Anda di halaman 1dari 11

MANAJEMEN PERPAJAKAN

MAKALAH

Bentuk Usaha

Disusun Oleh :

Laras Angelia 21522120002

Dosen :
Rini Susiani S.E.,M.Ak.,Ak., CA

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI AKUNTANSI


SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS WIDYATAMA
BANDUNG
2022
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam ketentuan perpajakan memilih bentuk usaha/business vehicle yang tepat merupakan

hal yang harus diperhatikan oleh investor/pengusaha, selain untuk menentukan bentuk usaha

apa yang dapat memberikan kontribusi profit paling besar dengan tingkat risiko yang paling

rendah. Terkait ketentuan perpajakan yang berlaku, investor/pengusaha juga harus menentukan

bentuk usaha yang mana yang memberikan kontribusi profit yang paling besar namun dengan

beban pajak yang paling kecil serta dari pemilihan bentuk usaha harus mempertimbangkan

keberlangsungan usaha dalam jangka panjang. Faktor – faktor yang dapat dipertimbangkan

dalam pemilihan bentuk usaha, antara lain :

1. Hubungan antara tarif pajak penghasilan orang pribadi dan tarif pajak penghasilan

wajib pajak badan.

2. Pengenaan pajak penghasilan secara berganda, baik atas laba bruto usaha, maupun

penghasilan dari pembagian keuntungan (dividen) kepada para pemegang sahamnya.

3. Kesempatan dalam menunda pembayaran pajak pada tarif pajak penghasilan lebih

kecil/besar apabila dibandingkan dengan kesempatan yang terdapat pada tarif pajak

penghasilan dari akumulasi penghasilan perusahaan.

4. Adanya ketentuan mengenai kerugian hasil usaha neto (kompensasi kerugian) dan

kredit investasi yang berlaku bagi bentuk usaha tertentu

5. Kemungkinan pengajuan perlakuan khusus terhadap pajak atas akumulasi laba, pajak

atas penghasilan personal, holding company.

6. Ketentuan yang mengatur fringe benefit dan atau payment in kind.

Bentuk Badan Usaha yang Ada di Indonesia, antara lain :

1. Perusahaan Perseorangan

2. Perseroan Terbatas

1
3. CV (commanditaire vennootschap), Firma

4. Koperasi, Yayasan, atau Badan Usaha Lain.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perseroan Terbatas

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 yang disesuaikan dalam Undang-Undang

Nomor 11 Tahun 2020 Tentang Cipta Kerja, Perseroan Terbatas adalah badan hukum yang

merupakan persekutuan modal, didirakan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha

dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham atau Badan Hukum perorangan yang

memenuhi kriteria usaha mikro dan kecil yang diatur dalam peraturan perundang-undangan

mengenai usaha mikro dan kecil.

Berdasarkan pengertian dari Perseroan Terbatas yang sudah dijelaskan sebelumnya ada

beberapa kelebihan dan kekurangan Perseroan Terbatas:

1. Kelebihan Perseroan Terbatas

a. Tanggung jawab terbatas dari para pemegang saham terhadap uang – uang perusahaan.

b. Kelangsungan Perseroan Terbatas sebagai badan hukum lebih terjamin, sebab tidak

tergantung pada pemilik. Karena pemilik dapat berganti – ganti.

c. Mudah untuk memindahkan hak kepemilikan dengan menjual saham kepada orang lain.

d. Mudah untuk mendapatkan tambahan modal untuk memperluas volume usahanya,

misalnya saja dengan mengeluarkan saham baru.

e. Manajemen dan spesialisasi-nya memungkinkan pengelolaan sumber modal secara

efisien dan efektif.

2. Kekurangan Perseroan Terbatas

a) Merupakan subjek pajak tersendiri. Jadi, tidak hanya perusahaan saja yang kena pajak,

deviden yang dibagikan kepada para pemegang saham juga dikenakan pajak.

3
b) Pendirian PT jauh lebih sulit dari pendirian badan usaha lainnya. Pendirian PT

memerlukan akta notaris dan juga izin khusus untuk usaha tertentu.

c) Biaya pembentukan-nya relatif tinggi.

d) Bagi sebagian orang, PT dianggap kurang aman dalam hal rahasia perusahaan. Hal ini

disebabkan semua aktivitas perusahaan harus dilaporkan kepada pemegang saham.

Adanya ketentuan perpajakan terkait Perseroan Terbatas, antara lain :

1) PT wajib menyelenggarakan pembukuan

2) PT mendaftarkan NPWP dan/atau pengukuhan PKP atas nama PT

3) Pengenaan pajak pada PT terjadi dua kali, yaitu pada saat diakui sebagai laba usaha

oleh PT dan pada saat laba usaha tersebut dibagikan kepada para pemegang saham

dalam bentuk dividen, dikenai PPh Final sesuai Pasal 4 ayat (3) UU PPh dan Pasal 17

ayat (2c) sebesar 10%

4) Gaji yang dibayarkan kepada para pemegang saham dan komisaris dapat dibiayakan

oleh PT

5) Penghitungan PPh terutang mengikuti tarif Pasal 17 UU PPh atau Pasal 31E UU PPh.

2.2 Persekutuan

CV (commanditaire vennootschap) merupakan suatu persekutuan yang didirikan oleh seorang

atau beberapa orang yang mempercayakan uang atau barang kepada seorang atau beberapa

orang yang menjalankan perusahaan dan bertindak sebagai commanditer Pasif maupun Aktif.

Dalam pendiriannya, CV didaftarkan dan disahkan oleh Kementerian Hukum dan HAM serta

diumumkan dalam Tambahan Berita Negara RI,. Kelebihan dan kekurangan bentuk usaha CV,

sebagaimana diuraikan Santoso dan Rahayu, (2013:91) antara lain :

Kelebihan CV :

a) Relatif mudah dalam proses pendiriannya

b) Kebutuhan akan modal dapat lebih dipenuhi

4
c) Cenderung lebih mudah memperoleh kredit

d) Dari segi kepemimpinan, CV relatif lebih baik

e) Lebih fleksibel karena bagi sekutu pasif akan lebih mudah untuk menginvestasikan

maupun mencairkan kembali modalnya

Kekurangan CV :

a) Kelangsungan hidup tidak menentu karena banyak tergantung dari sekutu aktif yang

bertindak sebagai sekutu pemimpin CV

b) Tanggung jawab para sekutu komanditer yang terbatas dapat berpengaruh terhadap

semangat untuk memajukan perusahaan

c) Kewajiban sekutu yang tidak terbatas

d) Perlindungan hukumnya masih dianggap minim

Secara umum ketentuan perpajakan terkait CV (commanditaire vennootschap) antara lain :

a) CV merupakan subjek pajak badan, maka CV harus mendaftarkan diri untuk memperoleh

NPWP dan/atau dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak (PKP)

b) Selain harus mendaftarkan NPWP dan/atau PKP atas nama CV, CV juga harus

menyelenggarakan pembukuan.

c) Laba yang didistribusikan kepada sekutu tidak dikenai pajak. Hal ini sebagaimana diatur

dalam Pasal 4 ayat (3) UU PPh yang menyebutkan bahwa bagian laba yang diterima atau

diperoleh anggota dari perseroan komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-

saham, persekutuan, perkumpulan, firma, dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan

kontrak investasi kolektif dikecualikan sebagai objek pajak

d) Gaji yang dibebankan oleh CV kepada para sekutu tidak dapat menjadi pengurang

sebagaimana diatur dalam Pasal 9 UU PPh

e) Dalam mengitung PPh nya CV menggunakan tarif tunggal 22% atau 11% apabila

memenuhi ketentuan Pasal 31E UU PPh.

5
2.3 Perusahaan Perseorangan

Dalam dunia bisnis, perusahaan perseorangan dikenal sebagai salah satu bentuk badan

usaha. Dari pengertiannya, perusahaan perseorangan adalah sebuah bentuk usaha yang

dimiliki, dijalankan, dan ditanggung oleh satu orang saja. Perusahaan perseorangan ini

memiliki sistem informasi manajemen yang bebas dan tidak ada intervensi atau campur tangan

dari pihak lain secara langsung, contohnya pemerintah.

Perusahaan perseorangan biasanya dioperasikan dengan alat produksi dan teknologi yang

cukup sederhana. Selain itu, modal yang dibutuhkan dalam proses produksi cukup kecil

sehingga jumlah produk yang dihasilkan sedikit. Bahkan, jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan

pun tidaklah banyak. Meskipun begitu, jenis usaha perseorangan ini juga bisa menghasilkan

pendapatan yang tidak sedikit jika sang pemilik usaha dapat menjalankan dan mengelola

bisnisnya dengan baik.

Perusahaan dikelola dan diawasi oleh satu orang saja, pemilik atau pengelola usaha tersebut

akan memperoleh seluruh keuntungan perusahaannya tanpa perlu membagikannya kepada

orang lain. Namun, kekurangannya adalah pemilik perusahaan perseorangan mau tidak mau

harus menanggung seluruh risiko yang akan muncul dalam kegiatan usahanya.

Kekurangan dan Kelebihan Perusahaan Perseorangan.

Kekurangan Perusahaan Perseorangan

a) Pemilik perusahaan perseorangan memiliki tanggung jawab yang tidak terbatas

b) Sumber modal cukup terbatas

c) Manajemen atau pengelolaan bisa menjadi terganggu

d) Kelangsungan usaha kurang terjamin secara pasti

Kelebihan Perusahaan Perseorangan

a) Perusahaan perseorangan adalah jenis usaha tidak dikenakan pajak perusahaan seperti PT

atau firma

6
b) Pengelolaan internalnya tidak begitu rumit dan pemilik pun bisa dengan mudah dalam

melakukan pemantauan.

c) Biaya manajemen dan operasional cenderung rendah, karena pemilik bisnis memiliki tugas

sebagai karyawan bisnis itu sendiri.

Ketentuan perpajakan perusahaan perorangan, antara lain :

1. Perseroan Perorangan sebagai Subjek Pajak . Ketentuan di dalam UU Cipta Kerja dan

aturan turunannya yang menjelaskan bahwa Perseroan Perorangan merupakan badan

hukum perorangan yang memenuhi kriteria UMK. Kedua, definisi Perseroan Terbatas

di dalam UU Cipta Kerja juga mencakup Perseroan Perorangan sehingga apabila

Perseroan Terbatas merupakan Subjek Pajak badan menurut UU KUP.

Perseroan Perorangan juga masuk ke dalam kategori Subjek Pajak badan.

Ketiga, apabila kriteria sekumpulan orang dan/atau modal dipahami secara tekstual

sebagai kepemilikan modal dan/atau saham oleh lebih dari 1 (satu) pihak, maka badan

usaha milik negara, badan usaha milik daerah, badan usaha milik desa, dan perseroan

yang mengelola bursa efek, lembaga kliring dan penjaminan, lembaga penyimpanan

dan penyelesaian, dan lembaga lain sesuai Undang-Undang tentang Pasar Modal tidak

dapat lagi diklasifikasikan sebagai Subjek Pajak badan mengingat UU Cipta Kerja

memungkinkan pendirian perseroan tersebut oleh 1 (satu) pihak. Terakhir, modal

pendirian Perseroan Perorangan berasal dari kekayaan pendiri yang dipisahkan (baik

modal sendiri atau modal pinjaman) sehingga pendiri atau pemegang saham hanya

bertanggung jawab sebesar modal yang mereka setorkan dan tidak bertanggung jawab

secara pribadi (tanggung renteng) atas perikatan yang dilakukan atau kerugian yang

diperoleh Perseroan Perorangan. Oleh karena itu, berdasarkan pertimbangan-

pertimbangan tersebut maka Perseroan Perorangan seharusnya dikelompokkan ke

dalam Subjek Pajak badan.

7
2. Pendaftaran NPWP dan Pengukuhan PKP bagi Perseroan Perorangan. Perseroan

Perorangan juga diwajibkan untuk melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai

PKP apabila Perseroan Perorangan selaku Pengusaha selama 1 (satu) tahun buku

melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP)

sesuai UU PPN dan PPnBM dengan jumlah peredaran bruto dan/atau penerimaan bruto

melebihi Rp4,8 miliar.

3. Pajak Penghasilan dikenakan atas penghasilan yang diterima atau diperoleh Perseroan

Perorangan. Penghasilan meliputi seluruh tambahan kemampuan ekonomis yang

diterima atau diperoleh, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia,

yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan. Dalam hal

peredaran bruto yang diterima atau diperoleh tidak melebihi Rp4,8 miliar dalam 1 (satu)

Tahun Pajak dan kriteria lainnya terpenuhi, Perseroan Perorangan dapat

memanfaatkan fasilitas pengenaan PPh dengan tarif final sebesar 0,5%.

8
BAB III

KESIMPULAN

Dalam ketentuan perpajakan memilih bentuk usaha/business vehicle yang tepat

merupakan hal yang harus diperhatikan oleh investor/pengusaha, selain untuk menentukan

bentuk usaha apa yang dapat memberikan kontribusi profit paling besar dengan tingkat risiko

yang paling rendah. Terkait ketentuan perpajakan yang berlaku, investor atau pengusaha juga

harus menentukan bentuk usaha yang mana yang memberikan kontribusi profit yang paling

besar namun dengan beban pajak yang paling kecil serta dari pemilihan bentuk usaha harus

mempertimbangkan keberlangsungan usaha dalam jangka panjang.

9
DAFTAR PUSTAKA

Referensi:

1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.


2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan s.t.d.t.d. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.
3. Undang-Undang Nomor 7 Tahun q983 tentang Pajak Penghasilan s.t.d.t.d. Un
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 tentang Pajak Penghasilan dari Usaha
yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.
4. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2018 tentang Pajak Penghasilan dari Usaha
yang Diterima atau Diperoleh Wajib Pajak yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu.
5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 197/PMK.03/2013 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 68/PMK.03/2010 tentang Batasan Pengusaha
Kecil Pajak Pertambahan Nilai.
6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 147/PMK.03/2017 tentang Tata Cara
Pendaftaran Wajib Pajak dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak serta
Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

10

Anda mungkin juga menyukai