Anda di halaman 1dari 33

BAB VI

PENGGABUNGAN USAHA

A. PENDAHULUAN
Penggabungan usaha merupakan usaha pengembangan atau
perluasan perusahaan dengan cara menyatukan perusahaan dengan satu
atau lebih perusahaan lain menjadi satu kesatuan ekonomi.
Penggabungan entitas usaha yang terpisah adalah suatu alternatif
perluasan secara internal melalui akuisisi atau pengembangan kekayaan
perusahaan secara bertahap, dan seringkali memberikan manfaat bagi
semua entitas yang bersatu dan pemiliknya.
Pembahasan pada bab VI meliputi 4 (empat) topik yaitu:
1. Menjelaskan pengertian tentang sifat, bentuk, dan konsep penggabungan
usaha.
2. Metode penggabungan usaha
3. Aplikasi metode penggabungan usaha
4. Penyusunan laporan keuangan gabungan
Perhatian yang mendalam dari beberapa penggabungan adalah
memperoleh efisiensi operasi melalui integritas operasional secara horisontal
atau vertikal atau mendiversifikasikan resiko melalui operasi konglomerat.

B. KOMPETENSI

1. Kompetensi Dasar
Mahasiswa memahami sifat, bentuk dan konsep akuntansi
penggabungan usaha, memahami metode penggabungan usaha dan
mampu mengaplikasikannya serta menyusun laporan keuangan
gabungan.
2. Indikator
a. Memahami sifat, bentuk dan konsep akuntansi penggabungan
usaha;
b. Memahami 2 (dua) metode penggabungan usaha
c. Akuntansi metode penggabungan usaha;
d. Menyusun laporan keuangan gabungan.

1
C. KEGIATAN BELAJAR

Untuk memahami modul ini minimal Anda melakukan beberapa hal berikut ini:

1. Mengikuti secara aktif satu kali tatap muka pembelajaran di kelas


selama 3x50 menit/minggu;
2. Membaca modul dan melakukan kajian pustaka minimal 3x50
menit/minggu;
3. Jika belum jelas, Anda dapat menanyakan pada dosen pengampu;
4. Membentuk kelompok kecil dan berdiskusi bersama teman dalam
mengerjakan soal tugas latihan tanpa melihat pada kunci jawaban
terlebih dahulu;
5. Mempresentasikan hasil diskusi kelompok di kelas;

D. MATERI PEMBELAJARAN

1. Sifat, Bentuk dan Konsep Akuntansi Penggabungan Usaha


Penggabungan usaha adalah istilah umum yang meliputi semua
bentuk penggabungan entitas usaha yang terpisah. Penggabungan
seperti itu disebut akuisisi (accquisitions) ketika suatu perusahaan
memperoleh aktiva produktif dari entitas usaha lain dan
mengintegrasikan aktiva-aktiva tersebut ke dalam operasi miliknya.
Penggabungan usaha juga mengacu pada akuisisi ketika suatu
perusahaan memperoleh pengendalian operasi atas fasilitas produktif
entitas lain dengan memiliki sejumlah besar (mayoritas) saham berhak
suara yang beredar. Perusahaan yang diakuisisi tidak perlu dibubarkan,
tetapi, perusahaan tersebut tidak mempunyai eksistensi lagi (Beams et
al, 2009: 5).
Merjer terjadi ketika sebuah perusahaan mengambil semua
operasi dari entitas usaha lain dan entitas yang diambilalih tersebut
dibubarkan.
PT AA
Merger/Akuisisi : + --------------► PT AA / PT BB
PT BB
Konsolidasi terjadi ketika sebuah perusahaan yang baru dibentuk
untuk mengambilalih aktiva-aktiva dan operasi dari dua atau lebih entitas
usaha yang terpisah, dan akhirnya entitas yang terpisah tersebut
dibubarkan.

Konsolidasi : PT AA
+ ---------------► PT CC
PT BB

Beberapa alasan yang mungkin untuk memilih penggabungan


usaha sebagai alat perluasan adalah (Beams et al, 2009: 2):
 Manfaat Biaya (Cost Advantage). Seringkali lebih mudah bagi
perusahaan untuk memperoleh fasilitas yang dibutuhkan melalui
penggabungan dibanding melalui pengembangan. Hal ini benar,
terutama pada periode inflasi.

 Risiko Lebih Rendah (Lower Risk). Membeli lini produk dan pasar
yang telah didirikan biasanya lebih kecil risikonya dibandingkan
dengan mengembangkan produk baru dan pasarnya. Penggabungan
usaha kurang berisiko terutama ketika tujuannya adalah diversifikasi.

 Penundaan Operasi Pengurangan (Fewer Operating Delays).


Fasilitas-fasilitas pabrik yang diperoleh melalui penggabungan usaha
dapat diharapkan untuk segera beroperasi dan memenuhi peraturan
yang berhubungan dengan lingkungan dan peraturan pemerintah
yang lainnya. Membangun fasilitas perusahaan yang baru mungkin
menimbulkan sejumlah penundaan dalam pembangunannya karena
diperlukannya persetujuan pemerintah untuk memulai operasi.

 Mencegah pengambilalihan (Avoidance of Takeover). Beberapa


perusahaan bergabung untuk mencegah pengakuisisian diantara
mereka. Dalam industri perbankan, contohnya, bank-bank yang
independen mengakuisisi bank-bank tetangganya untuk memperluas
pangsa pasar (market share) dan berkembang menjadi bank
regional. Bank menggunakan penggabungan sebagai suatu cara
untuk mencegah pengambilalihan oleh bank asing.

 Akuisisi Harta Tidak Berwujud (Acquisition of Intangible Assets).


Penggabungan usaha melibatkan penggabungan sumber daya tidak
berwujud maupun berwujud. Maka, akuisisi atas hak paten, hak atas
mineral, database pelanggan, atau keahlian manajemen mungkin
menjadi faktor utama yang memotivasi suatu penggabungan usaha.
Salah satu alasan Merk & Co. pada tahun 1993 mengakuisisi Medco
Containment Services adalah database pasien Medco yang
berharga, yaitu rincian resep obat untuk 33 juta orang. Merk
menggunakan database tersebut untuk menentukan resep-resep
yang mungkin beralih ke produk Merk.
 Alasan-Alasan Lain. Selain untuk perluasan, perusahaan-
perusahaan mungkin memilih penggabungan usaha untuk
memperoleh manfaat dari segi pajak (contohnya, tax—loss carry
torwards), untuk manfaat pajak penghasilan perseorangan dan pajak
atas bangunan, dan untuk alasan-alasan pribadi. Ego dari
manajemen perusahaan dan ahli-ahli pengambilalihan juga
memainkan peranan yang penting pada beberapa penggabungan
usaha.

Manfaat yang diperoleh dengan adanya merger dan akuisisi adalah:

1. Memperluas pasar
2. Meningkatkan efisiensi perusahaan
3. Mencapai economic of scales
4. Meningkatkan kebanggaan
5. Menghindari akuisisi perusahaan lain
6. Menghindari persaingan dengan perusahaan lain

Disamping memperoleh berbagai manfaat, merger dan akuisisi


juga memiliki beberapa kelemahan sebagai berikut:
1. Proses integrasi yang tidak mudah.
2. Kesulitan menentukan nilai perusahaan target secara akurat.
3. Biaya konsultan yang mahal.
4. Meningkatnya kompleksitas birokrasi.
5. Biaya koordinasi yang mahal.

Konsep akuntansi dari penggabungan usaha direfleksikan dalam


Standar Akuntansi Keuangan No. 22 paragraf 08 tahun 2012, tentang
“Akuntansi Penggabungan Usaha”:
Penggabungan usaha (Business Combination) adalah penyatuan dua atau
lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi karena satu
perusahaan menyatu dengan (uniting with) perusahaan lain atau
memperoleh kendali (control) atas aktiva dan operasi perusahaan lain.

Usaha-usaha yang sebelumnya terpisah bersama-sama


membentuk satu entitas ketika sumber daya dan operasinya berada di
bawah pengendalian kelompok manajemen tunggal. Pengendalian
terhadap suatu entitas usaha terbentuk dalam penggabungan usaha
dimana (Beams et al, 2009: 6)::
1. Satu atau lebih perusahaan menjadi perusahaan anak,
2. Satu perusahaan mentransfer aktiva bersihnya kepada
perusahaan lain, atau
3. Setiap perusahaan mentransfer aktiva bersihnya kepada sebuah
perusahaan baru yang dibentuk.

2. Metode Akuntansi untuk Penggabungan Usaha


Suatu penggabungan usaha yang memenuhi kriteria PSAK No. 22 untuk
penyatuan kepemilikan harus dipertanggungjawabkan sesuai dengan
metode penyatuan (pooling method). Semua penggabungan usaha yang
lain harus dipertanggungjawabkan sesuai dengan metode pembelian
(purchased method). (1Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
No. 22, paragraf 08).
a. Metode Penyatuan Kepemilikan
Pada metode penyatuan kepemilikan, aktiva dan kewajiban
dari perusahaan-perusahaan yang bergabung dimasukkan dalam
entitas gabungan sebesar nilai bukunya. Oleh karena itu, setiap
goodwill pada buku masing-masing perusahaan lain yang
bergabung, akan dimasukkan sebagai aktiva pada buku entitas yang
masih beroperasi. Laba ditahan dari perusahaan-perusahaan yang
bergabung juga dimasukkan dalam entitas yang disatukan, dan
pendapatan dari entitas yang disatukan termasuk pendapatan dari
perusahaan-perusahaan yang bergabung untuk seluruh tahun
dengan mengabaikan tanggal penggabungan usaha dilakukan.
Dalam penggabungan secara penyatuan kepemilikan,
jumlah yang dicatat oleh masing-masing perusahaan dengan
menggunakan metode akuntansi yang berbeda dapat disesuaikan
menjadi dasar akuntansi yang sama apabila perubahan tersebut
diperlukan oleh perusahaan lainnya. Perubahan metode akuntansi
untuk menyesuaikan metode masing-masing harus berlaku surut,
dan laporan keuangan yang disajikan untuk periode-periode
sebelumnya harus disajikan kembali (restrarted). Contohnya, jika
sebuah perusahaan dalam suatu penggabungan usaha penyatuan
kepemilikan menilai persediaannya dengan dengan metode LIFO
dan perusahaan lainnya dengan metode FIFO, maka data biaya
historis harus disesuaikan dengan LIFO maupun FIFO untuk
menyesuaikan metode akuntansi (Beams et al, 2000: 5).

b. Metode Pembelian
Berdasarkan metode pembelian, perusahaan yang
memperoleh/membeli mencatat aktiva yang diterima dan kewajiban
yang ditanggung sebesar nilai wajarnya. Biaya untuk memperoleh
perusahaan (biaya perolehan) ditetapkan dengan cara yang sama
seperti pada transaksi yang lain. Biaya ini dialokasikan pada aktiva
dan kewajiban yang dapat diidentifikasikan sesuai dengan nilai
wajarnya pada tanggal penggabungan.
Setiap kelebihan biaya perolehan atas nilai wajar aktiva
bersih yang diperoleh dialokasikan ke goodwill dan diamortisasi
selama maksimum 20 tahun menurut PSAK No. 19. (Di Amerika,
goodwill diamortisasi selama 40 tahun). Goodwill diamortisasi dan
dibukukan sebagai beban secara sistematis selama masa
manfaatnya. Amortisasi ini menunjukkan bahwa goodwill mengalami
penurunan kemampuan dalam memberikan kontribusi pada laba
perusahaan di masa mendatang.
Laba ditahan dari perusahaan pengakuisisi berdasarkan
metode pembelian mungkin berkurang sebagai akibat
penggabungan usaha, tapi laba ditahan tersebut tidak akan pernah
bertambah. Pendapatan dari perusahaan pengakuisisi
perusahaannya sendiri untuk suatu periode ditambah dengan
pendapatan perusahaan yang diakuisisi yang dihasilkan setelah
tanggal penggabungan usaha.
Penggabungan metode akuntansi yang berbeda (contohnya,
LIFO terhadap FIFO) oleh masing-masing perusahaan dalam
penggabungan usaha secara pembelian, bukan merupakan faktor
relevan dalam mempertanggungjawabkan penggabungan sebagai
pembelian, karena semua aktiva dan kewajiban dari perusahaan
yang diakuisisi dicatat pada nilai wajarnya (Beams et al, 2000: 5).
3. Akuntansi Metode Penggabungan Usaha
a. Metode Penyatuan Kepemilikan
Dalam suatu penyatuan kepemilikan, aktiva dan kewajiban
yang dicatat masing-masing perusahaan menjadi aktiva dan
kewajiban perusahaan yang tetap beroperasi (gabungan). Modal
saham perusahaan yang tetap beroperasi harus sama dengan nilai
nominal atau nilai tercatat saham yang beredar. Biasanya laba
ditahan perusahaan yang tetap beroperasi akan sama dengan total
laba ditahan perusahaan-perusahaan yang bergabung, tetapi hal ini
tidak terjadi jika nilai nominal atau nilai tercatat saham yang beredar
dari entitas yang tetap beroperasi melebihi modal disetor
perusahaan-perusahaan yang bergabung.
Jika total modal disetor dari perusahaan-perusahaan yang
bergabung melebihi nilai nominal atau nilai tercatat saham yang
beredar dari entitas yang tetap beroperasi, jumlah kelebihan tersebut
menjadi tambahan modal disetor dari entitas yang tetap beroperasi,
dan total laba ditahan perusahaan-perusahaan yang bergabung
menjadi laba ditahan entitas yang tetap beroperasi.
Alternatif lain, jika nilai nominal atau nilai tercatat saham
yang beredar dari entitas yang tetap beroperasi melebihi total modal
disetor perusahaan-perusahaan yang bergabung, maka saldo laba
ditahan gabungan berkurang dengan kelebihan tersebut, dan entitas
yang tetap beroperasi tidak mempunyai tambahan modal disetor
(Beams et al, 2000: 6).
Contoh: Aktiva bersih dan ekuitas PT AA dan PT BB adalah sebagai
berikut:
(dalam ribuan)
Keterangan PT AA PT BB Total
Modal Saham @ Rp. Rp.150.00 Rp.
Rp. 30.000 300.000 0 450.000
Tambahan Modal Disetor 30.000 50.000 80.000
Total Modal Disetor 330.000 200.000 530.000
Laba Ditahan 150.000 90.000 240.000
Aktiva Bersih & Ekuitas 480.000 290.000 770.000
Kasus 1: Merjer; Modal Disetor Melebihi Saham yang Diterbitkan
PT AA, perusahaan yang tetap beroperasi, menerbitkan 5.000
lembar saham untuk memperoleh aktiva bersih PT BB. Ayat jurnal
pada buku PT AA untuk mencatat penyatuan tersebut adalah:
Aktiva bersih Rp. 290.000.000
Modal saham @ Rp 30.000 Rp. 150.000.000
Tambahan modal disetor 50.000.000
Laba ditahan 90.000.000

Untuk mencatat penerbitan 5.000 saham dalam penyatuan dengan PT


AA

PT BB mencatat pembubarannya dengan menutup buku besarnya


sebagai berikut:
Modal saham @ Rp 30.000 Rp. 150.000.000
Tambahan modal disetor 50.000.000
Laba ditahan 90.000.000
Aktiva bersih Rp. 290.000.000

Untuk mencatat merjer dengan PT AA dan pembubaran akhir

Kasus 2: Merjer; Modal Disetor Melebihi Saham yang Diterbitkan


PT AA, perusahaan yang tetap beroperasi, menerbitkan 6.000
lembar saham untuk aktiva bersih PT BB. PT AA mencatat
penyatuan ini sebagai berikut:
Aktiva bersih Rp. 290.000.000
Modal saham @ Rp 30.000 Rp. 180.000.000
Modal Disetor 20.000.000
Laba ditahan 90.000.000

Untuk mencatat penerbitan 6.000 lembar saham dalam penyatuan


dengan PT BB.

Kasus 3: Merjer; Saham yang Diterbitkan Melebihi Modal Disetor


PT AA entitas yang tetap beroperasi, menerbitkan 9.000 lembar
saham untuk memperoleh aktiva bersih PT BB. Ayat jurnal pada
buku PT AA adalah:
Aktiva bersih Rp. 290.000.000
Modal saham @ Rp 30.000 Rp. 270.000.000
Laba ditahan 20.000.000

Untuk mencatat penerbitan 9.000 lembar saham dalam penyatuan


dengan PT BB.
Kasus 4: Konsolidasi; Modal Disetor Melebihi Saham yang
Diterbitkan. PT CC menerbitkan 15.000 lembar saham dengan
nilai nominal Rp. 30.000, sebanyak 10.000 lembar saham kepada PT
AA dan 5.000 lembar saham kepada PT BB untuk aktiva bersih
mereka. Ayat Jurnal PT CC adalah:

Aktiva bersih Rp. 770.000.000


Modal Saham @ Rp 30.000 Rp. 450.000.000
Tambahan modal disetor 80.000.000
Laba ditahan 240.000.000

Untuk mencatat penerbitan 10.000 lembar saham kepada PT AA dan


5.000 lembar saham kepada PT BB dalam penggabungan usaha yang
dipertanggungjawabkan sebagai penyatuan kepemilikan

Kasus 5: Konsolidasi; Modal Disetor Melebihi Saham yang


Diterbitkan. PT CC menerbitkan 17.000 lembar saham dengan nilai
nominal Rp. 30.000, sebanyak 11.000 lembar saham kepada PT AA
dan 6.000 lembar saham kepada PT BB untuk aktiva bersih mereka.
Ayat Jurnal PT CC adalah:

Aktiva bersih Rp. 770.000.000


Modal Saham @ Rp 30.000 Rp. 510.000.000
Tambahan modal disetor 20.000.000
Laba ditahan 240.000.000

Untuk mencatat penerbitan 11.000 lembar saham kepada PT AA dan


6.000 lembar saham kepada PT BB dalam penggabungan usaha yang
dipertanggungjawabkan sebagai penyatuan kepemilikan

Kasus 6: Konsolidasi; Modal Saham yang Diterbitkan Melebihi


Disetor Saham. PT CC menerbitkan 19.000 lembar saham dengan
nilai nominal Rp. 30.000, sebanyak 12.000 lembar saham kepada PT
AA dan 7.000 lembar saham kepada PT BB untuk aktiva bersih
mereka. Ayat Jurnal PT CC adalah:
Aktiva bersih Rp. 770.000.000
Modal Saham @ Rp 30.000 Rp. 570.000.000
Laba ditahan 200.000.000

Untuk mencatat penerbitan 12.000 lembar saham kepada PT AA dan


7.000 lembar saham kepada PT BB dalam penggabungan usaha yang
dipertanggungjawabkan sebagai penyatuan kepemilikan
Ikhtisar Neraca Ikhtisar neraca untuk entitas yang tetap
beroperasi pada keenam penggabungan usaha dengan penyatuan
kepemilikan ditunjukkan pada tabel 6.1 dan 6.2.

Tabel 6.1 Ikhtisar Neraca Kasus Merjer (dalam ribuan)


Kasus 1 Kasus 2 Kasus 3
Aktiva Bersih Rp. Rp. Rp. 770.000
770.000 770.000
Modal Saham @ Rp. 450.000 510.000 570.000
30.000
Tambahan 80.000 20.000 0

Modal
Disetor
Laba Ditahan 240.000 240.000 200.000
Ekuitas Rp. Rp. Rp. 770.000
770.000 770.000
Pemegang Saham

Tabel 6.2 Ikhtisar Neraca Kasus Konsolidasi (dalam ribuan)


Kasus 4 Kasus 5 Kasus 6
Aktiva Bersih Rp. Rp. Rp. 770.000
770.000 770.000
Modal Saham @ Rp. 450.000 510.000 570.000
30.000
Tambahan 80.000 20.000 0

Modal
Disetor
Laba Ditahan 240.000 240.000 200.000
Ekuitas Rp. Rp. Rp. 770.000
770.000 770.000
Pemegang Saham

Dari tabel 6.1 dan 6.2, dapat diketahui bahwa baik merjer maupun
konsolidasi ekuitas pemegang saham perusahaan gabungan adalah
sama.

Beban-Beban yang Berhubungan dengan Penggabungan


Secara Penyatuan
Biaya-biaya yang terjadi yang memengaruhi penggabungan
usaha dan untuk mengintegrasikan operasi-operasi dari perusahaan-
perusahaan yang bergabung dalam suatu penyatuan merupakan
beban perusahaan gabungan. Sesuai dengan PSAK No. 22,
perusahaan pengakuisisi dapat mengeluarkan biaya langsung (direct
cost) yang dapat diatribusikan langsung pada akuisisi tertentu.
Biaya langsung ini terdiri dari biaya registrasi dan emisi
saham, honorarium tenaga profesional seperti akuntan, penasehat
hukum, penilai dan konsultan lain sehubungan dengan akuisisi.
Biaya administrasi umum, termasuk biaya divisi akuisisi, dan
biaya lain yang tidak dapat secara langsung diatribusikan pada
akuisisi tertentu, tidak diakui sebagai biaya perolehan tetapi
dibebankan pada saat terjadi pada periode berjalan.
Jadi menurut Metode Penyatuan Kepemilikan, semua biaya yang
terjadi baik biaya langsung maupun biaya tidak langsung dalam
rangka akuisisi dicatat dalam rekening:
Beban Lain-lain xx
Kas xx

b. Metode Pembelian
Semua penggabungan usaha yang tidak memenuhi kondisi
untuk penyatuan (pooling) harus dicatat berdasarkan metode
pembelian. Secara umum, metode pembelian mengikuti prinsip
akuntansi yang sama untuk pencatatan penggabungan usaha seperti
yang diikuti dalam akuntansi untuk aktiva-aktiva dan kewajiban-
kewajiban berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku secara umum.
Biaya perolehan bagi entitas pembeli atas pemerolehan perusahaan
lain dalam suatu penggabungan usaha secara pembelian diukur
dengan jumlah kas yang dikeluarkan atau nilai wajar aktiva lain
yang didistribusikan atau surat berharga yang diterbitkan.
Biaya perolehan (menambah Investasi) meliputi biaya
langsung penggabungan (seperti akuntansi, hukum, konsultan, dan
biaya-biaya pendiri) selain dari biaya-biaya untuk pendaftaran atau
penerbitan surat berharga ekuitas.
Biaya-biaya pendaftaran dan penerbitan surat berharga
ekuitas yang diterbitkan dalam suatu penggabungan secara
pembelian dibebankan sebesar nilai wajar surat-surat berharga yang
diterbitkan, biasanya sebagai pengurangan tambahan modal
disetor (Beams et al, 2000: 12).
a. Biaya langsung yang terjadi dalam rangka akuisisi dicatat sbb:

Investasi pada PT XX xx
Kas xx

b. Biaya tidak langsung yang terjadi dalam rangka akuisisi dicatat


sbb:

Tambahan Modal Disetor xx


Kas xx
Contoh: PT Putih memperoleh aktiva bersih PT Hitam melalui
penggabungan dengan metode pembelian yang dilaksanakan pada
tanggal 27 Desember 19X9. Aktiva dan kewajiban PT Hitam pada
tanggal tersebut, pada nilai buku dan nilai wajarnya, adalah sebagai
berikut (Beams et al, 2000:15-17):
Nilai Buku Nilai Wajar
Aktiva
Kas Rp . Rp. 50.000.0
50.000.000 00
Piutang Bersih 150.000.00 140.000.00
0 0
Persediaan 200.000.00 250.000.00
0 0
Tanah 50.000.00 100.000.00
0 0
Bangunan Bersih 300.000.00 500.000.00
0 0
Peralatan Bersih 250.000.00 350.000.00
0 0
Hak Paten

0 50.000.000
Total Aktiva Rp. Rp.
1.000.000.000 1.440.000.000

Kewajiban
Hutang Usaha R 60.000.000 R 60.000.0
p. p. 00
Wesel Bayar 150.000.00 135.000.00
0 0
Kewajiban Lain-Lain

40.000.000 45.000.000
Total Kewajiban R 250.000.00 R 240.000.0
p. 0 p. 00
Aktiva Bersih R 750.000.00 Rp.
p; 0 1.200.000.000

Kasus 1: Goodwill PT Putih membayar Rp. 400.000.000 tunai dan


menerbitkan 50.000. lembar saham biasa dengan nilai nominal
Rp. 10.000, nilai pasar Rp. 20.000 per lembar saham untuk
memperoleh aktiva bersih PT Hitam, ayat jurnal mencatat
penggabungan usaha pada buku PT Putih pada tanggal 27
Desember 19X9 adalah sebagai berikut:
Investasi pada PT Hitam terdiri dari:
Kas Rp. 400.000.000
Saham (50.000 lb x Rp. 20.000) Rp. 1.000.000.000
+
Rp. 1.400.000.000

Nilai Pasar Rp. 20.000/lbr


Nilai Nominal Rp. 10.000/lbr
-
Tambahan Modal Disetor Rp. 10.000/lbr

Investasi pada PT Hitam Rp. 1.400.000.000


Kas Rp. 400.000.000
Saham biasa – @ Rp 10.000 500.000.000
Tambahan modal disetor 500.000.000

Untuk mencatat penerbitan 50.000 lembar saham biasa nominal Rp. 10.000
ditambah dengan kas Rp. 400.000.000 dalam penggabungan usaha secara
pembelian dengan PT Hitam.

Kas Rp. 50.000.000


Piutang bersih 140.000.000
Persediaan 250.000.000
Tanah 100.000.000
Bangunan 500.000.000
Peralatan 350.000.000
Hak Paten 50.000.000
Goodwill 200.000.000
Hutang Rp. 60.000.000
Usaha
Wesel Bayar 135.000.000
Kewajiban Lain-Lain 45.000.000
Investasi pada PT Hitam 1.400.000.000

Untuk menetapkan biaya perolehan PT Hitam atas aktiva yang dapat diidentifikasi
dan kewajiban yang ditanggung atas dasar nilai wajarnya dan penetapan
Goodwill.

Goodwill ditentukan dengan mengurangkan nilai wajar aktiva


bersih yang diperoleh yang dapat diidentifikasi sebesar Rp.
1.200.000.000 dari harga beli aktiva bersih PT Hitam sebesar Rp.
1.400.000.000, atau dihitung sbb :
Investasi pada PT Hitam Rp. 1.400.000.000
Nilai wajar aktiva PT Hitam Rp. 1.200.000.000

Goodwill Rp. 200.000.000


==============

Kasus 2: Goodwill Negatif PT Putih menerbitkan 40.000 lembar


saham biasa dengan nilai nominal Rp. 10.000, nilai pasar Rp. 20.000
per saham, dan juga memberikan wesel bayar 5 tahun, bunga 10%
dengan nilai nominal Rp. 200.000.000 untuk aktiva bersih PT Hitam.
Ayat jurnal pada buku PT Putih untuk mencatat penggabungan
usaha PT Putih/PT Hitam pada tanggal 27 Desember 19X9 adalah
sebagai berikut :
Investasi pada PT Hitam terdiri dari:
Saham (40.000 lb x Rp. 20.000) Rp. 800.000.000
Wesel Bayar Rp. 200.000.000
+
Rp. 1.000.000.000

Nilai Pasar Rp. 20.000/lbr


Nilai Nominal Rp. 10.000/lbr
-
Tambahan Modal Disetor Rp. 10.000/lbr
Investasi pada PT Hitam Rp. 1.000.000.000
Saham biasa, nominal Rp 10.000 Rp. 400.000.000
Tambahan modal disetor 400.000.000
Wesel bayar, 10%, 5 Tahun 200.000.000

Untuk mencatat penerbitan 40.000 lembar saham biasa nominal Rp. 10.000,
ditambah dengan Wesel (10%) sebesar Rp 400.000.000 dalam penggabungan
usaha secara pembelian dengan PT Hitam.

Kas Rp. 50.000.000


Piutang bersih 140.000.000
Persediaan 250.000.000
Tanah 80.000.000
Bangunan 400.000.000
Peralatan 280.000.000
Hak Paten 40.000.000
Hutang Rp. 60.000.000
Usaha
Wesel Bayar 135.000.000
Kewajiban Lain-Lain 45.000.000
Investasi pada PT Hitam 1.000.000.000

Untuk menetapkan biaya perolehan PT Hitam atas aktiva lancar dan kewajiban
berdasarkan nilai wajarnya dan atas aktiva tidak lancar berdasarkan nilai wajar
dikurangi dengan bagian yang proposional kelebihan nilai wajar dari biaya
investasi.

Investasi pada PT Hitam Rp. 1.000.000.000


Nilai wajar aktiva PT Hitam Rp. 1.200.000.000

Goodwill (Rp. 200.000.000)


================
Karena nilai wajar sebesar Rp. 1.200.000.000 dari aktiva
bersih yang diperoleh yang dapat diidentifikasi melebihi harga beli
Rp. 1.000.000.000 sebesar Rp. 200.000.000, jumlah yang dapat
ditetapkan atas aktiva tidak lancar dikurangkan sebesar 20 persen
(kelebihan Rp. 200.000.000/nilai wajar aktiva tidak lancar Rp.
1.000.000.000). pengurangan pada aktiva tidak lancar adalah
sebagai berikut:
Nilai Wajar 20% Jumlah yang
Aktiva Tidak Penguranga dapat
Lancar n atas Ditetapkan
Kelebihan untuk Aktiva
Nilai Wajar Tidak Lancar
terhadap
Biaya
Tanah R 100.000.00 R 20.000.00 R 80.000.00
p. 0 p. 0 p. 0
Bangunan 500.000.00 100.000.00 400.000.00
0 0 0
Peralatan 350.000.00 70.000.00 280.000.00
0 0 0
Hak Paten 50.000.00 10.000.00 40.000.00
0 0 0
Total Rp. Rp. Rp.
1.000.000.000 200.000.000 800.000.000

Atau (dalam ribuan rupiah)

Tanah 100.000/1.000.000 x 200.00 R 20.00


= 0 p. 0
Bangunan 500.000/1.000.000 x 200.00 100.00
= 0 0
Peralatan 350.000/1.000.000 x 200.00 70.00
= 0 0
Hak Paten 50.000/1.000.0 x 200.00 10.00
00 0 0
=
Rp.
200.000

Ketika nilai wajar aktiva bersih yang diperoleh dalam suatu


penggabungan usaha secara pembelian melebihi biaya perolehan
investasi, kelebihan ini biasanya dinyatakan sebagai goodwill
negatif. Penggunaan goodwill negatif adalah tidak tepat karena
suatu perusahaan hanya mempunyai goodwill (kelebihan daya beli)
atau tidak mempunyai goodwill, tetapi tidak dapat mempunyai
goodwill yang minus. Meskipun demikian, istilah tersebut digunakan
secara luas oleh akuntan untuk menggambarkan kelebihan nilai
wajar yang diperoleh terhadap biaya dalam suatu penggabungan
usaha.

4. Laporan Keuangan Gabungan


Neraca saldo komparatif untuk PT Merah dan PT Putih pada
tanggal 30 Desember 19X8, sebelum mejer antara PT Merah dan PT
Putih, beserta nilai buku aktiva dan kewajiban PT Putih yang dapat
diidentifikasi, ditunjukan pada tabel 6.3. (Beams et al, 2000: 18-20).
Merjer antara PT Merah dan PT Putih dilaksanakan pada tanggal
31 Desember 19X8, dimana PT Merah sebagai entitas yang telah
beroperasi, menerbitkan 50.000 lembar saham biasa dengan nilai
nominal Rp. 10.000/lb, harga pasar Rp. 17.700/lb dengan total nilai
pasar Rp. 885.000.000 untuk memperoleh aktiva bersih PT Putih. Biaya
pencatatan dan penerbitan saham biasa Rp. 20.000.000 dan biaya
langsung lainnya atas penggabungan usaha sebesar Rp. 40.000.000,
biaya-biaya ini dibayar oleh PT Merah pada tanggal 31 Desember 19X8.

Tabel 6.3 Informasi Nilai Buku dan Nilai Wajar Pramerjer


NERACA SALDO KOMPARATIF
30 DESEMBER 19X8 (DALAM
000)
NB NB Nilai Wajar
PT PT PT Putih
Merah Putih
Kas Rp. 475.00 Rp 125.00 Rp 125.0
0 . 0 . 00
Piutang Dagang 600.00 300.00 300.00
0 0 0
Persediaan 800.00 200.00 250.00
0 0 0
Pabrik Peralata 1.200.00 350.00 450.00
dan n- 0 0 0
Bersih
Harga Pokok 1.000.00 325.00 --
Penjualan 0 0
Beban Lain-Lain 325.00 100.00 --
0 0
Total Debet Rp. Rp. Rp.
4.400.000 1.400.000 1.125.000

Hutang Usaha Rp. 300.00 R 180.00 R 180.0


0 p. 0 p. 00
Kewajiban Lain-Lain 200.00 120.00 120.00
0 0 0
Modal Saham, Nom 1.500.00 500.00
Rp. 10.000 0 0
Tambaha Modal 200.00 40.00
n 0 0
Disetor
Laba Ditahan 650.00 110.00
0 0
Penjualan 1.550.00 450.00 R 300.0
0 0 p. 00
Total Kredit Rp. 4.400.000 Rp. Rp 825.0
1.400.000 . 00
Perbedaan pencatatan akuntansi antara PT Putih dengan PT
Hitam dengan menggunakan metode penyatuan kepentingan dengan
metode pembelian ditunjukkan dalam tabel 6.4 berikut ini:

Tabel 6.4 Perbedaan Pencatatan PT Merah dan PT Putih Berdasarkan Metode


Penyatuan Kepemilikan dan Pembelian
(Dalam 000)

Penyatuan Kepemilikan Pembelian

Investasi pada PT Putih Rp. 650.000 Rp. 885.000


Modal Saham, nom Rp. 10.000 Rp. 500.000 Rp. 500.000
Tambahan Modal Disetor 40.000 385.000
Laba Ditahan 110.000 -

Biaya Langsung Penggabungan:


Beban Lain-Lain Rp. 60.000 --
Investasi pada PT Putih Rp. 40.000
Tambahan Modal Disetor 20.000
Kas Rp. 60.000 Rp. 60.000

Alokasi Investasi:
Kas Rp. 125.000 Rp. 125.000
Piutang Dagang 300.000 300.000
Persediaan 200.000 250.000
Pabrik dan Peralatan Bersih 350.000 450.000
Goodwill - 100.000
Harga Pokok Penjualan 325.000 -
Beban Lain-Lain 100.000 -
Hutang Usaha Rp. 180.000 Rp. 180.000
Kewajiban Lain-Lain 120.000 120.000
Penjualan 450.000 --
Investasi pada PT Putih 650.000 925.000

Nilai Pasar Rp. 17.700


Nilai Nominal Rp. 10.000

Tambahan Modal Disetor Rp. 7.700/lb

50.000 lbr x Rp. 7.700 = Rp. 385.000.000

Investasi pada PT Putih Rp. 925.000.000


Nilai wajar aktiva PT Putih Rp. 825.000.000

Goodwill Rp. 100.000.000


=============
Perbandingan laporan keuangan gabungan PT Merah untuk
tahun 19X8 untuk metode pembelian dan penyatuan ditunjukkan pada
tabel 6.5. Perbedaan pada laporan laba rugi komparatif diakibatkan
karena penggabungan penjualan dan beban-beban pada metode
penyatuan tetapi tidak pada akuntansi pembelian. Perbedaan lain
direfleksikan pada penetapan biaya-biaya tambahan untuk
penggabungan yang dijadikan beban pada metode penyatuan.
Perbedaan total aktiva dalam neraca sebesar Rp. 250.000.000
adalah akibat pengalokasian kelebihan biaya terhadap nilai buku yang
diperoleh pada persediaan, pabrik dan peralatan, dan goodwill dalam
metode pembelian.
Neraca komparatif pada tabel 6.5 menunjukkan tambahan modal
disetor sebesar Rp. 240.000.000 dan Rp. 565.000.000 berturut-turut
berdasarkan metode penyatuan dan pembelian. Tambahan modal
disetor berdasarkan metode penyatuan adalah sama dengan kelebihan
modal disetor perusahaan-perusahaan yang digabung (Rp.
2.240.000.000) terhadap modal saham entitas gabungan (Rp.
2.000.000.000). tambahan modal disetor sebesar Rp. 565.000.000 pada
akuntansi pembelian adalah sama dengan saldo awal Rp. 200.000.000,
ditambah dengan Rp. 385.000.000 dari penerbitan 50.000 lembar saham
diatas nilai nominal, dikurangi dengan biaya pencatatan dan penerbitan
surat berharga pada penggabungan usaha sebesar Rp. 20.000.000.
Laba ditahan PT Merah berdasarkan penyatuan lebih besar
daripada laba ditahan PT Merah berdasarkan metode pembelian
sebesar Rp. 75.000.000. Perbedaan ni berasal dari laba ditahan yang
digabung berdasarkan metode penyatuan, seperti pada perbedaan
pendapatan yang telah didiskusikan.
Tabel 6.5 Laporan keuangan Perbandingan untuk Merjer PT Merah dan PT
Putih pada Tahun Penggabungan Usaha

PT MERAH, LAPORAN KEUANGAN PERBANDINGAN


UNTUK TAHUN BERAKHIR 31 DESEMBER 19X8

(dalam
ribuan)
Metode Metode
Penyatuan Pembelian
Kepemilikan
Laporan Laba Rugi
Penjualan Rp. 2.000.000 Rp. 1.550.000
Harga Pokok Penjualan 1.325.000* 1.000.00
0*
Beban Lain-Lain 485.000* 325.000*
Laba Bersih Rp. 190.000 Rp.

225.000

Laporan Laba Ditahan


Laba Ditahan 1 Januari 19X8 Rp. 650.000 Rp. 650.000
Peningkatan dari Penyatuan 110.000
Laba Ditahan 1 Januari 19X8 760.000
(seperti yang disajikan kembali)
Laba Bersih 190.000 225.000
Laba Ditahan 31 Des 19X8 Rp. 950.000 Rp.

875.000

Neraca
Aktiva
Kas Rp. 540.000 Rp.
540.000
Piutang Dagang 900.000 900.00
0
Persediaan 1.000.000 1.050.00
0
Pabrik dan Peralatan Bersih 1.550.00 1.650.00
0 0
Goodwill

100.000
Total Aktiva Rp. Rp.
3.990.000 4.240.000
Kewajiban dan Ekuitas
Hutang Usaha Rp. Rp.

480.000 480.000
Kewajiban Lainnya 320.00 320.00
0 0
Modal Saham nom Rp. 10.000 2.000.00 2.000.00
0 0
Tambahan Modal Disetor 240.00 565.00
0 0
Laba Ditahan

950.000 875.000
Total Kewajiban dan Ekuitas Rp. Rp.
*dikurangkan 3.990.000 4.240.000

E. RANGKUMAN
Penggabungan usaha terjadi jika dua atau lebih usaha yang terpisah
bersama-sama menjadi satu entitas akuntansi. Ada dua metode akuntansi
yang diterima secara umum untuk penggabunga usaha pembelian dan
penyatuan kepemilikan tetapi metode-metode ini tidak merupakan pilihan
(tidak saling menggantikan) dalam akuntansi untuk penggabungan usaha
yang sama. Semua penggabungan yang tidak memenuhi kondisi-kondisi
untuk metode penyatuan kepemilikan harus dipertanggungjawabkan sebagai
pembelian. Penyatuan kepemilikan melibatkan pertukaran saham biasa
berhak suara, penggabungan ekuitas pemegang saham, dan pencatatan
aktiva dan kewajiban dari perusahaan-perusahaan yang bergabung pada
nilai bukunya. Akuntansi pembelian mewajibkan pelaporan aktiva yang
diperoleh dan kewajiban yang ditanggung sebesar nilai wajarnya pada saat
penggabungan..

F. TUGAS DAN PERLATIHAN


1. Tugas
a. Silakan Anda membaca materi yang terdapat dalam rujukan literatur
buku ini.
b. Silakan Anda membuat rangkuman materi yang terkait dengan judul
bab ini dalam rujukan literatur tersebut.
2. Perlatihan
a. Apa yang dimaksud dengan penggabungan usaha dan sebutkan
jenis-jenisnya ?
b. Sebutkan 2 (dua) metode penggabungan usaha dan jelaskan
perbedaannya ?
c. Pada tanggal 1 Januari 19X7 PT Abi menerbitkan 600.000 lembar
modal sahamnya untuk semua saham beredar PT Bakri dan PT
Bakri dibubarkan. Nilai wajar saham biasa PT Abi pada tanggal ini
adalah Rp. 20.000 per lembar. Nilai buku dan nilai wajar PT Abi
maupun PT Bakri pada tanggal 31 Desember 19X6 adalah sebagai
berikut:

PT ABI PT BAKRI
Keterangan Nilai Nilai Nilai Nilai
Buku Wajar Buku Wajar
(dalam (dalam (dalam (dalam
000) 000) 000) 000)
Aktiva
Kas Rp 3.000.0 R 5.000.0 R 1.000.0 Rp 1.000.0
. 00 p. 00 p. 00 . 00
Piutang Bersih 5.500.0 5.500.0 2.000.0 2.000.0
00 00 00 00
Persediaan (LIFO) 6.000.0 7.000.0 3.500.0 4.000.0
00 00 00 00
Aktiva Lancar 1.500.0 1.500.0 500.0 600.0
Lainnya 00 00 00 00
Aktiva Tetap-Bersih 16.000.0 5.000.0 7.400.0
00 00 00
19.000.000
Total Aktiva Rp. Rp. Rp. Rp.
32.000.000 36.000.000 12.000.000 15.000.000

Ekuitas
Hutang Usaha Rp 5.000.0 Rp. R 1.800.0 Rp. 1.800.0
. 00 5.000.000 p. 00 00
Kewajiban Lainnya 3.800.0 4.000.0 3.200.0 3.000.0
00 00 00 00
Modal Saham, 15.000.0 3.000.0
nominal Rp. 10.000 00 00
Modal Disetor 3.000.0 1.200.0
Lainnya 00 00
Laba Ditahan

5.200.000 2.800.000
Total Ekuitas Rp. Rp.
32.000.000 12.000.000

Diminta:
Siapkan Neraca perbandingan PT Abi sesaat setelah penggabungan usaha
dengan asumsi bahwa:
1) Penggabungan secara Penyatuan Kepemilikan dan
2) Penggabungan secara Pembelian.

G. KUNCI JAWABAN
2. Perlatihan

a. Menurut Standar Akuntansi Keuangan No 22 paragraf 08,


Penggabungan usaha (Business Combination) adalah penyatuan dua
atau lebih perusahaan yang terpisah menjadi satu entitas ekonomi
karena satu perusahaan menyatu dengan (uniting with) perusahaan
lain atau memperoleh kendali (control) atas aktiva dan operasi
perusahaan lain.
Merjer terjadi ketika sebuah perusahaan mengambil semua operasi
dari entitas usaha lain dan entitas yang diambilalih tersebut
dibubarkan.
PT AA
Merger/Akuisisi : + --------------► PT AA/PT BB
PT BB

Konsolidasi terjadi ketika sebuah perusahaan yang baru dibentuk


untuk mengambilalih aktiva-aktiva dan operasi dari dua atau lebih
entitas usaha yang terpisah, dan akhirnya entitas yang terpisah
tersebut dibubarkan.
Konsolidasi : PT AA
+ ---------------► PT CC
PT BB

b. Terdapat dua metode penggabungan usaha yaitu metode penyatuan


kepentingan dan metode pembelian. Perbedaan diantara keduanya
adalah:
 Pada metode penyatuan kepemilikan, aktiva dan kewajiban dari
perusahaan-perusahaan yang bergabung dimasukkan dalam
entitas gabungan sebesar nilai bukunya. Semua penggabungan
usaha yang tidak memenuhi kondisi untuk penyatuan (pooling)
harus dicatat berdasarkan metode pembelian. Dalam metode
pembelian, aktiva dan kewajiban dari perusahaan-perusahaan
yang bergabung dimasukkan dalam entitas gabungan sebesar
nilai wajarnya.
 Pada metode penyatuan kepemilikan, semua biaya yang terjadi
berkaitan dengan akuisisi baik biaya langsung maupun tidak
langsung dicatat dalam rekening “beban”. Sedangkan dalam
metode pembelian; biaya yang langsung terjadi dicatat dengan
menambah rekening “Investasi”. Biaya yang tidak langsung
dicatat dengan mengurangi rekening “tambahan modal disetor”.

c. Jawab:
1) Jurnal penyesuaiannya adalah:

Investasi pada PT Bakri Rp. 7.000.000.000


Modal Saham nominal Rp. 10.000 Rp. 6.000.000.000
Laba Ditahan 1.000.000.000

(mencatat investasi PT Abi sebesar nilai bukunya Rp. 7.000.000.000)

(dalam ribuan)

Kas Rp. 1.000.000


Piutang bersih 2.000.000
Persediaan 3.500.000
Aktiva Lancar Lainnya 500.000
Aktia Tetap Bersih 5.000.000
Hutang Usaha Rp. 1.
800.000
Kewajiban Lain-Lain 3.200.000
Investasi pada PT Bakri 7.000.000

Untuk menetapkan biaya perolehan PT Bakri atas aktiva yang dapat diidentifikasi
dan kewajiban yang ditanggung atas dasar nilai bukunya

PT. ABI
NERACA
PER 31 DES 19X6 (dalam ribuan)
Akti Pasi
va va
Kas R 4,000,0 Hutang Usaha R 6,800,0
p 00 p 00
Piutang Bersih R 7,500,0 Kewajiban R 7,000,0
p 00 Lainnya p 00
Persediaan (LIFO) R 9,500,0 Modal Saham Rp
p 00 21,000,000
Modal
Aktiva Lancar R 2,000,0 Disetor R 3,000,0
Lainnya p 00 Lainnya p 00
Aktiva Tetap Bersih R 21,000,0 Laba Ditahan R 6,200,0
p 00 p 00
Total Aktiva R 44,000,0 Total Pasiva Rp
p 00 44,000,000

2)
Investasi pada PT Bakri Rp. 12.000.000.000
Modal Saham nominal Rp. 10.000 Rp. 6.000.000.000
Modal Disetor Lainnya 6.000.000.000

(mencatat investasi PT Abi sebesar nilai wajarnya Rp. 12.000.000.000)

(dalam ribuan)

Kas Rp. 1.000.000


Piutang bersih 2.000.000
Persediaan 4.000.000
Aktiva Lancar Lainnya 600.000
Aktia Tetap Bersih 7.400.000
Goodwill 1.800.000
Hutang Usaha Rp. 1.
800.000
Kewajiban Lain-Lain 3.000.000
Investasi pada PT Bakri 12.000.000

Untuk menetapkan biaya perolehan PT Bakri atas aktiva yang dapat diidentifikasi
dan kewajiban yang ditanggung atas dasar nilai wajarnya

Investasi pada PT Bakri Rp. 12.000.000.000


Nilai wajar aktiva PT Bakri Rp. 10.200.000.000

Goodwill Rp. 1.800.000.000


================

PT. ABI
NERACA
PER 31 DES 19X6 (dalam ribuan)
Akti Pasi
va va
Kas Rp 4,000,00 Hutang Usaha R 6,800,0
0 p 00
Piutang Bersih Rp 7,500,00 Kewajiban R 6.800,0
0 Lainnya p 00
Persediaan (LIFO) Rp 10.000,0 Modal Saham Rp
00 21,000,000
Modal
Aktiva Lancar Lainnya Rp 2,100,00 Disetor R 9,000,0
0 Lainnya p 00
Aktiva Tetap Bersih Rp 23,400,0 Laba Ditahan R 5,200,0
00 p 00
Goodwill Rp 1.800.000
Total Aktiva Rp 48,800,0 Total Pasiva Rp
00 48,800,000

H. STANDAR NILAI

NIL KRITER
AI IA
Amat Baik > 80% jawaban benar
Baik > 70% - 80% jawaban benar
Cukup > 60% - 70% jawaban benar
Kurang < 60% jawaban benar

I. RUJUKAN

Baker, Richard E., Lembke, Valdean C., King, Thomas E. 2006.


th
Advanced Financial Accounting, 6 edition, McGraw-Hill
Companies, In. terjemahan Siregar, Sylvia Veronika N.P. Jakarta:
Salemba Empat.
th
Beams, Floyd A. 2000. Advanced Accounting, 6 edition, Prentice
Hall, London. terjemahan Abadi, Amir Jusuf. Jakarta: Salemba
Empat.

Beams, Floyd A., Anthony, Joseph H., Clement, Robin P., Lowensohn,
th
Suzanne H. 2009. Advanced Accounting, 9 edition, Prentice
Hall, London. terjemahan Lestari P.A., Gania Gina. Jakarta:
Penerbit Erlangga.

th
Drebin, Allan R. 2013. Advanced Accounting, 5 edition, South
Western Publishing Co. terjemahan Saragih, Freddy dan Saat,
Marianus Sinaga Suryadi. Jakarta: Penerbit Erlangga.

Ikatan Akuntan Indonesia. 2012. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta:


Ikatan Akuntan Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai