Laporan ini disusun untuk menyelesaikan salah satu tugas mata kuliah
Manajemen Perpajakan
Oleh:
1. Ahmad Setiawan (21522120004)
2. Rere Bahari (21522120012)
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
Peran pajak pada suatu negara sangat penting di dalam perkembangan ekonomi.
Besar kecilnya pajak pada suatu negara sudah ditentukan berdasarkan tingkat
pendapatan rakyat negara tersebut. Oleh karena itu, kebijakan pemerintah di dalam
pajak ini sangat penting, karena dapat mempengaruhi laju pertumbuhan negara itu
sendiri.
Pengertian pajak tersebut menurut pasal 1 UU No.28 tahun 2007 tentang
ketentuan umum dan tata cara perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang
terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
undang dengan tidak mendapat timbal balik secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (wikipedia Bahasa
Indonesia).
Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara,
khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan sumber
pendapatan negara untuk membiayai semua pengeluaran termasuk pengeluaran
pembangunan. Di sisi lain pajak juga sangat penting dalam mengatur pertumbuhan
ekonomi melalui kebijaksanaan pajak. Disisi lain pajak mempunyai peranan yang
sangat penting dalam kehidupan bernegara, pajak mempunyai beberapa fungsi, antara
lain, 1. Fungsi Anggaran (Budgetair), 2. Fungsi Mengatur (Regulerend), 3. Fungsi
Stabilitas, 4. Fungsi Retribusi Pendapatan.
Pajak merupakan sumber utama penerimaan negara. Tanpa pajak, sebagian
besar kegiatan negara sulit untuk dapat dilaksanakan. Penggunaan uang pajak
meliputi mulai dari belanja pegawai sampai dengan pembiayaan berbagai proyek
pembangunan. Hal ini terlihat dari target dari penerimaan pajak setiap tahunnya
iv
2
mengalami peningkatan. Berikut target dan realisasi penerimaan pajak dari tahun
2007-2021* :
Gambar 1
Target dan Realisasi pajak
Sumber : https://lokadata.beritagar.id/chart/preview/target-dan-realisasi-pajak-2007-
2021
merupakan momentum pencapaian yang bersejarah dan luar biasa, ditengah kondisi
perekonomian dalam masa pemulihan ekonomi akibat dampak dari pandemi Covid-
19.
Berdasarkan Undang-undang Nomor 2 Tahun 2020, tahun 2022 merupakan
tahun yang sangat krusial, dimana merupakan tahun terakhir diperbolehkannya defisit
APBN melebihi 3% dari Produk Domestik Bruto (PDB) dan tahun 2023 defisit
APBN harus turun di bawah 3% dari PDB. Disaat faktor ketidakpastian risiko
pandemi Covid-19 yang masih membayangi, penerimaan negara khususnya dari
pajak yang tercapai di tahun 2021, tentu dituntut untuk lebih berperan memberikan
kontribusi semakin besar sehingga dapat menutupi defisit APBN. Hal ini menjadi
momentum untuk menyehatkan kembali APBN khususnya dari sisi pendapatan,
dengan penerimaan pajak sebagai komponen yang berkontribusi terbesar untuk tahun
2022 dan tahun-tahun selanjutnya.
Sebagai salah satu sektor vital bagi penerimaan pajak Indonesia, pemerintah
terus menetapkan target penerimaan pajak setiap tahunnya. Apabila target dari
penerimaan pajak tidak terealisasi, maka dapat menambah beban bagi pemerintah
untuk tahun berikutnya. Oleh karena itu, pemerintah menetapkan beberapa strategi
untuk dapat mengejar target pajak setiap tahunnya. Hal tersebut dilakukan oleh
pemerintah karena pajak merupakan sumber penerimaan negara terbesar.
Direktur Jenderal Pajak (Dirjen Pajak) Suryo Utomo membeberkan beberapa
strategi yang akan diambil oleh pemerintah untuk meningkatkan penerimaan pajak
untuk tahun 2021. “ pemerintah akan tetap menggunakan instrumen perpajakan
sebagai salah satu instrumen guna mendukung pemulihan ekonomi nasional (PEN).
Itu merupakan langkah pertama, yaitu dengan memberikan insentif yang selektif dan
terukur, Dirjen Pajak akan menerapkan basis perluasan basis pajak melalui
pengawasan dan penegakan hukum. Perluasan basis pajak tersebut dilakukan untuk
meningkatkan penerimaan pajak pada 2021. Cara dirjen pajak melakukannya adalah
dengan melakukan pengawasan dan penegakan hukum supaya basis pajak bertambah
luas, pembayaran pajak bertambah dan terjadinya peningkatan pembayaran pajak.
4
Metode berbasis kewilayahan, pengawasan berbasis wajib pajak, dan wajib pajak
penentu penerimaan juga perlu diinisiasi. Dirjen Pajak akan melakukan perluasan
basis pajak melalui peraturan seperti yang terdapat dalam Perppu No 1 / 2020. Dalam
Perpu tersebut, terdapat pembahasan pengenaan PPN transaksi dari luar daerah
pabean untuk barang atau jasa yang tidak berwujud.
Beberapa cara lain yang sedang pemerintah upayakan adalah dengan
meningkatkan tarif PPN, optimalisasi pajak e-commerce, dan juga memperluas objek
kena pajak baik berupa barang maupun jasa. Sri Mulyani juga menyebutkan bahwa
reformasi perpajakan akan terus berlangsung hingga tahun depan guna mengejar
target penerimaan pajak. Strategi otoritas pajak untuk mengoptimalkan penerimaan
pajak secara efektif dan efisien biasa disebut dengan Compliance Risk Management
(CRM) yang merupakan bagian dari suatu system administrasi perpajakan.
Namun disisi lain bagi para namun di sisi lain bagi para pengusaha pajak
merupakan biaya yang dapat mengurangi laba perusahaan, sehingga mereka
cenderung menghindari kewajiban perpajakannya. Pengelolaan kewajiban perpajakan
yang tidak baik dapat memberikan dampak yang sangat merugikan bagi pengusaha,
karena tidak sedikit perusahaan yang terbongkar kecurangannya oleh fiskus dalam
mengelola kewajiban perpajakannya, sehingga akan menyebabkan timbulnya sanksi
perpajakan yang dapat merugikan perusahaan. Manajemen pajak adalah suatu strategi
yang dilakukan perusahaan sebagai upaya untuk efisiensi pajak penghasilan dengan
cara memenuhi kewajiban perpajakan dengan benar sesuai undang-undang .
Meminimalkan jumlah beban pajak dapat dilakukan dengan berbagai cara baik
cara penghindaran pajak (tax avoidance) maupun dengan cara penggelapan
pajak (tax evasion). Penghidaran pajak (tax avoidance) merupakan istilah dalam
perencanaan pajak yang digunakan untuk menandakan bahwa pembayar pajak telah
menggunakan skema yang sah untuk mengurangi kewajiban perpajakan mereka
(Potas, 1993). Menurut Logue (dalam Mclaren 2008), secara sederhana penghindaran
pajak (tax avoidance) dapat didefinisikan sebagai mengatur segala urusan perpajakan
perusahaan untuk meminimalkan pajak dengan cara yang konsisten dengan hukum,
5
Berdasarkan Surat Edaran (SE) Dirjen Pajak No. 39/PJ/2021, Compliance Risk
Management yang selanjutnya disingkat CRM adalah suatu proses pengelolaan risiko
kepatuhan Wajib Pajak yang dilakukan secara terstruktur, terukur, objektif dan
berulang dalam rangka mendukung pengambilan keputusan terbaik DJP, meliputi
tahapan kegiatan persiapan, penetapan konteks, analisis risiko, strategi mitigasi risiko
dengan menentukan pilihan perlakuan (treatment), serta monitoring dan evaluasi atas
risiko kepatuhan.
Resiko kepatuhan itu dilakukan dengan membuat pilihan prilaku (treatmen)
yang dapat digunakan untuk meningkatkan kepatuhan secara efektif sekaligus
mencegah ketidakpatuhan berdasarkan prilaku WP dan kapasitas sumber daya yang
dimiliki.
Adapaun CRM ditujukan untuk membantu DJP mencapai tujuan strategis
organisasi dengan menjadi alat bantu dalam pengambilan keputusan. Sebagai alat
bantu, CRM didesain untuk memperhatikan resiko dasar yang mempengaruhi
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dari setiap WP
Secara lebih terperinci, resiko dasar yang mempengaruhi kepatuhan itu terdiri
atas resiko, pendaftaran, pelaporan, pembayaran, dan kebenaran pelaporan. Seluruh
resiko tersebut kemudian dijadikan dasar untuk menganalisis resiko kepatuhan wajib
pajak berdasarkan suatu formula dan ketentuan tertentu. Hal analisis resiko ini
kemudian diolah menjadi suatu peta kepatuhan wajib pajak berdasarkan fungsiya.
7
8
Gambar 2
Compliance Risk Management
Sumber: https://news.ddtc.co.id/apa-itu-crm-18714
organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Manajemen
juga merupakan Ilmu tentang upaya manusia untuk memanfaatkan semua sumber
daya yang dimilikinya untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien.
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Perubahan Ketiga atas
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan
tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Berdasarkan pengertian diatas dapat
disimpulkan manajemen perpajakan adalah upaya menyeluruh yang dilakukan oleh
wajib pajak pribadi maupun badan usaha melalui proses perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan perpajakan, agar hal-hal yang
berhubungan dengan perpajakan dari orang pribadi atau badan usaha tersebut dapat
dikelola dengan baik, efektif, dan efisien, sehingga dapat memberikan konstribusi
maksimum bagi perusahaan dalam artian peningkatan laba atau penghasilan.
Jadi, pada dasarnya manajemen pajak memiliki beberapa fungsi, yakni:
1. Fungsi perencanaan pajak (planning)
2. Fungsi pengorganisasian perpajakan (organizing)
3. Fungsi pelaksanaan perpajakan (actuating)
4. Fungsi pengawasan perpajakan (controlling)
Adapun tujuan dari dilakukannya manajemen pajak adalah untuk melaksanakan
kewajiban perpajakan dengan benar dan meminimalisasi beban pajak untuk
maksimalisasi Net Profit After Tax.
2.2.1 Perlawanan Pajak
Terlepas dari kesadaran warga negara dan solidaritas nasional serta kewajiban
warga negara terhadap negara terkait dengan pajak, sebagian besar rakyat tidak akan
pernah suka membayar pajak hal ini dikarnakan bahwa pajak merupakan pemungutan
yang bersifat memaksa sehingga timbulah perlawanan terhadap pajak. Jika ada
kesempatan sedikit saja, pada umumnya mereka cenderung meloloskan diri dari
setiap pajak. Hal demikian telah terbukti di semua negara dan sepanjang masa
(Brotodihardjo, 1982, hal. 11).
11
1. Perlawanan Pasif
Perlawanan pasif ini berupa hambatan yang mempersulit pemungutan pajak dan
mempunyai hubungan erat dengan struktur ekonomi suatu negara dengan
perkembangaan intelektual dan moral penduduk dan dengan tehnik pemungutan
pajak itu sendiri (Brotodihardjo, 1982, hal. 11).
2. Perlawanan Aktif
Perlawanan aktif meliputi semua usaha atau perbuatan yang secara langsung
ditujukan terhadap fiskus dan bertujuan untuk menghindari pajak.
pajak sama sekali tidak membayar pajak terutang yang harus dibayarkan
melalui cara-cara yang ilegal. Berdasarkan penelitian, tax evasion biasanya
dilatarbelakangi oleh: Faktor ekonomis, Faktor psikologis; dan/atau Faktor
sosiologis.
Tabel 1
Jenis-Jenis Pajak Di Indonesia
No Pengelolaan Instansi Jenis Pajak Referensi
Peraturan
1. Pemerintah Ditjen Pajak 1. Pajak Penghasilan (PPh) UU No. 7/1983
Pusat Kementerian s.t.d.t.d UU No.
Keuangan 36/2008
(Kemenkeu) 2. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) UU No. 8/1983
s.t.d.t.d UU No.
42/2009
3. Pajak Penjualan atas Barang UU No. 8/1983
Mewah (PPnBM) s.t.d.t.d UU No.
42/2009
4. Pajak Bumi & Bangunan UU No. 12/1985
Pertambangan Perkebunan, & s.t.d.d UU No.
Pertambangan (PBB P3) 12/1994
5. Bea Meterai UU No. 13 1985
Ditjen Bea & 1. Bea Masuk UU No. 10/1995
Cukai s.t.d.d UU No.
(Kemenkeu) 17/2006
2. Bea Keluar UU No.
10/1995s.t.d.d UU
No. 17/2006
3. Cukai UU No. 11/1995
s.t.d.d UU No.
39/2007
2. Pemerintah Pemerintah 1. Pajak Kendaraan Bermotor UU No. 28/2009
Daerah Provinsi (PKB)
2. Bea Balik Nama Kendaraan
Bermotor
3. Pajak Bahan Bakar Kendaraan
Bermotor
4. Pajak Air Permukaan
13
5. Pajak Rokok.
Pemerintah 1 Pajak Hotel UU No. 28/2009
Kabupaten/Ko 2 Pajak Restoran
ta 3 Pajak Hiburan
4 Pajak Reklame
5 Pajak Penerangan Jalan
6 Pajak Mineral Bukan Logam
dan Batuan
7 Pajak Parkir
8 Pajak Air Tanah
9 Pajak Sarang Burung Walet
10 Pajak Bumi & Bangunan
Pedesaa n & Perkotaan ( PBB
P2)
11 Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan (BPHTB)
Sesuai dengan hasil penelitian Holmes (2001), seperti terlihat pada gambar di
Bawah ini , dua basis pemajakan utama di dunia terdiri dari :
Gambar 3
Sumber Penghasilan
14
Pembahasan manajemen pajak orang pribadi ini, focus analisanya padan Ph &
PPN
Sesuai pasal 4 ayat 1 “ Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu
setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak,
baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai
untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan,
dengan nama dan dalam bentuk apa pun”
No Elemen Penjelasan
1. Setiap tambahan kemampuan ekonomis Elemen ini mengacu pada “ accretion
concept of income”
2. diterima atau Elemen ini mengacu timing of
diperoleh recognition (cash accounting concept &
accrual accounting concept)
3. berasal dari Indonesia maupun dari luar Elemen ini mengacu pada global
Indonesia taxation system
4. untuk konsumsi atau untuk menambah Elemen ini sesuai dengan Schanz Haig
kekayaan Wajib Pajak Simons (S H S) model
5. dengan nama dan dalam bentuk apapun Elemen ini mengacu pada konsep “
substance over form ”
Haig juga turut mengembangkan definisi penghasilan dalam konteks pajak yang
serupa dengan definisi yang dikemukakan oleh Schanz Definisi penghasilan oleh
Haig menekankan pada tiga poin (Haig 1921) suatu pihak dianggap memperoleh
penghasilan ketika pihak tersebut mendapat tambahan kemampuan tambahan
kemampuan yang dihitung sebagai penghasilan hanya yang berbentuk uang dan dapat
dinilai dengan uang dan besarnya penghasilan dari suatu pihak ditentukan dengan
menjumlahkan besarnya penghasilan yang sesungguhnya dikonsumsi pada suatu
periode ditambah dengan kenaikan neto kekayaan pihak yang bersangkutan
(tabungan)
Dalam dunia pajak, konsep akresi yang dikembangkan oleh Schanz, Haig, dan
Simon menjadi salah satu konsep penghasilan yang paling banyak memengaruhi tax
policy di berbagai negara Alasannya, konsep ini dianggap paling mencerminkan
keadilan sekaligus mudah untuk diterapkan Bahkan, definisi penghasilan berdasarkan
16
konsep ini mendapat predikat sebagai definisi penghasilan yang diterima secara
umum (Genser, 2006)
Cash Basis merupakan salah satu konsep yang sangat penting dalam akuntansi,
dimana pencatatan basis kas adalah teknik pencatatan ketika transaksi terjadi dimana
uang benar-benar diterima atau dikeluarkan.
Jadi accrual basis adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan
peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi tanpa memperhatikan
saat kas atau setara kas diterima atau dibayar.
Burns dan Krever (1998) mendefinisikan sistem pengenaan PPh berdasarkan global
taxation sebagai sistem yang mengenakan pajak atas seluruh jenis penghasilan tanpa
memperhatikan karakteristik, sumber, dan jenis penghasilan yang diperoleh wajib
pajak.
Ault dan Amold (2010) memaparkan dalam sistem global taxation seluruh
penghasilan, dari mana pun asalnya, akan digabungkan menjadi satu dengan berbagai
pengurangan dan pembebasan hingga menghasilkan jumlah penghasilan kena pajak
(PKP) secara keseluruhan, Selanjutnya, untuk menentukan jumlah PPh yang terutang,
tarif pajak dengan formula tertentu akan diterapkan terhadap jumlah PKP tersebut
Tarif yang dimaksud dapat berupa tarif tunggal atau tarif yang bersifat progresif.
Terakhir, terkait dengan klausul 'dengan nama dan dalam bentuk apapun yang
merupakan penerapan prinsip the substance-over-form principle yang artinya
substansı atau hakikat ekonomis dari suatu penghasilan lebih diutamakan daripada
bentuk formal dari penghasilan tersebut
Sebagai contoh, PTA merabagi-bagikan laba setelah pajak (profit after tax) kepada
para pemegang sahamnya Dalam SPT pembagian laba ini dilaporkan sebagai bonus
(dikenakan pajak dengan tarif 5-10% ) Namun substansi sesungguhnya, pembagian
laba setelah pajak ini merupakan dividen yang dikenakan pajak sebesar 15% Oleh
17
Sisi pemberi penghasilan ( schedular taxation system atau withholding tax system dan
berdasarkan source principle ), dan Sisi penerima penghasilan ( global taxation
system atau world wide income taxation dan berdasarkan residence/domicile
principle)
Pengertian penghasilan di Pasal 4 ayat (1) UU PPh tertuang di dalam formulir SPT
PPh orang pribadi (1770SS,1770S, dan 1770).
Berdasarkan formulir SPT PPh orang pribadi yang paling lengkap (formulir 1770),
rumusan penghasilan yang ada di dalam konsep dan Pasal 4 UU PPh sudah tercantum
semua karena menggunakan pendekatan world wide income. Selain itu, sudah ada
informasi harta dan kewajiban yang menjadi pengurang harta jika diterapkan
persamaan penghasilan = konsumsi + tambahan harta. Informasi yang belum tersedia
di dalam SPT adalah informasi konsumsi
Secara umum, ketika melakukan analisis risiko kepatuhan wajib pajak, petugas pajak
akan menggunakan dua analisis sbb.:
• nalisis tambahan harta ( net worth ) selama satu tahun pajak, dan
• analisis biaya hidup rata rata sebulan disetahunkan.
Saat ini, informasi tambahan harta dan biaya hidup dapat diperoleh dari berbagai
sumber (ILAP = Instansi pemerintah, Lembaga, Asosiasi, dan Pihak lainnya).
Dengan perkembangan dunia digital, informasi tentang tambahan harta dan biaya
hidup (konsumsi) wajib pajak orang pribadi dapat secara mudah diakses melalui
internet (media sosial). Jenis harta tidak dipatok dengan nilai perolehan berapa
berdasarkan ketentuan perpajakan. Hal terpenting bagi otoritas pajak adalah ketika
ada perbedaan signifikan antara penghasilan > konsumsi + tambahan harta,
berdasarkan prinsip efisiensi, kantor pajak akan menindaklanjutinya.
House Tour yang ditayangkan di kanal Youtube dapat menjadi petunjuk awal harta
wajib pajak orang pribadi. Otoritas pajak dapat menindaklanjutinya dengan
19
menandingkan informasi dari house tour tersebut ke dalam daftar harta di SPT PPh
orang pribadi.
Analisis biaya hidup (konsumsi) tidak hanya terbatas pada pengeluaran untuk
konsumsi harian, tapi juga mencakup pengeluaran pengeluaran lainnya. Contohnya
adalah pengeluaran untuk:
• komunikasi,
• Rekreasi (lihat slide di halaman berikut)
• Pendidikan,
• Transportasi, dan/atau
• Kesehatan
Jika dikaitkan dengan pembukuan di perusahaan, konsumsi ini identik dengan biaya
operasional. Ketika wajib pajak orang pribadi memiliki usaha, biaya operasional
tersebut boleh dikurangkan dari penghasilan bruto dari usaha/pekerjaan bebas
sepanjang terpenuhi konsep “ matching cost againstrevenue ”. Konsep matching
principles tersebut tertuang di dalam Pasal 6 ayat (1) dan Pasal 9 ayat (1) UU PPh.
Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam
kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang,
mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak
berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa, atau memanfaatkan jasa
dari luar daerah pabean.
Analisis manajemen PPN untuk orang pribadi berkaitan dengan konsep nilai
tambah (value added) yang ada di dalam pengaturan PPN. Konsep nilai tambah
berasal dari aktivitas usaha yang terdiri dari Input, Proses, dan Output. Karena itu,
nilai tambah dapat diilustrasikan dengan persamaan : Value Added = Output Input.
Nilai tambah tidak terkait dengan “adanya proses”, tapi karena Output Input =
Wages + Margin sehingga semua Output merupakan objek PPN. Di dalam suatu
rantai pasokan (supply chain) di antara (1) parbrikan, (2) distributor, (3) pedagang
besar, dan (4) pedagang eceran), kegiatan Input Proses Output selalu terjadi. Rantai
20
pasokan di atas dapat terjadi pada usaha yang dikelola oleh orang pribadi sehingga
PPN pun dapat dikenakan untuk kegiatan usaha orang pribadi.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan dalam analisi manajemen pajak orang
pribadi yang pertama dilakukan adalah analisi apakah mempunyai kegiatan usaha
atau pekerjaan bebas (pengusaha), ke dua adalah meliat apakah pengusaha memiliki
transaksi BKP & JKP, ketiga apakah peredaran brutonya lebih dari 4,8 milyar
setahun. Jika syarat 1,2 &3 terpenuhi maka orang pribadi harus menjadi pengusaha
kena pajak.
Agar perencanaan pajak sesuai dengan yang diharapkan, orang pribadi perlu
melakukan analisis terhadap metode-metode dan kebijakan-kebijakan yang akan
digunakan. berikut perencanaan pajak yang bisa dilakukan.
1 Membuat kebijakan pajak Dengan cara mengategorikan penghasilan
tertentu sebagai non Objek PPh atau Objek pajak PPh final
2 Menunda penghasilan atau mengakui penghasilan ketika menerima
penghasilan sesuai dengan konsep cash accounting concept
3 konsep “ matching cost againstrevenue ”. Konsep matching principles
tersebut tertuang di dalam Pasal 6 ayat (1) dan Pasal 9 ayat (1) UU PPh.
Memamfaatkan biaya-biaya yang menjadi pengurang penghasilan
(Pembukuan atau pencatatan)
4 untuk menghitung biaya hidup (Konsumsi) orang pribadi harus
membuat kertas kerja hal ini mengacu pada Pendapat Simons terkait
definisi penghasilan sebagaimana dijelaskan di atas telah diterima secara
21
Meski begitu, penghasilan neto suami dan istri tetap dapat dilakukan secara
terpisah, jika memiliki surat perjanjian pemisahan harta dan penghasilan (PH - secara
tertulis) maupun persetujuan melalui kehendak istri yang telah memilih untuk
menjalankan hak serta kewajibannya secara terpisah dari suami (MT). Sebagaimana
mestinya, seseorang yang telah memiliki penghasilan otomatis akan menjadi seorang
Wajib Pajak dan wajib memiliki nomor NPWP.
Pengenaan PPh terutang ini, meliputi seluruh penghasilan yang diterima oleh
suami dan istri. Namun demikian, pengenaan pajak penghasilan ini dapat dilakukan
secara terpisah. Ada beberapa status pengenaan PPh yang dikenakan terhadap suami
istri, diantaranya:
Dalam status KK, penghasilan dari seluruh anggota keluarga wajib pajak
digabungkan sebagai satu kesatuan, dan pemenuhan kewajiban pajaknya hanya pada
satu wajib pajak sebagai kepala keluarga. Apabila suami dan istri masing-masing
bekerja pada pemberi kerja maka istri tidak perlu memiliki NPWP sendiri melainkan
ikut pada NPWP suaminya. Dengan kata lain, cukup suami yang memiliki NPWP dan
yang membuat laporan SPT tahunan, sedangkan penghasilan istri cukup dilaporkan
dalam lampiran SPT suami.
2.4.2 Cara Menghitung Pajak dengan status Pisah Harta (PH) dan Manajemen
Terpisah (MT)
Status Pisah Harta berarti bahwa penghasilan suami istri dikenai pajak secara
terpisah karena telah dikehendaki secara tertulis oleh suami-istri berdasarkan surat
perjanjian pemisahan harta dan penghasilan. Status ini membuat istri memperoleh
NPWP sendiri yang berbeda dengan suaminya.
istri yang memilih untuk menjalankan hak dan kewajiban perpajakannya sendiri,
dihitung berdasarkan perbandingan penghasilan neto mereka.
Udin syamsudin adalah sala satu Wajib pajak yang terdaftar di KPP Pratama
Bandung Tegalega sudah menikah dengan shela fatmawati dan belum dikarunia anak.
Berikut data penghasilan tahun 2022
Udin syamsudin
1. Bekerja sebagai direktur pada perusahaan alat kesehatan PT. ABC dengan
memperoleh penghasilan Bruto sebesar 260.000.000 setahun dan dipotong
pajak PPh pasal 21 sesuai ketentuan berlaku
2. Selain bekerja udin syamsudin sebagi konsultan akuntansi dan manajemen
memperoleh penghasilan Bruto selama tahun 2022 sebesar 1,1 milyar namun
250 jutanya akan diterima tahun 2023 dibulan januari & Februari
penghasilan dipotong sesuai dengan ketentuan berlaku
3. Selain sebagai konsultan udin syamsudin memiliki kegiatan usaha di bidang
penjualan tas dan sepatu kulit memiliki omset sebesar 3,1 milyar. Udin
syamsudin hanya melakukan pencatatan tidak melakukan pembukuan
4. Menjual tanah di jalan gatot subroto 200 m2 dengan harga Rp. 300.000.000
dan telah membayar PPh final 5% penghasilan hak atas tanah dan bangunan
5. Mendapat hadian undian dari plaza plangi sebesar Rp. 25.000.000 (PPh final
25% atas Hadian Undian)
6. Memperoleh klam asuransi kesehatan sebasar Rp. 50.000.000
7. Ditahun 2020, pernah sekali menyewakan mobil kepada PT. Sewa melulu
(01.645.976.0.056.000) sebsar 10.000.000. bukti potong : 001/MK/0522
tanggal 31 Mei 2022 (pph 23 sebesar 2%)
24
Shela Fatmawati
Hitung berapa pajak yang terutang Udin syamsudin jika istri tidak melakukan
kewajiban perpajakan sendiri dan hitung berapa pajak yang terutang jika istri
melakukan kewajiban perpajakan sendiri.
Tarif Pajak 5%
PPh Terutang 27.500.000
Dipotong PPh pasal 21
a.3 Perhitungan PPh Kegiatan Usaha
Kegiatan Usaha termasuk penghasilan yang dikenakan Pajak
penghasilan sesuai dengan UU PPh Pasal 4 ayat 1 UU PPh Nomor 7
tahun 2021
Karena tidak melakukan pembukuan dalam kegiatan usahanya maka
untuk menghitung penghasilan netto menggunakan norma sesuai
dengan PER Nomor 17 tahun 2015 tarif untuk industry ini adalah 30%
maka :
Penghasilan Netto = penghasilan Bruto X Tarif
Penghasilan Netto = 3.100.000.000 X 30%
Penghasilan Netto = 930.000.000
a.4 Perhitungan PPh Penjualan Tanah
Pengalihan hak atas tanah dan bangunan termasuk penghasilan yang
dikenakan PPh final sesuai PPh pasal 4 ayat 2 UU PPh Nomor 7 tahun
2021
PPH Final = Penghasilan Bruto X Tarif
= 300.000.000 X 5%
= 15.000.000
a.5 Perhitungan PPh Hadiah Undian
hadiah undian termasuk penghasilan yang dikenakan PPh final sesuai
PPh pasal 4 ayat 2 UU PPh Nomor 7 tahun 2021
PPh Final = Penghasilan Bruto X Tarif
PPh Final = 25.000.000 X 25%
PPh Final = 6.250.000
a.6 Perhitungan PPh Klam Asuransi Kesehatan
Klam asuransi kesehatan termasuk penghasilan tidak kena pajak PPh
sesuai Pasal 4 ayat 3 UU PPh Nomor 7 Tahun 2021
a.7 Perhitungan PPh Sewa Mobil
Sewa kendaraan termasuk penghasilan yang dikenakan PPh sesuai
dengan UU PPh Nomor 7 tahun 2021, Maka :
26
Tabel 1
Perhitungan PPh penghasilan istri digabung
Jadi pph yang harus dibayar udin syamsudin adalah 413.700.000 rupiah. Ini
merupakan perhitungan pph jika suami dan istri digabung
28
Jika udin syamsudin dan shela melakukan kewajiban masing masing maka pph yang
terutang untuk udin syamsudin adalah 382.290.016 sedangkan shela adalah
31.409.984
Seperti yang sudah di uraikan diatas ada beberapa metode yang bias diterapkan
dalam perenanaan pajak orang pribadi.
c.1 Membuat kebijakan pajak Dengan cara mengategorikan penghasilan tertentu
sebagai non Objek PPh atau Objek pajak PPh final
Setelah menganalisis penghasilan yang yang diperoleh udin syamsudin ada
penghasilan yang bias diubah menjadi penghasilan bersifat final yaitu
penghasilan dari kegiatan usaha sesuai dengan peratura PP 46 TAHUN 2018
dengan tariff 0,5% dari pengahasilan Bruto Omset
PPh final 0,5% = Omset * 0.5%
PPh final 0,5% = 3.100.000.000 * 0.5%
PPh final 0,5% = 15.500.000
c.2 Menunda penghasilan atau mengakui penghasilan ketika menerima penghasilan
sesuai dengan konsep cash accounting concept
29
Tabel 3
Perhitungan PPh Sebelum & Sesudah Tax Pleaning
Seperti yang kita lihat beban pajak untuk masing masing mengalami penurunan yang signifikan dengan
dilakukannya perencanaan pajak yang baik. Istri yang melakukan kewajiban sendiri sebenarnya tidak
efektif karena penghasilannya secara umum tetap digabung dengan penghasilan suami kemudian dibagi
berdasarkan porsinya masing-masing
BAB III
PENUTUP
1. Dirjen Pajak melalui CRM dapat menyusun peta kepatuhan yang
membuat WP terdiferensiasi secara sistematis dan terukur berdasarkan
skor dan bobot risiko, serta objektif berdasarkan data. Data informasi
tambahan harta dan biaya hidup dapat Dirjen pajak diperoleh dari berbagai
sumber (ILAP = Instansi pemerintah, Lembaga, Asosiasi, dan Pihak
lainnya). Sehingga ketika melakukan analisis risiko kepatuhan wajib
pajak, petugas pajak akan menggunakan dua analisis sbb.:
1. analisis tambahan harta ( net worth ) selama satu tahun pajak, dan
2. analisis biaya hidup rata rata sebulan disetahunkan.
2. Sesuai prinsif global taxation system semua penghasilan yang menjadi
objek pajak (pasal 4 ayat 1) Semua digabung tidak melihat darimana
sumber peghasilan tersebut, Maka dalam perhitungan dalam Table 11 dan
tebel setelahnhya dapat disimpulkan PPh yang dibayarkan sebelum
dilakukan tax planning adalah Rp. 511.250.000 dan setelah melakukan tax
planning adalah 112.750.000 sehingga beban pajak yang bisa dihilangkan
adalah 398.500.000
3. Penerapan perencanaan pajak untuk PPh Orang Pribadi akan sanagat
bermanfaat dalam mengefisiensikan pajak terutang yang harus dibayar.
4. Wanita yang sudah menikah melakukan kewajiban pajaknya sendiri
menurut kami tidak efektif digunakan sebagai perencanaan pajak karena
konsep perhitungannya tetap digabung dengan perhitungan suami
kemudian di bagi menurut porsinya
32
33
DAFTAR PUSTAKA