A. PENDAHULUAN.
Pasar uang adalah keseluruhan permintaan dan penawaran dana-
dana atau surat-surat berharga yang mempunyai jangka waktu satu tahun atau
kurang dari satu tahun dan dapat disalurkan melalui lembaga-lembaga
perbankan. Di pasar uang ini diperjualbelikan instrumen kredit jangka pendek.
Kredit yang dimaksud bisa berupa kredit harian (0n Call), kredit bulanan (
Prolongasi ) maupun kredit tiga bulanan (Belening).
Adanya pasar uang ini beranjak dari kondisi prekonomian dunia yang
tidak stabil, bahkan telah terjadinya krisis moneter secara global, sehinga
timbullah pemikiran untuk diadakannya sistem simpan pinjam, kredit baik jangka
pendek maupun jangka panjang seperti SBI, SBPU, SUN, Repurchase
Agrement, dan diharapkan dapat membantu di saat krisis moneter.
Instrumen pasar uang di Indonesia dijual belikan dalam pasar uang
yang jenisnya cukup banyak seperti Sertifikan Bank Indonesia ( SBI ), Surat
Berharga Pasar Uang (SBPU), dan Sertifikat Deposito meliputi Commercial
Papar, Call Mony, Repuchase Agreseement, dan Banker’s Acceptence.
Di Indonesia dalam kehidupan ummat, untuk kesejahteraan hidupnya
memerlukan jasa perbankan, dan salah satu produk perbankan yang saat ini
berkembang adalah Valuta Asing. Untuk memenuhi berbagai keperluan
masyarakat dalam negeri atau yang sering bepergian kemanca negara,
diperlukan adanya pasar tempat pertukaran mata uang, atau transaksi jual beli
mata uang, baik antar mata uang sejenis maupun antar mata uang berlainan
jenis.
Dalam pandangan Islam, pada dasarnya transaksi jual beli adalah
sebagai sebuah aktivitas ekonomi dalam kehidupan manusia yang tidak
mungkin dihindari, hal ini memiliki dasar seperti tersebut dalam surah Al
Baqarah ayat 275.
1
Ketua Pengadilan Agama Stabat.
Bagi kaum muslimin, transaksi valuta asing sangat diperlukan dalam
rangka efisiensi dengan berdasarkan prinsip-prinsip syari’ah. Berkenaan dengan
hal ini, dalam ‘urf tijari (tradisi perdagangan) transaksi valuta asing dikenal pula
beberapa bentuk transaksi yang status hukumnya dalam pandangan Islam
berbeda-beda antara satu bentuk dengan bentuk yang lainnya. Dengan kata
lain, tidak semua jenis tansaksi valuta asing dibenarkan oleh hukum Islam.
Perbankan syari’ah sebagai lembaga keuangan yang memfasilitasi
perdagangan internasional tentu tidak dapat menghindarkan diri dari
keterlibatannya dalam transaksi valuta asing. Karena itu perbankan syariah yang
salah satunya bergerak dalam bisnis syari’ah harus menyusun kontruksi rancang
bangun transaksi valuta asing, tanpa harus terlibat pada mekanisme transaksi
valuta asing yang bertentangan dengan prinsip-prinsip syari’ah.
Bagi hakim-hakim Peradilan Agama tentu harus mengetahui dan
mengerti praktek transaksi valuta asing, karena hal ini terkait kompetensi
kewenangan mengadili, manakala dihadapkan sebuah kasus sengketa bisnis
syariah yang dalam kenyataannya terdapat penyimpangan dari prinsip-prinsip
syari’ah.
Permasalahan dalam tulisan ini, akan difokuskan pada transaksi valuta
asing yang berbasis syaria’ah dan konvensional sebagai studi kompratif,
kemudian memahami landasan hukum Islam tentang valuta asing dan
penerapannya pada legislasi di Indonesia yang dalam hal ini melalui fatwa
Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia, sehingga dari sini akan
diketahui konstrusi rancang bangun sebagai pedoman dalam transaksi valuta
asing ( valas ) pada lembaga keuangan yang berbasis syariah.
5 Ali Anwar Yusuf, Wawasan Islam, ( Bandung : Pustaka Setia, 2002 ), hal. 135-137.
6 Abi Husen Muslim ibnu Hujjaj Ibnu Muslim, Shaheh Muslim, Juz I, Beirut,Dar Al
Fikri, 1994, hal 124
7 Ibid.
Artinya : Janganlah kamu menjual emas dengan emas, kecuali sama (
nilai ) dan janganlah menambahkan sebagian atas sebagian yang lain.
Janganlah menjual perak dengan perak kecuali sama (nilainya) dan
janganlah menambahkan sebagian atas sebagian yang lain, dan jangan
menjual emas dan perak tersebut yang tidak tunai dengan yang tunai.
4). Hadits riwayat Muslim dari Bara’ bin ‘Azib dan Zaid bin Arqam berbunyi :
9دينا انتهي رسول هللا صلي عليه وسلم عن بيع الورق بالذهب
Artinya : Rasulullah SAW melarang menjual perak dengan emas secara
piutang (tidak tunai).
5). Hadits riwayat Turmudzi dari ‘Amr bin “Auf al-Muzani berbunyi :
الصلح جائز بين المسلمين اال صلحا حرم حالال او احل حراما والمسلمون علي شروطهم اال شرطا حرم
10 حالال او احل حراما قال ابو عيسي هذا حديث حسن صحيح
Artinya : Perjanjian boleh dilakukan diantara kaum muslimin keculi
perjanjian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang
haram, dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat mereka kecuali
syarat yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram.
Dengan demikian pada dasarnya transaksi valuta asing dapat
diperbolehkan dengan syarat-syarat tertentu, sebagaimana yang akan
penulis kemukakan pada bagian selanjutnya.
12 Nik Mustafa Hj Nil Hasan, Prinsip-prinsip Ekonomi Islam, dalam M.Rusli Karim
(E.d), Berbagai aspek Ekonomi Islam, ( Yokyakarta : Tiara Wacana dan P3EI UII, 1992 ),
hal.15.
13 Heri Sudarsono, op cit, hal.79.
Zainul Arifin dalam bukunya Dasar-dasar Manajemen Bank Syari’ah
menyebutkan prinsih-prinsip syari’ah dalam transasksi valuta asing sebagai
berikut :
a. Pertukaran harus dilakukan secara tunai (bai’ naqd), artinya masing-
masing pihak harus menerima atau menyerahkan masing-masing mata
uang pada saat bersamaan.
b. Motif pertukaran adalah dalam rangka mendukung transaksi komersial,
transaksi perdagangan barang dan jasa atar bangsa, bukan dalam rangka
spekulasi.
c. Harus dihindari jual beli bersyarat, misalnya si A setuju membeli barang
hari ini dengan syarat B harus membelinya kembali pada tanggal tertentu
dimasa mendatang.
d. Transaksi berjangka harus dilakukan dengan pihak-pihak yang diyakini
mampu menyediakan valuta asing yang dipertukarkan.
e. Tidak dibenarkan menjual barang yang belum dikuasai, atau dengan kata
lain tidak dibenarkan jual beli tanpa hak kepemilikan ( bai’ ainaih).14
Berkenaan dengan hal ini, ada beberapa jenis transaksi valuta asing
yang biasa dilakukan pada transaksi valuta asing konvensional seperti
disebutkan terdahulu, dimana kalau dicermati pelaksanaannya mempunyai
motif komersial berupa ekspor impor, lalu lintas modal, funding berupa
pinjaman valuta asing dan kebutahan cashflow, investasi dan ada pula yang
bermotif spikulasi. Sehubungan hal ini menurut fatwa Dewan Nasional
Majelis Ulama Indonesia Nomor : 28/DSN-MUI/III/2002 tanggal 28 Maret 2002
tentang hukum transaksi valuta asing yang sekarang berjalan di pasar valas
sebagai berikut :
1. Transaksisport yaitu transaksi pembelian dan penjualan valuta asing
untuk penyerahan pada saat itu ( over the counter ) atau penyelesaiannya
paling lambat dalam jangka waktu 2 hari. Menurut syari’ah, hukumnya
transaksi yang seperti ini adalah boleh, karena dianggap tunai, sedangkan
14Menurut Ibnu Abbas, Rasulullah SAW telah melarang seseorang yang akan
menjual gandum sebelum memilikinya. Taus berkata bahwa ia telah bertanya kepada Ibnu
Abbas tentang alasan Rasulullah SAW melarang hal tersebut dan dijawab bahwa hal itu
sama saja dengan menjual uang untuk memperoleh uang karena tidak ada gandum yang
akan dibayar pada waktu itu. (H.R. Bukari) Lihat pula Zainul Arifin, op cit, hal. 215 – 216.
waktu dua hari dianggap sebagai proses penyelesaian yang tidak bisa
dihindari dan merupakan transaksin Internasional.
2. Transaksiforward, yaitu transaksi pembelian dan penjualan valuta asing
yang nilainya ditetapkan pada saat sekarang dan diberlakukan untuk
waktu yang akan datang, antara 2 x 24 jam sampai dengan satu tahun,
hukumnya adalah haram, karena harga yang digunakan adalah harga
yang diperjanjikan ( muwa’adah ) dan penyerahannya dilakukan
dikemudian hari, padahal harga pada waktu penyerahan tersebut belum
tentu sama dengan nilai yang disepakati, kecuali dilakukan dalam bentuk
forward agreement untuk kebutuhan yang tidak dapat dihindari ( li al-hajah
)
3. Transaksi Currency Futures/Swap yaitu kontrak pembelian dan
penjualan valuta asing dengan harga sport yang dikombinasikan dengan
pembelian antara penjual valuta asing yang sama dengan harga forward
dalam jangka waktu dimasa depan, atau dengan kata lain pertukaran mata
uang dengan mata uang lainnya tidak dilakukan dengan tunai melainkan
berjangka waktu yang cukup lama. Terhadap hal ini hukumnya haram,
karena mengandung maisir ( spikulasi ).
4. Transaksi Currency 0ptions, yaitu kontrak untuk memperoleh hak dalam
rangka membeli atau hak untuk menjual yang tidak harus dilakukan atas
sejumlah unit valuta asing pada harga dan jangka waktu atau tanggal
akhir tertentu, hukumnya haram karena mengandung unsur maisir (
spikulasi ).15
Dengan demikian, jenis transaksi valuta asing yang memiliki dasar
syari’ah adalah transaksi spot yang dalam pelaksanaannya telah sesuai
dengan prinsip-prinsip syari’ah. Adapun jenis transaksi valuta asing lainnya,
nampaknya tidak sejalan dengan prinsip-prinsip syari’ah, karena dalam
prakteknya tidak dilakukan secara tunai dan mengandung unsur spikulasi.
Berkenaan dengan hal ini, perlu disadari bahwa pada dasarnya Islam
memandang uang hanya sebagai alat tukar, bukan sebagai barang dagangan
(komoditas). 0leh karena itu, motif permintaan uang adalah untuk memenuhi
kebutuhan transaksi, bukan untuk spikulasi. Dengan kata lain, dalam konsep
15 Tim Penulis Dewan Syari’ah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fatwa
D. PENUTUP.
Berdasarkan beberapa ketentuan dan persyaratan seperti yang
dikemukakan di atas, merupakan prinsip dasar yang harus diberlakukan dalam
transaksi valuta asing yang berbasis syari’ah. Dan boleh jadi dalam dunia
perbankan Islam, transaksi valuta asing seperti ini masih menyisakan
perdebatan panjang ditinjau dari sisi fikih. Mengingat keterlibatan perbankan
Islam dalam dunia keuangan internasional yang tidak dapat dihindari, maka
DAFTAR PUSTAKA
Ali Anwar Yusuf, Wawasan Islam, ( Bandung : Pustaka Setia, 2002 ),
hal. 135-137.
Abi Husen Muslim ibnu Hujjaj Ibnu Muslim, Shaheh Muslim, Juz I,
Beirut,Dar Al Fikri, 1994, hal 124
Abu Al Husen Muslim Ibnu Hujjaj Ibnu Muslim, Al Jami’us Shahih, Juz
V,Beirut, Dar alFikr, tth, hal 256.