Anda di halaman 1dari 35

LAPORAN PRAKTIK KERJA PERPAJAKAN

DI KANWIL DJP SULAWESI UTARA, TENGAH,


GORONTALO DAN MALUKU UTARA

Oleh
ARIEF DWIJAYANTO
041375691
UPBJJ-UT MANADO

FAKULTAS HUKUM ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS TERBUKA

TAHUN 2021

1
LAPORAN PRAKTIK KERJA PERPAJAKAN
SAMPUL

MATA KULIAH 3350


PROGRAM STUDI D-III PERPAJAKAN
ARIEF DWIJAYANTO
NIM 041375691

FAKULTAS HUKUM ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK


UNIVERSITAS TERBUKA
TAHUN 2021

II
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan ini disetujui dan disahkan tanggal …… Desember 2021

Kepala UPBJJ-UT Manado Pembimbing

Ir. Ida Zubaidah, M.A., Ed.D. Miftahul Jannah Akuba, S.E., M.S.A.
NIP 19620803 198903 2 002 NIP 19860407 201102 2 003

III
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Praktik
Kerja Perpajakan (magang) pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak
Sulawesi Utara, Tengah, Gorontalo dan Maluku Utara tepat waktu. Laporan ini
dibuat dalam rangka memenuhi persyaratan mata kuliah Praktik Kerja Perpajakan
pada Program Studi D-III Perpajakan pada Universitas Terbuka dan semua kegiatan
yang tertulis pada laporan ini merupakan bukti pelaksanaan magang yang telah
penulis laksanakan dengan sebetul-betulnya.

Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih sebesar-


besarnya kepada:
1) Desy Fitrianingrum yang selalu memberikan doa dan menjadi motivasi saya;
2) Ibu Miftahul Jannah Akuba selaku dosen pembimbing;
3) Bapak Dodik Samsu Hidayat selaku Kepala Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak Sulawesi Utara, Tengah, Gorontalo dan Maluku Utara;
4) Seluruh pejabat dan pegawai pada Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak
Sulawesi Utara, Tengah, Gorontalo dan Maluku Utara;
5) Rekan-rekan mahasiswa saya pada mata kuliah PAJA3350.
yang telah membimbing, memberikan kesempatan dan membantu dalam proses
Praktik Kerja Perpajakan penulis, sehingga laporan ini dapat diselesaikan dengan
sebaik-baiknya.

Namun demikian penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari sempurna,
untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi sempurnanya laporan ini kedepannya.

Manado, Desember 2021

Arief Dwijayanto
NIM 041375691

IV
DAFTAR ISI

SAMPUL............................................................................................................................ II
LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................................. III
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... IV
DAFTAR ISI...................................................................................................................... V
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang Praktik Kerja Perpajakan ............................................................ 1
B. Maksud dan Tujuan Praktik Kerja Perpajakan .................................................... 2
C. Tempat Praktik Kerja Perpajakan ......................................................................... 2
BAB II TINJAUAN UMUM TEMPAT PRAKTIK ....................................................... 3
A. Tugas Pokok dan Fungsi .......................................................................................... 3
B. Struktur Organisasi .................................................................................................. 4
BAB III PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN PRAKTIK KERJA ..................... 8
A. Pelaksanaan Magang................................................................................................. 8
B. Pembahasan................................................................................................................ 8
B.1 Pengolahan Data dan Informasi ....................................................................... 8
B.2 Pelayanan .......................................................................................................... 12
B.3 Penagihan .......................................................................................................... 15
B.4 Pemeriksaan ...................................................................................................... 17
B.5 Ekstensifikasi .................................................................................................... 20
B.6 Pengawasan dan Konsultasi ............................................................................ 22
BAB IV KESIMPULAN ................................................................................................. 25
A. Kesimpulan .............................................................................................................. 25
B. Saran ......................................................................................................................... 25
BAB V DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 26
BAB VI LAMPIRAN-LAMPIRAN............................................................................... 27
A. Aplikasi ..................................................................................................................... 27
B. Tempat Magang ....................................................................................................... 29

V
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Praktik Kerja Perpajakan


Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi
atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak yang diterima oleh negara
dapat digunakan Pemerintah untuk pembiayaan kepentingan umum, seperti
membangun fasilitas umum, membiayai anggaran kesehatan dan pendidikan,
dan kegiatan produktif lain.

Setiap tahunnya dalam anggaran penerimaan dan belanja negara (APBN)


dicatatkan bahwa penerimaan perpajakan menopang lebih dari 70%
penerimaan negara. Pada tahun 2021 ini, rencana penerimaan yang telah
ditetapkan Pemerintah dalam APBN adalah sebesar 1.743,6 Triliun Rupiah
dimana sebesar 82,8% atau 1.444,5 Triliun Rupiah merupakan penerimaan
yang bersumber dari penerimaan perpajakan.
(https://www.kemenkeu.go.id/media/16835/informasi-apbn-2021.pdf).

Dengan proporsi sebesar itu tentu Pemerintah dalam hal ini diwakili oleh
Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan memerlukan strategi-strategi
serta cara kerja yang optimal. Disisi lain, jumlah sumber daya yang tersedia
dalam menjalankan administrasi perpajakan masih relatif terbatas
dibandingkan jumlah Wajib Pajak.

Berdasarkan data pada laporan keuangan pemerintah pusat (LKPP) yang telah
diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) menunjukkan bahwa pada lima
tahun terakhir meskipun realisasi penerimaan perpajakan terus bertumbuh,
tetapi masih belum mencapai target yang telah direncanakan.
(https://www/kemenkeu.go.id/publikasi/laporan/laporan-keuangan-
pemerintah-pusat/).

1
B. Maksud dan Tujuan Praktik Kerja Perpajakan
Dalam menjalankan praktik kerja perpajakan ini, Penulis bermaksud untuk
lebih mengetahui bagaimana prosedur-prosedur kerja yang dilaksanakan pada
internal Direktorat Jenderal Pajak secara langsung untuk memperoleh
gambaran umum bagaimana pelaksanaan administrasi perpajakan sebagai
bentuk nyata dari mata kuliah yang dipelajari ketika menjalani perkuliahan.
Selain hal tersebut pelaksanaan praktik kerja perpajakan ini juga bertujuan
dalam rangka menambah wawasan tentang kejadian perpajakan.

C. Tempat Praktik Kerja Perpajakan


Penulis dalam kegiatan ini berkesempatan melaksanakan kegiatan pengamatan
pada unit kerja setingkat Eselon II yaitu Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Pajak Sulawesi Utara, Tengah, Gorontalo, dan Maluku Utara yang beralamat
di Jalan 17 Agustus nomor 17, Kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara.

Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sulawesi Utara, Tengah, Gorontalo,


dan Maluku Utara merupakan instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang
berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jenderal
Pajak.

2
BAB II
TINJAUAN UMUM TEMPAT PRAKTIK

A. Tugas Pokok dan Fungsi


Sesuai Peraturan Menteri Keuangan nomor 210/PMK.01/2017 s.t.d.d.
Peraturan Menteri Keuangan nomor 184/PMK.01/2020 unit kerja Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sulawesi Utara, Tengah, Gorontalo, dan
Maluku Utara yang diamati Penulis memiliki tugas yaitu melaksanakan
analisis, penjabaran, koordinasi, bimbingan, evaluasi, dan pengendalian
kebijakan serta pelaksanaan tugas di bidang pajak dalam wilayah kerjanya
berdasarkan peraturan perundang-undangan.

Selanjutnya peraturan yang sama pada Pasal 26 menyebutkan bahwa Kantor


Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sulawesi Utara, Tengah, Gorontalo, dan
Maluku Utara menyelenggarakan fungsi:
1. analisis dan pelaksanaan penjabaran kebijakan, dan penyusunan rencana
strategis di bidang perpajakan;
2. pelaksanaan koordinasi dan pemberian bimbingan di bidang perpajakan;
3. pelaksanaan koordinasi, pemberian bimbingan, analisis, dan penjabaran
kebijakan pencapaian target penerimaan pajak;
4. pelaksanaan penyuluhan dan pelayanan perpajakan yang menjadi tanggung
jawab Kantor Wilayah;
5. pengendalian dan evaluasi pelaksanaan kebijakan di bidang penyuluhan,
pelayanan, pengawasan, pendataan, pemetaan Wajib Pajak dan Objek Pajak,
penilaian, pengenaan, pemeriksaan, dan penagihan di bidang perpajakan;
6. pengelolaan administrasi dan pelaksanaan penilaian, pengenaan,
pemeriksaan, pemeriksaan bukti permulaan, penyidikan, forensik, dan
intelijen di bidang perpajakan;

3
7. penyelesaian pembetulan, keberatan, pengurangan atau penghapusan
sanksi administrasi, pengurangan atau pembatalan ketetapan pajak, Surat
Tagihan Pajak, dan/atau Surat Pemberitahuan Pajak Terutang, dan
pembatalan hasil pemeriksaan pajak;
8. pelaksanaan urusan gugatan dan banding;
9. pengelolaan data, arsip perpajakan dan nonperpajakan
10. pelaksanaan hubungan masyarakat dan kerja sama; dan
11. pemberian bimbingan dan pelaksanaan urusan di bidang kepegawaian,
keuangan, tata usaha, sarana dan prasarana, dukungan teknis, advokasi,
pengelolaan kinerja, dan kepatuhan internal.

Seluruh tugas dan fungsi tersebut dilaksanakan pada wilayah kerja yang telah
diatur yaitu meliputi:
1. Provinsi Sulawesi Utara;
2. Provinsi Sulawesi Tengah;
3. Provinsi Gorontalo; dan
4. Provinsi Maluku Utara.

B. Struktur Organisasi
Pasal 27 Peraturan Menteri Keuangan nomor 210/PMK.01/2017 s.t.d.d.
Peraturan Menteri Keuangan nomor 184/PMK.01/2020 mengatur bahwa unit
kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sulawesi Utara, Tengah,
Gorontalo, dan Maluku Utara memiliki struktur organisasi yang terdiri atas:
1. Bagian Umum;
Bagian Umum mempunyai tugas melaksanakan urusan kepegawaian,
keuangan, advokasi, penyusunan rencana strategis wilayah, pengelolaan
kinerja, kepatuhan internal, rumah tangga, dan tata usaha.
2. Bidang Data dan Pengawasan Potensi Perpajakan;
Bidang Data dan Pengawasan Potensi Perpajakan mempunyai tugas
melaksanakan pencarian, pengumpulan, pengolahan, dan penyajian data dan
informasi perpajakan, melaksanakan bimbingan pengawasan dan
penggalian potensi perpajakan, melaksanakan pemberian bimbingan

4
pengawasan dan pemantauan tindak lanjut pengampunan pajak,
melaksanakan pemberian dukungan teknis komputer, dan melaksanakan
pengelolaan risiko Kantor Wilayah.
3. Bidang Pendaftaran, Ekstensifikasi, dan Penilaian;
Bidang Pendaftaran, Ekstensifikasi, clan Penilaian mempunyai tugas
melaksanakan bimbingan dan pemantauan pelaksanaan kebijakan teknis
pendaftaran, melaksanakan pemberian bimbingan dan pemantauan
pelaksanaan kebijakan teknis ekstensifikasi dan pengawasan Wajib Pajak
baru, melakukan analisis dan rekomendasi penetapan tempat terdaftar Wajib
Pajak di atau dari Kantor Pelayanan Pajak Madya, Kantor Pelayanan Pajak
di lingkungan Kantor Wilayah Jakarta Khusus, dan Kantor Pelayanan Pajak
di lingkungan Kantor Wilayah Wajib Pajak Besar, melaksanakan bimbingan
dan pemantauan pelaksanaan kebijakan teknis pendataan, pemetaan Wajib
Pajak dan Objek Pajak, penilaian pajak, dan pengenaan Pajak Bumi dan
Bangunan, serta melaksanakan pemberian bimbingan pengawasan dan
pemantauan tindak lanjut pengampunan pajak Wajib Pajak baru.
4. Bidang Pemeriksaan, Penagihan, Intelijen, dan Penyidikan;
Bidang Pemeriksaan, Penagihan, Intelijen, dan Penyidikan mempunyai
tugas melaksanakan pemberian bimbingan pemeriksaan dan penagihan
pajak, melaksanakan bimbingan administrasi pemeriksaan dan penagihan
pajak, melaksanakan pemantauan pelaksanaan teknis pemeriksaan dan
penagihan pajak, melaksanakan administrasi kegiatan pemeriksaan pajak,
melaksanakan pemeriksaan pajak oleh Petugas Pemeriksa Pajak yang
ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah, melaksanakan penelaahan hasil
pelaksanaan pekerjaan pejabat Fungsional Pemeriksa Pajak dan Petugas
Pemeriksa Pajak yang ditunjuk oleh Kepala Kantor Wilayah (peer review),
memberikan bantuan pelaksanaan penagihan, melaksanakan kegiatan
intelijen dan pengamatan perpajakan, menyelenggarakan administrasi
kegiatan intelijen dan pengamatan perpajakan, serta menyelenggarakan
administrasi penyidikan termasuk pemeriksaan bukti permulaan tindak
pidana di bidang perpajakan.

5
5. Bidang Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat;
Bidang Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat mempunyai
tugas melaksanakan pemberian bimbingan dan pemantauan penyuluhan,
pelayanan, konsultasi, dan pengelolaan dokumen perpajakan, melaksanakan
kerja sama perpajakan dan urusan hubungan masyarakat, serta
melaksanakan penyuluhan dan pelayanan perpajakan yang menjadi
tanggung jawab Kantor Wilayah.
6. Bidang Keberatan, Banding, dan Pengurangan; dan
Bidang Keberatan, Banding, dan Pengurangan mempunyai tugas
melaksanakan pemberian bimbingan dan penyelesaian pengajuan/
pencabutan permohonan pembetulan, pengurangan atau penghapusan
sanksi administrasi, pengurangan atau pembatalan surat ketetapan pajak
yang tidak benar, pengurangan atau pembatalan Surat Pemberitahuan Pajak
Terutang yang tidak benar, pengurangan atau pembatalan surat tagihan
pajak yang tidak benar, pembatalan hasil pemeriksaan pajak atau surat
ketetapan pajak dari hasil pemeriksaan, pengurangan Pajak Bumi dan
Bangunan, serta melaksanakan penyelesaian keberatan, proses banding, dan
proses gugatan.
7. Kelompok Jabatan Fungsional.
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai
dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Pada Kantor Wilayah Kelompok Jabatan Fungsional
melakukan fungsi pemeriksaan bukti permulaan tindak pidana di bidang
perpajakan yang dilaksanakan oleh Kelompok Jabatan Fungsional
Pemeriksa Pajak, dan penyidikan yang dilaksanakan oleh Penyidik Pegawai
Negeri Sipil di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak. Untuk fungsi
pendataan dan penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan dilaksanakan oleh
Kelompok Jabatan Fungsional Penilai Pajak Bumi clan Bangunan clan/ atau
pegawai lainnya yang ditunjuk oleh Kepala Kantor.

6
Berikut gambar susunan struktur organisasi dari Kantor Wilayah Direktorat
Jenderal Pajak Sulawesi Utara, Tengah, Gorontalo, dan Maluku Utara adalah
sebagai berikut:

Gambar 1 Susunan Organisasi Kanwil DJP Sulawesi Utara, Tengah, Gorontalo dan Maluku Utara

7
BAB III
PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN
PRAKTIK KERJA PERPAJAKAN

A. Pelaksanaan Magang
Penulis melaksanakan kegiatan praktik kerja lapangan pada unit kerja Kantor
Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sulawesi Utara, Tengah, Gorontalo, dan
Maluku Utara yang beralamat di Jalan 17 Agustus nomor 17, Kota Manado,
Provinsi Sulawesi Utara pada periode bulan Oktober sampai dengan November
2021.

Pada dasarnya unit kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak memiliki
tugas dan fungsi yang berbeda dengan Kantor Pelayanan Pajak Pratama, yang
mana sebagian besar kegiatan bukan berada pada lini pemberian pelayanan
langsung kepada Wajib Pajak, tetapi pada pemberian bimbingan kepada Kantor
Pelayanan Pajak Pratama yang berada dalam pengampuannya serta penugasan-
penugasan lainnya di lini penegakan hukum.

Selanjutnya dalam rangka mempermudah pembacaan dan pembahasan, Penulis


akan menyebut Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sulawesi Utara,
Tengah, Gorontalo, dan Maluku Utara sebagai Kantor Wilayah DJP.

B. Pembahasan
Berikut hasil pemantauan pelaksanaan tugas-tugas yang dilakukan Penulis
pada unit kerja Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sulawesi Utara,
Tengah, Gorontalo, dan Maluku Utara:

B.1. Pengolahan Data dan Informasi


a. Pengumpulan, Pencarian dan Pengolahan Data;
Dalam Peraturan Pemerintah nomor 31 Tahun 2012, pada Pasal 2 ayat (1)
disebutkan bahwa “Instansi pemerintah, lembaga, asosiasi, dan pihak lain
wajib memberikan Data dan Informasi yang berkaitan dengan perpajakan”
selanjutnya pada Pasal 2 ayat (2) disebutkan bahwa “Data dan Informasi

8
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kepada Direktorat
Jenderal Pajak “.

Sebagai perwakilan Direktorat Jenderal Pajak di daerah, Kantor Wilayah


DJP melakukan pengumpulan data dan informasi dari beberapa sumber
meliputi, namun tidak terbatas pada:
1) Instansi Pemerintah Provinsi;
2) Instansi Pemerintah Kabupaten/Kota; dan
3) Instansi jasa keuangan dan/atau perdagangan.

b. Penyajian Informasi Perpajakan;


Informasi perpajakan yang terdapat pada Kantor Wilayah DJP dapat dicari
dan ditampilkan melalui beragam aplikasi internal Direktorat Jenderal
Pajak. Informasi yang dapat ditampilkan meliputi, namun tidak terbatas
pada:
1) Penerimaan perpajakan;
2) Kepatuhan perpajakan; dan
3) Profil Wajib Pajak.

Penerimaan perpajakan per 20 Oktober 201 di lingkungan Kantor Wilayah


Direktorat Jenderal Pajak Sulawesi Utara, Tengah, Gorontalo dan Maluku
Utara telah mencapai Rp7.903.436.149.441,00 dari target sebesar
Rp10.204.572.513.000,00 atau mencapai 77,45 persen sebagiamana table
berikut ini:

Gambar 2 Tabel Capaian Penerimaan Perpajakan per 20 Oktober 2021

9
Tingkat kepatuhan perpajakan di lingkungan Kantor Wilayah DJP Sulawesi
Utara, Tengah Gorontalo dan Maluku Utara mencapai 90,94 persen
sebagaimana table berikut ini:

Gambar 3 Tabel Tingkat Kepatuhan Perpajakan per 20 Oktober 2021

c. Perekaman Dokumen Perpajakan;


Perekaman dokumen perpajakan yang dilakukan pada Kantor Wilayah DJP
meliputi, namun tidak terbatas pada dokumen terkait:
1) Data analisis dan keterangan; dan
2) Laporan hasil analisis

Perekaman dilakukan oleh petugas perekam ke dalam sistem internal


Direktorat Jenderal Pajak. Perekaman Surat Pemberitahuan (SPT) dan jenis
lainnya tidak dilakukan pada unit kerja Kantor Wilayah DJP tetapi pada unit
kerja lainnya yaitu:
1) Direktorat Data dan Informasi Perpajakan di Jakarta;
2) Kantor Pengolahan Data dan Dokumen Perpajakan di Jambi dan
Makassar;
3) Kantor Pelayanan Pajak di tiap-tiap daerah.

d. Tata Usaha Penerimaan Perpajakan;


Tata usaha penerimaan perpajakan sejatinya tidak dilakukan pada unit kerja
Kantor Wilayah DJP. Data-data terkait penerimaan perpajakan dimiliki oleh
Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara Kementerian Keuangan melalui
Modul Penerimaan Negara (MPN) yang kemudian secara realtime
disampaikan kepada Direktorat Jenderal Pajak untuk dilakukan pemantauan
dan pengolahan melalui aplikasi internal Direktorat Jenderal Pajak.

10
e. e-SPT dan e-Filing; dan
Di lingkungan Direktorat Jenderal Pajak, penatausahaan dan pengelolaan
data e-SPT dan e-Filing dilakukan secara terpusat oleh Direktorat Data dan
Informasi Perpajakan. Selanjutnya unit kerja lainnya termasuk Kantor
Wilayah DJP dapat melakukan pemantauan atas isi dan pencapaian kegiatan
tersebut di wilayah kerjanya melalui aplikasi internal Direktorat Jenderal
Pajak.

Gambar 4 Aplikasi e-Filing melalui laman djponline.pajak.go.id

f. i-SISMIOP dan SIG


Sejak tahun 2014 berdasarkan amanat Undang-undang Pajak Daerah
pengelolaan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) sektor pedesaan dan
perkotaan (P2) telah seluruhnya dialihkan dari Direktorat Jenderal Pajak
kepada Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sehingga aplikasi i-SISMIOP
dan SIG sudah tidak lagi digunakan oleh Direktorat Jenderal Pajak.
Selanjutnya dalam administrasi dan pemantauan terkait kegiatan PBB sektor
perkebunan, perhutanan dan pertambangan (P3) serta sektor lainnya
dilakukan menggunakan aplikasi internal Direktorat Jenderal Pajak.

11
B.2. Pelayanan
Pelayanan dapat diartikan sebagai kemudahan yang diberikan sehubungan
dengan penyampaian barang atau jasa. Dalam tugas pokok dan fungsi
Direktorat Jenderal Pajak salah satu lini yang diemban adalah memberikan
layanan dalam rangka mempermudah administrasi perpajakan yang
dilaksanakan Wajib Pajak. Pelayanan tersebut dapat berupa kemudahan
administrasi, diseminasi peraturan melalui sosialisasi, dan lain sebagainya.

Pada unit kerja Kantor Wilayah DJP, tempat penulis melakukan pemantauan,
sebagian besar kegiatannya bukan berada pada lini pelayanan langsung yang
diberikan kepada Wajib Pajak, tetapi pada pemberian bimbingan kepada
Kantor Pelayanan yang berada dalam pengampuannya. Dalam melaksanakan
tugas tersebut Kepala Kantor Wilayah DJP didampingi oleh Kepala Bidang
Penyuluhan, Pelayanan, dan Hubungan Masyarakat dan Kepala Bidang
Pendaftaran, Ekstensifikasi, dan Penilaian.

Untuk menggambarkan bagaimana pelaksanaan kegiatan pelayanan di unit


kerja Kantor Wilayah, berikut Penulis sampaikan hasil pemantauan:
a. Pengadministrasian Dokumen dan Berkas Perpajakan
Pelayanan yang diberikan Kantor Wilayah DJP terhadap administrasi
dokumen dan berkas perpajakan terbatas pada beberapa hal yaitu:
1) Layanan administrasi penyelenggaraan pembukuan dengan
menggunakan bahasa asing dan mata uang selain rupiah. Sesuai dengan
ketentuan Pasal 28 ayat (8) UU KUP diatur bahwa terhadap Wajib Pajak
yang ingin menyelenggarakan pembukuan dengan menggunakan bahasa
asing dan mata uang selain rupiah harus terlebih dahulu memperoleh izin
dari Menteri Keuangan.
2) Layanan administrasi penetapan/perpanjangan penetapan daerah
tertentu. Layanan yang diberikan terkait ketentuan pemberian fasilitas
oleh perusahaan kepada karyawannya yang dikecualikan sebagai obyek
pajak. Pengecualian tersebut diberikan terhadap penyerahan natura dan
fasilitas terkait pelaksanaan pekerjaan di daerah terpencil.

12
Workflow dari pelaksanaan kedua layanan tersebut dimulai dari pengajuan
permohonan oleh Wajib Pajak kepada Kepala Kantor Wilayah DJP untuk
kemudian dilakukan pemeriksaan kantor dan/atau lapangan oleh petugas dan
ditindaklanjuti dengan penerbitan Surat Keputusan.

b. Penerimaan dan Pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat


lainnya
Pada unit kerja yang diamati Penulis tidak terdapat layanan atas penerimaan
dan pengolahan Surat Pemberitahuan (SPT) serta penerimaan surat lainnya
sebab tugas dan fungsi tersebut tidak terdapat pada unit kerja Kantor
Wilayah DJP, tetapi dilaksanakan oleh:
1) Kantor Pelayanan Pajak; dan
2) Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan

Terlepas dari hal tersebut Kantor Wilayah DJP memiliki tugas untuk
memberikan bimbingan dam konsultasi, diseminasi ketentuan perpajakan,
pemantauan, dan hal lainnya terkait pelayanan kepada unit kerja kantor
pelayanan yang berada di bawah pengampuannya.

c. Penyuluhan Perpajakan
Kegiatan penyuluhan pada unit kerja Kantor Wilayah DJP dilaksanakan
dalam rangka diseminasi peraturan perpajakan melalui sosialisasi serta
dalam rangka menunjang indikator kinerja utama (IKU) penyuluhan
perpajakan.

Rencana kerja kegiatan penyuluhan pada suatu tahun umumnya


direncanakan pada awal tahun untuk kemudian dituangkan dalam dokumen
terms of referenceI (TOR) dan dilaksanakan oleh Para Tenaga Penyuluh.

Selanjutnya pada pelaksanaannya dalam rangka menjangkau stakeholder


yang lebih luas sering dilakukan kolaborasi bersama Para Pihak lain seperti
1) Instansi Vertikal Pemerintah Pusat;
2) Instansi Pemerintah Daerah; dan
3) Institusi Pendidikan

13
Dalam suasana pandemi COVID-19 seperti saat ini, kegiatan penyuluhan
perpajakan lebih banyak dialihkan pada kegiatan daring seperti video
conference, sosialisasi daring, talkshow daring, dan sebagainya.

Gambar 5 Fungsional penyuluh Kanwil DJP Sulawesi Utara, Tengah, Gorontalo dan Maluku Utara
sedang melukan kegiatan Talk Show Terkait RUU Harmonisasi Peraturan Perpajakan (Sumber:
https://www.instagram.com/pajaksuluttenggomalut/)

d. Pelaksanaan Registrasi Wajib Pajak


Pada unit kerja yang diamati Penulis tidak terdapat kegiatan registrasi wajib
pajak sebab tugas dan fungsi tersebut tidak terdapat pada unit kerja Kantor
Wilayah DJP, tetapi dilaksanakan oleh:
1) Kantor Pelayanan Pajak; dan
2) Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan

Terlepas dari hal tersebut Kantor Wilayah DJP memiliki tugas untuk
memberikan bimbingan, validasi, serta melaksanakan pemantauan terhadap
unit kerja kantor pelayanan di bawah pengampuannya.

14
B.3. Penagihan
Undang-Undang nomor 19 Tahun 1997 s.t.d.d. Undang-Undang nomor 19
Tahun 2000 pada Pasal 1 angka (9) menyebutkan bahwa penagihan adalah
serangkaian tindakan agar Penanggung Pajak melunasi utang pajak dan
biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan,
melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus, memberitahukan Surat
Paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan, melaksanakan
penyanderaan, menjual barang yang telah disita. Tindakan-tindakan terhadap
Penanggung Pajak tersebut dilaksanakan oleh Pejabat Jurusita Pajak.

Pada unit kerja Kantor Wilayah DJP, tempat penulis melakukan


pemantauan, tidak terdapat Pejabat Jurusita Pajak sehingga tidak terdapat
kegiatan penagihan aktif. Namun Kantor Wilayah DJP tetap memiliki fungsi
melakukan pemberian bimbingan kepada Kantor Pelayanan yang berada
dalam pengampuannya. Dalam melaksanakan tugas tersebut Kepala Kantor
Wilayah DJP didampingi oleh Kepala Bidang Pemeriksaan, Penagihan,
Intelijen, dan Penyidikan.

a. Penatausahaan Piutang Pajak, Penundaan, dan Angsuran Tunggakan Pajak


Pada unit kerja yang diamati Penulis tidak terdapat kegiatan penatausahaan
piutang pajak, penundaan, dan angsuran tunggakan pajak sebab tugas dan
fungsi tersebut tidak terdapat pada unit kerja Kantor Wilayah DJP, tetapi
dilaksanakan oleh Seksi Penagihan yang berada pada unit kerja Kantor
Pelayanan Pajak Pratama.

Terlepas dari hal tersebut Kantor Wilayah DJP melalui Seksi Bimbingan
Penagihan memiliki tugas untuk memberikan koordinasi, pemberian
bimbingan, pemantauan pelaksanaan kebijakan teknis, dan memberikan
bantuan pelaksanaan penagihan pajak kepada unit kerja Kantor Pelayanan
Pajak Pratama yang berada di bawah pengampuannya.

15
b. Penagihan Aktif
Pada unit kerja yang diamati Penulis tidak terdapat kegiatan penagihan aktif
sebab tugas dan fungsi tersebut tidak terdapat pada unit kerja Kantor
Wilayah DJP, tetapi dilaksanakan oleh Pejabat Jurusita Pajak yang berada
pada unit kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama.

Terlepas dari hal tersebut Kantor Wilayah DJP melalui Seksi Bimbingan
Penagihan memiliki tugas untuk memberikan koordinasi, pemberian
bimbingan, pemantauan pelaksanaan kebijakan teknis, dan memberikan
bantuan pelaksanaan penagihan pajak kepada unit kerja Kantor Pelayanan
Pajak Pratama yang berada di bawah pengampuannya.

c. Penghapusan Piutang Pajak


Piutang pajak pada intinya merupakan kewajiban yang masih harus atau
belum dibayarkan oleh Wajib Pajak kepada Negara setelah melewati jatuh
tempo pembayarannya. Namun berdasarkan ketentuan Undang-undang
untuk memberikan kepastian hukum bagi Wajib Pajak dan Negara, diatur
bahwa apabila telah melewati 5 (lima) tahun sejak jatuh tempo pajak
terutang atau sejak terakhir dilakukannya upaya hukum oleh Negara melalui
fiskus, maka piutang pajak tersebut akan menjadi daluwarsa. Terhadap
piutang pajak yang daluwarsa dapat diusulkan kepada Menteri Keuangan
untuk dihapuskan.

Pelaksanaan penghapusan piutang pajak yang telah daluwarsa pada unit


kerja Kantor Wilayah DJP dilakukan dengan alur sebagai berikut:

1) Pada setiap awal semester Kantor Wilayah DJP akan menerima usulan
penghapusan piutang pajak yang dikirimkan oleh Kantor Pelayanan
Pajak Pratama di bawah pengampuannya;
2) Terhadap usulan tersebut akan dilakukan validasi untuk memastikan
kebenaran formil dan materilnya;
3) Dokumen usulan yang telah melalui proses validasi selanjutnya akan
diterbitkan Berita Acara Validasi dan diteruskan ke Direktorat
Pemeriksaan dan Penagihan guna diproses lebih lanjut.

16
Setelah nantinya penghapusan piutang pajak daluwarsa telah disetujui oleh
Menteri Keuangan, maka Direktur Jenderal Pajak akan menerbitkan Surat
Keputusan Penghapusan Piutang Pajak dan Kepala Kantor Wilayah DJP
diharuskan menerbitkan petikan atas Surat Keputusan tersebut serta
mengirimkannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama guna
dilakukan penghapusan dari administrasi.

d. Penyimpanan Dokumen-dokumen Penagihan


Pada unit kerja yang diamati Penulis tidak terdapat kegiatan penyimpanan
dokumen-dokumen penagihan sebab tugas dan fungsi tersebut tidak terdapat
pada unit kerja Kantor Wilayah DJP, tetapi dilaksanakan oleh Seksi
Penagihan yang berada pada unit kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama.
Terlepas dari hal tersebut Kantor Wilayah DJP melalui Seksi Bimbingan
Penagihan memiliki tugas untuk memberikan koordinasi, pemberian
bimbingan, pemantauan pelaksanaan kebijakan teknis, dan memberikan
bantuan pelaksanaan penagihan pajak kepada unit kerja Kantor Pelayanan
Pajak Pratama yang berada di bawah pengampuannya.

B.4. Pemeriksaan
Pemeriksaan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh Petugas
Pemeriksa Pajak dengan tujuan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dari Wajib Pajak dengan menelusuri kebenaran Surat
Pemberitahuan, pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lainnya
dibandingkan dengan keadaan usaha sebenarnya. Dalam pelaksanaannya
kegiatan pemeriksaan di Kantor Wilayah DJP dilaksanakan oleh Pejabat
Fungsional Pemeriksa Pajak dengan diarahkan oleh Kepala Bidang
Pemeriksaan, Penagihan, Intelijen, dan Penyidikan.

a. Penyusunan Rencana Pemeriksaan Pelaksanaan penyusunan rencana


pemeriksaan pada unit kerja Kantor Wilayah DJP terbagi menjadi dua
bagian yaitu penyusunan daftar sasaran prioritas pemeriksaan (DSPP) yang
dilaksanakan oleh pihak Manajemen/Struktural dan penyusunan audit plan
dan audit program pihak Pemeriksa/Fungsional.

17
1) Manajemen/Struktural
a) Manajemen selaku perencana pemeriksaan melaksanakan
inventarisasi terhadap tunggakan serta kebutuhan pemeriksaan yang
diperlukan oleh Kantor Wilayah DJP dan Kantor Pelayanan Pajak
Pratama di bawah pengampuannya. Setelah melakukan inventarisasi,
Manajemen akan membuat analisis terhadap Wajib Pajak mana yang
akan dilakukan kegiatan pemeriksaan kemudian menuangkannya
dalam daftar sasaran prioritas pemeriksaan (DSPP);
b) Terhadap DSPP yang telah dibuat selanjutnya akan dilakukan
pembahasan oleh Tim Komite Perencanaan Pemeriksaan Tingkat
Wilayah. Apabila daftar tersebut disetujui maka akan diteruskan ke
Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan untuk memperoleh
persetujuan dari Tim Komite Perencanaan Pemeriksaan Tingkat
Pusat;
c) DSPP yang disetujui oleh Tim Komite Perencanaan Pemeriksaan
Tingkat Pusat akan ditindaklanjuti dengan penerbitan Nomor Instruksi
Pemeriksaan Pajak (NP2) yang selanjutnya dikirimkan kepada Unit
Pelaksana Pemeriksaan (UP2) yaitu Kantor Wilayah DJP dan Kantor
Pelayanan Pajak Pratama;
d) Pihak Manajemen selanjutnya meneruskan NP2 yang telah diterbitkan
kepada Pihak Pemeriksa untuk dibuatkan audit plan dan audit program
dan selanjutnya menerbitkan Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SP2).

2) Pemeriksa/Fungsional
a) Pihak Pemeriksa selaku pelaksana dari pemeriksaan pajak menerima
Nomor Instruksi Pemeriksaan Pajak (NP2) dari Pihak Manajemen dan
selanjutnya membuat audit plan dan audit program berdasarkan data
yang tersedia dan menyerahkannya kembali ke Pihak Manajemen;
b) Setelah menyerahkan audit plan dan audit program maka Pihak
Pemeriksa akan menerima Surat Perintah Pemeriksaan Pajak (SP2)
dan melaksanakan kegiatan pemeriksaan.

18
b. Pengawasan Pelaksanaan Aturan Pemeriksaan, Penerbitan, dan Penyaluran
Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta Administrasi Pemeriksaan
Perpajakan Lainnya.
Kantor Wilayah DJP memiliki tugas untuk melaksanakan pemantauan
pelaksanaan kebijakan teknis dalam rangka memastikan kualitas
pemeriksaan serta mengawasi pelaksanaan kegiatan pemeriksaan agar tetap
sesuai dengan ketentuan dengan melaksanakan beberapa kegiatan yaitu:
1) Review Pemeriksaan Review pemeriksaan adalah kegiatan pemeriksaan
yang dilakukan terhadap kegiatan pemeriksaan yang sedang dijalankan
oleh Unit Pelaksana Pemeriksaan (UP2) yaitu Kantor Wilayah DJP dan
Kantor Pelayanan Pajak Pratama. Alur kegiatan review adalah sebagai
berikut:
a) Kantor Wilayah DJP membuat kriteria pemeriksaan yang akan
dilakukan review dan mengirimkannya kepada Kantor Pelayanan
Pajak Pratama;
b) Setelah diterimanya daftar pemeriksaan yang memenuhi kriteria
review, maka Tim Review akan melaksanakan review terhadap
pemeriksaan tersebut dan menuangkannya dalam risalah review;
c) UP2 diharusnya melaksanakan pemeriksaan sebagaimana
tercantum dalam risalah review.

2) Quality Insurance
Kegiatan ini merupakan kegiatan yang dilaksanakan apabila terdapat
perbedaan penafsiran antara Petugas Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak
terhadap dasar hukum yang digunakan dalam penghitungan pajak pada
risalah pemeriksaan sebelum pemeriksaan selesai dilaksanakan.
Kegiatan ini hanya dilaksanakan apabila terdapat permohonan dari Wajib
Pajak tersebut. Alur kegiatan quality insurance adalah sebagai berikut:
a) Wajib Pajak yang telah menerima SPHP dari Petugas Pemeriksa Pajak
menyampaikan ketidaksetujuannya dan menyampaikan surat
permohonan quality insurance kepada Kantor Wilayah DJP;

19
b) Kantor Wilayah akan membentuk Tim Quality Insurance dan
mengundang pihak Wajib Pajak dan Tim Pemeriksa Pajak untuk
melaksanakan pembahasan;
c) Hasil pembahasan dituangkan dalam risalah quality insurance.

3) Peer Review
Peer review adalah kegiatan penelitian yang dilaksanakan terhadap
pemeriksaan yang telah diselesaikan dalam rangka memantau alur
pelaksanaan pemeriksaan yang telah dilakukan oleh UP2 Kantor
Pelayanan Pajak Pratama. Alur kegiatan peer review adalah sebagai
berikut:
a) Kantor Wilayah DJP membuat rencana peer review dan menentukan
sampel laporan hasil pemeriksaan (LHP) yang akan diteliti;
b) Tim Peer Review akan melaksanakan kegiatan peer review dan
menyampaikan hasilnya kepada Direktorat Pemeriksaan dan
Penagihan.

B.5. Ekstensifikasi
Arti kata ekstensifikasi pada dasarnya adalah memperbanyak dengan cara
menambah dan/atau memperluas. Apabila ekstensifikasi dikaitkan dengan
perpajakan dapat diartikan adalah kegiatan untuk menambah dan/atau
memperluas cakupan perpajakan meliputi subjek dan obyek perpajakan.
Kegiatan ekstensifikasi perpajakan di lapangan dilaksanakan oleh petugas
ekstensifikasi dan/atau petugas penilai pajak yang berada di Kantor Pelayanan
Pajak dengan bimbingan dari Bidang Pendaftaran, Ekstensifikasi, dan
Penilaian Kantor Wilayah DJP.

a. Pendataan Objek dan Subyek Pajak


Pendataan obyek dan subyek pajak pada kegiatan ekstensifikasi merupakan
kegiatan yang ditujukan dalam rangka menambah, mencari, serta mendata
hal-hal yang sebelumnya belum terpetakan yaitu meliputi:

20
1) Informasi baru atau pembaruan terkait obyek pajak bumi dan bangunan;
Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka menemukan obyek pajak baru
yang belum dilaporkan Wajib Pajak dalam Surat Pemberitahuan Obyek
Pajaknya (SPOP).
2) Subyek pajak baru baik orang pribadi maupun badan.
Kegiatan ini lazimnya dilaksanakan oleh petugas ekstensifikasi dengan
cara mendatangi pusat kegiatan tertentu dan melakukan penyisiran
untuk memastikan bahwa pada lokasi tersebut kewajiban formal
perpajakan telah dipenuhi.
Pada unit kerja yang diamati Penulis kegiatan ekstensifikasi tidak
dilaksanakan secara aktif sebab tugas dan fungsi tersebut tidak terdapat pada
unit kerja Kantor Wilayah DJP, tetapi dilaksanakan oleh petugas
ekstensifikasi Pajak yang berada pada unit kerja Kantor Pelayanan Pajak
Pratama.

Terlepas dari hal tersebut Kantor Wilayah DJP melalui Bidang Pendaftaran,
Ekstensifikasi, dan Penilaian memiliki tugas untuk memberikan arahan,
monitoring, dan evaluasi atas kegiatan ekstensifikasi yang dilaksanakan
oleh Kantor Pelayanan Pajak yang berada di bawah pengampuannya.

b. Pembentukan dan Pemutakhiran Basis Data Nilai Objek Pajak


Basis data nilai objek pajak terkait kegiatan ekstensifikasi secara umum
dilakukan dibentuk dan diperbarui secara berkala untuk menetapkan nilai
obyek beserta pajak terutangnya. Pembentukan dan pemutakhiran sendiri
dilaksanakan dengan beberapa cara diantaranya:
1) Secara mandiri oleh Wajib Pajak dengan menyampaikan SPOP melalui
aplikasi DJP Online. Terhadap data tersebut selanjutnya akan diolah dan
dikombinasikan dengan data lainnya yang sudah terdapat pada sistem;
dan
2) Kegiatan Penelitian lapangan yang dilaksanakan oleh petugas penilai
pajak untuk mencari serta mendata atau verifikasi obyek-obyek pajak
apabila terjadi perubahan atau penambahan.

21
Kegiatan-kegiatan dalam rangka pembentukan dan pemutakhiran basis data
nilai obyek pajak pada Kantor Wilayah DJP dilakukan oleh Bidang
Pendaftaran, Ekstensifikasi, dan Penilaian dengan ditenagai Fungsional
Penilai Pajak.

B.6. Pengawasan dan Konsultasi


Pengawasan dan konsultasi merupakan bentuk layanan yang diberikan oleh
Direktorat Jenderal Pajak kepada Para Wajib Pajak dalam rangka menjaga serta
mempermudah pelaksanaan kewajiban perpajakannya. Kegiatan ini pada
umumnya dilaksanakan oleh

Account Representative yang berada di Kantor Pelayanan Pajak dengan


bimbingan dari Bidang Data, dan Pengawasan Potensi Perpajakan di Kantor
Wilayah DJP.
a. Bimbingan Kepada Wajib Pajak dan Konsultasi Teknis Perpajakan
Unit kerja tempat pemantauan Penulis tidak terdapat jabatan Account
Representative dan tidak memiliki assigment Wajib Pajak sehingga tidak
terdapat kegiatan bimbingan dan konsultasi yang diberikan kepada Wajib
Pajak. Namun Kantor Wilayah DJP melalui Bidang Data dan Pengawasan
Potensi Perpajakan memiliki tugas untuk memberikan suplemen materi
perpajakan kepada Para Account Representative berupa:
1) Bimbingan teknis bagi Account Representative;
2) Monitoring dan evaluasi; dan
3) Sharing session dan In House Training.

b. Penyusunan Profil Wajib Pajak


Penyusunan profil pada umumnya dilakukan dengan tujuan untuk
memberikan gambaran lengkap tentang Wajib Pajak. Namun dikarenakan
Kantor Wilayah DJP tidak memiliki assigment Wajib Pajak, kegiatan
penyusunan profil Wajib Pajak tidak dilaksanakan. Kegiatan lain yang dapat
dikaitkan dengan penyusunan profil pada Kantor Wilayah DJP adalah
pelaksanaan analisis Wajib Pajak.

22
Kegiatan analisis diawali dengan adanya data pemicu yang kemudian
dilakukan analisis dengan mencari data-data penyanding lainnya pada
sistem internal Direktorat Jenderal Pajak. Hasil analisis kemudian
dituangkan dalam bentuk laporan hasil analisis atau alat keterangan yang
kemudian dikirimkan ke Kantor Pelayanan Pajak untuk ditindaklanjuti.

c. Analisis Kinerja Wajib Pajak


Kegiatan analisis kinerja Wajib Pajak pada unit kerja Kantor Wilayah DJP
tidak dilakukan pada skala mikro yaitu satu persatu Wajib Pajak tetapi
secara makro yaitu kinerja perwilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak.

Kegiatan analisis kinerja Kantor Pelayanan Pajak didapatkan dengan


melakukan perbandingan variabel:
1) Kinerja penerimaan
2) Kinerja kepatuhan
3) Kinerja penerbitan surat tagihan pajak
4) Kinerja dinamisasi
5) Kinerja pencapaian SP2DK
pada data internal DJP yang telah dicapai pada tahun berjalan dengan
dibandingkan pada tahun lalu di periode yang sama.

d. Rekonsiliasi Data Wajib Pajak Dalam Rangka Melakukan Intensifikasi


Rekonsiliasi data dilakukan dalam rangka mencegah adanya blankspot
pembayaran dan pelaporan perpajakan yang dilaksanakan oleh instansi
pemerintahan sehingga menimbulkan hilangnya potensi penerimaan negara.
Kegiatan rekonsiliasi dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pajak bersama
dengan Direktorat Jenderal Perbendaharaan Negara dan Pemerintah Daerah.
Kegiatan dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak sesuai dengan wilayah
kerjanya.

23
e. Pembetulan Ketetapan Pajak, Pengurangan PBB dan BPHTB, serta Evaluasi
Hasil Banding
1) Pembetulan Ketetapan Pajak
Meskipun hampir seluruh cara kerja pada Kanwil DJP dimana penulis
melakukan pemantauan telah dilakukan secara sistem, tetapi terdapat
beberapa tugas yang dilakukan secara manual oleh petugas. Pelaksanaan
tugas secara manual ini terkadang menimbulkan beberapa kesalahan
seperti kesalahan hitung dan kesalahan tulis.

Apabila hal tersebut terjadi, maka petugas akan melakukan pembetulan


terhadap kesalahan tersebut dengan menerbitkan berita acara pembetulan
yang menyebutkan kesalahan yang terjadi, data yang salah, dan data yang
seharusnya untuk kemudian ditandatangani bersama dengan para
pimpinan.

2) Pengurangan PBB dan BPHTB


Wajib Pajak yang menginginkan pengurangan atas pengenaan PBB
maupun terhadap BPHTB dapat mengajukan permohonan pengurangan
kepada Kepala
Kanwil DJP. Permohonan yang diajukan sebelum diproses akan
dilakukan penelitian terhadap kelengkapan formil dan materilnya.
Selanjutnya apabila seluruh kelengkapan telah dilengkapi akan
dilakukan penelaahan oleh petugas penelaah dan dilanjutkan dengan
penerbitan Surat Keputusan.

3) Evaluasi Hasil Banding


Sistem perpajakan di Indonesia memberikan fasilitas kepada Wajib Pajak
yang belum puas dengan hasil keberatan baik seluruhnya maupun
sebagian untuk dapat mengajukan banding kepada Pengadilan Pajak.
Selanjutnya setelah keputusan dari hakim pajak telah ditetapkan maka
Kanwil DJP akan menerima putusan untuk melaksanakan evaluasi atas
hasil banding.

24
BAB IV
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Berikut simpulan penulis atas pemantauan pelaksanaan kegiatan perpajakan
pada Kantor Wilayah DJP yang telah diamati:
1. Kegiatan-kegiatan dalam rangka mendukung pelaksanaan perpajakan pada
Kantor Wilayah DJP dilaksanakan dengan pembagian tugas dan fungsi
kepada tiap-tiap bidang;
2. Tidak seluruh kegiatan pada sistematika pelaporan praktik kerja lapangan
dilaksanakan pada unit Kantor Wilayah DJP sebab tugas dan fungsi tersebut
tidak terdapat pada unit kerja Kantor Wilayah DJP, tetapi pada unit kerja
Kantor Pelayanan yang berada di bawah pengampuannya;
3. Kantor Wilayah DJP memiliki tugas dan fungsi untuk melakukan
koordinasi, bimbingan dan evaluasi terhadap pelaksanaan kerja dari Kantor
Pelayanan yang berada di bawah pengampuannya.

B. Saran
Kantor Wilayah DJP telah melaksanakan seluruh tugas dan fungsinya sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Selanjutnya diharap agar Kantor
Wilayah DJP selalu menjaga hubungan baik kepada pihak internal maupun
eksternal demi menjaga kelancaran tugas-tugas.

25
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

1. https://www.kemenkeu.go.id/media/16835/informasi-apbn-2021.pdf
2. https://www/kemenkeu.go.id/publikasi/laporan/laporan-keuangan-pemerintah-
pusat/
3. https://www.instagram.com/pajaksuluttenggomalut/
4. Undang-Undang nomor 19 Tahun 1997 s.t.d.d. Undang-Undang nomor 19
Tahun 2000
5. Peraturan Menteri Keuangan nomor 210/PMK.01/2017 s.t.d.d. Peraturan
Menteri Keuangan nomor 184/PMK.01/2020

26
BAB VI
LAMPIRAN-LAMPIRAN

A. Aplikasi
A.1 SIDJP

Aplikasi Sistem Informasi dan Monitoring di Direktorat Jenderal Pajak yang


digunakan oleh fiskus dalam menjalankan tugasnya. Dalam aplikasi ini fiskus
dapat melakukan monitoring terkait Keberatan Wajib Pajak, Pelayanan kepada
Wajib Pajak, Kegiatan Ekstensifikasi, Data Wajib Pajak, Kegiatan
Pemeriksaan dan Penagihan, Pengawasan Wajib Pajak, Kepatuhan SPT, PBB
dan Verifikasi Pajak.

A.2 SIDJP NINE

27
Direktorat Jenderal Pajak menerapkan moderanisasi sistem perpajakan yaitu
menerapkan suatu sistem informasi yang berbasis kecerdasan yang bertujuan
untuk mencapai tingkat efisiensi dan efektivitas. Sistem informasi ini dikenal
dengan Sistem Informasi Direktorat Jenderal Pajak New Improved Novelty
Excellence (SIDJP NINE). SIDJP NINE merupakan aplikasi yang mendukung
jalannya bisnis utama dalam lingkungan DJP dan terhubung dengan satu
jaringan kerja yang berada di kantor pusat. Aplikasi ini menunjang pekerjaan
yang dilakukan oleh para pegawai DJP sistem pencatatan data secara online.

A.3 DJP Online

DJP Online adalah salah satu aplikasi pajak online dari Direktorat Jenderal
Pajak yang fungsinya memberikan fasilitas kepada Wajib Pajak untuk lapor
SPT Pajak atau pembayaran pajak secara online melalui aplikasi e-filing & e-
Billing Pajak.

28
B. TEMPAT MAGANG
B.1 Foto Kantor

B.2 Foto Ruang Kerja

29
B.3 Foto Ruang Arsip

30

Anda mungkin juga menyukai