Anda di halaman 1dari 31

MATA KULIAH PENGANTAR PERPAJAKAN

Dosen Pengampu : Nurcahyaning Dwi Kusumaningrum S.E.,M.A

UPDATE PERATURAN PERPAJAKAN ERA 2022


Disusun oleh :

Silfi Nia Ramadani 220903101046


Aditya Budi Setyawan 220903101048
Neng Sabilla Nurul Azizah 220903101050
Nararia Maywana Putri Mulidina 220903101051
Viska Diana Pratiwi 220903101053
Rika Aprilia Putri 220903101055
Hany Prilianti 220903101056
Illa Ramadhani 220903101058
Alisyah Sri Ayu Kumala Dewi 220903101061
Devi Kusnanda Putri 220903101066
Aprilia Intan Nuraini 220903101067
Clara Citra Rukmana 220903101074
Dea Silvia Ardiana 220903101078

PROGRAM STUDI DIPLOMA III PERPAJAKAN


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS JEMBER
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat-Nya dan karunia-
Nya saya dapat menyelesaikan makalah singkat tepat pada waktunya. Adapun
judul dari makalah singkat ini adalah “Webinar Nasional Update Peraturan
Perpajakan ”.
Pada kesempatan kali ini, saya mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen
mata kuliah pengantar perpajakan yang telah membimbing saya untuk
menyelesaikan makalah singkat ini. Selain itu, saya juga ingin mengucapkan
terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan
makalah singkat ini.
Penulis menyadari bahwa dalam menulis makalah singkat ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun diharapkan dapat
membuat makalah singkat ini menjadi lebih baik serta bermanfaat bagi penulis
dan pembaca.

i
i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................i
DAFTAR ISI........................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN....................................................................1
Latar Belakang...................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.....................................................................2
1. Program Pengungkapan Sukarela (PPS)........................................2
2. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.................................6
3. Pajak Internasional.......................................................................10
4. Pajak Perseorangan Wajib Pajak Orang Pribadi..........................16
BAB III PENUTUP...........................................................................20
KESIMPULAN..............................................................................20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Di situasi yang mengharuskan masyarakat menjaga jarak sosial, webinar
menjadi alternatif belajar dan pelatihan berbasis online yang peserta dan
narasumbernya nggak perlu bertemu secara langsung.Tentu, adanya webinar ini
harus bisa dimanfaatkan untuk memperluas pengetahuan yang terus berkembang.
Webinar ini membahas tentang peraturan perpajakan terbaru. Pemungutan pajak
memang bukan suatu pekerjaan yang mudah, disamping peran serta aktif dari
petugas perpajakan, juga dituntut kemauan dari para wajib pajak itu sendiri.
Dimana menurut undang-undang
Perpajakan, Indonesia menganut sistem self assessment yang memberi
kepercayaan terhadap wajib pajak untuk menghitung, menyetor dan melapor
sendiri pajaknya, menyebabkan kebenaran pembayaran pajak tergantung pada
kejujuran wajib pajak sendiri dalam pelaporan kewajiban perpajakannya.

1
BAB II
PEMBAHASAN

1. Program Pengungkapan Sukarela (PPS)


Narasumber Marmiyati, S.H., S.E., M.AK
Program ini direncanakan mulai 1 Januari – 30 Juni 2022, program ini adalah
pemberian kesempatan kepada Wajib Pajak untuk melaporkan atau
mengungkapkan kewajiban perpajakan yang belum dipenuhi secara sukarela
melalui pembayaran PPh berdasarkan pengungkapan harta. Program ini di latar
belakangi oleh 2 faktor yaitu:
a. masih terdapat peserta yang belum mendeklarasikan seluruh aset pada saat
pengampunan pajak
b. masih terdapat Wajib Pajak yang belum mengungkapkan seluruh
penghasilan dalam SPT Tahunan 2016 s.d. 2020.
Kondisi pertama apabila Wajib Pajak belum mengungkapkan keseluruhan
hartanya, apabila ditemukan oleh DJP akan dikenai PPh final bila orang pribadi
30%, 12,5 (WP tertentu) dan 25% (badan) dan ditambah sanksi 200%, berartikan
harta yang dimiliki oleh Wajib Pajak atas perolehan 1985-2015.
Kondisi kedua apabila ditemukan Wajib Pajak Orang Pribadi yang belum
melaporkan penghasilannya secara penuh untuk periode 2016-2020 maka akan
dikenai pajak penghasilan sesuai dengan tarif umum fan ditambah sanksi
administrasi. Untuk meningkatkan kepatuhan sukarela Wajib Pajak dan di
selenggarakan berdasarkan asas kesederhanaan, kepastian hukum, serta
kemanfaatan DJP mengeluarkan 2 kebijakan.
Kebijakan 1
Pembayaran PPh final berdasarkan pengungkapan harta yang tidak atau belum
sepenuhnya dilaporkan oleh peserta program Pengampunan Pajak Pembayaran
PPh final berdasarkan pengungkapan harta yang belum dilaporkan dalam SPT
Tahunan Pajak Penghasilan Orang PribadiTahun Pajak 2020 Peserta.

2
Peserta
WP OP dan Badan peserta TA
Basis Pengungkapan
Harta per 31 Desember 2015 yang belum diungkap pada saat mengikuti TA
Tarif
a. 11% untuk harta deklarasi LN
b. 8% untuk harta LN repatriasi dan harta DN
c. 14% untuk harta LN repatriasi dan harta DN
d. 6% untuk harta LN repatriasi dan aset DN yang diinvestasikan dalam
SBN/ hilirisasi/energi
Kebijakan 2
Pembayaran PPh final berdasarkan pengungkapan harta yang belum dilaporkan
dalam SPT Tahunan PPh Orang Pribadi Tahun 2020.
Peserta
WP OP
Basis Pengungkapan
Harta pembakaran 2016-2020 yang velum dilaporkan dalam SPT tahunan 2020
Tarif
a. 18% untuk harta deklarasi LN
b. 14% untuk harta LN repratiasi dan harta DN
c. 12% untuk harta LN repratiasi dan aset DN yang diinvestasikan dalam
SBN/hilirisiasi
Manfaat
KEBIJAKAN I
Tidak dikenai sanksi Ps. 18 (3) UU TA
Perlindungan data
Data/Informasi yang bersumber dari SPPH dan lampirannya yang
diadministrasikan oleh Kemenkeu atau pihak lain yang berkaitan dengan
pelaksanaan UU HPP tidak dapat dijadikan sebagai dasar penyelidikan,
penyidikan, dan/atau penuntutan pidana terhadap WP.

3
KEBIJAKAN II
Tidak diterbitkan ketetapan untuk kewajiban 2016-2020, kecuali ditemukan harta
kurang diungkap (PPh OP, PPh Pot/Put, dan PPN, kecuali pajak yang telah
dipotong/dipungut tetapi tidak disetorkan) Perlindungan data.
Perlindungan data Data/Informasi yang bersumber dari SPPH dan lampirannya
yang diadministrasikan oleh Kemenkeu atau pihak lain yang berkaitan dengan
pelaksanaan UU HPP tidak dapat dijadikan sebagai dasar penyelidikan,
penyidikan, dan/atau penuntutan pidana terhadap WP.
Selain itu ada juga pedoman syarat dan ketentuan untuk menerapkan kebijakan I
dan II
Pedoman Nilai Harta Kebijakan I
a. Nilai nominal untuk kas atau setara kas
b. NJOP untuk tanah dan/atau bangunan dan NJKB untuk kendaraan
bermotor
c. Nilai yang dipublikasikan oleh PT Aneka Tambang Tbk untuk emas dan
perak
d. Nilai yang dipublikasikan oleh PT BEI untuk saham dan waran yang
diperjualbelikan di PT BEI
e. Nilai yang dipublikasikan oleh PT penilai harga efek Indonesia untuk :
1. SBN
2. efek bersifat utang dan/atau sukuk yang diterbitkan perusahaan
Kebijakan I – (cara hitung)
Pajak Penghasilan Final
Tarif × Nilai Harta Bersih
Harta Bersih = Harta – Utang sesuai UU TA
Catatan = Dalam hal harta / utang dalam bentuk yalas maka menggunakan kurs
KMK pada tanggal akhir tahun pajak terakhir.
Kebijakan II – Syarat dan Ketentuan
a. Tidak sedang diperiksa atau di bukper untuk tahun pajak 2016-2020
b. Tidak sedang dilakukan penyidikan, dalam proses peradilan atau sedang
menjalani tindak pidana di bidang perpajakan.

4
4
Syarat Umum:
a. Harus mempunyai NPWP
b. Membayar PPh final
c. Menyampaikan SPT Tahunan PPh OP 2020
d. Mencabut pemohon restitusi atau upaya hukum Tahun pajak 2016-2020
( Pph, Ppn, pot/put, Ppn )
Lain-lain:
a. Pembetulan SPT peserta peserta PPS setelah UU HPP diundangkan
dianggap tidak disampaikan
b. WP OP yang belum lapor SPT Pph 2020 harus lapor SPT 2020 dengan
mencantumkan harta SPT sebelum 2020 + harta dari penghasilan 2020
Kebijakan II - ( cara hitung )
Pajak Penghasilan Final
Tarif × Nilai Harta Bersih
Harta Bersih = Harta - Pokok utang
Catatan = Dalam hal harta / utang dalam bentuk yalas maka menggunakan kurs
KMK pada tanggal akhir tahun pajak 2020.
Pedoman Nilai Harta Kebijakan II
Nilai nominal, untuk kas atau setara kas atau harga perolehan, untuk selain kas
atau setara kas.
*Bila tidak diketahui, menggunakan nilai wajar per 31 Desember 2020 dari aset
yang sejenis atau setara berdasarkan penilaian wajib pajak.

5
2. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
Narasumber Dr. H. Sony Devano, SE, M.AK, AK, CA, BKP, CACP, CPA
UU No. 7 tahun 2021 tentang harmonisasi peraturan perpajakan klaster ketentuan
umum dan Tata cara Perpajakan
• Kenapa disebut harmonisasi karena ada beberapa peraturan-peraturan
Sebagian besar banyak kalah di materi ada yang di formal di mana undang-
undang yang menyatakan bahwa boleh melakukan pengungkapan ke tidak
benaran sebelum adanya kaitanya SPHP sedangkan di undang-undang
menyatakan jika sudah keluar SKP. Hal ini bertolak belakang pada saat
mengajukan banding ke pengadilan pajak,yang dipilih adalah aturan yang paling
tinggi yaitu undang-undang. Sehingga adanya UUD harmonisasi yang dulunya
masuk sebagai batang tubuh di perpajakan KMK sekarang masuk di peraturan
perpajakan PPS adalah kelanjutan dari UUD teks amnesti pada thn 2016.
• Kenapa harus muncul kembali undang-undang PPS ?
(Program Pengungkapan Sukarela) berdasarkan hasil riset sebagian di dalam
negri berhasil tapi di luar negeri repatriasi banyak yang berhasil karena banyak
data -data yang belum di peroleh di PPS munculnya uud PPS, HPP akhirnya
output outcom nya adalah bitdata.Dimana bit data ini merupakan Kor sumber
informasi yang dipegang oleh JP. Harapan di tahun 2023 tidak lagi STP atau SKP.
• Paparan Ketentuan umum Pajak Penghasilan (PPh) dan PPN
Bab UUD KUP UUD PPh PPN berlaku tidak bersamaan dilihat KUP (ketentuan
umum Perpajakan) berlaku sejak 29 Oktober 2021 padahal surat negara keluar
tanggal 3 November dilihat dri sisi bpk. PDr. H. Sony Devano, SE, M.AK, AK,
CA, BKP, CACP, CPA PPh berlaku sejak 1 januari2022/ tahun pajak sedangkan
PPN 1 April 2022. Adanya perbedaan yang dilihat ternyata sudah dipersiapkan
dengan baik. Sejak di UUD 29 Oktober pembetulan SPT untuk tahun 2016-2020
tidak lagi dianggap sebagai pembetulan tapi dianggap sebagai informasi
Jadi ketika ada kesalahan sudah lewat kita tidak lagi melakukan pembetulan tapi
mengikuti program PPS. Di dalam UUD KUP PPh PPN.

6
• Pasal 2 ayat (1a) dan (10) NIK sebagai NPWP orang pribadi
Untuk mempermudah WP orang pribadi melaksanakan pemenuhan hak dan
kewajiban perpajakan demi kesederhanaan administrasi dan kepentingan nasional,
diperlukan pengintegrasian basis data kependudukan dengan basis data perpajakan
• NIK sebagai NPWP terselesaikan di tahun UUD 2022
Amerika Serikat sudah menggunakan namanya SIM (single identity number)
dimana setiap orang sudah memiliki nomor yang sama untuk setiap kegiatan
(SIM,NPWP ). Sedangkan Idonesia mulai sejak UUD di berlakukan (29 Oktober
2022).
Apakah semua yang memiliki NIK pasti menjadi Wajib Pajak dan membayar
pajak? Penggunaan NIK sebagai NPWP oleh Wajib Pajak dilakukan ketika
terpenuhi syarat subjektif dan objektif
Wajib pajak yang sudah memenuhi syarat subjektif dan objektif membayar pajak
jika :
1. Penghasilan setahun diatas batasan PTKP
2. Peredaran bruto di atas Rp 500 juta/tahun bagi pengusaha yang membayar
PPH final 0,5% (PP-23/2018)
• Pasal 8 ayat (4) Pengungkapan ketidakbenaran SPT saat pemeriksaan
(perubahan) SPT boleh dibetulkan sebelum Sp 2 jika Sp 2 sudah diberikan
kepada Wajib Pajak maka bisa melakukan pengungkapan ketidak benaran
Di sini terjadi di shoot bahwa saat aturan lama batas waktu pengungkapan
sebelum SKP diterbitkan menurut UUD sedangkan menurut KMK sebelum SPHP
sehingga di UUD no 7 membuat harmonisasi bahwa antara UUD dan KMK sama
pada saat SPHP (surat pemberitahuan hasil pemeriksaan)
Batas waktu pengungapan kebenaran SPT saat pemeriksaan yaitu Sebelum surat
pemberitahuan hasil pemeriksaan (SPHP) disampaikan kepada WP
Aturan sebelumnya: "Batas Waktu pengungkapan sebelum Dirjen Pajak
menerbitkan SKP"
Tahap akhir pengujian pemeriksaan adalah penyampaian temuan pemeriksaan
melalui SPHP pengungkapan ketidakbenaran setelah SPHP mengakibatkan tidak
di

7
pertimbangkannya pengungkapan ketidakbenaran pengisian surat pemberitahuan
oleh pemeriksa pajak
Kerja sama antara DJP lembaga negara, instansi pemerintah lain, dan badan
hukum sulit dilakukan sebagai akibat pengaturan Pasal 34 UU KUP yang hanya
dapat memberikan data perpajakan dengan izin Menteri dengan menyebutkan
secara rinci nama Wajib Pajak, jenis data, pejabat yang memberikan dan pejabat
yang menerima.
UU KUP
1. Pasal 2 : Pengaturan NIK sebagai NPWP
2. Pasal 8 : Batas waktu pengungkapan ketidak benaran SPT saat
pemeriksaan
3. Pasal 13 : Besaran sanksi saat pemeriksaan
4. Pasal 14 : Penagihan atas wanprestasi pembayaran angsuran/penundaan
Kurang bayar SPT Tahunan
5. Pasal 20A : Kerja sama bantuan penagihan pajak antar negara
6. Pasal 25 : Besaran sanksi akibat keberatan ditolak atau diterima sebagian
7. Pasal 27 : Besaran sanksi akibat banding/PK mempertahankan ketetapan
DJP
8. Pasal 27C : Prosedur persetujuan bersama dalam rangka menyelesaikan
masalah dalam penerapan P3B
9. Pasal 32 : Kuasa Wajib Pajak
10. Pasal 32A : Penunjukan pihak lain untuk memungut PPh, PPN, PTE
11. Pasal 34 : Pemberian data dalam rangka penegakkan hukum dan kerja
sama
untuk kepentingan negara
12. Pasal 40 : Daluarsa penuntutan pidana pajak
13. Pasal 43A : Pemeriksaan bukti pelaksanaan dilaksanakannya berdasarkan
surat perintah pemeriksaan bukti permulaan
14. Pasal 44 : Kewenangan penyidik pajak untuk melakukan pemblokiran/
penyitaan aset tersangka sesuai UU hukum secara pidana
15. Pasal 44A : Penghentian penyidikan

8
16. Pasal 44B : Penghentian penyidikan
17. Pasal 44C : Pidana denda tidak disubsider

8
18. Pasal 44D : Persidangan in absentia
19. Pasal 44E : Pendelegasian kewenangan
Pajak Penghasilan UU HPP
1. Pasal 4 : Pengenaan pajak atas natura
2. Pasal 6 : Pengenaan pajak atas natura
3. Pasal 7 : Batas peredaran bruto tidak dikenai pajak bagi Wajib Pajak orang
pribadi
4. Pasal 9 : Pengenaan pajak atas natura
5. Pasal 11 : Penyusutan dan amortisasi aset dengan masa manfaat lebih dari
20 tahun
6. Pasal 11A : Penyusutan dan amortisasi aset dengan masa manfaat lebih
dari
20 tahun
7. Pasal 17 : Tarif PPh orang pribadi dan badan
8. Pasal 18 : Kesepakatan/perjanjian internasional di bidang perpajakan
9. Pasal 32A : Instrumen pencegahan penghindaran pajak
10. Pasal 32C : Pendelegasian kewenangan
Di pengecualian objek, adalah tarif PPN nya yang dulu 10%
sekarang berubah
menjadi 11% bahkan nanti akan menjadi 12%. Mengapa pemerintah tidak
memperbesar PPH badan tapi PPN sebab PPH badan hampir sebagian besar
perusahaan mengalami kerugian kecuali industri telekomunikasi seperti yang kita
gunakan saat ini yaitu Zoom dan begitu juga untuk Rumah Sakit sehingga Setiap
perusahaan yang objek pajak atau PKP janji KP mereka harus membayar PPN.
tarif PPN inilah yang membuat kita harus hati-hati karna ada PK dan ada PM.
Tax planning untuk perusahaan-perusahaan yang melakukan ekspor dan
melakukan transaksi di daerah Kawasan Berikat pak soni mengusulkan untuk
semua transaksinya dikawasan mereka bisa dilakukan restitusi. Dengan cara
restitusi perbulan tidak terkena sanksi. Berhubungan dengan kemudahan dan
kesederhanaan PPN yang lebih mempermudah.

9
Dulu yang paling simple itu adalah cell tax kalau value edit text
itu harus membandingkan PK dengan PM hal tersebut yang menjadikan
hal-hal menarik sehubungan dengan isu atau undang-undang harmonisasi
peraturan perpajakan.
3. Pajak Internasional
Narasumber R. Arja Sadjiarto, SE., M.Ak.,Ak.

Apa yang sebenarnya terjadi di dalam kondisi internasional sekarang ini,


yang sepertinya sangat mewarnai perubahan-perubahan yang ada di dalam
peraturan-peraturan perpajakan terlebih di Tahun 2022 ini. Kalau kita lihat base
erosion and profit shifting itu penggerusan basis pajaknya pemerintah jadi
pemerintah seluruh dunia tidak hanya di Indonesia saja yang merasakan bahwa
banyak perilaku pajak khususnya korporasi yang lebih banyak ditujukan kepada
multinational corporations yang membuat mereka tidak membayar pajak sama
sekali, sedikit atau bahkan sama sekali tidak membayar pajak.
Bisa jadi mereka melakukan International tax planning disitu kemudian
ada Lupus atau celah-celah yang ada di dalam perjanjian antarnegara melihat
racing peraturan perpajakan itu setelah domestik ada juga yang peraturan pajak
yaitu tes kritik (perjanjian penghindaran pajak berganda antar negara) kemudian
yang berikutnya profit shifting yaitu perusahaan-perusahaan supaya tidak
membayar pajak mereka kemudian melakukan profit shifting jadi labanya
dialihkan kepada negara lain yang lebih rendah. Pajak di Singapore 17% Pajak di
Indonesia 25% yang sekarang diturunkan 22% dan itu akan potensial untuk
membuat perusahaan memindahkan profitny ake negara yang lebih rendah. sedikit
basic mengulang sedikit jadi beberapa jenis penghasilan yang ada di dalam
perpajakan kita itu adalah pertama pajak dari pekerjaan kemudian pajak dari
bisnis dan aktivitas kemudian yang ketiga pajak atas model dari modal dan
kemudian pajak lainnya. kebanyakan yang akan terbatas adalah pajak atas modal.
jadi ketika seseorang atau company itu memindahkan dananya ke luar negeri
yang memiliki aset, hak cipta dan sebagainya diluar negeri yang kemudian akan
menambah penghasilan mereka.

10
10
Income
Income yang terdiri dari revenue dan gain kemudian expenses itu terdiri dari
expense and loss kalau net income dikurangi expens sama dengan net loss. Kalau
di Pajak itu yang dihitung adalah taxable income dikurangi dengan deductible
expense yang akan menyebabkan taxable profit atau loss. Sehingga karakternya
income itu akan dipisahkan mana yang dikenakan pajak taxable income mana
yang tidak dikenakan pajak non taxable income. Dari taxable income kemudian
akan dilihat mana yang objek PPH final atau objek pph non final. Objek final itu
seperti konsep metode express ada yang wajib dipotong dan wajib dipungut.
Seperti kita menabung di bank dipotong bunga atas tabungan atau bunga
deposito, itu yang dikenakan pph final.
Dasar-dasar Laba Kena Pajak
Menurut R Arja Sadjarto yaitu
1. Penghasilan Kena Pajak
2. Biaya yang dapat dikurangi
3. Laba/Rugi Kena Pajak
Penghasilan kena pajak (PKP) adalah penghasilan yang dijadikan dasar dalam
perhitungan PPh atau pajak penghasilan. Sesuai dengan undang-undang
perpajakan, PKP ini dihitung dari penghasilan kotor kemudian dikurangi dengan
upah yang bertujuan mengumpulkan dan menjaga penghasilan.yang terdapat pada
penghasilan yaitu :
1. penghasilan kena pajak pasal 4 kalimat 1
2. penghasilan tidak kena pajak pasal 4 ayat 2
3. objek pph akhir pasal 4 kalimat 2
4. objek pph non final
Pendapatan
adalah jumlah masukan yang didapat atas jasa yang diberikan oleh perusahaan
yang bisa meliputi penjualan produk dan atau jasa kepada pelanggan yang
diperoleh dalam suatu aktivitas operasi suatu perusahaan untuk meningkatkan
nilai . Terdapat beberapa pendapatan yaitu terdapat :

11
Pendapatan penjualan atau sales revenue adalah uang yang diperoleh perusahaan
dari menjual barang dan jasanya kepada pelanggan. Kata “penjualan” dan
“pendapatan” digunakan secara bergantian oleh banyak perusahaan, tetapi penting
untuk memahami perbedaan antara pendapatan dan pendapatan penjualan.yang
didalamnya terdapat

1. Pendapatan Bunga adalah penghasilan yang didapat oleh perusahaan atau


individu dari jumlah dana yang disimpan di dalam bank.
2. Pendapatan Sewa atau disebut dengan rent earned adalah pendapatan jenis
ini diperoleh karena perusahaan sudah menyewakan asetnya kepada orang
lain dengan manfaat sesuai kebutuhan pihak tersebut.
3. Pendapatan Hoyalti adalah uang jasa yang dibayarkan oleh orang
(perusahaan) atas barang yang diproduksinya kepada orang (perusahaan)
yang mempunyai hak paten atas barang tersebut.
4. Pendapatan Jasa adalah pendapatan yang diperoleh dari penjualan layanan
yang diberikan oleh perusahaan dan nilai dari seluruh jasa yang dihasilkan
suatu badan usaha dalam suatu periode tertentu.
5. Pendapatan Capital Gain adalah peningkatan nilai aset atau investasi yang
dihasilkan dari apresiasi harga. Atau bisa dibilang sebuah keuntungan
yang sudah direalisasikan dari penjualan suatu aset.
6. Pendapatan Dividen adalah pembagian laba atau hasil yang dibayarkan
kepada para pemegang saham yang didasari pada jumlah saham yang
dimiliki.
Pertumbuhan ekonomi global
Dalam pertumbuhan ekonomi global Tingkat pertumbuhan ekonomi menunjukkan
persentase kenaikan pendapatan nasional riil pada suatu tahun tertentu
dibandingkan dengan pendapatan nasional riil pada tahun sebelumnya Semakin
tinggi tingkat pertumbuhan ekonomi maka semakin cepat proses pertambahan
output wilayah sehingga prospek perkembangan wilayah semakin baik.Di dalam
pertumbuhan ekonomi global terdapat 4 pilar ekonomi dunia,menghambat
pertumbuhan ekonomi, administrasi pajak modern,program pemulihan pajak.

12
Transformasi Landscape Pajak Global
Terjadi perubahan yang besar pada sistem perpajakan internasional yang
berpengaruh secara signifikan terhadap sistem perpajakan nasional di masing-
masing negara.
Beberapa hal yang melatarbelakangi pergeseran lanskap perpajakan internasional,
yaitu:
1. Globalisasi. Dengan adanya globalisasi, transaksi antarnegara menjadi
tidak terelakkan. Baik transaksi jual atau beli, penyerahan jasa maupun
transaksi intangible property menjadi sangat mudah. Batas-batas yurisdiksi
negara menjadi kabur/crossborderless. Oleh karenanya, otoritas pajak
suatu negara dalam kaitannya dengan transaksi internasional bertugas
mencegah agar tidak terjadi pengenaan pajak berganda (double taxation)
atau bahkan mencegah tidak adanya pemajakan di kedua negara (double
non taxation).
2. Underground Economy adalah kegiatan-kegiatan ekonomi baik secara
legal maupun ilegal yang terlewat dari perhitungan Produk Domestik
Bruto (PDB) yang juga dikenal dengan nama lain unofficially economy
atau black economy (Scheineider & Enste, 2000). Meningkatkan
underground economy menjadi gambaran beratnya beban pajak yang harus
ditanggung oleh pelaku ekonomi.
3. Perkembangan information and Communication Technology (ICT). Era
transaksi digital zaman sekarang memungkinkan kita melakukan segala
keperluan tanpa beranjak dari tempat duduk. Belanja, membayar tagihan,
memesan makanan, bahkan membayar pajak bisa dilakukan dari tempat
tinggal. Meningkatnya nilai transaksi e-commerce juga berdampak pada
tidak diperlukannya pertemuan langsung antara penjual dan pembeli.
4. Ekonomi Global. Saat ini perekonomian dunia berporos pada tiga titik
saja: Amerika, Tiongkok, dan Eropa. Perubahan kebijakan ekonomi ketiga
negara tersebut sangat memengaruhi perekonomian negara lain.

13
13
Instrumen multilateral (MLI)
Pertukaran Informasi Otomatis AEOI
1. Informasi terkait pemotongan Pajak Arja Sadjarto Penghasilan (PPh) yang
dibayarkan atau pemotongan PPh yang dibayarkan kepada subjek pajak
negara mitra atau yurisdiksi mitra;
2. laporan per negara
3. informasi perpajakan lainnya berdasarkan kesepakatan bersama antara
Indonesia dan yurisdiksi mitra.
Pertukaran Informasi Berdasarkan Permintaan (EIO)
1. Informasi kepemilikan
Status subjek pajak (individu atau perusahaan); akta pendirian badan
hukum dan perubahan pemegang sahamnya; status pajak badan hukum;
nama dan alamat entitas pada saat pendirian dan perubahannya; nama dan
alamat direktur, manajer, dan pegawai lain perusahaan pada tahun yang
relevan.
2. Informasi akuntan
laporan keuangan; sifat pendapatan di negara sumber; penghasilan dan
beban pada Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan; salinan kuitansi,
kontrak, faktur, informasi harga yang dibayarkan untuk pembelian barang
pada transaksi dengan pihak independen di kedua negara; informasi
transaksi yang melibatkan pihak ketiga; import/export declaration, bill of
lading.
3. Informasi perbankan
rekening koran; dokumen pembukaan rekening di lembaga keuangan,
letter of credit; konfirmasi nama dan nomor rekening nasabah pemegang
rekening; beneficial owner; dan dokumen pendukung lainnya seperti KYC
(know your customer).

14
14
a. CFC rules merupakan k untuk membatasi pena Arja Sadjiarto 33
pengenaan pajak (anti-deferral) atas penghasilan CFC, sebelum CFC
tersebut mendistribusikan penghasilannya ke pengendalinya baik
perusahaan induk ataupun individu.
b. PMK Nomor 93/PMK.03/2019 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 107/PMK.03/2017 tentang Penetapan Saat Diperolehnya
Dividen Dan Dasar Penghitungannya Oleh Wajib Pajak Dalam Negeri
Atas Penyertaan Modal Pada Badan Usaha Di Luar Negeri Selain Badan
Usaha Yang Menjual Sahamnya Di Bursa Efek.
Jenis-jenis aeoi
1. Laporan Negara per Negara (Country-by Country Report/ CbCR)
2. Informasi Keuangan Nasabah (Financial Information)
3. Pemotongan dan Pemungutan Pajak (Witholding Tax)
 Pajak Digital - Pilar 1
a. Realokasi 25% residual profit perusahaan akan dialokasikan kembali ke
negara pasar.
b. Perusahaan multinasional dengan penjualan global > EUR 20 miliar dan
profitabilitas > 10%.
 Perusahaan/Perusahaan Multi Nasional Pajak
a. Tarif pajak minimum global 15%.
b. Tarif ini berlaku untuk perusahaan dengan pendapatan > EUR 750 juta
 Aturan CFC (Perusahaan Asing Terkendali).
CFC merupakan entitas yang dikendalikan sebagian maupun keseluruhan oleh
individu ataupun entitas hukum melalui kepemilikan saham.

 Pengendalian :
a. De jure : kepemilikan saham > 50%
b. De facto: kepemilikan saham < 50% tetapi memiliki hak untuk
mengendalikan perusahaan atas persetujuan dari para pihak terkait.

15
 Aturan Kapitalisasi Tipis
Thin capitalization: perusahaan memiliki jumlah utang yang jauh lebih besar
jika dibandingkan dengan jumlah modal atau sering disebut 'highly leveraged'
(OECD, 2012) "Modal terselubung".Peraturan Menteri Keuangan Nomor
169/PMK.010/2015 tentang Penentuan Besarnya Perbandingan Antara Utang
dan Modal Perusahaan untuk Keperluan Penghitungan Pajak Penghasilan.
Besarnya perbandingan utang dan modal menurut ketentuan terbaru maksimal
sebesar 4:1.
 Dokumentasi Harga Transfer
a. ALP (Arms Length Principle) : setiap transaksi yang dilakukan wajib
pajak harus mendasar pada prinsip kewajaran dan kelaziman berusaha→
Transfer pricing documentation.
b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 213/PMK.03/2016 tentang Jenis
Dokumen dan/atau Informasi Tambahan yang Wajib Disimpan oleh Wajib
Pajak yang Melakukan Transaksi dengan Para Pihak yang Mempunyai
Hubungan Istimewa, dan Tata Cara Pengelolaannya.

4. Pajak Perseorangan Wajib Pajak Orang Pribadi


Narasumber Eka Satria Wibawa S.kom.M.Si
Pajak perseorangan wajib pajak orang pribadi
SPT WP Pribadi, dalam hal ini penyelesaian pajak tergantung penghasilan yang
diterima. Pembayaran SPT orang pribadi dibagi menjadi 3 jenis:
1. SPT 1770 SS, Memiliki penghasilan dari satu pemberi kerja dan tidak
mempunyai penghasilan lainnya kecuali bunga bank dan/atau bunga
koperasi, kewajiban pajak telah diselesaikan pemotong pemberi kerja
untuk penghasilan dari pekerjaan dan pemotong pajak final untuk bunga
bank / koperasi, SPT hanya melaporkan jumlah harta dan kekayaan, dan
penghasilan kurang dari 60jt.

2. SPT 1770 S, Memiliki penghasilan dari satu atau lebih pemberi kerja,
penghasilan lain dan penghasilan final. Penghasilan digabungkan dari

16
3. seluruh penghasilan tidak final yang diperoleh, Penghasilan final
dilaporkan dalam tabel terpisah dan tidak dijumlahkan dengan penghasilan
tidak final, dan bukti potong baik dari pekerjaan tetap atau tidak tetap
merupakan kredit pajak, penghasilan lebih dari 60jt.
3. SPT 1770, Memiliki penghasilan dari usaha atau pekerjaan bebas dengan
pembukuan atau norma, penghasilan lebih dari satu pemberi kerja,
pengasilan lain dan penghasilan final.
1 Januari 2022 Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI telah mengesahkan Undang-
undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP) pada 7 Oktober 2021.
Dengan bergantinya tahun, sebagian aturan dalam UU Nomor 7 Tahun 2021 akan
resmi berlaku. Salah satunya adalah pajak penghasilan (PPh) yang akan
diterapkan per 1 Januari 2022. Pemerintah menambah layer PPh orang pribadi
sebesar 35 persen untuk penghasilan kena pajak di atas Rp 5 miliar. Dengan
demikian, orang-orang kaya akan membayar pajaknya lebih mahal. Namun, di sisi
lain, pemerintah juga menaikkan tarif pajak penghasilan terendah 5 persen
menjadi Rp60 juta dari sebelumnya yaitu sebesar Rp 50 juta.
Akibatkanya, wajib pajak orang pribadi dalam negeri akan melakukan
penyesuaian pembayaran pajak sebagai berikut:
1. WP dengan penghasilan kena pajak sampai dengan Rp60 juta membayar
tarif pajak 5 persen.
2. WP dengan penghasilan di atas Rp60 juta sampai Rp250 juta dikenakan
tarif pajak 15 persen.
3. WP dengan penghasilan kena pajak Rp250 juta hingga Rp500 juta
dikenakan tarif 25 persen.
4. WP dengan penghasilan kena pajak Rp 500 juta hingga Rp 5 miliar
dikenakan tarif 30 persen.
5. WP dengan penghasilan di atas Rp5 miliar dikenakan tarif pajak 35
persen.

17
17
PTKP Usaha WP OP dengan Peredaran Bruto Tertentu
Bagi Orang Pribadi Pengusaha yang menghitung PPh dengan Tarif 0,5% (PP
23/2018) dan memiliki peredaran bruto sampai dengan Rp 500 juta setahun tidak
dikenai PPh.
Kasusnya:
WP dari bulan Januari memegang peredaran usaha sebesar 100 juta, maka nanti
beda kumulatifnya menjadi sampai dengan sebelumnya sesuai undang-undang
adalah 500 juta. Maka WP tersebut tidak akan terkena biaya terutang atau kena
pajaknya akan nol. Apabila beda kumulatifnya menjadi 700 juta atau 600 juta, ia
akan pegang bruto tidak kena pajak tapi ia akan kena usaha kena pajak menjadi
100 juta. Sampai hingga total akhirnya adalah 1 miliar, dan PPh final terutang
sebelumnya adalah 6 juta, kemudian menjadi PPh final terutangnya menjadi Rp
3.500.000.
Wajib pajak/ orang pribadi yang menerima natura wajib melaporkan di dalam
sebuah SPT tahunan mereka. Tidak hanya itu saja mulai dari tanggal 1 Januari
2022 pelaku UMKM atau pengusaha dengan omzet maksimal Rp.500 juta setahun
tidak akan dikenakan PPh. Kemudian pemerintah juga memulai program
pengungkapan sukarela (PPS) pada awal tahun ini. PPS fokus pada 2 hal yaitu
untuk WP peserta Tax Amesty 2016/2017 WP badan dan WP pribadi yang belum
mengungkapkan harga per 31 Desember 2015 dikarenakan tarif PPh final sebesar
6-11 persen.
Amesti pajak diberikan WP baik orang pribadi maupun badan usaha yang
memiliki kewajiban penyampaian SPT tahunan PPh dapat mengikuti amnesti
pajak kecuali WP yang sedang dilakukan penyidikan dan telah p-21 dalam proses
peradilan dan WP yang sedang menjalani hukuman atas pidana di bidang
perpajakan. WP hanya memiliki kewajiban sebagai pemotong atau pemungut saja
tidak dapat mengikuti amnesti pajak seperti WP bendahara atau WP yang tidak
memiliki kewajiban penyampaian SPT tahunan PPh badan seperti WP Joint
Operation
WP orang pribadi atas harta yang diperoleh yaitu pada 2016-2020 yang belum
dilaporkan pada spt tahunan 2020 bisa ikut program pemerintah dan kementerian

18
Republik Indonesia dengan nama amnesti pajak. Pengampunan pajak bisa
diartikan sebagai sebuah penghapusan pajak yang seharusnya terutang tidak
dikenal sanksi

18
administrasi perpajakan dan sanksi pidana di bidang perpajakan dengan cara
mengungkap harta dan membayar uang tebusan sebagaimana telah diatur dalam
undang-undang tentang pengampunan pajak. Bagi WP yang memperoleh NPWP
setelah tahun 2015 dan ingin mengikuti amnesti pajak dilakukan dengan cara
menyampaikan surat pernyataan harta tanpa melampirkan fotokopi SPT tahunan
dan PPT terakhir. Periode surat pernyataan pengampunan pajak berlangsung sejak
undang-undang pengampunan pajak yang diundangkan sampai tanggal 31 Maret
2017. WP yang sedang melakukan pemeriksaan bukti permulaan harus meminta
perhitungan pokok pajak terutang ke unit pelaksana pemeriksaan. Berdasarkan
perhitungan pokok pajak terutang dari unit pelaksana pemeriksaan bukti
permulaan WP harus melunasi paling lambat 14 hari setelah diterimanya
perhitungan tersebut. Setelah WP melunasi pajak terutang WP pajak dapat
mengikuti program amnesti pajak.
Undang-undang cipta kerja juga berlaku dalam dunia pendidikan. Institut dalam
dunia pendidikan juga tidak dikenakan pajak tapi selama lebih dari sisa 4 tahun
bisa diinvestasikan kembali dalam bentuk SPT yang dilaporkan bahwa sisa lebih
digunakan untuk sarana dan prasarana sehingga tercantum dalam sebuah laporan
sisa lebih dikantor DJP yang akan memonitor penggunaan tersebut. Pajak amnesti
juga memiliki manfaat secara 2 arah antara wajib pajak dan negara maka dari itu
amnesti digunakan pada WP orang pribadi yang belum melaporkan harta
kekayaannya. Pasalnya telah tercantum dari tahun 2015 yang sudah pernah
mengikuti amnesti pajak sebelumnya. Dari tahap pertama ada juga yang belum
dilaporkan dari tahun 2015 sampai ke tahun sekarang. Pada tahap ke 2 SPT pajak
wajib dilaporkan daripada terkena denda sampai 200% dari amnesti pajak akan
memberikan kita sebuah pelaporan pajak dari sebuah penghasilan yang telah
dilaporkan tadi mempunyai dampak kepada negara sebagai suatu pendapatan
dinegara kita juga untuk sebuah pembangunan, daerah, kota, kabupaten.
Dampaknya juga akan kembali kepada diri sendiri kalau kita menggunakan
amnesti pajak otomatis kita tidak akan terkena sanksi pajak seperti teguran dari
sebuah sistem otomatis.

19
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Webinar ini bermaksud untuk pengetahuan bahwa terdapat pengaruh
langsung antara pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak. Serta
mengenalkan berbagai jenis pajak dalam peraturan terbaru di tahun 2022. Dalam
pengujian hipotesis dengan variabel sikap wajib pajak ditemukan bahwa pengaruh
tidak langsung antara pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan pajak lebih
besar dari pengaruh langsung. Dengan demikian model pengaruh tidak langsung
dari variabel pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak melalui
sikap wajib pajak dapat diterima. Hal ini menunjukkan bahwa pengaruh
pengetahuan perpajakan terhadap kepatuhan wajib pajak akan lebih tinggi jika
melalui sikap wajib pajak.

20

Anda mungkin juga menyukai