Disusun Oleh:
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang karena dengan
rahmat, karunia serta taufik dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan makalah"
Kepailitan dalam Prespektif Hukum Bisnis" dengan baik meskipun masih terdapat
kekurangan didalamnya. Dan kami juga berterima kasih pada Bapak Bagus
Rohmatulloh, M.E selaku dosen mata kuliah Hukum Ekonomi dan Bisnis yang
telah memberikan tugas ini kepada kami, sehingga kami dapat mempelajari lebih
mendalam mengenai Etika Bisnis dalam Islam.
Semoga siapa pun yang membaca makalah ini dapat memahami dengan
baik. Setidaknya makalah yang telah disusun ini dapat bermanfaat bagi kami serta
untuk memenuhi nilai mata kuliah Hukum Ekonomi dan Bisnis. Sebelumnya kami
mohon maaf jika terdapat adanya kesalahan kata-kata dalam penulisan ini yang
kurang berkenan di hati pembaca.
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................2
DAFTAR ISI............................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
A. Latar Belakang..............................................................................................4
B. Rumusan Masalah.........................................................................................5
C. Tujuan Penulisan...........................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................6
B. Tujuan Kepailitan..........................................................................................8
C. Syarat Kepailitan...........................................................................................9
A. Kesimpulan.................................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................14
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kepailitan berasal dari bahasa Perancis, failite yang berarti kemacetan
pembayaran. Secara tata bahasa, kepailitan berarti segala hal yang berhubungan
dengan pailit. Kepailitan merupakan suatu proses di mana seorang debitur yang
mempunyai kesulitan keuangan untuk membayar utangnya dinyatakan pailit oleh
pengadilan, dalam hal ini Pengadilan Niaga, di karenakan debitur tidak dapat
membayar hutangnya.
Saat ini hampir tidak ada negara yang tidak megenal kata kepailitan dalam
hukumnya. Di Indonesia, secara formal, hukum kepailitan sudah ada bahkan
sudah ada Undang-Undang Khusus sejak Tahun 1905, dengan di berlakukannya
S.1905-217 ERSITAS juncto S. 1906-348. Bahkan dalam sehari-hari, kata-kata
bangkrut lebih dikenal Definisi pailit atau bangkrut menurut Black's Law
Dictionary adalah seorang SEMA pedagang yang bersembunyi atau melakukan
tindakan tertentu yang cenderung mengelabuhi pihak kreditornya. Sementara itu,
dalam Pasal 1 butir 1 Undang-Undang No.37 Tahun 2004 Tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang, kepailitan adalah sita umum atas
semua kekayaan debitor pailit yang pengurusan dan pemberesannya dilakukan
oleh kurator di bawah pengawasan hakim pengawas sebagaimana diatur dalam
undang-undang ini.
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui mengenai pengertian Kepailitan
2. Untuk mengetahui bagaimana tujuan dari Kepailitan
3. Untuk mengetahui apa saja syarat-syarat dari Kepailitan
4. Untuk menetahui bagaimana cara maencegah agar tidak terjadinya
Kepailitan
5. Untuk mengetahui apa saja tugas-tugas dari kurator
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Kepailitan Umum dan Syariah
Pailit dan kepailitan adalah suatu keadaan hukum yang dapat terjadi
kepada setiap subjek hukum badan hukum. Keadaan tersebut hanya dapat terjadi
dengan suatu keputusan hakim dalam proses pengadilan tata usaha. Keadaan
hukum tersebut mengakibatkan subjek hukum yang bersangkutan menjadi "tidak
cakap atau tidak mampu” menjadi subjek hukum sehingga tidak mampu
melakukan perbuatan-perbuatan hukum, khususnya harta kekayaan. Secara umum
keadaan pailit yang ditetapkan pengadilan sangat dihindari oleh pelaku ekonomi
khususnya pengusaha.
Dalam hal seorang debitur hanya mempunyai satu kreditur dan debitur
tidak membayar utangnya dengan suka rela, maka kreditur akan menggugat
debitur secara perdata ke Pengadilan Negeri yang berwenang dan seluruh harta
debitur menjadi sumber pelunasan utangnya kepada kreditor tersebut. Hasil bersih
eksekusi harta debitur dipakai untuk membayar kreditor tersebut. Sebaliknya
dalam hal debitur mempunyai banyak kreditur dan harta kekayaan debitur tidak
cukup untuk membayar lunas semua kreditur, maka para kreditur akan berlomba
dengan segala cara, baik yang halal maupun yang tidak, untuk mendapatkan
pelunasan tagihannya terlebih dahulu. Kreditur yang datang belakangan mungkin
sudah tidak dapat lagi pembayaran karena harta debitur sudah habis. Hal ini
sangat tidak adil dan merugikan. Menurut Kartini Muljadi, inilah yang menjadi
maksud dan tujuan dari Undang-Undang Kepailitan, yaitu untuk menghindari
terjadinya keadaan.
b. Prinsip Larangan Riba: Dalam bisnis syariah, pembayaran bunga (riba) kepada
kreditur dilarang. Oleh karena itu, penanganan kepailitan harus memastikan
bahwa tidak ada pembayaran bunga kepada kreditur dalam proses tersebut.
d. Pembagian Hasil: Hasil dari penjualan aset perusahaan yang pailit harus dibagi
sesuai dengan prinsip syariah, yang mungkin mencakup pembayaran kepada
kreditur, pemegang saham, dan entitas amil (pengelola).
e. Alternatif Restrukturisasi: Dalam beberapa kasus, upaya restrukturisasi bisnis
dapat dipertimbangkan sebelum kepailitan untuk memulihkan kondisi keuangan
perusahaan. Restrukturisasi harus mematuhi prinsip-prinsip syariah.
f. Pengawasan Syariah: Proses kepailitan dalam bisnis syariah harus diawasi oleh
otoritas syariah yang kompeten atau badan pengawasan Islam untuk memastikan
kepatuhan terhadap hukum Islam.
B. Tujuan Kepailitan
C. Syarat Kepailitan
Dari paparan di atas, maka telah jelas, bahwa untuk bisa dinyatakan pailit, debitur
harus telah memenuhi tiga syarat yaitu:
2. Tidak membayar minimal satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat
ditagih.
3. Kreditur yang tidak dibayar tersebut, kemudian dapat dan sah secara
hukum untuk mempailitkan kreditur, tanpa melihat jumlah piutangnya.
2. Sebagai Pengurus
3. Sebagai Kurator
Kurator ditunjuk pada saat debitur dinyatakan pailit, sebagai akibat dari
keadaan pailit, maka debitur kehilangan hak untuk mengurus harta kekayaannya,
dan oleh karena itu kewenangan pengelolaan harta pailit jatuh ke tangan kurator.
Dari berbagai jenis tugas bagi Kurator dalam melakukan pengurusan dan
pemberesan, maka dapat disarikan bahwa kurator memiliki beberapa tugas utama,
yaitu:
a. Tugas Administratif
Pengelolaan hanya dapat dilakukan apabila debitur pailit masih memiliki suatu
usaha yang masih berjalan. Kewenangan yang diberikan dalam menjalankan
pengelolaan ini termasuk diantaranya;
PENUTUP
A. Kesimpulan
Istilah kepailitan sering kali masih terasa awam bagi sebagian orang,
walau istilah ini sering digunakan dalam dunia bisnis dan usaha. Jadi Kepailitan
merupakan suatu proses penyelesaian sengketa bisnis melalui jalur litigasi yaitu
melalui pengadilan niaga.
Bangkrut dan Pailit adalah 2 hal yang Berbeda (2022). diakses pada tangal 5
November 2023.https://www.bfi.co.id/id/blog/bangkrut-dan-pailit-adalah-
dua-hal-yang-berbeda-ini-perbedaannya
Saira, Eri Martha. 2017. ASPEK HUKUM dalam EKONOMI (BISNIS).
Ponogoro : CV. Nata Karya