Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

MERGER, AKUISISI, LBO, DIVESTITUR

DAN HOLDING COMPANY

Ditujukan untuk memenuhi salah satu Tugas Mata Kuliah Manajemen Keuangan
Lanjutan

Dosen Pengampu :

Ali Jamaludin, SE

Oleh

Alma Nurul Hidayat [030118086]

Dewi Windini [030118004]

Dwi Fitria Putri [030118052]

St. Adinda Purwaningsih [030118072]

STIE DR. KHEZ MUTTAQIEN

PURWAKARTA

2020
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah tentang
“Merger, Akuisisi, LBO, Divestitur, dan Holding Company” untuk memenuhi
tugas mata kuliah Manajemen Keuangan Lanjutan ini dengan baik dan tepat pada
waktunya.
Kami mengucapkan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah ikut
berpartisipasi serta membantu kami dalam proses penyusunan makalah ini. Kami
berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak, serta menjadi
referensi untuk menambah wawasan dan ilmu pengetahuan.
Kami menyadari bahwasannya makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun
dari semua pihak untuk mengevaluasi makalah ini.

Purwakarta, 10 Oktober 2020

Kelompok 6

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ...................................................................................................... i

Daftar Isi............................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1


B. Rumusan Masalah .................................................................. 2
C. Tujuan Penulisan .................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Merger .................................................................................... 3
B. Akuisisi .................................................................................. 6
C. Leverage Buyout (LBO) ....................................................... 10
D. Divestitur .............................................................................. 14
E. Holding Company ................................................................ 17

BAB III PENUTUPAN

A. Kesimpulan .......................................................................... 24
B. Saran ..................................................................................... 25

Daftar Pustaka .................................................................................................... 26

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Kinerja perusahaan dalam era persaingan bisnis semakin ketat, setiap
perusahaan perlu mengevaluasi kinerjanya, serta melakukan serangkaian
perbaikan, agar tetap tumbuh dan dapat bersaing. Perbaikan ini akan
dilaksanakan secara terus menerus, sehingga kinerja perusahaan semakin
meningkat dan dapat terus unggul dalam persaingan, atau minimal tetap dapat
bertahan. Sebuah strategi untuk memperbaiki dan memaksimalkan kinerja
perusahaan salah satunya adalah dengan cara restrukturisasi.
Restrukturisasi perusahaan sebetulnya tak harus menunggu perusahaan
menurun, namun dapat dilakukan setiap kali, agar perusahaan dapat bersaing
dan tumbuh berkembang. Dalam keadaan normal, perusahaan perlu
melakukan pembenahan dan perbaikan supaya dapat terus unggul dalam
persaingan, atau paling tidak dapat bertahan.
Dalam rangka tumbuh dan berkembang ini perusahaan bisa melakukan
ekspansi bisnis dengan memilih salah satu diantara dua jalur alternatif yaitu
pertumbuhan dari dalam perusahaan, dan pertumbuhan dari luar perusahaan.
Pertumbuhan internal adalah ekspansi yang dilakukan dengan membangun
bisnis atau unit bisnis baru dari awal. Jalur ini memerlukan berbagai tahap
mulai dari riset pasar, desain produk, perekrutan tenaga ahli, tes pasar,
pengadaan dan pembangunan fasilitas produksi/operasi sebelum perusahaan
menjual produknya ke pasar. Sebaliknya pertumbuhan eksternal dilakukan
dengan membeli perusahaan yang sudah ada.
Merger dan akuisisi adalah strategi pertumbuhan eksternal dan merupakan
jalur cepat untuk mengakses pasar baru produk baru tanpa harus membangun
dari awal. Terdapat penghematan waktu yang sangat signifikan antara
pertumbuhan internal dan eksternal melalui merger dan akuisisi. Dari waktu
ke waktu perusahaan lebih menyukai pertumbuhan eksternal melalui merger
dan akuisisi dibanding pertumbuhan internal.
Perusahaan yang dapat bersaing dan tumbuh berkembang, mungkin akan
melakukan perluasan usaha. Perluasan usaha tersebut bisa dilakukan dengan
cara ekspansi secara intern, tetapi juga dapat dilakukan dengan cara
menggabungkan usaha yang telah ada (merger dan consolidation) atau

1
2

membeli perusahaan yang telah ada (akuisisi). Cara – cara tersebut dilakukan
agar dapat memberikan manfaat yang lebih besar bagi perusahaan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Merger?
2. Apa yang dimaksud dengan Akuisisi?
3. Apa yang dimaksud dengan Divestitur?
4. Apa yang dimaksud dengan Holding Company?
5. Apa yang dimaksud dengan LBO?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui penjelasan mengenai Merger.
2. Untuk memahami apa itu Akuisisi.
3. Untuk memahami penjelasan mengenai LBO.
4. Untuk memahami apa itu Divestitur.
5. Untuk memahami penjelasan mengenai Holding Company.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Merger
1. Pengertian Merger
Dalam Undang-Undang tentang Perseroan Terbatas menggunakan istilah
“penggabungan” untuk pengertian merger. Dengan demikian, merger adalah
penggabungan dari dua perusahaan atau lebih dengan cara tetap
mempertahankan berdirinya salah satu dari perusahaan dan membubarkan
perusahaan lainnya tanpa melikuidasi terlebih dulu.
Alasan utama perusahaan melakukan merger adalah untuk memperbaiki
kinerja perusahaan. Dan tidak selamanya bank yang merger itu adalah bank
yang tidak sehat. Banyak juga bank yang sehat bahkan bank besar melakukan
merger agar menjadi lebih besar lagi atau agar dapat membentuk sinergi.
Dilihat dari segi tujuannya tersebut. Merger terbagi menjadi tiga, yaitu:
a. Merger Horizontal
Marger Horizontal adalah merger yang dilakukan oleh usaha sejenis
(usahanya sama), Salah satu tujuan utama merger horizontal adalah untuk
mengurangi persaingan atau untuk meningkatkan efisiensi melalui
penggabungan aktivitas produksi, pemasaran dan distribusi, riset dan
pengembangan dan fasilitas administrasi. misalnya merger antara dua
perusahaan roti, perusahaan sepatu.
b. Merger Vertikal
Merger Vertikal adalah merger yang terjadi antara perusahaan-perusahaan
yang saling berhubungan, misalnya dalam alur produksi yang berurutan.
Merger vertikal dilakukan oleh perusahaan – perusahaan yang bermaksud
untuk mengintegrasikan usahanya terhadap pemasok dan/atau pengguna
produk dalam rangka stabilisasi pasokan dan pengguna. Contohnya:
perusahaan pemintalan benang merger dengan perusahaan kain,
perusahaan ban merger dengan perusahaan mobil.
c. Merger Kongenerik
Merger Kongenerik akan melibatkan perusahaan-perusahaan yang saling
berhubungan tetapi bukan merupakan produsen dari sebuah produk yang
sama atau perusahaan yang memiliki hubungan pemasok-produsen.

3
4

d. Merger Konglomerat
Merger Konglomerat ialah merger antara berbagai perusahaan yang
menghasilkan berbagai produk yang berbeda-beda dan tidak ada
kaitannya, misalnya perusahaan sepatu merger dengan perusahaan
elektronik atau perusahaan mobil merger dengan perusahaan makanan.
Tujuan utama konglomerat ialah untuk mencapai pertumbuhan badan
usaha dengan cepat dan mendapatkan hasil yang lebih baik. Caranya ialah
dengan saling bertukarsaham antara kedua perusahaan yang disatukan.

2. Tujuan Merger

a. Meningkatkan Pertumbuhan Perusahaan

Sebuah perusahaan bisa mengalami pertumbuhan yang begitu cepat


ketika melakukan merger. Apalagi ketika kedua perusahaan itu
memiliki produk yang sama serta komitmen yang tinggi.

b. Meningkatkan Kemampuan Perusahaan

Ketika perusahaan sulit untuk tumbuh karena minimnya kemampuan


dalam mengatur berbagai hal seperti manajemen, perusahaan bisa
melakukan merger. Namun harus diperhatikan perusahaan yang akan
diajak merger, harus memiliki kemampuan yang lebih baik.

c. Meningkatkan Finansial

Jika perusahaan ingin berkembang lebih pesat dan memiliki pasar yang
lebih luas, hal itu memerlukan finansial yang bagus. Merger dengan
perusahaan yang memiliki finansial yang baik adalah pilihan yang
tepat.

d. Efisiensi Perpajakan

Terkadang, pengeluaran pajak menjadi masalah bagi perusahaan.


Apalagi ketika mereka masih belum mendapatkan keuntungan. Jika
pajak besar namun pemasukan masih minim, perusahaan terancam
bangkrut. Perusahaan bisa merger dengan perusahaan lain yang
memiliki laba yang tinggi.
5

e. Meningkatkan Efisiensi

Saat perusahaan yang memiliki layanan atau produk yang sama


melakukan merger, itu akan meningkatkan efisiensi perusahaan. Hal ini
berkaitan dengan proses produksi yang akan cepat meningkat.

3. Contoh Perusahaan Merger Di Indonesia

a. Bank Mandiri Tbk, PT

PT Bank Mandiri meurpakan contoh perusahaan merger yang


mungkin tidak asing di telinga Anda. PT Bank Mandiri ini merupakan
merger dari PT Bank Bumi Daya (BDD), Bank Ekspor Impor Indonesia
(EXIM), Bank Pembangunan Indonesia (Bapindo), dan Bank Dagang
Negara (BDN).Bank Mandiri ini diresmikan pada tanggal 2 Oktober
1998 dan telah berjalan hingga saat ini. Perusahaan ini mengalami
proses yang panjang untuk bertahan pada sektor perbankan ini. Ketika
dilakukan merger, Bank Mandiri ini juga melakukan penyesuaian
budaya dan teknologi sehingga dapat menghasilkan konsolidasi baru
dari adanya perbankan ini.
Ketika dilakukan merger dengan keempat perusahaan ini, Bank
Mandiri secara otomatis tergabung dalam BUMN (Badan Usaha Milik
Negara). Hal ini karena empat bank yang di merger merupakan empat
bank milik negara. Oleh karena itu secara otomatis Bank Mandiri ini
secara otomatis menjadi BUMN.
Keuntungan dari adanya Bank Mandiri dalam kehidupan
masyarakat ini adalah mempermudah program Pemerintah dengan
berbagai program yang ditawarkan oleh Bank Mandiri. Hal ini semakin
mudah karena empat bank gabungan yang di merger tersebut telah
memiliki berbagai cabang yang tersebar di seluruh Indonesia.
6

B. Akuisisi
1. Pengertian Akuisisi
Akuisisi adalah pengambilan kepemilikan atau pengendalian atas saham
atau aset suatu perusahaan oleh perusahaan lain, dan dalam peristiwa ini baik
perusahaan pengambil alih atau yang diambil alih tetap eksis sebagai badan
hukum yang terpisah. Sedangkan, menurut Peraturan Pemerintah RI No. 27
Tahun 1998 tentang Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan
Perseroan Terbatas mendefinisikan akuisisi sebagai perbuatan hukum yang
dilakukan oleh badan hukum atau orang perseorangan untuk mengambil alih
baik seluruh atau sebagian besar saham perseroan yang dapat mengakibatkan
beralihnya pengendalian terhadap perseroan tersebut.

2. Jenis-jenis Akuisisi
Menurut Reksohadiprojo dalam Wiharti (1999) akuisisi dapat dibedakan
dalam tiga kelompok besar, yaitu:
a. Akuisisi horizontal, yaitu akuisisi yang dilakukan oleh suatu badan usaha
yang masih dalam bisnis yang sama.
b. Akuisisi vertikal, yaitu akuisisi pemasok atau pelanggan badan usaha yang
dibeli.
c. Akuisisi konglomerat, yaitu akuisisi badan usaha yang tidak ada
hubungannya sama sekali dengan badan usaha pembeli.

3. Klasifikasi berdasarkan obyek yang diakuisisi


Klasifikasi berdasarkan obyek yang diakuisisi dibedakan atas dua, yaitu:
1. Akuisisi Saham
Akuisisi saham merupakan bentuk akuisisi dengan membeli saham
perusahaan yang ingin diakuisisi, baik dibeli secara tunai ataupun
menggantinya dengan sekuritas lain (saham atau obligasi). Bentuk
Akuisisi ini adalah bentuk yang paling umum ditemui dalam hampir setiap
kegiatan akuisisi.
2. Akuisisi Aset
Akuisisi Aset merupakan bentuk akuisisi dengan membeli Sebagian atau
seluruh aktiva atau aset perusahaan yang ingin diakuisisi. Jika pembelian
tersebut hanya sebagian dari aktiva perusahaan maka hal ini dinamakan
akuisisi parsial.
7

Akuisisi aset secara sederhana dapat dikatakan merupakan jual beli (asset)
antara pihak yang melakukan akuisisi aset (sebagai pihak pembeli) dngan
pihak yang diakuisisi asetnya (sebagai pihak penjual) yang dilakukan
dengan pembayaran uang tunai, atau dengan perjanjian tukar menukar
antara aset yang diakuisisi dengan suatu kebendaan lain milik pihak yang
melakukan akuisisi.

4. Metode Pembayaran Akuisisi


Cara pembayaran akuisisi seccara gariss besar dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu pembayaran secara tunai, pembayaran dengan hutang,
dan pembayarandengan saham.
a. Metode pembayaran tunai
Pengakuisisan dengan pembiayaan dengan kas biasanya dilakukan
jika ada kesempatan besar untuk tumbuh. Pemegang saham dari
perusahaan target menyerahkan saham mereka dengan imbalan uang
tunai. Jika pengakuisisi membayar secara tunai berarti pengakuisisi
harus menyediakan kas yang cukup besar. Dana ini bisa ditambah
dengan cadangan dan kumulatif aba ditahan yang dimiliki
pengakuisisi.
Bagi pengakuisisi cara pembayaran tunai lebih memudah dari sisi
administrasi. Sedangkan bagi pemegang saham target, jika harga
saham dihargai lebih tinggi dibanding dengan harga pasar (premium),
maka akan didapat keuntungan yang pasti.
Jika perusahaan target mampu memberikan cash flow yang cepat
setelah akuisisi maka hal ini tidak menganggu likuiditas. Sebaliknya
jika perusahaan target tidak mampu mengembalikan cash flow dengan
cepat, maka akan membahayakan likuiditas pengakuisisi. Maka dari
itu, harus mempertimbangkan aktivitas operasioal atau kemampuan
likuiditas.
b. Metode pembayaran dengan hutang
Akuisisi dengan pembiayaan dengan hutang merupakan pinjaman
dari pihak ketiga yang sering disebut dengan leverage buyout (LBO).
Leverage buyout adalah akuisisi atau pembelian perusahaan secara
tunai dengan pembiayaan yang sebagian besar bersumber dari hutang.
Hutang LBO dijamin dengan asset perusahaan target.
8

LBO terjadi karena konflik kepentingan antara pemegang saham


dan manejemen, dimana manajemen ingin mengambil alih
kepemilikan perusahaan dengan memasukkan pihak ketiga dalam
pendanaan LBO. LBO merupakan taktik yang sering digunakan untuk
menghindari dari akuisisi perusahaan lain.
Pihak-pihak yang terlibat sebagai penyandang dana tersebut adalah
bank, perusahaan lain, lembaga keuangan, manajemen perusahaan
pengakuisisi, dan investor institusional atau individu yang berminat.
Pihak-pihak penyandang dana tersebut mensyaratkan imblan
keuntungn yang lebih tinggi disbanding dengan tingkat keuntungan
dari bentuk investasi lainnya. Hal ini terjadi karena pertimbangan
risiko kegagalan atas tidak terbayarnya pinjaman.
LBO memiliki kemampuan untuk meningkatkan nilai perusahaan
karena (pertama) manajemen bekerja “underpressure” untuk tidak
hanya bisa membayar hutang tapi juga mengahasilkan keuntungan bagi
perusahaan dan (kedua) manajer dapat menjadi pemilik, sehingga ada
motivasi bekerja atas keuntungan yang akan diperoleh.
c. Metode pembayaran dengan saham
Metode pembayaran dengan saham merupakan alternative yang
bisa diambil oleh pengakuisisi. Jika pengakuisisi tidak ingan
membayar akuisisi secara tunai, dapat menggunakan saham jika
pemegang saham target menghendaki. Saham pengakuisisi yang
belum dikeluarkan akan dipertukarkan dengan saham perusahaan
target (share swap) dengan rasio tukar yang disepakati melalui
negosiasi kedua pihak. Jika kedua perusahaan adalah perusahaan go
public, maka dasar pertimbangan pertukarannya adalah harga pasar
saham.
Cara pertukaran saham lebih kompleks karena masing-masing
perusahaan memiliki harga saham yang berbeda. Dalam pasar modal
yang efisien, dicirikan oleh respon terhadap informasi, harga pasar
saham mampu mencerminkan nilai persuahaan. Sebaliknya di pasar
modal yang belum efisien, harga saham pasar belum tentu
mencerminkan nilai perusahaan yang sesungguhnya. Jika demikian
maka berdampak pada ketidakakuratan dalam menentukan harga
akuisisi antara pengakuisisi dan target.
9

Cara pembayaran akuisisi yang makin populer adalah dengan


penerbitan saham baru (right issue). Pemegang saham lama diberi
opsi hak untuk membeli saham-saham baru yang diterbitkan oleh
perusahaan dalam rangka membiayai akuisisi. Jika perusahaan
mengeluarkan saham baru yang bisa dibeli oleh investor baru, berarti
akan ada pemilik baru yang masuk dalam jajaran pemegang saham
lama.
Apabila jumlah proporsi kepemilikan investor baru cukup
signifikan maka kemungkinan akan menyebabkan berkurangnya
kontrol pemegang saham lama terhadap perusahaan. Inilah sebabnya
penerbitan right issue dimaksudkan untuk tetap menjaga pengenalian
perusahaan oleh pemegang saham lama.

5. Kelebihan dan Kekurangan Akuisisi


a. Kelebihan
 Akuisisi saham tidak memerlukan rapat pemegang saham dan suara
pemegang saham. Sehingga jika pemegang saham tidak setuju maka
pemegang saham dapat menahan sahamnya dan tidak menjualnya
kepada pihak bidding firm.
 Perusahaan yang mengakuisisi dapat berhubungan langsung dengan
pemegang saham dengan melakukan tender offer tidak memerlukan
persetujuan manajer perusahaan.
 Akuisisi tidak memerlukan persetujuan manajemen dan komisaris,
sehingga dapat digunakan untuk pengambilalihan perusahaan yang
tidak bersahabat (hostile takeover).

b. Kekurangan
 Pada dasarnya saat perusahaan telah berhasil melakukan akuisisi
maka seluruh aset dan saham tersebut harus dibalik nama dan
menimbulkan biaya legal yang tinggi.
 Jika cukup banyak pemegang saham minoritas yang tidak
menyetujui akuisisi saham, maka akuisisi tersebut batal.
 Apabila perusahaan mengambil alih seluruh saham yang dibeli
maka terjadi merger.
10

C. Leverages Buyouts (LBO)


1. Pengertian LBO
Istilah Leveraged Buyout (LBO) menjelaskan akuisisi atau pembelian
perusahaan yang dibiayai melalui penggunaan besar dana pinjaman atau
hutang. Leverage buyout merupakan pembelian perusahaan atau divisi bisnis
yang teknik pembiayaannya sebagian besar bersumber dari hutang.
Yang paling umum pengaturan LBO di kalangan usaha kecil adalah untuk
manajemen untuk membeli seluruh saham yang beredar dari saham
perusahaan, menggunakan aset perusahaan sebagai jaminan untuk pinjaman
untuk mendanai pembelian.
Pinjaman ini kemudian dilunasi melalui arus kas masa depan perusahaan
atau penjualan aset perusahaan. Sebuah LBO manajemen yang dipimpin
kadang-kadang disebut sebagai "Go Private", karena berbeda dengan "Go
Public" atau menjual saham kepada publik - LBO melibatkan mengumpulkan
semua saham yang beredar ke tangan swasta.
Selanjutnya, setelah utang tersebut dibayar ke bawah, penyelenggara
pembelian mungkin mencoba untuk mengambil publik perusahaan lagi.
Banyak manajemen yang dipimpin, LBO usaha kecil juga mencakup
karyawan perusahaan dalam pembelian, yang dapat membantu meningkatkan
produktivitas dan meningkatkan komitmen karyawan terhadap tujuan
perusahaan.
Dalam rangka meningkatkan peluang keberhasilan untuk LBO, Lindsey
mencatat bahwa kesepakatan harus dilakukan ketika suku bunga rendah dan
tingkat inflasi yang tinggi (yang akan membuat aset yang lebih berharga).
Tujuan dari Leveraged Buyout adalah untuk memungkinkan perusahaan
untuk melakukan akuisisi besar tanpa harus melakukan banyak modal.
Investopedia menjelaskan Leveraged Buyout LBO, biasanya ada rasio utang
terhadap ekuitas 90% 10 %. Karena rasio ini utang ekuitas yang tinggi,
obligasi biasanya tidak investment grade dan disebut sebagai obligasi sampah.
Leveraged Buyout memiliki sejarah terkenal, terutama di tahun 1980-an ketika
beberapa buyout menonjol menyebabkan kebangkrutan akhirnya perusahaan
yang diakuisisi.
Hal ini terutama disebabkan oleh fakta bahwa rasio leverage hampir 100%
dan pembayaran bunga yang begitu besar bahwa arus kas operasi perusahaan
tidak dapat memenuhi kewajiban.
11

Hal ini dapat dianggap ironis bahwa keberhasilan perusahaan (dalam


bentuk aset pada neraca) dapat digunakan untuk melawan sebagai jaminan
oleh perusahaan bermusuhan yang memperolehnya. Pembelian dengan
Leverage (Leverage Buyouts, LBO) adalah pembelian semua saham atau
aktiva perusahaan, anak perusahaan atau divisi perusahaan oleh sekelompok
investor. Pengertian LBO mengacu kepada pengalihan kepemlikan yang
dilakukan melalui hutang.
LBO disebut juga pendanaan dasar aktiva, di mana aktiva digunakan
sebagai jaminan untuk memperoleh pinjaman. Ciri khas LBO adalah
pembelian dilakukan dengan kas, bukan dengan saham. Dalam LBO calon-
calon perusahaan yang akan dibeli memiliki ciri yang serupa. Pertimbangan-
pertimbangan dalam menilai perusahaan yang akan dilibatkan dalam LBO
adalah arus kas operasi, kinerja historis dan posisi dalam pasar, kualitas dan
pengalaman manajemen, dan aktiva perusahaan (baik fisik maupun nama
merek mereka).

2. Keuntungan dan Kerugian LBO


a. Keuntungan LBO
Sebuah LBO sukses dapat memberikan usaha kecil dengan sejumlah
keunggulan. Untuk satu hal, itu dapat meningkatkan komitmen manajemen
dan usaha karena mereka memiliki saham ekuitas yang lebih besar dalam
perusahaan.
Dalam sebuah perusahaan publik manajer biasanya memiliki hanya
sebagian kecil dari saham biasa, dan karena itu dapat berpartisipasi dalam
hanya sebagian kecil dari keuntungan yang dihasilkan dari peningkatan
kinerja manajerial. Setelah LBO, bagaimanapun, eksekutif dapat
menyadari keuntungan keuangan yang cukup besar dari peningkatan
kinerja. Peningkatan insentif keuangan untuk manajer perusahaan harus
menghasilkan upaya yang lebih besar pada bagian dari manajemen.
Demikian pula, ketika karyawan terlibat dalam LBO, peningkatan
saham mereka dalam keberhasilan perusahaan cenderung untuk
meningkatkan produktivitas dan loyalitas mereka. Keuntungan lain yang
potensial adalah bahwa LBO sering kali dapat bertindak untuk
merevitalisasi perusahaan matang. Selain itu, dengan meningkatkan
12

kapitalisasi perusahaan, sebuah LBO dapat memungkinkan untuk


meningkatkan posisi pasarnya.
LBO sukses juga cenderung untuk menciptakan nilai bagi berbagai
pihak. Sebagai contoh, studi empiris menunjukkan bahwa pemegang
saham perusahaan dapat memperoleh abnormal return positif yang besar
dari leveraged buyout. Demikian pula, investor pasca- pembelian dalam
transaksi ini sering mendapatkan keuntungan berlebih selama periode dari
tanggal penyelesaian pembelian dengan tanggal penawaran umum perdana
atau dijual kembali. Beberapa potensi sumber nilai dalam transaksi LBO
meliputi :
 Transfer kekayaan dari pemegang saham publik tua untuk
kelompok pembelian.
 Kekayaan transfer dari pemegang obligasi publik kepada grup
investor.
 Penciptaan kekayaan dari peningkatan insentif untuk pengambilan
keputusan manajerial.
 Kekayaan transfer dari pemerintah melalui keuntungan pajak .

b. Kerugian LBO
Tidak semua LBO berhasil, ada juga beberapa kelemahan potensial
untuk dipertimbangkan. Jika arus kas perusahaan dan penjualan aset tidak
mencukupi untuk memenuhi pembayaran bunga yang timbul dari tingkat
tinggi utang, LBO kemungkinan gagal dan perusahaan dapat bangkrut.
Mencoba sebuah LBO dapat sangat berbahaya bagi perusahaan yang
rentan terhadap persaingan industri atau volatilitas dalam perekonomian
secara keseluruhan.
Jika perusahaan tidak gagal menyusul LBO, ini dapat menyebabkan
masalah yang signifikan bagi karyawan dan pemasok, sebagai pemberi
pinjaman biasanya dalam posisi yang lebih baik untuk mengumpulkan
uang mereka. Kerugian lain adalah bahwa membayar suku bunga tinggi
pada utang LBO dapat merusak peringkat kredit perusahaan. Akhirnya,
adalah mungkin bahwa manajemen dapat mengusulkan LBO hanya untuk
keuntungan pribadi.
13

c. Contoh Laverage Buyout Sebagai Berikut:


PT Daun memiliki dua alternatif, yaitu :
 Memiliki uang tunai Rp 10 juta dan digunakan untuk membeli
saham PT Bunga dipasar modal dengan uang tersebut.
 Meminjam uang dari bank sejumlah Rp 30 juta untuk ditambahkan
pada uang yang telah dimiliki semula yaitu Rp 10 juta. Total dana
yang dimiliki menjadi Rp 40 juta yang selanjutnya digunakan
untuk membeli saham PT Bunga. Dengan demikian proporsi dana
yang dimiliki PT Daun adalah 25% uang sendiri (equity) dan 75%
hutang.
14

D. Divestasi (Divestiture)
1. Pengertian Divestasi
Sudarsanam (1995) menyatakan bahwa divestasi merupakan kebalikan
dari pertumbuhan sebagai akibat akuisisi dengan cara menjual sebagian
bisnisnya untuk alasan yang berbeda-beda. Sedangkan Moin (2004)
menyatakan bahwa divestasi adalah menjual sebagian unit bisnis atau anak
perusahaan kepada pihak lain untuk mendapatkan dana segar dalam rangka
menyehatkan perusahaan secara keseluruhan.
Dalam finansial dan ekonomi, divestasi (divestiture) adalah pengurangan
beberapa jenis aset baik dalam bentuk finansial atau barang, dapat pula disebut
penjualan dari bisnis yang dimiliki oleh perusahaan. Ini adalah kebalikan dari
investasi pada aset yang baru. Divestitur merupakan salah satu cara
restrukturisasi kepemilikan perusahaan.Bentuk lainnya adalah going private.
Sebuah perusaahaan dapat melepaskan diri sebagian atau keseluruhan
perusahaan. Pelepasan sebagian atau keseluruhan perusahaan, disebut
divestiture.

2. Metode – Metode Divestiture


a. Likuidasi perusahaan secara sukarela. Likuidasi adalah penjualan
aktiva- aktiva perusahaan baik secara sukarela maupun karena
perusahaan mengalami kebangkrutan. Keputusan untuk menjual
perusahaan seharusnya didasarkan pada penciptaan nilai pada
pemegang sahamnya. Tipe paling umum dari kegiatan divestasi adalah
penjualan sebuah divisi, unit bisnis, segmen atau sekelompok aset ke
perusahaan lain. Pembeli umumnya, namun tidak selalu, membayar
tunai. Beberapa alasan kenapa metode penjualan yang dipilih ketika
melakukan divestasi:
 Penjualan aset adalah pertahanan terhadap pengambilalihan yang
tidak bersahabat.
 Penjualan aset memberikan dana tunai untuk perusahaan yang
dilikuidasi.
b. Menjual sebagian perusahaan (partial sell-off). Menjual sebuah divisi
perusahaan disebut partial sell-off. Apabila menjual keseluruhan
perusahaan disebut likuidasi sukarela. Keputusan tersebut hendaknya
menghasilkan NPV positif pada perusahaan yang menjual tersebut.
15

c. Spin off perusahaan adalah suatu bentuk pelepasan yang menghasilkan


divisi atau unit bisnis menjadi perusahaan tidak tergantung
(independen company). Pelepasan dalam spin off, divisi atau unit
bisnis dilepas atau dijual tidak secara tunai atau dengan sekuritas,
melainkan saham – saham perusahaan secara merata. Kegiatan –
kegiatan operasi divisi atau unit bisnis yang dilepas tersbut sudah
terpisah dari perusahaan induknya.
d. Equity carve out mirip dengan spin off, yaitu menjual cabang
(subdiary) perusahaan. Penjualan cabang perusahaan dengan equity
carve out adalah bukan kepada pemegang saham perusahaan,
melainkan kepada masyarakat umum. Perusahaan induk tetap menjaga
kendali mayoritas terhadap cabang atau unit bisnis tersebut.

3. Alasan-alasan melakukan Divestasi


a. Sebuah perusahaan akan melakukan divestasi (menjual) bisnis yang
bukan merupakan bagian dari bidang operasional utamanya sehingga
perusahaan tersebut dapat berfokus pada area bisnis terbaik yang dapat
dilakukannya. Sebagai contoh, Eastman Kodak, Ford Motor Company,
dan banyak perusahaan lainnya telah menjual beragam bisnis yang
tidak berelasi dengan bisnis utamanya.
b. Untuk memperoleh keuntungan. Divestasi menghasilkan keuntungan
yang lebih baik bagi perusahaan karena divestasi merupakan usaha
untuk menjual bisnis agar dapat memperoleh uang. Sebagai contoh,
CSX Corporation melakukan divestasi untuk berfokus pada bisnis
utamanya yaitu pembangunan rel kereta api serta bertujuan untuk
memperoleh keuntungan sehingga dapat membayar hutangnya pada
saat ini.
c. Kadang-kadang dipercayai bahwa nilai perusahaan yang telah
melakukan divestasi (menjual bisnis tertentu mereka) lebih tinggi
daripada nilai perusahaan sebelum melakukan divestasi. Dengan kata
lain, jumlah nilai aset likuidasi pribadi perusahaan melebihi nilai pasar
bila dibandingkan dengan perusahaan pada saat sebelum melakukan
divestasi. Hal ini memperkuat keinginan perusahaan untuk menjual apa
yang seharusnya bernilai berharga daripada terlikuidasi pada saat
sebelum divestasi.
16

d. Unit bisnis tersebut tidak menguntungkan lagi. Semakin jauhnya unit


bisnis yang dijalankan dari core competence perusahaan, maka
kemungkinan gagal dalam operasionalnya semakin besar.

4. Divestasi untuk Tujuan Finansial


Seringkali istilah ini digunakan sebagai sarana untuk tumbuh
secara finansial di mana sebuah perusahaan menjual unit bisnis untuk
memfokuskan sumber daya mereka pada pasar yang lebih menguntungkan,
atau menjanjikan. Kadang-kadang, tindakan seperti itu dapat menjadi spin-
off. Di Amerika Serikat, divestasi bagian-bagian tertentu dari sebuah
perusahaan dapat terjadi bila diperlukan oleh Federal Trade Commission
sebelum merger dengan perusahaan lain disetujui. Sebuah perusahaan
dapat melakukan divestasi aset ke anak perusahaan yang sepenuhnya
dimiliki.
Hal itu adalah proses menjual aset. Divestasi perusahaan terbesar
dalam sejarah terjadi pada tahun 1984, U.S. Department of Justice
mengeluarkan mandat pemecahan dari Bell System menjadi AT&T dan
tujuh anak perusahaan, Baby Bells. Dari 1.000 perusahaan global terbesar,
perusahaan-perusahaan yang secara aktif terlibat baik dalam pembelian
dan divestasi perusahaan menciptakan shareholder return 1,5 - 4,7 persen
lebih tinggi daripada mereka yang fokus pada pengakuisisian.
17

E. Holding Company
1. Pengertian Holding Company
Holding company atau disebut juga perusahaan induk adalah suatu
perusahaan yang bertujuan untuk memiliki saham dalam satu atau lebih
perusahaan lain dan juga dapat mengendalikan semua proses usaha pada
setiap badan usaha yang telah dikuasai sahamnya. Dengan melakukan
pengelompokan perusahaan ke dalam induk perusahaan, diharapkan
tercapainya tujuan peningkatan atau penciptaan nilai pasar perusahaan (market
value creation) berdasarkan lini bisnis perusahaan. Perusahaan induk sering
juga disebut dengan holding company, parent company, atau controlling
company.. Hubungan antara perusahaan induk dan perusahaan anak disebut
hubungan afiliasi. Perusahaan anak merupakan unit perusahaan yang terpisah
dan mandiri secara yuridis dari perusahaan induk.
Dalam dunia bisnis, kehadiran holding company merupakan sesuatu hal
yang lumrah, Holding company berfungsi sebagai perusahaan induk yang
berperan merencanakan, mengkoordinasikan, mengkonsolidasikan,
mengembangkan, serta mengendalikan dengan tujuan untuk mengoptimalkan
kinerja perusahaan secara keseluruhan, termasuk anak perusahaan dan juga
afiliasi-afiliasinya. Penggabungan badan usaha dalam bentuk holding
company pada umumnya merupakan cara yang dianggap lebih
menguntungkan, dibanding dengan cara memperluas perusahaan dengan cara
ekspansi investasi. Karena dengan penggabungan perusahaan ini akan
diperoleh kepastian mengenai: daerah pemasaran, sumber bahan baku atau
penghematan biaya melalui penggunaan fasilitas dan sarana yang lebih
ekonomis dan efisien.

2. Ciri-ciri Holding Company


a. Terdiri daripada dua orang atau lebih.
b. Ada kerja sama.
c. Ada komunikasi antar satu anggota dengan yang lain.
d. Ada tujuan yang ingin dicapai.
e. Memiliki induk perusahaan yaitu holding company itu sendiri.
f. Memiliki anak perusahaan, yaitu badan- badan usaha yang
dikuasainya.
18

g. Menyerahkan pengelolaan bisnis yang dimiliki kepada manajemen


yang terpisah dari manajemen holding.
h. Menguasai mayoritas saham dari masing-masing saham di anak
perusahaan holding serta mengendalikan semua proses bisnis dari
masing-masing anak perusahaan tersebut yang telah dikuasai
sahamnya.
i. Setiap anak perusahaan holding memiliki line bisnis yang berbeda-
beda. Yang di mana hubungan antara induk perusahaan dengan anak
perusahaan di sebut hubungan afiliasi.
j. Membeli dan menguasai sebagian besar saham dari beberapa badan
usaha lain.
k. Sumber pendapatan utama bagi holding company (perusahaan induk)
adalah pendapatan deviden yang diperoleh dari saham-saham yang
dimilikinya.
l. Kekayaan holding company diperoleh dari saham-saham dari masing-
masing badan usaha yang dikuasainya.

3. Struktur dan Skema Organisasi Holding Company


Perusahaan berbentuk holding company memiliki beberapa keuntungan.
Dari sisi finansial, keuntungan yang dapat dipetik adalah kemampuan
mengevaluasi dan memilih portofolio bisnis terbaik demi efektivitas investasi
yang ditanamkan, optimalisasi alokasi sumber daya yang dimiliki, serta
manajemen dan perencanaan pajak yang lebih baik. Sementara jika dilihat dari
sisi non finansial terdapat sederet manfaat.
Bentuk holding company memungkinkan perusahaan membangun,
mengendalikan, mengelola, mengkonsolidasikan serta mengkoordinasikan
aktivitas dalam sebuah lingkungan multi-bisnis dan juga menjamin,
mendorong, serta memfasilitasi perusahaan induk, anak-anak perusahaan, serta
afiliasinya guna peningkatan kinerja. Yang tidak kalah pentingnya adalah
membangun sinergi di antara perusahaan yang tergabung dalam holding
company serta memberikan support demi terciptanya efisiensi. Dari sisi
kepemimpinan juga terjadi institusionalisasi kepemimpinan individual ke
dalam sistem. Proses pembangunan dan pengelolaan holding company
dilakukan melalui serangkaian tahapan.
19

Langkah awal yang harus dilakukan adalah pemahaman seputar definisi,


karakteristik, serta faktor-faktor kunci penunjang kesuksesan sebuah holding
company. Langkah berikutnya perencanaan membangun holding company.
Dalam tahap ini alasan-alasan yang mendasari rencana pendirian holding
company harus dirumuskan secara jelas. Kepentingan stakeholder harus
mendapat perhatian karena kepentingan serta pengaruh yang mereka miliki
mempunyai dampak langsung terhadap aktivitas perusahaan.
Demikian pula dengan aspek-aspek strategis seperti aspek finansial,
struktur organisasi, dan sumber daya manusia. Setelah hal-hal di atas berhasil
dirumuskan dengan jelas, barulah kemudian disusun roadmap pembentukan
serta pengembangan holding company.
Fase berikutnya adalah pengendalian kinerja. Perlu disusun sistem
pengendalian manajemen (management control sistem), yaitu sebuah sistem
manajemen perusahaan terintegrasi yang digunakan dalam aktivitas
perencanaan dan sesudahnya bagi aktivitas pengukuran, pengendalian,
pemantauan, dan auditing guna tercapainya hasil yang diinginkan yang disertai
dengan akuntabilitas yang transparan. Elemen-elemen yang terkandung di
dalamnya meliputi struktur organisasi dengan peran serta tanggung jawab yang
jelas, arus informasi, responsibility center, proses implementasi, delegasi
wewenang, serta audit.

4. Proses Pembentukan Holding Company


Secara Umum Proses pembentukan Holding Company dapat dilakukan
dengan tiga prosedur, yaitu:
a. Prosedur Residu
Dalam hal ini perusahaan asal dipecah pecah sesuai masing-masing
sektor usaha. Perusahaan yang dipecah pecah tersebut telah menjadi
perusahaan yang mandiri, sementara sisanya (residu) dari perusahaan asal
dikonversi menjadi perusahaan holding, yang juga memegang saham pada
perusahaan pecahan tersebut dan perusahaan-perusahaan lainnya jika ada.
b. Prosedur Penuh
Prosedur penuh ini biasanya dilakukan jika sebelumnya tidak terlalu
banyak terjadi pemecahan atau pemandirian perusahaan, tetapi masing-
masing perusahaan dengan kepemilikan yang sama atau bersama
hubungan saling terpencar-pencar, tanpa terkonsentrasi dalam suatu
20

perusahaan induk. Dalam hal ini, yang menjadi perusahaan induk bukan
sisa dari perusahaan asal seperti pada prosedur residu, tetapi perusahaan
penuh dan mandiri. Perusahaan mandiri calon perusahaan induk ini dapat
berupa:
 Dibentuk perusahaan baru.
 Diambil salah satu perusahaan dari perusahaan yang sudah ada tetapi
masih dalam kepemilikan yang sama atau berhubungan.
 Diakuisisi perusahaan yang lain yang sudah terlebih dahulu ada, tetapi
dengan kepemilikan yang berlainan dan mempunyai keterkaitan satu
sama lain.
c. Prosedur terprogram
Dalam prosedur ini pembentukan perusahaan holding telah
direncanakan sejak awal memulai bisnis. Karenanya, perusahaan yang
pertama sekali didirikan dalam grupnya adalah perusahaan holding.
Kemudian untuk setiap bisnis yang dilakukan, akan dibentuk atau
diakuisisi perusahaan lain. Di mana perusahaan holding sebagai pemegang
saham biasanya bersama-sama dengan pihak lain sebagai partner bisnis.

5. Golongan-golongan Holding Company


Apabila dilihat dari segi usaha variasi usahanya, suatu grup usaha
konglomerat dapat digolong-golongkan ke dalam kategori sebagai berikut:
a. Grup usaha vertikal
Dalam grup ini, jenis-jenis usaha dari masing-masing perusahaan satu
sama lain masih tergolong serupa. Hanya mata rantainya saja yang
berbeda. Misalnya ada anak perusahaan yang menyediakan bahan baku,
ada yang memproduksi bahan setengah jadi, bahan jadi, bahkan ada pula
yang bergerak di bidang ekspor-impor. Jadi, suatu kelompok usaha
menguasai suatu jenis produksi dari hulu ke hilir.
b. Grup usaha horizontal
Dalam grup usaha horizontal, bisnis dari masing-masing anak
perusahaan tidak ada kaitannya antara yang satu dengan yang lainnya.
c. Grup usaha kombinasi
Ada juga grup usaha, di mana jika dilihat dari segi bisnis anak
perusahaannya, ternyata ada yang terkait dalam suatu mata rantai produksi
(dari hulu ke hilir), di samping ada juga anak perusahaan yang bidang
21

bisnisnya terlepas dari satu sama lain. Sehingga dalam grup tersebut
terdapat kombinasi antara grup vertikal dengan grup horizontal.

6. Kelebihan dan Kekurangan Holding Company


a. Kelebihan holding company
Eksistensi suatu grup usaha konglomerat cenderung untuk
mempunyai perusahaan induk (holding), tetapi keberadaan dari perusahaan
induk itu sendiri punya keuntungan dan kerugian. Keuntungannya adalah
sebagai berikut:
 Kemandirian risiko
Karena masing-masing anak perusahaan merupakan badan hukum
berdiri sendiri yang secara legal terpisah satu sama lain, maka pada
prinsipnya setiap kewajiban, risiko dan klaim dari pihak ketiga
terhadap suatu anak perusahaan tidak dapat dibebankan kepada anak
perusahaan yang lain, walaupun masing-masing anak perusahaan
tersebut masih dalam suatu grup usaha, atau dimiliki oleh pihak yang
sama. Namun demikian, prinsip kemandirian anak perusahaan ini
dalam hal dapat diterobos. Kadang kala perusahaan induk dapat
melakukan kontrol yang lebih besar terhadap anak perusahaan,
sungguh pun misalnya memiliki saham di anak perusahaan kurang dari
50%.
 Hak pengawasan yang lebih besar
Jika perusahaan induk diberikan hak veto. Hal seperti ini dapat
terjadi antara lain dalam hal-hal sebagai berikut:
1) Eksistensi perusahaan induk dalam anak perusahaan sangat
diharapkan oleh anak perusahaan. Bisa jadi disebabkan karena
perusahaan holding dan/atau pemiliknya sudah sangat terkenal.
2) Jika pemegang saham lain selain perusahaan induk tersebut banyak
dan terpisah-terpisah.
 Pengontrolan yang lebih mudah dan efektif
Perusahaan induk dapat mengontrol seluruh anak perusahaan
dalam suatu grup usaha, sehingga kaitannya lebih mudah diawasi.
 Operasional yang lebih efisien
Dapat terjadi bahwa atas prakarsa dari perusahaan induk, masing-
masing anak perusahaan dapat saling bekerja sama, saling membantu
22

sama lain. Misalnya promosi bersama, pelatihan bersama, saling


meminjam sumber daya manusia, dan sebagainya. Di samping itu,
kegiatan masing-masing anak perusahaan tidak overlapping.
Karena masing-masing anak perusahaan lebih besar dan lebih
bonafid dalam suatu kesatuan dibandingkan jika masing-masing lepas
satu sama lain, maka kemungkinan mendapatkan dana oleh anak
perusahaan dari pihak ketiga relatif lebih besar.
 Keakuratan keputusan yang diambil
Karena keputusan diambil secara sentral oleh induk perusahaan
lain, maka tingkat akurasi keputusan yang diambil dapat lebih terjamin
dan lebih prospektif. Hal ini disebabkan, di samping karena staf
manajemen perusahaan induk mempunyai kesempatan untuk
mengetahui persoalan anak, tetapi juga staf manajemen perusahaan
induk mempunyai kesempatan untuk mengetahui persoalan bisnis
lebih banyak, karena dapat memperbandingkan dengan anak
perusahaan lain dalam grup yang sama, bahkan mungkin belajar dari
pengalaman anak perusahaan lain tersebut.

b. Kekurangan holding company


Di samping keuntungan dari eksistensi perusahaan induk dalam suatu
grup usaha konglomerat, terdapat pula kerugian-kerugian. Kerugian-
kerugian tersebut antara lain dapat disebutkan sebagai berikut:
 Pajak ganda.
Dengan adanya perusahaan induk, maka terjadilah pembayaran
pajak berganda. Hal ini disebabkan karena adanya kemungkinan
pemungutan pajak ketika deviden diberikan kepada perusahaan induk
sebagai pemegang saham. Kecuali perusahaan induk merupakan
perusahaan modal ventura, yang memegang saham sebagai penanaman
modal pada investee company. Dalam hal ini Undang-Undang pajak
yang berlaku sekarang tidak memberlakukan pajak ganda.
 Lebih birokratis
Karena harus diputuskan oleh manajemen perusahaan induk, maka
mata rantai pengambilan keputusan akan menjadi lebih panjang dan
lamban. Kecuali pada perusahaan induk investasi, yang memang tidak
ikut terlibat dalam manajemen perusahaan induk.
23

 Management one man show


Keberadaan perusahaan induk dapat lebih memberikan
kemungkinan akan adanya management one man show oleh
perusahaan induk. Ini akan berbahaya, terlebih lagi terhadap kelompok
usaha yang horizontal, atau model kombinasi, di mana kegiatan
bisnisnya sangat beraneka ragam. Sehingga, masing-masing bidang
bisnis tersebut membutuhkan skill dan pengambilan keputusan sendiri-
sendiri yang berbeda-beda satu sama lain.
 Conglomerat game
Terdapat kecenderungan terjadinya conglomerate game, yang
dalam hal ini berkonotasi negatif, seperti manipulasi pelaporan income
perusahaan, transfer pricing, atau membesar-besarkan informasi
tertentu.
 Penutupan usaha
Terdapat kecenderungan yang lebih besar untuk menutup usaha
dari satu atau lebih anak perusahaan jika usaha tersebut mengalami
kerugian usaha.
 Risiko usaha
Membesarkan risiko kerugian seiring dengan membesarnya
keuntungan perusahaan.
BAB III
PENUTUPAN

A. Kesimpulan
Dalam melakukan merger dan akuisisi banyak kendala yang harus diatasi
oleh perusahaan, yaitu modal, tenaga kerja, maupun budaya perusahaan.
Untuk menyatukan kedua perusahaan dengan budaya yang berbeda, tentunya
sangat sulit dan ini harus dipilih salah satu budaya mana yang sekiranya cocok
untuk tetap dipergunakan dalam melaksanakan merger dan akuisisi. Sebelum
melakukan merger dan akuisisi kedua perusahaan ini, harus berkoordinasi
dengan perwakilan karyawan dari masing-masing perusahaan tentang langkah
atau kebijakan yang akan diambil perusahaan nantinya setelah merger dan
akuisisi. Karena budaya perusahaan merupakan hal yang sangat sulit untuk
dirubah, sehingga dalam melakukan perubahan ini perlu diakukan secara
bertahap.

Divestasi merupakan kebalikan dari pertumbuhan sebagai akibat akuisisi


dengan cara menjual sebagian bisnisnya untuk alasan yang berbeda-beda.
Sedangkan Moin (2004) menyatakan bahwa divestasi adalah menjual sebagian
unit bisnis atau anak perusahaan kepada pihak lain untuk mendapatkan dana
segar dalam rangka menyehatkan perusahaan secara keseluruhan. Dalam
finansial dan ekonomi, divestasi (divestiture) adalah pengurangan beberapa
jenis aset baik dalam bentuk finansial atau barang, dapat pula disebut
penjualan dari bisnis yang dimiliki oleh perusahaan. Ini adalah kebalikan dari
investasi pada aset yang baru. Divestitur merupakan salah satu cara
restrukturisasi kepemilikan perusahaan. Bentuk lainnya adalah going private.
Sebuah perusaahaan dapat melepaskan diri sebagian atau keseluruhan
perusahaan. Pelepasan sebagian atau keseluruhan perusahaan, disebut
divestiture.
Holding Company adalah perusahaan yang bertujuan untuk memiliki
(menguasai) saham dalam satu atau lebih perusahaan lain dan atau mengatur
(mengendalikan) satu atau lebih perusahaan lain tersebut. (Fuady:1999).
Menurut Bringham & Houston (2001; 413) Holding company adalah
Korporasi yang memiliki saham biasa perusahaan lain dalam jumlah yang
cukup sehingga dapat menggendalikan perusahaan tersebut. Hadori Yunus
(1990) mendefinisikan Holding Company sebagai suatu perusahaan yang

24
25

dibentuk dengan tujuan khusus untuk memiliki saham-saham dan


mengendalikan operasi perusahaan lain.

B. Saran
Terkait dengan penelitian penulis akan hal tersebut, kami menyarankan
untuk diperhatikan bahwa setiap perusahaan yang akan melakukan
penggabungan usaha perlu mengetahui teori mengenai penggabungan usaha
tersebut, seperti ; Merger, Akuisisi, LBO, Divesistur, dan Holding Company
dengan baik sehingga penggabungan usaha yang dilakukan tidak merugikan
salah satu pihak yang terlibat.

Juga, Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekuarangan.


Untuk kedepannya penulis akan menjelaskan makalah secara lebih fokus dan
detail dengan sumber yang lebih banyak dan dapat dipertanggungjawabkan.
Kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangat dibutuhkan
penulis.
DAFTAR PUSTAKA

Http://myunanto.staff.gunadarma.ac.id

Weston & Copeland; Manajemen Keuangan Jilid II; Penerbit Erlangga Jakarta; Tahun
1992

Miswanto;Manajemen Keuangan 2;Penerbit Gunadarma;Tahun 1998


Emmy Simanjuntak, 1997, Seri Hukum Dagang; Perusahaan Krlompok (group
company/concern). Jogyakarta: Univ. Gajah Mada

https://kupdf.net/queue/makalah-merger-dan
akuisisi_5af5d23ee2b6f5f05988ca68_pdf?queue_id=-
1&x=1592230132&z=MTE0LjEyNC4xOTcuMTY0 (Diakses pada 06 Oktober 2020)

https://www.coursehero.com/u/file/64941796/MAKALAH-MARGER-
AKUISISI-DLLdocx/?justUnlocked=1#question (Diakses pada 06 Oktober 2020)

26

Anda mungkin juga menyukai