Anda di halaman 1dari 14

Strategi Penghematan Pajak Melalui Pemilihan Badan Usaha

"Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas kelompok Manajemen Pajak kelas VI B"

Disusun Oleh : (Kelompok 1)

Fedro Septian Dwi Putra C1C019069


Talitha Zahra Mumtaz C1C019057
Muhammad Rio Akbar C1C019152
Natasya Dwi A. C1C019151
Muhammad Raihan Z C1C019150

Dosen Pengampu :

Nila Aprilia, S.E.,M.Si.,Ak.,CA

PROGRAM STUDI S-1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BENGKULU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang “Strategi Penghematan Pajak
Melalui Pemilihan Badan Usaha” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Ibu
Nila Aprilia,S.E.,M.Si.,Ak.,CA pada mata kuliah Manajemen Pajak. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Strategi Penghematan
Pajak Melalui Pemilihan Badan Usaha bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami menyadari, bahwa makalah yang kami buat ini masih jauh dari kata sempurna
baik segi penyusunan, bahasa, maupun penulisannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pembaca guna menjadi
acuan agar penulis bisa menjadi lebih baik lagi di masa mendatang.

Semoga makalah ini bisa menambah wawasan para pembaca dan bisa bermanfaat
untuk perkembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan.

Bengkulu, 19 Februari 2021

KELOMPOK 1

I
DAFTAR ISI

BAB

I.PENDAHULUAN........................................................................................................................1
1.1. Latar Belakang......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.................................................................................................................1
1.3 Tujuan...................................................................................................................................1

BAB II.PEMBAHASAN.................................................................................................................2
2.1 Jenis-Jenis Badan Usaha di Indonesia..................................................................................2
2.2 Ilustrasi Perhitungan.............................................................................................................4

BAB III.PENUTUP.........................................................................................................................9
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA

II
III
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat. Pajak merupakan salah satu sumber dana pemerintah untuk mendanai
pembangunan di pusat dan daerah, seperti membangun fasilitas umum, membiayai
anggaran kesehatan dan pendidikan, dan kegiatan produktif lain. Pemungutan pajak dapat
dipaksakan karena dilaksanakan berdasarkan undang-undang. Oleh karena itu, pemilihan
badan usaha yang hemat pajak menjadi persoalan ini hampir selalu dihadapi oleh para
pengusaha. Ada banyak pilihan badan usaha yang dapat dipertimbangkan oleh pengusaha
yang itu semua akan berujung pada besarnya beban pajak yang akan ditanggung. Sehingga
pengusaha akan berusaha untuk meminimalkan beban tersebut guna mengoptimalkan laba.
Manajemen pajak pada intinya merupakan upaya untuk meminimumkan kewajiban pajak
secara legal. Masing-masing bentuk usaha akan memperoleh perlakuan yang berbeda
mulai dari beban pajak, pengurangan yang diberikan, maupun tarif yang dikenakan.
Demikian pemilihan bentuk usaha dalam menjalankan praktik bisnis merupakan faktor
yang penting karena akan berpengaruh terhadap perhitungan besarnya beban pajak
penghasilan yang harus ditanggung oleh wajib pajak. Untuk menentukan pilihan bentuk
usaha yang tepat, akan dibahas pada bab berikutnya.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa saja jenis-jenis badan usaha yang ada di Indonesia ?


2. Bagaimana strategi penghematan pajak melalui pemilihan Badan Usaha ?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui jenis-jenis badan usaha yang ada di Indonesia.


2. Mengetahui dan memahami strategi penghematan pajak melalui pemilihan Badan
Usaha.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Jenis-jenis badan usaha di Indonesia seperti :

 Usaha Perseorangan
Usaha perseorangan adalah bentuk usaha yang kepemilikannya dimiliki oleh
satu orang. Individu dapat membuat usaha perorangan tanpa izin dan tata cara
tertentu. Semua orang bebas membuat bisnis pribadi tanpa adanya batasan untuk
mendirikannya. Pada umumnya usaha perorangan bermodal kecil, terbatasnya
dalam jenis maupun jumlah produksinya, memiliki tenaga kerja yang sedikit serta
penggunaan alat produksi dengan teknologi sederhana. Ciri- ciri perusahaan
perseorangan sebagai berikut :

a. Relatif mudah didirikan dan dibubarkan.


b. Tanggung jawab tidak terbatas dan bisa melibatkan harta pribadi.
c. Seluruh keuntungan dimiliki sendiri.
d. Sulit dalam mengatur jalannya perusahaan karena umumnya diatur sendiri.
e. Jangka waktu badan usaha tidak terbatas atau seumur hidup.

 Firma

Perusahaan yang didirikan oleh beberapa orang dengan memakai satu nama
untuk kepentingan bersama. Modal perusahaan firma berasal dari setoran
langsung yang terkait dalam kesepakatan firma. Akan tetapi dalam pembagian
laba biasanya didasarkan sesuai pada jumlah modal yang disetorkan pada masing-
masing anggota firma itu sendiri. Ciri-ciri Firma sebagai berikut :

a. Apabila terdapat hutang tak terbayar maka setiap pemilik wajib melunasi
dengan harta pribadi.
b. Setiap anggota Firma memiliki hak untuk menjadi pemimpin.
c. Seorang anggota tidak berhak memasukkan anggota baru tanpa seizin anggota
yang lainnya.
d. Keanggotaan Firma melekat dan berlaku seumur hidup.
e. Mudah memperoleh kredit usaha.
2
f. Seorang anggota mempunyai hak untuk membubarkan Firma pendiriannya
tidak memerlukan akta pendirian.

 Perseroan Komanditer (CV)

Perusahaan yang didirikan dan dimiliki oleh dua atau lebih untuk mencapai
tujuan bersama dengan tingkat tanggung jawab yang berbeda-beda. Satu pihak
bertanggung-jawab bersedia menjadi pengurus dan mengelola perusahaan,
sedangkan di pihak lain hanya bersedia menyimpan modal dalam usaha dan
bertanggung-jawab atas utang-utang perusahaan tetapi tidak bersedia menjadi
pengurus atau mengelola perusahaan. Pembagian hasil usaha biasanya sudah
ditetapkan dan tertera dalam perjanjian pembentukan awal perusahaan komanditer
(CV) tersebut. Biasanya porsi pembagian hasil usaha biasanya ditentukan dari
modal dan porsi tanggung-jawab dari masing-masing pihak.

Ciri-ciri Firma sebagai berikut :

a. Sulit untuk menarik modal yang telah disetor.

b. Modal umumnya lebih besar dibandingkan usaha perseorangan karena berasal


dari beberapa pihak.

c. Lebih mudah mendapatkan pinjaman.

d. Anggota aktif memiliki tanggung jawab tidak terbatas sedangkan anggota


pasif sifatnya mengharapkan keuntungan.

e. Relatif mudah untuk didirikan.

f. Kelangsungan hidup perusahaan CV tidak menentu.

 Perseroan Terbatas (PT)

Perseroan terbatas merupakan salah satu bentuk badan usaha yang memiliki
badan hukum, sebagaimana tertera dalam Pasal 1 ayat (1) Undang-undang
Republik Indonesia No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas. PT merupakan
badan hukum yang didirikan berdasarkan perjanjian, melakukan kegiatan usaha
3
dengan modal dasar yang seluruhnya terbagi dalam saham dan memenuhi
persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-undang No. 1 tahun 1995 serta
peraturan pelaksanaannya. Ciri-ciri PT sebagai berikut :

a. Kewajiban terbatas pada modal tanpa melibatkan harta pribadi.

b. Terdapat pemisahan yang tegas antara PT dengan pemilik.

c. PT dapat dipimpin oleh orang yang tidak memiliki bagian saham.

d. Kepemilikan mudah berpindah tangan.

e. Keuntungan usaha dikenai pajak di PT sebagai wajib pajak badan sedangkan


keuntungan PT setelah dipotong pajak yang dibagikan kepada pemegang
saham dalam bentuk deviden akan dikenai pajak. Sehingga, PT akan
dikenakan pajak berganda.

f. Sulit untuk dibubarkan.

2.2 Ilustrasi Perhitunngan

(*) Bentuk Usaha Perorangan

Selama tahun 2005, Tn. Berto (K/2) menjalankan usaha perorangan dan memperoleh
laba bersih sebesar Rp 360.000.000, maka besarnya beban Pajak yang harus
ditanggung Tn. Berto adalah sebagai berikut :

Laba/Penghasilan Perorangan Rp 360.000.000

PTKP (K/2)

 WP Orang Pribadi Rp 12.000.000

 WP Kawin 1.200.000

 Tanggungan 2 orang 2.400.000 (+) Rp 15.600.000 (-)

 Ph. Kena Pajak Rp 344.400.000


4
PPh Terutang :

 5% x Rp 25.000.000 = Rp 1.250.000

 10% x Rp 25.000.000 = Rp 2.500.000

 15 % x Rp 50.000.000 = Rp 7.500.000

 25 % x Rp 100.000.000 = Rp 25.000.000

 35% x Rp 144.400.000 = Rp 50.540.000(+) Rp 86.790.000 (-)


laba setelah pajak (Tn.Berto) Rp 257.610.000

Jika laba usaha tahun 2005 sebesar Rp 720.000.000 maka besarnya PPh terutang
sebesar Rp 212.790.000

Simpulan : Penghasilan bersih (setelah dipotong pajak) yang diterima Tn. Berto
adalah sebesar Rp 257.610.000.

(*) Bentuk Usaha Persekutuan (CV)

Tn. Berto bersama dengan temannya Tn. Fernando bekerja sama dengan membentuk
usaha (partnerships) berupa CV. Diasumsikan laba usaha yang dihasilkan selama
tahun 2005 sebesar Rp 720.000.000, sehingga masing-masing memperoleh Rp
360.000.000 sebelum dipotong pajak. Dengan demikian laba bersih yang diperoleh
masing-masing pihak adalah sebagai berikut :

Laba Rp 720.000.000

PPh Terutang :

 10% x Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000


 15 % x Rp 50.000.000 = Rp 7.500.000
 30 % x Rp 620.000.000 = Rp 186.000.000 (+) Rp 198.500.000 (-)

laba setelah pajak Rp 521.500.000 (*)

5
(*) Laba (badan usaha) setelah dipotong pajak ini kemudian dibagi dua (asumsi
didirikan oleh 2 orang) sehingga masing-masing pihak akan memperoleh Rp
260.750.000 (Rp 521.500.000: 2).

Penghasilan Tn Berto / Tn.Fernando Rp 260.750.000

(-) koreksi penghasilan tdk objek pajak

(pasal 4 ayat (3) UU PPh Tahun 2000) (Rp 260.750.000)

Penghasilan Kena Pajak nihil

PPh Terutang nihil

Simpulan : Penghasilan bersih yang diperoleh masing-masing pihak yaitu Tn.Berto


dan Tn.Fernando melalui bentuk usaha persekutuan (CV) adalah sebesar Rp
260.750.000.

(*) Bentuk Usaha PT

Diasumsikan Tn. Berto dan Tn. Fernando membentuk PT. Laba usaha yang dihasilkan
selama tahun 2005 sebesar Rp 720.000.000 dan setelah dipotong pajak diperoleh laba
bersih sebesar Rp 521.500.000, dan masing-masing pemegang saham akan
memperoleh pembagian keuntungan sebesar Rp 260.750.000. PPh terutang atas
penghasilan sebesar Rp 260.750.000 tersebut dengan asumsi tidak ada penghasilan
lain dapat dilihat pada perhitungan berikut ini :

Laba (Penghasilan Kena Pajak) Rp 720.000.000

 PPh Terutang (PT):


 10% x Rp 50.000.000 = Rp 5.000.000
 15% x Rp 50.000.000 = Rp 7.500.000
 30% x Rp 620.000.000 = Rp 186.000.000 (+) Rp 198.500.000 (-)

laba setelah pajak (PT) Rp 521.500.000

Penghasilan Tn.Berto / Tn.Fernando Rp 260.750.000


6
PTKP (K/2) Rp 15.600.000 (-)

Penghasilan Kena Pajak Rp 245.150.000

PPh Terutang (Perorangan):

 5 % x Rp 25.000.000 = Rp 1.250.000
 10% x Rp 25.000.000 = Rp 2.500.000
 15% x Rp 50.000.000 = Rp 7.500.000
 25 % x Rp 100.000.000 = Rp 25.000.000
 35 % x Rp 45.150.000 = Rp 15.802.500 Rp 52.052.500 (-)

Laba setelah pajak (perorangan) Rp 193.097.500

Maka total PPh terutang atas penghasilan kedua pemilik PT tsb sebesar Rp
104.105.000 (2 x Rp 52.052.500) atau pada saat tersedianya keuntungan tersebut
untuk dibagikan (dividen), terhutang PPh pasal 23 masing-masing sebesar:

PPh pasal 23 terutang :

 15 % x Rp 245.150.000 = Rp 36.772.500

Maka total PPh pasal 23 terutang untuk kedua pemegang saham tsb sebesar Rp
73.545.000 ( 2 x Rp36.772.500)

Simpulan :

Pada bentuk usaha PT, terjadi pengenaan pajak berganda atas penghasilan dari satu
sumber berupa laba/ penghasilan kena pajak sebesar Rp 720.000.000 yaitu PPh badan
dan PPh para pemegang saham sebagai individu. Dengan demikian seluruh PPh yang
harus dilunasi wajib pajak menurut alternatif pilihan bentuk usahanya dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:

Usaha
PERSEROAN TERBATAS (PT) CV
Perorangan
PPh terutang PPh terutang Jumlah PPh
PPh Terutang PPh Terutang
(Badan) (laba/deviden) terutang
Rp Rp Rp Rp Rp
198.500.000,00 104.105.000,00 302.605.000,00 198.500.000 212.790.000

7
pada saat deviden tersedia untuk di bagikan
Rp Rp Rp
198.500.000 73.545.000 272.045.000

Sedangkan penghasilan bersih (setelah dipotong pajak) yang diterima oleh


masing-masing pihak (misalkan Tn. Berto) menurut alternatif pilihan bentuk usaha,
dengan catatan laba setelah pajak (PT) merupakan keuntungan untuk dibagikan
kepada pemegang saham (dividen) yang akan dikenakan pajak sebagai berikut :

Bentuk Usaha
Keterangan
PT CV PERORANGAN
Rp
245.150.000 Rp 260.750.000 Rp 344.400.000
Ph. Kena Pajak
     
(Tn.Berto) Rp Rp
PPh Terutang 36.772.500 nihil 86.790.000
Rp
Penghasilan Bersih 208.377.500 Rp 260.750.000 Rp 257.610.000

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pemilihan


bentuk badan usaha berpengaruh terhadap perhitungan besarnya beban pajak
penghasilan yang harus ditanggung oleh Wajib Pajak. Hasil kajian terhadap tiga
alternatif pilihan bentuk usaha yaitu (1) Perorangan, (2) Persekutuan (partnership)
yaitu badan usaha yang modalnya tidak terbagi atas saham misalnya CV serta (3)
Perseroan Terbatas (PT), menunjukkan bahwa bentuk usaha yang modalnya tidak
terbagi atas saham merupakan pilihan yang paling tepat dikarenakan alternatif
tersebut yang paling dapat meminimalkan beban pajak penghasilan.

Keuntungan dari bentuk usaha CV dibandingkan bentuk usaha lainnya adalah :

1. Pengenaan tarif pajak lapisan tertinggi yang terendah dibandingkan alternatif


lainnya sehingga menghasilkan beban pajak penghasilan yang terendah.

2. Pilihan bentuk usaha berupa CV dapat menghindarkan dari pengenaan pajak


ganda (double taxation) atas penghasilan dari satu sumber seperti yang terjadi
pada PT. Ketentuan perpajakan menganggap antara pemegang saham dengan PT
adalah dua wajib pajak yang berbeda dan terpisah. Dividen yang diterima oleh
pemegang saham dianggap sebagai penghasilan yang akan dikenakan pajak.
Pengenaan pajak berganda (double taxation) dapat dihindari apabila laba tersebut
berasal dari bagian laba yang diterima atau diperoleh dari perseroan komanditer,
Firma, dan kongsi.

3. Dipandang dari sudut penghematan pajak, CV memiliki keunggulan jika


dibandingkan dengan usaha perorangan yaitu dari sisi tarif pajak. Tarif pajak
tertinggi bagi CV (badan) adalah 30% sedangkan tarif pajak tertinggi usaha

9
perorangan (orang pribadi) adalah 35%. Dengan demikian dengan memilih bentuk
usaha CV akan terjadi penghematan pajak sebesar 5%. Hasil perbandingan
besarnya PPh terutang menurut alternatif pilihan bentuk usaha menunjukkan
bahwa bentuk usaha CV menghasilkan beban PPh terendah dan sebaliknya bagi
para pemilik atau pemegang saham menghasilkan penghasilan bersih tertinggi.

DAFTAR PUSTAKA

Peraturan | Ortax - your center of excellence in taxation". Ortax.org 

https://media.neliti.com/media/publications/74976-ID-analisis-pemilihan-bentuk-usaha-yang-
tep.pdf

http://docplayer.info/69594162-Strategi-penghematan-pajak-melalui-pemilihan-bentuk-
usaha.html

https://media.neliti.com/media/publications/74976-ID-analisis-pemilihan-bentuk-usaha-yang-
tep.pdf

https://www.akseleran.co.id/blog/pengertian-pajak/

https://media.neliti.com/media/publications/74976-ID-analisis-pemilihan-bentuk-usaha-yang-
tep.pdf

10

Anda mungkin juga menyukai