Anda di halaman 1dari 55

PENERAPAN SAK EMKM SEBAGAI DASAR

ANALISA PROFITABILITAS PADA UMKM USAHA


TELUR BAPAK KETUT DANTIK

HALAMAN SAMPUL
OLEH :
NI KETUT DENY SUANTARI
NIM. 1817051148

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


JURUSAN EKONOMI DAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2022
PENERAPAN SAK EMKM SEBAGAI DASAR ANALISA
PROFITABILITAS PADA UMKM USAHA TELUR BAPAK KETUT
DANTIK
Halaman Judul

PROPOSAL
Diajukan kepada
Universitas Pendidikan Ganesha
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan
Program Sarjana Ekonomi

Oleh
Ni Ketut Deny Suantari
NIM 1817051148

PRODI S1 AKUNTANSI
JURUSAN EKONOMI DAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA
SINGARAJA
2022

ii
PROPOSAL PENELITIAN

DIAJUKAN UNTUK MELENGKAPI TUGAS


DAN MEMENUHI SYARAT-SYARAT UNTUK
MENCAPAI GELAR SARJANA EKONOMI

Menyetujui

Pembimbing
PembimbingII,I,

Putu
I Putu
Riesty
Julianto,
Masdiantini,
S.E., M.Si.,Ak
S.E., M.Si
NIP.
NIP.199103302019032015
198207062014041001

iii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i
HALAMAN JUDUL...............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL....................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................vi
A. Latar Belakang..................................................................................................1
B. Identifikasi Masalah........................................................................................11
C. Pembatasan Masalah.......................................................................................12
D. Rumusan Masalah...........................................................................................12
E. Tujuan Penelitian............................................................................................12
F. Manfaat Penelitian..........................................................................................13
G. Kajian Pustaka.................................................................................................14
G.1. Kajian Teori.............................................................................................14
G.1.1.Kinerja Keuangan...............................................................................14
G.1.2. Teori Sinyal (Signalling Theory).....................................................15
G.1.3. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah................................................16
G.1.4. Laporan Keuangan...........................................................................21
G.1.5. Standar Akuntansi............................................................................26
G.1.6. Standar Akuntansi Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK
EMKM).........................................................................................................26
G.1.7. Profitabilitas.....................................................................................31
G.2. Kajian Penelitian yang Relevan...............................................................32
G.3. Kerangka Berpikir...................................................................................35
H. Rancangan Penelitian......................................................................................37
I. Lokasi Penelitian.............................................................................................38
J. Jenis dan Sumber Data....................................................................................38
K. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data......................................................40
L. Teknik Analisis Data.......................................................................................41
M. Uji Keabsahan Data.........................................................................................43
N. Daftar Rujukan................................................................................................44
Lampiran................................................................................................................48

iv
DAFTAR TABEL
Tabel Halama
n
Tabel Produksi Telur Unggas Provinsi Bali Menurut
1 Kabupaten/Kota (Ton)
……………………………………………………………... 3
Tabel Populasi Ternak Unggas menurut Jenis Ternak di Setiap
2 Kecamatan Tahun
2020………………………………………….. 4
Tabel Penelitian
3 Terdahulu…………………………………………….. 31

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Kerangka Berpikir ................................................................................35

vi
A. Latar Belakang

UMKM merupakan bentuk usaha yang tidak dapat dipisahkan dari

aktivitas ekonomi masyarakat. Perdagangan didalamnya merupakan sumber

pencaharian bagi banyak orang. UMKM terus berkembang pesat di Indonesia.

Pertumbuhan yang cepat tersebut menjadikan UMKM sebagai sektor yang

memiliki peranan yang penting serta strategis dalam pembangunan ekonomi. Hal

tersebut dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat Indonesia

sehingga memilih menggantungkan hidupnya dari UMKM, baik UMKM

tradisional maupun modern. Selain itu adanya UMKM juga dapat menyerap

tenaga kerja baik di wilayah desa maupun perkotaan (Nurul Hidayati, 2016).

Kristiyanti dalam (Nurul Hidayati, 2016) mengemukakan bahwa ketahanan

UMKM sudah teruji. Saat terjadinya krisis ekonomi pada tahun 1998, UMKM

dapat bertahan ditengah guncangan krisis, sementara sektor usaha yang lebih

besar sulit bertahan dan cenderung tumbang karena krisis. Kuatnya pertahanan

UMKM disebabkan oleh permodalan dalam usahanya yang relative kecil dan

tidak bergantung pada mata uang asing sehingga UMKM tidak terpengaruh oleh

kondisi fluktuasi mata uang asing seperti perusahaan-perusahaan besar. Hal

tersebut juga menjadi faktor masyarakat hingga kini terus melakukan upaya untuk

berinovasi dalam menciptakan produk UMKM guna bersaing dipasaran.

Berdasarkan data kementrian Koperasi dan UMKM jumlah UMKM pada tahun

2021 mencapai 64,2 juta. Dengan jumlah yang tinggi tersebut UMKM

memberikan sumbangan PDB sebesar 61,07% atau senilai dengan 8.573,89 triliun

rupiah. Secara persentase kemampuan UMKM dalam menyerap tenaga kerja

1
aadalah sebesar 97% dan dapat menghimpun hingga 60,4% dari total keseluruhan

investasi (Limanseto, 2021).

UMKM tercipta dalam berbagai sektor usaha, berkembang dan berinovasi

sesuai dengan perkembangan zaman serta kebutuhan masyarakat. Terlebih pada

saat situasi pandemi dimana masyarakat sangat mengutamakan kebutuhan pangan

daripada kebutuhan lainnya. Akibat adanya virus Covid-19 memberikan dampak

pada berbagai sektor terutama sektor ekonomi. Pemulihan ekonomi tentu sangat

dibutuhkan dan menjadi sebuah tantangan besar bagi pemerintah. Pemulihan

ekonomi dikatakan dapat dilakukan dengan menjaga ketahanan dan

keberlangsungan pada sektor riil (Pamela, 2020). Hal tersebut disebabkan karena

ditengah pandemi Covid-19 masyarakat hanya terfokus dalam pemenuhan pangan

maka dengan demikian sektor riil menjadi kunci pemulihan perekonomian

nasional. Sektor riil pangan terdiri dari peternakan, perkebunan, makanan dasar

dan lain sebagainya. Salah satu sub sektor dengan penghasil PDB yang tinggi

adalah peternakan. Menurut (Ermansyah, 2021) dalam Statistik dan Kesehatan

Hewan Produk Domestik Bruto subsektor peternakan tahun 2020 sebesar Rp167,1

Triliun. Angka tersebut tentunya bukan angka yang kecil. Selain kontribusi PDB

nilai ekspor produk peternakan tahun 2020 sebesar US$964,5 juta, angka tersebut

meningkat 29,61% dibandingkan tahun sebelumnya yakni tahun 2019

(Ermansyah, 2021). Badan Pusat Statistik melansir data produksi hasil peternakan

paling tinggi adalah pada perunggasan yaitu produksi telur yang berjumlah 7.309

di tahun 2020 (Direktorat Statistik Peternakan, 2021). Selain pemeliharaan yang

mudah ayam petelur juga memiliki omset usaha yang cukup tinggi dengan modal

yang relative rendah. Namun usaha peternakan unggas petelur juga memiliki

2
resiko yang cukup tinggi dikarenakan peternak ayam petelur mesti menyesuaikan

harga telur sesuai dengan yang beredar di pasaran. Telur juga merupakan salah

satu makanan pokok masyarakat Indonesia sehingga konsumi yang tinggi juga

menuntut produksi yang tinggi pula.

Perkembangan perunggasan di seluruh Indonesia kian berkembang pesat,

pertumbuhannya juga dipengaruhi oleh kondisi perekonomian serta sektor-sektor

lainnya. Sebab pendapatan pada sebuah daerah akan mempengaruhi konsumsi

pada daerah tersebut. Seperti halnya pada provinsi Bali, sektor pariwisata yang

terus tumbuh juga memberikan pengaruh pada sektor lainnya yaitu peternakan.

Hal tersebut dikarenakan sektor pariwisata tidak dapat dipisahkan dengan

konsumsi, turis domestik dan mancanegara tentu akan membeli makanan serta

mengkonsumsi makanan ketika mereka berwisata. Terlebih daging dan telur

adalah hasil peternakan yang mudah diolah. Produk ternak unggas juga bias

dijadikan beragam olahan makanan yang bervariasi, masyarakat kelas bawah

hingga retoran bintang lima sudah tentu menyediakan menu makanan berbahan

dasar daging ayam dan telur. Peternakan unggas di Bali sudah muncul sejak

sekitar tahun 1975. Bisnis ternak ayam terus berkembang dan menarik minat

masyarakat lokal (Poultry, 2021). Berikut adalah data produksi telur unggas di

Provinsi Bali

Tabel 1
Produksi Telur Unggas Provinsi Bali Menurut Kabupaten/Kota (Ton)
Telur Ayam
Telur Ayam Ras Telur Itik
Buras
Kab/Kota
201 201 202 201 201 202
2018 2019 2020
8 9 0 8 9 0
Jembrana 302 234 353 110 54 111 298 178 202
1071
6019 7188 267 120 217 418 192 372
Tabanan 3
Badung 1113 809 1547 187 90 173 357 215 447

3
Telur Ayam
Telur Ayam Ras Telur Itik
Buras
Kab/Kota
201 201 202 201 201 202
2018 2019 2020
8 9 0 8 9 0
Gianyar 2462 1694 2445 367 184 361 881 463 916
Klungkung 473 296 449 94 49 94 251 211 409
1757 1394 2143
238 132 214 207 104 187
Bangli 8 8 4
Karangasem 8691 3499 5187 327 145 283 223 98 192
Buleleng 463 292 583 548 274 525 431 237 358
Denpasar 0 0 26 56 30 58 23 14 34
Provinsi 4179 2679 3921 219 108 203 309 171 311
Bali 5 0 2 5 0 5 0 3 7
Sumber: Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali (BPS, 2021)

Terlihat pada tabel tersebut terdapat 4 kabupaten dengan produksi telur

ayam ras tertinggi yaitu Kabupaten Bangli, Badung, Tabanan dan Karangasem.

Kabupaten Karangasem menempati posisi keempat dalam data tersebut.

Peternakan telur di Kabupaten Karangasem juga didorong oleh tingkat pendidikan

masyarakatnya yang masih rendah sehingga memilih untuk membuka usaha

peternakan yang mudah serta memberikan keuntungan yang cukup untuk

memenuhi kebutuhan ekonomi. Sektor peternakan masuk ke dalam potensi

investasi Kabupaten Karangasem dengan jumlah keseluruhan ternak ayam ras

petelur yaitu 1.029.500 ekor dan ternak ayam ras pedaging sejumlah 1.070.452

ekor (RPI, 2020). Populasi ternak unggas menurut jenis ternak di setiap

kecamatan tahun 2020 adalah sebagai berikut:

Tabel 2
Populasi Ternak Unggas menurut Jenis Ternak di Setiap Kecamatan
Tahun 2020
Ayam Ras
Kecamatan Ayam Kampung Itik
Petelor Pedaging
Rendang 47.238 - 160.405 5.356
Sidemen 38.241 - 99.737 9.398
Manggis 62.113 806.000 122.750 1.685
Karangase 57.024 173.132 67.202 8.775
m

4
Abang 97.884 5.555 316 3.403
Bebandem 80.566 10.000 159.850 14.040
Selat 30.456 7.525 38.325 5.488
Kubu 168.359 50 1.329 503
Jumlah 582.021 1.002.262 649.914 48.628
Sumber: Buku Saku Data Potensi Kabupaten Karangasem Tahun 2020 (BPPD
Kabupaten Karangasem, 2021)

Kecamatan Manggis menempati urutan teratas pada populasi ayam ras

petelur dengan jumlah 806.000. Yang kemudian kembali tersebar ke dalam

masing-masing desa di Kecamatan Manggis. Potensi yang sangat berharga ini

terus berkembang seiring dengan munculnya peluang serta kebutuhan konsumsi

pangan masyarakat kecamatan Manggis. Desa Nyuhtebel merupakan salah satu

desa yang berada di Manggis dengan produksi telur yang tinggi. Desa Nyuhtebel

memiliki populasi warga 2.866 jiwa yang dimana mata pencaharian dominan pada

sektor primer dan sekunder yakni sebagai peternak, buruh tani ternak, dan buruh

bangunan mencapai 68% dan pegawai negeri mencapai 32%. Hal tersebut tentu

menjadi faktor utama sektor peternakan sangat berkembang pesat di desa

Nyuhtebel (nyuhtebel.desa.id, 2022). Potensi tersebut kemudian menumbuhkan

UMKM usaha telur yang dimana para peternak kemudian menjualbelikan hasil

ternaknya sendiri. Melakukan distribusi, merawat, serta mengelola secara mandiri.

Hal ini juga dilakukan oleh Bapak Ketut Dantik bersama sang istri Ibu Nirawati.

Bapak Ketut Dantik merupakan peternak ayam ras petelur sejak tahun 2004. Dari

observasi awal yang dilakukan beliau memilih untuk beternak ayam ras petelur

dikarenakan modal awal serta resikonya dirasa lebih rendah dibanding dengan

ternak lainnya. Bapak Ketut Dantik memiliki 10.000 ekor ayam ras petelur yang

dapat menghasilkan 8000 butir telur dalam satu hari. Dengan perkiraan

pendapatan sebesar 10 juta rupiah. Pendapatan hanya bias dikira-kira oleh beliau

5
sebab beliau tidak melakukan pencatatan sama sekali pada tiap-tiap transaksi yang

dilakukan.

Beliau juga memaparkan bahwa usahanya tidak berjalan mulus begitu saja.

Ternak beliau sempat diserang virus yang menyebabkan setengah dari ayam yang

beliau pelihara mati. Untuk menghadapi permasalahan usaha tersebut Bapak Ketut

Dantik menggunakan dana cadangan yang sempat dikumpulkan untuk

membangkitkan kembali usahanya. Semenjak saat itu beliau tidak dapat lagi

mengumpulkan dana cadangan dikarenakan harga telur yang rendah sementara

harga pakan kian meningkat. Hal inilah yang seharusnya diwaspadai. Pengelolaan

keuangan yang sama sekali tidak menggunakan pencatatan membuat Bapak Ketut

Dantik tidak dapat mengetahui secara pasti biaya-biaya serta pendapatan bersih

yang ia peroleh dari usahanya. Terlebih beliau tidak memiliki dana cadangan jika

dimasa mendatang mengalami kerugian. Oleh karena itu pembuatan laporan

keuangan sangat dibutuhkan. Laporan keuangan tidak hanya dapat membantu

untuk dapat mengetahui laju profitabilitas usaha tetapi juga dapat digunakan

sebagai dasar serta memberikan gambaran apabila dimasa mendatang memerlukan

pinjaman modal dari pihak ketiga atau pihak eksternal. Oleh karena fungsinya

yang digunakan untuk kepentingan pihak eksternal maka penyusunannya perlu

disesuaikan dengan aturan penyusunan laporan keuangan yang berlaku. Menurut

(Wiradnyani, 2021) terdapat pernyataan mengenai tujuan laporan keuangan pada

Exposure Draft Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil dan Menengah

yaitu adalah untuk menyediakan informasi mengenai posisi keuangan serta kinerja

keuangan sebuah entitas yang dapat memberikan manfaat dalam pengambilan

keputusan. Terkait tujuan yang penting tersebut pada tahun 2016 Dewan Standar

6
Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia melakukan penegsahan Exposure

Draft SAK EMKM yang kemudian dimaksudkan untuk dapat digunakan oleh

pelaku UMKM ataupun pemilik entitas tanpa akuntabilitas publik yang signifikan

namun melakukan penerbitan laporan keuangan yang bertujuan untuk umum bagi

penggunanya (Wiradnyani, 2021). Pelaku UMKM diarahkan untuk menyusun

laporan keuangan sesuai dengan SAK EMKM hal tersebut dikarenakan Standar

Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK EMKM) dapat

lebih mudah untuk dipahami oleh pengusaha kecil atau pelaku UMKM sehingga

hal tersebut dapat membantu mengetahui bagaimana kondisi yang sebenarna dari

perusahaan mereka serta dapat melakukan pengukuran terhadap kinerja

perusahaan yang tengah dijalankan (Widiastiawati & Hambali, 2020). Laporan

keuangan tidak semata-mata dibuat hanya muntuk memberikan gambaran saja

tetapi sebagai bahan analisa dasar pengambilan keputusan ekonomi pihak yang

berkepentingan terhadap usaha tersebut. Agara dapat membaca, mengerti dan

memahami makna laporan keuangan, pengguna perlu melakukan analisa dengan

menggunakan beragam instrument analisis yang dapat digunakan. Analisis

laporan keuangan adalah salah satunya. Melalui analisis laporan keuangan,

pemilik usaha dan manajemen dapat mengetahui beragam hal yang terkait dengan

keuangan serta kemajuan perusahaan. Hal tersebut juga dapat dilakukan oleh

pemilik usaha pada UMKM. Pemilik usaha dapat memahami serta mengetahui

secara pasti kondisi keuangan perusahaan serta memberikan penilaian kinerja

keuangan apakah mencapai target atau tidak (Nasution, 2018).

Pada UMKM kinerja keuangan yang utama adalah profitabilitas. Sebab

Usaha Mikro Kecil dan Menengah didirikan untuk dapat menghasilkan laba dan

7
memberikan keuntungan guna memenuhi kebutuhan pelaku usaha. Kinerja

perusahaan dalam menghasilkan keuntungan disebut profitabilitas. Profitabilitas

merupakan kemampuan sebuah perusahaan dalam meningkatkan keuntungan atau

laba perusahaan dari hasil operasional perusahaan. Profitabilitas juga merupakan

indikator yang secara langsung menunjang kelangsungan hidup perusahaan

(Tampubolon & Prima, 2020). Menurut Wira (2015) dalam (Parhusip, 2019)

Profitabilitas diukur dengan beberapa indikator yang disesuaikan dengan usaha

yang ingin diketahui tingkat profitabilitasnya. Rasio profitabilitas merupakan

rasio yang diperuntukan untuk dapat mengukur kemampuan perusahaan

menghasilkan keuntungan. Terdapat beberapa jenis rasio profitabilitas yang sering

digunakan yaitu net profit margin, return on sales, return on equity, dan return on

assets,dan Return on Equity. Pada UMKM rasio yang sesuai untuk mengukur

tingkat profitabilitasnya adalah Return On Sales. Hal tersebut dikarenakan pada

UMKM hanya berfokus pada penjualan dan laba. Return On Sales merupakan

rasio yang diperoleh dari membagi laba usaha dengan jumlah atau total

keseluruhan penjualan. ROS dapat memberikan gambaran tingkat keuntungan

yang ddidapat dari setiap penjualan yang dilakukan. Semakin tinggi tingkat nilai

rasio ROS maka akan semakin baik sebab dapat menunjukkan UMKM

menghasilkan laba yang besar dari penjualan yang dilakukan (Parhusip, 2019).

Pencegahan resiko kerugian dimasa mendatang dapat dicegah dengan lebih

kompleks apabila melakukan pencatatan serta mengukur rasio profitabilitas. Hal

tersebut yang penelliti akan terapkan dalam penelitian ini. Pembuatan laporan

keuangan yang sesuai dengan SAK EMKM kemudian melakukan pengukuran

kinerja usaha dalam memperoleh laba dengan rasio profitabilitas Return On Sales.

8
Penelitian dengan topik sejenis sudah beberapa kali dilakukan. Penelitian yang

dilakukan oleh (Lesmana, 2021) dengan judul Penerapan Laporan Keuangan

Berbasis SAK EMKM pada UMKM Telur Asin Mujijaya Di Desa Sigambir

Brebes menghasilkan bahwa UMKM Mujijaya masih melakukan penyusunan

laporan keuangan secara manual meliputi pemasukan dan pengeluaran. Hal serupa

juga dihasilkan pada penelitian yang dilakukan oleh (Suprapti, 2021) yang

berjudul Penyusunan Laporan Keuangan Berbasis Sak Emkm Sebagai Upaya

Pengembangan Kinerja Keuangan Umkm (Studi Empiris Pada UD. Makmur Jaya

Santoso, Desa Slumbung, Kecamatan Gandusari, Kabupaten Blitar) dimana hasil

penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa pemilik belum mengetahui bahwa

keberadaan laporan keuangan sangat penting dan bermnafaat untuk dapat

mengetahui perkembangan usaha dan dapat digunakan untuk menarik pihak

eksternal dalam hal pendanaan, peneliti memberikan solusi untuk melakukan

penyusunan laporan keuangan yang sesuai dengan SAK EMKM. (Uno et al.,

2019) melakukan penelitian yang menghasilkan bahwa pencatatan di UMKM

Rumah Karawo sangat sederhana dimana didalamnya hanya meliputi penjualan

produk dan pemilik Rumah Karawo belum menyusun laporan keuangan yang

sesuai dengan SAK EMKM yang disebabkan oleh minimnya pemahaman akan

penyusunan laporan keuangan. Penelitian tersebut berjudul Analisis Penerapan

Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, Dan Menengah (Sak Emkm)

Pada Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (Studi Kasus Pada Rumah Karawo Di

Kota Gorontalo). Penelitian yang dilakukan (Septriana & Vitriyani, 2016) dengan

judul Implementasi Akuntansi Keuangan Berbasis Sak Etap (Studi Kasus Pada

Umkm Batik Di Kota Semarang) menyatakan bahwa persepsi dan pemahaman

9
pengusah UMKM Batik di Kota Semarang mengenai SAK ETAP nyatanya masih

sangat sederhana, hal tersebut disebabkan oleh kurangnya pengetahuan para

pelaku usaha mengenai teknis penyusunan laporan keuangan berdasarkan SAK

ETAP. Hal serupa juga dikemukakan oleh (Ismadewi et al., 2017) dalam

penelitiannya Penyusunan Laporan Keuangan Sesuai Dengan Standar Akuntansi

Keuangan Entitas Mikro, Kecil dan Menengah (SAK EMKM Pada Usaha Ternak

Ayam Boiler (Studi Kasus Pada Usaha I Wayan Sudiarsa Desa Pajahan

Kecamatan Pupuan Kabupaten Tabanan), bahwa pemilik usaha tersebut masih

menerapkan laporan keuangan sederhana dimana hal tersebut disebabkan oleh

faktor SDM, tingkat kompetensi, dan lingkup organisasi yang kecil. Masih dengan

hasil yang sama, penelitian yang dilakukan oleh (Amani, 2018) dengan judul

Penerapan SAK EMKM sebagai dasar penyusunan laporan keuangan UMKM

(Studi Kasus di UD Dua Putri Solehah Probolinggo) menunjukkan bahwa

UMKM tersebut belum menerapkan SAK EMKM pada laporan keuangannya.

Selain menunjukkan penyebab penyusunan laporan keuangan yang masih

sederhana, (Wiradnyani, 2021) menunjukkan implikasi pada penerapan SAK

EMKM pada laporan keuangan UMKM, pada penelitian yang dilakukan dengan

judul Penyusunan Laporan Keuangan Berdasarkan SAK EMKM Pada UMKM

Jasa Kecantikan Salon Sandat Bali. Wiradnyani juga menyatakan bahwa setelah

dilakukan penyusunan laporan ulang yang dilakukan dengan berdasarkan SAK

EMKM terdapat perbedaan perolehan laba pada UMKM Jasa Kecantikan Salon

Sandat Bali. Hasil penelitian tersebut sama dengan (Apriliani, 2015) dengan judul

Penerapan Laporan Keuangan Sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Entitas

Mikro Kecil dan Menengah (SAK EMKM) Pada Usaha Pengerajin Rotan di Ata

10
Shop Tenganan (Studi Kasus Pada Bapak I Nyoman Uking Desa Tenganan

Kecamatan Manggis Kabupaten Karangasem). Terdapat perbedaan jumlah

perolehan pada tiap-tiap laporan setelah dilakukan pembuatan laporan keuangan

yang sesuai dengan SAK EMKM.

Penelitian ini berfokus pada penerapan Standar Akuntansi Keuangan

Entitas Mikro, Kecil dan Menengah dan pertumbuhan profitabiltas pada Usaha

Telur milik Bapak Ketut Dantik. Karena berdasarkan observasi awal yang

dilakukan, bahwa Bapak Ketut Dantik tidak membuat laporan keuangan untuk

usahanya. Pembuatan laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM masih belum

bisa diterapkan oleh Bapak Ketut Dantik, selain karena menyita waktu beliau juga

menyatakan keterbatasan pengetahuan yang menyebabkan beliau tidak menyusun

laporan keuangan berstandar SAK EMKM. Kebaruan dalam penelitian ini ialah

pengukuran profitabilitas pada UMKM Usaha Telur Bapak Ketut Dantik dengan

rasio Return On Sales berdasarkan Laporan Keuangan yang akan disusun

berdasarkan SAK EMKM. Maka dari itu peneliti mengambil judul penelitian

mengenai: “Penerapan SAK EMKM sebagai Dasar Analisa Profitabilitas

pada UMKM Usaha Telur Bapak Ketut Dantik.”

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, maka dapat

diidentifikasikan masalah sebagai berikut:

(1) Pada Usaha Telur Bapak Ketut Dantik terdapat masalah pada proses

pengelolaan keuangan yang tidak menggunakan laporan keuangan

melainkan hanya dengan nota dimana hal tersebut disebabkan oleh

keterbatasan kemampuan pemilik usaha tersebut.

11
(2) Laju pertumbuhan profitabilitas yang tidak dapat diketahui pasti akibat

tidak melakukan pencatatan dalam setiap transaksi yang dilakukan.

Terlebih narasumber mengaku terkadang tidak mendapatkan keuntungan

dari usaha yang dijalankan dan saat ini tidak memiliki dana cadangan.

(3) Tidak terdapat laporan keuangan sama sekali sebagai wujud pengelolaan

keuangan serta antisipasi risiko keuangan dimasa mendatang.

C. Pembatasan Masalah

Terdapat beberapa penelitian yang mengangkat topik terkait penerapan

Standar Akuntansi Keuangan pada UMKM. Namun penelitian yang dilakukan

pada Usaha Telur milik Bapak Ketut Dantik berfokus pada penerapan SAK

EMKM pada laporan keuangan UMKM yang nantinya dapat digunakan sebagai

dasar analisa profitabilitas usaha yang kemudian akan dihitung menggunakan

rumus ROS atau Return on Sales.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan di atas maka

permasalahan yang akan diteliti adalah,

(1) Bagaimana penyusunan laporan keuangan berdasarkan SAK EMKM pada

usaha telur Bapak Ketut Dantik?

(2) Bagaimana profitabilitas dan implikasi penerapan laporan keuangan pada

usaha telur Bapak Ketut Dantik sebelum dan sesudah penyusunan laporan

keuangan?

12
E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah:

(1) Untuk mengetahui penyusunan laporan keuangan berdasarkan SAK

EMKM pada usaha telur milik Bapak Ketut Dantik.

(2) Untuk mengetahui profitabilitas implikasi penerapan laporan keuangan

pada usaha telur Bapak Ketut Dantik sebelum dan sesudah penyusunan

laporan keuangan.

F. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi beberapa

pihak. Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

(1) Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran terkait penyusunan

laporan keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas

Mikro, Kecil dan Menengah pada UMKM Usaha Telur Bapak Ketut

Dantik serta dapat pula dijadikan sebagai sumber refrensi bagi penelitian

terkait dimasa mendatang.

(2) Manfaat Praktis

a. Bagi Usaha Telur Bapak Ketut Dantik, peneliti berharap penelitian ini

dapat digunakan sebagai bahan masukan serta evaluasi dalam

menyusun laporan keuangan yang disesuaikan dengan Standar

Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil dan Menengah.

13
b. Bagi Lembaga Universitas Pendidikan Ganesha, penelitian ini

diaharapkan dapat menjadi tambahan kepustakaan serta refrensi bagi

mahasiswa.

c. Bagi mahasiswa, peneliti berharap penelitian ini kelak dapat

memberikan tambahan wawasan serta ilmu terkait akuntansi keuangan

pada UMKM.

G. Kajian Pustaka

G.1. Kajian Teori

G.1.1. Kinerja Keuangan

Definisi kinerja merupakan gambaran pencapaian/program/kebijaksanaan

dalam mencapai sasaran, tujuan, misi dan visi sebuah orgnasisasi. Kemudian

terdapat konsep kinerja keuangan yang merupakan rangkaian kegiatan atau

aktivitas keuangan pada suatu periode tertentu yang dilaporkan dalam sebuah

laporan keuangan yaitu diantaranya laporan laba rugi dan neraca. Kinerja

keuangan merupakan sebuah analisis yang dilaksanakan agar dapat melihat

seberapa jauh sebuah perusahaan dapat melaksanakan dengan mengikuti aturan-

aturan pelaksanaan keuangan dengan baik dan benar Kinerja keuangan sebuah

perusahaan adalah suatu gambaran mengenai keadaan atau kondisi keuangan

perusahaan yang dianalisis menggunakan instrumen-instrumen analisis keuangan

yang kemudian menghasilakn hasil analisa yang mengandung baik dan buruk

keadaan keuangan sebuah perusahaan yang digunakan sebagai cerminan

pencapaian perusahaan dalam periode tertentu (Nasution, 2018). Kinerja

keuangan juga merupakan sebuah keberhasilan perusahaan dalam hal pengelolaan

keuangan perusahaan sehingga dapat memperoleh hasil pengelolaan yang baik

14
dan benar. Kinerja keuangan sebuah perusahaan dapat ditampilkan pada laporan

keuangan. Laporan keuangan merupakan laporan yang menyajikan kondisi

keuangan perusahaan baik pada saat itu maupun dalam sebuah periode tertentu.

Penyajian laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi mengenai

posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi keuangan sebuah perusahaan yang

nantinya sangat berguna bagi sejumlah besar pengguna laporan keuangan dalam

proses pengambilan keputusan ekonomi. Informasi tersebut nantinya digunakan

sebagai dasar pertimbangan pengambilan keputusah baik bagi pihak internal dan

eksternal perusahaan (Sanjaya, 2018).

Begitu juga dalam UMKM. Analisis keuangan merupakan salah satu cara

yang dapat dilakukan untuk dapat menilai kinerja keuangan usaha tersebut.

Analisis keuangan dapat dilakukan ketika sebuah usaha sudah melakukan

pencatatan dan menyusun laporan keuangan. Dengan demikian analisis dapat

dengan mudah dilakukan. Menilai kinerja keuangan berkaitan dengan umur

perusahaan. Hal ini dinilai penting agar pemilik usaha dapat mencegah resiko

keuangan dimasa mendatang. Banyak faktor-faktor insidental yang tidak dapat

diduga sehingga perlu diantisipasi dengan menyiapkan kas dan melakukan

pengelolaan keuangan yang baik dan benar agar aliran kas dapat diketahui dengan

pasti (Sanjaya, 2018).

G.1.2. Teori Sinyal (Signalling Theory)

Signalling Theory pertama kali digagas oleh Ackerlof, Spence dan Stigliz.

Melalui gagasan Teori sinyal tersebut mereka memperoleh nobel ekonomi pada

tahun 2001. Teori Sinyal dikembangkan pada ilmu ekonomi dan keuangan yang

dimana menggunakan informasi yang tidak sesuai atau asimetris antara pemilik

15
usaha dengan pihak luar atau pihak eksternal. Hal tersebut dikarenakan pihak

manajemen terlalu banyak mengetahui mengenai prospek perusahaan serta

peluang usaha di masa mendatang dibanding dengan investor. Asimetri informasi

akan terjadi apabila manajemen tidak secara utuh memberikan semua informasi

yang dapat memberikan pengaruh pada nilai perusahaan pada di pasar modal

(Tillah et al., 2019). Teori sinyal mengungkapkan tentang motivasi perusahaan

untuk melakukan pengungkapan informasi seperti pencatatan transaksi ataupun

laporan keuangan kepada pihak luar yang berkepentingan. Pengungkapan

dilakukan dengan harapan dapat memperoleh respon positif serta memberikan

dampak yang baik bagi entitas dan bagi insentif yang akan diterima. Hubungan

keagenan menjadi dasar yang dapat memberikan pengaruh manajer dalam

mengungkapkan secara sukarela. Pengungkapan yang dilakukan tersebut

bertujuan untuk membuat pemegang saham memiliki keyakinan akan tindakan

yang telah dilakukan oleh manajer tersebut telah sejalan dengan kepentingan dari

para pemegang saham. Teori sinyal dapat memberikan gambaran dorongan

kesediaan secara sukarela menyajikan informasi keuanggan sebagai bentuk untuk

bisa memperoleh respon yang positif dari pengguna informasi keuangan. Hal

tersebut juga dapat terjadi pada UMKM dimana memahami kebutuhan untuk

dapat mendorong adanya pencatatan laporan keuangan adalah langkah pertama

(Kareja et al., 2022).

G.1.3. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah

1. Definisi UMKM

Banyak pihak yang memiliki kepentingan dengan UMKM sehingga

muncul banyak pendapat pula mengenai definisi atau pengertian UMKM itu

16
sendiri. Salah satunya Badan Pusat Statistik atau BPS menggolongkan UMKM

menjadi empat berdasarkan jumlah tenaga kerja yang diperkerjakan. Yang

pertama yaitu industri rumah tangga jika memiliki tenaga kerja berjumlah antara 1

hingga 4 orang. Kedua yaitu industri kecil dengan jumlah tenaga kerja antara 5

hingga 9 orang. Ketiga yakni industri sedang atau menengah jika memiliki tenaga

kerja dengan jumlah 10 sampai 99 orang. Kemudian terakhir merupakan industri

besar jika memiliki jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang (Budiarto, 2018).

Definisi lainnya yakni berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun

2021 (Kemudahan, Pelindungan, Dan Pemberdayaan Koperasi Dan Usaha Mikro,

Kecil, Dan Menengah, 2021), usaha mikro merupakan usaha yang produktif milik

orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria usaha

mikro sebagaimana diatur dalam peraturan pemerintah nomor 7. Kemudian Usaha

kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri secara mandiri atau berdiri

sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan

merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki,

dikuasai, atau menjadi bagian baik secara langsung ataupun tidak langsung dari

usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria. Dan usaha menengah

adalah usaha ekonomi yang produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh

orang perorangan atau badan usha yang bukan merupakan anak perusahaan atau

cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung

ataupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar yang memenuhi

kriteria usaha menengah sebagaimana diatur dalam peraturan pemerintah nomor 7

tahun 2021.

17
UMKM memiliki beberapa perbedaan dengan perusahaan besar. Pada

UMKM, pengelolaan atau struktur kepemimpinan usahanya dilakukan oleh

pemilik sendiri sehingga tidak dapat dihindarkan dari permasalahan. Pemilik

usaha juga bertindak sebaga manajer produksi, sebagai manajer keuangan, secara

bersamaan juga sebagai manajer pemasaran. Hal tersebut yang memicu

pengelolaan usaha pada UMKM juga tidak dapat maksimal. Sebab kemampuan

orang tidak dapat menguasai berbagai hal pada waktu yang bersamaan (Farida,

2016).

2. Potensi UMKM

Sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah merupakan sektor usaha yang

memiliki potensi yang sangat besar untuk dapat dikembangkan. Beberapa potensi

sektor UMKM yang dipaparkan oleh (Budiarto, 2018) adalah sebagai berikut:

a) UMKM tidak memiliki banyak ketergantungan pada faktor luar atau

eksternal, seperti krisisi perekonomian dunia, utang dalam valuta asing

dan bahan baku yang diimpor dalam melakukan kegiatan operasionalnya.

b) Waktu produksi atau time lag UMKM yang relatif singkat.

c) Kebutuhan modal pada UMKM terkhusus UMK relatif kecil.

d) Beberapa usaha UMKM adalah kegiatan yang padat karya serta mampu

mengasah kemampuan dan semi skill pekerjanya.

e) UMKM dapat menciptakan lapangan kerja baru dengan tingkat biaya

modal yang rendah.

f) UMKM memiliki kemampuan forward dan backward linkage antar

berbagai sektor.

18
g) Memiliki peluang yang besar jika dikembangkan dalam adaptasi berbagai

teknologi.

h) UMKM dapat mengisi aneka ceruk pasar yang dinilai tidak efisien bagi

perusahaan berukuran besar.

i) UMKM merupakan penopang eksistensi perusaahaan besar.

3. Kendala UMKM di Indonesia

Meskipun memiliki banyak potensi, perjalanan UMKM di Indonesia tidak

berjalan mulus. Banyak hambatan serta kendala internal dan eksternal yang mesti

dihadapi pelaku UMKM. Berikut beberapa kendala yang seringkali muncul dalam

UMKM menurut (Wiradnyani, 2021) :

a) Modal

Letak geografis UMKM nyatanya dapat memberikan pengaruh

terhadap akses permodalan. Sekitar 60-70% UMKM belum dapat

mengakses perbankan. Selain kendala tersebut, kendala lainnya juga dalam

hal administratif. Manajemen dalam bisnis UMKM masih dikelola secara

manual atau secara tradisional, utamanya dalam hal manajemen keuangan.

Pemilik atau pengelola UMKM belum dapat mengelola keuangan dengan

memisahkan antara uang operasional rumah tangga dan uang untuk usaha.

b) Sumber Daya Manusia (SDM)

Minimnya pengetahuan mengenai teknlogi produksi dan cara untuk

melakukan quality control pada produk yang diproduksi membuat SDM

dalam UMKM menjadi salah satu kendala pengembangan UMKM di

Indonesia. Kemampuan pelaku UMKM masih belum mumpuni untuk

dapat membaca kebutuhan pasar hal tersebut menyebabkan pelaku

19
UMKM belum dapat mencermati kebutuhan serta peluang di pasaran.

Pemasaran yang dilakukan oleh sebagian besar UMKM juga masih relatif

tradisional, dengan mengandalkan cara sederhana seperti dari mulut ke

mulut. Keterbatasan modal juga membuat pelaku UMKM tidak dapat

memperkerjakan tenaga kerja yang dalam jumlah banyak dan tenaga kerja

yang bersertifikasi.

c) Hukum

Di Indonesia UMKM pada umumnya pelaku usaha masih berbadan

hukum perorangan.

d) Akuntabilitas

Akibat minimnya pengetahuan mengenai akuntansi masih banyak

pelaku usaha yang tidak memperhatikan sistem administrasi keuangan

bahkan tidak melakukan pencatatan sama sekali.

e) Iklim Usaha

Koordinasi antara stakeolder UMKM terkait masih belum terjalin

dengan baik. Antara lembaga pemerintah, institusi pendidikan, lembaga

keuangan, serta asosiasi usaha masih sering berjalan sendiri-sendiri. Selain

hal itu, lembaga terkait belum menyelesaikan penanganan dalam aspek

legalitas badan usaha dan kelancaran dalam prosedur perizinan, penataan

lokasi usaha, biaya transaksi atau biaya usaha yang masih tinggi,

infrastruktur, serta kebijakan dalam aspek permodalan atau pendanaan

untuk UMKM.

20
f) Infrastruktur

Kurangnya pengetahuan pelaku UMKM, membuat sebagian besar

UMKM masih menggunakan teknologi yang masih sederhana. Selain itu

keterbatasan sarana serta prasarana usaha yang berhubungan dengan alat-

alat teknologi juga menjadi faktor lainnya.

g) Akses

Akses yang dimaksud dalam hal ini adalah terkait bahan baku

produksi produk UMKM. Seringkali pelaku UMKM memperoleh bahan

baku dengan kualitas yang rendah. Selain itu sulitnya akses terhadap

teknologi juga menjadi salah satu polemik terlebih apabila pasar dikuasai

oleh perusahaan tertentu.

G.1.4. Laporan Keuangan

1. Definisi Laporan Keuangan

Menurut IAI, laporan keuangan adalah catatan yang mengandung

informasi keuangan sebuah perusahaan dalam periode akuntansi tertentu yang

menggambarkan kinerja dari perusahaan tersebut. Laporan keuangan yang dibuat

tersebut dapat digunakan oleh pihak eksternal seperti banker, kreditor, pemilik,

dan pihak-pihak yang berkepentingan dalam melakukan analisa kinerja keuangan

serta kondisi perusahaan (Warsadi et al., 2017). Segala aktivitas dan output atau

hasil yang dilaksanakan oleh perusahaan akan tergambarka dalam laporan

keuangan. Perusahaan berkembang menjadi ekselen dalam artian dapat mencapai

kinerja yang profit, jaringan luas, efisien, dan berdaya saing. Beragam prestasi

tersebut dapat dilihat dari laporan keuangan. Hal tersebut menimbulkan tren,

dengan tren laporan keuangan yang semakin memburuk tentu saja bisa menjadi

21
gejala perusahaan akan mengalami kerugian atau gulung tikar. Penyebab kerugian

tersebut dapat ditanyakan pada laporan keuangan itu sendiri. Laporan keuangan

adalah satu-satunya dokumen yang bisa diperoleh untuk dapat mengetahui serta

memahami kondisi perusahaan (Wahyudiono, 2014).

2. Tujuan Laporan Keuangan

Dalam APB (Accounting Principles Board) statement No. 4 terdapat

tujuan khusus dari laporan keuangan adalah menyajikan posisi keuangan, hasil

dari usaha, serta perubahan posisi keuangan lainnya secara wajar yang sesuai

dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (Wiradnyani, 2021).

Kemudian tujuan umum dari penyajian laporan keuangan adalah sebagai berikut:

a) Laporan keuangan dapat memberikan informasi yang terpercaya mengenai

sumber daya ekonomi dan kewajiban perusahaan.

b) Laporan keuangan dapat memberikan informasi yang terpercaya mengenai

sumber kekayaan bersih yang bersumber dari kegiatan usaha dalam

memperoleh laba.

c) Memberikan kemungkinan untuk dapat menaksirkan potensi perusahaan

dalam memperoleh laba.

d) Memberikan informasi yang diperlukan lainnya mengenai perubahan

aktiva dan kewajiban.

e) Dapat mengungkapkan informasi relevan lainnya yang diperlukan para

pemakai laporan keuangan.

Menurut pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1

memaparkan bahwa tujuan dari penyusunan laporan keuangan adalah untuk dapat

memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas

22
entitas, dimana hal tersebut sangat bermanfaat bagi sebagian besar kalangan

pengguna laporan dalam pembuatan keputusan yang berkaitan dengan

pengemangan perusahaan. Laporan keuangan menyajikan informasi tentang asset,

liabilitas, ekuitas, pendapatan dan beban termasuk laba serta kerugian, kontribusi

dan distribusi kepada pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik serta arus kas

(Wiradnyani, 2021).

3. Jenis-Jenis Laporan Keuangan

Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia,

laporan keuangan yang lengkap terdiri dari 5 jenis laporan yaitu laporan laba rugi,

laporan perubahan modal, laporan neraca, laporan arus kas, dan catatan atas

laporan keuangan (Wiradnyani, 2021).

a) Laporan laba rugi (Income Statement), laporan ini adalah laporan yang

tersusun secara sistematis mengenai pendapatan dan beban perusahaan

dalam suatu periode waktu tertentu. Laporan laba rugi memuat informasi

tentang hasil usaha perusahaan, yakni laba/rugi bersih, dimana laba/rugi

bersih tersebut merupakan hasil dari pendapatan yang dikurangi degan

beban.

b) Laporan perubahan modal (Statement of Owner’s Equity) merupakan

laporan yang didalamnya tersaji ikhtisar perubahan dalam modal pemilik

sebuah perusahaan dalam periode waktu tertentu. Modal pemilik dapat

bertambah dengan adanya investasi dan laba bersih, hal sebaliknya juga

dapat terjadi yakni modal pemilik dapat berkurang apabila terdapat prive

23
(penarikan/pengambilan uang tunai untuk kepentingan pribadi pemilik

usaha) dan rugi bersih.

c) Laporan Neraca (Balance Sheet), merupakan sebauh laporan yang disusun

secara sistematis mengenai posisi aktiva, kewajiban, dan modal perusahaan

per tanggal tertentu. Tujuan dari pembuatan neraca ini adalah untuk

memberikan gambaran posisi keuangan perusahaan.

d) Laporan arus kas (Statement of Cash Flows), merupakan laporan yang

menyajikan arus kas masuk dan arus kas keluar secara terperinci dari

masing-masing aktivitas, mulai dari aktivitas operasi, aktivitas investasi,

sampai dengan aktivitas pendanaan dalam satu periode tertentu. Laporan

arus kas dapat menunjukkan besarnya kenaikan serta penurunan kas bersih

dari seluruh aktivitas selama periode yang sedang berjalan serta saldo kas

yang dimiliki perusahaan sampai akhir periode.

e) Catatan atas laporan keuangan (Notes of the Financial Statement), adalah

bagian integral yang tidak dapat dipisahkan dari semua komponen dalam

laporan keuangan lainnya. Tujuan dari adanya CALK adalah untuk dapat

memberikan penjelasan yang lengkap tentang informasi yang disajikan

dalam laporan keuangan.

4. Pengguna Laporan Keuangan

Pengguna informasi dalam laporan keuangan ini dikategorikan ke dalam

dua kategori yakni pihak internal yang meliputi; Direktur dan Manajer Keuangan,

Direktur Operasi dan Manajer Pemasaran, serta Manajer dan Supervisor Produksi,

dan pihak eksternal diantaranya; Investor, Kreditor, Pemerintah, Badan Pengawas

24
Pasar Modal (BAPEPAM), serta Ekonom, Praktisi dan Analis (Wiradnyani,

2021).

a) Direktur dan Manajer Keuangan memerlukan laporan keuangan guna

menentukan sanggup atau tidaknya perusahaan dalam melakukan

pelunasan utang secara tepat waktu kepada pihak kreditur. Informasi

akuntansi yang diperlukan yaitu mengenai besarnya uang kas yang tersedia

pada perusahaan saat menjelang waktu pembayaran utang.

b) Direktur Operasional dan Manajer Pemasaran memerlukan laporan

keuangan untuk dapat memutuskan efektif atau tidaknya saluran distribusi

produk ataupun aktivitas pemasaran yang sudah dilakukan oleh

perusahaan. Dalam hal ini, informasi akuntansi yang diperlukan adalah

mengenai besarnya penjualan (tren penjualan).

c) Manajer dan Supervisor Produksi memerlukan informasi akuntansi biaya

agar dapat menentukan besarnya harga pokok produksi, yang kemudian

akhirnya sebagai dasar untuk melakukan penetapan harga jual produk per

unit.

d) Investor memerlukan informasi yang terdapat dalam laporan keuangan

guna mengambil keputusan dalam hal melakukan pembelian atau melepas

saham investasinya. Investor selaku pihak eksternal dari investee dapat

memberikan nilai prospek terhadap dana yang akan atau sudah

diinvestasikan melalui laporan keuangan investee, apakah menguntungkan

atau tidak.

e) Kreditur (supplier dan banker) memerlukan informasi akuntansi debitur

guna melakukan evaluasi besarnya tingkat risiko pada pemberian pinjaman

25
uang. Kreditur dapat memperkecil risiko dengan cara mencari informasi

seberapa besar tingkat bonafiditas dan likuiditas debitur lewat laporan

keuangan debitur bersangkutan.

f) Pemerintah memerlukan informasi akuntansi dalam laporan keuangan

perusahaan (wajib pajak) untuk melakukan perhitungan dan penetapan

besarnya pajak penghasilan yang harus dibayarkan pada Negara.

g) Badan Pengawas Pasar Modal (BAPEPAM) memandang perlu emiten

untuk melampirkan laporan keuangan secara rutin untuk dapat mengetahui

kinerja keuangan emiten yang bertujuan untuk melindungi para investor.

h) Ekonom, Praktisi, dan Analis memerlukan informasi akuntansi guna

melakukan prediksi situasi perekonomian Negara, menentukan besarnya

tingkat inflasi, laju pertumbuhan pendapatan nasional, dan lain

sebagainya.

G.1.5. Standar Akuntansi

Standar akuntansi dikembangkan oleh para akuntan agar dapat dijadikan

sebagai dasar atau patokan dalam melakukan penyusunan laporan keuangan yang

baku dan dapat diterima umum. Dengan adanya standar tersebut, pihak

manajemen selaku pengelola dan pengolah dana serta aktivitas perusahaan dapat

melakukan pencatatan, mengikhtisarkan, dan melaporkan semua hasil kegiatan

operasional ataupun finansial perusahaan secara baku atau sesuai dengan standar

yang berterima umum dan transparan (Wiradnyani, 2021).

26
G.1.6. Standar Akuntansi Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK

EMKM)

1. Definisi Standar Akuntansi Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah

SAK EMKM dibuat dengan tujuan untuk dapat digunakan oleh entitas

mikro kecil dan menengah. Entitas mikro kecil dan menengah merupakan entitas

tanpa akuntabilitas publik sesuai dengan definisi dalam Standar Akuntansi

Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik dimana yang memenuhi definisi

serta kriteria usaha mikro kecil dan menengah sebagaimana diatur dakam

peraturan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia (Azizah Rachmanti et

al., 2019). Standar ini disusun secara khusus oleh Ikatan Akuntan Indonesia

selaku organisasi profesi yang menaungi seluruh akuntan di Indonesia. SAK

EMKM selain sebagai standar juga merupakan salah satu dorongan agar

pengusaha-pengusaha di Indonesia dapat berkontribusi secara signifikan dalam

proses pengembangan UMKM yang lebih maju, sebab laporan keuangan adalah

hal yang sangat penting dalam membangun UMKM (Wiradnyani, 2021).

2. Kerangka Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan

Menengah

Menurut (Wiradnyani, 2021) kerangka SAK EMKM terdiri dari tujuan,

karakteristik kualitatif, elemen, asumsi, prinsip, dan konstrain. Jika disusun

layaknya sebuah rumah, kearangka tersebut dapat dipisahkan menjadi tiga lantai.

Lantai pertama yakni tujuan laporan keuangan, lantai kedua merupakan

karakteristik kualitatif dan elemen laporan keuangan, dan lantai ketiga adalah

asumsi, prinsip, dan konstrain.

27
Pada lantai pertama terdapat tujuan dari SAK EMKM. Tujuan tersebut

adalah sebagai penyedia informasi posisi keuangan dan kinerja keuangan sebuah

entitas yang dapat memberikan manfaat bagi sebagian besar pengguna untuk

pengambilan keputusan ekonomi. Pihak yang membutuhkan informasi tersebut

tidak selalu pemegang saham non manajemen, sebab dalam bentuk usaha EMKM

tidak hanya PT. Tetapi demikian, banyak pihak yang membutuhkan informasi

tersebut seperti otoritas pajak guna memastikan besaran dan fasilitas pajak, serta

banyak instansi lainnya yang memilki maksud untuk memperoleh data guna

keperluan pembinaan sesuai dengan amanat Undang-Undang.

Kemudian pada lantai kedua kerangka SAK EMKM terdapat karakteristik

kualitatif dan elemen lapoeran keuangan. Ada 4 karakteristik kualitatif SAK

EMKM yakni sebagai berikut:

a. Relevan yang berarti bahwa informasi dapat digunakan pengguna dalam

proses pengambilan keputusan.

b. Representasi yang berarti bahwa informasi disajikan dengan tepat atau

sesuai dengan yang seharusnya disajikan serta bebas dari kesalahan

material dan bias.

c. Keterbandingan, yaitu informasi dalam laporan keuangan entitas dapat

dibandingkan antar periode agar dapat melakukan identifikasi

kecenderungan posisi dan kinerja keuangan.

d. Keterpahaman, artinya informasi yang disajikan dalam laporan keuangan

mudah untuk dipahami oleh pengguna.

Dalam laporan keuangan pada SAK EMKM terdapat 3 elemen yaitu

sebagai berikut:

28
a. Laporan Posisi Keuangan, ialah laporan yang merepresentasikan asset

(harta), liabilitas (kewajiban/utang), dan ekuitas (modal) entitas per suatu

tanggal periode. Jika diibaratkan, laporan posisi keuangan ini adalah potret

situasi keuangan entitas pada saat titik tertentu.

b. Laporan Laba Rugi, yaitu laporan yang didalamnya terdapat penghasilan

dan beban selama periode tertentu. Jika laporan keuangan diibaratkan

sebaga potret maka laporan laba rugi adalah rekaman video yang

memberikan gambaran kejadia yang berkaitan dengan pendapatan dan

beban dalam satu periode, yang umumnya satu tahun.

c. Catatan atas Laporan Keuangan, adalah penjelasan mengenai asumsi,

prinsip, dan metode yang digunakan dalam laporan posisi keuangan dan

laporan laba rugi.

Pada lantai ketiga dari kerangka SAK EMKM terdapat asumsi, prinsip,

dan konstrain. Terdapat 3 asumsi dari laporan keuangan yaitu sebagai berikut:

a. Akrual.

Akun-akun diakui sebagai asset, liabilitas, ekuitas, penghasilan, dan beban

apabila telah memenuhi definisi dan kriteria pengakuan pada masing-

masing akun-akun tersebut, bukan didasarkan pada ada atau tidaknya

penerimaan kas.

b. Entitas Bisnis.

Entitas bisnis yang dikatakan baik adalah entitas yang merupakan usaha

perseorangan, badan usaha yang tidak berbadan hokum, ataupun badan

usaha yang berbadan hokum, hal tersebut harus dapat dipisahkan secara

jelas oleh pemilik bisnis atau dengan entitas-entitas lainnya.

29
c. Kelangsungan Usaha.

Kelangsungan usaha merupakan kemampuan entitas dalam melanjutkan

usahanya pada masa mendatang, atau setidaknya diasumsikan bahwa

entitas dibangun untuk terus beroperasi, bukan untuk ditutup jika sudah

akhir periode.

Terdapat 6 prinsip dari laporan keuangan yaitu sebagai berikut:

a. Penyajian Secara Wajar Kepatuhan Terhadap Standar Akuntansi

Keuangan (SAK)

Penyajian yang wajar adalah penyajian yang jujur yang dipengaruhi

transaksi, peristiwa, dan kondisi lain. Apabila entitas mampu mencapai

tujuan relevan, representasi, keterbandingan, dan keterpahaman, maka

dapat dikatakan sudah mencapai kondisi yang wajar.

b. Materialitas

Relevan atau tidaknya informasi yang terkandung dipengaruhi oleh hakikat

dan materialitasnya. Materialitas tergantung dari ukuran dan sifat dari

kecerobohan untuk mencantumkan atau kesalahan dalam melakukan

pencatatan tersebut dengantetap memperhatikan kondisi terkait.

c. Saling Hapus

Apabila dalam aktivitas normal entitas tidak termasuk membeli dan

menjual asset tetap, maka entitas harus melaporkan keuntungan dan

kerugian atas pelepasan asset tetap tersebut dengan melakukan

pengurangan pada hasil penjualan asset tetap dari jumlah tercatat asset

tetap dan beban penjualan terkait.

d. Frekuensi Laporan

30
Entitas menyajikan secara lengkap laporan keuangan di akhir setiap

periode pelaporan, termasuk informasi komparatifnya.

e. Informasi Komparatif

Informasi komparatif adalah informasi yang satu periode sebelumnya

untuk seluruh jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan periode

berjalan.

f. Konsistensi Penyajian

Akun-akun dalam laporan keuangan harus disajikan dan diklasifikasikan

secara konsisten, terkecuali telah terjadi perubahan yang cukup signifikan

atas sifat operasi entitas atau apabila perubahan dalam penyajian atau

klasifikasi akun-akun dalam laporan keuangan menghasilkan penyajian

yang sesuai dengan melakukan pertimbangan kriteria pemilihan dan

penerapan kebijakan akuntansi, dan Exposure Draft SAK EMKM

mensyaratkan perubahan penyajian.

G.1.7. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan kemampuan sebuah perusahaan dalam berproses

dan menghasilkan laba atau keuntungan. Profitabilitas juga dapat diartikan

sebagai rasio yang digunakan dengan tujuan untuk dapat mengetahui kemampuan

perusahaan dalam meraup keuntungan selama periode tertentu dan memberikan

gambaran mengenai efektivitas manajemen dalam melaksanakan kegiatan

operasional perusahaan (Pratiwi, 2021). Setiap usaha dan perusahaan tentu

menginginkan keuntungan yang besar, selain untuk memutar modal juga untuk

mendapatkan pendapatan bersih. Sebab tujuan seseorang membuka usaha adalah

memang untuk memperoleh laba atau keuntungan. Mengukur seberapa jauh

31
sebuah usaha dapat menghasilkan adalah hal yang penting bagi kelangsungan

sebuah usaha. Profitabilitas diukur menggunakan rasio, dimana rasio profitabilitas

adalah perbandingan untuk dapat mengetahui kemampuan perusahaan untuk

memperoleh profit dari pendapatan yang terkait dengan penjualan yang dilakukan,

asset yang dimiliki, dan ekuitas yang menggunakan dasar pengukuran tertentu.

Salah satu rasio profitabilitas adalah Rasio Pengembalian Penjualan atau Return

on Sales Ratio. Rasio ini dirasa peneliti cocok untuk melakukan pengukuran pada

usaha sejenis UMKM. Return on Sales merupakan rasio profitabilitas yang

memberikan gambaran tingkat keuntungan perusahaan setelah pembayaran biaya-

biaya variabel produksi seperti upah pekerja, bahan baku, dan lain-lain sebelum

dikurangi pajak dan bunga. Rasio ini akan menampilkan hasil tingkat keuntungan

yang diperoleh dari setiap hasil penjualan (Pratiwi, 2021). Menurut Carton (2004)

dalam (Trisnawati & Elsye, 2015) Return on Sales (ROS) mengukur presentase

penjualan dari margin laba bersih. ROS dapat dipengaruhi oleh struktur keuangan

yang berasal dari organisasi karena laba bersih dihitung setelah beban bunga.

Berikut rumus untuk menghitung rasio Return on Sales menurut Carton (2004),

Operating Income
Return on Sales= x 100 %
Sales

G.2. Kajian Penelitian yang Relevan

Tabel 3
Penelitian Terdahulu
No Peneliti dan
Judul Penelitian Hasil Penelitian
. Tahun
1 Septriana Implementasi Akuntansi Hasil penelitian ini
dan Keuangan Berbasis Sak menunjukan bahwa persepsi
Vitriyani Etap (Studi Kasus Pada dan pemahaman para
(2016). Umkm Batik Di Kota pengusaha UMKM Batik di
Semarang). Kota Semarang mengenai
Standar Akuntansi Keuangan

32
No Peneliti dan
Judul Penelitian Hasil Penelitian
. Tahun
untuk Entitas tanpa
akuntabilitas public (SAK-
ETAP) ternyata masih sangat
sederhana, dikarenakan
kurangnya pengetahuan para
pelaku usaha mengenai teknis
penyusunan laporan
keuangan berbasis SAK
ETAP. UMKM merasa
bahwa laporan keuangan
yang menunjukkan laba rugi
perusahaan saja sudah cukup,
serta kurangnya sosialisasi
dari dinas terkait setempat
seperti Dinas Koperasi dan
UMKM Kota Semarang
dalam penerapan Standar
Akuntansi Keuangan Entitas
Tanpa Akuntabilitas Publik.
2. Ismadewi, Penyusunan Laporan Hasil Penelitian
Herawati , Keuangan Sesuai Dengan menunjukkan bahwa (1)
dan Tungga Standar Akuntansi Proses penyusunan laporan
Atmaja Keuangan Entitas Mikro, keuangan Usaha Ayam Boiler
(2017) Kecil, Dan Menengah I Wayan Sudiarsahanya
(Sak Emkm) Pada Usaha menyusun catatan keuangan
Ternak Ayam Boiler secara sederhana, (2) kendala
(Study Kasus Pada Usaha yang dialami oleh Usaha
I Wayan Sudiarsa Desa Ayam Boiler I Wayan
Pajahan Kecamatan Sudiarsadalam menyusun
Pupuan Kabupaten laporan keuangan sesuai
Tabanan). dengan SAK EMKM yaitu:
(a) Faktor SDM (Sumber
Daya Manusia) dalam
keuangan, (b) Tingkat
kompetensi, dan (c) Lingkup
organisasi yang kecil, (3)
Penyusunan laporan
keuangan sesuai dengan SAK
EMKM pada Usaha Ayam
Boiler I Wayan Sudiarsa
terdiri dari : (a) Laporan laba
rugi dengan jumlah laba
Rp.89.548.100, (b) Laporan
posisi keuangan dengan
jumlah aset Rp.214.548.100
serta jumlah utang dan modal

33
No Peneliti dan
Judul Penelitian Hasil Penelitian
. Tahun
Rp.214.548.100, (c) Catatan
atas laporan keuangan.
3. Amani Penerapan SAK-EMKM Hasil penelitian menunjukkan
(2018) Sebagai Dasar laporan keuangan UD Dua
Penyusunan Laporan Putri Solehah belum disusun
Keuangan UMKM (Studi sesuai SAK EMKM.
Kasus di UD Dua Putri
Solehah Probolinggo).
4. Uno, Analisis Penerapan Hasil penelitian menunjukkan
Kalangi, dan Standar Akuntansi bahwa pencatatan di Rumah
Pusung Keuangan Entitas Mikro, Karawo masih sangat
(2019) Kecil, Dan Menengah sederhana, hanya meliputi
(Sak Emkm) Pada Usaha pencatatan atas penjualan
Mikro, Kecil, Dan Produk. Selain itu, Rumah
Menengah (Studi Kasus Karawo juga belum
Pada Rumah Karawo Di menyusun laporan keuangan
Kota Gorontalo). berdasarkan SAK EMKM
yang berlaku dikarenakan
minimnya pemahaman akan
penyusunan laporan
keuangan sesuai standar.
5. Apriliani Penerapan Laporan Hasil penelitian ini
(2019) Keuangan Sesuai dengan menyatakan bahwa (1)
Standar Akuntansi penyusunan laporan
Keuangan Entitas Mikro keuangan terdiri dari laporan
Kecil dan Menengah laba/rugi, laporan posisi
(SAK EMKM) Pada keuangan, dan catatan atas
Usaha Pengerajin Rotan di laporan keuangan, (2) usaha
Ata Shop Tenganan (Studi Ata Shop Tenganan ini
Kasus Pada Bapak I memperoleh laba bersih
Nyoman Uking Desa setelah pajak sebesar Rp.
Tenganan Kecamatan 773.769.800, sementara itu
Manggis Kabupaten jumlah asset yang terdiri Dari
Karangasem). asset tetap dan asset lancar
sebesar Rp 2.026.778.300,
sebanding dengan jumlah
liabilitas ditambah ekuitas
ditambah ekuitas yakni
liabilitas sebesar Rp
44.640.000 dan ekuitas
sebesar Rp 1.982.138.000,
dan(3) terdapat beberapa
kendala yang dialami oleh
usaha Kerajinan Ata Shop
Tenganan dalam menyusun
laporan keuangan,

34
No Peneliti dan
Judul Penelitian Hasil Penelitian
. Tahun
diantaranya : faktor SDM,
tingkat kompetensi,
lingkungan organisasi.
6. Lesmana Penerapan Laporan Hasil dari penelitian yang
(2021) Keuangan Berbasis SAK diperoleh menggunakan
EMKM pada UMKM metode wawancara
Telur Asin Mujijaya Di menyatakan bahwa UMKM
Desa Sigambir Brebes. Mujijaya masih menyusun
Laporan keuangan secara
manual yang hanya
mencakup laporan
pemasukan dan pengeluaran.
7. Suprapti Penyusunan Laporan Hasil penelitian bahwa
(2021) Keuangan Berbasis Sak pemilik belum mengetahui
Emkm Sebagai Upaya bahwa dengan adanya
Pengembangan Kinerja laporan keuangan sangat
Keuangan Umkm (Studi bermanfaat untuk mengetahui
Empiris Pada Ud. Makmur perkembangan usahanya dan
Jaya Santoso, Desa juga bisa digunakan untuk
Slumbung, Kecamatan melakukan pendanaan
Gandusari, Kabupaten kepihak ketiga. Sehingga
Blitar) penelitian ini memberikan
rekomendasi penyusunan
laporan keuangan yang sesuai
dengan SAK EMKM yang
akan berguna dalam upaya
pengembangan kinerja
UMKM.
8. Wiradnyani Penyusunan Laporan Hasil penelitian adalah (1)
(2021) Keuangan Berdasarkan Terdapat perbedaan jumlah
Sak Emkm Pada Umkm laba bersih antara catatan
Jasa Kecantikan Salon keuangan yang disusun oleh
Sandat Bali. pemilik salon dengan laporan
keuangan berdasarkan SAK
EMKM, (2) Laporan
keuangan berdasarkan SAK
EMKM memberi implikasi
positif kepada pemilik salon
yaitu pemahaman mengenai
standar akuntansi yang
berguna baik jangka pendek
maupun jangka panjang.
Sumber : Data Diolah 2022

35
G.3. Kerangka Berpikir

Kerangka pemikiran yang digambarkan dalam penyusunan penelitian ini

bertujuan untuk menghasilkan sebuah penelitian yang terarah. Agar

mempermudah memahami inti pemikiran peneliti, maka peneliti menggambarkan

kerangka pemikiran dari permasalahan yang diangkat sebagai berikut:

UMKM USAHA TELUR BAPAK KETUT


DANTIK

LAPORAN KEUANGAN

STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN ENTITAS MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH


(SAK EMKM) dan RETURN ON SALES

HASIL PENELITIAN:
PENERAPAN SAK EMKM
PROFITABILITAS
IMPLIKASI

KESIMPULAN

Gambar 1
Kerangka Berpikir

a. Pengumpulan Informasi Data dan Kebutuhan

Penelitian diawali dengan pengumpulan informasi mengenai

laporan keuangan. Informasi yang dikumpulkan berupa bukti-bukti

36
transaksi, catatan keuangan, sejarah perusahaan, dan struktur organisasi

pada perusahaan.

b. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah dan

Return on Sales

Setelah informasi data dan kebutuhan terkumpul, peneliti akan

menelaah dan mendalami kembali mengenai penyusunan laporan

keuangan berdasarkan SAK EMKM dan menelaah mengenai menghitung

profitabilitas dengan Return on Sales.

c. Penerapan dan Implikasi Penerapan Standar Akuntansi Keuangan Entitas

Mikro, Kecil, dan Menengah

Setelah memahami penyusunan laporan keuangan berdasarkan

SAK EMKM dan menghitung profitabilitas, peneliti selanjutnya

menerapkannya pada perusahaan tempat penelitian dilakukan sesuai

dengan data laporan keuangan perusahaan. Kemudian peneliti dapat

melihat implikasi apa saja yang terjadi atas penerapan laporan keuangan

berdasarkan SAK EMKM dan perolehan laba setelah penghitungan

menggunakan rumus Return on Sales.

d. Kesimpulan

Setelah memperoleh hasil penelitian, maka dapat ditarik

kesimpulan mengenai profitabilitas setelah penyusunan laporan keuangan

berdasarkan SAK EMKM pada UMKM Usaha Telur Bapak Ketut Dantik.

H. Rancangan Penelitian

Pada rancangan penelitian disajikan alur penelitian yang diawali dari

proses persiapan keperluan penelitian, pengumpulan data, penyusunan data,

37
analisis data hingga sampai pada tahap akhir yaitu pembuatan kesimpulan sesuai

dengan hasil penelitian yang telah dilakukan berdasarkan rumusan masalah yang

ada. Untuk dapat memperoleh informasi yang dibutuhkan guna melengkapi

penelitian maka peneliti akan melakukan wawancara, kajian terhadap penelitian

terdahulu serta memberikan solusi terhadap permasalahan yang dialami oleh

Bapak Ketut Dantik yakni membuat laporan keuangan sesuai dengan SAK

EMKM serta melakukan penghitungan rasio profitabilitas menggunakan Rasio

Return on Sales.

Penelitian ini merupakan penelitian dengan metode kualitatif. Menurut

(Moleong, 2007) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bertujuan agar dapat

memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya

perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain, secara holistik dan dengan

cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus

yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.

Terdapat lima tahapan yang harus dilalui para peneliti dalam melakukan

sebuah penelitian diantaranya mengangkat masalah, memunculkan pertanyaan

penelitian, mengumpulkan data yang relevan, melakukan analisis data, dan

menjawab pertanyaan penelitian sehingga menghasilkan kesimpulan.

I. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada UMKM Usaha Telur Bapak Ketut Dantik

yang beralamat di Jalan Raya Tenganan-Nyuhtebel, Banjar Tengah Nyuhtebel,

Manggis, Karangasem. Peneliti memilih lokasi ini berdasarkan pada beberapa

pertimbangan. Pertimbangan tersebut yaitu masih terbatasnya penelitian terkait

Usaha Telur dan dikarenakan Usaha Telur Dantik termasuk ke dalam jenis

38
UMKM maka pembuatan atau penyusunan laporan keuangan berdasarkan SAK

EMKM merupakan hal yang sangat penting dan merupakan sebuah keharusan.

J. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan pada penelitian ini bersumber dari data primer

dan data sekunder:

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung dari

kegiatan diskusi atau wawancara dengan sumber informasi pertama tanpa

melalui perantara. Beberapa data primer yang diperoleh dalam penelitian

ini adalah hasil wawancara dengan pemilik UMKM Usaha Telur Bapak

Ketut Dantik terkait dengan permasalahan penelitian. Beberapa data yang

diperoleh dari kegiatan wawancara dengan Bapak Ketut Dantik selaku

pemilik adalah :

a. Pemilik Usaha Telur Bapak Ketut Dantik memiliki latar belakang

pendidikan SMA dan tidak pernah mendapatkan edukasi mengenai

kewirausahaan. Bapak Ketut Dantik mendirikan usaha atas dasar

tuntutan ekonomi tanpa melakukan pertimbangan akan pengelolaan

usaha yang maksimal.

b. Bapak Ketut Dantik tidak melakukan pencatatan keuangan sesuai

dengan standar atau secara baik karena tidak mengetahui seberapa

penting serta fungsi laporan keuangan.

c. Pemilik tidak mengetahui tentang bagaimana menyusun dan

melakukan pencatatan laporan keuangan yang sesuai dengan

standar akuntansi keuangan.

39
2. Data Sekunder

Data Sekunder adalah data yang diperoleh secara tidak langsung

dari objek yang diteliti, berupa sumber informasi seperti artikel, jurnal dan

buku yang digunakan sebagai panduan serta pedoman untuk memahami

data penelitian serta dokumen pendukung lainnya seperti laporan keuangan

UMKM, bukti transaksi berupa nota dan lain-lain.

K. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Pengumpulan data adalah salah satu tahapan yang harus dilalui untuk

memperoleh hasil. Pengumpulan data dilakukan dengan berbagai cara dalam

penelitian ini. Pengumpulan data ini bertujuan untuk memperoleh bahan-bahan,

keterangan, kenyataan-kenyataan, dan informasi yang relevan dan dapat

dipercaya. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Obervasi

Menurut (Moleong, 2007), pengumpulan data observasi

mempunyai ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain.

Karena observasi tidak terbatas pada orang sebagai respondennya tapi bisa

juga objek-objek yang lain. Peneliti melakukan obervasi untuk mengetahui

projek, kondisi, dan bagaimana pencatatan keuangan UMKM Usaha Telur

Bapak Ketut Dantik.

2. Wawancara

Wawancara kepada narasumber yaitu pemilik Usaha Telur Bapak

Ketut Dantik bertujuan untuk memperoleh informasi yang dapat menjawab

rumusah masalah yang ada di dalam penelitian ini. Wawancara dilakukan

dengan mengajukan beberapa pertanyaan mengenai pencatatan akuntansi

40
yang telah dilakukan selama usaha berdiri dan tentang transaksi-transaksi

yang sudah terjadi serta dapat mempengaruhi laporan keuangan

perusahaan yang bertujuan untuk memvalidasi data yang dibutuhkan.

Peneliti juga mengajukan beberapa pertanyaan terkait seberapa jauh

pengetahuan serta pemahaman pemilik UMKM mengenai Standar

Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, dan Menengah (SAK EMKM).

3. Dokumentasi

Menurut (Arikunto, 2010) dokumentasi adalah kegiatan mencari

dan mengumpulkan data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa

catatan, transkip, buku, majalah, agenda, notulen rapat dan sebagainya.

Dokumentasi dilakukan dengan mengumpulkan dokumen-dokumen milik

Bapak Ketut Dantik dimana dokumen tersebut berkaitan dengan penelitian

yang dilakukan.

Alat bantu berfungsi sebagai alat bantu instrument penelitian guna

tercapainya teknik-teknik pengumpulan data dengan menggunakan metode

observasi, wawancara, dan dokumentasi yaitu kamera untuk mendokumentasikan

kejadian penting pada saat observasi dilakukan baik dalam bentuk foto ataupun

video. Dokumentasi tersebut dilakukan dengan menggunakan smartphone sebagai

alat perekam pada saat melakukan pengumpulan data. Pada saat wawancara alat

bantu yang digunakan seperti pulpen dan buku catatan untuk menuliskan atau

mencatat informasi data yang didapat dari narasumber, serta pedoman wawancara

dalam bentuk draft pertanyaan yang sudah disiapkan sebelum wawancara

dilakukan.

41
L. Teknik Analisis Data

Analisis data yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Penelitian

kualitatif tidak menggunakan statistic, tetapi melalui pengumpulan data, analisis,

kemudian diinterpretasikan. Menurut (Moleong, 2007) analisis deskriptif

kualitatif adalah teknik untuk menggambarkan dan menginterpretasikan arti dari

data-data yang telah dikumpulkan dengan berfokus pada perhatian sebanyak

mungkin terhadap aspek yang diteliti, sehingga dapat memperoleh gambaran

secara umum dan menyeluruh mengenai keadaan yang sebenarnya.

Aktivitas dalam menganalisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan/verifikasi.

1. Reduksi Data

Reduksi data adalah proses pemilihan, pemusatan perhatian pada

penyederhanaan, pengabstrakan, transformasi data kasar yang muncul dari

catatan-catatan lapangan. Tahapan pada reduksi data adalah dengan

menajamkan analisis, menggolongkan atau melakukan kategori ke dalam

tiap permasalahan melalui uraian singkat, mengarahkan, membuang yang

tidak diperlukan serta melakukan pengorganisasian data sehingga dapat

ditarik kesimpulan dan diverifikasi. Data yang direduksi adalah seluruh

data terkaitn permasalahan yang diangkat. Reduksi ini dilakukan dengan

tujuan agar data tidak bertumpuk, sehingga tidak akan mempersulit

analisis selanjutnya.

2. Penyajian Data

Pada tahap ini dilakukan pengelompokkan serta penyusunan data

dalam pola hubungan sehingga lebih mudah untuk dipahami. Data akan

42
disajikan dalam bentuk tabel yang diuraikan dengan kata-kata. Peneliti

akan menjelaskan mengenai SAK EMKM pada Usaha Telur milik Bapak

Ketut Dantik kemudian peneliti akan menyajikan data secara naratif dari

pengolahan data dan informasi terkait pencatatan laporan keuangan yang

sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil dan

Menengah. Data tersebut akan dijadikan sebagai dasar penilaian terhadap

pencatatan laporan keuangan yang sesuai dengan SAK EMKM.

3. Penarikan Kesimpulan/Verifikasi

Penarikan kesimpulan adalah hasil yang diperoleh dari penelitian

yang diperketat dengan bukti-bukti. Bukti-bukti yang diperoleh dari

penelitian yang dilakukan di lapangan. Tahap ini merupakan ujung

penelitian dimana rumusan masalah akan terjawab dan diketahui.

M. Uji Keabsahan Data

Menurut (Moleong, 2007), triangulasi dapat dilakukan saat pengumpulan

data seperti wawancara yang dipadukan dengan dokumen yang terkait.

Triangulasi bisa pula dilakukan dengan membandingkan secara cek silang antara

data yang diperoleh informan satu dengan yang lainnya. Dengan demikian

keabsahan data lebih terjamin sehingga hasil penelitian nantinya dapat

memberikan informasi yang akurat.

Penelitian ini menggunakan uji kredibilitas data dengan menggunakan

traingulasi metode dan triangulasi sumber data. Peneliti membandingkan

informasi data atau informasi yang telah didapat guna melalukan pengecekan

dengan metode yang berbeda dan dengan cara menggali kebenaran informasi

tertentu dengan berbagai sumber perolehan data, sehingga peneliti dapat

43
membandingkan data dan informasi secara cermat untuk mendapatkan data dan

informasi yang relevan dengan penelitian yang dilakukan.

N. Daftar Rujukan

Amani, T. (2018). Penerapan Sak-Emkm Sebagai Dasar Penyusunan Laporan


Keuangan Umkm (Studi Kasus Di Ud Dua Putri Solehah Probolinggo).
Assets, 2.

Apriliani, N. W. N. (2015). … Sesuai Dengan Standar Akuntansi Keuangan


Entitas Mikro, Kecil, Dan Menengah (Sak Emkm) Pada Usaha Pengerajin
Rotan Di Ata …. Jurnal Akuntansi Profesi, 4(1).
Https://Ejournal.Undiksha.Ac.Id/Index.Php/Jap/Article/View/21070

Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian. Rineka Cipta.

Azizah Rachmanti, D. A., Hariyadi, M., & Andrianto, A. (2019). Analisis


Penyusunan Laporan Keuangan Umkm Batik Jumput Dahlia Berdasarkan
Sak-Emkm. Balance: Economic, Business, Management And Accounting
Journal, 16(1). Https://Doi.Org/10.30651/Blc.V16i1.2453

Bppd Kabupaten Karangasem. (2021). Buku Saku Potensi Kabupaten


Karangasem. Pemerintah Kabupaten Karangasem.

Bps. (2021). Produksi Telur Unggas Provinsi Bali Menurut Kabupaten/Kota


(Ton). Badan Pusat Statistik.
Https://Bali.Bps.Go.Id/Indicator/24/208/1/Produksi-Telur-Unggas-Provinsi-
Bali-Menurut-Kabupaten-Kota.Html

Budiarto, R. (2018). Pengembangan Umkm : Antara Konseptual Dan Pengalaman


Praktis. Ugm Press.

Direktorat Statistik Peternakan, P. Dan K. (2021). Statistik Perunggasan 2020.


Badan Pusat Statistik.

44
Ermansyah, R. A. Dan L. (2021). Statistik Peternakan Dan Kesehatan Hewan
2021. Direktorat Jenderal Peternakan Dan Kesehatan Hewan.

Farida, I. (2016). Akuntansi Untuk Umkm (1st Ed.). Kekata Group.

Ismadewi, N. K., Herawati, N. T., & Atmaja, A. T. (2017). Penyusunan Laporan


Keuangan Sesuai Dengan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil,
Dan Menengah ( Sak Emkm ) Pada Usaha Ternak Ayam Boiler ( Study
Kasus Pada Usaha I Wayan Sudiarsa Desa Pajahan Kecamatan Pupuan
Kabupaten Tabanan ). E-Journal Universitas Pendidikan Ganesha, 8(2).

Kareja, N., Alfiyah, N., & Setiadevi, S. (2022). Tantangan Peningkatan Penerapan
Sak Emkm Pada Umkm Di Banyuwangi. Jurnal Ilmiah Akuntansi Dan
Keuangan, 4.

Lesmana, H. (2021). Penerapan Laporan Keuangan Berbasis Sak Emkm Pada


Umkm Telur Asin Mujijaya Di Desa Sigambir Brebes. Jurnal Sistem
Informasi Akuntansi (Jasika), 1(2), 105–112.
Http://Jurnal.Bsi.Ac.Id/Index.Php/Jasika

Limanseto, H. (2021). Umkm Menjadi Pilar Penting Dalam Perekonomian


Indonesia. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Republ.
Https://Ekon.Go.Id/Publikasi/Detail/2969/ Umkm-Menjadi-Pilar-Penting-
Dalam-Perekonomian-Indonesia

Moleong, L. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Remaja Rosdakarya.

Nasution, M. (2018). Analisis Rasio Profitabilitas Sebagai Alat Untuk Menilai


Kinerja Keuangan Pada Pt Jayawi Solusi Abadi Medan.

Nurul Hidayati. (2016). Pengaruh Pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil Dan


Menengah Terhadap Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Bogor Periode
2012-2015.
Https://Doi.Org/Http://Repository.Uinjkt.Ac.Id/Dspace/Handle/123456789/3
8609

Nyuhtebel.Desa.Id. (2022). Potensi Desa Nyuhtebel.

45
Http://Nyuhtebel.Desa.Id/Index.Php/Potensi/1/Potensi-Desa-Nyuhtebel

Pamela. (2020). Sektor Riil: Salah Satu Kunci Untuk Pulihkan Ekonomi New
Normal. Https://Ajaib.Co.Id/Sektor-Riil-Salah-Satu-Kunci-Untuk-Pulihkan-
Ekonomi-New-Normal/

Parhusip, R. Y. (2019). Pengaruh Return On Asset (Roa), Return On Equity


(Roe), Return On Sales (Ros), Book Value (Bv) Terhadap Harga Saham Pt.
Kimia Farma (Persero) Tbk Di Bursa Efek Indonesiaperiode 2015-2018.
Repository Uhn.

Poultry. (2021). Perkembangan Perunggasan Provinsi Bali. Poultry Indonesia.


Https://Www.Poultryindonesia.Com/Perkembangan-Perunggasan-Provinsi-
Bali/?Lang=En

Kemudahan, Pelindungan, Dan Pemberdayaan Koperasi Dan Usaha Mikro, Kecil,


Dan Menengah, Pub. L. No. 7 (2021).

Pratiwi, E. S. T. (2021). Pengaruh Profitabilitas, Leverage Dan Pertumbuhan


Penjualan Terhadap Tax Avoidance Pada Perusahaan Manufaktur Sektor
Industri Barang Konsumsi Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode
2015-2019.

Rpi. (2020). Profil Kabupaten Karangasem. Satgas Randal Kabupaten


Karangasem.

Sanjaya, S. (2018). Analisis Profitabilitas Dalam Menilai Kinerja Keuangan Pada


Pt. Taspen (Persero) Medan. 2.

Septriana, I., & Vitriyani, E. (2016). Implementasi Akuntansi Keuangan Berbasis


Sak Etap (Studi Kasus Pada Umkm Batik Di Kota Semarang). Jurnal
Penelitan Ekonomi Dan Bisnis, 1(2), 139–150.
Https://Doi.Org/10.33633/Jpeb.V1i2.2001

Suprapti. (2021). Penyusunan Laporan Keuangan Berbasis Sak Emkm Sebagai


Upaya Pengembangan Kinerja Keuangan Umkm (Studi Empiris Pada Ud.
Makmur Jaya Santoso, Desa Slumbung, Kecamatan Gandusari, Kabupaten

46
Blitar).

Tampubolon, S., & Prima, A. P. (2020). Pengaruh Rasio Keuangan Terhadap


Profitabilitas Pada Bank Perkreditan Rakyat Di Kota Batam. Jurnal Akrab
Juara, 5(3), 101–117.
Https://Www.Akrabjuara.Com/Index.Php/Akrabjuara/Article/View/1168%0a
http://Akrabjuara.Com/Index.Php/Akrabjuara/Article/View/1168/1025

Tillah, M., Sebrina, N., & Mulyani, E. (2019). Pengaruh Kinerja Perusahaan,
Komite Audit, Pergantian Auditor Eksternal Terhadap Ketepatwaktuan
Pelaporan Keuangan. Jurnal Eksplorasi Akuntansi, 1(3), 1530–1540.
Https://Doi.Org/10.24036/Jea.V1i3.160

Trisnawati, D., & Elsye, S. (2015). Pengaruh Marketing Activity Terhadap


Profitability Dan Market Value Perusahaan Retail Dan Produksi Besar.
Business Accounting Review, 3(1), 362–373.

Uno, M. O., Kalangi, L., Pen, R. J. A., Penerapan, A., Akuntansi, S., Entitas, K.,
Menengah, D. A. N., Emkm, S. A. K., Usaha, P., Menengah, D. A. N.,
Kasus, S., Rumah, P., Di, K., & Gorontalo, K. (2019). Analisis Penerapan
Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil, Dan Menengah (Sak
Emkm) Pada Usaha Mikro, Kecil, Dan Menengah (Studi Kasus Pada Rumah
Karawo Di Kota Gorontalo). Jurnal Emba: Jurnal Riset Ekonomi,
Manajemen, Bisnis Dan Akuntansi, 7(3), 3887–3898.

Wahyudiono, B. (2014). Mudah Membaca Laporan Keuangan (I). Penebar


Swadaaya Grup.

Warsadi, K. A., Herawati, N. T., & Julianto, P. (2017). Penerapan Penyusunan


Laporan Keuangan Pada Usaha Kecil Menengah Berbasis Standar Akuntansi
Keuangan Entitas Mikro, Kecil, Dan Menengah Pada Pt. Mama Jaya. E-
Journal S1 Ak Universitas Pendidikan Ganesha, 8(2), 1–11.

Widiastiawati, B., & Hambali, D. (2020). Penerapan Penyusunan Laporan


Keuangan Berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan Entitas Mikro, Kecil
Dan Menengah (Sak Emkm). Journal Of Accounting, Finance And Auditing,

47
2(2), 38–48.

Wiradnyani, D. (2021). Penyusunan Laporan Keuangan Berdasarkan Sak Emkm


Pada Umkm Jasa Kecantikan Salon Sandat Bali. Jurnal Ilmiah Akuntansi.

Lampiran

Transkip Wawancara

Bagian 1: Gambaran Usaha

a) Kapan bapak mulai merintis usaha ternak ayam ras petelur ini?

b) Kenapa bapak memilih usaha ternak ayam ras petelur bukan ternak hewan

lain?

c) Apa visi dan misi bapak membangun usaha ini?

d) Bagaimana system usaha peternakan ayam ras petelur milik bapak ini?

e) Berapa tenaga kerja yang bapak pekerjakan dan bagaimana pembagian

tugasnya?

f) Apakah bapak tahu manfaat melakukan pencatatan dan membuat laporan

keuangan?

g) Apakah keuangan usaha dengan keuangan pribadi sudah dipisah?

Bagian 2: Data Keuangan

a) Berapa modal awal untuk membangun usaha ini?

b) Berapa modal untuk bulan Mei?

c) Aset apa saja yang bapak miliki?

d) Berapa tahun perkiraan umur dari asset tersebut?

e) Kas dari usaha ini saat ini dipegang sendiri atau ditaruh di bank?

f) Bagaimana pengelolaan keuangan yang bapak lakukan untuk usaha ini?

48
g) Biaya-biaya apa saja yang terjadi dalam satu periode pemeliharaan ayam?

h) Berapa biaya pembangunan kandang ayam tersebut?

i) Berapa penjualan yang dapat dilakukan dalam satu periode pemeliharaan

ayam?

j) Berapa omset terakhir yang diperoleh dari penjualan telur?

Bagian 3: SAK EMKM

a) Apakah bapak mengetahui atau pernah mendengar istikah SAK EMKM?

b) Apakah bapak mengetahui bahwa SAK EMKM merupakan standar

pembuatan laporan keuangan?

c) Apakah bapak mengetahui manfaat dari penerapan SAK EMKM terhadap

pengelolaan keuangan?

49

Anda mungkin juga menyukai