Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH MANAJEMEN PERPAJAKAN ATAS

KOMBINASI BISNIS DAN LIKUIDASI

Disusun dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Manajemen Perpajakan

Semester Ganjil Tahun Ajaran 2022/2023

Disusun Oleh:
Reinhard Stefanus (21522120006)
Risca Herlianti (21522120019)
Kelas : A

Program Pendidikan Profesi Akuntan


Universitas Widyatama
Bandung
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan karunia
dan hikmat-Nya, sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah ini
yang berjudul “Manajemen Perpajakan Atas Kombinasi Bisnis dan Likuidasi”.
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah Manajemen Perpajakan
dalam menempuh dan menyelesaikan Program Pendidikan Profesi Akuntan di
Universitas Widyatama Bandung
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna, oleh karena itu penulis sangat membuka diri untuk kritik dan saran yang
membangun dalam perbaikan makalah ini. Akhir kata, besar harapan penulis agar
makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis secara pribadi maupun pembaca sekalian
pada umumnya. Atas segala bentuk perhatiannya, kami mengucapkan terima kasih.

Bandung, 25 September 2022

Penulis
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
Di era globalisasi sekarang ini, kompetisi antar perusahaan berjalan dengan semakin
ketat. Kondisi demikian menuntut setiap perusahaan untuk bisa mengembangkan strategi
yang tepat apabila ingin bertahan dan berkembang. Salah satu strategi yang dilakukan
perusahaan dalam rangka untuk tumbuh dan berkembang, yaitu melakukan ekspansi bisnis.
Ada beberapa pilihan untuk menjalankan strategi ini, yaitu pertumbuhan dari dalam
perusahaan atau pertumbuhan dari luar perusahaan. Pertumbuhan internal (dari dalam
perusahaan) adalah ekspansi yang dilakukan dengan membangun unit bisnis baru (SBU).
Jalur ini cukup sulit diterapkan karena perusahaan harus membuat alur tahapan
perusahaan dari awal hingga akhir mulai dari riset pasar, desain produk, perekrutan
tenaga ahli, tes pasar, pengadaan dan pembangunan fasilitas produksi/operasi, desain alur
sistem informasi sebelum perusahaan memasarkan produknya ke pasar. Sebaliknya
pertumbuhan eksternal dilakukan dengan membeli perusahaan dengan alur dari awal
hingga akhir yang sudah jadi yaitu dengan melakukan merger dan akuisisi. Merger dan
akuisisi adalah strategi pertumbuhan eksternal dan merupakan jalur tercepat untuk
mengakses pasar baru dan produk baru tanpa harus membangun alur sistem dari awal
hingga akhir. Cara ini dapat menghemat waktu dan usaha yang sangat signifikan sehingga
mayoritas perusahaan di masa kini lebih memilih opsi pertumbuhan eksternal melalui
merger dan akuisisi jika dibandingkan dengan opsi pertumbuhan internal. Penggabungan
usaha dapat dilakukan dengan berbagai cara yang didasarkan pada pertimbangan hukum,
aspek perpajakan, atau alasan lainnya. Definisi dari akuisisi sendiri adalah suatu bentuk
penggabungan usaha dimana salah satu perusahaan yaitu pengakuisisi (acquirer)
memperoleh kendali atas aset dan operasi perusahaan yang diakuisisi (acquiree) dengan
memberikan aktiva tertentu atau mengeluarkan saham. Sedangkan definisi dari merger
adalah penggabungan dua atau lebih perusahaan dimana hanya ada satu perusahaan
yang tetap hidup sebagai badan hukum dan perusahaan yang lainnya akan menghentikan
aktivitasnya atau bubar. Ada beberapa alasan bagi perusahaan untuk melakukan strategi
ini, yaitu:
1. Strategi bisnis dalam diversifikasi usaha

Perusahaan yang menginginkan pertumbuhan yang cepat maupun diversifikasi


usaha dapat melakukan merger maupun akuisisi. Selain itu, jika melakukan
ekspansi dengan merger dan akuisisi, maka perusahaan dapat mengurangi jumlah
perusahaan pesaing di pasar.

2. Perluasan kemampuan manajemen dan teknologi perusahaan

Beberapa perusahaan tidak dapat berkembang dengan baik karena tidak adanya
efisiensi pada manajemennya atau kurangnya teknologi yang terbaru. Perusahaan
yang tidak dapat mengefisiensikan manajemennya dan tidak dapat membayar
untuk mengembangkan teknologinya, dapat menggabungkan diri dengan
perusahaan yang telah memiliki sumber daya manajemen atau teknologi yang
handal.

3. Aspek pertimbangan pajak


Perusahaan dapat membawa kerugian pajak sampai lebih 20 tahun ke depan atau
sampai kerugian pajak dapat tertutupi. Perusahaan yang memiliki kerugian pajak
dapat melakukan akuisisi dengan perusahaan yang menghasilkan laba untuk
memanfaatkan kerugian pajak. Pada kasus ini perusahaan yang mengakuisisi akan
menaikkan kombinasi pendapatan setelah pajak dengan mengurangkan pendapatan
sebelum pajak dari perusahaan yang diakuisisi. Bagaimanapun merger tidak hanya
dikarenakan keuntungan dari pajak, tetapi berdasarkan dari tujuan memaksimisasi
kesejahteraan pemilik.
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Merger dan Akuisisi Usaha


Menurut PSAK 22, definisi dari merger adalah sebuah proses penggabungan usaha
dengan cara mengambil alih satu atau lebih perusahaan yang lain sehingga perusahaan
yang di ambil alih akan dibubarkan atau dilikuidasi sehingga ekstitensinya sebagai badan
hukum akan hilang dan kegiatan usaha akan dilanjutkan oleh perusahaan yang mengambil
alih.
Sedangkan definisi dari akuisisi adalah bentuk pengambilalihan kepemilikan perusahaan
oleh pihak pengakuisisi (acquirer), sehingga mampu dalam mengakibatkan berpindahnya
kendali atas perusahaan yang diambil alih (acquiree) tersebut. Adapun beberapa jenis
cara penggabungan usaha yaitu:
 Merger

Merger adalah bergabungnya perusahaan dengan perusahaan lain. Bidding firm tetap
berdiri dengan identitas dan namanya, dan memperoleh semua aset dan kewajiban
milik target firm. Setelah merger target firm berhenti untuk menjadi bagian dari
bidding firm. Konsolidasi sama dengan merger kecuali terbentuknya perusahaan baru.
Kedua perusahaan sama-sama menghilangkan keberadaan perusahaan secara hukum
dan menjadi bagian dari perusahaan baru itu, dan antara perusahaan yang di-merger
atau yang me-merger tidak dibedakan. Berdasarkan jenis perusahaan yang bergabung,
merger dapat dibedakan menjadi:

o Merger horizontal

Merupakan penggabungan dua atau lebih perusahaan yang bergerak dalam


industri yang sama dengan tujuan mengurangi persaingan atau untuk
meningkatkan efisiensi melalui penggabungan aktivitas produksi, pemasaran,
distribusi, riset dan pengembangan dan fasilitas administrasi. Contohnya
merger antara Coca-cola dan Pepsi.

o Merger vertikal
Terjadi apabila suatu perusahaan membeli perusahaan-perusahaan hulunya
seperti perusahaan pemasoknya, dan atau perusahaan hilirnya, seperti
perusahaan distribusinya yang langsung menjual produknya ke pelanggan.
Dengan demikian merger vertikal merupakan penggabungan atau
pengintegrasian dua tahapan produksi atau distribusi. Contohnya merger
perusahaan otomotif dengan pemasok suku cadang.

o Merger konglomerat

Merupakan penggabungan dua atau lebih perusahaan yang masing-masing


bergerak dalam industri yang terkait. Merger konglomerat terjadi apabila
sebuah perusahaan melakukan diversifikasi bidang bisnisnya dalam memasuki
bidang bisnis yang berbeda sama sekali dengan bisnis semula. Contohnya
adalah merger Walt Disney Company dan American Broadcasting Company.

o Merger ekstensi pasar

Merupakan penggabungan dua atau lebih perusahaan untuk memperluas area


pasar. Adapun tujuan utamanya adalah untuk memperkuat jaringan pemasaran
bagi produk masing-masing perusahaan. Contohnya adalah merger yang
membentuk Bank Mandiri Tbk. yang merupakan perusahaan hasil
penggabungan dari beberapa perusahaan seperti, Bank Pembangunan
Indonesia (Bapindo), Bank Bumi Daya (BBD), Bank Ekspor Impor Indonesia
(Exim), dan Bank Dagang Negara (BDN).

o Merger ekstensi produk

Merupakan penggabungan dua atau lebih perusahaan sejenis atau dalam


industri yang sama tetapi tidak memproduksi produk yang sama maupun tidak
ada keterkaitan supplier. Penggabungan usaha ini dilakukan untuk memperluas
lini produk masing-masing perusahaan setelah merger, perusahaan akan
menawarkan lebih banyak jenis dan lini produk sehingga akan dapat
menjangkau konsumen yang lebih luas. Contoh merger ekstensi produk yaitu
akuisisi Mobilink Telecom Inc. oleh Broadcom. Broadcom menangani
pembuatan sistem dan chip perangkat keras jaringan area pribadi Bluetooth
untuk LAN nirkabel. Mobilink Telecom Inc. bergerak di bidang pembuatan
desain produk yang ditujukan untuk handset yang dilengkapi dengan Sistem
Global untuk teknologi Komunikasi Seluler. Tujuannya, produk-produk
Mobilink Telecom Inc. akan melengkapi produk nirkabel Broadcom.

 Akuisisi Saham

Akuisisi dapat juga dilakukan dengan cara membeli saham perusahaan, dapat dengan
baik secara tunai, saham, atau surat berharga lain. Akuisisi saham dapat dilakukan
dengan mengajukan penawaran saham dari suatu perusahaan terhadap perusahaan lain,
dan pada beberapa kasus, penawaran diberikan langsung kepada pemilik perusahaan
yang menjual. Hal ini dapat disesuaikan dengan melakukan tender offer. Tender offer
adalah penawaran kepada publik untuk membeli saham perusahaan, diajukan dari
sebuah perusahaan langsung kepada pemilik perusahaan lain.

 Akuisisi Aset
Perusahaan dapat mengakuisisi perusahaan lain dengan membeli semua asetnya. Pada
jenis ini, dibutuhkan suara dari pemegang saham mayoritas sehingga tidak terdapat
halangan dari pemegang saham minoritas.

Menurut Gitman (2003), akuisisi dapat dibedakan menjadi :

o Akuisisi horizontal

Akuisisi perusahaan sejenis, yaitu perusahaan membeli perusahaan lain


yang memiliki jenis usaha yang sejenis. Biasanya akuisisi seperti ini
dilakukan karena ingin memperbesar pangsa pasar perusahaan. Contohnya
adalah Bank asal Thailand, Bangkok Bank mengakuisisi saham bank
permata 89.12% di mana nilai akuisisinya mencapai Rp 36.6 triliun. 

o Akuisisi vertikal

Yaitu perusahaan membeli perusahaan lain yang bukan sejenis, tetapi


perusahaan yang dibeli akan membantu perusahaan untuk proses
produksinya. Contohnya adalah Gojek mengambil alih saham PT Bank
Jago Tbk pada pertengahan Desember 2020 kepemilikannya bertambah
menjadi 22%.
o Akuisisi konglomerasi

Yaitu perusahaan membeli perusahaan lain yang tidak ada hubungannya


satu sama lain. Dalam kasus ini, perusahaan pembeli memiliki dana yang
berlebih dan ingin membuat konglomerasi perusahaan. Contohnya adalah
PT. Astra Internasional Tbk. Mengakuisisi 49.99% saham PT Astra
Aviva Life. Selain itu, Astra juga mengakuisisi sektor jalan tol yaitu PT
Jakarta Infrastruktur Propertindo sebanyak 51 persen.

2.2. Akuisisi Aset dan Persediaan

Menurut ketentuan perpajakan, terdapat dua prosedur pencatatan akuntansi apabila ada
dua atau lebih badan usaha digabung, yaitu:

 Metode Pembelian (By Purchase)


Metode ini diterapkan apabila penggabungan badan usaha berakibat pada para
pemilik perusahaan yang bergabung tidak ikut berpartisipasi secara substansial
dalam perusahaan tunggal yang terbentuk. Aktiva perusahaan yang diperoleh
harus dicatat dan diakui sebesar nilai wajarnya. Contohnya sebagai berikut:
PT A memperoleh aktiva PT B dengan menerapkan metode pembelian. Adapun
data keuangan PT B dijabarkan sebagai berikut:

Nilai Buku Nilai Wajar


Kas 50.000.000 50.000.000
Piutang Bersih 100.000.000 140.000.000
Persediaan 200.000.000 250.000.000
Aktiva Tanah 50.000.000 100.000.000
Bangunan 300.000.000 500.000.000
Peralatan 250.000.000 350.000.000
Hak Paten - 50.000.000
Total Aktiva 1.000.000.000 1.440.000.000
Hutang Usaha 60.000.000 60.000.000
Wesel Bayar 150.000.000 135.000.000
Kewajiban Kewajiban lain- 40.000.000 45.000.000
lain
Total Kewajiban 250.000.000 240.000.000
Total Aktiva Bersih 750.000.000 1.200.000.000

Untuk memperolehnya aktiva PT B, PT A membayar secara tunai Rp 400.000.000 dan


menerbitkan 50.000 lembar saham biasa dengan nilai nominal Rp 10.000 dan nilai pasar
Rp 20.000 per lembar. Berarti total dana yang diinvestasikan PT A / nilai perolehan PT B
berjumlah:

Rp 400 juta + 50.000 lbr * Rp 20.000 = Rp 1.4 Miliar

Jurnal yang disusun PT A.

Akun DR CR
Kas 50.000.000
Piutang Bersih 140.000.000
Persediaan 250.000.000
Tanah 100.000.000
Bangunan 500.000.000
Peralatan 350.000.000
Hak Paten 50.000.000
Goodwill 200.000.000
Hutang Usaha 60.000.000
Wesel Bayar 135.000.000
Kewajiban Lain-Lain 45.000.000
Kas 400.000.000
Saham Biasa 1.000.000.000
Adapun Goodwill sebesar Rp 200 juta berasal dari selisih antara nilai wajar aktiva (Rp
1.2 miliar) dan nilai perolehan aktiva (Rp 1.4 miliar) dan akan diamortisasi di setiap
periode.

 Metode Pooling of Interest

Metode ini dipakai jika badan usaha yang baru terbentuk adalah kelanjutan dari
semua badan usaha yang bergabung. Singkatnya metode ini menekankan bahwa
penyatuan kepemilikan melihat bahwa kepemilikan perusahaan-perusahaan yang
bergabung adalah satu kesatuan dan secara relatif tetap tidak berubah pada entitas
akuntansi yang baru. Contohnya sebagai berikut:

PT A ingin mengakuisisi PT B

 Aspek Perpajakan dalam Merger dan Akuisisi


 Aspek Pajak Penghasilan

Dalam kaitannya dengan merger dan akuisisi, terdapat ketentuan PPh


atas merger dan akuisisi berdasarkan UU No.36 tahun 2008 Pasal 10 ayat
3 yang mengatur bahwa nilai perolehan atau pengalihan harta yang
dialihkan dalam rangka likuidasi, penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, atau pengambilan usaha adalah jumlah yang seharusnya
dikeluarkan atau diterima berdasarkan harga pasar (market price),
kecuali ditetapkan lain oleh Menteri Keuangan. Dengan mengacu pada
hal di atas, perusahaan yang melakukan merger / akuisisi bisa
dibebankan PPh jika menggunakan Metode By Purchase karena metode
ini menggunakan harga pasar / harga wajar sebagai dasar pengalihan
harta yang berbeda dengan Metode Pooling of Interest yang
menggunakan nilai buku perusahaan yang merger sebagai dasar
pengalihan. Dalam Undang-Undang Nomor 36 tahun 2008 pasal 4 ayat
1(d) angka 3 tentang Pajak Penghasilan disebutkan bahwa keuntungan
karena likuidasi, penggabungan, peleburan, pemecahan,
pengambilalihan, likuidasi usaha dengan nama dan bentuk apapun,
merupakan objek pajak. Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
–79/PMK.03/2008 atas penilaian kembali aktiva untuk merger dengan
nilai pasar dikenakan Pajak Penghasilan sebesar 10% dan bersifat
Final. Dari contoh di atas, PT A mendapatkan keuntungan senilai Rp
200.000.000. Goodwill ini dikenakan pajak penghasilan sebesar 10% dan
bersifat final. Maka pajak terutang yang muncul adalah 10% * Rp
200.000.000 yaitu senilai Rp 20.000.000.

 Aspek Pajak Pertambahan Nilai


Sebagaimana yang dimaksud dalam UU No.42 tahun 2009 pasal 1a ayat 2
huruf (d) mengenai pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka
penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan
usaha tidak termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak
dengan syarat pihak yang melakukan pengalihan dan yang menerima
pengalihan adalah Pengusaha Kena Pajak, sehingga kegiatan yang
berhubungan dengan peleburan, pemekaran, dan pengambilalihan usaha
bukan merupakan objek PPN.

 Aspek BPHTB (Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan)


Berdasarkan UU No.20 tahun 2000 pasal 5, bahwa pihak yang menerima
Pengalihan hak atas tanah dan bangunan akan terutang BPHTB dengan
tarif sebesar 5% dari selisih NJOP (Nilai Jual Objek Pajak) dan NJOPTKP
(Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak).

BAB III
PENUTUP

Terdapat dua motif yang mendorong sebuah perusahaan melakukan merger


dan akuisisi yaitu motif ekonomi dan motif non ekonomi. Motif ekonomi berkaitan
dengan esensi tujuan perusahaan yaitu untuk meningkatkan nilai perusahaan atau
memaksimalkan kemakmuran pemegang saham. Selain itu, ada juga motif untuk
mencapai sinergi dan motif untuk mencapai posisi strategi. Motif strategi
dimaksudkan untuk membangun keunggulan kompetitif jangka panjang perusahaan
yang pada akhirnya bermuara kepada peningkatan nilai perusahaan atau peningkatan
kemakmuran pemegang saham. Di sisi lain motif non ekonomi adalah motif yang
bukan didasarkan pada esensi tujuan perusahaan tersebut, tetapi didasarkan pada
keinginan subjektif atau ambisi pribadi pemilik maupun manajemen perusahaan.
Hanya alasan yang bersifat ekonomis dan rasional yang bisa diterima sehingga
aktivitas merger dan akuisisi dapat dipertanggungjawabkan. Dalam melakukan merger
dan akuisisi banyak kendala yang harus diatasi oleh perusahaan, yaitu modal, tenaga
kerja, maupun budaya perusahaan. Untuk menyatukan kedua perusahaan dengan
budaya yang berbeda, tentunya sangat sulit dan perusahaan harus memilih salah
satu budaya mana yang sekiranya cocok untuk tetap dijalankan dalam
melaksanakan merger dan akuisisi. Sebelum melakukan merger dan akuisisi,
perusahaan harus berkoordinasi dengan perwakilan karyawan dari masing-masing
perusahaan tentang langkah atau kebijakan yang akan diambil perusahaan nantinya
setelah merger dan akuisisi. Karena budaya perusahaan merupakan hal yang sangat
sulit untuk dirubah, sehingga dalam melakukan perubahan ini perlu diakukan secara
bertahap. Beberapa keuntungan yang diperoleh perusahaan yang melakukan merger
dan akuisisi adalah:

1. Pengurangan tenaga kerja

2. Pencapaian tingkat skala ekonomi

3. Penguasaan teknologi baru

4. Sinergi untuk meningkatkan jangkauan pasar perusahaan

5. Peluang memperoleh pembiayaan yang lebih besar

Anda mungkin juga menyukai