Anda di halaman 1dari 14

KEPAILITAN DALAM PRESPEKTIF HUKUM BISNIS

Makalah ini disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah

“Hukum Ekonomi dan Bisnis”

Dosen Pengampu: Bagus Rohmatullah.,ME.Sy

Disusun Oleh:

1. Dina Nurul Fauzian 21.05.0297

2. Intan Nabilah 21. 05.029

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM PERSIS BANDUNG

2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang karena dengan
rahmat, karunia serta taufik dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah"
Kepailitan dalam Prespektif Hukum Bisnis" dengan baik meskipun masih terdapat
kekurangan didalamnya. Dan kami juga berterima kasih pada Bapak Bagus
Rohmatulloh, M.E selaku dosen mata kuliah Hukum Ekonomi dan Bisnis yang
telah memberikan tugas ini kepada kami, sehingga kami dapat mempelajari lebih
mendalam mengenai Etika Bisnis dalam Islam.

Kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan dalam menambah


wawasan serta ilmu pengetahuan kita dalam hal Kami benar-benar menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh kamna itulah, kami
mengarapkan umpan balik mengenai saran dan usulan untuk perbaikan makalah
yang telah kami buat supaya menjadi lebih baik lagi kedepannya. Yang mengingat
bahwa dalam kesempurnaan di perlukannya saran yang konstruktif.

Semoga siapa pun yang membaca makalah ini dapat memahami dengan
baik. Setidaknya makalah yang telah disusun ini dapat bermanfaat bagi kami serta
untuk memenuhi nilai mata kuliah Hukum Ekonomi dan Bisnis. Sebelumnya kami
mohon maaf jika terdapat adanya kesalahan kata-kata dalam penulisan ini yang
kurang berkenan di hati pembaca.

Bandung, 5 November 2023

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2

DAFTAR ISI............................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4

A. Latar Belakang..............................................................................................4

B. Rumusan Masalah.........................................................................................5

C. Tujuan Penulisan...........................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6

A. Perngertian Kepailitan Umum dan Syariah..................................................6

B. Tujuan Kepailitan..........................................................................................8

C. Syarat Kepailitan...........................................................................................9

D. Cara Mencegah Terjadinya Pailit………………………………………….9


E. Tugas Kurator…………………………………………………………….10

BAB III PENUTUP...............................................................................................13

A. Kesimpulan.................................................................................................13

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepailitan berasal dari bahasa Perancis, failite yang berarti kemacetan
pembayaran. Secara tata bahasa, kepailitan berarti segala hal yang berhubungan
dengan pailit. Kepailitan merupakan suatu proses di mana seorang debitur yang
mempunyai kesulitan keuangan untuk membayar utangnya dinyatakan pailit oleh
pengadilan, dalam hal ini Pengadilan Niaga, di karenakan debitur tidak dapat
membayar hutangnya.

Saat ini hampir tidak ada negara yang tidak megenal kata kepailitan dalam
hukumnya. Di Indonesia, secara formal, hukum kepailitan sudah ada bahkan
sudah ada Undang-Undang Khusus sejak Tahun 1905, dengan di berlakukannya
S.1905-217 ERSITAS juncto S. 1906-348. Bahkan dalam sehari-hari, kata-kata
bangkrut lebih dikenal Definisi pailit atau bangkrut menurut Black's Law
Dictionary adalah seorang SEMA pedagang yang bersembunyi atau melakukan
tindakan tertentu yang cenderung mengelabuhi pihak kreditornya. Sementara itu,
dalam Pasal 1 butir 1 Undang-Undang No.37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, kepailitan adalah sita umum atas
semua kekayaan debitor pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan
oleh kurator di bawah pengawasan hakim pengawas sebagaimana diatur dalam
undang-undang ini.

Tujuan utama kepailitan adalah untuk melakukan pembagian antara para


kreditur atas kekayaan debitur oleh kurator. Kepailitan dimaksudkan untuk
menghindari terjadinya sitaan terpisah atau eksekusi terpisah oleh kreditur dan
menggantikannya dengan mengadakan sitaan bersama sehingga kekayaan debitur
dapat di bagikan kepada semua kreditur sesuai dengan hak masing-masing.
Lembaga kepailitan pada dasarnya merupakan suatu lembaga yang memberikan
suatu solusi terhadap para pihak apabila debitur dalam keadaan berhenti
membayar atau tidakmampu membayar.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari Kepailitan Umum dan Kepailitan Syariah?
2. Bagaimana tujuan dari Kepailitan?
3. Apa saja syarat-syarat dari kepailitan?
4. Bagaiman cara menjegah terjadinya Kepailitan?
5. Apa saja Tugas-tugas dari Kurator?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui mengenai pengertian Kepailitan
2. Untuk mengetahui bagaimana tujuan dari Kepailitan
3. Untuk mengetahui apa saja syarat-syarat dari Kepailitan
4. Untuk menetahui bagaimana cara maencegah agar tidak terjadinya
Kepailitan
5. Untuk mengetahui apa saja tugas-tugas dari kurator
BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian Kepailitan Umum dan Syariah

1. Pengertian Kepailitan Umum

Kepailitan berasal dari bahasa Perancis, failite yang berarti kemacetan


pembayaran. Secara tata bahasa, kepailitan berarti segala hal yang berhubungan
dengan pailit. Kepailitan merupakan suatu proses di mana seorang debitur yang
mempunyai kesulitan keuangan untuk membayar utangnya dinyatakan pailit oleh
pengadilan, dalam hal ini Pengadilan Niaga, di karenakan debitur tidak dapat
membayar hutangnya.

Pailit dan kepailitan adalah suatu keadaan hukum yang dapat terjadi
kepada setiap subjek hukum badan hukum. Keadaan tersebut hanya dapat terjadi
dengan suatu keputusan hakim dalam proses pengadilan tata usaha. Keadaan
hukum tersebut mengakibatkan subjek hukum yang bersangkutan menjadi "tidak
cakap atau tidak mampu” menjadi subjek hukum sehingga tidak mampu
melakukan perbuatan-perbuatan hukum, khususnya harta kekayaan. Secara umum
keadaan pailit yang ditetapkan pengadilan sangat dihindari oleh pelaku ekonomi
khususnya pengusaha.

Kepailitan merupakan suatu proses di mana seorang debitur yang


mempunyai kesulitan keuangan untuk membayar utangnya dinyatakan pailit oleh
pengadilan, dalam hal ini pengadilan niaga, dikarenakan debitur tersebut tidak
dapat membayar utangnya. Harta debitur dapat dibagikan kepada para kreditur
sesuai dengan peraturan pemerintah.

Dalam hal seorang debitur hanya mempunyai satu kreditur dan debitur
tidak membayar utangnya dengan suka rela, maka kreditur akan menggugat
debitur secara perdata ke Pengadilan Negeri yang berwenang dan seluruh harta
debitur menjadi sumber pelunasan utangnya kepada kreditor tersebut. Hasil bersih
eksekusi harta debitur dipakai untuk membayar kreditor tersebut. Sebaliknya
dalam hal debitur mempunyai banyak kreditur dan harta kekayaan debitur tidak
cukup untuk membayar lunas semua kreditur, maka para kreditur akan berlomba
dengan segala cara, baik yang halal maupun yang tidak, untuk mendapatkan
pelunasan tagihannya terlebih dahulu. Kreditur yang datang belakangan mungkin
sudah tidak dapat lagi pembayaran karena harta debitur sudah habis. Hal ini
sangat tidak adil dan merugikan. Menurut Kartini Muljadi, inilah yang menjadi
maksud dan tujuan dari Undang-Undang Kepailitan, yaitu untuk menghindari
terjadinya keadaan.

2. Pengertian Kepailitan Syariah

Kepailitan dalam bisnis syariah, juga dikenal sebagai "Muflis" dalam


konteks hukum Islam, adalah kondisi di mana sebuah perusahaan atau entitas
usaha yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah menghadapi kesulitan
keuangan serius hingga tidak mampu memenuhi kewajiban keuangan kepada
kreditur atau pemegang saham. Penjelasan lebih lanjut tentang kepailitan dalam
bisnis syariah:

a. Kondisi Keuangan Buruk: Kepailitan biasanya terjadi ketika entitas bisnis


mengalami tekanan keuangan yang signifikan, seperti utang yang tidak dapat
dibayar atau kerugian yang terakumulasi.

b. Prinsip Larangan Riba: Dalam bisnis syariah, pembayaran bunga (riba) kepada
kreditur dilarang. Oleh karena itu, penanganan kepailitan harus memastikan
bahwa tidak ada pembayaran bunga kepada kreditur dalam proses tersebut.

c. Transparansi dan Keadilan: Proses kepailitan dalam bisnis syariah harus


dilakukan secara adil dan transparan. Semua aset dan utang perusahaan harus
diungkapkan dengan jelas. Pembagian hasil penjualan aset harus dilakukan
dengan memperhatikan prinsip-prinsip keadilan dalam Islam.

d. Pembagian Hasil: Hasil dari penjualan aset perusahaan yang pailit harus dibagi
sesuai dengan prinsip syariah, yang mungkin mencakup pembayaran kepada
kreditur, pemegang saham, dan entitas amil (pengelola).
e. Alternatif Restrukturisasi: Dalam beberapa kasus, upaya restrukturisasi bisnis
dapat dipertimbangkan sebelum kepailitan untuk memulihkan kondisi keuangan
perusahaan. Restrukturisasi harus mematuhi prinsip-prinsip syariah.

f. Pengawasan Syariah: Proses kepailitan dalam bisnis syariah harus diawasi oleh
otoritas syariah yang kompeten atau badan pengawasan Islam untuk memastikan
kepatuhan terhadap hukum Islam.

Kepailitan dalam bisnis syariah membutuhkan pendekatan yang sesuai


dengan prinsip-prinsip ekonomi Islam dan keadilan. Hal ini bertujuan untuk
melindungi hak-hak semua pihak yang terlibat, termasuk kreditur, pemegang
saham, dan entitas bisnis itu sendiri, sekaligus menjaga integritas prinsip-prinsip
syariah.

B. Tujuan Kepailitan

Tujuan utama kepailitan adalah untuk melakukan pembagian antara para


kreditur atas kekayaan debitur oleh kurator. Kepailitan dimaksudkan untuk
menghindari terjadinya sitaan terpisah atau eksekusi terpisah oleh kreditur dan
menggantikannya dengan mengadakan sitaan bersama sehingga kekayaan debitur
dapat dibagikan kepada semua kreditur sesuai dengan hak masing-masing.
Lembaga kepailitan pada dasarnya merupakan suatu lembaga yang memberikan
suatu solusi terhadap para pihak apabila debitur dalam keadaan berhenti
membayar/tidak mampu membayar. Lembaga kepailitan pada dasarnya
mempunyai dua fungsi sekaligus, yaitu:

1. kepailitan sebagai lembaga pemberi jaminan kepada kreditur bahwa


debitur tidak akan berbuat curang, dan tetap bertanggung jawab terhadap
semua hutang-hutangnya kepada semua kreditur.

2. kepailitan sebagai lembaga yang juga memberi perlindungan kepada


debitur terhadap kemungkinan eksekusi massal oleh kreditur- krediturnya.
Jadi keberadaan ketentuan tentang kepailitan baik sebagai suatu lembaga
atau sebagai suatu upaya hukum khusus merupakan satu rangkaian konsep
yang taat asas sesuai dengan ketentuan sebagaimana diatur dalam pasal
1131 dan 1132 KUH Perdata.

Pasal 1131 dan 1132 KUH Perdata merupakan perwujudan adanya


jaminan kepastian pembayaran atas transaksi-transaksi yang telah diadakan oleh
debitur terhadap kreditur-krediturnya dengan kedudukan yang proporsional.
Adapun hubungan kedua pasal tersebut adalah sebagai berikut: "Bahwa kekayaan
debitur (pasal 1131) merupakan jaminan bersama bagi semua krediturnya (pasal
1132) secara proporsional, kecuali kreditur dengan hak mendahului (hak
Preferens)."

C. Syarat Kepailitan

Dalam undang-undang Kepailitan, persyaratan untuk dapat dipailitkan


sungguh sangat sederhana. Pasal 1 ayat (1) UUKPKPU, menentukan bahwa yang
dapat dipailitkan adalah debitur yang mempunyai dua atau lebih kreditur dan tidak
membayar sedikitnya satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih,
dinyatakan pailit dengan putusan pengadilan yang berwenang sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2, baik atas permohonannya sendiri maupun atas
permintaan seorang atau lebih krediturnya.

Dari paparan di atas, maka telah jelas, bahwa untuk bisa dinyatakan pailit, debitur
harus telah memenuhi tiga syarat yaitu:

1. Memiliki minimal dua kreditur.

2. Tidak membayar minimal satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat
ditagih.

3. Kreditur yang tidak dibayar tersebut, kemudian dapat dan sah secara
hukum untuk mempailitkan kreditur, tanpa melihat jumlah piutangnya.

D. Cara Mencegah Terjadinya Pailit


Pailit adalah sesuatu yang bisa dicegah. Beberapa hal yang bisa
dilakukan sebagai langkah pencegahan atau preventif yaitu:
1. Mengelola keuangan sebaik mungkin
2. Menciptakan strategi bisnis yang efektif, efisien, dan dapat dijalankan
dengan baik
3. Rutin mengevaluasi jalannya bisnis dari waktu ke waktu agar bisa
dilakukan penanganan sedini mungkin jika terjadi hal-hal yang tidak
semestinya
4. Meningkatkan pelayanan pada konsumen atau pelanggan
5. Berinovasi dan bersikap terbuka terhadap ide dan masukan yang ada
dari anggota perusahaan maupun konsumen
6. Meminta pendapat dari profesional terkait pengembangan bisnis dan
perencanaan langkah berikutnya
7. Terus meningkatkan potensi perusahaan melalui program pelatihan
yang nantinya bisa diikuti oleh para karyawan atau anggota perusahaan
E. Tugas Kurator

Deskripsi tugas seorang kurator dan pengurus dalam kepailitan tersebar


dalam pasal-pasal di Undang-undang Kepailitan. Namun tugas kurator dan
pengurus yang paling fundamental (sebagaimana diatur dalam pasal 67 ayat satu
(1) UUKPKPU), adalah untuk melakukan pengurusan dan pemberesan harta
pailit. Dalam melakukan tugas ini kurator maupun pengurus memiliki satu visi
utama, yaitu mengambil keputusan yang memaksimalisasikan nilai harta pailit.
terbaik untuk Lebih jauh lagi tugas kurator pengurus dapat dilihat pada job
description dari kurator pengurus, karena setidaknya ada 3 jenis penugasan yang
dapat diberikan kepada kurator pengurus dalam hal proses kepailitan, yaitu:

1. Sebagai Kurator Sementara

Kurator sementara ditunjuk dengan tujuan untuk mencegah kemungkinan


debitur melakukan tindakan yang mungkin dapat merugikan hartanya, selama
jalannya proses beracara pada pengadilan sebelum debitur dinyatakan pailit.
Tugas utama kurator sementara adalah untuk:

a) mengawasi pengelolaan usaha debitur


b) mengawasi pembayaran kepada kreditur, pengalihan atau pengagunan
kekayaan debitur yang dalam rangka kepailitan memerlukan kurator (ps.7
UUKPKPU).

Secara umum tugas kurator sementara tidak banyak berbeda dengan


pengurus, namun karena pertimbangan keterbatasan kewenangan dan efektivitas
yang ada pada kurator sementara, maka sampai saat ini sedikit sekali terjadi
penunjukan kurator sementara.

2. Sebagai Pengurus

Pengurus ditunjuk dalam hal adanya Penundaan Kewajiban Pembayaran


Utang (PKPU). Tugas pengurus hanya sebatas menyelenggarakan
pengadministrasian proses PKPU, seperti misalnya melakukan pengumuman,
mengundang rapat-rapat kreditur, ditambah dengan pengawasan terhadap kegiatan
pengelolaan usaha yang dilakukan oleh debitur dengan tujuan agar debitur tidak
melakukan hal-hal yang mungkin dapat merugikan hartanya. Perlu diketahui
bahwa dalam PKPU debitur masih memiliki kewenangan untuk mengurus
hartanya sehingga kewenangan pengurus sebatas hanya mengawasi belaka.

3. Sebagai Kurator

Kurator ditunjuk pada saat debitur dinyatakan pailit, sebagai akibat dari
keadaan pailit, maka debitur kehilangan hak untuk mengurus harta kekayaannya,
dan oleh karena itu kewenangan pengelolaan harta pailit jatuh ke tangan kurator.

Dari berbagai jenis tugas bagi Kurator dalam melakukan pengurusan dan
pemberesan, maka dapat disarikan bahwa kurator memiliki beberapa tugas utama,
yaitu:

a. Tugas Administratif

Dalam kapasitas administratifnya Kurator bertugas untuk


mengadministrasikan proses-proses yang terjadi dalam kepailitan, misalnya
melakukan pengumuman (ps. 13 (4) UUK), mengundang rapat-rapat kreditur,
mengamankan harta kekayaan debitur pailit, melakukan inventarisasi harta pailit
(ps. 91 UUKPKPU), serta membuat laporan rutin kepada hakim pengawas (ps. 70
B (1) UUKPKPU).

Dalam menjalankan kapasitas administratifnya Kurator memiliki kewenangan


antara lain;

1) kewenangan untuk melakukan upaya paksa seperti paksa badan (ps. 84


(1) UUKPKPU),

2) melakukan penyegelan (bila perlu) (ps. 90 (1) UUKPKPU)

b. Tugas Mengurus/mengelola harta pailit

Selama proses kepailitan belum sampai pada keadaan insolvensi (pailit),


maka kurator dapat melanjutkan pengelolaan usaha-usaha debitur pailit
sebagaimana layaknya organ perseroan (direksi) atas ijin rapat kreditur (ps. 95 (1)
UUKPKPU).

Pengelolaan hanya dapat dilakukan apabila debitur pailit masih memiliki suatu
usaha yang masih berjalan. Kewenangan yang diberikan dalam menjalankan
pengelolaan ini termasuk diantaranya;

1) kewenangan untuk membuka seluruh korespondensi yang ditujukan


kepada debitur pailit (ps. 14 jo ps.96 UUKPKPU),

2) kewenangan untuk meminjam dana pihak ketiga dengan dijamin dengan


harta pailit yang belum dibebani demi kelangsungan usaha (ps. 67 (3)-(4)
UUKPKPU),

3) kewenangan khusus untuk mengakhiri sewa, memutuskan hubungan


kerja, dan perjanjian lainnya.

c. Tugas Melakukan penjualan-pemberesan

Tugas yang paling utama bagi Kurator adalah untuk melakukan


pemberesan. Maksudnya pemberesan di sini adalah suatu keadaan dimana kurator
melakukan pembayaran kepada para kreditor konkuren dari hasil penjualan harta
pailit.
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Istilah kepailitan sering kali masih terasa awam bagi sebagian orang,
walau istilah ini sering digunakan dalam dunia bisnis dan usaha. Jadi Kepailitan
merupakan suatu proses penyelesaian sengketa bisnis melalui jalur litigasi yaitu
melalui pengadilan niaga.

Kepailitan dalam bisnis syariah, juga dikenal sebagai "Muflis" dalam


konteks hukum Islam, adalah kondisi di mana sebuah perusahaan atau entitas
usaha yang beroperasi sesuai dengan prinsip-prinsip syariah menghadapi kesulitan
keuangan serius hingga tidak mampu memenuhi kewajiban keuangan kepada
kreditur atau pemegang saham.

Umumnya perusahaan menjadi pailit karena tidak mampu bersaing dalam


pasar dan mengalami proses inovasi yang lamban. Kebutuhan konsumen dapat
berubah dengan cepat. Selain itu, dengan perkembangan teknologi informasi saat
ini. Tren dan produk baru dapat muncul setiap saat.

Sebuah Perusahaan dinyatakan pailit atau bangkrut harus melalui putusan


pengadilan. Dengan pailitnya Perusahaan itu, berarti Perusahaan menghentikan
segala aktivitasnya dan dengan demikian tidak lagi dapat mengadakan transaksi
dengan pihak lain, kecuali untuk likuidasi.

Dalam hukum kepailitan, terkait syarat kepailitan sebenarnya dapat Anda


temukan secara jelas bunyinya dalam Pasal 2 ayat (1) UU Kepailitan. Yaitu
Memiliki minimal dua kreditur, Tidak membayar minimal satu utang yang telah
jatuh tempo dan dapat ditagih, Kreditur yang tidak dibayar tersebut,

Tugas kurator dan pengurus yang paling fundamental adalah untuk


melakukan pengurusan dan pemberesan harta pailit. Dalam melakukan tugas ini
kurator maupun pengurus memiliki satu visi utama, yaitu mengambil keputusan
yang memaksimalisasikan nilai harta pailit.
DAFTAR PUSTAKA

Bangkrut dan Pailit adalah 2 hal yang Berbeda (2022). diakses pada tangal 5
November 2023.https://www.bfi.co.id/id/blog/bangkrut-dan-pailit-adalah-
dua-hal-yang-berbeda-ini-perbedaannya
Saira, Eri Martha. 2017. ASPEK HUKUM dalam EKONOMI (BISNIS).
Ponogoro : CV. Nata Karya

Anda mungkin juga menyukai