Disusun Oleh:
Reinhard Stefanus (21522120006)
Risca Herlianti (21522120019)
Kelas : A
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia
dan hikmat-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “Manajemen Perpajakan Atas Kombinasi Bisnis dan Likuidasi”.
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Manajemen Perpajakan
dalam menempuh dan menyelesaikan Program Pendidikan Profesi Akuntan di
Universitas Widyatama Bandung
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu penulis sangat membuka diri untuk kritik dan saran yang
membangun dalam perbaikan makalah ini. Akhir kata, besar harapan penulis agar
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis secara pribadi maupun pembaca sekalian
pada umumnya. Atas segala bentuk perhatiannya, kami mengucapkan terima kasih.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Di era globalisasi sekarang ini, kompetisi antar perusahaan berjalan dengan semakin
ketat. Kondisi demikian menuntut setiap perusahaan untuk bisa mengembangkan strategi
yang tepat apabila ingin bertahan dan berkembang. Salah satu strategi yang dilakukan
perusahaan dalam rangka untuk tumbuh dan berkembang, yaitu melakukan ekspansi bisnis.
Ada beberapa pilihan untuk menjalankan strategi ini, yaitu pertumbuhan dari dalam
perusahaan atau pertumbuhan dari luar perusahaan. Pertumbuhan internal (dari dalam
perusahaan) adalah ekspansi yang dilakukan dengan membangun unit bisnis baru (SBU).
Jalur ini cukup sulit diterapkan karena perusahaan harus membuat alur tahapan
perusahaan dari awal hingga akhir mulai dari riset pasar, desain produk, perekrutan
tenaga ahli, tes pasar, pengadaan dan pembangunan fasilitas produksi/operasi, desain alur
sistem informasi sebelum perusahaan memasarkan produknya ke pasar. Sebaliknya
pertumbuhan eksternal dilakukan dengan membeli perusahaan dengan alur dari awal
hingga akhir yang sudah jadi yaitu dengan melakukan merger dan akuisisi. Merger dan
akuisisi adalah strategi pertumbuhan eksternal dan merupakan jalur tercepat untuk
mengakses pasar baru dan produk baru tanpa harus membangun alur sistem dari awal
hingga akhir. Cara ini dapat menghemat waktu dan usaha yang sangat signifikan sehingga
mayoritas perusahaan di masa kini lebih memilih opsi pertumbuhan eksternal melalui
merger dan akuisisi jika dibandingkan dengan opsi pertumbuhan internal. Penggabungan
usaha dapat dilakukan dengan berbagai cara yang didasarkan pada pertimbangan hukum,
aspek perpajakan, atau alasan lainnya. Definisi dari akuisisi sendiri adalah suatu bentuk
penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan yaitu pengakuisisi (acquirer)
memperoleh kendali atas aset dan operasi perusahaan yang diakuisisi (acquiree) dengan
memberikan aktiva tertentu atau mengeluarkan saham. Sedangkan definisi dari merger
adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan dimana hanya ada satu perusahaan
yang tetap hidup sebagai badan hukum dan perusahaan yang lainnya akan menghentikan
aktivitasnya atau bubar. Ada beberapa alasan bagi perusahaan untuk melakukan strategi
ini, yaitu:
1. Strategi bisnis dalam diversifikasi usaha
Beberapa perusahaan tidak dapat berkembang dengan baik karena tidak adanya
efisiensi pada manajemennya atau kurangnya teknologi yang terbaru. Perusahaan
yang tidak dapat mengefisiensikan manajemennya dan tidak dapat membayar
untuk mengembangkan teknologinya, dapat menggabungkan diri dengan
perusahaan yang telah memiliki sumber daya manajemen atau teknologi yang
handal.
PEMBAHASAN
Merger adalah bergabungnya perusahaan dengan perusahaan lain. Bidding firm tetap
berdiri dengan identitas dan namanya, dan memperoleh semua aset dan kewajiban
milik target firm. Setelah merger target firm berhenti untuk menjadi bagian dari
bidding firm. Konsolidasi sama dengan merger kecuali terbentuknya perusahaan baru.
Kedua perusahaan sama-sama menghilangkan keberadaan perusahaan secara hukum
dan menjadi bagian dari perusahaan baru itu, dan antara perusahaan yang di-merger
atau yang me-merger tidak dibedakan. Berdasarkan jenis perusahaan yang bergabung,
merger dapat dibedakan menjadi:
o Merger horizontal
o Merger vertikal
Terjadi apabila suatu perusahaan membeli perusahaan-perusahaan hulunya
seperti perusahaan pemasoknya, dan atau perusahaan hilirnya, seperti
perusahaan distribusinya yang langsung menjual produknya ke pelanggan.
Dengan demikian merger vertikal merupakan penggabungan atau
pengintegrasian dua tahapan produksi atau distribusi. Contohnya merger
perusahaan otomotif dengan pemasok suku cadang.
o Merger konglomerat
Akuisisi Saham
Akuisisi dapat juga dilakukan dengan cara membeli saham perusahaan, dapat dengan
baik secara tunai, saham, atau surat berharga lain. Akuisisi saham dapat dilakukan
dengan mengajukan penawaran saham dari suatu perusahaan terhadap perusahaan lain,
dan pada beberapa kasus, penawaran diberikan langsung kepada pemilik perusahaan
yang menjual. Hal ini dapat disesuaikan dengan melakukan tender offer. Tender offer
adalah penawaran kepada publik untuk membeli saham perusahaan, diajukan dari
sebuah perusahaan langsung kepada pemilik perusahaan lain.
Akuisisi Aset
Perusahaan dapat mengakuisisi perusahaan lain dengan membeli semua asetnya. Pada
jenis ini, dibutuhkan suara dari pemegang saham mayoritas sehingga tidak terdapat
halangan dari pemegang saham minoritas.
o Akuisisi horizontal
o Akuisisi vertikal
Menurut ketentuan perpajakan, terdapat dua prosedur pencatatan akuntansi apabila ada
dua atau lebih badan usaha digabung, yaitu:
Akun DR CR
Kas 50.000.000
Piutang Bersih 140.000.000
Persediaan 250.000.000
Tanah 100.000.000
Bangunan 500.000.000
Peralatan 350.000.000
Hak Paten 50.000.000
Goodwill 200.000.000
Hutang Usaha 60.000.000
Wesel Bayar 135.000.000
Kewajiban Lain-Lain 45.000.000
Kas 400.000.000
Saham Biasa 1.000.000.000
Adapun Goodwill sebesar Rp 200 juta berasal dari selisih antara nilai wajar aktiva (Rp
1.2 miliar) dan nilai perolehan aktiva (Rp 1.4 miliar) dan akan diamortisasi di setiap
periode.
Metode ini dipakai jika badan usaha yang baru terbentuk adalah kelanjutan dari
semua badan usaha yang bergabung. Singkatnya metode ini menekankan bahwa
penyatuan kepemilikan melihat bahwa kepemilikan perusahaan-perusahaan yang
bergabung adalah satu kesatuan dan secara relatif tetap tidak berubah pada entitas
akuntansi yang baru. Contohnya sebagai berikut:
PT A ingin mengakuisisi PT B
BAB III
PENUTUP