 2021). Pelaku UMKM diarahkan untuk

menyusun laporan keuangan sesuai dengan SAK EMKM hal tersebut dikarenakan Standar

Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK EMKM) dapat lebih mudah

untuk dipahami oleh pengusaha kecil atau pelaku UMKM sehingga hal tersebut dapat membantu

mengetahui bagaimana kondisi yang sebenarna dari perusahaan mereka serta dapat melakukan

6
pengukuran terhadap kinerja perusahaan yang tengah dijalankan (Widiastiawati & Hambali,

2020).

Pada UMKM kinerja perusahaan yang utama adalah profitabilitas. Sebab Usaha Mikro

Kecil dan Menengah didirikan untuk dapat menghasilkan laba dan memberikan keuntungan guna

memenuhi kebutuhan pelaku usaha. Kinerja perusahaab dalam menghasilkan keuntungan disebut

profitabilitas. Profitabilitas merupakan kemampuan sebuah perusahaan dalam meningkatkan

keuntungan atau laba perusahaan dari hasil operasional perusahaan. Profitabilitas juga

merupakan indikator yang secara langsung menunjang kelangsungan hidup perusahaan

(Tampubolon & Prima, 2020). Menurut Wira (2015) dalam (Parhusip, 2019) Profitabilitas diukur

dengan beberapa indikator yang disesuaikan dengan usaha yang ingin diketahui tingkat

profitabilitasnya. Rasio profitabilitas merupakan rasio yang diperuntukan untuk dapat mengukur

kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan. Terdapat beberapa jenis rasio profitabilitas

yang sering digunakan yaitu net profit margin, return on sales, return on equity, dan return on

assets,dan Return on Equity. Pada UMKM rasio yang sesuai untuk mengukur tingkat

profitabilitasnya adalah Return On Sales. Hal tersebut dikarenakan pada UMKM hanya berfokus

pada penjualan dan laba. Return On Sales merupakan rasio yang diperoleh dari membagi laba

usaha dengan jumlah atau total keseluruhan penjualan. ROS dapat memberikan gambaran tingkat

keuntungan yang ddidapat dari setiap penjualan yang dilakukan. Semakin tinggi tingkat nilai

rasio ROS maka akan semakin baik sebab dapat menunjukkan UMKM menghasilkan laba yang

besar dari penjualan yang dilakukan (Parhusip, 2019).

Pencegahan resiko kerugian dimasa mendatang dapat dicegah dengan lebih kompleks

apabila melakukan pencatatan serta mengukur rasio profitabilitas. Hal tersebut yang penelliti

akan terapkan dalam penelitian ini. Pembuatan laporan keuangan yang sesuai dengan SAK

7
EMKM kemudian melakukan pengukuran kinerja usaha dalam memperoleh laba dengan rasio

profitabilitas Return On Sales. Penelitian dengan topik sejenis sudah beberapa kali dilakukan.

Penelitian yang dilakukan oleh (Lesmana, 2021) dengan judul Penerapan Laporan Keuangan

Berbasis SAK EMKM pada UMKM Telur Asin Mujijaya Di Desa Sigambir Brebes

menghasilkan bahwa UMKM Mujijaya masih melakukan penyusunan laporan keuangan secara

manual meliputi pemasukan dan pengeluaran. Hal serupa juga dihasilkan pada penelitian yang

dilakukan oleh (Suprapti, 2021) yang berjudul Penyusunan Laporan Keuangan Berbasis Sak

Emkm Sebagai Upaya Pengembangan Kinerja Keuangan Umkm (Studi Empiris Pada Ud.

Makmur Jaya Santoso, Desa Slumbung, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar) dimana hasil

penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pemilik belum mengetahui bahwa keberadaan

laporan keuangan sangat penting dan bermnafaat untuk dapat mengetahui perkembangan usaha

dan dapat digunakan untuk menarik pihak eksternal dalam hal pendanaan, peneliti memberikan

solusi untuk melakukan penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan SAK EMKM. (Uno

et al., 2019) melakukan penelitian yang menghasilkan bahwa pencatatan di UMKM Rumah

Karawo sangat sederhana dimana didalamnya hanya meliputi penjualan produk dan pemilik

Rumah Karawo belum menyusun laporan keuangan yang sesuai dengan SAK EMKM yang

disebabkan oleh minimnya pemahaman akan penyusunan laporan keuangan. Penelitian tersebut

berjudul Analisis Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, Dan Menengah

(Sak Emkm) Pada Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (Studi Kasus Pada Rumah Karawo Di

Kota Gorontalo). Penelitian yang dilakukan (Septriana & Vitriyani, 2016) dengan judul

Implementasi Akuntansi Keuangan Berbasis Sak Etap (Studi Kasus Pada Umkm Batik Di Kota

Semarang) menyatakan bahwa persepsi dan pemahaman pengusah UMKM Batik di Kota

Semarang mengenai SAK ETAP nyatanya masih sangat sederhana, hal tersebut disebabkan oleh

8
kurangnya pengetahuan para pelaku usaha mengenai teknis penyusunan laporan keuangan

berdasarkan SAK ETAP. Hal serupa juga dikemukakan oleh (Ismadewi et al., 2017) dalam

penelitiannya Penyusunan Laporan Keuangan Sesuai Dengan Standar Akuntansi Keuangan

Entitas Mikro, Kecil dan Menengah (SAK EMKM Pada Usaha Ternak Ayam Boiler (Studi

Kasus Pada Usaha I Wayan Sudiarsa Desa Pajahan Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan),

bahwa pemilik usaha tersebut masih menerapkan laporan keuangan sederhana dimana hal

tersebut disebabkan oleh faktor SDM, tingkat kompetensi, dan lingkup organisasi yang kecil.

Masih dengan hasil yang sama, penelitian yang dilakukan oleh (Amani, 2018) dengan judul

Penerapan SAK EMKM sebagai dasar penyusunan laporan keuangan UMKM (Studi Kasus di

UD Dua Putri Solehah Probolinggo) menunjukkan bahwa UMKM tersebut belum menerapkan

SAK EMKM pada laporan keuangannya. Selain menunjukkan penyebab penyusunan laporan

keuangan yang masih sederhana, (Wiradnyani, 2021) menunjukkan implikasi pada penerapan

SAK EMKM pada laporan keuangan UMKM, pada penelitian yang dilakukan dengan judul

Penyusunan Laporan Keuangan Berdasarkan SAK EMKM Pada UMKM Jasa Kecantikan Salon

Sandat Bali. Wiradnyani juga menyatakan bahwa setelah dilakukan penyusunan laporan ulang

yang dilakukan dengan berdasarkan SAK EMKM terdapat perbedaan perolehan laba pada

UMKM Jasa Kecantikan Salon Sandat Bali. Hasil penelitian tersebut sama dengan (Apriliani,

2015) dengan judul Penerapan Laporan Keuangan Sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan

Entitas Mikro Kecil dan Menengah (SAK EMKM) Pada Usaha Pengerajin Rotan di Ata Shop

Tenganan (Studi Kasus Pada Bapak I Nyoman Uking Desa Tenganan Kecamatan Manggis

Kabupaten Karangasem). Terdapat perbedaan jumlah perolehan pada tiap-tiap laporan setelah

dilakukan pembuatan laporan keuangan yang sesuai dengan SAK EMKM.

9
Penelitian ini berfokus pada penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil

dan Menengah dan pertumbuhan profitabiltas pada Usaha Telur milik Bapak Ketut Dantik.

Karena berdasarkan observasi awal yang dilakukan, bahwa Bapak Ketut Dantik tidak membuat

laporan keuangan untuk usahanya. Pembuatan laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM

masih belum bisa diterapkan oleh Bapak Ketut Dantik, selain karena menyita waktu beliau juga

menyatakan keterbatasan pengetahuan yang menyebabkan beliau tidak menyusun laporan

keuangan berstandar SAK EMKM. Kebaruan dalam penelitian ini ialah pengukuran profitabilitas

pada UMKM Usaha Telur Bapak Ketut Dantik dengan rasio Return On Sales berdasarkan

Laporan Keuangan yang akan disusun berdasarkan SAK EMKM. Maka dari itu peneliti

mengambil judul penelitian mengenai : “Penerapan SAK EMKM sebagai Dasar Analisa

Profitabilitas pada UMKM Usaha Telur Bapak Ketut Dantik.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasikan masalah

sebagai berikut:

1. Pada Usaha Telur Bapak Ketut Dantik terdapat masalah pada proses pengelolaan

keuangan yang tidak menggunakan laporan keuangan melainkan hanya dengan nota

dimana hal tersebut disebabkan oleh keterbatasan kemampuan pemilik usaha tersebut.

2. Laju pertumbuhan profitabilitas yang tidak dapat diketahui pasti akibat tidak

melakukan pencatatan dalam setiap transaksi yang dilakukan. Terlebih narasumber

mengaku terkadang tidak mendapatkan keuntungan dari usaha yang dijalankan dan

saat ini tidak memiliki dana cadangan.

10
3. Tidak terdapat laporan keuangan sama sekali sebagai wujud pengelolaan keuangan

serta antisipasi risiko keuangan dimasa mendatang.

C. Pembatasan Masalah

Terdapat beberapa penelitian yang mengangkat topik terkait penerapan Standar

Akuntansi Keuangan pada UMKM. Namun penelitian yang dilakukan pada Usaha Telur milik

Bapak Ketut Dantik berfokus pada penerapan SAK EMKM pada laporan keuangan UMKM yang

nantinya dapat digunakan sebagai dasar analisa profitabilitas usaha yang kemudian akan dihitung

menggunakan rumus ROS atau Return on Sales.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas maka permasalahan yang

akan diteliti adalah,

1. Bagaimana penyusunan laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM pada usaha telur

Bapak Ketut Dantik?

2. Bagaimana profitabilitas usaha telur Bapak Ketut Dantik sebelum dan sesudah

penyusunan laporan keuangan?

3. Apa implikasi penyusunan laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM pada Usaha Telur

Bapak Ketut Dantik?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

11
1. Untuk mengetahui penyusunan laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM pada

usaha telur milik Bapak Ketut Dantik.

2. Untuk mengetahui profitabilitas usaha telur Bapak Ketut Dantik sebelum dan sesudah

penyusunan laporan keuangan.

3. Untuk mengetahui implikasi penyusunan laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM

pada usaha telur milik Bapak Ketut Dantik.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa pihak. Adapun

manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran terkait penyusunan laporan

keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil dan

Menengah pada UMKM Usaha Telur Bapak Ketut Dantik serta dapat pula dijadikan

sebagai sumber refrensi bagi penelitian terkait dimasa mendatang.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Usaha Telur Bapak Ketut Dantik, peneliti berharap penelitian ini dapat

digunakan sebagai bahan masukan serta evaluasi dalam menyusun laporan

keuangan yang disesuaikan dengan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro,

Kecil dan Menengah.

b. Bagi Lembaga Universitas Pendidikan Ganesha, penelitian ini diaharapkan dapat

menjadi tambahan kepustakaan serta refrensi bagi mahasiswa.

12
c. Bagi mahasiswa, peneliti berharap penelitian ini kelak dapat memberikan

tambahan wawasan serta ilmu terkait akuntansi keuangan pada UMKM.

G. Kajian Pustaka

1. Kajian Teori

a. Teori Sinyal (Signalling Theory)

Signalling Theory pertama kali digagas oleh Ackerlof, Spence dan Stigliz. Melalui

gagasan Teori sinyal tersebut mereka memperoleh nobel ekonomi pada tahun 2001. Teori Sinyal

dikembangkan pada ilmu ekonomi dan keuangan yang dimana menggunakan informasi yang

tidak sesuai atau asimetris antara pemilik usaha dengan pihak luar atau pihak eksternal. Hal

tersebut dikarenakan pihak manajemen terlalu banyak mengetahui mengenai prospek perusahaan

serta peluang usaha di masa mendatang dibanding dengan investor. Asimetri informasi akan

terjadi apabila manajemen tidak secara utuh memberikan semua informasi yang dapat

memberikan pengaruh pada nilai perusahaan pada di pasar modal (Tillah et al., 2019). Teori

sinyal mengungkapkan tentang motivasi perusahaan untuk melakukan pengungkapan informasi

seperti pencatatan transaksi ataupun laporan keuangan kepada pihak luar yang berkepentingan.

Pengungkapan dilakukan dengan harapan dapat memperoleh respon positif serta memberikan

dampak yang baik bagi entitas dan bagi insentif yang akan diterima. Hubungan keagenan

menjadi dasar yang dapat memberikan pengaruh manajer dalam mengungkapkan secara

sukarela. Pengungkapan yang dilakukan tersebut bertujuan untuk membuat pemegang saham

memiliki keyakinan akan tindakan yang telah dilakukan oleh manajer tersebut telah sejalan

dengan kepentingan dari para pemegang saham. Teori sinyal dapat memberikan gambaran

dorongan kesediaan secara sukarela menyajikan informasi keuanggan sebagai bentuk untuk bisa

13
memperoleh respon yang positif dari pengguna informasi keuangan. Hal tersebut juga dapat

terjadi pada UMKM dimana memahami kebutuhan untuk dapat mendorong adanya pencatatan

laporan keuangan adalah langkah pertama (Kareja et al., 2022).

b. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

1. Definisi UMKM

Banyak pihak yang memiliki kepentingan dengan UMKM sehingga muncul banyak

pendapat pula mengenai definisi atau pengertian UMKM itu sendiri. Salah satunya Badan Pusat

Statistik atau BPS menggolongkan UMKM menjadi empat berdasarkan jumlah tenaga kerja yang

diperkerjakan. Yang pertama yaitu industri rumah tangga jika memiliki tenaga kerja berjumlah

antara 1 hingga 4 orang. Kedua yaitu industri kecil dengan jumlah tenaga kerja antara 5 hingga 9

orang. Ketiga yakni industri sedang atau menengah jika memiliki tenaga kerja dengan jumlah 10

sampai 99 orang. Kemudian terakhir merupakan industri besar jika memiliki jumlah tenaga kerja

lebih dari 100 orang (Budiarto, 2018).

Definisi lainnya yakni berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2021

(Kemudahan, Pelindungan, Dan Pemberdayaan Koperasi Dan Usaha Mikro, Kecil, Dan

Menengah, 2021), usaha mikro merupakan usaha yang produktif milik orang perorangan

dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha mikro sebagaimana diatur dalam

peraturan pemerintah nomor 7. Kemudian Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang

berdiri secara mandiri atau berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan

usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasai, atau menjadi bagian baik secara langsung ataupun tidak langsung dari usaha menengah

atau usaha besar yang memenuhi kriteria. Dan usaha menengah adalah usaha ekonomi yang

14
produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usha yang

bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi

bagian baik langsung ataupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar yang

memenuhi kriteria usaha menengah sebagaimana diatur dalam peraturan pemerintah nomor 7

tahun 2021.

UMKM memiliki beberapa perbedaan dengan perusahaan besar. Pada UMKM,

pengelolaan atau struktur kepemimpinan usahanya dilakukan oleh pemilik sendiri sehingga tidak

dapat dihindarkan dari permasalahan. Pemilik usaha juga bertindak sebaga manajer produksi,

sebagai manajer keuangan, secara bersamaan juga sebagai manajer pemasaran. Hal tersebut yang

memicu pengelolaan usaha pada UMKM juga tidak dapat maksimal. Sebab kemampuan orang

tidak dapat menguasai berbagai hal pada waktu yang bersamaan (Farida, 2016).

2. Potensi UMKM

Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah merupakan sektor usaha yang memiliki

potensi yang sangat besar untuk dapat dikembangkan. Beberapa potensi sektor UMKM yang

dipaparkan oleh (Budiarto, 2018) adalah sebagai berikut:

1) UMKM tidak memiliki banyak ketergantungan pada faktor luar atau eksternal, seperti

krisisi perekonomian dunia, utang dalam valuta asing dan bahan baku yang diimpor

dalam melakukan kegiatan operasionalnya.

2) Waktu produksi atau time lag UMKM yang relatif singkat.

3) Kebutuhan modal pada UMKM terkhusus UMK relatif kecil.

4) Beberapa usaha UMKM adalah kegiatan yang padat karya serta mampu mengasah

kemampuan dan semi skill pekerjanya.

15
5) UMKM dapat menciptakan lapangan kerja baru dengan tingkat biaya modal yang rendah.

6) UMKM memiliki kemampuan forward dan backward linkage antar berbagai sektor.

7) Memiliki peluang yang besar jika dikembangkan dalam adaptasi berbagai teknologi.

8) UMKM dapat mengisi aneka ceruk pasar yang dinilai tidak efisien bagi perusahaan

berukuran besar.

9) UMKM merupakan penopang eksistensi perusaahaan besar.

3. Kendala UMKM di Indonesia

Meskipun memiliki banyak potensi, perjalanan UMKM di Indonesia tidak berjalan

mulus. Banyak hambatan serta kendala internal dan eksternal yang mesti dihadapi pelaku

UMKM. Berikut beberapa kendala yang seringkali muncul dalam UMKM menurut (Wiradnyani,

2021) :

a) Modal

Letak geografis UMKM nyatanya dapat memberikan pengaruh terhadap akses

permodalan. Sekitar 60-70% UMKM belum dapat mengakses perbankan. Selain kendala

tersebut, kendala lainnya juga dalam hal administratif. Manajemen dalam bisnis UMKM

masih dikelola secara manual atau secara tradisional, utamanya dalam hal manajemen

keuangan. Pemilik atau pengelola UMKM belum dapat mengelola keuangan dengan

memisahkan antara uang operasional rumah tangga dan uang untuk usaha.

b) Sumber Daya Manusia (SDM)

Minimnya pengetahuan mengenai teknlogi produksi dan cara untuk melakukan quality

control pada produk yang diproduksi membuat SDM dalam UMKM menjadi salah satu

kendala pengembangan UMKM di Indonesia. Kemampuan pelaku UMKM masih belum

16
mumpuni untuk dapat membaca kebutuhan pasar hal tersebut menyebabkan pelaku

UMKM belum dapat mencermati kebutuhan serta peluang di pasaran. Pemasaran yang

dilakukan oleh sebagian besar UMKM juga masih relatif tradisional, dengan

mengandalkan cara sederhana seperti dari mulut ke mulut. Keterbatasan modal juga

membuat pelaku UMKM tidak dapat memperkerjakan tenaga kerja yang dalam jumlah

banyak dan tenaga kerja yang bersertifikasi.

c) Hukum

Di Indonesia UMKM pada umumnya pelaku usaha masih berbadan hukum perorangan.

d) Akuntabilitas

Akibat minimnya pengetahuan mengenai akuntansi masih banyak pelaku usaha yang

tidak memperhatikan sistem administrasi keuangan bahkan tidak melakukan pencatatan

sama sekali.

e) Iklim Usaha

Koordinasi antara stakeolder UMKM terkait masih belum terjalin dengan baik. Antara

lembaga pemerintah, institusi pendidikan, lembaga keuangan, serta asosiasi usaha masih

sering berjalan sendiri-sendiri. Selain hal itu, lembaga terkait belum menyelesaikan

penanganan dalam aspek legalitas badan usaha dan kelancaran dalam prosedur perizinan,

penataan lokasi usaha, biaya transaksi atau biaya usaha yang masih tinggi, infrastruktur,

serta kebijakan dalam aspek permodalan atau pendanaan untuk UMKM.

f) Infrastruktur

Kurangnya pengetahuan pelaku UMKM, membuat sebagian besar UMKM masih

menggunakan teknologi yang masih sederhana. Selain itu keterbatasan sarana serta

17
prasarana usaha yang berhubungan dengan alat-alat teknologi juga menjadi faktor

lainnya.

g) Akses

Akses yang dimaksud dalam hal ini adalah terkait bahan baku produksi produk UMKM.

Seringkali pelaku UMKM memperoleh bahan baku dengan kualitas yang rendah. Selain

itu sulitnya akses terhadap teknologi juga menjadi salah satu polemik terlebih apabila

pasar dikuasai oleh perusahaan tertentu.

c. Laporan Keuangan

1. Definisi Laporan Keuangan

Menurut IAI, laporan keuangan adalah catatan yang mengandung informasi keuangan sebuah

perusahaan dalam periode akuntansi tertentu yang menggambarkan kinerja dari perusahaan

tersebut. Laporan keuangan yang dibuat tersebut dapat digunakan oleh pihak eksternal seperti

banker, kreditor, pemilik, dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam melakukan analisa kinerja

keuangan serta kondisi perusahaan (Warsadi et al., 2017). Segala aktivitas dan output atau hasil

yang dilaksanakan oleh perusahaan akan tergambarka dalam laporan keuangan. Perusahaan

berkembang menjadi ekselen dalam artian dapat mencapai kinerja yang profit, jaringan luas,

efisien, dan berdaya saing. Beragam prestasi tersebut dapat dilihat dari laporan keuangan. Hal

tersebut menimbulkan tren, dengan tren laporan keuangan yang semakin memburuk tentu saja

bisa menjadi gejala perusahaan akan mengalami kerugian atau gulung tikar. Penyebab kerugian

tersebut dapat ditanyakan pada laporan keuangan itu sendiri. Laporan keuangan adalah satu-

satunya dokumen yang bisa diperoleh untuk dapat mengetahui serta memahami kondisi

perusahaan (Wahyudiono, 2014).

18
2. Tujuan Laporan Keuangan

Dalam APB (Accounting Principles Board) statement No. 4 terdapat tujuan khusus dari

laporan keuangan adalah menyajikan posisi keuangan, hasil dari usaha, serta perubahan posisi

keuangan lainnya secara wajar yang sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum

(Wiradnyani, 2021). Kemudian tujuan umum dari penyajian laporan keuangan adalah sebagai

berikut:

a) Laporan keuangan dapat memberikan informasi yang terpercaya mengenai sumber

daya ekonomi dan kewajiban perusahaan.

b) Laporan keuangan dapat memberikan informasi yang terpercaya mengenai sumber

kekayaan bersih yang bersumber dari kegiatan usaha dalam memperoleh laba.

c) Memberikan kemungkinan untuk dapat menaksirkan potensi perusahaan dalam

memperoleh laba.

d) Memberikan informasi yang diperlukan lainnya mengenai perubahan aktiva dan

kewajiban.

e) Dapat mengungkapkan informasi relevan lainnya yang diperlukan para pemakai

laporan keuangan.

Menurut pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1 memaparkan bahwa

tujuan dari penyusunan laporan keuangan adalah untuk dapat memberikan informasi tentang

posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas, dimana hal tersebut sangat bermanfaat

bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan yang berkaitan

dengan pengemangan perusahaan. Laporan keuangan menyajikan informasi tentang asset,

19
liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk laba serta kerugian, kontribusi dan distribusi

kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik serta arus kas (Wiradnyani, 2021).

3. Jenis-Jenis Laporan Keuangan

Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia, laporan keuangan

yang lengkap terdiri dari 5 jenis laporan yaitu laporan laba rugi, laporan perubahan modal,

laporan neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan (Wiradnyani, 2021).

a) Laporan laba rugi (Income Statement), laporan ini adalah laporan yang tersusun secara

sistematis mengenai pendapatan dan beban perusahaan dalam suatu periode waktu tertentu.

Laporan laba rugi memuat informasi tentang hasil usaha perusahaan, yakni laba/rugi

bersih, dimana laba/rugi bersih tersebut merupakan hasil dari pendapatan yang dikurangi

degan beban.

b) Laporan perubahan modal (Statement of Owner’s Equity) merupakan laporan yang

didalamnya tersaji ikhtisar perubahan dalam modal pemilik sebuah perusahaan dalam

periode waktu tertentu. Modal pemilik dapat bertambah dengan adanya investasi dan laba

bersih, hal sebaliknya juga dapat terjadi yakni modal pemilik dapat berkurang apabila

terdapat prive (penarikan/pengambilan uang tunai untuk kepentingan pribadi pemilik

usaha) dan rugi bersih.

c) Laporan Neraca (Balance Sheet), merupakan sebauh laporan yang disusun secara

sistematis mengenai posisi aktiva, kewajiban, dan modal perusahaan per tanggal tertentu.

Tujuan dari pembuatan neraca ini adalah untuk memberikan gambaran posisi keuangan

perusahaan.

20
d) Laporan arus kas (Statement of Cash Flows), merupakan laporan yang menyajikan arus kas

masuk dan arus kas keluar secara terperinci dari masing-masing aktivitas, mulai dari

aktivitas operasi, aktivitas investasi, sampai dengan aktivitas pendanaan dalam satu periode

tertentu. Laporan arus kas dapat menunjukkan besarnya kenaikan serta penurunan kas

bersih dari seluruh aktivitas selama periode yang sedang berjalan serta saldo kas yang

dimiliki perusahaan sampai akhir periode.

e) Catatan atas laporan keuangan (Notes of the Financial Statement), adalah bagian integral

yang tidak dapat dipisahkan dari semua komponen dalam laporan keuangan lainnya.

Tujuan dari adanya CALK adalah untuk dapat memberikan penjelasan yang lengkap

tentang informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.

4. Pengguna Laporan Keuangan

Pengguna informasi dalam laporan keuangan ini dikategorikan ke dalam dua kategori

yakni pihak internal yang meliputi; Direktur dan Manajer Keuangan, Direktur Operasi dan

Manajer Pemasaran, serta Manajer dan Supervisor Produksi, dan pihak eksternal diantaranya;

Investor, Kreditor, Pemerintah, Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM), serta Ekonom,

Praktisi dan Analis (Wiradnyani, 2021).

a) Direktur dan Manajer Keuangan memerlukan laporan keuangan guna menentukan

sanggup atau tidaknya perusahaan dalam melakukan pelunasan utang secara tepat waktu

kepada pihak kreditur. Informasi akuntansi yang diperlukan yaitu mengenai besarnya

uang kas yang tersedia pada perusahaan saat menjelang waktu pembayaran utang.

b) Direktur Operasional dan Manajer Pemasaran memerlukan laporan keuangan untuk dapat

memutuskan efektif atau tidaknya saluran distribusi produk ataupun aktivitas pemasaran

21
yang sudah dilakukan oleh perusahaan. Dalam hal ini, informasi akuntansi yang

diperlukan adalah mengenai besarnya penjualan (tren penjualan).

c) Manajer dan Supervisor Produksi memerlukan informasi akuntansi biaya agar dapat

menentukan besarnya harga pokok produksi, yang kemudian akhirnya sebagai dasar

untuk melakukan penetapan harga jual produk per unit.

d) Investor memerlukan informasi yang terdapat dalam laporan keuangan guna mengambil

keputusan dalam hal melakukan pembelian atau melepas saham investasinya. Investor

selaku pihak eksternal dari investee dapat memberikan nilai prospek terhadap dana yang

akan atau sudah diinvestasikan melalui laporan keuangan investee, apakah

menguntungkan atau tidak.

e) Kreditur (supplier dan banker) memerlukan informasi akuntansi debitur guna melakukan

evaluasi besarnya tingkat risiko pada pemberian pinjaman uang. Kreditur dapat

memperkecil risiko dengan cara mencari informasi seberapa besar tingkat bonafiditas dan

likuiditas debitur lewat laporan keuangan debitur bersangkutan.

f) Pemerintah memerlukan informasi akuntansi dalam laporan keuangan perusahaan (wajib

pajak) untuk melakukan perhitungan dan penetapan besarnya pajak penghasilan yang

harus dibayarkan pada Negara.

g) Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) memandang perlu emiten untuk

melampirkan laporan keuangan secara rutin untuk dapat mengetahui kinerja keuangan

emiten yang bertujuan untuk melindungi para investor.

h) Ekonom, Praktisi, dan Analis memerlukan informasi akuntansi guna melakukan prediksi

situasi perekonomian Negara, menentukan besarnya tingkat inflasi, laju pertumbuhan

pendapatan nasional, dan lain sebagainya.

22
d. Standar Akuntansi

Standar akuntansi dikembangkan oleh para akuntan agar dapat dijadikan sebagai dasar

atau patokan dalam melakukan penyusunan laporan keuangan yang baku dan dapat diterima

umum. Dengan adanya standar tersebut, pihak manajemen selaku pengelola dan pengolah dana

serta aktivitas perusahaan dapat melakukan pencatatan, mengikhtisarkan, dan melaporkan semua

hasil kegiatan operasional ataupun finansial perusahaan secara baku atau sesuai dengan standar

yang berterima umum dan transparan (Wiradnyani, 2021).

e. Standar Akuntansi Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK EMKM)

1) Definisi Standar Akuntansi Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah

SAK EMKM dibuat dengan tujuan untuk dapat digunakan oleh entitas mikro kecil dan

menengah. Entitas mikro kecil dan menengah merupakan entitas tanpa akuntabilitas

publik sesuai dengan definisi dalam Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa

Akuntabilitas Publik dimana yang memenuhi definisi serta kriteria usaha mikro kecil dan

menengah sebagaimana diatur dakam peraturan perundang-undangan yang berlaku di

Indonesia (Azizah Rachmanti et al., 2019). Standar ini disusun secara khusus oleh Ikatan

Akuntan Indonesia selaku organisasi profesi yang menaungi seluruh akuntan di

Indonesia. SAK EMKM selain sebagai standar juga merupakan salah satu dorongan agar

pengusaha-pengusaha di Indonesia dapat berkontribusi secara signifikan dalam proses

pengembangan UMKM yang lebih maju, sebab laporan keuangan adalah hal yang sangat

penting dalam membangun UMKM (Wiradnyani, 2021).

2) Kerangka Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah

Menurut (Wiradnyani, 2021) kerangka SAK EMKM terdiri dari tujuan,

karakteristik kualitatif, elemen, asumsi, prinsip, dan konstrain. Jika disusun layaknya

23
sebuah rumah, kearangka tersebut dapat dipisahkan menjadi tiga lantai. Lantai pertama

yakni tujuan laporan keuangan, lantai kedua merupakan karakteristik kualitatif dan

elemen laporan keuangan, dan lantai ketiga adalah asumsi, prinsip, dan konstrain.

Pada lantai pertama terdapat tujuan dari SAK EMKM. Tujuan tersebut adalah

sebagai penyedia informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan sebuah entitas yang

dapat memberikan manfaat bagi sebagian besar pengguna untuk pengambilan keputusan

ekonomi. Pihak yang membutuhkan informasi tersebut tidak selalu pemegang saham non

manajemen, sebab dalam bentuk usaha EMKM tidak hanya PT. Tetapi demikian, banyak

pihak yang membutuhkan informasi tersebut seperti otoritas pajak guna memastikan

besaran dan fasilitas pajak, serta banyak instansi lainnya yang memilki maksud untuk

memperoleh data guna keperluan pembinaan sesuai dengan amanat Undang-Undang.

Kemudian pada lantai kedua kerangka SAK EMKM terdapat karakteristik

kualitatif dan elemen lapoeran keuangan. Ada 4 karakteristik kualitatif SAK EMKM

yakni sebagai berikut:

a. Relevan yang berarti bahwa informasi dapat digunakan pengguna dalam

proses pengambilan keputusan.

b. Representasi yang berarti bahwa informasi disajikan dengan tepat atau sesuai

dengan yang seharusnya disajikan serta bebas dari kesalahan material dan

bias.

c. Keterbandingan, yaitu informasi dalam laporan keuangan entitas dapat

dibandingkan antar periode agar dapat melakukan identifikasi kecenderungan

posisi dan kinerja keuangan.

24
d. Keterpahaman, artinya informasi yang disajikan dalam laporan keuangan

mudah untuk dipahami oleh pengguna.

Dalam laporan keuangan pada SAK EMKM terdapat 3 elemen yaitu sebagai

berikut:

a. Laporan Posisi Keuangan, ialah laporan yang merepresentasikan asset (harta),

liabilitas (kewajiban/utang), dan ekuitas (modal) entitas per suatu tanggal

periode. Jika diibaratkan, laporan posisi keuangan ini adalah potret situasi

keuangan entitas pada saat titik tertentu.

b. Laporan Laba Rugi, yaitu laporan yang didalamnya terdapat penghasilan dan

beban selama periode tertentu. Jika laporan keuangan diibaratkan sebaga

potret maka laporan laba rugi adalah rekaman video yang memberikan

gambaran kejadia yang berkaitan dengan pendapatan dan beban dalam satu

periode, yang umumnya satu tahun.

c. Catatan atas Laporan Keuangan, adalah penjelasan mengenai asumsi, prinsip,

dan metode yang digunakan dalam laporan posisi keuangan dan laporan laba

rugi.

Pada lantai ketiga dari kerangka SAK EMKM terdapat asumsi, prinsip, dan

konstrain. Terdapat 3 asumsi dari laporan keuangan yaitu sebagai berikut:

a. Akrual.

Akun-akun diakui sebagai asset, liabilitas, ekuitas, penghasilan, dan beban

apabila telah memenuhi definisi dan kriteria pengakuan pada masing-masing

akun-akun tersebut, bukan didasarkan pada ada atau tidaknya penerimaan kas.

25
b. Entitas Bisnis.

Entitas bisnis yang dikatakan baik adalah entitas yang merupakan usaha

perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hokum, ataupun badan usaha

yang berbadan hokum, hal tersebut harus dapat dipisahkan secara jelas oleh

pemilik bisnis atau dengan entitas-entitas lainnya.

c. Kelangsungan Usaha.

Kelangsungan usaha merupakan kemampuan entitas dalam melanjutkan

usahanya pada masa mendatang, atau setidaknya diasumsikan bahwa entitas

dibangun untuk terus beroperasi, bukan untuk ditutup jika sudah akhir

periode.

Terdapat 6 prinsip dari laporan keuangan yaitu sebagai berikut:

a. Penyajian Secara Wajar Kepatuhan Terhadap Standar Akuntansi

Keuangan (SAK)

Penyajian yang wajar adalah penyajian yang jujur yang dipengaruhi

transaksi, peristiwa, dan kondisi lain. Apabila entitas mampu mencapai

tujuan relevan, representasi, keterbandingan, dan keterpahaman, maka

dapat dikatakan sudah mencapai kondisi yang wajar.

b. Materialitas

Relevan atau tidaknya informasi yang terkandung dipengaruhi oleh

hakikat dan materialitasnya. Materialitas tergantung dari ukuran dan

sifat dari kecerobohan untuk mencantumkan atau kesalahan dalam

melakukan pencatatan tersebut dengantetap memperhatikan kondisi

terkait.

26
c. Saling Hapus

Apabila dalam aktivitas normal entitas tidak termasuk membeli dan

menjual asset tetap, maka entitas harus melaporkan keuntungan dan

kerugian atas pelepasan asset tetap tersebut dengan melakukan

pengurangan pada hasil penjualan asset tetap dari jumlah tercatat asset

tetap dan beban penjualan terkait.

d. Frekuensi Laporan

Entitas menyajikan secara lengkap laporan keuangan di akhir setiap

periode pelaporan, termasuk informasi komparatifnya.

e. Informasi Komparatif

Informasi komparatif adalah informasi yang satu periode sebelumnya

untuk seluruh jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan periode

berjalan.

f. Konsistensi Penyajian

Akun-akun dalam laporan keuangan harus disajikan dan

diklasifikasikan secara konsisten, terkecuali telah terjadi perubahan

yang cukup signifikan atas sifat operasi entitas atau apabila perubahan

dalam penyajian atau klasifikasi akun-akun dalam laporan keuangan

menghasilkan penyajian yang sesuai dengan melakukan pertimbangan

kriteria pemilihan dan penerapan kebijakan akuntansi, dan Exposure

Draft SAK EMKM mensyaratkan perubahan penyajian.

27
f. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan kemampuan sebuah perusahaan dalam berproses dan

menghasilkan laba atau keuntungan. Profitabilitas juga dapat diartikan sebagai rasio yang

digunakan dengan tujuan untuk dapat mengetahui kemampuan perusahaan dalam meraup

keuntungan selama periode tertentu dan memberikan gambaran mengenai efektivitas manajemen

dalam melaksanakan kegiatan operasional perusahaan (Pratiwi, 2021). Setiap usaha dan

perusahaan tentu menginginkan keuntungan yang besar, selain untuk memutar modal juga untuk

mendapatkan pendapatan bersih. Sebab tujuan seseorang membuka usaha adalah memang untuk

memperoleh laba atau keuntungan. Mengukur seberapa jauh sebuah usaha dapat menghasilkan

adalah hal yang penting bagi kelangsungan sebuah usaha. Profitabilitas diukur menggunakan

rasio, dimana rasio profitabilitas adalah perbandingan untuk dapat mengetahui kemampuan

perusahaan untuk memperoleh profit dari pendapatan yang terkait dengan penjualan yang

dilakukan, asset yang dimiliki, dan ekuitas yang menggunakan dasar pengukuran tertentu. Salah

satu rasio profitabilitas adalah Rasio Pengembalian Penjualan atau Return on Sales Ratio. Rasio

ini dirasa peneliti cocok untuk melakukan pengukuran pada usaha sejenis UMKM. Return on

Sales merupakan rasio profitabilitas yang memberikan gambaran tingkat keuntungan perusahaan

setelah pembayaran biaya-biaya variabel produksi seperti upah pekerja, bahan baku, dan lain-lain

sebelum dikurangi pajak dan bunga. Rasio ini akan menampilkan hasil tingkat keuntungan yang

diperoleh dari setiap hasil penjualan (Pratiwi, 2021). Menurut Carton (2004) dalam (Trisnawati

& Elsye, 2015) Return on Sales (ROS) mengukur presentase penjualan dari margin laba bersih.

ROS dapat dipengaruhi oleh struktur keuangan yang berasal dari organisasi karena laba bersih

dihitung setelah beban bunga. Berikut rumus untuk menghitung rasio Return on Sales menurut

Carton (2004),

28
Operating Income
X 100%
Return on Sales =
Sales
2. Kajian
Penelitian yang Relevan
Tabel 3
Penelitian Terdahulu

No. Peneliti dan Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian

1. Septriana dan Vitriyani Implementasi Akuntansi Hasil penelitian ini

(2016). Keuangan Berbasis Sak menunjukan bahwa persepsi

Etap (Studi Kasus Pada dan pemahaman para

Umkm Batik Di Kota pengusaha UMKM Batik di

Semarang). Kota Semarang mengenai

No. Peneliti dan Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian

Standar Akuntansi

Keuangan untuk Entitas

tanpa akuntabilitas public

(SAK-ETAP) ternyata

masih sangat sederhana,

dikarenakan kurangnya

pengetahuan para pelaku

usaha mengenai teknis

penyusunan laporan

keuangan berbasis SAK

ETAP. UMKM merasa

29
bahwa laporan keuangan

yang menunjukkan laba

rugi perusahaan saja sudah

cukup, serta kurangnya

sosialisasi dari dinas terkait

setempat seperti Dinas

Koperasi dan UMKM Kota

Semarang dalam penerapan

Standar Akuntansi

Keuangan Entitas Tanpa

Akuntabilitas Publik.

No. Peneliti dan Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian

2. Ismadewi, Herawati , dan Penyusunan Laporan Hasil Penelitian

Tungga Atmaja (2017) Keuangan Sesuai Dengan menunjukkan bahwa (1)

Standar Akuntansi Proses penyusunan laporan

Keuangan Entitas Mikro, keuangan Usaha Ayam

Kecil, Dan Menengah (Sak Boiler I Wayan

Emkm) Pada Usaha Sudiarsahanya menyusun

Ternak Ayam Boiler catatan keuangan secara

(Study Kasus Pada Usaha I sederhana, (2) kendala yang

Wayan Sudiarsa Desa dialami oleh Usaha Ayam

Pajahan Kecamatan Boiler I Wayan

Pupuan Kabupaten Sudiarsadalam menyusun

30
Tabanan). laporan keuangan sesuai

dengan SAK EMKM yaitu:

(a) Faktor SDM (Sumber

Daya Manusia) dalam

keuangan, (b) Tingkat

kompetensi, dan (c)

Lingkup organisasi yang

kecil, (3) Penyusunan

laporan keuangan sesuai

dengan SAK EMKM pada

Usaha Ayam Boiler I

No. Peneliti dan Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian

Wayan Sudiarsa terdiri

dari : (a) Laporan laba rugi

dengan jumlah laba

Rp.89.548.100, (b) Laporan

posisi keuangan dengan

jumlah aset Rp.214.548.100

serta jumlah utang dan

modal Rp.214.548.100, (c)

Catatan atas laporan

keuangan.

3. Amani (2018) Penerapan SAK-EMKM Hasil penelitian

31
Sebagai Dasar Penyusunan menunjukkan laporan

Laporan Keuangan keuangan UD Dua Putri

UMKM (Studi Kasus di Solehah belum disusun

UD Dua Putri Solehah sesuai SAK EMKM.

Probolinggo).

4. Uno, Kalangi, dan Pusung Analisis Penerapan Hasil penelitian


(2019)
Standar Akuntansi menunjukkan bahwa

Keuangan Entitas Mikro, pencatatan di Rumah

Kecil, Dan Menengah (Sak Karawo masih sangat

Emkm) Pada Usaha sederhana, hanya meliputi

Mikro, Kecil, Dan pencatatan atas penjualan

No. Peneliti dan Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian

Menengah (Studi Kasus Produk. Selain itu, Rumah

Pada Rumah Karawo Di Karawo juga belum

Kota Gorontalo). menyusun laporan

keuangan berdasarkan SAK

EMKM yang berlaku

dikarenakan minimnya

pemahaman akan

penyusunan laporan

keuangan sesuai standar.

5. Apriliani (2019) Penerapan Laporan Hasil penelitian ini

Keuangan Sesuai dengan menyatakan bahwa (1)

32
Standar Akuntansi penyusunan laporan

Keuangan Entitas Mikro keuangan terdiri dari

Kecil dan Menengah laporan laba/rugi, laporan

(SAK EMKM) Pada posisi keuangan, dan

Usaha Pengerajin Rotan di catatan atas laporan

Ata Shop Tenganan (Studi keuangan, (2) usaha Ata

Kasus Pada Bapak I Shop Tenganan ini

Nyoman Uking Desa memperoleh laba bersih

Tenganan Kecamatan setelah pajak sebesar Rp.

Manggis Kabupaten 773.769.800, sementara itu

Karangasem). jumlah asset yang terdiri

No. Peneliti dan Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian

Dari asset tetap dan asset

lancar sebesar Rp

2.026.778.300, sebanding

dengan jumlah liabilitas

ditambah ekuitas ditambah

ekuitas yakni liabilitas

sebesar Rp 44.640.000 dan

ekuitas sebesar Rp

1.982.138.000, dan(3)

terdapat beberapa kendala

yang dialami oleh usaha

33
Kerajinan Ata Shop

Tenganan dalam menyusun

laporan keuangan,

diantaranya : faktor SDM,

tingkat kompetensi,

lingkungan organisasi.

6. Lesmana (2021) Penerapan Laporan Hasil dari penelitian yang

Keuangan Berbasis SAK diperoleh menggunakan

EMKM pada UMKM metode wawancara

Telur Asin Mujijaya Di menyatakan bahwa UMKM

Desa Sigambir Brebes. Mujijaya masih menyusun

No. Peneliti dan Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian

Laporan keuangan secara

manual yang hanya

mencakup laporan

pemasukan dan

pengeluaran.

7. Suprapti (2021) Penyusunan Laporan Hasil penelitian bahwa

Keuangan Berbasis Sak pemilik belum mengetahui

Emkm Sebagai Upaya bahwa dengan adanya

Pengembangan Kinerja laporan keuangan sangat

Keuangan Umkm (Studi bermanfaat untuk

Empiris Pada Ud. Makmur mengetahui perkembangan

34
Jaya Santoso, Desa usahanya dan juga bisa

Slumbung, Kecamatan digunakan untuk melakukan

Gandusari, Kabupaten pendanaan kepihak ketiga.

Blitar) Sehingga penelitian ini

memberikan rekomendasi

penyusunan laporan

keuangan yang sesuai

dengan SAK EMKM yang

akan berguna dalam upaya

pengembangan kinerja

UMKM.

No. Peneliti dan Tahun Judul Penelitian Hasil Penelitian

8. Wiradnyani (2021) Penyusunan Laporan Hasil penelitian adalah (1)

Keuangan Berdasarkan Terdapat perbedaan jumlah

Sak Emkm Pada Umkm laba bersih antara catatan

Jasa Kecantikan Salon keuangan yang disusun oleh

Sandat Bali. pemilik salon dengan

laporan keuangan

berdasarkan SAK EMKM,

(2) Laporan keuangan

berdasarkan SAK EMKM

memberi implikasi positif

kepada pemilik salon yaitu

35
pemahaman mengenai

standar akuntansi yang

berguna baik jangka pendek

maupun jangka panjang.

Sumber : Data Diolah 2022

3. Kerangka Berpikir

Kerangka pemikiran yang digambarkan dalam penyusunan penelitian ini bertujuan untuk

menghasilkan sebuah penelitian yang terarah. Agar mempermudah memahami inti pemikiran

peneliti, maka peneliti menggambarkan kerangka pemikiran dari permasalahan yang diangkat

sebagai berikut:

UMKM USAHA TELUR


BAPAK KETUT DANTIK

LAPORAN KEUANGAN

STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS MIKRO,


KECIL, DAN MENENGAH (SAK EMKM) dan RETURN ON
SALES

HASIL PENELITIAN :

-PENERAPAN SAK
EMKM 36
-PROFITABILITAS

-IMPLIKASI
KESIMPULAN

Gambar 1

Kerangka Berpikir

a. Pengumpulan Informasi Data dan Kebutuhan

Penelitian diawali dengan pengumpulan informasi mengenai laporan keuangan. Informasi

yang dikumpulkan berupa bukti-bukti transaksi, catatan keuangan, sejarah perusahaan,

dan struktur organisasi pada perusahaan.

b. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah dan Return on Sales

Setelah informasi data dan kebutuhan terkumpul, peneliti akan menelaah dan mendalami

kembali mengenai penyusunan laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM dan

menelaah mengenai menghitung profitabilitas dengan Return on Sales.

c. Penerapan dan Implikasi Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil,

dan Menengah

Setelah memahami penyusunan laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM dan

menghitung profitabilitas, peneliti selanjutnya menerapkannya pada perusahaan tempat

penelitian dilakukan sesuai dengan data laporan keuangan perusahaan. Kemudian peneliti

dapat melihat implikasi apa saja yang terjadi atas penerapan laporan keuangan

berdasarkan SAK EMKM dan perolehan laba setelah penghitungan menggunakan rumus

Return on Sales.

37
d. Kesimpulan

Setelah memperoleh hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan mengenai

profitabilitas setelah penyusunan laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM pada

UMKM Usaha Telur Bapak Ketut Dantik.

H. Rancangan Penelitian

Pada rancangan penelitian disajikan alur penelitian yang diawali dari proses persiapan

keperluan penelitian, pengumpulan data, penyusunan data, analisis data hingga sampai pada

tahap akhir yaitu pembuatan kesimpulan sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan

berdasarkan rumusan masalah yang ada. Untuk dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan

guna melengkapi penelitian maka peneliti akan melakukan wawancara, kajian terhadap

penelitian terdahulu serta memberikan solusi terhadap permasalahan yang dialami oleh Bapak

Ketut Dantik yakni membuat laporan keuangan sesuai dengan SAK EMKM serta melakukan

penghitungan rasio profitabilitas menggunakan Rasio Return on Sales.

Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kualitatif. Menurut (Moleong, 2007)

penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan agar dapat memahami fenomena tentang

apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-

lain, secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu

konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Terdapat lima tahapan yang harus dilalui para peneliti dalam melakukan sebuah penelitian

diantaranya mengangkat masalah, memunculkan pertanyaan penelitian, mengumpulkan data

yang relevan, melakukan analisis data, dan menjawab pertanyaan penelitian sehingga

menghasilkan kesimpulan.

38
I. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada UMKM Usaha Telur Bapak Ketut Dantik yang beralamat di

Jalan Raya Tenganan-Nyuhtebel, Banjar Tengah Nyuhtebel, Manggis, Karangasem. Peneliti

memilih lokasi ini berdasarkan pada beberapa pertimbangan. Pertimbangan tersebut yaitu masih

terbatasnya penelitian terkait Usaha Telur dan dikarenakan Usaha Telur Dantik termasuk ke

dalam jenis UMKM maka pembuatan atau penyusunan laporan keuangan berdasarkan SAK

EMKM merupakan hal yang sangat penting dan merupakan sebuah keharusan.

J. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini bersumber dari data primer dan data sekunder:

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari kegiatan diskusi

atau wawancara dengan sumber informasi pertama tanpa melalui perantara. Beberapa

data primer yang diperoleh dalam penelitian ini adalah hasil wawancara dengan

pemilik UMKM Usaha Telur Bapak Ketut Dantik terkait dengan permasalahan

penelitian. Beberapa data yang diperoleh dari kegiatan wawancara dengan Bapak

Ketut Dantik selaku pemilik adalah :

a. Pemilik Usaha Telur Bapak Ketut Dantik memiliki latar belakang pendidikan

SMA dan tidak pernah mendapatkan edukasi mengenai kewirausahaan. Bapak

Ketut Dantik mendirikan usaha atas dasar tuntutan ekonomi tanpa melakukan

pertimbangan akan pengelolaan usaha yang maksimal.

39
b. Bapak Ketut Dantik tidak melakukan pencatatan keuangan sesuai dengan standar

atau secara baik karena tidak mengetahui seberapa penting serta fungsi laporan

keuangan.

c. Pemilik tidak mengetahui tentang bagaimana menyusun dan melakukan

pencatatan laporan keuangan yang sesuai dengan standar akuntansi keuangan.

2. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung dari objek yang

diteliti, berupa sumber informasi seperti artikel, jurnal dan buku yang digunakan

sebagai panduan serta pedoman untuk memahami data penelitian serta dokumen

pendukung lainnya seperti laporan keuangan UMKM, bukti transaksi berupa nota dan

lain-lain.

K. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah salah satu tahapan yang harus dilalui untuk memperoleh hasil.

Pengumpulan data dilakukan dengan berbagai cara dalam penelitian ini. Pengumpulan data ini

bertujuan untuk memperoleh bahan-bahan, keterangan, kenyataan-kenyataan, dan informasi yang

relevan dan dapat dipercaya. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Obervasi

Menurut (Moleong, 2007), pengumpulan data observasi mempunyai ciri yang spesifik

bila dibandingkan dengan teknik yang lain. Karena observasi tidak terbatas pada orang

sebagai respondennya tapi bisa juga objek-objek yang lain. Peneliti melakukan obervasi

untuk mengetahui projek, kondisi, dan bagaimana pencatatan keuangan UMKM Usaha

Telur Bapak Ketut Dantik.

40
2. Wawancara

Wawancara kepada narasumber yaitu pemilik Usaha Telur Bapak Ketut Dantik bertujuan

untuk memperoleh informasi yang dapat menjawab rumusah masalah yang ada di dalam

penelitian ini. Wawancara dilakukan dengan mengajukan beberapa pertanyaan mengenai

pencatatan akuntansi yang telah dilakukan selama usaha berdiri dan tentang transaksi-

transaksi yang sudah terjadi serta dapat mempengaruhi laporan keuangan perusahaan

yang bertujuan untuk memvalidasi data yang dibutuhkan. Peneliti juga mengajukan

beberapa pertanyaan terkait seberapa jauh pengetahuan serta pemahaman pemilik

UMKM mengenai Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah

(SAK EMKM).

3. Dokumentasi

Menurut (Arikunto, 2010) dokumentasi adalah kegiatan mencari dan mengumpulkan data

mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, majalah, agenda,

notulen rapat dan sebagainya. Dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan dokumen-

dokumen milik Bapak Ketut Dantik dimana dokumen tersebut berkaitan dengan

penelitian yang dilakukan.

Alat bantu berfungsi sebagai alat bantu instrument penelitian guna tercapainya teknik-

teknik pengumpulan data dengan menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi

yaitu kamera untuk mendokumentasikan kejadian penting pada saat observasi dilakukan baik

dalam bentuk foto ataupun video. Dokumentasi tersebut dilakukan dengan menggunakan

smartphone sebagai alat perekam pada saat melakukan pengumpulan data. Pada saat wawancara

alat bantu yang digunakan seperti pulpen dan buku catatan untuk menuliskan atau mencatat

41
informasi data yang didapat dari narasumber, serta pedoman wawancara dalam bentuk draft

pertanyaan yang sudah disiapkan sebelum wawancara dilakukan.

L. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Penelitian kualitatif tidak

menggunakan statistic, tetapi melalui pengumpulan data, analisis, kemudian

diinterpretasikan. Menurut (Moleong, 2007) analisis deskriptif kualitatif adalah teknik untuk

menggambarkan dan menginterpretasikan arti dari data-data yang telah dikumpulkan dengan

berfokus pada perhatian sebanyak mungkin terhadap aspek yang diteliti, sehingga dapat

memperoleh gambaran secara umum dan menyeluruh mengenai keadaan yang sebenarnya.

Aktivitas dalam menganalisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan/verifikasi.

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan,

pengabstrakan, transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan lapangan.

Tahapan pada reduksi data adalah dengan menajamkan analisis, menggolongkan atau

melakukan kategori ke dalam tiap permasalahan melalui uraian singkat,

mengarahkan, membuang yang tidak diperlukan serta melakukan pengorganisasian

data sehingga dapat ditarik kesimpulan dan diverifikasi. Data yang direduksi adalah

seluruh data terkaitn permasalahan yang diangkat. Reduksi ini dilakukan dengan

tujuan agar data tidak bertumpuk, sehingga tidak akan mempersulit analisis

selanjutnya.

2. Penyajian Data

42
Pada tahap ini dilakukan pengelompokkan serta penyusunan data dalam pola

hubungan sehingga lebih mudah untuk dipahami. Data akan disajikan dalam bentuk

tabel yang diuraikan dengan kata-kata. Peneliti akan menjelaskan mengenai SAK

EMKM pada Usaha Telur milik Bapak Ketut Dantik kemudian peneliti akan

menyajikan data secara naratif dari pengolahan data dan informasi terkait pencatatan

laporan keuangan yang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro,

Kecil dan Menengah. Data tersebut akan dijadikan sebagai dasar penilaian terhadap

pencatatan laporan keuangan yang sesuai dengan SAK EMKM.

3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi

Penarikan kesimpulan adalah hasil yang diperoleh dari penelitian yang diperketat

dengan bukti-bukti. Bukti-bukti yang diperoleh dari penelitian yang dilakukan di

lapangan. Tahap ini merupakan ujung penelitian dimana rumusan masalah akan

terjawab dan diketahui.

M. Uji Keabsahan Data

Menurut (Moleong, 2007), triangulasi dapat dilakukan saat pengumpulan data seperti

wawancara yang dipadukan dengan dokumen yang terkait. Triangulasi bisa pula dilakukan

dengan membandingkan secara cek silang antara data yang diperoleh informan satu dengan yang

lainnya. Dengan demikian keabsahan data lebih terjamin sehingga hasil penelitian nantinya dapat

memberikan informasi yang akurat.

Penelitian ini menggunakan uji kredibilitas data dengan menggunakan traingulasi metode dan

triangulasi sumber data. Peneliti membandingkan informasi data atau informasi yang telah

didapat guna melalukan pengecekan dengan metode yang berbeda dan dengan cara menggali

43
kebenaran informasi tertentu dengan berbagai sumber perolehan data, sehingga peneliti dapat

membandingkan data dan informasi secara cermat untuk mendapatkan data dan informasi yang

relevan dengan penelitian yang dilakukan.

N. Daftar Rujukan

Amani, T. (2018). Penerapan SAK-EMKM Sebagai Dasar Penyusunan Laporan Keuangan


UMKM (Studi Kasus Di UD Dua Putri Solehah Probolinggo). ASSETS, 2.

Apriliani, N. W. N. (2015).Sesuai Dengan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil,


Dan Menengah (Sak Emkm) Pada Usaha Pengerajin Rotan Di Ata Shop Tenganan Jurnal
Akuntansi Profesi, 4(1).
Https://Ejournal.Undiksha.Ac.Id/Index.Php/JAP/Article/View/21070

Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian. Rineka Cipta.

Azizah Rachmanti, D. A., Hariyadi, M., & Andrianto, A. (2019). Analisis Penyusunan Laporan
Keuangan Umkm Batik Jumput Dahlia Berdasarkan SAK-EMKM. BALANCE: Economic,
Business, Management And Accounting Journal, 16(1).
Https://Doi.Org/10.30651/Blc.V16i1.2453

BPPD Kabupaten Karangasem. (2021). Buku Saku Potensi Kabupaten Karangasem. Pemerintah
Kabupaten Karangasem.

BPS. (2021). Produksi Telur Unggas Provinsi Bali Menurut Kabupaten/Kota (Ton). Badan Pusat
Statistik. Https://Bali.Bps.Go.Id/Indicator/24/208/1/Produksi-Telur-Unggas-Provinsi-Bali-
Menurut-Kabupaten-Kota.Html

Budiarto, R. (2018). Pengembangan UMKM : Antara Konseptual Dan Pengalaman Praktis.


UGM Press.

Direktorat Statistik Peternakan, P. Dan K. (2021). Statistik Perunggasan 2020. Badan Pusat
Statistik.

Ermansyah, R. A. Dan L. (2021). Statistik Peternakan Dan Kesehatan Hewan 2021. Direktorat

44
Jenderal Peternakan Dan Kesehatan Hewan.

Farida, I. (2016). Akuntansi Untuk UMKM (1st Ed.). Kekata Group.

Ismadewi, N. K., Herawati, N. T., & Atmaja, A. T. (2017). Penyusunan Laporan Keuangan
Sesuai Dengan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, Dan Menengah ( SAK
EMKM ) Pada Usaha Ternak Ayam Boiler ( Study Kasus Pada Usaha I Wayan Sudiarsa
Desa Pajahan Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan ). E-Journal Universitas Pendidikan
Ganesha, 8(2).

Kareja, N., Alfiyah, N., & Setiadevi, S. (2022). TANTANGAN PENINGKATAN PENERAPAN
SAK EMKM PADA UMKM DI BANYUWANGI. JURNAL ILMIAH AKUNTANSI DAN
KEUANGAN, 4.

Lesmana, H. (2021). Penerapan Laporan Keuangan Berbasis SAK EMKM Pada UMKM Telur
Asin Mujijaya Di Desa Sigambir Brebes. Jurnal Sistem Informasi Akuntansi (JASIKA),
1(2), 105–112. Http://Jurnal.Bsi.Ac.Id/Index.Php/Jasika

Limanseto, H. (2021). UMKM Menjadi Pilar Penting Dalam Perekonomian Indonesia.


KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBL.
Https://Ekon.Go.Id/Publikasi/Detail/2969/ Umkm-Menjadi-Pilar-Penting-Dalam-
Perekonomian-Indonesia

Moleong, L. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya.

Nurul Hidayati. (2016). Pengaruh Pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Terhadap
Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bogor Periode 2012-2015.
Https://Doi.Org/Http://Repository.Uinjkt.Ac.Id/Dspace/Handle/123456789/38609

Nyuhtebel.Desa.Id. (2022). Potensi Desa Nyuhtebel.


Http://Nyuhtebel.Desa.Id/Index.Php/Potensi/1/Potensi-Desa-Nyuhtebel

Pamela. (2020). Sektor Riil: Salah Satu Kunci Untuk Pulihkan Ekonomi New Normal.
Https://Ajaib.Co.Id/Sektor-Riil-Salah-Satu-Kunci-Untuk-Pulihkan-Ekonomi-New-Normal/

Parhusip, R. Y. (2019). PENGARUH RETURN ON ASSET (ROA), RETURN ON EQUITY

45
(ROE), RETURN ON SALES (ROS), BOOK VALUE (BV) TERHADAP HARGA
SAHAM PT. KIMIA FARMA (PERSERO) TBK DI BURSA EFEK
INDONESIAPERIODE 2015-2018. Repository UHN.

Poultry. (2021). Perkembangan Perunggasan Provinsi Bali. Poultry Indonesia.


Https://Www.Poultryindonesia.Com/Perkembangan-Perunggasan-Provinsi-Bali/?Lang=En

KEMUDAHAN, PELINDUNGAN, DAN PEMBERDAYAAN KOPERASI DAN USAHA


MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH, Pub. L. No. 7 (2021).

Pratiwi, E. S. T. (2021). PENGARUH PROFITABILITAS, LEVERAGE DAN PERTUMBUHAN


PENJUALAN TERHADAP TAX AVOIDANCE PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR
SEKTOR INDUSTRI BARANG KONSUMSI YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK
INDONESIA PERIODE 2015-2019.

RPI. (2020). PROFIL KABUPATEN KARANGASEM. Satgas Randal Kabupaten Karangasem.

Septriana, I., & Vitriyani, E. (2016). Implementasi Akuntansi Keuangan Berbasis Sak Etap
(Studi Kasus Pada Umkm Batik Di Kota Semarang). Jurnal Penelitan Ekonomi Dan Bisnis,
1(2), 139–150. Https://Doi.Org/10.33633/Jpeb.V1i2.2001

Suprapti. (2021). PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN BERBASIS SAK EMKM SEBAGAI


UPAYA PENGEMBANGAN KINERJA KEUANGAN UMKM (Studi Empiris Pada UD.
Makmur Jaya Santoso, Desa Slumbung, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar).

Tampubolon, S., & Prima, A. P. (2020). Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap Profitabilitas Pada
Bank Perkreditan Rakyat Di Kota Batam. Jurnal AKRAB JUARA, 5(3), 101–117.
Https://Www.Akrabjuara.Com/Index.Php/Akrabjuara/Article/View/1168%0Ahttp://
Akrabjuara.Com/Index.Php/Akrabjuara/Article/View/1168/1025

Tillah, M., Sebrina, N., & Mulyani, E. (2019). Pengaruh Kinerja Perusahaan, Komite Audit,
Pergantian Auditor Eksternal Terhadap Ketepatwaktuan Pelaporan Keuangan. Jurnal
Eksplorasi Akuntansi, 1(3), 1530–1540. Https://Doi.Org/10.24036/Jea.V1i3.160

Trisnawati, D., & Elsye, S. (2015). Pengaruh Marketing Activity Terhadap Profitability Dan
Market Value Perusahaan Retail Dan Produksi Besar. Business Accounting Review, 3(1),

46
362–373.

Uno, M. O., Kalangi, L., Pen, R. J. A., Penerapan, A., Akuntansi, S., Entitas, K., Menengah, D.
A. N., Emkm, S. A. K., Usaha, P., Menengah, D. A. N., Kasus, S., Rumah, P., Di, K., &
Gorontalo, K. (2019). Analisis Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro,
Kecil, Dan Menengah (Sak Emkm) Pada Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (Studi Kasus
Pada Rumah Karawo Di Kota Gorontalo). Jurnal EMBA: Jurnal Riset Ekonomi,
Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 7(3), 3887–3898.

Wahyudiono, B. (2014). Mudah Membaca Laporan Keuangan (I). Penebar Swadaaya Grup.

Warsadi, K. A., Herawati, N. T., & Julianto, P. (2017). Penerapan Penyusunan Laporan
Keuangan Pada Usaha Kecil Menengah Berbasis Standar Akuntansi Keuangan Entitas
Mikro, Kecil, Dan Menengah Pada PT. Mama Jaya. E-Journal S1 Ak Universitas
Pendidikan Ganesha, 8(2), 1–11.

Widiastiawati, B., & Hambali, D. (2020). Penerapan Penyusunan Laporan Keuangan


Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil Dan Menengah (Sak
Emkm). Journal Of Accounting, Finance And Auditing, 2(2), 38–48.

Wiradnyani, D. (2021). PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN BERDASARKAN SAK


EMKM PADA UMKM JASA KECANTIKAN SALON SANDAT BALI. Jurnal Ilmiah
Akuntansi.

47
Lampiran
Transkip Wawancara

Bagian 1 : Gambaran Usaha

 Kapan bapak mulai merintis usaha ternak ayam ras petelur ini?

 Kenapa bapak memilih usaha ternak ayam ras petelur bukan ternak hewan lain?

 Apa visi dan misi bapak membangun usaha ini?

 Bagaimana system usaha peternakan ayam ras petelur milik bapak ini?

 Berapa tenaga kerja yang bapak pekerjakan dan bagaimana pembagian tugasnya?

 Apakah bapak tahu manfaat melakukan pencatatan dan membuat laporan keuangan?

 Apakah keuangan usaha dengan keuangan pribadi sudah dipisah?

Bagian 2 : Data Keuangan

 Berapa modal awal untuk membangun usaha ini?

 Aset apa saja yang bapak miliki?

 Baerapa tahun perkiraan umur dari asset tersebut?

 Kas dari usaha ini saat ini dipegang sendiri atau ditaruh di bank?

 Bagaimana pengelolaan keuangan yang bapak lakukan untuk usaha ini?

 Biaya-biaya apa saja yang terjadi dalam satu periode pemeliharaan ayam?

 Berapa biaya pembangunan kandang ayam tersebut?

 Berapa penjualan yang dapat dilakukan dalam satu periode pemeliharaan ayam?

 Berapa omset terakhir yang diperoleh dari penjualan telur?

48
49

Anda mungkin juga menyukai